Anda di halaman 1dari 3

Nama : Rara Amelia

Kelas : IV B SDN 22 Sijuk

Tari Saman (Aceh)

Tari Saman merupakan tarian tradisional suku Gayo Lues, Nanggroe Aceh
Darussalam yang diciptakan oleh seorang ulama terpandang, Syekh Saman di abad ke-14.
Sebelum diakui sebagai warisan budaya dunia tak benda dunia oleh Organisasi Pendidikan,
Keilmuan, dan Kebudayaan PBB, Unesco, tarian ini memiliki kisah menarik yang perlu
untuk diketahui.
Pada mulanya, tari ini hanyalah permainan rakyat yang dinamakan Pok Ane yang
berarti menempuk tangan sembari bernyanyi. Pok Ane sering dimainkan oleh remaja laki-laki
untuk menghabiskan waktu selepas pulang sekolah, mengaji maupun bekerja di sawah.
Sejak agama Islam mulai menyebar di Tanah Rencong, Pok Ane mengalami
perkembangan pesat. Tarian mulai diiringi lantunan syair berisikan pujian terhadap Sang
Khalik. Tak hanya itu saja, tarian ini pun dijadikan alat dakwah untuk menyebarluaskan
Islam.
Tari Saman kerap disamakan dengan tari Ratoek Dueh, padahal sejatinya kedua tarian
tersebut berbeda. Perbedaan utama adalah pemain; tari Ratoek Dueh dimainkan oleh wanita
dengan bilangan genap, sedangkan Saman dimainkan oleh pria dengan jumlah pemain ganjil.
Syair yang digunakan pun berbeda, Saman menggunakan bahasa Gayo dengan
seorang Syekh di bagian tengah formasi penari. Sementara tari Ratoek Dueh memakai bahasa
Aceh dengan dua orang Syahi (penyanyi syair) yang berada di luar susunan penari.
Berbeda dengan Tari Ratoek Dueh yang memiliki gerakan sederhana dan diiringi
Rapai, alat musik tradisional Aceh, Saman terbagi dalam sejumlah gerakan, yakni rengum,
dering, salam, uluni lagu, lagiu, anakni lagu, dan penutup tanpa adanya musik pengiring.
Perbedaan mencolok lainnya terletak pada kostum. Pakaian yang dikenakan penari
Saman adalah baju kantong bermotif kerawang dengan warna dasar hitam dan warna merah,
putih, kuning, dan hijau sebagai motifnya. Kostum tersebut dilengkapi dengan ikat kepala,
bulang teleng yang diberi daun kepies.
Nama : Rara Amelia
Kelas : IV B SDN 22 Sijuk

Tari Saman (Aceh)

Tari piring adalah tarian tradisional yang berasal dari tanah Minangkabau tepatnya
dari kota Solok provinsi Sumatra Barat. Dalam bahasa Minangkabau tarian ini sering disebut
dengan Tari Piring.
Tarian ini berasal dari tanah Minangkabau kota Solok Sumatra Barat. Pada zaman
dahulu masyarakat Minangkabau selalu melakukan ritual ucapan rasa syukur kepada dewa-
dewa atas hasil panen yang melimpah ruah.
Pada saat melakukan ritual, masyarakat sekitar membawa sesaji dalam bentuk
makanan yang diletakkan di atas piring. Piring-piring yang berisi makanan dibawa dengan
gerakan-gerakan berirama dan diiringi musik.
Setelah agama islam masuk di tanah Minangkabau, tarian ini tidak lagi digunakan
untuk ritual kepada dewa-dewa. Kemudian tarian ini digunakan sebagai hiburan untuk
masyarakat. Tarian ini sering dipentaskan untuk acara-acara adat di Minangkabau.

Tarian ini sering dipentaskan saat upacara adat, seperti upacara pernikahan, khitanan
dan pengangkatan penghulu. Selain itu tarian ini juga dipentaskan saat ada anggota
masyarakat yang sedang panen hasil bumi yang melimpah ruah. Pada zaman dulu hanya
orang-orang yang mampu saja yang dapat mengadakan pentas tarian ini.

Seiring perkembangan zaman yang semakin maju, tarian ini tidak hanya dipentaskan
untuk upacara adat saja. Pentas tarian ini sering dipentaskan saat hari-hari besar nasional
seperti HUT Republik Indonesia. Selain itu tarian ini juga sering dipentaskan pada saat
festival dan juga untuk menyambut tamu-tamu agung.
Nama : Rara Amelia
Kelas : IV B SDN 22 Sijuk

Anda mungkin juga menyukai