Anda di halaman 1dari 7

1.

Bentuk Bangunan

Rumah adat Jambi Kajang Lako berbentuk rumah panggung persegi panjang dengan ukuran panjang 12
meter dan lebar 9 meter serta menggunakan 30 tiang.\

Pada bagian ujung atapnya berbentuk melengkung ke atas sehingga sehingga menyerupai perahu.

Berbentuk empat persegi panjang agar mempermudah penyusunan ruangan sekaligus menyesuaikan
dengan fungsinya.

Selain itu, bangunan rumah adat Jambi Kajang Lako terbuat dari kayu ulin khas Jambi. Sementara itu,
pada bagian dindingnya berukir Masinding.

2. Atap Bangunan

Melansir dari buku berjudul Mengenal Rancang Bangun Rumat Adat di Indonesia (2017)karya Faris Al
Faisal, rumah adat Jambi Kajang Lako memiliki atap bangunan rumah panggung yang dinamai "gajah
mabuk".

Sebutan itu diambil dari nama pembuat rumah yang sedang dimabuk asmara namun tidak mendapatkan
restu orangtua.

Bubungan dibuat mirip seperti perahu dengan ujung atas bubungan melengkung ke atas yang dikenal
dengan sebutan "potong jerambah" atau "lipat kajang".

Sedangkan pada bagian atas dinamai "kasau" yang terbuat dari mengkuang atau ijuk yang dianyam dan
dilipat dua.

Hal ini digunakan untuk mencegah air hujan tidak masuk ke dalam rumah.

3. Dinding dan Pintu

Di bagian dinding samping bangunan terbuat dari papan yang diukir.

Untuk bagian pintunya terdiri dari tiga macam yakni pintu tegak, pintu masinding dan pintu balik
melintang.
Berikut adalah beberapa kelebihan kayu Ulin:

 Jenis kayu yang sangat kuat, awet, dan tahan lama.


 Kebal terhadap serangan rayap.
 Karena materialnya yang kuat, kayu ini cocok digunakan untuk pondasi rumah, atap
rumah, pintu, dan kusen.
 Bisa dijadikan cendera mata, seperti batu cincin, gelang, jam, meja dan perhiasan.
 Tahan dengan perubahan kelembaban dan suhu juga terhadap air laut.
 Cocok digunakan untuk bahan bangunan, seperti konstruksi rumah, jembatan,
perkapalan, dan tiang listrik.

Seperti beberapa jenis kayu lainnya, kayu ulin pun memiliki beberapa kekurangan,
diantaranya:

 Banyaknya permintaan kayu ulin tidak didukung oleh potensi kayu ulin itu sendiri di
hutan. Kayu ulin menjadi sangat langka khususnya di wilayah Kalimantan Selatan dan
Kalimantan Timur.
 Kayu ini sukar untuk dipaku karena teksturnya yang keras dan kuat, namun anda tetap
bisa memotongnya dengan cara digergaji.

a. beton (concrete), sifat – karakteristik beton dan teknik konstruksi bahan beton;

b. kayu (wood), sifat - karakteristik bahan kayu dan teknik konstruksi bahan kayu;

c. Beton adalah campuran yang diformulasikan berdasarkan berat unsur-unsur penyusun seperti
agregat halus, agregat kasar, air, semen dan dengan atau tanpa bahan tambahan yang setelah
mengeras membentuk masa padat. Karakteristik beton adalah mempunyai tegangan hancur
tekan yang tinggi serta tegangan hancur tarik yang rendah.

d. Beton bertulang adalah beton yang ditulangi dengan luas dan jumlah tulangan tertentu untuk
mendapatkan tanggap suatu penampang yang berdsarkan asumsi bahwa kedua material
bekerjasama dalam memikul beban yang terjadi, dimana beton akan menahan gaya tekan
sedangkan baja tulangan akan menahan gaya tarik dan sebagian gaya tekan.

e. Beton memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan beton diantaranya dapat dengan mudah
dibentuk sesuai kebutuhan, mampu memikul beban yang berat, tahan terhadap suhu tinggi, dan
bianya pemeliharaan yang relatif murah, sedangkan kekurangan beton adalah sulit merubah
bentuk yang telah dibuat, berat, pengerjaan membutuhkan ketelitian tinggi, daya pantul suara
yang besar, dan kuat tarik yang rendah. Kuat tarik beton yang lemah dapat diatasi dengan
menambahkan baja tulangan ke dalam beton yang selanjutnya disebut sebagai beton bertulan

Beton bersifat getas, mempunyai kuat tekan tinggi namun kuat tariknya rendah.
Kekuatan beton

Pada dasarnya kuat tekan beton tergantung pada 3 hal, yaitu :

1. Kekuatan pasta (semen dan air)

2. Daya rekat antara pasta dengan butir agregat

3. Kuat tekan agregat

Secara lebih rinci kuat tekan beton dipengaruhi oleh faktor sebagai berikut :

1. Umur beton

2. Fas (faktor air semen)

3. Kepadatan

4. Jumlah pasta semen

5. Jenis semen

6. Sifat agregat

Rumah adat menjadi salah satu hal yang mewakili kebudayaan suatu bangsa ataupun
suku. Keunikan dan ciri khasnya terkadang diadaptasi dari peninggalan leluhur yang
dihormatinya.

Salah satunya adalah rumah adat dari Provinsi Jambi yang memiliki sejarah panjang
dan nilai filosofinya yang bernama Kajang Lako.

Kajang Lako adalah rumah adat dari Suku Bathin yang merupakan suku Melayu di
provinsi Jambi. Suku Bathin sendiri memiliki dua penyebutan lain bagi rumah adat
ini yaitu "Rumah Lamo" dan "Rumah Tuo".

Kajang Lako juga dipercaya sudah ada sejak masa peradaban Koto Rayo yang
merupakan salah satu pemukiman melayu pertama di Pulau Sumatra.

Peninggalan Peradaban Koto Rayo


Rumah Kajang Lako dibangun oleh penduduk dari Peradaban Koto Rayo yang
melakukan migrasi ke tepian Sungai Tabir di daerah Jambi. Rumah Kajang Lako saat
itu selain digunakan sebagai tempat hunian juga menjadi tempat diadakannya
kegiatan adat atau tempat berdiskusi oleh masyarakat Jambi.

Dan saat ini rumah Kajang Lako menjadi rumah adat resmi Provinsi Jambi yang
sebelumnya terpilih berdasarkan sayembara bertajuk Sepucuk Jambi Sembilan
Rumah oleh Gubernur Jambi pada tahun 1970.

Atap yang Dibangun saat Jatuh Cinta

Bangunan Kajang Lako berbentuk persegi panjang dengan maksimal ukuran 12 x 9


meter. Untuk memperkuat bangunan, Kajang Lako ditopang oleh 30 tiang dari kayu
solid dengan 24 tiang utama dan sisanya merupakan tiang pelambang dengan tinggi
4,25 meter.

Untuk memasuki rumah Kajang Lako ini kamu harus menggunakan dua tangga yang
terletak di sisi kanan dan kiri rumah.

Sisi kanan sendiri merupakan pintu masuk utama dan sisi tangga kiri merupakan
tangga penteh atau ruangan yang biasanya digunakan untuk menyimpan barang.

Bagian atap Kajang Lako disebut dengan gajah mabuk yang konon katanya bahwa
saat itu pembuat rumah sedang dimabuk cinta namun sayangnya tidak mendapat
restu dari orang tua.

Atap tersebut dibuat melengkung ke atas seperti segitiga dengan bagian atas bernama
kasau yang terbuat dari anyaman ijuk atau kayu yang dibentuk sedemikian rupa dan
berfungsi menahan air yang masuk ketika hujan datang. Pada bagian langit-langit
juga terdapat pemisah yang berfungsi menahan rembesan air hujan.

Memiliki Tiga Jenis Pintu


Rumah Kajang Lako memiliki tiga jenis pintu, yaitu Pintu Tegak, Pintu Masinding,
dan Pintu Balik Melintang. Pintu Tegak berfungsi sebagai pintu masuk dan biasa
dibuat rendah agar orang yang melewatinya harus menunduk terlebih dahulu. Hal ini
ditujukan bahwa tamu harus menghormati sang pemilik rumah.

Pintu Masinding pada rumah ini berfungsi sebagai jendela dan biasanya terletak di
ruang tamu. Selain sebagai ventilasi pintu ini juga dijadikan akses bagi para tamu
untuk melihat upacara adat yang ada di dalam rumah.

Kajang Lako memiliki Pintu Balik Melintang yang hanya digunakan oleh orang yang
dihormati, yaitu pemuka adat, alim ulama, ninik mamak, dan cerdik pandai.

Filosofi yang Terdapat pada Ornamen-Ornamen Rumahnya

Masyarakat Jambi dikenal sangat menghargai keberadaan hutan dalam kehidupan


sehari-hari sampai-sampai mereka menjadikan motif flora dan fauna pada rumah
adatnya.

Motif flora yang digunakan antara lain motif bungo tanjung, tampuk manggis, dan
bungo jeruk yang biasanya terdapat pada bagian dinding depan, belandar, atau atas
pintu.

Motif fauna pada Kajang Lako dapat dilihat dari adanya motif ikan yang memiliki
makna bahwa ikan merupakan sumber kehidupan masyarakat Jambi yang hampir
seluruhnya berprofesi sebagai nelayan.
Mudah dalam pengerjaan, bisa dibuat atau dibentuk sesuai keinginan • Mudah untuk dipaku, dibaut,
dan direkatkan • Mudah didapat, karena di Indonesia masih banyak tersedia dan ketersediaannya bisa
didaur ulang lagi dengan reboisasi • Jenis kayu solid awet dan tahan lama • Harganya relatif murah
dibandingkan dengan bahan bangunan lainnya • Kekuatan kayu cukup tinggi dan ringan • Daya tahan
terhadap listrik dan bahan kimia cukup baik • Dapat kedap suara • Jenis kayu tertentu mempunyai
tekstur yang indah sehingga memiliki nilai lebih untuk dijadikan elemen dekorasi

• Bersifat kurang homogen • Mudah terpengaruh oleh iklim • Terdapat cacat bawaan dan cacat alam,
seperti mata kayu dan pecah-pecah • Kerusakan dapat terjadi pada kelembaban yang tinggi • Mudah
terserang jamur dan serangga, seperti rayap

Setiap jenis material yang digunakan dapat memberikan kesan motif, tekstur, warna, refleksi, dan
lainnya yang berbeda. Pada intinya, material digunakan untuk mewujudkan aspek kekuatan,
fungsionalitas dan mewujudkan estetika yang dimaksud oleh perancang ketika merancang bangunan
tersebut berdasarkan jenis bahan material yang digunakan. • Setiap jenis material yang digunakan
memiliki kelebihan dan kekurangan yang berbeda sehingga tujuan yang akan dicapai oleh perancang
akan menentukan jenis material yang akan dipilih. Namun, dalam proses pemilihan material yang akan
digunakan harus dipertimbangkan dari berbagai aspek yang dapat mempengaruhi hasil dari penggunaan
material tersebut, seperti pertimbangan aspek pencahayaan, refleksi, dan warna material yang dapat
menentukan hasil visual penggunaan material secara keseluruhan. • Material yang digunakan dalam
arsitektur terbagi menjadi dua kategori, yaitu 1. Material yang berpengaruh terhadap system struktur
dan organisasi fungsional. Material ini akan mempengaruhi kekuatan struktur dari bangunan, proporsi,
kualitas ritmik massa bangunan, dan berat beban dari bangunan tersebut. 2. Material yang berpengaruh
terhadap elemen microscale arsitektur, tekstur, dan finishing detail-detail arsitektural. Material ini akan
mempengaruhi tujuan estetika yaitu pada aspek visual yang akan dicapai dan juga biaya yang akan
dikeluarkan berdasarkan jenis materialnya.
Ciri Khas dan Keunikan Rumah Kajang Lako Rumah kajang lako memiliki ciri khas dan
keunikan yang diadaptasi dari kehidupan masyarakat Melayu Kuno. Rumah adat ini
menggambarkan budaya masyarakat Melayu yang kekeluargaan, menghormati orang tua,
keharmonisan, dan gotong royong.

Ciri khas dan keunikan rumah kajang lako bisa dilihat dari bentuk, ragam hias, dan fungsinya.
1. Bentuk Rumah Kajang Lako Rumah kajang lako merupakan rumah panggung yang
berbentuk persegi panjang.

Umumnya, rumah adat ini memiliki panjang 12 meter dan lebar 9 meter. Karena berupa rumah
panggung, rumah kajang lako ditopang oleh tiang-tiang setinggi 4,25 meter. Menurut Kiki
Ratnaning Arimbi dalam "Berselancar Ke 34 Rumah Adat, Yuk!" bangunan utama, seperti
dinding, lantai, dan tangga dibuat dari papan kayu. Atap atau bubungan rumah kajang lako
melengkung ke atas.

Jika dilihat secara sekilas, atap rumah kajang lako memiliki bentuk seperti perahu. Bentuk atap
dirancang sedemikian rupa untuk mempermudah turunnya air hujan dan mempermudah
sirkulasi udara. Bahan utama membuat atap adalah ijuk yang dianyam dan dilipat dua.

Orang Batin menyebut atap kajang leko sebagai "gajah mabuk." Sebutan tersebut muncul dari
cerita rakyat yang menyebutkan bahwa sang pembuat rumah kala itu sedang dimabuk cinta
namun tidak memperoleh restu dari orang tua.

Rumah kajang lako memiliki tiga jenis pintu, yaitu pintu tegak, pintu masinding, dan pintu balik
melintang. Pintu tegak berfungsi sebagai pintu masuk. Pintu ini biasa dibuat rendah agar orang
yang melewatinya harus menunduk terlebih dahulu. Ini memiliki makna bahwa tamu harus
menghormati sang pemilik rumah. Pintu kedua adalah pintu masinding.

Pintu ini berfungsi sebagai jendela dan biasanya terletak di ruang tamu. Pintu masinding
berfungsi sebagai ventilasi serta akses bagi para tamu untuk melihat upacara adat yang ada di
dalam rumah. Pintu ketiga adalah pintu balik melintang.

Pintu ini hanya digunakan oleh orang yang dihormati, yaitu pemuka adat, alim ulama, ninik
mamak, dan cerdik pandai. Bagian depan rumah kajang lamo terdapat sebuah pelamban atau
teras rumah. Pelamban digunakan sebagai ruang tunggu bagi tamu yang belum dipersilahkan
masuk.

Anda mungkin juga menyukai