Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

UTS AKUNTANSI PERPAJAKAN

“REKONSILIASI FISKAL”

Disusun oleh kelompok6 :

1. MULIYANA (A0C022039)
2. MARDIANA (A0C022033)
3. MUHAMMAD YUDHA P. (A0C022038)
4. DHEA IKIANI (A0C022018)
5. BAIQ NADIA SYALSABILA R. (A0C022013)
6. DONI JUNIAWAN K. (A0C022022)
7. IBNU HAIKAL FIKRI (A0C022026)
8. FRI HARTINI (A0C022020)

PROGRAM STUDI D3 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS (FEB)
UNIVERSITAS MATARAM
KASUS PT NUSA RAJAWALI

1. Buatlah analisa akun – akun penghasilan apa saja yang perlu dilakukan koreksi fiskal
? Jelaskan dengan menggunakan peraturan perpajakan!
Berdasakarkan data keuangan PT Nusa Rajawali, terdapat bebrapa akun penghasilan
yang dilakukan koreksi fiskal, yaitu
 Penjualan kepada insytansi pemerintah sebesar Rp 100.000 harus
dilakukan koreksi fiskal karena tidak termasuk dalam objek pajak
penghasilan (PPh). Koreksi fiskal yang dilakukan dengan mengurangi
nilai penjualan sebesar Rp 100.000 , berdasarkan Pasal 4 ayat (3) huruf
b Undang –Undang Nomer 7 Tahun 1983 tentang Pajak Peanghasilan
sebagimana telah diubah terakhir dengan Undang – Undang Nomer 36
Tahun 2008 .
 Laba neto penjualan dari Malaysia merupakan objek PPh badan.
Namun, peghasilan ini hanya boleh diakui sebesar 80% dari jumlah
brutonya ,karena PT Rajawali harus membayar PPh Negara sebesar
20% .Berdasarkan Pasal 7 ayat (1) UU PPh, penghasilan luar negri
yang diterima atau diperoleh waajib pajak badan diindonesia harus
dikompensasikan dengan kerugian dari luar negri . Pasal 26 ayat (1)
UU PPh mengatur bahwa penghasilan yang diterima atau diperoleh
Wajib Pajak luar negeri dari Indonesia yang tidak menjalankan usaha
atau melakukan kegiatan di Indonesia, dikenai pajak sebesar 20% dari
jumlah penghasilan bruto. Oleh karena itu, laba neto penjualan dari
Malaysia harus ditambahkan sebagai penghasilan dalam menghitung
PPh terutang Laba neto penjualan dari Malaysia sebesar Rp 500.000
yangharus dikoreksi fiskal ,setelah Laba neto penjualan Malaysia
dikoreksi fiskal sebesar Rp 400.000
 Pendapatan sewa kendaraan boks Fa. Makmur
Peraturan perpajakan pph 4 ayat 1 uu pph
jumlah pendapatan sewa truk dari PT Indotruck diketahui telah
dipotong PPh Pasal 23 dengan tarif 2% (Pasal 23 UU PPh). Untuk
keperluan rekonsiliasi fiskal, perlu diketahui jumlah bruto sewa
sebelum dipotong pajak. Jumlah tersebut dapat dihitung dengan rumus
berikut: Rp 15.000 x 2%= 300. Rp.15.000- 300 =14.700 sehingga
muncul koreksi fiskal sebesar Rp300.
Termasuk koreksi Negatif, karena dampak koreksi akan menyebabkan
Laba fiskal berkurang.

2. Jika diperlukan koreksi fiskal atas akun-akun penghasilan, koreksi tersebut termasuk
koreksi fiskal positif atau koreksi fiskal negatif?? Jelaskan dengan menggunakan
peraturan perpajakan!
Koreksi fiskal adalah penyesuaian terhadap penghasilan dan biaya yang dilaporkan
dalam laporan keuangan komersial untuk menghasilkan laba kena pajak yang sesuai
dengan ketentuan perpajakan. Koreksi fiskal dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu
koreksi fiskal negatif dan positif
 Koreksi fiskal positif dan negatif ,koreksi fiskal atas akun – akun penghasilan
dapat bersifat positif dan negatif. Koreksi fiskal positif koreksi yang
dilakukan untuk menambah laba komersial untuk menghasilkan laba kena
pajak. Koreksi fiskal positif biasanya dilakukan untuk penghasilan yang
dikenakan PPh final atau biaya yang boleh dikurangkan dari penghasilan
bruto, tetapi belum dicatat dalam laporan keuangan komersial.

Koreksi fiskal atas akun-akun penghasilan diantaranya :


 Penjualan kepada instansi pemerintah harus dikoreksi fiskal negative sebesar
Rp 100.000 karena penghasilan tersebut dikecualikan dari objek pajak .Pasal 4
ayat (1) huruf h UU PPh mengatur bahwa penghasilan yang berasal dari
transaksi dengan dana yang berasal dari anggaran pendapatan dan belanja
negara atau anggaran pendapatan dan belanja daerah, termasuk hibah dari
pemerintah, dikecualikan dari objek pajak. Oleh karena itu, penjualan kepada
instansi pemerintah tidak boleh dihitung sebagai penghasilan dalam
menghitung PPh terutang.
 Laba neto penjualan dari Malaysia ,koreksi fiskal positif srbesar Rp 100.000
karena penghasilan tersebut dikenakan PPh final sebesar 20% ,dengan adanya
koreksi fiskal tersebut ,maka laba komersial PT Nusa Rajawali akan berkurang
sebesar Rp 100.000 dan laba kena pajak PT Nusa Rajawali akan bertambah
sebesar Rp 100.000 . Pasal 26 ayat (1) UU PPh mengatur bahwa penghasilan
yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak luar negeri dari Indonesia yang tidak
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia, dikenai pajak
sebesar 20% dari jumlah penghasilan bruto. Oleh karena itu, laba neto
penjualan dari Malaysia harus ditambahkan sebagai penghasilan dalam
menghitung PPh terutang.
 Pendapatan sewa kendaraan boks Fa.Makmur merupakan penghasilan yang
boleh dikurangkan dari penghasilan bruto dalam menghitung PPh terutang.
Pasal 6 ayat (1) huruf a UU PPh mengatur bahwa biaya yang dibebankan atau
dikeluarkan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan adalah
biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto. Pendapatan sewa
kendaraan boks Fa.Makmur merupakan biaya yang dikeluarkan untuk
mendapatkan penghasilan dari usaha dagang PT Nusa Rajawali. Oleh karena
itu, pendapatan sewa kendaraan boks Fa.Makmur termasuk koreksi fiskal
positif. Pendapatan sewa kendaraan boks Fa. Makmur sebesar Rp 14.700
maka laba kena pajak PT Nusa Rajawali akan bertambah sebesar Rp 14.700

3. Buatlah analisa akun-akun biaya apa saja yang perlu dilakukan koreksi fiskal?
Jelaskan dengan menggunakan peraturan perpajakan!
Berdasarkan data keuangan PT Nusa Rajawali , terdapat beberapa akun biaya yang
memerlukan koreksi fiskal, yaitu:
 Beban bunga pinjaman ,Koreksi fiskal yang Dikurangi dengan alasan Beban
bunga pinjaman yang dapat dikurangkan dalam perhitungan pajak penghasilan
adalah beban bunga yang berkaitan dengan biaya perolehan harta berwujud
dan harta tidak berwujud. Beban bunga pinjaman yang berkaitan dengan biaya
perolehan harta berwujud dan harta tidak berwujud adalah beban bunga yang
timbul dalam masa konstruksi harta berwujud dan masa pengembangan harta
tidak berwujud. Berdasarkan keterangan tambahan, beban bunga pinjaman
sebesar Rp8.500.000 tidak berkaitan dengan biaya perolehan harta berwujud
dan harta tidak berwujud, sehingga tidak dapat dikurangkan dalam
perhitungan pajak penghasilan.
 Cadangan penghapusan piutang, Koreksi fiskal yang Dikurangi dengan alasan
Cadangan penghapusan piutang merupakan biaya tak terduga yang dapat
dikurangkan dalam perhitungan pajak penghasilan. Namun, cadangan
penghapusan piutang harus dibentuk berdasarkan perhitungan yang wajar dan
didukung oleh bukti yang cukup. Berdasarkan keterangan tambahan, cadangan
penghapusan piutang sebesar Rp7.000.000 tidak didukung oleh bukti yang
cukup, sehingga tidak dapat dikurangkan dalam perhitungan pajak
penghasilan.
 Beban jamuan tamu tanpa daftar normatif ,Koreksi fiskal yang Dikurangi
dengan alasan Beban jamuan tamu yang dapat dikurangkan dalam perhitungan
pajak penghasilan adalah beban jamuan tamu yang dilakukan dalam rangka
menjalankan usaha dan tidak melebihi 5% dari peredaran bruto. Berdasarkan
keterangan tambahan, beban jamuan tamu sebesar Rp20.000.000 melebihi 5%
dari peredaran bruto, yaitu sebesar Rp245.000.000 (4.900.000 x 5%), sehingga
hanya dapat dikurangkan sebesar Rp245.000.000.
 Premi asuransi kebakaran pabrik ,Koreksi fiskal yang Dikurangi dengan alasan
Premi asuransi kebakaran pabrik merupakan biaya yang dapat dikurangkan
dalam perhitungan pajak penghasilan. Namun, premi asuransi kebakaran
pabrik yang dapat dikurangkan hanya sebesar premi yang berkaitan dengan
harta berwujud yang digunakan dalam usaha. Berdasarkan keterangan
tambahan, premi asuransi kebakaran pabrik sebesar Rp18.500.000 tidak
berkaitan dengan harta berwujud yang digunakan dalam usaha, sehingga tidak
dapat dikurangkan dalam perhitungan pajak penghasilan.
 Bantuan untuk panitia HUT RI, Koreksi fiskal yang Dikurangi dengan alasan
Bantuan untuk panitia HUT RI merupakan biaya yang tidak dapat dikurangkan
dalam perhitungan pajak penghasilan.
 PBB dan Bea Meterai
PBB dan Bea Meterai harus dikoreksi karena biaya-biaya ini tidak boleh
dikurangkan dari penghasilan bruto. Koreksi fiskal yang diperlukan adalah
menambah PBB dan Bea Meterai sebesar Rp 5.000. Koreksi ini bersifat positif
karena menambah biaya.
 Premi asuransi kebakaran pabrik
Premi asuransi kebakaran pabrik harus dikoreksi karena biaya-biaya ini tidak
boleh dikurangkan dari penghasilan bruto. Koreksi fiskal yang diperlukan
adalah menambah premi asuransi kebakaran pabrik sebesar Rp 18.500.
Koreksi ini bersifat positif karena menambah biaya.
 Sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan
Sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan harus dikoreksi
karena biaya-biaya ini tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto.
Koreksi fiskal yang diperlukan adalah menambah sumbangan dalam rangka
penelitian dan pengembangan sebesar Rp 25.000. Koreksi ini bersifat positif
karena menambah biaya.
Berikut adalah peraturan perpajakan yang menjadi dasar koreksi fiskal
tersebut:Pasal 6 ayat (1) huruf g UU PPh,Pasal 6 ayat (1) huruf h UU
PPh,Pasal 6 ayat (1) huruf i UU PPh,Pasal 6 ayat (1) huruf k UU PPh,Pasal 6
ayat (1) huruf m UU PPh dan Pasal 17 ayat (1) huruf d UU PPh.

4. Jika diperlukan koreksi fiskal atas akun-akun blaya, koreksi tersebut termasuk koreksi
fiskal positif atau koreksi fiskal negatif?? Jelaskan dengan menggunakan
peraturan perpajakan!
Koreksi fiskal positif yang menyebabkan laba fiskal menjadi lebih besar. Koreksi
fiskal positif biasanya dilakukan untuk mengakui biaya yang tidak sesuai secara
komersial atau mengurangi pendapatan yang tidak termasuk dalam objek pajak.
Koreksi fiskal negative yang menyebabkan laba fiskal menjadi lebih kecil,koreksi
fiska negative biasanya diakukan untuk mengurangi biaya yang diakui secara
komersia atau untuk menambahkan pendapatan yang termasuk dalam objek pajak.
Akun-akun PT Rajawali :
 Beban bunga pinjaman ,Koreksi fiskal negatif dengan alasan Beban bunga
pinjaman yang dihitung berdasarkan metode efektif tidak diakui secara fiskal
dengan peraturan perpajakan ( Pasal 9 ayat (1) huruf d UU PPh.
 Cadangan penghapusan piutang ,Koreksi fiskal negatif dengan alasan
cadangan penghapusan piutang tidak diakui menurut fiskal dengan peraturan
perpajakan ( Pasal 9 ayat (1) huruf f UU PPh.
 Beban jamuan tamu tanpa daftar normatif , Koreksi fiskal negatif dengan
alasan tidak dapat dibuktikan kelayakannya tidak diakui secara fiskal dengan
peraturan perpajakan (Pasal 9 ayat (1) huruf f UU PPh.
 PBB dan Bea Materai ,Koreksi fiskal negative dengan alasan tidak termasuk
objek pajak dengan peraturan perpajakan ( Pasal 4 ayat (2) UU PPh.
 Penyusutan asset tetep ,Koreksi fiskal positif dengan alasan dapat dihitung
berdasarkan metode garis lurus tidak sesuai dengan metode penyusut yang
digunakan secara fiskal dengan peraturan perpajakan ( Pasal 11 UU PPh).
 Bantuan untuk panitia HUT RI , Koreksi fiskal negatif dengan alasan
sumbangan yang tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto ( Pasal 6 ayat
(1) huruf a UU PPh .
 Sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan , Koreksi fiskal
negatif dengan alasan hanya dapat dikurangkan dari penghasilan bruto jika
telah memenuhi persyaratan tertentu ( Pasal 6 ayat (1) huruf c UU PPh.
Kesimpulan
Rekonsiliasi fiskal dapat membantu wajib pajak untuk memahami perbedaan antara laba
komersial dan laba kena pajak. Dengan memahami perbedaan tersebut, wajib pajak dapat
menghitung dan membayar pajak yang terutang dengan tepat.

Anda mungkin juga menyukai