Anda di halaman 1dari 21

MENGENAL INVENTARIS LITURGIS

(BUSANA LITURGI +
PERLENGKAPAN LITURGI)
Pengantar
Sebagai seorang Putra Altar yang indentik dengan berbagai perlengkapan liturgis yang kita gunakan, mulai dari
busana liturgis, dan perlengkapan liturgis. Oleh karena itu, hendaknya kita mengenal nama dan fungsi dari
benda-benda tersebut. Bab ini akan terdiri dari 3 bagian, yakni warna liturgi, busana liturgi, dan inventaris
liturgis

A. Warna Liturgi
Seringkali kita lihat, Imam dan petugas liturgi menggunakan warna-warna yang bermacam2 pada
setiap masa yang ada. Dalam Gereja Katolik, warna liturgi, terdiri dari 6 jenis dengan maknanya yang
bermacam-macam, berikut perincianya.
a. Putih
Warna Putih merupakan warna yang paling sering digunakan dalam Gereja Katolik.Warna ini
melambangkan sukacita dan kegembiraan dalam Gereja.Warna ini sering dikombinasikan dengan
warna kuning, dan emas (Untuk Klerus) dan dengan warna merah dan hitam untuk para Putra Altar.
Warna ini sering digunakan pada Perayaan – perayaan sebagai berikut :
- Masa Paskah
- Masa Natal
- Kamis Putih
- Sabtu Suci
- Perayaan Yesus (Yang bukan masa sengsaranya)
- Perayaan Maria
- Perayaan Orang Kudus yang bukan Martir
- Misa Arwah (Opsional) sebagai tanda kebangkitan Kristus dari maut.
- Perayaan – perayaan syukur
- Penerimaan Krisma : sebagai lambing Roh Kudus dalam rupa burung merpati dan sinar
- Pernikahan dan Tahbisan
- Baptisan

b. Merah
Warna merah merupakan warna yang melambangkan cinta dan pengorbanan.Merah sendiri dapat
bermakna darah yang artinya pengorbanan. Selain itu warna merah juga bermakna lidah – lidah api
yang melambangkan Roh Kudus. Warna merah ini digunakan pada perayaan-perayaan sebagai
berikut :
- Minggu Palma
- Jumat Agung
- Pentakosta
- Penerimaan Krisma
- Hari Raya Sengsara Tuhan
- Peringatan para Martir

c. Hijau
Hijau merupakan lambang yang melambangkan pengharapan dalam Gereja Katolik agar hadirnya
sebuah kabar gembira. Warna ini diumpamakan seperti tunas yang tumbuh yang diharapkan dapat
berbuah yang baik. Warna ini digunakan pada masa biasa.

d. Ungu
Ungu merupakan warna yang bermakna tobat, penantian, dan berkabung. Warna ini digunakan
oleh Gereja pada saat :
- Masa Adven
- Masa Prapaskah
- Ibadat Tobat
- Ibadat Jalan Salib
- Misa Arwah

e. Hitam
Warna hitam merupakan warna yang berunsur duka.Warna ini digunakan pada perayaan
mengenang arwah, mulai dari misa requiem, hingga tutup peti.Sayangnya warna ini sudah sangat
jarang digunakan, dan lebih menggunakan warna ungu sebagai lambang duka.

f. Pink/Rose
Warna ini bersifat tentatif. Warna ini berunsur sukacita dan kegembiraan, karena telah melewati
separuh jalan pada masa penantian akan kebangkitan dan kelahiran sang Mesias. Warna ini
digunakan pada Minggu Adven ke-3, dan Minggu Prapaskah ke-4
Source :http://viktorabadiwaruwu.blogspot.com/2010/01/arti-simbol-simbol-dan-warna-
dalam.html

B. Busana Liturgis
Sering kita lihat, Imam dan petugas liturgi lainya menggunakan baju khusus pada saat bertugas dalam
Perayaan Ekaristi. Busana liturgi akan kita bagi dalam 3 bagian, busana misdinar dan akolit, busana
Imam/Klerus, dan busana uskup.

1. Busana Misdinar dan Akolit

a. Busana Misdinar
Busana misdinar adalah busana yang digunakan oleh misdinar dalam bertugas.Modelnya
ada bermacam-macam tergantung tradisi yang digunakan.

- Model Vatikan
Busana yang umum digunakan oleh banyak Putra Altar secara Umum,
sesuai dengan yang ada di Vatikan adalah jubah berwarna
hitam/putih/merah/Mengikuti warna liturgi, ditambah dengan superpli
berwarna putih.

- Model Jarik
Pada Gereja Katolik di Indonesia yang terletak di daerah tropis, banyak gereja katolik yang
menyederhanakan kostum putra altar menjadi 3 potongan, yang terdiri dari :
- Jarik/Under skirt sesuai dengan warna liturgy atau warna putih
- Superpli berwarna putih yang menyerupai kaos dengan lebar kerah yang proposional
- Semacam penutup kerah menyerupai Mozetta yang digunakan oleh uskup dan cardinal.

- Model terusan/Daster
Selain kedua model diatas, dapat pula menggunakan kostum putra altar dengan susunan baju
sebagai berikut :
- Alba putih
- Singel
- Penutup kerah yang menyerupai mozetta sesuai dengan warna liturgy

b. Alba
Alba adalah jubah berwarna putih berbentuk terusan hingga semata
kaki yang sering digunakan oleh akolit dan Imam dalam Perayaan
Ekaristi, dan keperluan liturgis lainya. Jubah ini bermakna kesucian.
Pada era ini, alba sudah dilengkapi dengan kerah. Apabila alba belum
terdapat kerah, maka dapat menggunakan amik.

c. Singel
Siingel merupakan semacam tali panjang yang
digunakan untuk mengikat pinggang apabila telah
menggunakan alba. Single digunakan sesuai
kebutuhan tergantung dengan ukuran alba yang
dipakai, apabila alba yang digunakan terlalu lebar
atau terlalu panjang, maka dapat diikat dengan
singel pada bagian pinggang

d. Amik
Benda ini memang sudah agak jarang digunakan karena pada era ini, alba sudah dilengkapi
dengan kerah. Amik digunakan untuk menutupi kerah baju.Dipakai disekitar leher dan bahu,
kemudian diikatkan. Benda ini dipakai sebelum Klerus atau Akolit menggunakan alba

e. Kostum lektor/Pemazmur/Komentator
Sebenarnya pakaian ini boleh dipakai, boleh tidak.Juga kebijakan setiap Gereja pun
berbeda-beda. Ada yang cukup menggunakan pakaian rapi dan sopan, ada yang
menggunakan alba putih ditambah dengan singel. Ada pula yang diberikan tambahan
seperti samir yang dikalungkan.Semacam atasan menyerupai mozetta pula, dan kain
selempang.Walaupun demikian, hal ini tergantung dari kebijakan masing-masing gereja.
Yang terpenting dapat membantu menyampaikan Sabda Tuhan dengan baik

f. Samir/Kalung Salib.
Benda ini biasanya digunakan oleh para Prodiakon yang bertugas membantu
Imam untuk membagikan Komuni Kudus. Bentuknya menyerupai kalung yang
terdiri dari salib, yang dikalungi dengan kain/bahan lainya yang digunakan
untuk mengalungi.Biasanya samir yang menggunakan kain, kainya
berwarnakan dengan warna liturgi.

g. Superpli
Benda ini adalah pengganti Alba. Biasa dipakai Imam pada saat
merayakan Ekaristi diluar gereja. Walaupun demikian, penggunaanya
tetap tidak boleh sembarangan, harus diawali dengan Jubah dahulu,
baru disambung dengan Superpli. Tidak hanya Imam yang
menggunakan Superpli, Biarawan tidak tertahbis boleh pula
menggunakan ini, dan misdinar pun juga menggunakan benda ini ketika
bertugas.

2. Busana KHUSUS Imam


Imam merupakan sosok yang terpanggil dan tertahbis untuk mewartakan Sabda Tuhan, dan
mempersembahkan Kurban Ekaristi. Untuk menjadi Imampun tentunya akan menempuh proses
yang panjang. Mulai dari Novisiat, hingga pada tahap menjadi Diakon dan akhirnya menerima
tahbisan Imamat. Ada 2 jenis Imam Katolik yang kita kenal, yakni Imam diosesan yang berkarya
dalam satu Keuskupan, dan Imam Religius yang tergabung dalam Ordo. Dalam Perayaan
Ekaristi, Imam tentunya akan menggunakan busana yang berbeda dengan umat dan petugas
liturgy lainya. Mari kita simak, apa saja yang digunakan Imam dalam mempersembahkan
Kurban Ekaristi

a. Stola

semacam selendang panjang; simbol bahwa yang mengenakannya sedang


melaksanakan tugas resmi Gereja, terutama menyangkut tugas
pengudusan (imamat). Stola melambang-kan otoritas atau ke- wenangan
dalam pelayanan sakra-mental dan berkhot-bah. Secara khusus, sesuai
dengan doa ketika mengenakan-nya, stola dimaknai sebagai simbol
kekekalan. Warnanya.Diakon memakainya menyilang, dari pundak kiri ke
pinggang kanan. Imam memakainya dengan cara mengalungkannya di leher, dua ujung stola itu ke depan,
dibiar-kan menggantung (PUMR 340).

UNTUK SEKEDAR TAHU……


Dulu (sebelum pembaruan liturgis 1970), cara ini hanya untuk uskup atau abas, pejabat yang biasanya
mengenakan kalung salib (pektoral) — kalung salib semacam itu pun sebenarnya tidak perlu diperlihatkan
di atas kasula, dalmatik, atau pluviale, tapi boleh di atas mozzetta (lihat CE / Caeremoniale Episco-
porum 61). Sedangkan para imamnya dulu mengalungkan stola dan kemudian menyilangkannya di depan.
Sekali lagi, baik imam maupun uskup sekarang boleh mengenakan stola dengan cara yang sama (CE 66).

b. Kasula
Kasula adalah busana khas untuk imam, khususnya selebran
dan konselebran utama, yang dipakai untuk memimpin
Perayaan Ekaristi.Kasula melambangkan keutamaan cinta
kasih dan ketulusan untuk melaksanakan tugas yang penuh
pengorbanan diri bagi Tuhan.Warnanya sesuai dengan warna
liturgi untuk perayaannya.Model kasula mengalami beberapa
perubahan dan variasi. Dari yang panjang dan mewah banyak
hiasannya, lalu yang tampak minimalis dengan lengannya
seperti terpotong, sampai yang sederhana polos.Hingga saat
ini setidaknya ada dua macam model atau cara pemakaian stolanya. Kasula dengan stola dalam berarti
memakai stolanya di dalam, tertutup kasula.Kasula dengan stola luar berarti stolanya di atas kasula.

c. Dalmatik

Dalmatik dikenakan setelah stola diakon.Ini adalah busana resmi diakon tatkala bertugas melayani
dalam Misa/Perayaan Ekaristi, khususnya yang bersifat agung/meriah. Busana ini melambang-kan
sukacita dan kebaha-giaan yang merupakan buah-buah dari pengab-diannya kepada Allah.Warna atau
motif dalmatik disesuaikan dengan kasula imam yang dilayaninya pada waktu Misa.Bentuk dalmatik
seolah mirip kasula, namun sebenarnya mempunyai pola berbeda.Biasanya
ada beberapa garis menghiasinya.

d. Pluviale
Ini semacam mantel panjang (Latin: pluvia = hujan) yang digunakan di luar Perayaan Ekaristi dan dalam
perarakan liturgis, atau perayaan liturgis lain yang rubriknya menuntut digunakan busana itu (misalnya
untuk liturgi pemberkatan). Kita bisa melihatnya — meski sudah jarang — jika imam mengenakannya
dalam perarakan sebelum Misa Minggu Palma.Jenis busana ini memang tidak langsung berkaitan
dengan Misa, tapi sering digunakan sebelum Misa itu sendiri.

e. Velum
Velum adalah semacam kain putih/kuning/emas lebar yang dipakai pada
punggung ketika membawa Sakramen Mahakudus dalam prosesi (ingat saat
pemindahan Sakramen Mahakudus pada bagian akhir Misa Pengenangan
Perjamuan Tuhan, Kamis Putih malam!) dan memberi berkat dengan
Sakramen Mahakudus. Memang unsur busana ini tidak dipakai dalam
Perayaan Ekaristi, namun sangat ber-kaitan dengan Sakramen Ekaristi, yakni
dalam adorasi atau penghormatan kepada Sakramen Mahakudus.Kain semacam itu biasanya dihiasi.Ada
juga yang tanpa hiasan, namun dipakai untuk mem-bawa tongkat gembala dan mitra uskup, ketika
seorang uskup memimpin Perayaan Ekaristi meriah.Velum untuk tongkat dan mitra uskup itu biasanya
berwarna putih saja.

3. ATRIBUT KHUSUS USKUP

Kebanyakan busana yang dipakai uskup saat misa kurang lebih sama dengan Imam, namun ada beberapa
tambahan sebagai berikut :

1. Mitra
sejenis penutup kepala yang sekarang ini dikenal sebagai penutup kepala seremonial dan
tradisional para uskup dan beberapa abbas (kepala biara) tertentu dalam Gereja Katolik Roma.
Fungsi dari Mitra adalah sebagai tanda bahwa uskup, dan paus adalah pemimpin umat Katolik,
dalam suatu wilayah.Uskup dan Paus berhak menggunakan benda ini saat Misa meriah dan
memberikan sakramen.Pada saat Perayaan Ekaristi, Uskup/Paus menggunakanya saat Perarakan
masuk dan keluar, duduk, dan memberikan Homili, dan memberikan Berkat.

2. Tongkat Gembala/Crosier
Tongkat ini merupakan tongkat yang menjadi tanda penggembalaan seorang uskup dan tanda
tugasnya dalam memimpin Keuskupan.Tongkat Gembala seorang uskup hanya boleh digunakan
pada saat uskup bertugas di Keuskupan tersebut kecuali Uskup setempat memperbolehkan
Uskup dari luar keuskupanya menggunakan tongkat gembalanya, dan keuskupan yang
dikunjungi terdapat tahta lowong. Apabila dalam satu Perayaan Ekaristi, sistemnya adalah
konselebrasi uskup, maka hanya uskup selebran utama yang memakai tongkat gembala dan
mitra, selebihnya, uskup yang lain hanya menggunakan mitr, pada misa tahbisan episcopal,
uskup pentahbis pada awalnya menggunakan tongkat gembala, namun setelah uskup baru resmi
ditahbiskan, maka yang menggunakan tongkat gembala hanyalah uskup yang telah ditahbiskan.
Tongkat Gembala keuskupan, dipakai saat perarakan, memberikan homili (opsional) dan pada
saat memberikan berkat

3. Pallium (Khusus Uskup Agung Metropolit, Uskup Agung Tituler dan Paus)
Pallium merupakan simbol yang hanya diberikan kepada Paus dan Uskup Agung.Kata pallium
berasal dari kata bahasa Latin palla yang berarti ‘jubah wol’.Sesuai tradisi, seorang Uskup
Agung baru akan menerima pallium dari Paus pada hari Raya Santo Petrus dan Santo Paulus.
Pallium itu boleh dikenakannya setiap misa selama masih aktif menjabat sebagai uskup agung.
. Berbentuk seperti stola namun melingkar, namun dipakai dengan cara dikalungkan pada saat
setelah memakai Kasula. Palium dipakai oleh Uskup Agung dan Sri Paus sepanjang Perayaan
Ekaristi.

4. Cincin
Setiap uskup pasti memiliki cincin.Cincin tersebut dipakai dalam keseharianya karena cincin
tersebut adalah tanda persatuan antara uskup dengan mempelainya yakni Gereja. Biasanya cincin
Uskup terkandung butiran kecil relikwi dari seorang Kudus

5. Salib Pektoral
Salib pektoral (salib dada) adalah asesoris pontifikal yang menjadi privilese uskup Salib ini
selalu dipakai uskup dalam keseharianya, namun dalam Perayaan Ekaristi seharusnya benda ini
tidak boleh diperlihatkan karena bukan busana liturgis.Tradisi ini tetap dipertahankan sampai
sekarang dan salib pektoral menjadi penanda bahwa pemakainya adalah seorang uskup atau
prelat lain yang ekuivalen.Banyak tiruan dari benda ini yang sering dipakai oleh Prodiakon,
yakni Samir yang mayoritas menyerupai kalung salib yang dikalungkan di dada, dan kain
pegalungnya menyerupai stola Imam.Hal tersebut sebenarnya tidak boleh dilakukan agar tidak
terjadi kesalahpahaman dalam bidang liturgis.
3. INVENTARIS LITURGIS
Dalam Perayaan Ekaristi, Imam akan menggunakan berbagai macam peralatan untuk
mempersembahkan Kurban Ekaristi, mewartakan Sabda Tuhan dan mengungkapkan berbagai
hal. Oleh karena itu, sebagai Putra Altar hendaknya kita mengenal barang – barang tersebut.

a. Evangeliarium dan Buku Bacaan


 Evangelarium dalah sebuah buku yang berisi ajaran ajaran dari Yesus
sendiri melalui pewartaan Injil. Buku ini biasanya sudah
dikelompokkan per tahun liturgy dan per minggu. Fungsi dari
evangelarium ini adalah untuk mewartakan Injil pada saat misa, dan
tanda pengambilan sumpah seorang yang akan ditahbiskan dan
mengucapkan kaul. Di gereja – gereja yang sering kita lihat,
evangeliarium akan dibawa oleh Diakon atau Lektor pada saat
perarakan, kemudian diletakan di altar atau ditempat yang telah
disediakan, kemudian pada saat bacaan Injil, ada kemungkinan-
kemungkinan sebagai berikut :
- Jika daikon yang membacakan Injil, maka ia akan meminta berkat kepada Selebran utama entah
itu seorang Imam atau Uskup, kemudian membacakan Injil di mimbar atau altar. Apabila ada
pendupaan, Putra Altar akan mengisi pendupaan pada selebran utama, entah itu Imam atau
uskup, kemudian mengikuti Diakon pembaca injil ke tempat yang disediakan, kemudian sebelum
membacakan, Diakon akan mendupai injil 3 kali dengan 2 ayunan. Setelah membacakan Injil
dan maklumat, daikon akan mencium Injil sebagai tanda penghormatan, atau jika dalam misa
tersebut terdapat uskup yang memimpin Perayaan Ekaristi, maka uskup pemimpin ekaristilah
yang akan mencium injil tersebut, dan akan memberkati umat dengan cara membuat tanda salib
besar dengan Evangeliarium pada saat Perayaan Ekaristi meriah.

- Kemungkinan berikutnya apabila tidak Diakon, lector akan membawanya pada saat perarakan
atau salah satu Imam membawanya pada saat Misa Konselebrasi dengan seorang Uskup. Apabila
dalam misa orang tertahbis hanyalah Imam, maka Imam akan membacakan injil, dan apabila
sistemnya Konselebrasi, maka Imam yang membacakan Injil tidak perlu meminta berkat kepada
selebran utama, dikarenakan setiap Imam memiliki kedudukan sama. Apabila dalam suatu misa
Konselebrasi terdapat Uskup, maka Imam meminta berkat kepada Uskup, kemudian membawa
membacakan Injil yang tertera pada evangeliarium. Apabila ada pendupaan, maka putra altar
yang membawa pendupaan menghampiri selebran utama, atau Imam yang membacakan injil
untuk mengisi dupa. Setelah injil dibacakan, Imam pembaca Injil akan mencium Injil. Apabila
misa dipimpin oleh uskup, maka Imam pembaca injil akan menyerahkanya kepada uskup
pemimpin ekaristi untuk dicium dan uskup pemimpin ekaristi akan memberikan berkat dengan
Evangeliarium pada saat Misa Meriah.

 Buku bacaan

Buku bacaan kitab suci, adalah kitab yang berisi bacaan2 kitab suci baik bacaan misa harian,
mingguan, dan perayaan – perayaan lain. Buku ini terdiri dari Bacaan pertama, mazmur, bacaan
kedua, dan injil. Apabila dalam suatu Perayaan Ekaristi tidak terdapat Evangeliarium, maka
Imam atau Diakon dapat membacakan Injil melalui buku ini.

Sebenarnya keberadaan kedua buku liturgis tersebut tidak diwajibkan, tentunya akan melihat
situasi dan kondisi. Apabila diadakan misa diluar gereja, atau misa di tempat yang serba minim,
kedua benda tersebut dapat diganti dengan injil dan bacaan yang ada di alkitab, hanya saja kalau
di alkitab, untuk menentukan bacaan harus mencari menurut kitab, bab, dan ayat, sementara pada
kedua buku tersebut, sudah dikelompokkan, selain alkitab, suatu tulisan atau ketikan yang berisi
bacaan yang akan diwartakan pada saat Misa saat itu juga boleh diperkenankan. Intinya SABDA
TUHAN DAPAT DIWARTAKAN dan UMAT DAPAT MENGERTI DAN MERESAPI
MAKNA DARI SABDA TUHAN YANG TELAH DIWARTAKAN TERSEBUT!

b. Turibulum dan Navikula

Mungkin kita agak jarang mendengar nama ini. Ini adalah nama asli
dari wirug dan dupa, yang biasa digunakan dalam Perayaan Ekaristi
meriah, sebagai tanda naiknya ujud-ujud kita dihadapan Tuhan juga
penghormatan kepada Tuhan serta pemberkatan2. Benda ini terbuat
dari logam, dengan tungku dan rantai sepanjang kurang lebih 90 cm.
ketika digunakan, benda ini diisi dengan bara api menyala, akan
mengeluarkan asap yang mengepul ketika diisikan dengan bubuk
wewangian yang disebut dupa, dan ketika diayunkan asapnya akan
keluar. Berfungsi untuk memberkati hal – hal yang dirasa perlu
sebagai simbolis naiknya permohonan kita dihadapan Tuhan melalui
kepulan asap yang mengandung wewangian yang tentunya sudah diberkati. Sebenarnya
dalam setiap Perayaan Ekaristi, benda ini tentu boleh digunakan, namun seiring dengan
berbagai kondisi seperti lokasi, dan efisiensi waktu, benda ini hanya digunakan pada
perayaa.n – perayaan meriah, dan pemberkatan – pemberkatan.Dalam Perayaan Ekaristi
tanpa adanya ritual – ritual khusus, maka pendupaan digunakan pada saat
- Perarakan Masuk
Pada saat perarakan, putra altar pembawa turibulum dan navikula berjalan paling depan,
dan pembawa thuribulum mengayunkan benda tersebut agar asapnya keluar, hal ini
berfungsi sebagai pembuka jalan bagi para petugas liturgy. Setelah tiba didepan altar dan
memberi penghormatan bersama petugas liturgy lainya, petugas pembawa pendupaan
menghampiri selebran utama, wirug akan diisikan bubuk wewangian oleh selebran utama,
dan selebran utama akan memberkati altar. Pada saat selebran utama mendupai altar,
apabila kasula yang dikenakanya sedikit mengganggu proses pendupaan entah itu
kepanjangan atau lain sebagainya, Putra Altar pembawa pendupaan atau diakon (bila ada)
dapat menarik kasula di bagian tangan yang memegang dekat dengan tungku pada wirug.
Setelah imam memberkati altar, maka pembawa pendupaan mengembalikan pendupaan ke
tempat yang telah tersedia

- Bacaan Injil
Pada saat bacaan kedua pembawa pendupaan mengambil pendupaan, (Bila pada hari Minggu
Palma tidak perlu mengambil Karena pada Misa, bacaan injil diganti dengan pasio) ketika bait
pengantar injil, pembawa pendupaan masuk dan menghampiri konselebran utama atau imam
pembaca injil apabila yang tertahbis dalam satu misa hanyalah imam saja, untuk mengisi
pendupaan, kemudian mengikuti pembaca Injil ke tempat membacakan injil. Sebelum
membacakan Injil, pembaca Injil baik Imam ataupun Diakon akan mendupai injil sebanyak 2
x 3 ayunan, kemudian selama Injil dibacakan, pembawa wirug dan dupa menunggu hingga
bacaan Injil selesai baru mengembalikanya ketempat.

- Persembahan Pertama
Setelah doa umat, petugas pembawa pendupaan mengambil pendupaan ke Sakristi, kemudian
masuk kembali ketika yang bertugas dalam persembahan pertama mulai menuangkan air dan
anggur kepada Imam. Setelah Imam mendoakan persembahan roti dan anggur, pembawa
pendupaan menghampiri selebran utama, selebran utama akan mengisi pendupaan, kemudian
akan mendupai persembahan yang telah disediakan, setelah Imam mendupai persembahan
tersebut, Diakon (bila ada) atau Putra Altar pembawa wirug mendupai Imam dengan cara
bertatap muka sebanyak 2x3 ayunan, kemudian menuju ketengah altar untuk mendupai umat
sebanyak 2 x 3 ayunan ke tengah, kiri dan kanan. Disarankan bagi pembawa navikula untuk
menginstruksikan seluruh umat untuk berdiri dengan cara mengangkat tangan. Setelah
mendupai umat, pembawa pendupaan kembali ke sakristi, menunggu hingga Doa Syukur
Agung dimulai.

Pada ketiga bagian ini, PUTRA ALTAR DILARANG UNTUK MENGISI PENDUPAAN SENDIRI karena
fungsi pada bagian2 diatas adalah untuk memberkati, sementara yang berhak memberkati hanyalah orang –
orang yang telah TERTAHBIS!

- Konsekrasi/Doa Syukur Agung

Ketika madah Kudus dinyanyikan, misdinar pembawa pendupaan mulai memasuki gedung tempat misa dan
mengambil tempat tepat ditengah – tengah didepan altar, ketika Kudus selesai, seluruh umat termaksud
pembawa wirug dan navikula berlutut, sebelum konsekrasi, pembawa kedua benda tersebut diperkenankan
untuk mengisi pendupaan dikarenakan hal ini adalah bentuk PENGHORMATAN kepada Tubuh dan Darah
Kristus sendiri. Putra altar pembawa wirug akan mengayunkan wirugnya sebanyak 3 x 3 ayunan pada saat
konsekrasi dengan irama sebagai berikut :

Gong (Bunyi gong) atau Cring (bunyi lonceng) >>> crek crek crek (suara ayunan wiruk, dimana logam saling
bertemu logam)

Hal tersebut masing2 dilakukan sebanyak 3x dalam sekali konsekrasi.Setelah konsekrasi, Putra Altar pembawa
kedua benda tersebut tetap berlutut didepan hingga Doa Bapa Kami. Ketika doa Bapa Kami, Putra Altar
pembawa kedua benda tersebut mengembalikanya ke Sakristi.

+ Cara membuka tungku wirug

Wirug yang biasanya kita pakai terdiri dari :

- 3 buah rantai yang mengaitkan tungku dan pegangan wirug


- Rantai yang berfungsi untuk menarik tutup tungku
- Tungku yang terdiri dari 2 bagian yakni wadah dan tutup. Pada bagian tutup terdapat beberapa lubang
- Sejenis cincin sebagai pembatas untuk membuka tungku dan sebagai perambat agar pemegang wirug
tidak terkena dampak panas dari tungku.

Cara membukanya adalah :


- Salah satu tangan memegang ujung wirug
- Kemudian tariklah cincin ke bagian dekat pegangan wirug
- Setelah itu tariklah rantai yang mengait tutup tungku hingga mendekati cincin
- Angkat wirug kira2 sedada untuk diisi
- Tutup kembali tungku dan kembalikan cincin ke posisi semula, kemudian serahkan wirug pada
selebran utama dengan hormat

c. Salib
Dalam Gereja Katolik, Salib adalah tanda kemenangan, pengorbanan dan cinta kasih. Dalam
Gereja Katolik, salib tidak hanya berupa 2 buah batang yang dipasang bertumpu satunya
horizontal dan satunya vertical, namun terdapat Corpus Christi atau Tubuh Kristus yang
terpaku Disana. Hal ini mengajak umat untuk menghayati pengorbanan Kristus yang wafat
di salib untuk menebus dosa – dosa manusia. Dalam liturgy Gereja Katolik, salib tentunya
akan diselubungi dengan kain sebagai tanda berkabung, dan selubung akan dibuka pada saat
Jumat Agung dimana kita memperingati Kristus yang wafat dan ditunjukan kepada seluruh
umat agar umat mampu menghayati penderitaanya. Ada berbagai bentuk salib namun tetap
tidak menghilangkan unsur asli dari salib tersebut, berikut rincianya:

- Salib Gereja, bisa digantung atau ditancapkan


( biasanya menempel pada dinding)
Salib ini pasti akan terpampang di panti Imam dalam ukuran yang besar, sehingga semua
umat mampu melihat rupa dari salib tersebut.

- Salib perarakan
Salib ini adalah salib yang dibawa misdinar pada saat perarakan masuk sebagai tanda
masuknya para petugas liturgis dan pada saat jalan salib sebagai tanda
pemberhentian.Bentuknya semacam tongkat panjang dengan salib beserta Corpus Christi
pada ujung atasnya. Apabila tidak ada salib besar yang dapat dilihat oleh banyak orang,
benda ini dapat menggantikan perannya karena posturnya yang tinggi sehingga orang
mampu melihatnya walaupun kecil

- Salib altar
Salib ini adalah salib yang terdapat di altar bagian depan tengah. Salib ini harus memiliki
ukuran yang kecil agar tidak menghalangi Imam dalam mempersembahkan Ekaristi.
Apabila dalam lokasi misa, terdapat salib yang dapat dilihat oleh banyak orang, maka sisi
salib yang terdapat Tubuh Kristus, menghadap membelakangi umat, namun apabila tidak
terdapat salib yang mampu dilihat oleh seluruh umat, maka menghadap kea rah
sebaliknya.

d. Susunan Piala

- PIALA
Piala adalah cawan yang menjadi tempat anggur untuk dikonsekrasikan, dimana sesudah
konsekrasi menjadi tempat untuk Darah Kristus.Melihat fungsinya, maka Piala harus dibuat
dari logam. Piala melambangkan cawan yang dipergunakan Tuhan kita pada Perjamuan
Malam Terakhir di mana Ia untuk pertama kalinya mempersembahkan Darah-Nya. Piala
melambangkan cawan Sengsara Kristus dan yang terakhir, piala melambangkan Hati Yesus,
dari mana mengalirlah Darah-Nya demi penebusan kita.

- PURIFIKATORIUM

Sehelai kain lenan berwarna putih berbentuk segi empat untuk membersihkan piala, sibori
dan patena.Sesudah dipergunakan, purifikatorium dilipat tiga memanjang lalu diletakkan di
atas piala.

- PATENA

Patena, yang sekarang berbentuk bundar,datar, dan dirancang untuk roti pemimpin Perayaan
Ekaristi, aslinya sungguh sebuah piring. Dengan munculnya roti-roti kecil yang dibuat khusus
untuk umat yang biasanya disimpan dalam sibori, maka fungsi dari patena sebagai piring
untuk hosti yang dikonsekrasikan. Maka bentuknya menjadi lebih kecil
- PALLA
kain lenan putih yang keras dan kaku seperti papan, berbentuk bujursangkar, dipergunakan
untuk menutup piala. Palla melambangkan batu makam yang digulingkan para prajurit
Romawi untuk menutup pintu masuk ke makam Yesus.Palla diletakkan di atas Patena.

- KORPORAL

Sehelai kain lenan putih berbentuk bujur


sangkar dengan gambar salib kecil di
tengahnya.Seringkali pinggiran korporale
dihiasi dengan renda.Dalam perayaan
Ekaristi, imam membentangkan korporale
di atas altar sebagai alas untuk bejana-
bejana suci roti dan anggur. Setelah selesai
dipergunakan,korporale dilipat menjadi tiga
memanjang, lalu dilipat menjadi tiga lagi dari samping dan ditempatkan di atas Palla.

SUSUNAN PIALA (dari bawah ke atas)

- Cawan
- Purifikatorium + Sendok kecil (opsional)
- Patena
- Palla
- Korporal

ETIKA MEMBAWA PIALA

Cara membawa susunan Piala yang benar tanpa


menyebabkan salah satu bagianya terjatuh yakni tangan
kiri memegang bagian bawah cawan, dan tangan kanan
menahan susunan piala diatas.Prinsipnya agar susunan
tertahan dan tidak terjatuh.
e. SIBORI
Bejana serupa piala, tetapi dengan tutup di atasnya. Siboriadalah wadah untuk roti-roti kecil
yang akan dibagikan dalam Komunikepada umat beriman. Sibori dibuat dari logam mulia,
bagian dalamnyabiasa dibuat dari emas atau disepuh emas.Dalam membagikan Komuni,
pembagi komuni akan menggunakan semacam kain, biasa kita lihat ketika kita menerima
Komuni, terdapat semacam kain yang dipegang oleh pembagi komuni. Cara Putra Altar
membawa Sibori yang benar dalam persembahan baik persembahan pertama atau
persembahan kedua adalah menggenggam ganggang piala dengan salah satu tangan, apabila
hanya membawa satu Sibori, maka menggenggam Sibori sebaiknya dengan tangan kanan

f. PIKSIS
Sebuahwadah kecil berbentuk bundar dengan engsel penutup, serupa wadah jamkuno.Piksis
biasanya dibuat dari emas. Piksis dipergunakan untukmenyimpan Sakramen Mahakudus,
yang akan dihantarkan kepada umat yangsakit ,sehingga tidak memungkinkan untuk
mengikuti Perayaan Ekaristi.

g. MONSTRANS
bejana suci tempat Sakramen Mahakudusditahtakan atau dibawa
dalam prosesi.Monstrans digunakan pada saat Adorasi atau
penyembahan Sakramen MahaKudus. Pada saat itu, benda ini akan
diisi hosti yang sudah dikonsekrasikan. Dan Imam atau Diakon yang
membawa benda tersebut harus menggunakan Velum, dan ketika
ditahtakan, semua umat diminta untuk berlutut dan menyembah
Tuhan dalam rupa TubuhNya yang ditahtakan.
PROSEDUR PENTAHTAAN SAKRAMEN MAHAKUDUS DENGAN MONSTRANS
(ADORASI)

Biasanya dalam Misa yang diadakan adorasi seperti Misa tutup tahun, dan misa Jumat
Pertama di beberapa Paroki, yang harus dilakukan sebagai putra altar adalah sebagai berikut :
- Sebelumnya dibutuhkan pembawa wirug dan dupa (sepasang), pembawa
velum, pemukul gong, dan pembawa mic (opsional)
- Imam akan mengisikan hosti yang sudah dikonsekrasikan pada sebuah wadah
kaca yang ada ditengah Monstrans
- Setelah ditahtakan, petugas pembawa wiruk dan dupa menghampiri Imam,
mengisi dupa, dan Imam akan mendupai Sakramen Mahakudus.
- Setelah itu Imam dan seluruh umat akan berlutut, menghadap Sakramen
Mahakudus yang ditahtakan. Pembawa pendupaan berlutut didepan Sakramen
Mahakudus tepatnya dibelakang Imam, pemukul gong berlutut didekat gong
dan putra altar lain ditempatnya masing-masing
- Setelah didoakan, yang bertugas mengenakan Velum, menghampiri selebran.
Selebran akan menggunakan Velum
- Ketika Imam sudah menggunakan Velum, dan mulai mengangkat Sakramen
MahaKudus, pemukul gong menabuh gong disusul dengan pembawa wirug
mengayunkan wiruknya 3x ke arah Sakramen MahaKudus. Lakukan hal ini
sebanyak 3x.Imam akan mengangkat dan mengarahkan ke depan, kiri, dan
kanan.
- Setelah itu, Sakramen MahaKudus bisa disimpan didalam Tabernakel, dengan
cara hosti yang ada didalamnya dilepas dan dimasukkan dalam satu wadah.
Setelah selesai mentahtakan Sakramen MahaKudus, Imam melepas Velum
dan petugas lain kembali ke tempat masing-masing apabila setelah itu masih
ada keperluan lain dalam suatu Perayaan.

h. AMPUL
Dua bejana yang dibuat dari kaca atau
logam, bentuknya seperti buyung kecil
dengan tutup di atasnya.Ampul adalah
bejana-bejana darimana imam atau diakon
menuangkan air dan anggur ke dalam
piala.Selalu ada dua ampul di atas meja kredens dalam setiap Misa.Pada saat membawa
ampul, 2 orang yang satu membawa yang berisi air dan satunya membawa yang berisi
anggur, ganggang ampul, diarahkan ke Imam agar lebih mudah mengambilnya.

i. LAVABO
bejana berbentuk seperti buyung kecil, atau
dapat juga berupa mangkuk,tempat
menampung air bersih yang dipergunakan
imam untuk membasuh tangan sesudah
persiapan persembahan. Sebuah lap
biasanya menyertai lavabo untuk
dipergunakan mengeringkan tangan Imam..
Dalam Perayaan Ekaristi, benda ini digunakan pada saat Persembahan semuanya telah
disediakan diatas Altar, dan yang mencuci tangan dengan benda ini hanyalah selebran
utama.

j. ASPERGILUM
Terdiri dari sebatang tongkat pendek bernama Hisop, di ujungnya terdapat sebuah bola
logam yangberlubang-lubang, atau semacam serabut, dipergunakan untuk merecikkan air
suci pada orange tau benda dalam pemberkatan.Selain hisop, terdiri pula dari bejana Air Suci
yang adalah wadahyang dipergunakan untuk menampung air suci; ke dalamnya aspergillum
dicelupkan. Pada saat pemberkatan, salah satu Putra Altar memegangi bejana air suci,
sementara Imam memerciki dengan hisop.
k. Buku- Buku Misa
Buku Misa terdiri dari:
- Buku TATA PERAYAAN EKARISTI
Yang berisi urutan , dan apa saja yang harus dilakukan selama Perayaan Ekaristi
- Buku Nyanyian
Buku yang berisi nyanyian – nyanyian pujian yang ada dalam Perayaan Ekaristi
- Buku Pencari Pesan Harian
Buku ini berguna untuk mencari pesan-pesan yang bisa digunakan pada saat memberikan
renungan, dan kotbah

Source: http://belajarliturgi.blogspot.com/2011/03/mengenal-peralatan-misa.html#!/tcmbck
l. Lilin/Lentera

Lilin dalam Gereja Katolik sebagai tanda kehadiran Allah dan sebagai tanda
terang Kristus. Lilin akan selalu digunakan pada saat Perayaan Ekaristi, dan lilin
akan diletakan dikiri dan dikanan Altar. Dalam Perayaan Meriah, lilin dapat pula
dibawa pada saat Perarakan dalam rupa lentera, dan setelah Perarakan diletakan
ditempat yang tersedia. Dalam Perayaan Meriah lilin dapat pula digunakan pada
saat Bacaan Injil (2 BUAH), Konsekrasi (Opsional) dan Komuni (Tergantung
jumlah pos Komuni)

m. Lonceng dan Gong


 Lonceng adalah bunyi – bunyian yang digunakan untuk menyemarakkan Perayaan
Ekaristi. Penggunaan Lonceng digunakan pada :
- Kemuliaan Meriah
- Prefasi, tepatnya pada kalimat : Agar menjadi bagi kami, Tubuh dan Darah
Tuhanku Terkasih Yesus Kristus.
- Setelah Konsekrasi, dimana Imam menundukkan Kepala
- Prefasi Akhir, kalimat; Dengan pengantaraan Kristus…… hingga Amin
sebelum Bapa Kami
- Dapat pula menggantikan fungsi Gong pada saat Konsekrasi dan Pentahtaan
Sakramen MahaKudus

 Gong
Gong adalah alat yang terbuat dari logam yang tengahnya dipukul, sehingga akan menghasilkan suara
yang bergaung. Gong melambangkan bunyi sangkalkala. Gong akan digunakan pada saat Konsekrasi.
Apabila tidak ada gong, maka dapat diganti dengan lonceng

Buku pedoman khusus misdinar ini dibuat berdasarkan aturan yang ada di dalam liturgi Gereja Katolik.
Dengan harapan seluruh putra-puta altar paat

PENUTUP
Dari bab ini, kita mampu mengenal apa saja perlengkapan liturgis yang biasa digunakan pada saat
Perayaan Ekaristi. Walaupun ini belum mencakup semua, diharapkan teman – teman tahu apa saja
fungsinya dan bagaimana cara menggunakanya dengan baik dan benar. Selain itu, hal tersebut tentunya
juga dapat menambah wawasan teman – teman semua mengenai inventaris liturgis yang ada di gereja
Katolik. Semoga apa yang tercantumkan, mampu berguna bagi kalian semua.

DAFTAR PUSTAKA

Buku
Indonesia, Konferensi Waligereja.2005.Tata Perayaan Ekaristi, Buku Umat. Jakarta. KWI

Sumber Internet
http://belajarliturgi.blogspot.com/2011/03/mengenal-peralatan-misa.html#!/tcmbck
https://id.wikipedia.org/wiki/Misa#Tata_Perayaan_Ekaristi
https://jzzberbagi.files.wordpress.com/2012/04/tata-cara-dan-urutan-perayaan-ekaristi.pdf
http://viktorabadiwaruwu.blogspot.com/2010/01/arti-simbol-simbol-dan-warna-dalam.html
http://yesaya.indocell.net/id1014.htm

Anda mungkin juga menyukai