XVI-XVII
LATAR BELAKANG
Proses islamisasi di kesultanan bima, banyak datang dari berbagai sisi yaitu
proses islamisasi yang datang dari demak setelah malaka jatuh di tangn portugis,
setelah demak berhasil mengambil malaka dan menjadikan malaka sebagai pusat
penyebaran isalam di nusatara, pada abad ke-16, sultan trenggono mengirimkan
sultan prapen ke lombok untuk menyiarkan islam, tapi usaha terseut gagal
kemudian sunan prapen pergi ke pulau sumbawa dan usahanya menyiarkan islam
pun terbilang cukup berhasil. Kemudian kesultanan Bima juga mendapat pengaruh
islamisasi dari pedagang yang datang dari ternate. Islamisasi di kesultanan bima
juga tidak terlepas dari peran orang melayu yaitu para mubalig yang datang dari
pulau sumatra, bernama Abdul Makmur alias Khatib Tunggal yang lebih dikenal
dengan Datuk ri Bandang dari Koto Tangah Minangkabau dan Nurdin Ariyani atau
Abdul Jawad alias Khatib Bungsu dengan gelar Datuk ri Tiro dari Aceh.2
1
Rosita Baiti, Abdur Razzaq, TEORI DAN ISLAMISAI DI INDONESIA, Wardah, 15(2), hal:138
2
Aksa, “Tradisi Hanta Ua Pua: Geliat Islamisasi dan Strategi Ulama dalam Menyebarkan Islam di
Bima” Pusaka Jurnal Khazanah Keagamaan, Vol. 10, No. 2, 2022, hl:443
Adanya peran orang melayu dalam islamisasi di kesultanan bima pada abad
ke-16, hal ini disebabkan dengan jatuhnya malaka di tangan portugis yang mana hal
itu menyebabkan orang-orang melayu banyak yang melakukan diaspora ke wilayah
jawa dan juga wilayah timur indonesia seperti maluku dan makasar, selain untuk
berhijrah karena merasa tidak nyaman dengan wilayahnya yang di kuasai oleh
portugis, mereka juga berhijrah dengan membawa misi untuk mengislam kan
masyarakat yang ada di luar sumatra. Sedangkan dapat dilihat dengan cara
pendekatan kekeluargaan makasar gowa tallo dengan Bima memiliki hubungan
yang erat, karena adanya perkawainan antara sultan bima dan adik dari sultan
gowa.3
Hal yang membedakan tema riset ini dengan riset lainya ialah, disini
penulis menyajikan informasi tentang proses islamisasi dari penyebaran yang di
bawa oleh orang melayu yang berdiaspora dari malaka, yang masih sedikit orang
yang menuliskan tentang riset ini. Kebanyakan para penulis lainnya menyajikan
riset tentang proses islamisasi di bima abad 16-17 namun dijelaskan secara umum.
Jadi pada riset kali ini penulis ingin menyajikan hal yang berbeda dari riset-riset
yang telah ada sebelumnya.
3
Haris dkk, “KERAJAAN TRADISIONAL DI INDONESIA : BIMA”, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan RI, jakarta, 1997, hl:55