Anda di halaman 1dari 5

PAJAK PENGHASILAN BADAN (16)

LAPORAN keuangan yang disusun perusahaan biasanya harus disesuaikan dengan


peraturan fiskal ketika laporan keuangan tersebut dijadikan sebagai dasar untuk membuat
SPT PPh yang disampaikan ke kantor pajak. Hal ini disebabkan laporan keuangan
perusahaan mengacu pada standar akuntansi keuangan (SAK), yang tidak selalu sesuai
dengan ketentuan perpajakan.

Secara umum, rekonsiliasi fiskal dilakukan oleh wajib pajak (WP) karena terdapat perbedaan
perhitungan antara laba menurut komersial atau akuntansi dengan laba menurut
perpajakan. Laporan keuangan komersial ditujukan untuk menilai kinerja ekonomi dan
keadaan finansial dari sektor swasta, sedangkan laporan keuangan fiskal lebih ditujukan
untuk menghitung pajak.

Dengan demikian, rekonsiliasi fiskal dapat diartikan sebagai usaha mencocokan perbedaan
yang terdapat dalam laporan keuangan komersial dengan perbedaan yang terdapat dalam
laporan keuangan fiskal yang disusun berdasarkan UU perpajakan.

Proses rekonsiliasi fiskal ini umumnya dilakukan oleh WP yang berbentuk perusahaan.
Rekonsiliasi dilakukan terhadap pos-pos biaya dan pos-pos penghasilan dalam Laporan
keuangan komersial, antara lain:

 Rekonsiliasi terhadap penghasilan yang dikenakan PPh final.


 Rekonsiliasi terhadap penghasilan yang bukan merupakan objek pajak.
 WP mengeluarkan biaya-biaya yang tidak boleh menjadi pengurang penghasilan
bruto.
 WP menggunakan metode pencatatan yang berbeda dengan ketentuan pajak.
 WP mengeluarkan biaya-biaya untuk mendapatkan pendapatan yang telah
dikenakan PPh fnal dan pendapatan yang dikenakan PPh non final.

Jenis Koreksi Fiskal

Koreksi fiskal adalah koreksi perhitungan pajak yang diakibatkan oleh adanya perbedaan
pengakuan metode, manfaat, dan umur, dalam menghitung laba secara komersial atau
dengan secara fiskal. Koreksi fiskal dibedakan menjadi 2 yaitu koreksi fiskal positif dan
koreksi fiskal negatif. Koreksi fiskal positif akan menyebabkan laba kena pajak akan
bertambah, sedangkan koreksi negatif akan menyebabkan laba kena pajak berkurang.

Dengan demikian, untuk keperluan perpajakan wajib pajak tidak perlu membuat
pembukuan ganda, melainkan cukup membuat satu pembukuan berdasarkan Standar
Akuntansi Keuangan (SAK), dan pada waktu mengisi SPT Tahunan PPh terlebih dahulu harus
dilakukan koreksi-koreksi fiskal.

Koreksi fiskal sangat erat kaitannya dengan persiapan dan penghitungan pajak terutang
selama satu tahun, terutama bagi wajib pajak badan. Karena itu pemahaman atas
rekonsiliasi fiskal ini sangat penting terutama untuk memudahkan dalam pengisian SPT PPh
Badan yang jatuh tempo setiap tanggal 30 April.

Contoh Kasus dan Jawaban

PT. ABADI JAYA SENTOSA (AJS) bergerak dalam bisnis perdagangan kain tenun. PT AJS
merupakan wajib pajak badan yang berdomisili di Jepara, Jawa Tengah. Informsasi dan data
laporan keuangan komersial PT AJS pada 2019 adalah sebagai berikut (dalam ribuan
rupiah):

Keterangan tambahan:
 Penyusutan fiskal menggunakan metode garis lurus
 Persediaan akhir dinilai dengan metode LIFO, sedangkan apabila dinilai dengan
metode FIFO sebesar Rp700.000.000
 Membayar PPh pasal 22 sebesar (1,5% x Rp200.000.000) = Rp3.000.000
 Membayar PPh pasal 23 sebesar (2% x Rp10.000.000) = Rp200.000
 Membayar PPh pasal 25 selama 12 bulan untuk setiap masa pajak Rp5.000.000
selama tahun 2019.

Pertanyaan:

1. Buatlah rekonsiliasi fiskal untuk PT. AJS, sehingga diketahui penghasilan kena
pajaknya.
2. Hitunglah PPh Pasal 29 untuk tahun pajak 2019.

Jawaban:
Penghitungan PPh Pasal 29 PT AJS untuk tahun pajak 2019:

Dengan demikian, PT AJS wajib melunasi sisa kekurangan pembayaran PPh Badan terutang
tahun pajak 2019 sebesar Rp6.550.000 maksimal sebelum SPT Tahunan PPh Badan
dilaporkan.

Anda mungkin juga menyukai