Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Analisa Akuntansi dan Perpajakan, Volume 6, Nomor 2, September 2022, Hlm 178-

185

REKONSILIASI FISKAL GUNA MENENTUKAN PAJAK TANGGUHAN


PADA PT FASA

Andhyka Wicaksono
Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri (STABN) Sriwijaya Tangerang, Indonesia
andhyka.fasa@gmail.com

ABSTRAK

Ketentuan mengenai laba usaha di dalam Undang-Undang Perpajakan mengakibatkan


perbedaan perlakuan antara laba komersial dengan laba fiskal, sehingga harus dilakukan penyesuaian
laporan laba rugi komersial terhadap laporan laba rugi fiskal, yang disebut rekonsiliasi fiskal. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui penyebab perbedaan dari laba komersial dengan laba fiskal serta
merekonsiliasi laporan laba rugi komersial menjadi laporan laba rugi fiskal untuk menentukan pajak
tangguhan. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi. Teknik analisis
data yang digunakan adalah metode statistik deskriptif. Hasil penelitian berdasarkan uji Wilcoxon nilai
asymp sig = 0,012 < 0,05 maka Ho ditolak dan berdasarkan hasil uji Paired t Test nilai probabilitas
adalah 0,000 artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara laba komersial dengan laba fiskal.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan yang signifikan antara laba komersial dengan
laba fiskal dalam menentukan pajak tangguhan karena terdapat perbedaan pengakuan baik itu beda tetap
maupun beda waktu terhadap pendapatan dan biaya.

Kata Kunci: Laba Rugi Fiskal, Laba Rugi Komersial, Pajak Tangguhan, Rekonsiliasi Fiskal.

ABSTRACT

The enforcement of the Taxation Law causes the treatment of commercial profits has different
from fiscal profits, so taxpayer have to adjust their commercial income statement match with taxable
income statement, which is called fiscal reconciliation. This study aims to determine the cause of the
difference between commercial profit and fiscal profit and to reconcile the commercial income
statement into a taxable income statement to determine deferred tax. The data collection method used
is the documentation method. The data analysis technique used is descriptive statistical method. The
results of the study based on the Wilcoxon test, the value of asymp sig = 0.012 < 0.05, then Ho was
rejected and based on the results of the Paired t Test the probability value was 0.000, means there is a
significant difference between commercial profit and fiscal profit. It concluded there is a significant
difference between commercial profit and fiscal profit in determining deferred tax because there are
differences in recognition permanent and temporary differences on income and expenses.

Keywords : Commercial Income Statement; Deffered Tax; Fiscal Income Statement; Fiscal
Reconcilliation.

PENDAHULUAN
Di dalam menjalankan usahanya, perusahaan diharuskan untuk menghitung
perusahaan menyajikan laporan laba rugi sendiri besarnya pajak terutang atas
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku penghasilan dari usahanya dan harus sesuai
umum untuk mengetahui besarnya dengan Undang-Undang Perpajakan agar
keuntungan maupun kerugian perusahaan dapat meminimalkan resiko denda dan sanksi
pada setiap akhir periode. Disamping itu, pajak yang dapat merugikan perusahaan
sebagai Wajib Pajak (WP) Badan yang secara materiil dan non-materiil.
menganut self asessment system dalam Undang-Undang Perpajakan mempunyai
rangka memenuhi kewajiban perpajakannya, ketentuan tertentu yang berbeda dengan

Andhyka, Rekonsiliasi Fiskal… Page 178


Jurnal Analisa Akuntansi dan Perpajakan, Volume 6, Nomor 2, September 2022, Hlm 178-
185

ketentuan menurut Standar Akuntansi yang sama yaitu mengenai penghitungan PPh
Keuangan (SAK). Perbedaan ketentuan Badan terutang. Penelitian Asep Safaat
antara SAK dengan Undang-Undang Hidayat (2013) dengan melakukan
Perpajakan antara lain menyangkut tentang rekonsiliasi, perusahaan
pengakuan penghasilan/pendapatan dan tidak perlu membuat dua pembukuan untuk
biaya, yang merupakan komponen utama tujuan yang berbeda. Perusahaan
dalam laporan laba rugi. Pengaruhnya adalah cukup melakukan koreksi terhadap pos-pos
nilai Pajak Penghasilan Badan yang terutang yang tidak sesuai dengan ketentuan
pada laba usaha. perpajakan. Koreksi positif akan menambah
Perbedaan pengakuan pendapatan dan penghasilan kena pajak, sedang
biaya menurut SAK dan menurut Undang- koreksi negatif akan mengurangi penghasilan
Undang Perpajakan disebabkan karena kena pajak. Di sisi lain, masih sedikit yang
perbedaan tujuan, persepsi, dan kepentingan membahas mengenai pajak tangguhan yang
antara pihak Wajib Pajak dengan pihak mungkin timbul akibat dari rekonsiliasi fiskal
fiskus. Perbedaan tujuan pemakaian inilah yang dilakukan. Pajak tangguhan merupakan
yang dapat menyebabkan perbedaan dalam dampak Pajak Penghasilan di masa yang akan
menentukan laba usaha, khususnya untuk datang yang disebabkan oleh perbedaan
keperluan atau kepentingan pajak yang diatur temporer (waktu) antara perlakuan akuntansi
dalam ketentuan Undang-Undang Perpajakan dan perpajakan serta kerugian fiskal yang
dan untuk manajemen maupun pihak lain. masih dapat dikompesasikan di masa datang
Pihak fiskus ingin memasukkan penerimaan yang perlu disajikan dalam laporan keuangan
dari sektor pajak ke kas negara sebanyak pada suatu periode tertentu.
mungkin, berbeda dengan pihak Wajib Pajak Dampak Pajak Penghasilan di masa yang
yang ingin meminimalkan pajak terutang akan datang perlu diakui, dihitung, disajikan
sekecil mungkin secara legal dengan dan diungkapkan dalam laporan keuangan.
memanfaatkan celah atau kelemahan dari Suatu perusahaan bisa saja membayar pajak
Undang-Undang Perpajakan dan peraturan lebih kecil saat ini tapi sebenarnya memiliki
pendukungnya. potensi hutang pajak yang lebih besar di masa
Tindak lanjut secara akuntansi terhadap datang. Sebaliknya perusahaan bisa saja
perbedaan pengakuan laba komersial dengan membayar pajak lebih besar saat ini tetapi
laba fiskal yaitu perlunya dilakukan memiliki potensi hutang pajak yang lebih
rekonsiliasi antara laporan keuangan kecil di masa datang. Berdasarkan hal
komersial dengan laporan keuangan fiskal. tersebut menghitung pajak tangguhan
Rekonsiliasi yang dimaksud adalah merupakan hal penting sebagai upaya
rekonsiliasi fiskal. Rekonsiliasi fiskal manajemen pajak yang baik.
membuat Wajib Pajak dapat menyelaraskan
ketentuan menurut SAK dengan Undang- TINJAUAN TEORI
Undang Perpajakan sehingga tidak terjadi Laba merupakan unsur penting sebagai
perbedaan dalam menghitung besarnya Pajak tolak ukur dan indikator kinerja suatu entitas
Penghasilan (PPh) yang terutang dalam secara keseluruhan yang pemanfaatannya
rangka memenuhi kewajiban perpajakan. dapat berguna bagi pihak internal maupun
Kajian-kajian atau penelitian mengenai pihak eksternal perusahaan. Laba berperan
rekonsiliasi fiskal sudah pernah dilakukan penting bagi para pemangku kepentingan
oleh berbagai pihak dengan pembahasan sehingga perusahaan harus dapat menyajikan

Andhyka, Rekonsiliasi Fiskal… Page 179


Jurnal Analisa Akuntansi dan Perpajakan, Volume 6, Nomor 2, September 2022, Hlm 178-
185

informasi laba yang berperan penting di menyajikan informasi sesuai dengan Undang-
dalam laporan keuangan, karena informasi Undang Perpajakan yang akan menghasilkan
laba dapat dijadikan dasar pengambilan laba fiskal sebagai dasar dalam penghitungan
keputusan bagi para stakeholders, misal bagi pajak terhutang. “Laba fiskal atau yang
fiskus dapat dijadikan dasar dalam disebut sebagai penghasilan kena pajak
penghitungan pajak terutang, bagi investor (taxable income) adalah selisih yang didapat
dapat dijadikan sebagai panduan dalam dari penghasilan yang merupakan objek
menentukan kebijakan investasi, bagi Pajak Penghasilan dikurangi dengan biaya
manajemen dapat dijadikan dasar dalam yang diperkenankan sebagai pengurang
penilaian efisiensi dan kinerja perusahaan penghasilan kena pajak” (Muljono, 2009).
serta sebagai dasar dalam melakukan Laporan keuangan komersial harus
peramalan (forecasting) laba maupun nilai disesuaikan terlebih dahulu dengan laporan
ekonomi perusahaan di masa yang akan keuangan fiskal sebelum menghitung Pajak
datang. Penghasilan yang terutang. Koreksi atau
Menurut (Soemarso, 2010) laba adalah penyesuaian agar sesuai dengan ketentuan
“Selisih lebih pendapatan atas beban Undang-Undang Perpajakan tersebut
sehubungan dengan kegiatan usaha”. dinamakan rekonsiliasi fiskal. Menurut
Pengertian secara akuntansi, laba merupakan (Setiawan & Musri, 2006) rekonsiliasi fiskal
selisih antara pendapatan dengan harga adalah penyesuaian ketentuan menurut
pokok penjualan, beban usaha serta kerugian- pembukuan secara komersial atau akuntansi
kerugian dan lain sebagainya. Laba yang harus disesuaikan menurut ketentuan
dipengaruhi oleh dua bagian pokok yaitu perpajakan.
pendapatan dan biaya. Menurut (Kasmir, Perbedaan antara Standar Akuntansi
2014) yang menyatakan bahwa: (a) laba kotor Keuangan (SAK) dengan Undang-Undang
(gross profit) artinya laba yang diperoleh Perpajakan berpengaruh terhadap laporan
sebelum dikurangi biaya-biaya yang menjadi keuangan yaitu pada besarnya jumlah pajak
beban perusahaan. Artinya laba keseluruhan yang terutang dan pada laba usaha berjalan
yang pertama sekali perusahaan peroleh; (b) dan yang akan datang. Perbedaan ini timbul
laba bersih (net profit) merupakan laba yang dari pengakuan pendapatan dan biaya.
telah dikurangi biaya-biaya yang merupakan Perbedaan tersebut menurut (Wardoyo, 2013)
beban perusahaan dalam suatu periode dalam Pajak Terapan Brevet AB Edisi Revisi
tertentu termasuk pajak. Buku 1 dapat dibedakan menjadi dua bagian
Laba menurut akuntansi (komersial) dan sebagai berikut: (a) Beda Tetap yaitu
laba menurut pajak (fiskal) dapat berbeda perbedaan yang benar-benar riil serta bersifat
jumlahnya dalam suatu tahun atau periode. pasti dan tetap karena antara SAK dan
Perbedaan tersebut disebabkan karena adanya Undang-Undang Pajak Penghasilan terdapat
selisih jumlah pendapatan dan biaya yang pengaturan yang berbeda. Atas beda tetap ini
digunakan untuk menghitung besarnya laba. Wajib Pajak harus melakukan koreksi atas
Laporan keuangan komersial akan perbedaan yang timbul; (b) Beda Waktu yaitu
menghasilkan laba komersial yang disajikan selisih yang timbul akibat perbedaan metode
sebagai suatu informasi kepada manajemen pengakuan biaya antara SAK dan UU PPh.
atau pihak lain untuk dapat diambil suatu Perbedaan periode alokasi pembebanan
penilaian, keputusan dan kesimpulan yang biaya berpengaruh terhadap tahun berjalan
terjadi, sedangkan laporan keuangan fiskal dan tahun mendatang. Jumlah pembebanan

Andhyka, Rekonsiliasi Fiskal… Page 180


Jurnal Analisa Akuntansi dan Perpajakan, Volume 6, Nomor 2, September 2022, Hlm 178-
185

antara laporan komersial dan fiskal akan menggunakan Uji Signifikan (Wilcoxon
menemui jumlah kumulatif yang sama, yang Test). Tujuan Uji Wilcoxon dua kelompok
membedakan hanyalah alokasi pada periode data berpasangan yaitu untuk
berjalan (pajak tangguhan). Pajak tangguhan membandingkan (membedakan) apakah
sebagai jumlah Pajak Penghasilan yang kedua kelompok data tersebut sama atau
terpulihkan pada periode mendatang sebagai berbeda, gunanya untuk menguji kemampuan
akibat perbedaan temporer yang boleh generalisasi (signifikansi) hasil penelitian
dikurangkan dari sisa kerugian yang dapat yang berupa perbandingan keadaan variabel.
dikompensasikan (Waluyo, 2012). Pajak Penetapan dimulai dengan Hipotesis nol
tangguhan terbagi atas aset pajak tangguhan (Ho), yang menyatakan tidak terdapat
dan kewajiban pajak tangguhan. perbedaan yang siginifikan antara laba
Pengertian aset pajak tangguhan menurut komersial dengan laba fiskal; dan Hipotesis
(IAI, 2014) dalam Pernyataan Standar alternatif (Ha), yang menyatakan terdapat
Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 46 adalah perbedaan yang siginifikan antara laba
“Aset pajak tangguhan adalah jumlah Pajak komersial dengan laba fiskal.
Penghasilan yang dapat dipulihkan pada
periode masa depan sebagai akibat adanya: Ho = Wilcoxon ttabel > Wilcoxon thitung (1)
(a) perbedaan temporer yang boleh Ha = Wilcoxon ttabel < Wilcoxon thitung (2)
dikurangkan; (b) akumulasi rugi pajak belum
dikompesasi; dan (c) akumulasi kredit pajak Tahapan selanjutnya yaitu menghitung
belum dimanfaatkan, dalam hal Undang- besaran pajak tangguhan (deffered tax)
Undang Perpajakan mengizinkan”. berdasarkan beda temporer hasil dari
Pengertian kewajiban pajak tangguhan rekonsiliasi fiskal yang telah dilakukan
menurut (Zain, 2003) “Apabila penghasilan sebelumnya.
sebelum pajak (lebih besar dari penghasilan
kena pajak, maka beban pajak pun akan lebih HASIL DAN PEMBAHASAN
besar dari pajak terutang sehingga akan Rekonsiliasi Fiskal
menghasilkan kewajiban pajak tangguhan”. Berikut adalah besaran laba komersial
sebelum pajak PT FASA selama 8 (delapan)
METODE PENELITIAN tahun berturut-turut: tahun 2009 sebesar
Penelitian ini menggunakan data Rp119.461.514; tahun 2010 sebesar
sekunder yang dikumpulkan dari berbagai Rp129.131.658; tahun 2011 sebesar
sumber dan mengacu pada informasi yang Rp143.931.900; tahun 2012 sebesar
telah ada, yaitu berupa laporan laba rugi Rp103.302.810; tahun 2013 sebesar
sebelum pajak PT Fajar Adhisurya Perkasa Rp108.739.800; tahun 2014 sebesar
selama 8 (delapan) tahun dari tahun 2009 Rp120.822.000; tahun 2015 sebesar
sampai tahun 2016. Selanjutnya dilakukan Rp196.571.000; dan tahun 2016 sebesar
penghitungan rekonsiliasi fiskal untuk Rp169.338.250. Selanjutnya dilakukan
memperoleh laba rugi fiskal sesuai dengan rekonsiliasi fiskal sesuai dengan ketentuan
ketentuan peraturan perpajakan yang berlaku. peraturan perpajakan sehingga didapat hasil
Teknik analisis yang digunakan adalah koreksi fiskal berupa beda tetap dan beda
analisis kuantitatif, yaitu uji normalitas dan waktu terhadap komponen penghasilan dan
uji hipotesis. Pengujian hipotesis dalam biaya per tahunnya.
penelitian ini ditetapkan dengan

Andhyka, Rekonsiliasi Fiskal… Page 181


Jurnal Analisa Akuntansi dan Perpajakan, Volume 6, Nomor 2, September 2022, Hlm 178-
185

Tabel 1 Perbandingan Laba Komersial dan Rp20.250.000 beda waktu (koreksi negatif
Laba Fiskal atas biaya penyusutan).
Laba Laba Koreksi Tahun 2013 koreksi fiskal sebesar
Tahu
Komersial Fiskal Fiskal Rp145.525.000 terdiri dari Rp147.150.000
n
(Rp.) (Rp.) (Rp.) beda tetap (koreksi positif atas biaya
119.461.5 155.582.4 36.120.93 tunjangan pajak, biaya rekreasi, biaya pulsa,
2009
14 52 8
dan biaya jamuan) dan Rp1.625.000 beda
129.131.6 214.147.9 85.016.25
2010 waktu (koreksi negatif atas biaya
58 08 0
143.931.9 264.216.9 120.285.0
penyusutan). Tahun 2014 koreksi fiskal
2011 sebesar Rp142.835.000 terdiri dari
00 00 00
103.302.8 251.686.5 148.383.7 Rp144.460.000 beda tetap (koreksi positif
2012
10 60 50 atas biaya tunjangan pajak, biaya rekreasi,
108.739.8 254.264.8 145.525.0 biaya pulsa, biaya jamuan, dan koreksi
2013
00 00 00 negatif atas pendapatan bunga) serta
120.822.0 263.657.0 142.835.0 Rp1.625.000 beda waktu (koreksi negatif atas
2014
00 00 00 biaya penyusutan).
196.571.0 387.734.7 191.163.7 Tahun 2015 koreksi fiskal sebesar
2015
00 00 00
Rp191.163.700 terdiri dari Rp181.538.700
169.338.2 310.805.1 141.466.9
2016 beda tetap (koreksi positif atas biaya
50 84 34
tunjangan pajak, biaya rekreasi, biaya pulsa,
Sumber: Data Sekunder, diolah lebih lanjut
biaya jamuan, biaya sumbangan, dan koreksi
Hasil koreksi fiskal tahun 2009 sebesar negatif atas pendapatan bunga) serta
Rp36.120.938 terdiri dari Rp31.245.938 beda Rp9.625.000 beda waktu (koreksi positif atas
tetap (koreksi positif atas biaya pulsa dan biaya penyusutan). Tahun 2016 koreksi fiskal
biaya jamuan) dan Rp4.875.000 beda waktu sebesar Rp141.466.934 terdiri dari
(koreksi positif atas biaya penyusutan). Rp131.216.934 beda tetap (koreksi positif
Tahun 2010 koreksi fiskal sebesar atas biaya tunjangan pajak, biaya rekreasi,
Rp85.016.250 terdiri dari Rp80.141.250 beda biaya pulsa, biaya jamuan, dan koreksi
tetap (koreksi positif atas biaya rekreasi, negatif atas pendapatan bunga) serta
biaya pulsa, dan biaya jamuan) dan Rp10.250.000 beda waktu (koreksi positif
Rp4.875.000 beda waktu (koreksi positif atas atas biaya penyusutan).
biaya penyusutan).
Tahun 2011 koreksi fiskal sebesar Uji Normalitas
Rp120.285.000 terdiri dari Rp115.410.000 Penelitian ini menggunakan uji One-
beda tetap (koreksi positif atas biaya rekreasi, Sample Kolmogorov-Smirnov, untuk menguji
biaya pulsa, dan biaya jamuan) dan normalitas residual. Taraf signifikansi
Rp4.875.000 beda waktu (koreksi positif atas sebesar 0,05 (5%), dan data dinyatakan
biaya penyusutan). Tahun 2012 koreksi fiskal berdistribusi normal jika signifikansi lebih
sebesar Rp148.383.750 terdiri dari besar dari 0,05. Adapun hipotesis Uji K-S
Rp168.633.750 beda tetap (koreksi positif sebagai berikut:
Ho = Data residual berdistribusi normal (3)
atas biaya tunjangan pajak, biaya rekreasi,
Ha = Data residual tidak berdistribusi normal
biaya pulsa, dan biaya jamuan) dan
(4)

Andhyka, Rekonsiliasi Fiskal… Page 182


Jurnal Analisa Akuntansi dan Perpajakan, Volume 6, Nomor 2, September 2022, Hlm 178-
185

Berdasarkan uji normalitas yang telah terdiri dari beda tetap dan beda waktu
dilakukan dengan N = 8 maka nilai Asymp terhadap pendapatan dan biaya dalam suatu
pada laba komersial 0,854:2 = 0,427 > 0,05 periode pembukuan.
(uji satu sisi dimana nilai asymp dibagi 2) dan Pengujian hipotesis ini menggunakan uji
nilai Asymp pada laba fiskal 0,740:2 = 0,370 satu sisi dengan tingkat signifikansi α = 5%.
> 0,05 sehingga distribusi data dinyatakan Tingkat signifikansi berarti tingkat risiko
normal. Walaupun berdistribusi normal, salah dalam mengambil keputusan untuk
dikarenakan jumlah sampel yang sedikit (N = menolak hipotesis yang benar maksimal 5%.
8) dan tidak adanya asumsi-asumsi mengenai Jumlah sampel (N) dari laba komersial dan
sebaran data populasi maka uji selanjutnya laba fiskal sebanyak 8 (delapan), yaitu dari
yang digunakan adalah uji hipotesis dengan tahun 2009 – tahun 2016. Nilai korelasi
pendekatan non parametrik statistik. antara 2 (dua) kelompok tersebut hasilnya
0,782 artinya hubungan kuat dan positif.
Uji Hipotesis Tingkat signifikansi hubungan hasilnya 0,022
Nilai uji statistik non paramaterik artinya signifikan pada level 0,01.
sebagai berikut:
Tabel 2 Uji Wilcoxon Tabel 3 Uji Paired Samples
Fiskal - Komersial
Pair 1
Komersial –
Z -2,521a
Fiskal
Asymp. Sig. (2-tailed) ,012
Mean -126,347,322
a. Based on negative ranks Std. Deviation 46,965,052.64
Sumber: Data Sekunder, diolah lebih lanjut Std. Error Mean 16,604,653.60
Paired 95% Lower -165,611,088
Differences Confidence
Uji satu sisi dimana nilai asymp dibagi 2. -87,083,554.9
Interval of
Nilai Z adalah -2,521 dan tabel distribusi t the
Upper
dicari pada α = 5% : 2 = 2,5% (uji satu sisi) Difference
dengan derajat kebebasan (df) n-1 atau 8-1 = t -7,609
7. Nilai asymp-sig = 0,012:2 = 0,006 dimana df 7
Sig. (2-tailed) ,000
daerah kritis jika nilai asymp-sig < nilai α
maka Ho ditolak. Dengan tingkat
Sumber: Data Sekunder, diolah lebih lanjut
signifikansi α = 0,05. Oleh karena nilai
asymp-sig = 0,006 < 0,05 maka Ho ditolak
Nilai Sig. (2-tailed) atau nilai
berarti terdapat perbedaan yang signifikan
probabilitas (p value) hasilnya adalah 0,000
antara laba komersial dengan laba fiskal.
artinya terdapat perbedaan yang signifikan
Hasil ini sesuai dengan penelitian-
antara laba komersial dengan laba fiskal,
penelitian terdahulu dan pendapat para ahli
karena p value < 0,05 (95% merupakan
yang menyatakan bahwa laba komersial
tingkat kepercayaan). Nilai thitung hasilnya -
berbeda dengan laba fiskal, baik secara
7,609 akan dibandingkan dengan ttabel pada df
signifikan atau tidak signifikan. Nilai
= 7, jika thitung > ttabel maka siginifikan. Mean
signifikansi bisa berbeda antara satu
bernilai negatif artinya terjadi kecenderungan
perusahaan dengan perusahaan lainnya
kenaikan laba setelah dilakukan rekonsiliasi
tergantung dari hasil koreksi fiskal yang

Andhyka, Rekonsiliasi Fiskal… Page 183


Jurnal Analisa Akuntansi dan Perpajakan, Volume 6, Nomor 2, September 2022, Hlm 178-
185

fiskal dengan rata-rata kenaikan 126,347,322. nilai yang signifikan antara laba komersial
Ini berarti rekonsiliasi fiskal akan membuat dan laba fiskal pada PT FASA. Perbedaan
laba perusahaan akan menjadi lebih besar nilai antara laba komersial dengan laba fiskal
sehingga potensi penerimaan pajak Badan disebabkan karena adanya perbedaan aturan
akan menjadi lebih besar. antara SAK dengan Undang-Undang
Perpajakan sehingga menyebabkan
Pajak Tangguhan timbulnya beda tetap dan beda waktu akibat
Pajak tangguhan dihitung dengan dari koreksi fiskal yang dilakukan.
menjumlahkan koreksi positif dan koreksi Hasil dari koreksi fiskal terhadap
negatif dari beda waktu (temporer) per pendapatan dan biaya perusahaan antara lain:
tahunnya lalu dikalikan dengan tarif PPh (a) perbedaan metode penghitungan biaya
Badan sebesar 25%, sehingga didapat: tahun penyusutan yang digunakan oleh perusahaan
2009 sebesar Rp1.218.750 sebagai aset pajak yang merupakan beda waktu; (b) adanya
tangguhan; tahun 2010 sebesar Rp1.218.750 pendapatan yang tidak diakui yaitu
sebagai aset pajak tangguhan; tahun 2011 pendapatan bunga dikarenakan termasuk
sebesar Rp1.218.750 sebagai aset pajak penghasilan final sehingga tidak dapat
tangguhan; tahun 2012 sebesar Rp5.062.500 ditambahkan sebagai penghasilan neto
sebagai kewajiban pajak tangguhan; tahun perusahaan; (c) adanya biaya yang tidak
2013 sebesar Rp406.250 sebagai kewajiban termasuk pengurang penghasilan kena pajak
pajak tangguhan; tahun 2014 sebesar antara lain biaya rekreasi, sumbangan, dan
Rp406.250 sebagai kewajiban pajak biaya jamuan yang tidak ada daftar nominatif.
tangguhan; tahun 2015 sebesar Rp2.406.250 Selisih perbedaan dari pajak komersial
sebagai aset pajak tangguhan; dan tahun 2016 dengan pajak kini akan menghasilkan beban
sebesar Rp2.562.500 sebagai aset pajak pajak tangguhan atau pendapatan pajak
tangguhan. tangguhan yang akan muncul di laporan laba
Perlakuan pengakuan, pengukuran, rugi dan neraca perusahaan di setiap
penyajian, dan pengungkapan terhadap aset tahunnya. Menghitung dan memperkirakan
pajak tangguhan dan kewajiban pajak pajak tangguhan merupakan upaya penting
tangguhan pada setiap tahunnya mengikuti sebagai bentuk pelaksanaan dan pemenuhan
pedoman PSAK No, 46 tentang Akuntansi ketentuan PSAK 46, sebagai upaya
Pajak Penghasilan. Akun aset pajak manajemen pajak yang baik, juga sebagai
tangguhan dan akun kewajiban pajak dasar perkiraan dampak pajak di masa yang
tangguhan tersebut akan tersaji di dalam akan datang.
neraca keuangan periode berjalan dan akan
dikompensasikan di setiap periode SARAN
berikutnya. Sedangkan akun pendapatan 1. Rekonsiliasi fiskal merupakan sarana
pajak tangguhan dan akun beban pajak yang paling tepat digunakan
tangguhan akan tersaji di dalam laporan laba perusahaan dalam menentukan jumlah
rugi periode berjalan. pajak penghasilan terutang dan dapat
diterapkan bagi setiap wajib pajak yang
KESIMPULAN DAN SARAN menyelenggarakan pembukuan.
KESIMPULAN 2. Bagi pihak lainnya yang akan melakukan
Hasil analisis dan pembahasan penelitian sejenis, sebaiknya
menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan untuk memperhatikan ketersediaan akses

Andhyka, Rekonsiliasi Fiskal… Page 184


Jurnal Analisa Akuntansi dan Perpajakan, Volume 6, Nomor 2, September 2022, Hlm 178-
185

data. Karena data yang digunakan


umumnya bersifat rahasia dan tidak
ditujukan untuk khalayak ramai,
khususnya pada perusahaan tertutup

REFERENSI

IAI. (2014). Pernyataan Standar Akuntansi


Keuangan (PSAK) Nomor 46. In
Jakarta: Salemba Empat (Revisi).
Dewan Standar Akuntansi
Keuangan Ikatan Akuntan
Indonesia.
Kasmir. (2014). Analisis Laporan Keuangan,
Edisi Pertama, Cetakan Ketujuh.
PT. Rajagraf indo Persada, Jakarta.
In Raja Grafindo Persada: Vol. V
(1st ed., Issue 2015).
Muljono, D. (2009). Akuntansi Pajak, edisi
revisi (Revisi). Andi.
Setiawan, A., & Musri, B. (2006).
Perpajakan Umum, Edisi Revisi.
Rajawali Pers.
Soemarso, S. R. (2010). Akuntansi : suatu
pengantar / Soemarso S.R (Revisi).
Salemba Empat.
Waluyo. (2012). Akuntansi Pajak. Salemba
Empat.
Wardoyo, H. (2013). Pajak Terapan Brevet
AB (Revisi). TaxSys.
Zain, M. (2003). Manajemen Perpajakan
Jakarta: Salemba Empat. Kinerja
Atas Pelaksanaan Rencana Kerja
Dan Anggaran

Andhyka, Rekonsiliasi Fiskal… Page 185

Anda mungkin juga menyukai