Selisih lebih akibat revaluasi aktiva tetap setelah diperhitungkan dengan kompensasi kerugian
dibukukan dalam perkiraan (rekening/akun) tersendiri yang diberi nama “Selisih Penilaian
Kembali Aktiva” dan termasuk dalam kelompok perkiraan modal. Pemberian saham bonus
atau pencatatan tambahan nilai saham tanpa penyetoran kepada para pemegang saham
sebagai akibat pemindahbukuan perkiraan “Selisih Penilaian Kembali Aktiva” ke perkiraan
“Modal Saham” tidak dikenakan PPh bagi pemegang saham sebagaimana dimaksud dalam
memori penjelasan ketentuan Pasal 4 Ayat (1) huruf g UU PPh.
Manajemen Pajak
Revaluasi Aktiva Tetap
Contoh:
PT Melati tahun 2000 membeli aktiva tetap berupa mesin dengan harga perolehan RP 400 juta. Mesin
tersebut termasuk dalam aktiva kelompok 2 dan selama ini perusahaan menggunakan metode
penyusutan garis lurus. Pada awal tahun 2003 berdasarkan penilaian dari perusahaan jasa penilai
yang diakui oleh pemerintah, nilai wajar dari mesin Rp 600 juta. Apakah perusahaan sebaiknya
melakukan revaluasi? Jika kondisi perusahaan diasumsikan sebagai berikut:
a. Perusahaan tidak mempunyai rugi fiskal;
b. Tahun 1998 perusahaan mengalami rugi fiskal sebesar Rp 1 miliar dan sampai tahun 2002 baru
sebesar Rp 500 juta yang telah dikompensasi dan laba tahun berjalan diprediksi Rp 200 juta.
Jika dilakukan revaluasi:
Harga perolehan mesin Rp 400 juta
Akumulasi penyusutan Rp 150 juta
Nilai buku mesin Rp 250 juta
Nilai revaluasi Rp 600 juta
*selisih lebih merupakan objek PPh yang dikenakan tarif 10% final.
Perusahaan Tidak Mempunyai Rugi Fiskal
Karena perusahaan tidak mempunyai rugi fiskal maka yang harus dipertimbangkan adalah
besarnya laba yang diperoleh tahun berjalan.
Apakah laba tersebut masih dikenakan tarif terendah (10%) atau sudah mencapai tarif tertinggi
(30%).
Jika laba perusahaan masih dikenakan tarif terendah yakni 10% maka sama denga tarif
PPh final yang harus dibayar. Hal ini kurang menguntungkan karena pembebanan selisih lebih
harus melalui penyusutan sesuai dengan umur aktiva yang bersangkutan.
Jika laba mencapai tarif tertinggi, maka perlu dihitung nilai tunai dari jumlah penyusutan
aktiva yang berasal dari selisih lebih, baru kemudian dibandingkan dengan PPh final yang harus
dibayar.
Perusahaan Mempunyai Rugi Fiskal
Jika perusahaan mempunyai rugi fiskal, misalnya Rp 500 juta dan laba tahun berjalan diprediksi
hanya Rp 200 juta, maka akan ada kompensasi kerugian yang hangus sebesar Rp 300 juta
(karena sudah lima tahun).
Daripada kompensasi tersebut hangus, perusahaan sebaiknya melakukan revaluasi pada tahun
2003. Hal ini karena selish lebih revaluasi sebesar Rp 350 juta dikompensasi terlebih dahulu
dengan sisa rugi fiskal, sehingga tidak dikenakan PPh final.
Dengan demikian rugi fiskal pada tahun 2003 tinggal sebesar Rp 150 juta, dan apabila laba
tahun berjalan Rp 200 juta, maka perusahaan tinggal membayar pajak untuk laba setelah di
kompensasi sebesar Rp 50 juta yang dikenakan tarif terendah.
Di samping itu, perusahaan juga akan mendapat tambahan biaya penyusutan dari revaluasi,
yang juga akan mengurangi laba fiskal.