Anaconda betina jauh lebih besar dibanding jatan. Spesies anakonda hijau betina
memiliki panjang mencapai 10 meter dengan berat sekitar 249 kilo gram.
Sementara itu, pejantan hanya memiliki panjang maksimal mencapai 6 meter
dengan berat sekitar 106 kilogram.
Oleh karena itu, perkawinan spektakuler dalam budaya anaconda ini bukan
tanpa resiko. Setelah proses kawin, terkadang terjadi praktik kanibalisme, di
mana betina yang ukurannya jauh lebih besar, biasanya menelan pejantan. Hal
ini terjadi ketika betina kelaparan dan memerlukan asupan nutrisi selama masa
kehamilan yang panjang. Sayangnya, perut yang membesar menghambat
kemampuannya untuk bergerak dan mencari makan. Akibatnya, betina bisa
memilih pejantan sebagai sumber makanannya. Tindakan ini merupakan
adaptasi yang unik untuk mendukung kelangsungan hidup dan reproduksi
anaconda di habitat yang penuh tantangan.
Kekuatan lilitan mereka mencapai 90 PSI, setara dengan berat bis yang mencapai
4 ton, yang kemudian bis ini ditempatkan di atas dada manusia. Tidak diragukan
lagi, kekuatan lilitan seperti ini mampu menghentikan aliran darah dan
meremukkan tulang mangsanya.
Anakonda tidak hanya lebih kuat dari manusia, tetapi juga mengungguli hampir
semua hewan lain, termasuk buaya. Anaconda bahkan bisa membunuh dan
memakan predator puncak seperti singa, macan, dan jaguar.
Selain itu, anaconda juga memiliki rahang yang kuat dibandingkan ular lainnya,
dengan kekuatan gigitan mencapai 900 PSI. Kendati demikian, morfologi gigi
dan rahang yang lebih kecil membuat mereka kurang mampu menggigit dengan
kekuatan maksimal. Ini terjadi karena mereka tidak memiliki rahang yang kaku.
Rahang mereka, baik rahang atas maupun rahang bawah, terdiri dari 2 ligamen
elastis yang saling terhubung. Morfologi semacam ini tidak dirancang untuk
meremukkan tulang mangsa, tetapi untuk menggerakkan setiap sisi rahang
secara terpisah, sehingga mereka dapat membuka mulutnya selebar mungkin
untuk menelan mangsa mereka secara utuh.