GERONTOLOGI
Oleh :
Nunuk Sri Purwanti
GERONTOLOGI
n Geros = lanjut usia; Logos = ilmu
n Kozier, 1987 : Ilmu yg m’pelajari seluruh
aspek menua
n Miller, 1990 : Cabang ilmu yg m’pelajari
proses menua & masalah2 yg trjd pd usila
n Ebersole & Hess, 1994 :
Cabang ilmu yg m’pelajari pengaruh waktu
terhadap tahap perkembangan manusia;
m’pelajari tentang usia.
GERONTOLOGI NURSING
n Kozier, 1987 :
Perawatan lansia yg menderita penyakit
(keperawatan geriatri) dan dirawat di
rumah sakit merupakan bagian dr
Gerontic Nursing
KEPERAWATAN GERONTIK
n Gunter,1987 :
Concerned terhadap as kep pd org tua;
praktek caring/curing & nurturance pd
kesehatan dan kenyamanan lansia
berdasarkan metodologi keperawatan;
spesialis pengetahuan ttg menua &
kondisi klien serta lingkungan yg
meningkatkan perilaku yg kondusif &
minimalkan kecacatan atau
ketidakmampuan.
TUJUAN GERIATRI :
1. Mempertahankan derajat kes lansia,
sehingga trhindar dr penyakit atau gangguan
2. Memelihara kondisi kes lansia melalui
aktivitas2 fisik & mental.
3. Nakes mampu menegakkan diagnosa scara
tepat & sedini mungkin, bila ada
kelaianan/ggn.
4. Agar para lansia mapu beradaptasi thd
masalah yg dihadapinya dapat mandiri
secara maksimal.
5. Lansia dalam keadaan terminal dapat
meninggal dgn tenang & damai.
BATASAN LANJUT USIA
Kapan indiv disebut lanjut usia ? sulit
n WHO : Lansia meliputi
ØUsia pertengahan (middle age) = 45-59 th
ØLanjut usia (elderly) = 60-74 th
ØLanjut usia tua (Old) = 75-90 th
ØLanjut usia sangat tua (very old) = >90 th
n Sumiati Ahmad M & Jos Masdani :
ØMasa lanjut usia (Senium) = 65 th ke atas.
n Koesoemato Setyonegoro :
ØMasa lanjut usia (geriatric age) = 65-70 th
ØYoung old, old & very old
BATASAN LANJUT USIA
Oleh :
Nunuk Sri Purwanti
§ Proses menua terjadi pd setiap individu dgn
usia yg berbeda & dgn proses yg bervariasi
§ Tidak ada faktor pencegah proses menua
§ Setiap org lanjut usia mempunyai kebiasaan
yg berbeda.
n PECK
1. Mp’luas thp pkembangan erikson
2. Body transendence Vs body preokupasi:
menikmati hidup dlm m’hadapi
discomfort karena aging
3. Kemampuan lansia brfokus pd
kesejahteraan & generasi yg akan
datang
TUMBUH KEMBANG LANSIA
n HAVIGHURST
1. Maturitas lanjut istilah u/ older adult
2. Tugas u/ later maturity : disengagement,
terlibat dalam peran baru sbg
kakek+nenek, negara, teman
3. Tugas perkembangan meliputi :
§ penyesuaian diri thdp penurunan kekuatan,
kesehatan berkurangnya income
§ penerimaan trhdp kematian pasangan
§ adaptasi thd peran sosial
§ m’bangun kepuasaan
SEMOGA BERMANFAAT
&
TERIMAKASIH
Oleh :
Nunuk Sri Purwanti
1. Tipe Arif Bijaksana : kaya hikmah & pengalaman,
menyesuaikan diri dg perubahan zaman, punya kesibukan,
ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, menjadi
panutan
2. Tipe Mandiri : mengganti kegiatan dgn keg yg baru,
selektif dalam mencari pekerjaan, teman pergaulan
3. Tipe Tidak Puas : konflik lahir-batin menentang
proses penuaan yg sebabkan hilangnya kecantikan, daya
tarik, dsb. Pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung,
menuntut, sulit dilayani, pengkritik
4. Tipe Pasrah : menerima & nunggu nasib baik, “habis
gelap trbitlah terang”, keg beribadah, ringan tangan & kaki
5. Tipe Bingung : kaget, kehilangan kepribadian, minder,
menyesal, pasif, tidak perduli
TIPE LANSIA karakter, p’alaman hidup, mental
1. Tipe Optimis
2. Tipe Konstruktif
3. Tipe Defensif
4. Tipe Dependent
5. Tipe militan dan serius
6. Tipe Marah atau frustasi
7. Tipe Putus Asa
DIMENSIA ?
MITHOS-MITHOS LANSIA
1. Perubahan Fisik
2. Perubahan Psikososial
3. Perubahan Mental
4. Perubahan Memory
5. Perkembangan Spritual
PERUBAHAN FISIK :
1. SEL
§ Jumlahnya lebih sedikit/menurun
§ Ukurannya lebih besar
§ TBW (jumlah cairan tubuh berkurang) &
cairan intra seluler menurun ggn kes
cairan (dehidrasi)
§ Menurunnya proporsi protein di otak,
ginjal, otot darah & hati
§ Jumlah sel otak menurun
§ Terganggunya mekanisme perbaikan sel
PERUBAHAN FISIK :
2. SISTEM PERSARAFAN
§ Berat otak menurun 10-20% (sel saraf
otak tiap indiv berkurang setiap hari)
§ Respon dan waktu utk bereaksi, lambat
§ Atropi saraf panca indra (berkurangnya
penglihatan, pendengaran, pencium &
perasa, lebih sensitif trhdp perubahan
suhu dg rendahnya ketahanan thd
dingin)
§ Kurang sensitif thd sentuhan
PERUBAHAN FISIK :
3. SISTEM PENDENGARAN
§ Prebiakusis (hilangnya kemampuan/daya
pendengaran pd telinga dalam, terutama thd
suara/nada2 tinggi, suara yg tidak jelas, sulit
mengerti kata-kata) 50% trjd ps usia >65th
§ Atropi membran tympani, menyebabkan
otosklerosis (kekakuan pd tlg bag dalam)
§ Terjadinya pengumpulan cerumen dapat
mengeras krn peningkatan keratin
§ Pendengaran bertambah menurun pd lansia
yg m’alami ketegangan jiwa/stress.
PERUBAHAN FISIK :
4. SISTEM PENGLIHATAN
§ Lensa lebih suram (kekeruhan lensa) mjd
katarak ggn p’lihatan
§ Kornea lebih berbentuk sferis (bola kecil)
§ Respon thd sinar menurun, daya adaptasi thd
gelap lebih lambat, susah melihat dalam
cahaya gelap
§ Hilangnya daya akomodasi mata
§ Lapang pandang menurun
§ Sulit membedakan warna biru dan hijau pada
skala
PERUBAHAN FISIK :
5. SISTEM KARDIOVASKULER
§ Elastisitas dinding aorta menurun
§ Katup jantung menebal & mjd kaku
§ Kemampuan jantung memompa darah
menurun 1% setiap thn sesudah b’umur 20 th
menurunnya kontraksi & volume jantung
§ Khilangan elastisitas pbuluh drh, oksigenisasi
tdk adekuat, m’akibatkan pusing mendadak
§ TD cenderung tinggi krn meningkatnya
resistensi pbuluh darah perifer
PERUBAHAN FISIK :
6. SISTEM RESPIRASI
§ Otot2 pernafasan kehilangan kekuatan (lemah) dan
menjadi kaku
§ Menurunnya aktivitas silia
§ Elastisitas paru berkurang, kapasitas residu
meningkat, menarik nafas berat, dan kedalaman
bernafas menurun
§ O2 arteri menurun mjadi 75 mmHg; CO2 arteri
tidak berganti
§ Kemampuan utk batuk berkurang
§ Kemamp dinding, dada & kekuatan otot pernafasan
menurun sejalan dg tambah usia
PERUBAHAN FISIK :
7. SISTEM GENITOURINARI
§ Ginjal mengecil & nefron atropi, aliran darah ke
ginjal menurun sampai 50%, fungsi tubulus
berkurang; kurangnya kemampuan
mengkonsentrasi urin; berat jenis urin menurun,
proteinuria (+1); BUN meningkat
§ Otot2 vesika urinaria melemah, kapasitasnya
menurun 200ml frekuensi bak meningkat.
§ Pd pria lansia, VU sulit dikosongkan akibatnya
meningkatkan retensi urin.
§ Prostat mbesar (dialami 75% pria usia 65 th keatas)
§ Atropi vulva, selaput lendir kering, elastisitas
menurun, permukaan lbh licin, perub warna
§ Seksual intercourse masih
PERUBAHAN FISIK :
8. SISTEM REPRODUKSI
§ Menciutnya ovari dan uterus
§ Atropi payudara
§ Pd laki2, testis masih dapat m’produksi
spermatozoa, meski ada penurunan scr
b’angsur2
§ Selaput lendir vagina menurun, permukaan
lbh halus, sekresi berkurang, reaksi sifatnya
alkali, perubahan2 warna
§ Dorongan Seksual masih, dg kondisi kes
ü Dapat diupayakan sampai lanjut usia
ü Tidak perlu cemas, krn mer/ perub alami
PERUBAHAN FISIK :
9. SISTEM GASTROINTESTINAL
§ Kehilangan gigi, krn periodontal disease or kes gigi
buruk or gizi buruk
§ Indra pengecap menurun, iritasi kronis selaput
lendir, atropi indra pengecap, hilangnya
sensisitifitas saraf pengecap di lidah ttg rs manis,
asin, & pahit.
§ dilambung, sensisitifitas rasa lapar menurun, asam
lambung menurun, waktu pengosongan jg
menurun
§ Peristaltik lemah biasa timbul konstipasi
§ Daya absorbsi trganggu
PERUBAHAN FISIK :
10. SISTEM ENDOKRIN
§ Produksi hormon menurun, termasuk
hormon tiroid, aldosteron, kelamin
(progesteron, estrogen, testosteron)
§ Menurunnya aktivitas tiroid, menurunnya
BMR = basal metabolic rate
§ Fungsi paratiroid & sekresinya tidak
berubah
PERUBAHAN FISIK :
IQ (Intellgentia Quotion)
Tidak berubah dgn informasi matematika &
perkataan verbal
Berkurangnya penampilan, persepsi &
ketrampilan psikomotor, trjd perubahan pd
daya membayangkan krn tekanan2 dari faktor
waktu
PERKEMBANGAN SPIRITUAL
n Maslow, 1970: Agama atau kepercayaan
makin terintegrasi dalam kehidupannya.
n Murray & Zenner, 1970: Lansia makin
matur dalam kehidupan keagamaannya,
hal ini trlihat dlm berfikir dan bertindak di
kehidupan sehari-hari
n Folwer,1970: lansia 70 thn
Universalizing, pd tingkat ini adl berfikir
& brtindak dg cara mberikan contoh cara
mencintai dan keadilan
SEMOGA BERMANFAAT
&
TERIMAKASIH
1. Pelayanan kesehatan/keperawatan
2. Pendidikan keperawatan
3. Riset keperawatan
PELAYANAN KESEHATAN/KEPERAWATAN
• Spesialisasi
• Penyakit kronik, menghadapi kematian �
merupakan tantangan dalam perawatan lansia :
• Kolaborasi dalam pelayanan
• Penggunaan ilmu & teknologi� komunikasi interdisiplin
atau antara klien dengan pemberi pelayanan
• Keputusan etik dalam perawatan
5. Community-based nursing care
• Self care
• Preventive care
• Care within the context of community
• Community of care dan collaborative care
• Acute Care: Older adults are the majority of
patients cared for
in the hospital setting
• Rehabilitation: Elderly individuals may need a
temporary
restorative program provided by a team of health-care
Community Care Settings
• Home health is the fastest growing sector of the health-
care system. Services can be limited or extensive and
involve a multidisciplinary team approach to care
• Clinics have been established for chronic conditions,
such as diabetes and congestive heart failure, in which
nurses play a primary role in managing follow-up care.
Monitoring patients through clinics assists in early
detection of subtle hanges in disease states and thereby
allows djustments in treatment plans to minimize
hospital readmissions
• Adult day care either social day care or care provided by a
nurse. Services depend upon specific physician orders and
nursing care plans in areas such as medication
administration and wound care.
2. Prinsip Etik
a. Respect (Hak untuk dihormati)
Perawat harus menghargai hak-hak pasien/klien.
b. Autonomy (hak pasien memilih)
Hak pasien untuk memilih treatment terbaik untuk dirinya.
c. Beneficence (Bertindak untuk keuntungan orang lain/pasien)
Kewajiban untuk melakukan hal yang tidak membahayakan pasien/pasien dan
secara aktif berkontribusi bagi kesehatan dan kesejahteraan pasien.
d. Non-Maleficence (utamakan tidak mencederai orang lain)
Kewajiban perawat untuk tidak menimbulkan kerugian/cidera. Prinsip : jangan
membunuh, menghilangkan orang lain, jangan membuat nyeri atau penderitaan pada
orang lain, dan jangan melukai perasaan orang lain.
e. Confidentiality (hak kerahasiaan)
Menghargai kerahasiaan terhadap semua informasi tentang pasien/klien yang
sudah dipercayakan kepada perawat.
f. Justice (keadilan)
Kewajiban untuk berlaku adilkepada semua orang/pasien/klien. Kata adil disini
yaitu berarti tidak memihak.
g. Fidelity (loyalty/ketaatan)
- Kewajiban untuk setia terhadap kesepakatan dan bertanggungjawab terhadap
kesepakatan yang telah diambil.
- Era modern, pelayanan kesehatan : Upaya Tim (tanggungjawab tidak hanya pada
satu profesi). 80% kebutuhan dipenuhi perawat.
- Masing-masing profesi memiliki aturan tersendiri yang berlaku
- Memiliki keterbatasan peran dan berpraktik dengan menurut aturan yang
disepakati.
h. Veracity (Truthfullness & honesty)
Kewajiban untuk mengatakan kebenaran :
- Terkait erat dengan prinsip otonomi, khususnya terkait informed-consent
- Prinsip veracity mengikat pasien dan perawat untuk selalu mengutarakan
kebenaran.
5. Informed Consent
Dengan melihat prinsip diatas tersebut, aspek etika pada pelayanan geriatrik
berdasarkan prinsip otonomi kemudian dititik beratkan pada berbagai hal sebagai
berikut :
a. Penderita harus ikut berpartisipasi dalam proses pengambilan keutusan dan
pembuatan keputusan. Pada akhirnya pengambilan keputusan harus bersifat sukarela.
b. Keputusan harus telah mendapat penjelasan cukup tentang tindakan atau keputusan
yang akan diambil secara lengkap dan jelas.
c. Keputusan yang diambil hanya dianggap sah bila penderita secara mental dianggap
kapabel.
Atas dasar hal diatas maka aspek etika tentang otonomi ini kemudian dituangkan
dalam bentuk hukum sebagai persetujuan tindakan medik (pertindik) atau informed
consent. Dalam hal seperti diatas, maka penderita berhak menolak tindakan medik yang
disarankan oleh dokter, tetapi tidak berarti boleh memilih tindakan, apabila berdasarkan
pertimbangan dokter yang bersangkutan tindakan yang dipilih tersebut tidak berguna
(useless) atau bahkan berbahaya (harmful).
Kapasitas untuk mengambil keputusan, merupakan aspek etik dan hukum yang
sangat rumit. Dasar dari penilaian kapasitas pengambilan keputusan penderita
tersebut haruslah dari kapasitas fungsional penderita dan bukan atas dasar label
diagnosis, antara lain terlihat dari :
a. Apakah penderita bisa buat/tunjukan keinginan secara benar?
b. Dapatkah penderita memberi alasan tentang pilihan yang dibuat?
c. Apakah alasan penderita tersebut rasional (artinya setelah penderita
mendapatkan penjelasan yang lengkap dan benar?)
d. Apakah penderita mengerti implikasi bagi dirinya? (misalnya tentang
keuntungan dan kerugian dari tindakan tersebut? dan mengerti pula berbagai
pilihan yang ada?)
Pendekatan fungsional tersebut memang sukar, karena seringkali masih terdapat
fungsi yang baik dari 1 aspek, tetapi fungsi yang lain sudah tidak baik, sehingga
perlu pertimbangan beberapa faktor. Pada usia lanjut seringkali sudah terdapat
gangguan komunikasi akibat menurunnya pendengaran, sehingga perlu waktu,
upaya dan kesabaran yang lebih guna mengetahui kapasitas fungsional penderita.
Pada dasarnya prinsip etika ini menyatakan bahwa kapasitas penderita untuk
mengambil/menentukan keputusan (prinsip otonomi) dibatasi oleh :
a. Realitas klinik adanya gangguan proses pengambilan keputusan (misalnya pada
keadaan depresi berat, tidak sadar atau dementia). Bila gangguan tersebut
demikian berat, sedangkan keputusan harus segera diambil, maka keputusan bisa
dialihkan kepada wakil hukum atau wakil keluarga (istri/suami/anak atau
pengacara). Dalam istilah asing keadaan ini disebut sebagai surrogate decission
maker.
b. Apabila keputusan yang diharapkan bantuannya bukan saja mengenai aspek
medis, tetapi mengenai semua aspek kehidupan (hukum, harta benda dll) maka
sebaiknya terdapat suatu badan pemerintah yang melindungi kepentingan
penderita yang disebut badan perlindungan hukum (guardianship board).
(Brocklehurst and Allen 1987, Kane et al, 1994).
Dalam kenyatannya pengambilan keputusan ini sering dilakukan
berdasarkan keadaan de-facto yaitu oleh suami/istri/anggota kelurga, dibanding
keadaan de-jure oleh pengacara, karena hal yang terkhir ini sering tidak praktis,
waktu lama dan sering melelahkan baik secara fisik maupun emosional.
Oleh karena suatu hal, misalnya gangguan komunikasi, salah pengertian,
kepercayaan penderita atau latar belakang budaya dapat menyebabkan penderita
mengambil keputusan yang salah (antara lain menolak tranfusi/tindakan bedah
yang live saving). Dalam hal ini, dokter dihadapkan pada keadaan yang sulit,
dimana atas otonomi penderita tetap harus dihargai.
Yang penting adalah bahwa dokter mau mendengar semua keluhan atau
alasan penderita dan kalau mungkin memperbaiki keputusan penderita tersebut
dengan pemberian edukasi. Seringkali perlu diambil tindakan “kompromi”
antara apa yang baik menurut pertimbangan dokter dan apa yang diinginkan
oleh penderita.
DAFTAR PUSTAKA
Gelles, R. J., & Straus, M.A. (2009). Intimate violence : The Causes and Consequences of
Abuse in The American Family. New York : Simon & Schuster.
Hardiwinoto, Setiabudi, Toni. (2010). Panduan Gerontologi, Tinjauan dari Berbagai Aspek.
Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
by NURUN LAASARA
TUJUAN UMUM
1
definisi, batasan uisa lanjut
• Mahasiswa mampu menjelsakan
pendekatan perawatan dan prinsip
etika
Antioksida :
Asam askrobat
Tokoferol Betakaroten
C. Teori Lingkungan
1. Teori Wear and Tear
• Sinar matahari yang berlebih membentuk kulit menjadi kering, tipis, dan
cepat mengalami penuaan. Menurut pelman (2000) penuaan pada
manusia adalah suatu “syndrome penyakit” yang timbul dari hasil
perjuangan antara stress lingkungan denga pertahanan biologis dan
adaptasi relative dari agen-agen stressor (polusi udara, kimia, peristiwa
psikologis dan sosial).
MITOS LANSIA
1. Mitos kedamaian dan Ketenangan
• Lansia dapat santai menikmati hasil kerjanya dan
jerih payahnya dimasa lampau, badai/goncangan
hidup seakan akan berhasil dilewati.
kenyataannya :
a. Sering ditemui stress karena kemiskinan dan berbagai keluhan
serta penderitaan karena penyakit
b. Depresi
c. Khawatir
d. Paranoid
e. Masalah psikotik
MITOS LANSIA
2. Mitos Konservatisme dan Mengalami kemunduran
•Pandangan bahwa lansia pada umumnya
konservatif, tidak kreatif, menolak inovasi,
berorientasi pada masa lampau, merindukan masa
lalu, kembali seperti ank-anak, susah berubah,
keras kepala, cerewet.
• Kenyataannya : tidak semua lansia berfikir dan
bersikap demikian
MITOS LANSIA
3. Mitos aseksualitas
• Ada pandangan bahwa pada lansia hubungan seks itu
menurun, termasuk minat, dorongan, gairah, dan
kebutuhan seks menurun.
• Kenyataannya :menunjukan bahwa kehidupan seks pada
lansia tetap normal, hanya terdapat penurunan fungsi
dan pola seksual sejalan dengan meningkatnya usia.
4. Mitos ketidakproduktifan : lansia dipandang sebagai usia yang
tidak produktif lagi Kenyataannya : banyak lansia yang mencapai
kematangan, kemantapan, dan produktifitas mental serta material
di usia lanjut
PERUBAHAN YANG TERJADI PADA USIA LANJUT
PSIKOLOGI PEKERJAAN
MENTAL KOGNITIF
PERUBAHAN FISIK
KARDIOVASKULER PERKEMIHAN
PERUBAHAN FISIK
MUSKULOSKELETA
L
INTEGUMEN
ENDOKRIN
PERUBAHAN KOGNITIF
SULIT
IQ MENURUN MEMECAHJKAN
MASALAH KINERJA
LAMBAT
KEMAMPUIAN MENGAMBIL
BELAJAR MENURUN KEPUTUSAN
PENYAKIT PADA LANSIA
1. Nyeri Dada
2. Sakit menjalar ke lengan kiri
3. Merasa Mudah Lelah
4. Sesak Napas
5. Merasa Mual
6. Rasa Cemas
7. Pembengkakan
8. Keluar Keringat
9. Pingsan Mendadak
10.Riwayat Keluarga
5. Osteoartrosis
Salah satu penyakit degeneratif yang sering menyerang
lanjut usia adalah osteoartrosis (OA). Organ tersering adalah
artikulasio genu, artikulasio talo-crural, artikulasio coxae, dan sendi-
sendi intervertebrae (spondiloartrosis).
6. Osteporosis
Osteoporosis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan
berkurangnya massa tulang dan adanya perubahan mikro-arsitektur jaringan
tulang yang berakibat menurunnya kekuatan tulang dan meningkatnya
kerapuhan tulang, sehingga tulang mudah patah. Definisi lain, osteoporosis
adalah kondisi dimana tulang menjadi tipis, rapuh, keropos, dan mudah
patah akibat berkurangnya massa tulang yang terjadi dalam waktu yang
lama.
7. Infeksi Saluran Kemih
Penyebab kesakitan akibat infeksi yang tertinggi kedua
setelah pneumonia pada kelompok pasien geriatri adalah
infeksi saluran kemih (ISK).
8. Diabetes Melitus
Prevalensi diabetes meningkat seiring
pertambahan umur. Pengendalian glukosa darah
sangat dipengaruhi oleh gaya hidup.
1. Poliuri
sering buang air kecil dengan volume yang banyak,
apalagi pada malam hari.
2. Polidipsi
sering kali merasa haus dan ingin minum sebanyak-
banyaknya.
3. Polifagi
nafsu makan meningkat dan kurang tenaga
9. Hipertensi
Hipertensi adalah kondisi tekanan darah seseorang
berusia 18 tahun ke atas yaitu, sistolik >140mmHg atau diastolik
>90 mmHg (Joint National Comitte /JNC VII). Prevalensi
hipertensi berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007
adalah sebesar 31,7 % dan merupakan penyakit tertinggi pada
populasi lanjut usia yaitu 32,6%.
10. Demensia
Demensia adalah sindrom penyakit akibat kelainan otak bersifat kronik progresif serta terdapat
gangguan fungsi luhur (kortikal yang multiple), yaitu; daya ingat, daya pikir, daya orientasi, daya pemahaman,
berhitung, kemampuan belajar, berbahasa, kemampuan menilai.
10 GEJALA PIKUN
1. Tongkat, walkers, kursi roda, dan skuter untuk mobilitas dan kemandirian manula yang aman
2. Kursi untuk mandi jika kaki tidak kuat menopang tubuh
3. Lantai karpet bukan lantai keras (dan hindari menempatkan karpet di permukaan licin) untuk mengurangi cedera jika
jatuh
4. Alat bantu dengar, kacamata, dan pencahayaan yang baik untuk membantu masalah pendengaran dan pengelihatan
5. Kotak obat untuk menyimpan pengobatan yang dibutuhkan manula
6. Bantuan dari pemberi perawatan atau anggota keluarga jika aktivitas kehidupan sehari-hari (ADL) menjadi sulit
7. Waktu tidur dan bangun yang teratur untuk meningkatkan kualitas tidur dan efisiensi waktu siang hari
8. Sistem peringatan medis dan nomor darurat telepon yang tersedia diprogram ke dalam ponsel
9. Kegiatan sosial reguler untuk mengoptimalkan interaksi social
10.Hati-hati mengemudi dan mengenali kapan sebaiknya untuk tidak lagi mengemudi
11.Petunjuk perawatan kesehatan, target hidup, dan kepercayaan untuk membuat garis besar keputusan
12.Perencanaan keuangan yang terdokumentasi dengan baik untuk menghindari kerancuan di masa depan
13.Perencanaan dan persiapan yang memadai (alergi, masalah medis, riwayat operasi, obat-obatan dan informasi lainnya)
jika terjadi kondisi darurat
10 GEJALA PIKUN
• GANGGUAN DAYA INGAT
• SULIT FOKUS
• SULIT MELAKUKAN KEGIATAN YANG BIASA DILAKUKAN
• BINGUNG (DISORIENTASI)
• SULIT MEMAHAMI CIRI DAN POSISI BENDA TERTENTU
• GANGGUAN BERKOMUNIKASI
• MELETAKKAN BARANG TIDAK PD TEMPATNYA
• SALAH MEMBUAT KEPUTUSAN
• MENARIK DIRI DARI PERGAULAN
• PERUBAHAN PERILAKU DAN KEPRIBADIAN
……APAPUN YANG KITA LAKUKAN UNTUK
LANSIA, SEBENARNYA MERUPAKAN
APAPUN YANG KITA LAKUKAN UNTUK DIRI
KITA SENDIRI ………
Terapi Modalitas Lansia
Tujuan :
• Mengisi waktu luang bagi lansia.
• Meningkatkan kesehatan lansia.
• Meningkatkan produktivitas lansia.
• Meningkatkan interaksi sosial antarlansia.
Jenis kegiatan
• Psikodrama
Bertujuan untuk mengekspresikan perasaan lansia.
Tema dapat dipilih sesuai dengan masalah lansia.
• Terapi Berkebun
Bertujuan untuk melatih kesabaran, kebersamaan,
dan memanfaatkan waktu luang.
• Terapi Okupasi
Bertujuan untuk memanfaatkan waktu luang dan
meningkatkan produktivitas dengan membuat
atau menghasilkan karya dari bahan yang telah
disediakan.
• Terapi Kognitif
Bertujuan agar daya ingat tidak menurun.
Seperti mengadakan cerdas cermat, mengisi
TTS dan lain-lain.
• Rekreasi
Bertujuan untuk meningkatkan sosialisasi, gairah
hidup, menurunkan rasa bosan dan melihat
pemandangan.
• Terapi Keagamaan
Bertujuan untuk kebersamaan, persiapan
menjelang kematian dan meningkatkan rasa
nyaman. Seperti mengadakan pengajian,
kebaktian, dan lain-lain.
• Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
Bertujuan untuk meningkatkan kebersamaan,
bersosialisasi, bertukar pengalaman dan mengubah
perilaku. Untuk terlaksananya terapi ini dibutuhkan
leader, co-leader dan fasilitator. Misalnya cerdas cermat,
tebak gambar, dan lain-lain.
• Terapi Musik
Terapi musik dapat berupa menciptakan musik,
bernyanyi, bergerak mengikuti musik atau hanya
mendengarkan.
• Terapi hewan peliharaan
Bertujuan untuk meningkatkan rasa kasih
sayang dan mengisi hari-hari sepinya dengan
bermain bersama binatang.
• Terapi life-review
Life-review berkaitan dengan peninjauan
memori yang jauh tersimpan, pengungkapan
perasaan yang terkait memori tersebut,
pengakuan konflik-konflik dan pelepasan sudut
pandang yang membatasi diri.
• Terapi dansa
Dikenal juga sebagai terapi gerakan dansa. Aspek
khusus terapi dansa seperti musik, irama dan gerakan
yang singkron akan mengubah status alam perasaan,
menyadarkan kembali ingatan dan perasaan yang lalu
dan mengurangi isolasi.
• Terapi yoga
Di antara praktik kesehatan yang dikenal baik oleh
lansia adalah yoga (berarti “persatuan” dalam bahasa
Sansekerta) adalah integrasi energy fisik, mental dan
spiritual untuk meningkatkan kesehatan serta
kesejahteraan.
• Terapi oksigen
Pasien membutuhkan terapi oksigen ketika
mengalami hipoksemia yang disebabkan oleh
kedaruratan pernafasan atau jantung atau
peningkatan fungsi metabolik.
• Terapi aroma
Terapi aroma berhubungan dengan inhalasi atau
pemakaian minyak alami yang diuapkan dari
berbagai tanaman.
HOME CARE GERIATRI
BERBASIS RUMAH SAKIT
Dwianti
TTL : Wonogiri, 24 Januari 1978
Pendidikan:
Poltekes Yogyakarta, 1998
PSIK FK UGM, 2008
Pekerjaan:
Ners di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta (Ruang Home Care & ODC Transfusi)
Pengurus IPEGERI Wilayah DIY
HOME VISITE ??
HOME CARE ?
A. Berbasis RS : a. Pre-Hospital HC
b. Post-Hospital HC
B. Berbasis Komunitas:
a. Layanan HC dari PKM
Puskesmas
b. Posyandu Lansia
Agensi/Swasta : berbadan hukum.
INDIKATOR-INDIKATOR DIBUTUHKANNYA
"HOME CARE"
1. Peningkatan populasi usia lanjut khususnya yang bergantung total
3. Pemulihan lambat
5. Malnutrisi
6. Gangguan fungsional
LAYANAN MEDIK DI HC YANG BERTEKNOLOGI TINGGI
Shirotani (1999) : Trend and Scope of Homecare Therapy Asian Med J 42 (5) : 225 - 31
Home Care untuk Usia Lanjut
1. Dapat merupakan :
• kelanjutan perawatan akut di rumah sakit
• Upaya pemeliharaan kesehatan dan pengobatan penyakit yang
sudah diderita
• Modifikasi perawatan yang seharusnya dilakukan di institusi
2. Segi-segi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif harus
selalu diperhatikan
Asal pasien GERIATRI pada Layanan
Home Care
• Rujukan klinik
• Unit rawat Jalan RS
• Unit Rawat Inap Rumah Sakit
• Unit Rawat Darurat
• Puskesmas
• Permintaan langsung dari pasien dan atau keluarga pasien
Mekanisme Pelayanan Home Care
6
5
Memungkinkan pasien “terminal” dapat meninggal
4 05 06 dirumah
3 Menurunkan Re-hospitalisasi
.
yang tidak perlu
2
Mengurangi kunjungan UGD yang tidak perlu
1
.
Memberikan dukungan
.
kepada “informal caregiver”
Mengurangi perawatan institusi yang tidak perlu
Perbaikan status kesehatan dan kualitas hidup pasien
Alasan/sebab Layanan HC
Pemeriksaan Penunjang
Terapi fisik, wicara dan Okupasi
Pelayanan nutrisi
Plebotomi Contents Title parenteral dan enteral
You can simply
impress your
audience.
Rohani Fisiotera
wan pis
Pasien
dan Okupas
Pekerja keluarga
Sosial i
Medik Terapis
Pramur
Terapi
ukti
Wicara
Psikolo Ahli
g Gizi
Jenis Pelayanan
• Pemeriksaan dokter umum,
• Pemeriksaan dokter spesialis
• Perawatan umum
• Rehabilitasi medik
• Konsultasi dan edukasi nutrisionis
• Konsultasi psikologis
• Bimbingan rohani
• Pelayanan pramurukti
• Pelayanan relawan geriatri
• Pendampingan perjalanan pasien
Kunjungan Dokter di Rumah Pasien
Kunjungan Perawat
Kegiatan Rehabilitasi Medik
Okupasi Terapi
Kunjungan Ahli Gizi
Pendaftaran
Alloanamnesa&konsultasi
(wawancara keluarga)
RTS
Pelaksanaan RTS
Assesment Awal
Apakah
target
tercapai ?
Konferensi Pelaksanaan
Kasus RPK Mandiri
Sudah
Monitoring dan
Evaluasi Kronis
RPK Stabil
Belum
Assesment
Meninggal
Ulang
KESIMPULAN
1. Layanan HC merupakan salah satu bentuk layanan terintegrasi dari
seluruh layanan kesehatan yang ada
2. Tujuan HC adalah meningkatkan status Kesehatan dan kualitas hidup.
3. L a y a n a n K e s e h a t a n y a n g d i b e r i k a n h a r u s d i r e n c a n a k a n ,
dikoordinasikan dan disetujui oleh keluarga dan dilaksanakan oleh
institusi atau agensi.
4. Pengkajian dan tatalaksana paripurna pada geriatri harus diterapkan
pada semua layanan kesehatan termasuk layanan HC, karena banyak
faktor di luar masalah medik yang mempengaruhi status kesehatan
orang berusia lanjut
TERIMA KASIH
PELAYANAN GERIATRI PARIPURNA
DI RUMAH SAKIT
di RS
POKOK BAHASAN
• Pendahuluan
• Problem kesehatan lansia
• Berbagai Layanan Lansia di RS
• Peran perawat dalam asuhan kep
gerontik di RS
• Pemantauan dan evaluasi /
indikator mutu layanan geriatri di RS
• Kesimpulan
PENDAHULUAN
• UHH meningkat
• Populasi usia lanjut semakin meningkat
• Usia Lanjut mengalami penurunan
berbagai fungsi organ
• Penurunan fungsi bisa berkontribusi thd
munculnya masalah kesehatan
GERIATRI
• Geriatri adalah cabang disiplin ilmu
kedokteran yang mempelajari :
aspek kesehatan dan kedokteran Lanjut
Usia
pelayanan kesehatan kepada Lanjut Usia
dengan mengkaji semua aspek kesehatan
berupa promosi, pencegahan, diagnosis,
pengobatan, dan rehabilitasi.
KRITERIA pasien geriatri
1. Usia 60 th keatas dengan : (UU 13 tahun 2008)
a. lebih dari 1 penyakit fisik dan/atau psikis; atau
b. 1 penyakit dan mengalami gangguan akibat penurunan fungsi organ,
psikologi, sosial, ekonomi dan lingkungan yang membutuhkan pelayanan
kesehatan.
2. usia 70 th ke atas yg memiliki 1 penyakit fisik dan/atau psikis.
Konsep PCC
Profesional Clinical PCC
Pemberi Asuhan Team Leader
DPJP
Perawat/
Bidan Apoteker
Psikologi Nurisionis
Klinis Dietisien
1 Rawat Jalan
2 Rawat Inap Akut -
3 Home Care*
4 Klinik Asuhan Siang - -
5 Rawat Inap Kronik - - -
Respite Care / Tempat
6 - - -
Penitipan Lansia
TINGKAT, JENIS ,SARANA DAN KETENAGAAN PELAYANAN
GERIATRI
TK JENIS PELAYANAN SARANA PRASARANA TIM
SEDERHANA
1. SEMPURNA Ditambah
Pasien Geriatri (Respite (KETUA)
2. Rawat Inap Kronik
3. Rawat Inap Psikogeriatri Care)
4. Respite Care 5. Ruang Hospice Care
5. Hospice
PELAYANAN GERIATRI DI RS
RAWAT JALAN : Poliklinik Geriatri
pendamping
Oleh sebab itu, selain pasien harus sembuh, juga harus ditingkatkan status
REGISTRASI
3 ( ) Pewawancara menyebutkan nama 3 buah benda : satu detik untuk setiap benda.
Kemudian pasien diminta mengulangi nama ketiga objek tadi. Berilah nilai 1 untuk tiap
nama objek yang disebutkan benar. Ulangi lagi sampai pasien menyebut dengan benar
: (bola, kursi, buku) Hitunglah jumlah percobaan dan catatlah : …………… kali
NILAI MAKS NILAI
MENGENAL KEMBALI
3 ( ) Pasien disuruh menyebut kembali 3 nama objek diatas tadi. Beirikan nilai 1
untuk tiap jawaban yang benar.
BAHASA
2 ( ) Apakah nama benda ini? Perlihatkanlah pinsil dan arloji
1 ( ) Pasien disuruh mengulangi kalimat berikut : “JIKA TIDAK, DAN TAPI”
NILAI MAKS NILAI EKSEKUSI, VISUOSPASIAL
3 ( ) Pasien disuruh melakukan perintah : “Ambil kertas itu dengan tangan anda,
lipatlah menjadi dua dan letakkan di lantai”
1. Riwayat Jatuh Apakah pasien datang ke RS karena jatuh? Ya / tidak Salah satu jawaban ya = 6
Jika tidak, apakah pasien mengalami jatuh dalam 2
bulan terakhir ini ? Ya /Tidak
2. Status Mental Apakah pasien delirium ? (Tidak dapat membuat Ya /Tidak Salah satu jawaban ya = 14
keputusan, pola pikir tidak terorganisir, ganguan daya
ingat )
Apakah pasien disorientasi ? (salah menyebutkan
waktu, tempat atau orang ) Ya /Tidak
Apakah pasien mengalami agitasi ? (ketakutan, gelisah,
dan cemas)
Ya /Tidak
3. Penglihatan Apakah pasien memakai kacamata ? Ya /Tidak Salah satu jawaban ya = 1
Apakah pasien mengeluh adanya penglihatan buram ?
Apakah pasien mempunyai glaukoma ? Katarak / Ya /Tidak
degenerasi makula ?
Ya /Tidak
4. Kebiasaan Berkemih Apakah terdapat perubahan perilaku berkemih? Ya /Tidak Salah satu jawaban ya = 2
(frekuensi, urgensi, inkontinensia, nokturia)
5. Transfer ( dari tempat tidur ke kursi Mandiri (boleh memakai alat bantu jalan) 0 Jumlah nilai transfer dan mobilitas jika nilai total
dan kembali lagi ketempat tidur ) Memerlukan sedikit bantuan 0 – 3 maka scor = 0 Keterangan skor :
(1 orang ) / dalam pengawasan 1 Jika nilai total 4 – 6, maka skor = 7
Memerlukan bantuan yang nyata (2 orang) 0-5 = resiko rendah
Tidak dapat duduk dengan seimbang, perlu bantuan 2
total 6 – 16 = resiko sedang
3
6. Mobilitas Mandiri (boleh memakai alat bantu jalan ) 0 17 – 30 = risiko tinggi
Berjalan dengan bantuan 1 orang (verbal / fisik )
Menggunakan kursi roda 1
Imobilisasi
2
Asesmen Risiko Jatuh Untuk Pasien Usia lanjut Rawat Jalan
Pasien : Tanggal : Jam :
GESEKAN DAN
1. Masalah 2. Masalah potensial 3. Tidak ada masalah
CUBITAN
Catatan : Pasien yang total nilai : < 16 mempunyai resiko terjadi dekubitus
: 15/16 resiko rendah
: 13/14 resiko sedang
: < 12 resiko tinggi
Pengkajian Kondisi Sosial
• Erat kaitannya dengan mengapa pasien sakit
• Bagaimana rencana pengobatan di rumah sakit
• Bagaimana kalau nanti pulang ke rumah
• Siapa yang akan merawat sementara di rumah
• Bagaimana keadaan pasien secara finansial?
• Siapa yang selama ini menemani di rumah?
• Bagaimana hubungan dengan orang-orang terdekat?
Diagnosis Keperawatan pasien Geriatri
Penggunaan SDKI (149 diagnosis) dalam asuhan kep Geriatri
Diagnosa Keperawatan Geriatri : fokus sindroma geriatri
Perencanaan
Penggunaan SLKI (137 Kep pasien
luaran) Geriatri
dalam asuhan
kep Geriatri
Luaran : fokus sindroma geriatri
Penggunaan SIKI (590
Intervensi Intervensi)
Kep dalam asuhan kep
pasien Geriatri
Geriatri
Intervensi : fokus mengurangi masalah pada psn
geriatri
Penggunaan SIKI (590
Intervensi Intervensi)
Kep dalam asuhan kep
pasien Geriatri
Geriatri
Intervensi : fokus mengurangi masalah pada psn
geriatri
Evaluasi Tindakan Kep pasien Geriatri
• Evaluasi dilaksanakan untuk menilai keberhasilan tindakan
Modifikasi
Di lanjutkan
Discharge Planning pasien Geriatri
• Perencanaan Pulang
1. Pasien tinggal dengan siapa
2. Dimana letak kamar mandi pasien di rumah
3. Bagaimana kondisi rumah pasien
4. Penerangan
5. Kamar tidur jauh dengan kamar mandi
6. WC / Kloset
7. Bagaimana pemenuhan kebutuhan dasar pasien
8. Apakah pasien memerlukan perawatan lanjutan / alat bantu khusus
9. Apakah ada diet/makanan yang diprogramkan
10. Apakah perlu dirujuk ke komunitas lain
• Rata-rata lama rawat pasien geriatri yang masuk karena mengalami geriatric giants
dan dirawat inap dengan menerapkan pengkajian paripurna pasien geriatri adalah 12
hari.
• Perawatan yang terjadi kembali dalam 30 hari pertama pasca rawat menggambarkan
adanya permasalahan kesehatan yang sesungguhnya belum optimal ditatalaksana di
rumah sakit.
• Persentase maksimal rehospitalisasi pasien geriatri pascarawat inap akut adalah 15%.
• Rehospitalisasi ini dapat dipengaruhi oleh kesiapan tim terpadu geriatri serta dukungan
yang ada di rumah sakit.
• Rehospitalisasi juga tak terlepas dari pengaruh kemampuan puskesmas dan community
based geriatric service.
5. Kepuasan pasien
• Kepuasan pasien diukur saat pasien pulang dengan instrumen yang secara sahih
• Perawat harus mampu melakukan pengkajian spesifik pada usia lanjut, shg
bisa memberikan asuhan sesuai masalah yang ada
Matur Nuwun
DIAGNOSIS
KEPERAWATAN GERONTIK
PROSES DIAGNOSTIK
(DIAGNOSTIC PROCESS)
1 nalisis Data
A
• Bandingkan data dengan nilai normal
• Kelompokkan data
Diadaptasi dari:
Standar Praktik Keperawatan Indonesia (PPNI, 2005); Ackley, Ladwig & Makic (2017);
Berman, Snyder & Frandsen (2015); Potter & Perry (2013)
KATEGORI DIAGNOSIS KEPERAWATAN GERONTIK
Tanda/Gejala
Aktual Mayor dan Minor
Negatif
Diagnosis Risiko Faktor Risiko
Keperawatan
Promosi Tanda/Gejala
Positif
Kesehatan Mayor dan Minor
Diadaptasi dari:
Standar Praktik Keperawatan Indonesia (PPNI, 2005); International Classification of
Nursing Practice – Diagnosis Classification (ICNP, 2015)
Komponen Disgnosis Keperawatan
INDIKATOR DIAGNOSTIK
Fokus Diagnosis
Deskriptor
Ditemukan sebanyak
1) Bio-fisio-psikologis
2) Efek terapi/Tindakan
3) Situasional Indikator
4) Maturasional Diagnostik
Perumusan Diagnosis Keperawatan
Penulisan Three Part
• Diagnosis Aktual
Masalah berhubungan dengan Penyebab
dibuktikan dengan Tanda/Gejala
• Defisit Nutrisi
• Resiko disfungsi Neurovaskuler Perifer
• Konfusi: akut /kronis
• Gangguan Memori
• Gangguan eleminasi urin
• Resiko jatuh
DIAGNOSA KEPERAWATAN
YG MUNGKIN MUNCUL TERKAIT
ASPEK FISIK/ BIOLOGIS
WASS. WR. WB
PENGKAJIAN
KEPERAWATAN
GERONTK Tri Prabowo,S.Kp.
LATAR BELAKANG
◼ PENDEKATAN SPIRITUAL:
Memberikan ketenangan, & kepuasan batin dlm
hubungannya dg Tuhan, terutama bila dlm
keadaan sakit atau mendekati kematian
TAHAP PENGKAJIAN
1. Sindroma Geriatrik
- Imobilitas - Isolasi (depresi)
- Instabilitas - Malnutrisi
- Inkontinen - Kemiskinan (Impectunity)
- Kelemahan intelektual - Iatrogenesis
- Infeksi - Insomnia
- Kelemahan penglihatan & pendengaran - Penurunan imunitas
- Iritabel kolon - Impotensi
- Nyeri dada
- Sinkop
- Infeksi
- Ketergantungan (dependency)
dicintai
- Tingkat spiritual
- SETTING LIMITS
- KUALITAS HIDUP LEBIH PENTING
- CONTINUUM OF CARE
- REHABILITASI (pembelajaran. alat
bantu, manipulasi lingkungan)
Risk Factors Degenerative disease
Faktor risiko dan Penyakit degeneratif (FR harus dihindari / dihilangkan sedini mungkin
supaya lebih berhasil)
Sumber : Boedhi – Darmojo, Orasi, 6 Januari 2001, sidang Konsorsium Ilmu Kesehatan
(KDKI) 2000
FAKTOR INTRINSIK FAKTOR EKSTRINSIK
Perubahan fungsi
neuromuskuler, Lingkungan
berbahaya
gaya jalan,
reflek postural
PENGKAJIAN
Tehnik yg digunakan u/ mendptkan data scr
sistematik :
• Data Biografi:
– Identifikasi:
Nama, umur, tgl lahir, sex, suku.
– Identifikasi pemberi informasi:
klien, keluarga, teman.
• Keluhan Utama
– Alasan utama klien minta pertolongan kesehatan
– Tulis masalah yg disampaikan oleh klien.
PENGKAJIAN : Riwayat Penyakit sekarang
Kejadiannya: kapan.
Keadaan serangan: akut atau sedikit demi sedikit
Lokasi: setempat atau menjalar
Kualitas: tajam, tumpul
Intensitas : seberapa kekuatannya
Severity: seberapa ketidakmampuan
cara mengatasinya dari gejala yg muncul
Faktor pencetus: aktivitas, makan dll
PENGKAJIAN : Riwayat Penyakit dahulu
PENGKAJIAN
ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA
PATOFISIOLOGI PADA
LANJUT USIA
Oleh
Tri Prabowo
TEORI BIOLOGIS PENUAAN:
TEORI GENETIK
MEMPENGARUHI
PROLIFERASI SEL
GEN PERPERAN DLM
PEMBENTUKAN BERBAGAI
ENZYM
Enzym DNA Polymerase: Penggandaan DNA &
perbaikan DNA yg rusak
Enzym Proteolitik: menemukan & memperbaiki sel yg
mengalami degradasi protein
Menghambat Proses Methylasi DNA yg mencegah
kerusakan sel lanjut usia
PENGARUH RADIKAL BEBAS
PADA PENUAAN
Radikal bebas: molekul, fragmen molekul atau atom
dg elektron bebas tak berpasangan
Radikal bebas akibat polusi, radiasi, pestisida, zat
pengawet & kerusakan sel mati (pada hepatitis &
kanker)
Radikal bebas sangat aktif:
Mudah terikat dg molekul→ fungsi molekul berubah
Terikat pada DNA & RNA → terbentuk protein yg
abnormal & timbulkan gangguan gangguan fungsi sel :
- timbul penyakit
- degenerasi sel
- mempercepat proses penuaan
Perubahan fungsi
kekebalan pada lansia
Sel B (pembentuk Immunoglobulin) → sistem kekebalan
Humoral, contoh :
IgM : membantu phagositosis,
IgG : membuhun bakteri, virus
Sel T (mengendalikan reaksi kekebalan tubuh) → sistem
kekebalan cel, contoh : monocyte, makrophag: membunuh
antigen
Sel NK (natural Killer) : menghancurkan sel tumor &
mematikan kuman
Perubahan fungsi kekebalan
pada lansia:
Penurunan kelenjar thymus
Produksi produksi & reaksi thd IL-2 (T Cell Growth Factor,
TCGF) terbukti in vitro
Penurunan proliferasi sel
Menurunnya T cell dg CD8 antigen (Cytotoxic/ Suppressor
Cell
Sensitivitas thd Prostalglandin E2
Sintesa Anti-idiotype antibodies
Perubahan fungsi kekebalan
pada lansia:
Penurunan tingkat reaksi antobodi
Peningkatan autoimmune antibodies
Peningkatan serum monoclonal immunoprotein
Fungsi sel NK tak berubah
Limfosit B tak berubah
Hipersensitifitas hilang
Tak ada perubahan limfosit di darah tepi
PERUBAHAN SEL DLM
PROSES PENUAAN
Adanya perubahan genetik yg
mengakibatkan terganggunya metabolisme
protein
Gangguan metabolisme nuclic acid & DNA
Terjadinya ikatan DNA dg protein stabil yg
mengakibatkan gangguan genetik
Gangguan kegiatan enzym & sistem
pembuatan enzym
Menurunnya proporsi protein di otak, otot,
ginjal, darah, hati
Terjadinya pengurangan parenchym
Penambahan lipofusin
PERUBAHAN SEL OTAK &
SARAF DLM PROSES PENUAAN
Jumlah sel menurun, & fungsi digantikan sel yg
tersisa
Terganggunya mekanisme perbaikan sel
Kontrol nukleus sel thd cytoplasma menurun
Terjadi perubahan jumlah & struktur
mitochondria
Degenerasi lysosom yg mengakibatkan
hidrolisa sel
Berkurangnya butir Nissl
Terjadi pengumpulan kromatin
Terjadi penambahan pikmen lipofuscin
Terjadi vakuolisasi protoplasma
PERUBAHAN DI OTAK LANJUT
USIA
Otak menjadi atrofis, beratnya berkurang 5 – 10 %,
ukurannya mengecil (terutama parasagital, frontal &
parietal)
Jumlah neuron berkurang (tak dpt diganti). Terjadi juga
penyusutan sel pyramidal cortex cerebral &
pengurangan sel non pyramidal
PERUBAHAN DI OTAK
LANJUT USIA
1. MEROKOK
➢ Menurunkan FEV (forced expiration volume) &
kapasitas vital paru
➢ Menurunkan produksi mukosa pada sel rambut
➢ Menyebabkan bronkokonstriksi
➢ Resiko kanker paru
Faktor yg mempengaruhi
fungsi paru pada lansia
2. KEGEMUKAN
Menurunkan volume paru
Paru & dinding dada: complience
Menurunkan ventilasi paru bagian bawah
3. IMMOBILITAS
✓ Predisposisi : aliran jalan nafas tertutup &
atalektasis
Faktor yg mempengaruhi
fungsi paru pada lansia
4. PEMBEDAHAN
RR & tidal volume menurun, terjadi
hipoventilasi, dpt terjadi hipoksia & peningkatan
PCO2
Hipoksemia terjadi juga krn terhambatnya
sekresi & atelektasis
PERUBAHAN SISTEM
KARDIOVASKULER
Tri Prabowo
PERUBAHAN SEL OTAK & SARAF DLM
PROSES PENUAAN
Jumlah sel menurun, & fungsi digantikan sel yg
tersisa
Terganggunya mekanisme perbaikan sel
Kontrol nukleus sel thd cytoplasma menurun
Terjadi perubahan jumlah & struktur mitochondria
Degenerasi lysosom yg mengakibatkan hidrolisa sel
Berkurangnya butir Nissl
Terjadi pengumpulan kromatin
Terjadi penambahan pikmen lipofuscin
Terjadi vakuolisasi protoplasma
PERUBAHAN DI OTAK LANJUT USIA
Wajah penderita menjadi kurang ekspresif karena otot-otot wajah untuk membentuk
ekspresi tidak bergerak. Kadang berkurangnya ekspresi wajah ini disalah artikan
sebagai depresi, walaupun memang banyak penderita Parkinson yang akhirnya
mengalami depresi. Pandangan tampak kosong dengan mulut terbuka dan matanya
jarang mengedip. Penderita seringkali ileran atau tersedak karena kekakuan pada
otot wajah dan tenggorokan menyebabkan kesulitan menelan. Penderita berbicara
sangat pelan dan tanpa aksen (monoton) dan menjadi gagap karena mengalami
kesulitan dalam mengartikulasikan fikirannya. Sebagian besar penderita memiliki
intelektual yang normal, tetapi ada juga yang menjadi pikun
PENANGANAN PARKINSON
Penyakit Parkinson bisa diobati dengan berbagai obat, seperti levodopa, bromokriptin,
pergolid, selegilin, antikolinergik (benztropin atau triheksifenidil), antihistamin, anti
depresi, propanolol dan amantadin. Tidak satupun dari obat-obat tersebut yang
menyembuhkan penyakit atau menghentikan perkembangannya, tetapi obat-obat
tersebut menyebabkan penderita lebih mudah melakukan suatu gerakan dan
memperpanjang harapan hidup penderita.
Untuk mempertahankan mobilitasnya, penderita dianjurkan untuk tetap melakukan
kegiatan sehari-harinya sebanyak mungkin dan mengikuti program latihan secara rutin.
Terapi fisik dan pemakaian alat bantu mekanik (misalnya kursi roda) bisa membantu
penderita tetap mandiri.
Makanan kaya serat bisa membantu mengatasi sembelit akibat kurangnya aktivitas,
dehidrasi dan beberapa obat. Makanan tambahan dan pelunak tinja bisa membantu
memperlancar buang air besar. Pemberian makanan harus benar-benar diperhatikan
karena kekakuan otot bisa menyebabkan penderita mengalami kesulitan menelan
sehingga bisa mengalami kekurangan gizi (malnutrisi).
Mekanisme Keseimbangan Postural
Pada Lansia
Menurut (Suhartono, 2005), mekanisme
keseimbangan postural membutuhkan
kerjasama dan interaksi dari tiga
komponen, yaitu:
1. Sistem Sensori Perifer & Sistem Saraf
Pusat (SSP).
2. Kognitif
3. Muskuloskeletal
Sistem Sensori Perifer
Tri Prabowo,Skp,M.Sc
Dr.Satimin HD 57
FIGURE 14-9
STRUCTURE OF THE EAR.
DEFINISI
Presbikusis (presbiakusis) adalah gangguan pendengaran
saraf pada usia lanjut, disebabkan oleh proses penuaan
(degeneratif) organ pendengaran khususnya telinga dalam,
umumnya mengenai kedua sisi telinga.
PREVALENSI
Secara global prevalensi presbikusis bervariasi, diperkirakan
30-45 % pada usia >65 tahun
Survei Kesehatan Indera Pendengaran tahun 1994 -1996
di 7 Propinsi prevalensi presbikusis sebesar 2.6 %
Lebih sering terjadi pada pria.
HEARING IMPAIRMENTS
❖Statistics
• Common in older adults
• >30% people 65–74 are hearing impaired
• 40–66% of people over age 75 are hearing
impaired
• More prevalent in white men and women than
African-American men and women
Hearing Impairments
Risk factors
Long-term exposure to excessive noise
Impacted cerumen
Ototoxic medications
Tumors
Diseases affecting sensorineural hearing
Smoking
History of middle ear infections
Chemical exposure
ETIOLOGI
Variasi penyebab; satu atau lebih sering ditemukan kombinasi
Catatan :
Serumen : Sekret di telinga
OMA OMSK
OTITIS MEDIA TENGAH
Radang di Telinga tengah erat kaitannya dengan ISPA
Diagnosis
Sensory/Perceptual Alterations:
Hearing with a variety of nursing
goals and interventions
Communication
Safety
Self-care activities
Mood
Recreation and leisure activities
Impact on quality of life - Impairs ability to communicate
with others
▪ Adds to social isolation
▪ Leads to depression or low self-esteem
Safety issues
▪ Unable to hear instructions, such as how to take medications,
▪ Unable to hear car coming when crossing the road, horns honking
▪ Unable to hear phone or doorbell ringing or knocking at the door (if
emergency occurs may be unaware)
Komunikasi pada Lansia