Catatan: Ada hal-hal yang sudah pernah dibahas dalam pertemuan kelas. Kelompok mestinya
memberi bobot paling besar dalam pola atau tata ibadah Katolik ketimbang membahas
tentang inkulturasi atau teologi liturgi. Selain itu, nilai presentasi ini akan lebih baik bila
kelompok menuliskan hasil refleksi atas penelitian dan presentasinya.
Makalah Liturgika 1
Liturgi Gereja Katolik
Oleh:
Alvin Hazael Beata 203100962TH
Natanael 203100967TH
Noel Yosan Loveano 203100968TH
Syeh Andriana 204100239PK
Wulan Septiana Lief 203100240PK
Ungaran
Oktober 2021
I. Simbol-simbol Liturgi
Simbol-simbol liturgi adalah bentuk ungkapan dari inti misteri iman yang
dirayakan, yakni Misteri Yesus Kristus yang menyelamatkan. Masing-masing simbol
tersebut mengungkapkan segi-segi tertentu dari misteri iman yang dirayakan.1 Dalam
simbol-simbol sendiri dapat diklasifikasikan menjadi tiga. Yang pertama adalah
simbol-simbol liturgi yang menyangkut diri manusia.2 Kedua, simbol-simbol liturgi
yang berupa peralatan liturgi, ada yang alamiah dan buatan. Yang ketiga adalah
simbol-simbol pendukung liturgi yang lain.3
A. Simbol Manusiawi
Manusia adalah bagian dari simbol liturgi. Digambarkan melalui diri manusia,
tindakan inderawi, dan tata gerak. Diri manusia dipandang sebagai simbol liturgi yang
mengungkap panggilan Allah kepada umat untuk berkumpul bersama untuk
menerima keselamatan yang diberikan. Perkumpulan jemaat ini menggambarkan
Allah yang mempersatukan semua orang dalam keselamatan melalui pengudusan
umat dan permuliaan Allah.4
a. Tindakan Inderawi
Ada beberapa gerakan inderawi yang merupakan simbol dari liturgi,
yakni: mendengar, melihat, menyentuh, merasakan, dan membau. Melalui
kelima tindakan inderawi yang kita lakukan ini adalah bentuk katabatis
yang kita lakukan. Seperti yang sudah kita ketahui sebelumnya bahwa
kita dipanggil Allah untuk menerima keselamatan dan kita sebagai
manusia membuka diri untuk menerima keselamatan itu melalui tindakan
inderawi yang kita lakukan.
b. Tata Gerak
Dalam tata gerakan yang dilakukan tidak ada gerakan khusus. Tetapi,
sama seperti gerakan yang dilakukan sehari-hari. Gerakan ini menjadi
simbol liturgi sebagai konteks perjumpaan umat dengan Allah.5
B. Peralatan Liturgi
Peralatan sendiri dibagi menjadi dua yakni alat yang alamiah dan
buatan. Peralatan ini juga bukan hanya alat yang memperlancar jalannya
1
Emanuel Martasudjita Pr, Liturgi: Pengantar Untuk Studi dan Praksis Liturgi (Yogyakarta: Kanisius, 2011),
131.
2
Ibid., 23-24
3
Ibid., 131-132.
4
Ibid.
5
Ibid.,133.
liturgi, tetapi sebagai bentuk simbolisasi liturgi mengungkapkan misteri
perjumapaan antara jemaat dan Allah melalui Kristus. Simbol liturgi alamiah
ada Air, Roti dan Anggur, Minyak, Api dan Terang, Dupa Ratus dan bahan
wangi-wangian, Garam dan Abu. Sementara dari peralatan yang buatan ada
Piala, Patena, Korporal, Kain Piala, Pala, Sendok Kecil, Cerek Lavabo, Sibori,
Piksis, Monstran, Panci Tempat Air Suci dan Aspergil, Cerek Baptisan,
Thuribulum dan Navikula, Lilin, Tempat Lilin, dan Bel.6
C. Simbol-Simbol Liturgi lain
Simbol-simbol lain ini adalah simbol yang berperan dalam perayaan
liturgi. Akan tetapi, sulit untuk dikelompokan. Pada bagian ini ada tata warna,
tata busa, tata ruang, tata waktu, tata suara atau musik.
a. Tata warna
Tata warna ini digunakan sebagai simbol litutgi dengan perefleksian
dari pembentukan warna pada zaman kuno. Pada zaman itu, warna diambil
dan dibentuk dengan proses panjang dengan bahan dasar getah pohon
keong merah. Semakin lama proses pemasakan maka warna semakin
gelap. Dalam tata warna ini mulai dirumuskan oleh Gereja pada tahun
1200. Akan tetapi, kanon tata warna baru ditetapkan secara terikat pada
tahun 1570 dan dimuat dalam buku Missale Romanum Pius V.7
Tata warna sendiri memiliki makna pengungkapan misteri iman yang
sedang dirayakan, dan menegaskan akan perjalanan hidup kristiani
sepanjang tahun liturgi. Warna yang masuk sebagai simbol liturgi ada
Putih dan Kuning, Merah, Hijau, Ungu, dan Hitam.8
b. Tata busana
Tata busana atau biasa dikenal paramente. Gereja mula-mula belum
mengenal akan tata busana ini, tetapi perubahan nasib pada zaman Kaisar
Konstantinus yang membuat uskup dan imam mendapat penghormatan
tinggi. Maka, melalui penghormatan tersebut para klerus akhirnya
mendapatkan baju atau jubah kehormatan.
Makna dalam tata busana ini adalah untuk memperlihatkan aneka
fungsi tugas pelayanan yang sedang dilaksanakan. Yang kedua,
menonjolkan sifat meriahnya perayaan liturgi. Dan juga melambangkan
6
Ibid.,143-150.
7
Ibid., 150-151.
8
Ibid., 151-154
kehadiran Kristus sebagai subjek utama pemimpin liturgi Kristen. Dalam
tata busana ini ada; Alba, Amik, Singel, Stola, Kasula, Dalmantik,
Superpli, Pluviale atau Korkap, Velum, Mozeta, Pallium, Manipel.
c. Tata ruang
Fungsi dari tata ruang dalam liturgi ada tiga, yakni: sebagai bentuk
pengungkapan kesatuan umat beriman dengan Kristus yang menjadi satu
tubuh mistik Kristus, memperlihatkan fungsi peran serta umat, dan ruang
liturgi menghadirkan misteri ilahi yang dirayakan.
Macam-macam bagian dari rumah ibadat, yakni; Gereja, Kapel,
Katedral, Altar, Mimbar, Kursi imam selebran, Panti imam, dan
Tabernakel.
d. Tata waktu
Tata waktu berkaitan erat dengan kalender liturgi. Yang
memperlihatkan perjalanan kehidupan kristiani kita. Fokus dari tahun
liturgi ada di misteri paskah. Yang diawali dari minggu Advent I sampai
dengan Minggu Paskah. Penetapan peribadahan pada hari minggupun
didasari oleh perayaan Minggu Paskah. Agar umat dapat kembali
merenungkan keselamatan yang diterima melalui kebangkitan Kristus.
e. Tata suara atau musik
Tata suara sendiri merupakan simbol liturgi yang penting. Musik juga
sebagai ungkapan iman yang penting dalam perayaan liturgi.
f. Bahasa liturgi
Bahasa yang digunakan adalah Bahasa Latin pada awalnya. Akan
tetapi, melalui konsili Vatikan II memberikan kemungkinan bagi jemaat
untuk mengunakan bahasa asli untuk perayaan liturgi Gereja.
9
Ibid., 199
10
Ibid., 200
11
Ibid., 200
12
Ibid., 201
Ketujuh sakramen yang kita kenal merupakan bidang liturgi resmi gereja.
Meskipun sama-sama liturgi resmi gereja, sakramen-sakramen itu tidak memiliki
tingkatan yang sama saja. ketujuh sakramen tersebut adalah
a. Perayaan Ekaristi : Merupakan puncak dan pusat seluruh perayaan sakramen
dan seluruh liturgi Gereja. Dalam perayaan Ekaristi, misteri paskah Kristus
dikenangkan dan dihadirkan secara sakramental menurut intensitasnya yang
paling dalam dan padat.13
b. Sakramen Baptis : jalan masuk atau sakramen pertama yang harus diterima
seseorang bagi penerimaan sakramen-sakramen Gereja lainnya. Dengan
sakramen ini, seseorang di masukan ke dalam Gereja dan dilahirkan kembali
menjadi anak-anak Allah. Sakramen Baptis dan Ekaristi disebut sebagai
sacramenta maiora yang menunjuk kepada keikhlasan dan tempat istimewa
keduanya dalam tradisi Gereja. Sedang kelima sakramen lain disebut
sacramenta minora
c. Sakramen Penguatan atau Krisma : merupakan sakramen yang menguatkan
orang beriman dengan karunia Roh Kudus untuk menjadi saksi Kristus dan
orang Kristen dewasa.
d. Sakramen tobat/ pengampunan : menganugrahkan pengampunan dosa dan
pendamaian kembali antara Allah dan orang beriman yang bertobat itu.
Sakramen ini juga mengaruniakan pendamaian bagi orang bertobat itu dengan
gereja.14
e. Sakramen Perminyakan Suci/ pengurapan orang sakit : perminyakan suci ini
menganugrahkan kekuatan hidup iman dan pengampunan dosa kepada orang
sakit. Melalui sakramen ini, orang yang sakit diserahkan kepada Tuhan agar
disembuhkan dan diselamatkan.
f. Sakramen Tahbisan : merupakan sakramen sosial di gereja
g. Sakramen perkawinan : Sakramen Tahbisan dan sakramen Perkawinan
berkaitan dengan aspek sosial atau hidup bersama gereja. Dengan sakramen
Tahbisan, terlaksanalah pengudusan atas orang-orang yang mendapat tugas
dan jabatan dalam kepemimpinan, sedangkan sakramen perkawinan
memungkinkan berdirinya dasar dan pengudusan keluarga yang merupakan
sel Gereja terkecil dan pembangun umat Allah dari masa ke masa.
13
Ibid., 205
14
Ibid., 206
Menurut Gereja, khusus melalui tiga sakramen yaitu, baptis, penguatan dan
tahbisan, dianugerahkan kepada si penerima suatu materai yang tak terhapuskan.
Materai ini, menjadi sebuah tanda dari kasih setia Allah yang memang tidak pernah
dapat dicabut dan terhapuskan sebab Allah tidak bisa tidak tentu setia. Meskipun ada
ketujuh sakramen ini, gereja mengajarkan bahwa tidak semua sakramen harus
diterimakan pada seseorang. Ada sakramen yang bisa diterima untuk menjadi seorang
Kristen yang penuh (Baptis, Krisma, Ekaristi), perlu untuk kesembuhan hidupnya
(tobat, pengurapan orang sakit) atau sesuai dengan panggilan atau pilihan hidupnya
(Perkawinan atau Immamat).15
15
Ibid., 207
16
Ibid., 209
17
Ibid., 210
c) Matutinum dulunya sebagai doa malam para tabib, hendaknya disusun
sedemikian rup sehingga dapat juga di doakan pada siang hari.
d) Ibadat prima ditiadakan
e) Dalam kor ibadat-ibadat singkat, yakni Tertia, Sexta dan Nona hendaknya
dipertahankan.
E. Perayaan Sabda
Perayaan sabda merupakan bidang liturgi yang pokok, dalam peristilahan dan
macamnya ada beberapa istilah yang kita kenal seperti perayaan sabda, Liturgi sabda,
ibadat sabda. Perayaan sabda merupakan perayaan yang dihadiri umat beriman untuk
mendengarkan sabda Allah melalui kitab Suci yang dibacakan dan direnungkan dan
umat menanggapinya dengan pujian dan doa. Istilah perayaan sabda dapat menunjuk
Liturgi Sabda ataupun ibadat sabda, menunjuk pada tata liturgi resmi, yakni Liturgi
Sabda sebagai bagian dari perayaan Ekaristi. Secara historis perayaan sabda gereja
berakar pada tradisi ibadat Yahudi, khususnya di sinagoga. Menurut struktur
dasarnya, ibadat sabda Yahudi terdiri atas tiga bagian pokok, yakni bacaan, tanggapan
dan doa.
a. Liturgi sabda sebagai bagian perayaan Ekaristi
Masuknya Liturgi sabda dalam tata perayaan Ekaristi sudah terjadi
sejak awal perkembangan Misa Kudus dalam Gereja. Hanya saja satu bukti
tertua bahwa liturgi sabda telah menjadi bagian dalam perayaan Ekaristi baru
ditemukan pada abad ke-2 dalam tulisan-tulisan Santo Yustinus martir.
Yustinus menerangkan bahwa sebelum memasuki liturgi Ekaristi jemaat
18
Ibid., 212
melaksanakan Liturgi Sabda yang terdiri atas tiga bacaan, tafsiran atas bacaan
(Homili) dan doa.19
b. Ibadah Sabda di luar Perayaan Ekaristi
Istilah ibadat sabda sebenarnya sudah langsung menunjuk ibadat sabda
di luar Perayaan Ekaristi. Ibadat sabda seperti ini dapat berlangsung dalam
rangka perayaan sakramen lain ataupun upacara pemberkatan dan Perayaan
Sabda Hari minggu tanpa Imam. Ibadat sabda saja tidak dimasukkan dalam
tingkatan liturgi resmi. Salah satu implikasinya, ibadat sabda dapat dipimpin
oleh awam, entah yang diberi tugas resmi oleh Ordinaris Wilayah seperti
Uskup entah siapa yang diterima dalam jemaat khususnya dalam kesempatan
khusus.20
F. Teologi Sabda
Masalah pastoral yang sering muncul ilah bahwa pengharapan orang-orang
Katolik terhadap perayaan sabda, khususnya ibadat sabda, kurang terlalu tinggi
dibandingkan dengan Perayaan Ekaristi.
a. Sabda Allah penuh daya, dalam segi efektivitas sabda Allah itu menunjuk
daya guna Sabda Allah. Artinya, sabda Allah yang keluar dari mulut Allah
adalah sabda yang berdaya guna dan tidak kosong belaka.
b. Kristus hadir dalam perayaan Sabda, kehadiran-Nya dalam pewartaan Gereja
di ungkapkan oleh konsili Vatikan II. Kristus hadir dengan dalam pewartaan
sabda juga merupakan sebuah kara keselamatan-Nya karena pribadi Kristus
tidak pernah terpisahkan. Pewartaan sabda bersifat sakramental. Makna
sakramental pewartaan sabda dapat dikaitkan dengan ungkapan Agustinus
tentang sabda sebagai sakramen yang dapat terdengar.
19
Ibid., 222
20
Ibid., 226
Para pelayan liturgi utama ialah orang-orang yang menerima tahbisan suci, yakni
uskup, imam, dan daikon. Orang-orang tertahbis inilah yang disebut kelmpok klerus dan
hierarki. Tigkatan uskup,, imam, dan daikon yang begitu jelas seprti kita kenal sekarang
belum terjadi pada masa Gereja Perdana. Tetapi menjelang akhir abad pertama dan pada abad
ke-2 sudah ada pengakuan umum mengenai tingkatan hierarki uskup, imam, dan diakon.
Tahbisan uskup menganugerahkan imamat penuh pada seseorang, dan selanjutnya ia bersama
para uskup yang lainnya dipandang sebagai pengganti para rasul dalam kepemimpinan paus
sebgai pengganti Santo Petrus. Seorang uskup dipandang sebagai imam agung kawanannya di
keuskupannya. Pengurus utama rahasia-rahasia Allah, pengatur, pendukung, atau pelayan dan
penjaga seluruh kehidupan liturgi dalam Gereja yang dipercayakan kepadanya. Tugas-tugas
uskup dalam perayaan liturgi , memimpin perayaan-perayaan liturgi utama di keuskupannya,
mewartakan Injil sebagai guru dan pengajar iman, menahbiskan uskup, imam, atau diakon,
melayani Sakramen Krisma. Para imam ditahbiskan untuk menjadi pembantu yang sah,
bijaksana, dan perlu dari para uskup. Dalam perayaan liturgi , para imam berwenang dan
melaksanakan tugas untuk memimpin perayaan-perayaan sakramen, khususnya Ekaristi,
mewartakan Injil, dan peribadatan lainnya. Para diakon ditahbiskan untuk melayani umat
Allah dalam persatuan dengan uskup dan para imamnya. Tahbisan diakon merupakan
tahbisan terendah dalam rangka iamamt jabatan.
Pelayan Sakramen
Peranan pelayan sakramen sangat ditekankan dalam teologi sakramen klasik,
konsili Florenz yang mengeluarkan ajaran Gereja untuk orang-orang Armenia
yang menggabungkan diri kepada Gereja Katholik mengajarkan apa yang
klasik itu. Meski telah ada pelayan sakramen, peran serta aktif umat beriman
sangat diharapkan, sebab perayaan sakramen merupakan tindakan Kristus dan
sekaligus tindakan seluruh Gereja. Wujud dari partisipasi seluruh umat
beriman dalam perayaan sakramen bukan hanya terletak pada saat perayaan itu
sendiri berlangsung, tetapi juga sejak persiapan, selama perayaan hingga
perwujudannya dalam kehidupan sehari-hari.
23