Anda di halaman 1dari 2

Bentuk dan pelaporan isi di indonesia terpengaruh oleh ketentuan standart akuntansi

yang telah di tetapkan oleh berbagai global profesioal. Secara khusus di Indonesia di
tentukan oleh Dewan khusus akuntansi Keuangan, sedangkan di dunia ada dua
penyusun standart akuntansi yaitu, International Accounting Standarts Board (IASB)
dan dewan standart akuntansi keuangan atau Finalsial Standart Accounting Board
(FSAB). Ada beberapa unsur yang di susun dalam laporan keuangan, yang digunakan
dalam mengukur suatu entitas posisi keuangan dan kinerja keuangan. Termasuk
aset, kewajiban ekuitas, pendapatan dan pengeluaran. Definisi dari unsur-unsur
laporan keuangan konvensional tidak mampu mencerminkan semua konsekuensi
dari semua entitas. Secara khusus, barangyang memenuhi definisi unsur-unsur yang
dijelaskan hanya dapat di akui apabila:
- Ada kemungkinan bahwa manfat ekonomi masa depan berhubungan
dengan item yang akan mengalir dari atau ke suatu entitas, dan
- Item yang memiliki biaya atau nilai yang dapat diukur secara handal.
Jadi, misalnya, kewajiban umumnya di definisikan sebagai kewajiban
sekarang yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaian yang diharapkan.
Rangkuman analisis diatas menyatakan bahwa kerangka prinsip-prinsip dan standar
akuntansi yang sedang di kembangkan memiliki tujuan sempit jika laporan
keuangan yang mereka gunakan alan menarik hanya bagi sedikit pengguna.

Model Penilaian Keberlanjutan (SAM)


Model penilaian Keberlanjutan / Sustainability Assessment model (SAM)
juga merupakan pendekatan top-down yang menggunakan konsep akuntansi biaya
penuh Full Cost Accounting (FCA). FCA adalah metode untuk mengenditifikasi
semua biaya internal dan eksternal dari sebuah proyek dan menejemahkan mereka
ke dalam nilai-nilai moneter. SAM adalah sarana untuk mengukur, dampak
keberlanjutan proyek sela siklus hidup penuh, dari ekstraksi sumberdaya melalui
proses produksi untuk konsumsi akhir.
Keterbatasan model ini adalah kurangnya definisi operasional untuk keberlanjutan,
dengan cadangan subsititusi antara beberapa bentuk modal yang semakin mengakui
bahwa ada kebutuhan mutlak standar kinerja di beberapa bidang utama keberlanjutan,
dan sejauh mana suatu organisasi dapat bertanggung jawab atas dampak social dan
lingkungan

Sustainability report adalah laporan mengenai


dampak ekonomi, lingkungan, dan sosial yang
ditimbulkan akibat aktivitas perusahaan. Selain
menyajikan laporan keuangan standar seperti
laba rugi, neraca, maupun arus kas, perusahaan
perlu melaporkan praktik terkait aspek sosial dan
lingkungan, misalnya tingkat emisi karbon.
Di bawah standar Global Reporting Institute,
informasi yang tersedia melalui laporan
keberlanjutan memungkinkan pemangku
kepentingan internal dan eksternal untuk
membentuk opini dan membuat keputusan yang
tepat tentang kontribusi organisasi terhadap
tujuan pembangunan berkelanjutan.
Pengungkapan informasi akuntansi lingkungan
yang sifatnya sukarela belum mampu memberikan
kontribusi terhadap lingkungan. Sehingga perlu
adanya pengungkapan terkait hal tersebut. Di
Indonesia sendiri sustainability report masih
belum menjadi sebuah kewajiban, masih bersifat
sukarela.
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
no 1 (revisi 2009) belum mengatur secara jelas
terkait kewajiban menyajikan informasi terkait
pelestarian lingkungan, yang menyatakan “Entitas
dapat pula menyajikan, terpisah dari laporan
keuangan, laporan tambahan seperti laporan
mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai
tambah, khususnya bagi industri di mana faktor
lingkungan hidup memegang peranan penting dan
bagi industri yang menganggap pegawai sebagai
kelompok pengguna laporan yang memegang
peranan penting. Laporan tambahan tersebut di
luar ruang lingkup Standar Akuntansi Keuangan.”
Karena sifatnya yang sukarela ini, perusahaan
akan mempertimbangkan biaya dan manfaat yang
diperoleh atas manfaat pengungkapan informasi
ini. Jika pengungkapan ini mempunyai manfaat
yang lebih banyak maka perusahaan akan rela
mengungkapkan informasi tersebut .

Anda mungkin juga menyukai