Anda di halaman 1dari 3

Anaconda merupakan spesies ular terbesar di dunia yang memberikan contoh

menakjubkan tentang budaya poliandria, dan bagaimana proses perkawinan


dapat menjadi spektakuler. Anaconda betina merupakan primadona hutan yang
dapat menggoda hingga 13 pejantan untuk menjalani hubungan intim. Proses
perkawinan dimulai saat anaconda betina meninggalkan jejak feromon, senyawa
kimia yang dilepaskan ke udara hutan. Senyawa ini berfungsi sebagai undangan
tidak tertulis bagi para pejantan dari berbagai penjuru untuk berkumpul. Dengan
lidah bercabang yang peka, setiap pejantan dari berbagai penjuru melakukan
perjalanan jauh untuk menemui satu betina tersebut. Hingga akhirnya, di dalam
perairan atau di dekat rawa-rawa, berkumpul lah sekitar 13 pejantan yang
berkompetisi untuk memperoleh kesempatan kawin. Tubuh para pejantan
melingkari tubuh betina, mencari kloaka dan eksresi betina sambil membelai-
belainya. Ritual pacaran ini terus berlangsung tanpa henti selama sekitar 4
minggu, yang menggambarkan dedikasi para pejantan dalam mendapatkan
perhatian betina. Pada akhirnya, satu pejantan paling perkasa dan paling besar
akan dipilih sebagai pasangan oleh betina. Proses kawin ini secara khusus
diistilahkan dengan bola berkembang biak, yang menggambarkan formasi
melingkar seperti bola yang dibentuk oleh para pejantan yang mengelilingi tubuh
betina.

Anaconda betina jauh lebih besar dibanding jatan. Spesies anakonda hijau betina
memiliki panjang mencapai 10 meter dengan berat sekitar 249 kilo gram.
Sementara itu, pejantan hanya memiliki panjang maksimal mencapai 6 meter
dengan berat sekitar 106 kilogram.

Oleh karena itu, perkawinan spektakuler dalam budaya anaconda ini bukan
tanpa resiko. Setelah proses kawin, terkadang terjadi praktik kanibalisme, di
mana betina yang ukurannya jauh lebih besar, biasanya menelan pejantan. Hal
ini terjadi ketika betina kelaparan dan memerlukan asupan nutrisi selama masa
kehamilan yang panjang. Sayangnya, perut yang membesar menghambat
kemampuannya untuk bergerak dan mencari makan. Akibatnya, betina bisa
memilih pejantan sebagai sumber makanannya. Tindakan ini merupakan
adaptasi yang unik untuk mendukung kelangsungan hidup dan reproduksi
anaconda di habitat yang penuh tantangan.

Hidup di kawasan hutan dan Sungai Amazon, anaconda merupakan predator


puncak dan ular terbesar dan terberat di planet ini. Mereka adalah spesies semi-
aquatik dan lebih suka berburu mangsa yang besar, baik di darat maupun di
perairan. Tubuh berotot mereka memiliki kekuatan luar biasa, memungkinkan
mereka untuk melilit dan menaklukkan mangsa sebesar rusa, tapir, kapibara,
dan bahkan buaya.

Kekuatan lilitan mereka mencapai 90 PSI, setara dengan berat bis yang mencapai
4 ton, yang kemudian bis ini ditempatkan di atas dada manusia. Tidak diragukan
lagi, kekuatan lilitan seperti ini mampu menghentikan aliran darah dan
meremukkan tulang mangsanya.

Anakonda menggunakan tubuh berototnya sebagai sumber daya untuk


menghasilkan kekuatan yang mengesankan. Semakin besar ukuran anakonda,
semakin besar pula potensi daya cengkeram yang dapat dihasilkan.

Terdapat empat spesies anaconda yang dikenal, di mana anaconda hijau


menonjol sebagai yang terbesar dan paling kuat. Sementara itu, anaconda kuning
dan anaconda Bolivia memiliki ukuran yang lebih kecil dibandingkan dengan
saudara-saudara besar mereka. Dan yang terkecil dari klan ini adalah anaconda
tutul.

Anakonda tidak mengikat mangsanya di sekitar leher, melainkan mereka melillit


bagian atas tubuh mangsa dan memberikan tekanan besar pada dada. Ini
bertujuan untuk memutus suplai darah ke jantung dan memastikan pembunuhan
lebih cepat. Mereka menekan mangsa lebih lama dari yang sebenarnya
diperlukan, bahkan hingga mencapai waktu 15 menit. Waktu yang cukup panjang
ini memastikan bahwa mangsa benar-benar mati.

Anakonda tidak hanya lebih kuat dari manusia, tetapi juga mengungguli hampir
semua hewan lain, termasuk buaya. Anaconda bahkan bisa membunuh dan
memakan predator puncak seperti singa, macan, dan jaguar.
Selain itu, anaconda juga memiliki rahang yang kuat dibandingkan ular lainnya,
dengan kekuatan gigitan mencapai 900 PSI. Kendati demikian, morfologi gigi
dan rahang yang lebih kecil membuat mereka kurang mampu menggigit dengan
kekuatan maksimal. Ini terjadi karena mereka tidak memiliki rahang yang kaku.
Rahang mereka, baik rahang atas maupun rahang bawah, terdiri dari 2 ligamen
elastis yang saling terhubung. Morfologi semacam ini tidak dirancang untuk
meremukkan tulang mangsa, tetapi untuk menggerakkan setiap sisi rahang
secara terpisah, sehingga mereka dapat membuka mulutnya selebar mungkin
untuk menelan mangsa mereka secara utuh.

Setelah ditelan, anaconda memulai proses pencernaan di dalam perutnya. Proses


pencernaan bisa memakan waktu beberapa hari hingga beberapa minggu,
tergantung pada suhu lingkungan dan ukuran mangsa. Sebagai hewan berdarah
panas, anaconda membutuhkan lingkungan yang hangat untuk mempercepat
laju metabolismenya. Oleh karena itu, kondisi lingkungan yang dingin dapat
menyulitkan mereka dalam mencerna makanan secara efisien.

Anda mungkin juga menyukai