Anda di halaman 1dari 462

PENGANTAR

GERONTOLOGI

Oleh :
Nunuk Sri Purwanti
GERONTOLOGI
n Geros = lanjut usia; Logos = ilmu
n Kozier, 1987 : Ilmu yg m’pelajari seluruh
aspek menua
n Miller, 1990 : Cabang ilmu yg m’pelajari
proses menua & masalah2 yg trjd pd usila
n Ebersole & Hess, 1994 :
Cabang ilmu yg m’pelajari pengaruh waktu
terhadap tahap perkembangan manusia;
m’pelajari tentang usia.
GERONTOLOGI NURSING

n Kozier, 1987 : Ilmu yg m’pelajari tentang


perawatan pada lansia.
n Ebersole & Hess, 1994 :
p’gunaan keilmuan secara luas sbg dasar
p’organisasian & perawatan usila; yg
bertujuan utk meningkatkan kualitas hidup
dan kelanjutan kesempatan utk berkembang
melalui kehidupan & meninggal dg damai
GERIATRI
Geros = Lanjut usia; Eatrie = Kesehatan/medikal
n Miller, 1990 : Cabang ilmu kedokteran
(medicine) yg berkaitan dgn penyakit &
ketidakmampuan/kecacatan pd lansia.
n Black & Matassari Jacob, 1997 :
Cabang ilmu kedokteran yg brfokus pd mslh
kdokteran yaitu penyakit yg timbul pd lansia.
n Cabang ilmu kedokteran yg mempelajari ttg :
ØPenyakit pd usia lanjut
ØAspek2 klinis, preventif & terapetis pd lansia
ØProses menjd tua pd manusia & akibat2nya pd
tubuh
KEPERAWATAN GERIATRI
n Ebersole & Hess, 1994 :
Concerned terhadap kondisi penyakit pd org
tua dan berfokus pd penyakit.
n Kozier, 1987 :
Praktek keperawatan yg berkaitan dgn
penyakit pd proses menua.
n Spesialis kep lanjut usia yg dpt mnjalankan
perannya berdasarkan pengetahuan, keahlian
& ketrampilan Nsg u/ meningkatkan fungsi
optimal lansia secara komprehensif.
KEPERAWATAN GERONTIK

n Kozier, 1987 :
Perawatan lansia yg menderita penyakit
(keperawatan geriatri) dan dirawat di
rumah sakit merupakan bagian dr
Gerontic Nursing
KEPERAWATAN GERONTIK
n Gunter,1987 :
Concerned terhadap as kep pd org tua;
praktek caring/curing & nurturance pd
kesehatan dan kenyamanan lansia
berdasarkan metodologi keperawatan;
spesialis pengetahuan ttg menua &
kondisi klien serta lingkungan yg
meningkatkan perilaku yg kondusif &
minimalkan kecacatan atau
ketidakmampuan.
TUJUAN GERIATRI :
1. Mempertahankan derajat kes lansia,
sehingga trhindar dr penyakit atau gangguan
2. Memelihara kondisi kes lansia melalui
aktivitas2 fisik & mental.
3. Nakes mampu menegakkan diagnosa scara
tepat & sedini mungkin, bila ada
kelaianan/ggn.
4. Agar para lansia mapu beradaptasi thd
masalah yg dihadapinya  dapat mandiri
secara maksimal.
5. Lansia dalam keadaan terminal  dapat
meninggal dgn tenang & damai.
BATASAN LANJUT USIA
Kapan indiv disebut lanjut usia ?  sulit
n WHO : Lansia meliputi
ØUsia pertengahan (middle age) = 45-59 th
ØLanjut usia (elderly) = 60-74 th
ØLanjut usia tua (Old) = 75-90 th
ØLanjut usia sangat tua (very old) = >90 th
n Sumiati Ahmad M & Jos Masdani :
ØMasa lanjut usia (Senium) = 65 th ke atas.
n Koesoemato Setyonegoro :
ØMasa lanjut usia (geriatric age) = 65-70 th
ØYoung old, old & very old
BATASAN LANJUT USIA

n UU no. 4 th 1965  Lanjut usia :


ØUsia 55 th, tidak mempunyai atau tidak
berdaya mencari nafkah sendiri & menerima
nafkah dari org lain (sudah tdk relevan)
n UU no. 13 th 1998 :
Ølanjut usia adl usia 60 th ke atas.
n Biren & Jenner (1977) --> membedakan :
ØUsia Biologis
ØUsia Psikologis saling m’pengaruhi
ØUsia Sosial
TEORI PROSES MENUA

Oleh :
Nunuk Sri Purwanti
§ Proses menua terjadi pd setiap individu dgn
usia yg berbeda & dgn proses yg bervariasi
§ Tidak ada faktor pencegah proses menua
§ Setiap org lanjut usia mempunyai kebiasaan
yg berbeda.

n Teori2 dalam praktek gerontology nursing :


ØTeori Penuaan secara Biologis
ØTeori Penuaan secara Psikologis & Sosial
BIOLOGICAL THEORIES OF AGING
q Teori genetik :
ØTerjadi kegagalan organisma dlm kehidupan krn
adanya aktivasi gen yg tdk sempurna scr berlebihan
ØAda 2 type gen : mendukung pertumbuhan dan
kemunduran
q Teori mutasi gen :
ØAda Paparan thd radiasi / zat kimia  abnormalitas
kromosom
ØPerubahan biokimia yg diprogram o/ DNA, setiap
sel pd saatnya akan m’alami mutasi (tjd penurunan
kemampuan fungsional sel)
BIOLOGICAL THEORIES OF AGING (lanjutan)

q Teori Jam biologi :


ØM’beri kesan program natural pd tiap org. tumbuh &
berkembang, maturasi, serta kemunduran trjd tiap
waktu, tetapi bukanlah kondisi penyakit / patologis
q Teori Imunological :
ØSemakin lama sel dlm fungsi immun berkurang,
m’hasilkan benda asing (misidentified) yg diserang o/
sist imun itu sendiri (Auto imune disorder) 
Rematoid artritis; lupus;
ØSemakin lama sistem pertahanan m’alami penurunan
efektivitas mudah infeksi
BIOLOGICAL THEORIES OF AGING (lanjutan)

q Teori Radikal bebas :


ØKelompok atom yg tidak stabil
ØMetabolism oksigen dlm tbh, merusak membran sel
ØPengrusakan radikal bebas lebih besar drpd
krmamp u/ perbaikan  sel2 tidak dapat
b’regenerasi
q Teori Pemakaian & Perusakan :
ØSel2 tubuh m’alami kerusakan akibat kelebihan
usaha, kelelahan & stress
BIOLOGICAL THEORIES OF AGING (lanjutan)

q Teori Rantai Silang :


ØProtein tubuh & karbohidrat adl kimia tbh yg
mungkin saling silang & m’hasilkan ikatan yg
kuat, khususnya jar kolagen. Ikatan  me
rigiditas & ketidakstabilan sel  kekakuan yg
progresif
ØManifestasi fisik ini trjd stelah usia 30,
kehilangan gigi, berkurangnya elastisitas
dinding arterial & efisiensi paru mnurun, GI tract
PSYCHOLOGICAL & SOSIOLOGICAL
THEORIES OF AGING
q Teori Aktivitas :
Ø Mempertahankan aktivitas rutin
q Teori kontinyuitas :
Ø mendukung s/ relationship diantara aktivitas peran
& kepuasaan hidup
q Teori Pelepasan atau putusnya pergaulan
Ø aging tidak adapat dihindari; adanya penurunan
interaksi
q Teori Subculture :
Ø Norma & nilai, respon thd kehilangan status
TUMBUH KEMBANG LANSIA
n ERIK ERIKSON
1. Mengembangkan tahapan & tugas nya.
‘The stage pertaining to older adult :
integritas ego Versus putus asa’.
2. Tugas tahap tsb : penerimaan hidupnya
sbg s/ yg berarti, bhw kematian adlh bag
dr hidup, melawan rasa putus asa,
kegagalan menerima hidup yg penuh arti,
ketakutan terhadap kematian
TUMBUH KEMBANG LANSIA

n PECK
1. Mp’luas thp pkembangan erikson
2. Body transendence Vs body preokupasi:
menikmati hidup dlm m’hadapi
discomfort karena aging
3. Kemampuan lansia brfokus pd
kesejahteraan & generasi yg akan
datang
TUMBUH KEMBANG LANSIA

n HAVIGHURST
1. Maturitas lanjut  istilah u/ older adult
2. Tugas u/ later maturity : disengagement,
terlibat dalam peran baru sbg
kakek+nenek, negara, teman
3. Tugas perkembangan meliputi :
§ penyesuaian diri thdp penurunan kekuatan,
kesehatan berkurangnya income
§ penerimaan trhdp kematian pasangan
§ adaptasi thd peran sosial
§ m’bangun kepuasaan
SEMOGA BERMANFAAT
&
TERIMAKASIH

Nunuk Sri Purwanti


TIPOLOGI LANSIA
&
MITHOS-MITHOS LANSIA

Oleh :
Nunuk Sri Purwanti
1. Tipe Arif Bijaksana : kaya hikmah & pengalaman,
menyesuaikan diri dg perubahan zaman, punya kesibukan,
ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, menjadi
panutan
2. Tipe Mandiri : mengganti kegiatan dgn keg yg baru,
selektif dalam mencari pekerjaan, teman pergaulan
3. Tipe Tidak Puas : konflik lahir-batin menentang
proses penuaan yg sebabkan hilangnya kecantikan, daya
tarik, dsb. Pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung,
menuntut, sulit dilayani, pengkritik
4. Tipe Pasrah : menerima & nunggu nasib baik, “habis
gelap trbitlah terang”, keg beribadah, ringan tangan & kaki
5. Tipe Bingung : kaget, kehilangan kepribadian, minder,
menyesal, pasif, tidak perduli
TIPE LANSIA  karakter, p’alaman hidup, mental
1. Tipe Optimis
2. Tipe Konstruktif
3. Tipe Defensif
4. Tipe Dependent
5. Tipe militan dan serius
6. Tipe Marah atau frustasi
7. Tipe Putus Asa

Kesalahan & kekeliruan dapat dihindari


TIPE LANSIA  kemampuan lansia :
1. Lanjut usia mandiri sepenuhnya
2. Lansia mandiri dg bantuan lgs keluarga
3. Lansia mandiri dg bantuan tdk langsung
4. Lansia dibantu oleh badan sosial
5. Lansia Panti Sosial Tresna Werda
6. Lansia yg dirawat di rumah sakit
7. Lansia yg menderita gangguan mental

DIMENSIA ?
MITHOS-MITHOS LANSIA

Sheiera Saul, 1974 :


n Mitos Kedamaian & Ketenangan
n Mitos Konservatisme & Kemunduran
n Mitos Berpenyakitan
n Mitos Senilitas
n Mitos Tidak Jatuh Cinta
n Mitos Aseksualitas
n Mitos Ketidakproduktifan
FAKTOR-FAKTOR
YG PENGARUHI PROSES MENUA
n Hereditas (genetik)
n Nutrisi
n Status kesehatan
n Pengalaman hidup
n Lingkungan
n Stress
PERUBAHAN-2
YANG TERJADI
PADA LANSIA

1. Perubahan Fisik
2. Perubahan Psikososial
3. Perubahan Mental
4. Perubahan Memory
5. Perkembangan Spritual
PERUBAHAN FISIK :
1. SEL
§ Jumlahnya lebih sedikit/menurun
§ Ukurannya lebih besar
§ TBW (jumlah cairan tubuh berkurang) &
cairan intra seluler menurun  ggn kes
cairan (dehidrasi)
§ Menurunnya proporsi protein di otak,
ginjal, otot darah & hati
§ Jumlah sel otak menurun
§ Terganggunya mekanisme perbaikan sel
PERUBAHAN FISIK :
2. SISTEM PERSARAFAN
§ Berat otak menurun 10-20% (sel saraf
otak tiap indiv berkurang setiap hari)
§ Respon dan waktu utk bereaksi, lambat
§ Atropi saraf panca indra (berkurangnya
penglihatan, pendengaran, pencium &
perasa, lebih sensitif trhdp perubahan
suhu dg rendahnya ketahanan thd
dingin)
§ Kurang sensitif thd sentuhan
PERUBAHAN FISIK :
3. SISTEM PENDENGARAN
§ Prebiakusis (hilangnya kemampuan/daya
pendengaran pd telinga dalam, terutama thd
suara/nada2 tinggi, suara yg tidak jelas, sulit
mengerti kata-kata)  50% trjd ps usia >65th
§ Atropi membran tympani, menyebabkan
otosklerosis (kekakuan pd tlg bag dalam)
§ Terjadinya pengumpulan cerumen dapat
mengeras krn peningkatan keratin
§ Pendengaran bertambah menurun pd lansia
yg m’alami ketegangan jiwa/stress.
PERUBAHAN FISIK :
4. SISTEM PENGLIHATAN
§ Lensa lebih suram (kekeruhan lensa) mjd
katarak  ggn p’lihatan
§ Kornea lebih berbentuk sferis (bola kecil)
§ Respon thd sinar menurun, daya adaptasi thd
gelap lebih lambat, susah melihat dalam
cahaya gelap
§ Hilangnya daya akomodasi mata
§ Lapang pandang menurun
§ Sulit membedakan warna biru dan hijau pada
skala
PERUBAHAN FISIK :
5. SISTEM KARDIOVASKULER
§ Elastisitas dinding aorta menurun
§ Katup jantung menebal & mjd kaku
§ Kemampuan jantung memompa darah
menurun 1% setiap thn sesudah b’umur 20 th
 menurunnya kontraksi & volume jantung
§ Khilangan elastisitas pbuluh drh, oksigenisasi
tdk adekuat, m’akibatkan pusing mendadak
§ TD cenderung tinggi krn meningkatnya
resistensi pbuluh darah perifer
PERUBAHAN FISIK :
6. SISTEM RESPIRASI
§ Otot2 pernafasan kehilangan kekuatan (lemah) dan
menjadi kaku
§ Menurunnya aktivitas silia
§ Elastisitas paru berkurang, kapasitas residu
meningkat, menarik nafas berat, dan kedalaman
bernafas menurun
§ O2 arteri menurun mjadi 75 mmHg; CO2 arteri
tidak berganti
§ Kemampuan utk batuk berkurang
§ Kemamp dinding, dada & kekuatan otot pernafasan
menurun sejalan dg tambah usia
PERUBAHAN FISIK :
7. SISTEM GENITOURINARI
§ Ginjal mengecil & nefron atropi, aliran darah ke
ginjal menurun sampai 50%, fungsi tubulus
berkurang; kurangnya kemampuan
mengkonsentrasi urin; berat jenis urin menurun,
proteinuria (+1); BUN meningkat
§ Otot2 vesika urinaria melemah, kapasitasnya
menurun 200ml  frekuensi bak meningkat.
§ Pd pria lansia, VU sulit dikosongkan  akibatnya
meningkatkan retensi urin.
§ Prostat mbesar (dialami 75% pria usia 65 th keatas)
§ Atropi vulva, selaput lendir kering, elastisitas
menurun, permukaan lbh licin, perub warna
§ Seksual intercourse  masih
PERUBAHAN FISIK :
8. SISTEM REPRODUKSI
§ Menciutnya ovari dan uterus
§ Atropi payudara
§ Pd laki2, testis masih dapat m’produksi
spermatozoa, meski ada penurunan scr
b’angsur2
§ Selaput lendir vagina menurun, permukaan
lbh halus, sekresi berkurang, reaksi sifatnya
alkali, perubahan2 warna
§ Dorongan Seksual  masih, dg kondisi kes
ü Dapat diupayakan sampai lanjut usia
ü Tidak perlu cemas, krn mer/ perub alami
PERUBAHAN FISIK :

9. SISTEM GASTROINTESTINAL
§ Kehilangan gigi, krn periodontal disease or kes gigi
buruk or gizi buruk
§ Indra pengecap menurun, iritasi kronis selaput
lendir, atropi indra pengecap, hilangnya
sensisitifitas saraf pengecap di lidah ttg rs manis,
asin, & pahit.
§ dilambung, sensisitifitas rasa lapar menurun, asam
lambung menurun, waktu pengosongan jg
menurun
§ Peristaltik lemah  biasa timbul konstipasi
§ Daya absorbsi trganggu
PERUBAHAN FISIK :
10. SISTEM ENDOKRIN
§ Produksi hormon menurun, termasuk
hormon tiroid, aldosteron, kelamin
(progesteron, estrogen, testosteron)
§ Menurunnya aktivitas tiroid, menurunnya
BMR = basal metabolic rate
§ Fungsi paratiroid & sekresinya tidak
berubah
PERUBAHAN FISIK :

11. SISTEM INTEGUMEN


§ Kulit keriput, akibat kehilangan jar lemak
§ Permukaan kulit kasar & bersisik, (kaku,
rapuh & keras), krn kehilangan proses
keratinisasi, perubahan ukuran dan bentuk2
sel epidermis
§ Menurunnya respon thd trauma
§ Mekanisme proteksi kulit menurun :
§ Produksi serum menurun
§ Ggn pigmentasi kulit
SISTEM INTEGUMEN :

§ Kulit kepala dan rambut menipis berwarna


kelabu
§ Rambut dalam hidung dan telinga menebal
§ Berkurangnya elastisitas, akibat menurunnya
cairan & vaskularisasi
§ Pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku pudar
& kurang bercahaya
§ Kuku jari menjadi keras & rapuh
§ Kuku kaki tumbuh secara berlebihan &
seperti tanduk
§ Kelenjar keringat berkurang jumlah & fungsi
PERUBAHAN FISIK :

12. SISTEM MUSKULOSKELETAL


§ Tulang khlangan density (cairan), makin rapuh
§ Kifosis
§ Pinggang, lutut & jari pergelangan, pergerakannya
terbatas
§ Discus intervertebralis menipis, mjd pendek
(tingginya berkurang)
§ Persendian membesar dan kaku
§ Tendon mengerut & m’alami sklerosis
§ Atropi serabut otot  bergerak mjd lambat, otot2
kram & tremor
§ Otot polos tidak begitu terpengaruh
PERUBAHAN PSIKOSOSIAL :
 Pensiun
§ Produkdivitas & identitas – peranan
§ Kehilangan finansial
§ Kehilangan status
§ Kehilangan relasi
 Sadar akan kematian
 Perubahan dalam cara hidup
 Penyakit kronis & ketidakmampuan
 Hilangan kekuatan & ketegapan fisik =>
perubahan thd body image, perub konsep diri
PERUBAHAN MENTAL

n Faktor2 yg pengaruhi perub Mental :


§ Perubahan fisik, organ perasa
§ Kesehatan umum
§ Tingkat pendidikan
§ Herediter
§ lingkungan
 Perubahan kepribadian yg drastis
 Ungkapan tulus perasaan indiv
PERUBAHAN MENTAL
n Tidak senang pd perubahan
n Berkurangnya ambisi & kegiatan
n Kecenderungan egosentris, perhatian
menurun
n Berkurangnya adaptasi utk kebiasaan baru
n Berkurangnya kemamp nyatakan sopan
santun
n Merasa kadang tidak diperhatikan or dilupakan
n Cenderung menyendiri, bermusuhan
n Mudah tersinggung akibat egoisme atau reaksi
kemunduran ingatan
n Tidak memperhatikan kebersihan, penampilan
PERUBAHAN MENTAL
n Kegiatan seksual berlebihan atau perilaku
tidak senonoh
n Orientasi terganggu, bingung, sering lupa,
hilang dan tersesat
n Lupa meletakan barang, menuduh orang
mencuri
n Gelisah, delirium pd malam hari
n Disorientasi waktu
n Pola tidur berubah (tidur seharian atau sulit
tidur di malam hari)
n Mengumpulkan barang yg tidak berharga di
saku atau disimpan di tempat tersembunyi
PERUBAHAN MEMORI
n Kenangan jangka panjang : berjam-jam
sampai berhari
n Kenangan jangka pendek atau seketika : 0-10
menit, kenangan buruk

IQ (Intellgentia Quotion)
 Tidak berubah dgn informasi matematika &
perkataan verbal
 Berkurangnya penampilan, persepsi &
ketrampilan psikomotor, trjd perubahan pd
daya membayangkan krn tekanan2 dari faktor
waktu
PERKEMBANGAN SPIRITUAL
n Maslow, 1970: Agama atau kepercayaan
makin terintegrasi dalam kehidupannya.
n Murray & Zenner, 1970: Lansia makin
matur dalam kehidupan keagamaannya,
hal ini trlihat dlm berfikir dan bertindak di
kehidupan sehari-hari
n Folwer,1970: lansia 70 thn
Universalizing, pd tingkat ini adl berfikir
& brtindak dg cara mberikan contoh cara
mencintai dan keadilan
SEMOGA BERMANFAAT
&
TERIMAKASIH

Nunuk Sri Purwanti


TREND & ISSUES
DALAM
KEPERAWATAN GERONTIK

Disampaikan pada Perkuliahan


Keperawatan Gerontik Semester VI
PENDAHULUAN
• Berbagai isu kesehatan memerlukan perhatian dan studi
karena pengaruh global dan ancaman terhadap
kehidupan manusia seperti pertumbuhan penduduk,
stressor lingkungan dan pola penyakit.
• Berbagai tantangan yang mempengaruhi pelayanan
kesehatan dimasa mendatang akan berpengaruh
terhadap peran perawat
• Perawat juga harus kompeten secara tehnologi, memiliki
kemampuan manajerial, mengembangkan partnership,
memberikan pelayanan dengan pendekatan budaya
Definisi
Trend adalah sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak
orang saat ini dan kejadiannya berdasarkan fakta.

Isu adalah sesuatu yang sedang dibicarakan oleh banyak


orang, namun belum jelas faktannya atau buktinya.

Trend dan Isu Keperawatan adalah sesuatu yang


sedang dibicarakan banyak orang tentang praktek/mengenai
keperawatan baik itu berdasarkan fakta ataupun tidak, trend dan
issu keperawatan tentunya menyangkut tentang aspek legal dan
etis keperawatan
ISU KEP GERONTIK
1. KESEHATAN
• Populasi �Kecenderungan pendd lansia meningkat
• Peningkatan jumlah penduduk usia lanjut : 50%
tinggal di masyarakat & perlu bantuan ADL �
perlu pelayanan HHN
� The elder boom
• Meningkatnya populasi usia > 60 tahun secara
dramatis : kebutuhan, masalah, membawa perubahan.
Hal ini menimbulkan tantangan peningkatan cost,
perubahan ketersediaan pelayanan kesehatan
• Pelayanan dengan teknologi tinggi dapat
mengakomodasi kebutuhan usia lanjut secara spesifik
• Issue keamanan & rasa nyaman memerlukan perhatian
lebih
• Perkembangan IPTEK mendukung kebutuhan akibat
gangguan sensori & kebutuhan intelektual
• Fasilitas rekreasi, pendidikan dan komunikasi

Perlu pengembangan model baru dari fasilitas� long


term care
• Sistem kesehatan yang komprehensif � penekanan
pada preventif & pola hidup sehat, long term care,
jaminan kesehatan
• Pola penyakit : dari penyakit infeksi � penyakit
kronis & Penyakit degeneratif
2. Pendidikan � training tentang perawatan lansia
3. Keamanan sosial
4. Diskriminasi
5. Perumahan
6. Ekonomi� meningkatkan kontribusi sektor swasta
& pemerintah
TREND KEP. GERONTIK DI MASA
MENDATANG

1. Pelayanan kesehatan/keperawatan

2. Pendidikan keperawatan

3. Riset keperawatan
PELAYANAN KESEHATAN/KEPERAWATAN

1. Pengontrolan biaya dalam pelayanan kesehatan


2. Perkembangan teknologi & informasi
3. Peningkatan penggunaan terapi alternatif (terapi
modalitas & terapi komplementer)
4. Perubahan demografi
5. Community-based nursing care
1. Pengontrolan biaya dalam pelayanan kesehatan

• Diupayakan sesingkat mungkin di yankes � pergeseran yan


dari RS ke rumah (home care)
• Diperlukan perawat yang kompeten secara teknologi &
transkultural
• Pemanfaatan caregiver atau pemberdayaan klien untuk
bertanggung jawab thd perawatan dirinya
2. Perkembangan teknologi & informasi

• Data based pelayanan kes. Komprehensif


• Penggunaan computer-based untuk pencatatan klien
• Pemberi pelayanan dapat mengakses informasi selama 24 jam
• Melalui internet dapat dilakukan penkes pada klien atau
membuat perjanjian
4. Kebutuhan yankes akibat perubahan demografi

• Pengembangan model pelayanan keperawatan�Holistic model


• Mempertimbangkan praktik mandiri
• Kompeten dalam praktik “home care”
• Pemahaman keperawatan transkultural sehingga efektif dalam memberikan
pelayanan self care
• Pemberian promosi kesehatan dan pencegahan penyakit & ketidakmampuan
pada penduduk lansia
• Penanganan kasus dengan kondisi kronis dan ketidakmampuan
• Proteksi kesehatan� deteksi dini & manajemen masalah kesehatan secara
tepat
• Kolaborasi dengan klien, anggota tim interdisipliner dalam memberikan
pelayanan� keterampilan manajemen kasus
• Peran advokasi
Perawatan pada lansia :

• Spesialisasi
• Penyakit kronik, menghadapi kematian �
merupakan tantangan dalam perawatan lansia :
• Kolaborasi dalam pelayanan
• Penggunaan ilmu & teknologi� komunikasi interdisiplin
atau antara klien dengan pemberi pelayanan
• Keputusan etik dalam perawatan
5. Community-based nursing care

• Self care
• Preventive care
• Care within the context of community
• Community of care dan collaborative care
• Acute Care: Older adults are the majority of
patients cared for
in the hospital setting
• Rehabilitation: Elderly individuals may need a
temporary
restorative program provided by a team of health-care
Community Care Settings
• Home health is the fastest growing sector of the health-
care system. Services can be limited or extensive and
involve a multidisciplinary team approach to care
• Clinics have been established for chronic conditions,
such as diabetes and congestive heart failure, in which
nurses play a primary role in managing follow-up care.
Monitoring patients through clinics assists in early
detection of subtle hanges in disease states and thereby
allows djustments in treatment plans to minimize
hospital readmissions
• Adult day care either social day care or care provided by a
nurse. Services depend upon specific physician orders and
nursing care plans in areas such as medication
administration and wound care.

• Senior centers grew significantly in number as a result of


amendments to the older. These freestanding centers
typically provide recreational activities, services, and
education for the elderly in areas such as health and
nutrition
PENDIDIKAN
KEPERAWATAN
• Pendidikan formal
• Pendidikan berkelanjutan
• Sertifikasi
�Pengembangan kurikulum pendidikan
keperawatan
�Pengembangan lahan praktik untuk mahasiswa
yang sesuai dalam penerapan keperawatan
gerontik�fokus pada promosi dan prevensi
• Pendidikan formal : sarjana keperawatan, Spesialis
keperawatan komunitas peminatan keperawatan
gerontik, Doktor ilmu keperawatan (disertasi bidang
keperawatan gerontik)
• Trend perawat praktik di tatanan komunitas menuntut
pendidikan keperawatan untuk mempersiapkan lulusan yang
mampu melakukan praktik di komunitas.
• Pengetahuan & keterampilan perawat tentang proses menua,
keterampilan mengkaji, kemampuan menyusun rencana untuk
mengurangi faktor risiko pada tingkat pencegahan primer,
sekunder & tersier. Kemampuan mengajarkan keluarga /
caregiver tentang keamanan & tehnik perawatan yang efektif.
Keterampilan konseling gaya hidup sehat. Keterampilan
koordinasi & kolaborasi, komunikasi, keterampilan hubungan
manusia & kemampuan mempengaruhi orang lain.
• Mhs harus dipersiapkan untuk mampu mengambil keputusan
terhadap kebijakan-kebijakan di bidang kesehatan dan tanggung
jawab dalam perencanaan
• Pendidikan non formal�sertifikasi
• Pelatihan di bidang keperawatan gerontik :
Rancangan pelatihan :
- Keperawatan gerontik dasar
- Keperawatan gerontik intermediate
- Keperawatan gerontik advanced
KOMPETENSI PERAWAT :
• Kemampuan mengidentifikasi masalah, cara penyelesaian masalah
dan kemampuan berhubungan dengan orang-orang yang terlibat
dalam penyelesaian masalah
• Kemampuan menyelesaikan konflik melalui komunikasi efektif
dalam kerja tim interdisiplin
• Berpikir kritis
• Pemahaman tentang kesehatan secara nasional, internasional,
peran perawat dalam upaya kesehatan global
• Etik personal dari tanggung jawab sosial dan pelayanan
• Kemampuan tanggung jawab sosial untuk mengembangkan
empati, kesadaran sosial dan kompetensi sosial & budaya
Komponen peran perawat kep gerontik

• Koordinator & Kolaborator dlm pelayanan


• Advokat
• Pemberi pelayanan
• Konsultan
• Case manager
• Change agent
• Peneliti
RISET DALAM KEP. GERONTIK
Riset mempunyai dampak yang cukup berarti dalam
keperawatan gerontik :
• Lansia merupakan populasi berisiko� perlu
penelitian sebagai pedoman dalam praktik
• Perawat dapat memberikan wawasan tentang isu-isu
klinik, membantu mengumpulkan data dan
mengimplementasikan hasil penelitian
• Lingkup penelitian : kepikunan, inkontinensia,
penggunaan restrain, luka dekubitus, jatuh, kelompok
pendukung, kelompok swabantu
PERSPEKTIF LEGAL & ETIK

• Ethic caring� sikap lemah lembut, jujur, rasa


percaya, menerima & menyadari keterbatasan
lansia, harapan, mendorong klien berkembang
• Keputusan etik dalam memberikan pelayanan
• Peran advokasi
• Informed consent & human subject
• Melindungi hak klien dari ketidakberdayaan &
faktor risiko
PENERAPAN ASPEK LEGAL DAN ETIK DALAM
KEPERAWATAN GERONTIK

Kesadaran masyarakat terhadap hak-hak mereka dalam pelayanan kesehatan dan


tindakan yang manusiawi semakin meningkat, sehingga diharapkan adanya pemberi
pelayanan kesehatan dapat memberi pelayanan yang aman, efektif dan ramah terhadap
mereka. Jika harapan ini tidak terpenuhi, maka masyarakat akan menempuh jalur
hukum untuk membelahak-haknya.
Kebijakan yang ada dalam institusi menetapkan prosedur yang tepat untuk
mendapatkan persetujuan klien terhadap tindakan pengobatan yang dilaksanakan.
Institusi telah membentuk berbagai komite etik untuk meninjau praktik profesional dan
memberi pedoman bila hak-hak klien terancam. Perhatian lebih juga diberikan pada
advokasi klien sehingga pemberi pelayanan kesehatan semakin bersungguh-sungguh
untuk tetap memberikan informasi kepada klien dan keluarganya bertanggung jawab
terhadap tindakan yang dilakukan.
Selain dari pada itu penyelenggaraan praktik keperawatan didasarkan pada
kewenangan yang diberikan karena keahlian yang dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan kesehatan masyarakat, perkembangan ilmu pengetahuan dan tuntutan
globalisasi. Terjadinya pergeseran paradigma dalam pemberian pelayanan kesehatan
dari model medikal yang menitikberatkan pelayanan pada diagnosis penyakit dan
pengobatan ke paradgima sehat yang lebih holistik yang melihat penyakit dan gejala
sebagai informasi dan bukan sebagai focus pelayanan (Cohen, 2006), maka perawat
berada pada posisi kunci dalam reformasi kesehatan ini. Hal ini ditopang oleh
kenyataan bahwa 40%-75% pelayanan di rumah sakit merupakan pelayanan
keperawatan (Gillies, 2014), Swansburg dan Swansburg, 2009) dan hampir semua
pelayanan promosi kesehatan dan pencegahan penyakit baik di rumah sakit maupun di
tatanan pelayanan kesehatan lain dilakukan oleh perawat. Hasil penelitian Direktorat
Keperawatan dan PPNI tentang kegiatan perawat di Puskesmas, ternyata lebih dari 75%
dari seluruh kegiatan pelayanan adalah kegiatan pelayanan keperawatan (Depkes, 2015)
dan 60% tenaga kesehatan adalah perawat yang bekerja pada berbagai sarana/tatanan
pelayanan kesehatan dengan pelayanan 24 jam sehari, 7 hari seminggu, merupakan
kontak pertama dengan sistem klien.
1. Definisi Aspek Legal dan Etik Keperawatan Gerontik
Lansia adalah seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia
merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase
kehidupannya. (WHO, 2009 dalam Kurniati Azlinda, 2010).
Etika keperawatan (nursing ethic) merupakan bentuk ekspresi bagaimana perawat
seharusnya mengatur diri sendiri, dan etika keperawatan diatur dalam kode etik
keperawatan. Aspek legal etik keperawatan adalah aspek aturan keperawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya
pada berbagai tatanan pelayanan, termasuk hak dan kewajibannya yang diatur dalam
undang-undang keperawatan. (Budi Sampurna, 2006 dalam dalam Kurniati Azlinda,
2010).
Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulan bahwa aspek legal etik
keperawatan gerontik adalah suatu aturan yang mendasari perawat dalam melakukan
asuhan keperawatan terhadap lansia sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawab
perawat.

2. Prinsip Etik
a. Respect (Hak untuk dihormati)
Perawat harus menghargai hak-hak pasien/klien.
b. Autonomy (hak pasien memilih)
Hak pasien untuk memilih treatment terbaik untuk dirinya.
c. Beneficence (Bertindak untuk keuntungan orang lain/pasien)
Kewajiban untuk melakukan hal yang tidak membahayakan pasien/pasien dan
secara aktif berkontribusi bagi kesehatan dan kesejahteraan pasien.
d. Non-Maleficence (utamakan tidak mencederai orang lain)
Kewajiban perawat untuk tidak menimbulkan kerugian/cidera. Prinsip : jangan
membunuh, menghilangkan orang lain, jangan membuat nyeri atau penderitaan pada
orang lain, dan jangan melukai perasaan orang lain.
e. Confidentiality (hak kerahasiaan)
Menghargai kerahasiaan terhadap semua informasi tentang pasien/klien yang
sudah dipercayakan kepada perawat.
f. Justice (keadilan)
Kewajiban untuk berlaku adilkepada semua orang/pasien/klien. Kata adil disini
yaitu berarti tidak memihak.
g. Fidelity (loyalty/ketaatan)
- Kewajiban untuk setia terhadap kesepakatan dan bertanggungjawab terhadap
kesepakatan yang telah diambil.
- Era modern, pelayanan kesehatan : Upaya Tim (tanggungjawab tidak hanya pada
satu profesi). 80% kebutuhan dipenuhi perawat.
- Masing-masing profesi memiliki aturan tersendiri yang berlaku
- Memiliki keterbatasan peran dan berpraktik dengan menurut aturan yang
disepakati.
h. Veracity (Truthfullness & honesty)
Kewajiban untuk mengatakan kebenaran :
- Terkait erat dengan prinsip otonomi, khususnya terkait informed-consent
- Prinsip veracity mengikat pasien dan perawat untuk selalu mengutarakan
kebenaran.

3. Pemecahan Masalah Etik


a. Identifikasi masalah etik
b. Kumpulkan fakta-fakta
c. Evaluasi tindakan alternatif dari berbagai perspektif etik
d. Buat keputusan dan uji cobakan
e. Bertindaklah, dan kemudian refleksikan pada keputusan tsb

4. Prinsip Etika Pelayanan Kesehatan Pada Lansia


Beberapa prinsip etika yang harus dijalankan dalam pelayanan pada penderita usia
lanjut adalah (Kane et al, 1994, Reuben et al, 1996) :
a. Empati : istilah empati menyangkut pengertian : “simpati atas dasar pengertian yang
dalam”. Dalam istilah ini diharapkan upaya pelayanan geriatri harus memandang
seorang lansia yang sakit denagn pengertian, kasih sayang dan memahami rasa
penderitaan yang dialami oleh penderita tersebut. Tindakan empati harus
dilaksanakan dengan wajar, tidak berlebihan, sehingga tidak memberi kesan over-
protective dan belas-kasihan. Oleh karena itu semua petugas geriatrik harus
memahami peroses fisiologis dan patologik dari penderita lansia.
b. Yang harus dan yang ‘jangan” : prinsip ini sering dikemukakan sebagai non-
maleficence dan beneficence. Pelayanan geriatri selalu didasarkan pada keharusan
untuka mngerjakan yang baik untuk pnderita dan harus menghindari tindakan yang
menambah penderita (harm) bagi penderita. Terdapat adagium primum non nocere
(“yang penting jangan membuat seseorang menderita”). Dalam pengertian ini,
upaya pemberian posisi baring yang tepat untuk menghindari rasa nyeri, pemberian
analgesik (kalau perlu dengan derivat morfina) yang cukup, pengucapan kata-kata
hiburan merupakan contoh berbagai hal yang mungkin mudah dan praktis untuk
dikerjakan.
c. Otonomi : yaitu suatu prinsip bahwa seorang inidividu mempunyai hak untuk
menentukan nasibnya, dan mengemukakan keinginannya sendiri. Tentu saja hak
tersebut mempunyai batasan, akan tetapi di bidang geriatri hal tersebut berdasar
pada keadaan, apakah penderita dapat membuat putusan secara mandiri dan bebas.
Dalam etika ketimuran, seringakali hal ini dibantu (atau menjadi semakin rumit?)
oleh pendapat keluarga dekat. Jadi secara hakiki, prinsip otonomi berupaya untuk
melindungi penderita yang fungsional masih kapabel (sedanagkan non-maleficence
dan beneficence lebih bersifat melindungi penderita yang inkapabel). Dalam
berbagai hal aspek etik ini seolah-olah memakai prinsip paternalisme, dimana
seseorang menjadi wakil dari orang lain untuk membuat suatu keputusan (misalnya :
seorang ayah membuat keuitusan bagi anaknya yang belum dewasa).
d. Keadilan : yaitu prinsip pelayanan geriatri harus memberikan perlakuan yang sama
bagi semua penderita. Kewajiban untuk memperlakukan seorang penderita secara
wajar dan tidak mengadakan pembedaan atas dasar karakteristik yang tidak relevan.
e. Kesungguhan hati : yaitu suatu prinsip untuk selalu memenuhi semua janji yang
diberikan pada seorang penderita.

5. Informed Consent
Dengan melihat prinsip diatas tersebut, aspek etika pada pelayanan geriatrik
berdasarkan prinsip otonomi kemudian dititik beratkan pada berbagai hal sebagai
berikut :
a. Penderita harus ikut berpartisipasi dalam proses pengambilan keutusan dan
pembuatan keputusan. Pada akhirnya pengambilan keputusan harus bersifat sukarela.
b. Keputusan harus telah mendapat penjelasan cukup tentang tindakan atau keputusan
yang akan diambil secara lengkap dan jelas.
c. Keputusan yang diambil hanya dianggap sah bila penderita secara mental dianggap
kapabel.
Atas dasar hal diatas maka aspek etika tentang otonomi ini kemudian dituangkan
dalam bentuk hukum sebagai persetujuan tindakan medik (pertindik) atau informed
consent. Dalam hal seperti diatas, maka penderita berhak menolak tindakan medik yang
disarankan oleh dokter, tetapi tidak berarti boleh memilih tindakan, apabila berdasarkan
pertimbangan dokter yang bersangkutan tindakan yang dipilih tersebut tidak berguna
(useless) atau bahkan berbahaya (harmful).

 Kapasitas untuk mengambil keputusan, merupakan aspek etik dan hukum yang
sangat rumit. Dasar dari penilaian kapasitas pengambilan keputusan penderita
tersebut haruslah dari kapasitas fungsional penderita dan bukan atas dasar label
diagnosis, antara lain terlihat dari :
a. Apakah penderita bisa buat/tunjukan keinginan secara benar?
b. Dapatkah penderita memberi alasan tentang pilihan yang dibuat?
c. Apakah alasan penderita tersebut rasional (artinya setelah penderita
mendapatkan penjelasan yang lengkap dan benar?)
d. Apakah penderita mengerti implikasi bagi dirinya? (misalnya tentang
keuntungan dan kerugian dari tindakan tersebut? dan mengerti pula berbagai
pilihan yang ada?)
Pendekatan fungsional tersebut memang sukar, karena seringkali masih terdapat
fungsi yang baik dari 1 aspek, tetapi fungsi yang lain sudah tidak baik, sehingga
perlu pertimbangan beberapa faktor. Pada usia lanjut seringkali sudah terdapat
gangguan komunikasi akibat menurunnya pendengaran, sehingga perlu waktu,
upaya dan kesabaran yang lebih guna mengetahui kapasitas fungsional penderita.

 Pada dasarnya prinsip etika ini menyatakan bahwa kapasitas penderita untuk
mengambil/menentukan keputusan (prinsip otonomi) dibatasi oleh :
a. Realitas klinik adanya gangguan proses pengambilan keputusan (misalnya pada
keadaan depresi berat, tidak sadar atau dementia). Bila gangguan tersebut
demikian berat, sedangkan keputusan harus segera diambil, maka keputusan bisa
dialihkan kepada wakil hukum atau wakil keluarga (istri/suami/anak atau
pengacara). Dalam istilah asing keadaan ini disebut sebagai surrogate decission
maker.
b. Apabila keputusan yang diharapkan bantuannya bukan saja mengenai aspek
medis, tetapi mengenai semua aspek kehidupan (hukum, harta benda dll) maka
sebaiknya terdapat suatu badan pemerintah yang melindungi kepentingan
penderita yang disebut badan perlindungan hukum (guardianship board).
(Brocklehurst and Allen 1987, Kane et al, 1994).
Dalam kenyatannya pengambilan keputusan ini sering dilakukan
berdasarkan keadaan de-facto yaitu oleh suami/istri/anggota kelurga, dibanding
keadaan de-jure oleh pengacara, karena hal yang terkhir ini sering tidak praktis,
waktu lama dan sering melelahkan baik secara fisik maupun emosional.
Oleh karena suatu hal, misalnya gangguan komunikasi, salah pengertian,
kepercayaan penderita atau latar belakang budaya dapat menyebabkan penderita
mengambil keputusan yang salah (antara lain menolak tranfusi/tindakan bedah
yang live saving). Dalam hal ini, dokter dihadapkan pada keadaan yang sulit,
dimana atas otonomi penderita tetap harus dihargai.
Yang penting adalah bahwa dokter mau mendengar semua keluhan atau
alasan penderita dan kalau mungkin memperbaiki keputusan penderita tersebut
dengan pemberian edukasi. Seringkali perlu diambil tindakan “kompromi”
antara apa yang baik menurut pertimbangan dokter dan apa yang diinginkan
oleh penderita.

 Arahan Keinginan penderita (advance directives) adalah ucapan atau keinginan


penderita yang diucapkan pada saat penderita masih dalam keadaan kapasitas
fungsional yang baik. Arahan ini sebaiknya direkam atau dicatat. Kalaupun tidak
dicatat, yang penting ada saksi. Testamen Kematian (living will) adalah pernyataan
penderita saat masih kapabel didepan pengacara atau notaris dapat dipakai
dokter/perawat untuk mengambil keputusan pengobatan atau perawatan.

 Life Sustaining Device ( Pemberian peralatan perpanjangan hidup)


Contoh : ventilator atau RJP. Pada penderita dewasa muda, hal ini sering tidak
menjadi masalah, karna diharapkan hidup penderita masih akan berlangsung lama
bila jiwanya bisa ditolong. Pada usia lanjut, apalagi jika penyakitnya sudah meluas,
pemberian peralatan tersebut seringkali diperdebatkan justru merupakan tindakan
yang “kejam” (futile treatment) :
- Kekejaman fisiologik: bila terapi/tindakan yang diberikan tidak akan
memberikan perbaikan (plausible effect).
- Kekejaman kuantitatif: tindakan atau terapi terapi tidak ada gunanya
- Kekejaman kualitatif: bila terapi atau tindakan tidak menunjukkan perbaikan
Tindakan ini seringkali menimbulkan tanggapan emsional dari keluarga
penghentian peralatan perpanjangan hidup harus diberikan pertimbangan yang sama.
Dokter harus menjelaskan hal ini kepada keluarga penderita dan memberikan
pengertian bahwa evaluasi menunjukkan pemberian peralatan tersebut dihentikan.

 Perumatan Penderita Terminal dan Hospis


Penderita yang secara medik didiagnosa dalam keadaan teminal tidak terbatas
hanya pada penderita lanjut usia, akan tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa sebagian
besar merupakan penderita lanjut usia. Perawatan Hospis atau perawatan bagi
penderita terminal atau menuju kematian merupakan bagian yang penting dari
penyakit geriatrik. Bagi penderita yang keadaannya tidak sadar/koma dalam, semua
fungsi organ sudah jelas tidak bisa membaik dengan berbagai pengobatan, nafas
agonal dan keadaan yang jelas “tidak memberi harapan”, masalahnya mungkin tidak
begitu sulit. Akan tetapi pada penderita yang masih sadar penuh, masih mobilitas
dengana berbagai Fungsi organ masih cukup baik, persoalan etika dan hukum
menjadi lebih rumit.
Pada penderita ini (misalnya dengan diagnosis karsinoma metastasis lanjut),
beberapa hal perlu ditimbangkan :
- Apakah penderita perlu diberitahu
- Kalau jelas-jelas semua tindakan medis/operatif tidak bisa dikerjakan, apakah
ada hal lain yang perlu dilakukan atau apakah etis kalau dokter/perawat tetap
memaksakan pemberian sotostatika atau tindakan lain?

6. Aspek Hukum dan Etika


Produk hukum tentang Lanjut Usia dan penerapannya disuatu negara merupakan
gambaran sampai berapa jauh perhatian negara terhadap para Lanjut Usianya. Baru
sejak tahun 1965 di indonesia diletakkan landasan hukum, yaitu Undang-Undang nomor
4 tahun 1965 tentang Bantuan bagi Orang Jompo. Bila dibandingkan dengan keadaan di
negara maju, di negara berkembang perhatian terhadap Lanjut Usia belum begitu besar.
Di Australia, misalnya, telah diundangkan Aged Person Home Act (1954), Home
Nursing Subsidy Act (1956), The Home and Community Care Program (1985), Bureau
for the Aged (1986), Outcome Standards of Residential Care (1992), Charter for
Resident’s Right (1992), Community Option Program (1994), dan Aged Care Reform
Strategy (1996).
Di Amerika Serikat diundangkan Social Security Act yang meliputi older American
Act (Title III), Medicaid (Title VII), Medicare (Title XIX, 1965), Social Service block
Plan (Title XX) dan Supplemental Security Income (Title XVI). Selanjutnya diterbitkan
Tax Equity and Fiscal Responsibility Act (1982), Omnibus Budget Reconcilliation Act
(OBRA, 1987), The Continuun of Long-term Care (1987) dan Program of All Care of
the Elderly (PACE, 1990).
Di Inggris di undangkan National Assistence Act, Section 47 (1948) dan telah
ditetapkan standardisasi pelayanan di rumah sakit serta di masyarakat. Juga telah
ditentukan ratio tempat tidur per lanjut usia dan continuing care. Di Singapura dibentuk
Advisory Council on the Aged, Singapore Action Group of Elders (SAGE) dan The
Elders’ Village.

7. Peraturan Yang Berkaitan Dengan Kesejahteran Lansia


Berbagai produk hukum dan perundang-undangan yang langsung mengenai Lanjut
Usia atau yang tidak langsung terkait dengan kesejahteraan Lanjut Usia telah
diterbitkan sejak 1965. Beberapa di antaranya adalah :
1. Undang-Undang nomor 4 tahun 1965 tentang Pemberian bantuan bagi Orang Jompo
(Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1965 Nomor 32 dan tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2747).
2. Undang-Undang Nomor 14 tahun 1969 tentang Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga
Kerja.
3. Undang-Undang Nomor 6 tahun 1974 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
Kesejahteraan Sosial.
4. Undang-Undang Nomor 7 tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai
Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Wanita.
5. Undang-Undang Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan nasional
6. Undang-Undang Nomor 2 tahun 1982 tentang Usaha Perasuransian
7. Undang-Undang Nomor 3 tahun 1982 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja
8. Undang-Undang Nomor 4 tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman.
9. Undang-Undang Nomor 10 tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan keluarga Sejahtera.
10. Undang-Undang Nomor 11 tahun 1992 tentang Dana Pensiun
11. Undang-Undang Nomor 23 tentang Kesehatan
12. Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 1994 tentang Penyelenggaraan
Pembangunan Keluarga Sejahtera.
13. Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 1994 tentang Pengelolaan Perkembangan
Kependudukan.
14. Undang-Undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia
(tambahan Lembaran Negara Nomor 3796), sebagai pengganti Undang-Undang
Nomor 4 tahun 1965 tentang Pemberian bantuan bagi Orang jompo.
15. Undang-Undang Nomor 13 tahun 1998 ini berisikan anatara lain :
a. Hak, kewajiban, tugas dan tanggung jawab pemerintah, masyarakat dan
kelembagaan.
b. Upaya pemberdayaan
c. Uaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia potensial dan tidak potensial
d. Pelayanan terhadap Lanjut Usia
e. Perlindungan sosial
f. Bantuan sosial
g. Koordinasi
h. Ketentuan pidana dan sanksi administrasi
i. Ketentuan peralihan

8. Permasalahan-Permasalahan Yang Masih Terdapat Pada Lanjut Usia


Bila ditinjau dari aspek hukum dan etika, dapat disebabkan oleh faktor, seperti berikut :
a. Produk Hukum
Walaupun telah diterbitkan dalam jumlah banyak, belum semua produk hukum
dan perundang-undangan mempunyai Peraturan Pelaksanaan. Begitu pula, belum
diterbitkan Peraturan Daerah, Petunjuk Pelaksanaan serta Ptunjuk Teknisnya,
sehingga penerapannya di lapangan sering menimbulkan permasalahan. Undang-
Undang terakhir yang diterbitkan yaitu Undang-Undang Nomor 13 tahun 1998, baru
mengatur kesejahteraan sosial Lanjut Usia, sehingga perlu dipertimbangkan
diterbitkannya undang-undang lainnya yang dapat mengatasi permasalahan Lanjut
Usia secara spesifik.
b. Keterbatasan Prasarana
Prasarana pelayanan terhadap Lanjut Usia yang terbatas di tingkat masyarakat,
pelayanan tingkat dasar, pelayanan rujuikan tingkat I dan tingkat II, sering
menimbulkanpermasalahan bagi para Lanjut Usia. Demikian pula, lembaga sosial
masyarakat dan organisasi sosial dan kemsyarakatan lainnya yang menaruh minat
pada permasalahan ini terbatas jumlahnya. Hal ini mengakibatkan para Lanjut Usia
tidak dapat diberi pelayanan sedini mungkin, sehingga persoalannya menjadi berat
pada saat diberikan pelayanan
c. Keterbatasan sumber daya manusia
Terbatasnya kuantitas dan kualitas tenaga yang dapat memberi pelayanan serta
perawatan kepada Lanjut Usia secara bermutu dan berkelanjutan mengakibatkan
keterlambatan dalam mengetahui tanda-tanda dini adanya suatu permasalahan
hukum dan etika yang sedang terjadi. Dengan demikian, upaya mengatasinya secara
benar oleh tenaga yang berkompeten sering dilakukan terlambat dan permasalahan
sudah berlarut. Tenaga yang dimaksud berasal dari berbagai disiplin ilmu, antara
lain :
1) Tenaga ahli gerontologi.
2) Tenaga kesehatan : dokter spesalis geriatrik, psikogeriatri, neurogeriatri, dokter
spesialis dan dokter umum terlatih, fisioterapis, perawat terlatih.
3) Tenaga sosisal : sosiolog, petugas yang mengorganisasi kegiatan (case
managers), petugas sosial masyarakat, konselor.
4) Ahli hukum: sarjana hukum terlatih dalam gerontologi, pengacara terlatih, jaksa
penunutut umum, hakim terlatih.
5) Ahli psikolog : psikolog terlatih dalam gerontologi, konselor.
6) Tenaga relawan : kelompok masyarakat terlatih seperti sarjana, mahasiswa,
pramuka, pemuda, ibu rumah tangga, pengurus lembaga ketahanan masyarakat
desa, Rukun Warga/RW, Rukun Tetangga/RT terlatih.
d. Hubungan Lanjut Usia dengan Keluarga
Menurut Hardiwinoto (2010), berbagai isu hukum dan etika yang sering terjadi
pada hubungan Lanjut Usia dengan keluarganya adalah :
1) Pelecehan dan ditentarkan (abuse and neglect)
Pelecehan dan ditelantarkan merupakan keadaan atau tindakan yang
menempatkan seseorang dalam situasi kacau, baik mencakup status kesehatan,
pelayanan kesehatan, pribadi, hak memutuskan, kepemilikan maupun
pendapatannya. Pelaku pelecehan dapat dari pasangan hidup, anak lelaki atau
perempuan bila pasangan hidupnya telah meninggal dunia atau orang lain.
Pelecehan atau ditelantarkan dapat berlangsung lama atau dapat terjadi reaksi
akut, bila suasana sudah tidak tertanggungkan lagi.
Penyebab pelecehan menurut International Institute on Agening (INIA,
United Ntions-Malta, 1996) adalah :
- Beban orang yang merawat Lanjut usia tersebut sudah terlalu berat
- Kelainan kepribadian dan perilaku Lanjut usia atau keluarganya
- Lanjut Usia yang diasingkan oleh keluarganya
- Penyalahgunaan narkotika, alkohol dan zat adiktif lainnya
- Faktor lainnya yang terdapat di keluarga seperti :
a) Perlakuan salah terhadap Lanjut Usia
b) Ketidaksiapan dari orang yang akan merawat Lanjut Usia
c) Konflik lama di antara Lanjut Usia dengan keluarganya
d) Perilaku psikopat dari Lanjut Usia dan atau keluarganya
e) Tidak adannya dukungan masyarakat
f) Keluarga mengalami kehilangan pekerjaan/pemutusan hubungan kerja
g) Adanya riwayat kekerasan dalam keluarga
Gejala fisik berupa memar, patah tulang yang tidak jelas sebabnya, higiena
jelek, malnutrisi dan adanya bukti melakukan pengobatan yang tidak benar.
Kelainan perilaku berupa rasa ketakutan yang berlebihan menjadi penurut atau
tergantung, menyalahkan diri, menolak bila akan disentuh orang yang
melecehkan, memperlihatkan tanda bahwa miliknya akan diambil orang lain
dan adanya kekurangan biaya transpor, biaya berobat atau biaya memperbaikik
rumahnya. Adanya gejala psikis seperti stres, cara mengatasi suatu persoalan
secara tidak benar serta cara mengungkapkan rasa salah atau penyesalan yang
tidak sesuai, baik dari Lanjut Usia itu sendiri maupun orang yang melecehkan.
Jenis pelecehan dan ditelantarkan adalah :
- Pelecehan fisik atau menelantarkan fisik
- Pelecehan psikis atau melalui tutur kata
- Pelanggaran hak
- Pengusiran
- Pelecehan di bidang materi atau keuangan.
- Pelecehan seksual
Upaya pencegahan terhadap terjadinya kelantaran pasif (passive neglect)
dan keterlantaran aktif (active neglect) pada lanjut Usia dapat dekelompokan
sebagai berikut :
- Terhadap keterlantaran pasif atau tak disengaja :
a) Mendapatkan orang yang dipercaya untuk melakukan tindakan hukum
atau melakukan transaksi keuangan.
b) Mengusahakan bantuan hukum dari seorang pengacara
- Terhadap keterlantaran aktif atau tindak pelecehan :
a) Mengusahakan agar Lanjut Usia tidak terisolir
b) Anggota keluarga tetap dekat dan memperhatikan Lanjut Usia selalu
mendapatkan informasi baik tentang keadaan fisik, emosi maupun
keadaan keuangan Lanjut Usia tersebut.
c) Orang yang merawat lanjut Usia menyadari keterbatasannya tidak ragu-
ragu mencari pertolongan atau melimpahkan tanggung jawaabnya kepada
fasilitas yang lebih mampu, manakala mereka tidak sanggup lagi
merawatnya.
d) Masyarakat mengemban sistem pengamatan terhadap tindak pelecehan
kepada Lanjut Usia (neighbourhood watch).
e) Melaksanakan program pelatihan tentang perawatan Lanjut Usia jompo di
rumah, pengenalan tanda-tanda terjadinya tidak pelecehan, pemberian
bantuan kepada Lanjut Usia, cara melakukan intervensi dan melakukan
rujuakan kepada fasilitas yang lebih mampu.
Tindakan intervensi bila telah terjadi tindak pelecehan terhadap Lanjut Usia
adalah sebagai berikut :
- Memberikan dukungan kepada korban pelecehan
- Lanjut Usia di rumah dan panti Tresna Wredha berhak menolak tindakan
intervensi tertentu.
- Melatih keluarga untuk melaksanakan tindakan pelayanan tertentu
- Memberikan pertolongan dan pengobatan kepada orang yang melecehakan
Lanjut Usia tersebut.
- Mengajukan tuntutan hukum kepada orang yang melecehakan Lanjut Usia
tersebut.
2) Tindak kejahatan (crime)
Lanjut usia pada umumnya lebih takut terhadap tindak kejahatan bila
dibandingakan dengan ketakutan terhadap penyalit dan pendapatan yang
berkurang. Kerugian yang diderita oleh mereka tidak melebihi penderitaan yang
dialami oleh kaum muda. Hanya akibat yang ditimbulkan pada Lanjut Usia
lebih parah, berupa rasa ketakutan, kesepian, merasa terisolasi dan tidak
berdaya.
Faktor yang mempengaruhi tindak kejahatan berupa factor fisik, keuangan
dan kedaan lingkungan di sekitar Lanjut Usia tersebut.
Jenis tindak kejahatan adalah :
- Penodongan
- Pencurian dan perampokan
- Penjambretan
- Perkosaan
- Penipuan dalam pengobatan penyakit
- Penipuan oleh orang tak dapat dipercaya, pemborong, sales, dll.
3) Pelayanan perlindungan (protective services)
Pelayanan perlindungan adalah pelayanan yang dibeikan kepada para
Lanjut Usia yang tidak mempu melindungi dirinya terhadap kerugian yang
terjadi akibat mereka tidak dapat merawat diri mereka sendiri atau dalam
melakukan kiegiatan sehari-hari. Pelayanan perlindungan bertujuan memberikan
perlindungan kepada para Lanjut Usia, agar kerugian yang terjadi ditekan
seminimal mungkin. Pelayanan yang diberikan akan menimbulkan
keseimbangan di antara kebebasan dan keamanan.
4) Persetujuan tertulis (informed consent)
Persetujuan tertulis merupakan suatu persetujuan yang diberikan sebelum
prosedur atau pengobatan diberikan kepada seorang lanjut usia atau penghuni
panti. Syarat yang diperlukan bila seorang lanjut usia memberikan persetujuan
ialah ia masih kompeten dan telah mendapatkan informasi tentang manfaat dan
risiko dari suatu prosedur atau pengobatan tertentu yan g diberikan kepadanya.
Bila seoang lanjut usia inkompeten, persetujuan diberikan oleh pelindung atau
seorang wali.
5) Kualitas kehidupan dan isu etika (quality of life and related ethical issues)
Semakin meningkatnya populasi lansia berdampak pula pada peningkatan
permasalahan etik dan legal pada lansia.Penggunaan prinsip etika dan nilai - nilai etik
memberi pengaruh yang besar dalam keperawatan gerontik. Adanya pengaruh etik
dalam perawatan lansia yaitu tiga kategori diidentifikasi berupa pertimbangan,
hubungan, dan perawatan. Kategori-kategori ini membentuk dasar kategori inti yaitu
''Penguatan'' sehingga hal tersebut dapat meningkatkan etika asuhan keperawatan dan
kenyamanan bagi pasien lansia.
Terlepas dari pengaruh etika tersebut, tentunya membutuhkan cara yang tepat dalam
mengatasi permasalahan yang berhubungan dengan etik dan legal dalam perawatan
lansia. Oleh karena itu, berdasarkan hasil penelitian beberapa jurnal merekomendasikan
cara untuk mengatasi permasalahan etik berupa pasien lansia harus dianggap sebagai
populasi yang rentang dan memerlukan dukungan hukum terkait hak mereka. Pasien
lansia merupakan fokus utama dalam melakukan asuhan keperawatan gerontik.
Penerapan nilai - nilai etik dan prinsip etik dapat meningkatkan kepekaan terhadap
lansia. Selain itu, mengembangkan unsur keterbukaan dan musyawarah antara penyedia
pelayanan, tenaga kesehatan, keluarga dan masyarakat akan membentu dalam
mengatasi masalah etis terkait moral yang mucul sehari-hari. Sehingga dapat diterapkan
unsur keadilan pada pasien lansia.
Seorang perawat sudah seharusnya mempertimbangkan aspek legal etik dalam
praktik keperawatan pada lansia sehingga tidak akan ada kejadian malpraktik yang
dapat merugikan. Disamping itu perawat yang taat terhadap hukum akan terhindar dari
jeratan hukum yang dapat merugikan diri sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Amelia Nindy. 2013. Prinsip Etika Keperawatan. Yogyakarta: D-Medika.


Darmojo, Boedhi, dan Martono, Hadi. (2009). Buku Ajar Geriatri (ilmu Kesehatan Usia
Lanjut) Edisi 2. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Gelles, R. J., & Straus, M.A. (2009). Intimate violence : The Causes and Consequences of
Abuse in The American Family. New York : Simon & Schuster.

Hardiwinoto, Setiabudi, Toni. (2010). Panduan Gerontologi, Tinjauan dari Berbagai Aspek.
Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Kurniati Azlinda, 2010. Makalah Legal Etik Keperawatan. Diakses dari


https://www.academia.edu/35996199/MAKALAH_LEGAL_ETIK_KEPERAWATAN_DAN_K
ASUS pada tanggal 8 Juli 2019
Mickey & Patricia. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi 2. EGC. Jakarta : Buku
Kedokteran.
KONSEP DASAR USIA LANJUT

by NURUN LAASARA
TUJUAN UMUM

Tujuan • Mahasiswa mampu

Umum memahami konsep


usia lanjut dan
penuaan
TUJUAN KHUSUS
• Mahasiswa mampu menjelaskan

1
definisi, batasan uisa lanjut
• Mahasiswa mampu menjelsakan
pendekatan perawatan dan prinsip
etika

• Peserta mampu menjelaskan teori


proses penuaan

2 • Peserta mampu menjelaskan


perubahan pada usia lanjut dan
masalah pada usia lanjut
DEFINISI MANUSIA USIA LANJUT

• UU No. 13, 1998 : Tentang kesejahteraan lanjut usia


Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas.
• Stanley and Beare (2007) : Mendefinisikan lansia berdasarkan
karakteristik sosial di masyarakat yang menganggap orang telah tua
jika menunjukkan ciri fisik seperti rambut beruban, kerutan kulit,
hilangnya gigi.
• WHO : Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah
memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya.
BATASAN LANJUT USIA

Batasan Lansia menurut WHO (1999)


Membagi lansia menurut usia kronologis/biologis :

1. Usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59


tahun
2. Lanjut usia (elderly) antara usia 60 sampai 74 tahun
3. Lanjut usia tua (old) antara usia 75 sampai 90 tahun
4. Usia sangat tua (very old) diatas usia 90 tahun
BATASAN LANJUT USIA

Menurut Departemen Kesehatan RI (2006) mengelompokkan suai lanjut


sebagai berikut :

1. Virilitas (prasenium) yaitu masa persiapan usia lanjut


yang menampakkan kematangan jiwa (usia 55-59 thn)
2. Usia lanjut dini (senescen) yaitu kelompok yang mulai
memasuki masa usia lanjut dini (usia 60-64 tahun)
3. Lansia berisiko tinggi untuk menderita berbagai penyakit
degeneratif (usia >65 tahun)
TIPOLOGI LANSIA

• Serat kalatida (Ronggo warsito)


1. 1. Orang yang berbudi sentosa
• Orang tua yang meskipun diridhoi tuhan dengan
rezeki, tapi tetap berusaha disertai ingat dan
waspada
1. 2. Orang yang lemah
• Orang tua yang putus asa, sebaiknya menjauhkan
diri dari keduniawian, supaya mendapat kasih
sayang dari tuhan

TIPOLOGI LANSIA
Literature lama :
• Serat werdatama (mangku negoro IV) :
1. Wong sepuh
• orang tua yang sepi dari hawa nafsu, mampu
membedakan baik dan buruk sejati dan palsu
2. Tua sepuh
• Orang tua yang kosong tidak tahu rasa,
bicara muluk2, tingkah lakunya dibuat buat,
berlebihan dan memalukan
TIPOLOGI LANSIA
Pandangan sekarang :
a.Tipe arif bijaksana : kaya dengan hikmah
pengalaman,menyesuaikan diri dengan perubahan zaman,
mempunyai kesibukan, ramah, rendah hati, sederhana,
dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.
b. Tipe mandiri : mengganti kegiatan yang hilang dengan yang
baru, selektif dalam mencari pekerjaan, teman, memenuhi
undangan.
c. Tipe pasrah : menerima dan menunggu nasib baik mengikuti
kegiatan beribadat, ringan kaki, pekerjaan apapun dilakukan.
TIPOLOGI LANSIA
Pandangan sekarang :

d. Tipe tidak puas : konflik lahir / bathin menghadapi


proses
ketuaan, banyak merasa kehilangan (kecantikan,
daya
tarik, kekuasaan, teman yang disayangi, status etc)
pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit
dilayani,
pengkritik dan menuntut
e. Tipe bingung : kaget, kehilangan kepribadian,
mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif, acuh
Aging BANTUAN
PELAKSANAAN theory/Teori
IADLPenuaan
A. TEORI BIOLOGIS:
1. Teori Seluler :
� 3 komponen sel yaitu sel yang reproduce, yang tidak reproduce dan materi intraseluler
2. Teori “Genetic Clock” /Program Aging Theory
� Menua telah diprogram secara genetik untuk species tertentu, Pengontrolan di tingkat seluler.
� Tiap species memiliki nuclei /inti sel suatu jam genetik yang diputar menurut suatu replikasi
tertentu. (Hayflick, 1996).
3. Teori Somatik :
� Mutasi yang progresif pada DNA sel somatic akan menyebabkan tejadinya penurunan kemampuan
fungsional sel tersebut.
� Salah satu yang berhubungan dengan mutasi sel somatik adalah hipotesis “ Error Catastrophe “ : “
menua disebabkan oleh kesalahan kesalahan yang terjadi dalam proses transkipsi ( RNA protein /
enzim ). � Kesalahan yang beruntun menyebabkan fungsi tubuh tidak optimal
Aging BANTUAN
PELAKSANAAN theory/Teori
IADLPenuaan
4. Teori Radikal Bebas :
• Radikal bebas adalah suatu molekul / atom dengan suatu electron dalam orbitnya di lingkaran luar. Radikal bebas
merupaka bioproduk dari metabolisme yang tidak stabil, aktif agresif dan merusak membrane sel, jika jumlah nya
terakumulasi lebih banyak, maka tubuh membutuhkan antioksida untuk menangkal radikal bebas ini.

Antioksida :
Asam askrobat
Tokoferol Betakaroten

Jika sistem antioksida lebih Jika sistem antioksida sedikit maka


banyak maka proses penuaan proses penuaa lebih cepat akan
akan terhambat jauh lrbih cepat
Aging theory/Teori Penuaan
5. Teori Imunitas :
Perubahan perubahan terjadi dalam sistem imun terutama pada sel
limfosit T sebagai hasil penuaan. Perubahan perubahan itu
menyebabkan individu lebih rentan terhadap penyakit (Phipps, sands,
marek, 1999).
6. Teori Cross Linkage
Teori ini dikemukakan oleh hyflick (1996) dia berpendapat bahwa proses
penuan terjadi karena seiring dengan bertambahnya usia beberapa
protein di dalam tubuh akan salin bertautan sehingga akan mengganggu
pada proses metabolic, dimana proses metabolic yang normal tidak
terjadi, sisa sisa metabolism tertumpuk di dalam sel yang berpengaruh
pada rusaknya fungsi jaringan.
Aging theory/Teori Penuaan
B. Teori Psikologi
1. Teori Hierarki Kebutuhan Maslow
Tiap individu memiliki kebutuhan dasar internal yang memotivasi seluruh
perilakunya (Maslow). Motivasi manusia dipandang sebagai suatu hierarki
kebutuhan yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Individu
individu adalah partisipan aktif dalam kehidupannya, yang berusaha untuk
mencapai aktualisasi diri (Carson, Arnold),

2. Teori Individualisme Jung


Menurut carl jung (1996) seorang ahli psikologi swiss, perkembangan terjadi
sepanjang kehidupan manusia, terutama manusia dewasa, dengan self
realization sebagai tujuan dari perkembangan kepribadian. Sebagai seorang lansia,
individu mempunyai kemampuan untuk berubah menjadi seseorang yang lebih religious
Aging theory/Teori Penuaan
C. Teori Sosiologi
1. Teori Pelepasan (Disengagement Theory)
• Penarikan diri individu usia lanjut dari masyarakat atau sebaliknya
adalah suatu keadaan yang tidak mungkin dielakan dan
menimbulkan penurunan interaksi diantara keduanya. Inisiatif
penarikan diri dapat muncul dari individu dan atau masyarakat
(cumming, henry).
2. Teori Aktivitas (Activity Theory)
• Individu membutuhkan suatu kegiatan untuk tetap aktif pada usia lanjut.
Aktivitas penting untuk mencapai kepuasan hidup dan konsep diri yang
poditif (havighrust, neugarten, tobin). Kepuasan hidup usia lanjut akan
timbul bila yang bersangkutan mempertahankan aktivitas sosial pada tingkat
optimum (Watson).
Aging theory/Teori Penuaan

C. Teori Lingkungan
1. Teori Wear and Tear

• Sinar matahari yang berlebih membentuk kulit menjadi kering, tipis, dan
cepat mengalami penuaan. Menurut pelman (2000) penuaan pada
manusia adalah suatu “syndrome penyakit” yang timbul dari hasil
perjuangan antara stress lingkungan denga pertahanan biologis dan
adaptasi relative dari agen-agen stressor (polusi udara, kimia, peristiwa
psikologis dan sosial).
MITOS LANSIA
1. Mitos kedamaian dan Ketenangan
• Lansia dapat santai menikmati hasil kerjanya dan
jerih payahnya dimasa lampau, badai/goncangan
hidup seakan akan berhasil dilewati.
kenyataannya :
a. Sering ditemui stress karena kemiskinan dan berbagai keluhan
serta penderitaan karena penyakit
b. Depresi
c. Khawatir
d. Paranoid
e. Masalah psikotik
MITOS LANSIA
2. Mitos Konservatisme dan Mengalami kemunduran
•Pandangan bahwa lansia pada umumnya
konservatif, tidak kreatif, menolak inovasi,
berorientasi pada masa lampau, merindukan masa
lalu, kembali seperti ank-anak, susah berubah,
keras kepala, cerewet.
• Kenyataannya : tidak semua lansia berfikir dan
bersikap demikian
MITOS LANSIA
3. Mitos aseksualitas
• Ada pandangan bahwa pada lansia hubungan seks itu
menurun, termasuk minat, dorongan, gairah, dan
kebutuhan seks menurun.
• Kenyataannya :menunjukan bahwa kehidupan seks pada
lansia tetap normal, hanya terdapat penurunan fungsi
dan pola seksual sejalan dengan meningkatnya usia.
4. Mitos ketidakproduktifan : lansia dipandang sebagai usia yang
tidak produktif lagi Kenyataannya : banyak lansia yang mencapai
kematangan, kemantapan, dan produktifitas mental serta material
di usia lanjut
PERUBAHAN YANG TERJADI PADA USIA LANJUT

FISIK PERAN SOSIAL SPIRITUAL

PSIKOLOGI PEKERJAAN

MENTAL KOGNITIF
PERUBAHAN FISIK

NEUROLOGI GASTROINTESTINAL RESPIRASI

PANCA INDERA URINARI


REPRODUKSI

KARDIOVASKULER PERKEMIHAN
PERUBAHAN FISIK

MUSKULOSKELETA
L

INTEGUMEN

ENDOKRIN
PERUBAHAN KOGNITIF

DAYA INGAT KEMAMPUAN


MENURUN PEMAHAMAN MOTIVASI DIRI
MENURUN KURANG

SULIT
IQ MENURUN MEMECAHJKAN
MASALAH KINERJA

LAMBAT
KEMAMPUIAN MENGAMBIL
BELAJAR MENURUN KEPUTUSAN
PENYAKIT PADA LANSIA

A. Karakteristik dan Jenis Penyakit


Penyakit pada usia lanjut jenisnya sama dengan yang terjadi pada usia lain, tetapi terdapat
perbedaan dalam karakteristik dan penampilannya. Pada usia lanjut, penyakit biasanya
bersifat multipatologik, degenerative, kronis, berjalan progresif dengan gejala dan tanda
yang menyelinap, menyebabkan kecacatan lama sebelum akhirnya terjadi kematian.
B. Penyakit dan Tingkat Ketergantungan
Menurut Riskesdas 2013:, Riskesdas, 2018)
1.Strok
Strok merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Pada
negara maju strok menempati peringkat ketiga penyebab kematian
setelah penyakit jantung dan kanker. Strok penyebab kecacatan
fisik dan mental pada sebagian besar kasus-kasus yang selamat
yang selanjutnya menimbulkan beban ekonomi dan sosial.
2. Pneumonia
Pnemonia merupakan pembunuh nomor empat lanjut usia. Peningkatan insiden
dan prevalensi pneumonia pada lanjut usia juga dikaitkan dengan penyakit komorbid
yang diderita lanjut usia, seperti diabetes melitus, penyakit jantung, malnutrisi, dan
penyakit hati kronik.

3. Penyakit Paru Obstruktif Kronik


Penyakit paru obstruktif kronik
(PPOK) atau adalah klasifikasi luas dari
gangguan yang mencakup bronkitis kronik,
bronkiektasis, emfisema dan asma. PPOK
merupakan suatu istilah yang sering
digunakan untuk sekelompok penyakit paru
yang berlangsung lama dan ditandai oleh
peningkatan resistensi terhadap aliran udara
sebagai gambaran patofisiologi utamanya.
4. Gagal Jantung Kongestif
Penyakit jantung pada lanjut usia mempunyai penyebab yang multifaktorial yang
tumpang tindih. Gagal jantung merupakan suatu sindrom, bukan diagnosis penyakit.
Sindrom gagal jantung kongestif (congestive heart failure/ CHF) juga mempunyai
prevalensi yang cukup tinggi pada lanjut usia dengan prognosis yang buruk.
▪ Ciri Gejala Orang Terkena Penyakit Jantung
( Wanarani, 2017

1. Nyeri Dada
2. Sakit menjalar ke lengan kiri
3. Merasa Mudah Lelah
4. Sesak Napas
5. Merasa Mual
6. Rasa Cemas
7. Pembengkakan
8. Keluar Keringat
9. Pingsan Mendadak
10.Riwayat Keluarga
5. Osteoartrosis
Salah satu penyakit degeneratif yang sering menyerang
lanjut usia adalah osteoartrosis (OA). Organ tersering adalah
artikulasio genu, artikulasio talo-crural, artikulasio coxae, dan sendi-
sendi intervertebrae (spondiloartrosis).

6. Osteporosis
Osteoporosis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan
berkurangnya massa tulang dan adanya perubahan mikro-arsitektur jaringan
tulang yang berakibat menurunnya kekuatan tulang dan meningkatnya
kerapuhan tulang, sehingga tulang mudah patah. Definisi lain, osteoporosis
adalah kondisi dimana tulang menjadi tipis, rapuh, keropos, dan mudah
patah akibat berkurangnya massa tulang yang terjadi dalam waktu yang
lama.
7. Infeksi Saluran Kemih
Penyebab kesakitan akibat infeksi yang tertinggi kedua
setelah pneumonia pada kelompok pasien geriatri adalah
infeksi saluran kemih (ISK).
8. Diabetes Melitus
Prevalensi diabetes meningkat seiring
pertambahan umur. Pengendalian glukosa darah
sangat dipengaruhi oleh gaya hidup.
1. Poliuri
sering buang air kecil dengan volume yang banyak,
apalagi pada malam hari.
2. Polidipsi
sering kali merasa haus dan ingin minum sebanyak-
banyaknya.
3. Polifagi
nafsu makan meningkat dan kurang tenaga
9. Hipertensi
Hipertensi adalah kondisi tekanan darah seseorang
berusia 18 tahun ke atas yaitu, sistolik >140mmHg atau diastolik
>90 mmHg (Joint National Comitte /JNC VII). Prevalensi
hipertensi berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007
adalah sebesar 31,7 % dan merupakan penyakit tertinggi pada
populasi lanjut usia yaitu 32,6%.
10. Demensia
Demensia adalah sindrom penyakit akibat kelainan otak bersifat kronik progresif serta terdapat
gangguan fungsi luhur (kortikal yang multiple), yaitu; daya ingat, daya pikir, daya orientasi, daya pemahaman,
berhitung, kemampuan belajar, berbahasa, kemampuan menilai.
10 GEJALA PIKUN

• GANGGUAN DAYA INGAT


• SULIT FOKUS
• SULIT MELAKUKAN KEGIATAN YANG BIASA DILAKUKAN
• BINGUNG (DISORIENTASI)
• SULIT MEMAHAMI CIRI DAN POSISI BENDA TERTENTU
• GANGGUAN BERKOMUNIKASI
• MELETAKKAN BARANG TIDAK PD TEMPATNYA
• SALAH MEMBUAT KEPUTUSAN
• MENARIK DIRI DARI PERGAULAN
• PERUBAHAN PERILAKU DAN KEPRIBADIAN
11. Depresi
Depresi adalah suatu perasaan sedih yang sangat mendalam, yang dapat terjadi setelah
kehilangan seseorang atau peristiwa menyedihkan lainnya, tetapi tidak sebanding dengan
peristiwa tersebut dan terus menerus dirasakan melebihi waktu yang normal.

MASALAH-MASALAH KESEHATAN MENTAL PADA LANJUT USIA :


§ Agresi
§ Kemarahan
§ Kecemasan
§ Kekacauan mental
§ Penolakan
§ Ketergantungan
§ Depresi
§ Pikun
§ Mengalami rasa sakit
§ Rasa sedih dan kecewa
12. Penyakit Gigi dan Mulut
Riset kesesehatan dasar 2007 menunjukkan penyakit gigi dan mulut merupakan
penyakit tertinggi nomor 2 pada populasi lanjut usia Indonesia. Kesehatan mulut yang buruk
dapat meningkatkan risiko gangguan kesehatan secara keseluruhan, yang disertai penurunan
kemampuan mengunyah dan makan, sehingga memengaruhi asupan nutrisi.
MASALAH PADA LANSIA :
Sindroma geriatri �14 I
• IMMOBILISASI
• INSTABILITAS POSTURE (mudah jatuh krn gangguan keseimbangan)
• INKONTINENSIA ALVI DAN URI
• INFEKSI
• IMPAIRMENT OF SENSE
• INANITION/Gangguan gizi
• IATROGENIC
• INSOMNIA
• INTELECTUAL IMPAIRMENT
• ISOLASI
• IMPECUNITY/Berkurangnya kemampuan Keuangan
• IMPACTION FESES
• IMMUNODEFISIENSI
• IMPOTENSI

• � GERIATRIC GIANT : MEMERLUKAN PERHATIAN INTENSIF


C. Sindroma geriatri ( Gangguan) dan Langkah Langkah Mengatasi Gangguan

1. Berkurangnya Kemampuan Gerak (Imobilisasi)


Istilah imobilisasi digunakan untuk menggambarkan suatu sindrom penurunan fungsi fisik sebagai akibat dari
penurunan aktivitas dan adanya penyakit penyerta. Imobilisasi adalah ketidak-mampuan bergerak secara aktif selama
minimal 3 kali 24 jam.
2. Instabilitas Postural, Jatuh dan Patah Tulang
2.1. Instabilitas postural
Didefinisikan sebagai ketidak-mampuan tubuh memelihara pusat massa tubuh dengan batasan stabilitas yang
ditentukan dasar penyangga. Batasan stabilitas adalah tempat pada suatu ruang di mana tubuh dapat menjaga posisi
tanpa berubah dari dasar penyangga
2.2. Jatuh dan patah tulang
Jatuh adalah penyebab utama kecelakaan pada lanjut usia. Jatuh juga merupakan penyebab utama cedera
serius dan kematian akibat kecelakaan pada lanjut usia. Meskipun kelihatannya orang tua tersebut sehat dan kuat
namun mereka tetap mempunyai risiko jatuh.

3. Mengompol (Inkontinensia Urin)


Inkontinensia urin adalah ketidakmampuan menahan keluarnya urin/kencing atau keluarnya urin secara tak terkendali
pada saat yang tidak tepat dan tidak diinginkan. Penyebab timbulnya inkontinensia urin antara lain adalah sindrom
delirium, imobilisasi, poliuria, infeksi, inflamasi, impaksi feses, serta beberapa obat-obatan.
4.Infeksi
Penyakit infeksi merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas pada lanjut
usia. Faktor-faktor penyebab terjadinya infeksi pada lanjut usia adalah adanya
perubahan sistem imun, perubahan fisik (penurunan refleks batuk, sirkulasi yang
terganggu) dan beberapa penyakit kronik lain.
5. Gangguan Fungsi Penglihatan dan Pendengaran (Impairment of hearing and
vision).
Gangguan pendengaran dan penglihatan (impairment of hearing and vision)
merupakan masalah yang sering ditemui pada lanjut usia.
6. Gangguan Gizi (Inanation)
Kekurangan dan kelebihan zat gizi baik zat gizi makro (karbohidrat, lemak dan protein)
maupun zat gizi mikro (vitamin dan mineral) seringkali dialami lanjut usia. Malnutrisi
pada lanjut usia dapat merupakan konsekuensi masalah-masalah somatik, fisik atau
sosial.
7. Masalah Akibat Tindakan Medis (Iatrogenik)
Iatrogenik adalah masalah kesehatan yang diakibatkan oleh tindakan medis.
Polifarmasi merupakan contoh yang paling sering ditemukan pada lanjut usia.

8. Gangguan Tidur (Insomnia)

9. Gangguan Fungsi Kognitif (Intelectual impairment)


Hendaya intelektual adalah kapasitas intelektual yang berada di bawah rata-
rata normal untuk usia dan tingkat pendidikan seseorang tersebut.
10. Isolasi (Isolation)
Isolasi adalah menarik diri dari lingkungan sekitar. Penyebab tersering isolasi
adalah depresi dan hendaya fisik yang berat. Dalam keadaan yang sangat lanjut dapat
muncul kecenderungan bunuh diri baik aktif maupun pasif.
15 Langkah-langkah keselamatan Terkait Gangguan ( Sindroma Geriatri)

1. Tongkat, walkers, kursi roda, dan skuter untuk mobilitas dan kemandirian manula yang aman
2. Kursi untuk mandi jika kaki tidak kuat menopang tubuh
3. Lantai karpet bukan lantai keras (dan hindari menempatkan karpet di permukaan licin) untuk mengurangi cedera jika
jatuh
4. Alat bantu dengar, kacamata, dan pencahayaan yang baik untuk membantu masalah pendengaran dan pengelihatan
5. Kotak obat untuk menyimpan pengobatan yang dibutuhkan manula
6. Bantuan dari pemberi perawatan atau anggota keluarga jika aktivitas kehidupan sehari-hari (ADL) menjadi sulit
7. Waktu tidur dan bangun yang teratur untuk meningkatkan kualitas tidur dan efisiensi waktu siang hari
8. Sistem peringatan medis dan nomor darurat telepon yang tersedia diprogram ke dalam ponsel
9. Kegiatan sosial reguler untuk mengoptimalkan interaksi social
10.Hati-hati mengemudi dan mengenali kapan sebaiknya untuk tidak lagi mengemudi
11.Petunjuk perawatan kesehatan, target hidup, dan kepercayaan untuk membuat garis besar keputusan
12.Perencanaan keuangan yang terdokumentasi dengan baik untuk menghindari kerancuan di masa depan
13.Perencanaan dan persiapan yang memadai (alergi, masalah medis, riwayat operasi, obat-obatan dan informasi lainnya)
jika terjadi kondisi darurat
10 GEJALA PIKUN
• GANGGUAN DAYA INGAT
• SULIT FOKUS
• SULIT MELAKUKAN KEGIATAN YANG BIASA DILAKUKAN
• BINGUNG (DISORIENTASI)
• SULIT MEMAHAMI CIRI DAN POSISI BENDA TERTENTU
• GANGGUAN BERKOMUNIKASI
• MELETAKKAN BARANG TIDAK PD TEMPATNYA
• SALAH MEMBUAT KEPUTUSAN
• MENARIK DIRI DARI PERGAULAN
• PERUBAHAN PERILAKU DAN KEPRIBADIAN
……APAPUN YANG KITA LAKUKAN UNTUK
LANSIA, SEBENARNYA MERUPAKAN
APAPUN YANG KITA LAKUKAN UNTUK DIRI
KITA SENDIRI ………
Terapi Modalitas Lansia

POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA


JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2022
Pengertian
Terapi modalitas merupakan kegiatan yang
dilakukan untuk mengisi waktu luang bagi lansia.

Tujuan :
• Mengisi waktu luang bagi lansia.
• Meningkatkan kesehatan lansia.
• Meningkatkan produktivitas lansia.
• Meningkatkan interaksi sosial antarlansia.
Jenis kegiatan
• Psikodrama
Bertujuan untuk mengekspresikan perasaan lansia.
Tema dapat dipilih sesuai dengan masalah lansia.

• Terapi Berkebun
Bertujuan untuk melatih kesabaran, kebersamaan,
dan memanfaatkan waktu luang.
• Terapi Okupasi
Bertujuan untuk memanfaatkan waktu luang dan
meningkatkan produktivitas dengan membuat
atau menghasilkan karya dari bahan yang telah
disediakan.

• Terapi Kognitif
Bertujuan agar daya ingat tidak menurun.
Seperti mengadakan cerdas cermat, mengisi
TTS dan lain-lain.
• Rekreasi
Bertujuan untuk meningkatkan sosialisasi, gairah
hidup, menurunkan rasa bosan dan melihat
pemandangan.

• Terapi Keagamaan
Bertujuan untuk kebersamaan, persiapan
menjelang kematian dan meningkatkan rasa
nyaman. Seperti mengadakan pengajian,
kebaktian, dan lain-lain.
• Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
Bertujuan untuk meningkatkan kebersamaan,
bersosialisasi, bertukar pengalaman dan mengubah
perilaku. Untuk terlaksananya terapi ini dibutuhkan
leader, co-leader dan fasilitator. Misalnya cerdas cermat,
tebak gambar, dan lain-lain.

• Terapi Musik
Terapi musik dapat berupa menciptakan musik,
bernyanyi, bergerak mengikuti musik atau hanya
mendengarkan.
• Terapi hewan peliharaan
Bertujuan untuk meningkatkan rasa kasih
sayang dan mengisi hari-hari sepinya dengan
bermain bersama binatang.

• Terapi life-review
Life-review berkaitan dengan peninjauan
memori yang jauh tersimpan, pengungkapan
perasaan yang terkait memori tersebut,
pengakuan konflik-konflik dan pelepasan sudut
pandang yang membatasi diri.
• Terapi dansa
Dikenal juga sebagai terapi gerakan dansa. Aspek
khusus terapi dansa seperti musik, irama dan gerakan
yang singkron akan mengubah status alam perasaan,
menyadarkan kembali ingatan dan perasaan yang lalu
dan mengurangi isolasi.
• Terapi yoga
Di antara praktik kesehatan yang dikenal baik oleh
lansia adalah yoga (berarti “persatuan” dalam bahasa
Sansekerta) adalah integrasi energy fisik, mental dan
spiritual untuk meningkatkan kesehatan serta
kesejahteraan.
• Terapi oksigen
Pasien membutuhkan terapi oksigen ketika
mengalami hipoksemia yang disebabkan oleh
kedaruratan pernafasan atau jantung atau
peningkatan fungsi metabolik.

• Terapi aroma
Terapi aroma berhubungan dengan inhalasi atau
pemakaian minyak alami yang diuapkan dari
berbagai tanaman.
HOME CARE GERIATRI
BERBASIS RUMAH SAKIT
Dwianti
TTL : Wonogiri, 24 Januari 1978

Pendidikan:
Poltekes Yogyakarta, 1998
PSIK FK UGM, 2008

Pekerjaan:
Ners di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta (Ruang Home Care & ODC Transfusi)
Pengurus IPEGERI Wilayah DIY

Pelatihan / WS Bidang Geriatri


Pelatihan Orientasi Panduan Praktis Caregiver dalam Perawatan Jangka Panjang bagi
Lanjut Usia, 2023
WS Merancang Layanan Home Care berbasis Rumah Sakit, 2022
WS Intagrated Care of Geriatric and Rheumatology Cases, 2019
WS keperawatan Gerontic, 2018
Pelatihan Home Care, 2015
Nursing Training Programme on Update on Gerontology Nursing, 2013
HOME CARE ??

HOME VISITE ??
HOME CARE ?

• Komponen layanan kesehatan usia lanjut komprehensif


• Diberikan kepada individu dan keluarganya di rumah
• Meningkatkan, mempertahankan status kesehatan serta
meminimalkan pengaruh penyakit dan keterbatasan
• Layanan yang diberikan harus direncanakan,
dikoordinasikan, dan disetujui keluarga
• Dilakukan oleh suatu institusi atau agensi
(Wieland et al, 1991)
HOME CARE ?

• Pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan


komprehensif
• Diberikan kepada individu dan keluarga di tempat tinggal
mereka
• Meningkatkan, mempertahankan atau memulihkan kesehatan
atau memaksimalkan tingkat kemandirian dan meminimalkan
akibat dari penyakit

(Departemen Kesehatan, 2002)


HOME CARE ?

• Merujuk pada layanan diagnostik, terapeutik, atau


suportif
• Diberikan kepada pasien di rumah
• Mencakup kunjungan perawat, petugas rehabilitasi
medik, dokter, dan tenaga kesehatan lain
• Membantu pasien, caregivers, dan keluarganya dalam
optimalisasi dan koordinasi layanan sehingga tercapai
tujuan perawatan yang disepakati bersama.
(Hayageshi & Leff, 2014)
HOME VISIT

• Pelayanan kesehatan yang diberikan secara individual baik


dokter/perawat/fisioterapis
DASAR HUKUM
Permenkes no 79 tahun 2014
Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Geriatri di Rumah Sakit
Permenkes RI no 67 tahun 2015
Penyelenggaraan pelayanan Kesehatan Lanjut Usia di Puskesmas
Permenkes no 9 tahun 2014 tentang Klinik
Keputusan MenKes RI no 812/Menkes/SK/VII/2007
Kebijakan Perawatan Paliatif
Pedoman Nasional Program Paliatif Kanker
JENIS LAYANAN HOME CARE

A. Berbasis RS : a. Pre-Hospital HC
b. Post-Hospital HC

B. Berbasis Komunitas:
a. Layanan HC dari PKM
Puskesmas
b. Posyandu Lansia
Agensi/Swasta : berbadan hukum.
INDIKATOR-INDIKATOR DIBUTUHKANNYA
"HOME CARE"
1. Peningkatan populasi usia lanjut khususnya yang bergantung total

2. Meningkatnya prevalensi penyakit kronik degeneratif

3. Kebijakan efisiensi pembiayaan layanan RS (LOS rawat inap tidak lama)

4. Masih kurangnya layanan kesehatan informal

5. Kemajuan di bidang tehnologi kesehatan yang dapat diberikan di rumah

6. Penerapan prinsip "continuing of care" RS


Karakteristik Pasien Geriatri

1. Multipatologi (akut, kronik-degeneratif)

2. Gejala tidak khas

3. Pemulihan lambat

4. Masalah psikososial besar

5. Malnutrisi

6. Gangguan fungsional
LAYANAN MEDIK DI HC YANG BERTEKNOLOGI TINGGI

1. Home oxygen therapy


2. Home parenteral nutrition
3. Home enteral nutrition and tube feeding
4. Home mechanical ventilation
5. Home pain management
6. Home transfusion
7. Home – based hospice program
8. Home constant positive pressure ventilatory support
9. Continuous ambulatory peritoneal dialysis
10.Home hemodialysis

Shirotani (1999) : Trend and Scope of Homecare Therapy Asian Med J 42 (5) : 225 - 31
Home Care untuk Usia Lanjut

1. Dapat merupakan :
• kelanjutan perawatan akut di rumah sakit
• Upaya pemeliharaan kesehatan dan pengobatan penyakit yang
sudah diderita
• Modifikasi perawatan yang seharusnya dilakukan di institusi
2. Segi-segi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif harus
selalu diperhatikan
Asal pasien GERIATRI pada Layanan
Home Care
• Rujukan klinik
• Unit rawat Jalan RS
• Unit Rawat Inap Rumah Sakit
• Unit Rawat Darurat
• Puskesmas
• Permintaan langsung dari pasien dan atau keluarga pasien
Mekanisme Pelayanan Home Care

Pemeriksaan awal dokter


( bila layak dilakukan pengkajian holistik)

Penetapan masalah, perencanaan dan


kesepakatan terkait pelayanan yang
akan diterima

Pelaksanaan program dan Evaluasi


Hal penting yang perlu diketahui

• Tujuan Layanan Home Care


• Alasan/Sebab Layanan Home Care
• Keuntungan dan Kekurangan Home Care
• Peralatan Home Care
• Pengkajian pasien Home Care
• Masalah Keselamatan dan Keamanan
Tujuan Home Care

6
5
Memungkinkan pasien “terminal” dapat meninggal
4 05 06 dirumah
3 Menurunkan Re-hospitalisasi
.
yang tidak perlu
2
Mengurangi kunjungan UGD yang tidak perlu
1
.

Memberikan dukungan
.
kepada “informal caregiver”
Mengurangi perawatan institusi yang tidak perlu
Perbaikan status kesehatan dan kualitas hidup pasien
Alasan/sebab Layanan HC

1. Adanya kondisi gangguan fisik atau terbatasnya mobilitas


2. Adanya kekhawatiran/beban pelaku rawat/care giver
3. Adanya dugaan elderly abuse or neglect
4. Adanya masalah kepatuhan pemberian obat, polifarmasi
5. Riwayat jatuh di rumah
6. Adanya perubahan perilaku/psychiatric illness
Keuntungan dan Kekurangan HC
Keuntungan Kekurangan

• Menekan biaya perawatan • Pada kondisi tertentu dapat


• Meningkatkan keterlibatan menimbulkan suasanan
tidak nyaman di rumah
anggota keluarga dalam
perwatan • Masalah-masalah etik dan
legal
• Pasien lebih nyaman
• Di Indonesia : belum ada
• Menambah wawasan pada dukungan sosial dan politik
masalah psikososial yang memadai
• Peningkatan hubungan
Profesi Pemberi Asuhan
pasien
Peralatan Home Care

Peralatan yang harus disediakan di rumah : tempat tidur, kasur


dekubitor, tensimeter, termometer, alat saturasi, oksigen,
nebulizer, suction.
Pengkajian Usia Lanjut di rumah

Sesuai prinsip Pengkajian Paripurna pada pasien


Geriatri/Comprehensive Geriatric Assesment (CGA)

Fisik-medik, psiko-kognitif, obat-obatan, nutrisi, status


fungsional, social support, budaya, lingkungan, keamanan
rumah, finansial
Pengkajian nyeri, resiko dekubitus dan resiko jatuh.
• Daftar Layanan Home Care (Day et al, 2004)

Asesmen Geriatrik Komprehensif

Pemeriksaan Penunjang
Terapi fisik, wicara dan Okupasi

Pelayanan nutrisi
Plebotomi Contents Title parenteral dan enteral
You can simply
impress your
audience.

Pelayanan sosial Infus untuk antibiotika,


tranfusi, kemoterapi , hidrasi

Evaluasi keselamatan pasien dan


caregiver
Dokter
Relawa Perawa
n t

Rohani Fisiotera
wan pis

Pasien
dan Okupas
Pekerja keluarga
Sosial i
Medik Terapis

Pramur
Terapi
ukti
Wicara

Psikolo Ahli
g Gizi
Jenis Pelayanan
• Pemeriksaan dokter umum,
• Pemeriksaan dokter spesialis
• Perawatan umum
• Rehabilitasi medik
• Konsultasi dan edukasi nutrisionis
• Konsultasi psikologis
• Bimbingan rohani
• Pelayanan pramurukti
• Pelayanan relawan geriatri
• Pendampingan perjalanan pasien
Kunjungan Dokter di Rumah Pasien
Kunjungan Perawat
Kegiatan Rehabilitasi Medik
Okupasi Terapi
Kunjungan Ahli Gizi

GRAINS VEGETABLES FRUITS OILS MILK MEAT & BEANS


Rohaniawan
Pramurukti
Relawan Usia Lanjut

Dukungan psikologis dari


relawan
Merujuk Ke RS
Manajemen Pengelolaan Pasien

Pendaftaran

Alloanamnesa&konsultasi
(wawancara keluarga)
RTS
Pelaksanaan RTS
Assesment Awal
Apakah
target
tercapai ?
Konferensi Pelaksanaan
Kasus RPK Mandiri
Sudah
Monitoring dan
Evaluasi Kronis
RPK Stabil
Belum
Assesment
Meninggal
Ulang
KESIMPULAN
1. Layanan HC merupakan salah satu bentuk layanan terintegrasi dari
seluruh layanan kesehatan yang ada
2. Tujuan HC adalah meningkatkan status Kesehatan dan kualitas hidup.
3. L a y a n a n K e s e h a t a n y a n g d i b e r i k a n h a r u s d i r e n c a n a k a n ,
dikoordinasikan dan disetujui oleh keluarga dan dilaksanakan oleh
institusi atau agensi.
4. Pengkajian dan tatalaksana paripurna pada geriatri harus diterapkan
pada semua layanan kesehatan termasuk layanan HC, karena banyak
faktor di luar masalah medik yang mempengaruhi status kesehatan
orang berusia lanjut
TERIMA KASIH
PELAYANAN GERIATRI PARIPURNA
DI RUMAH SAKIT

Setyo Tri Wibowo


RSUP Dr Sardjito Yogyakarta
Ners di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
• Poltekes Kemenkes Yogyakarta
• Ners, PSIK Unair Surabaya
• Magister Keperawatan, UGM

• Ners Paliatif & Geriatri


• Tim Terpadu Geriatri RSUP Dr Sardjito
• Ketua IPEGERI DIY
Setyo Tri Wibowo
• Pelatihan Keperawatan Geriatri
CP : 081328115037 • TOT Perawatan Geriatri
setyotriwibowo73@gmail.com • WS layanan Geriatri di RS
• Pelatihan Perawatan paliatif
• TOT Perawatan Paliatif Kanker
• WS Layanan Paliatif di RS
Tujuan Pembelajaran

• Mahasiswa mampu memahami berbagai

jenis layanan Kesehatan lansia / Geriatri

di RS
POKOK BAHASAN
• Pendahuluan
• Problem kesehatan lansia
• Berbagai Layanan Lansia di RS
• Peran perawat dalam asuhan kep
gerontik di RS
• Pemantauan dan evaluasi /
indikator mutu layanan geriatri di RS
• Kesimpulan
PENDAHULUAN
• UHH meningkat
• Populasi usia lanjut semakin meningkat
• Usia Lanjut mengalami penurunan
berbagai fungsi organ
• Penurunan fungsi bisa berkontribusi thd
munculnya masalah kesehatan
GERIATRI
• Geriatri adalah cabang disiplin ilmu
kedokteran yang mempelajari :
 aspek kesehatan dan kedokteran Lanjut
Usia
 pelayanan kesehatan kepada Lanjut Usia
dengan mengkaji semua aspek kesehatan
berupa promosi, pencegahan, diagnosis,
pengobatan, dan rehabilitasi.
KRITERIA pasien geriatri
1. Usia 60 th keatas dengan : (UU 13 tahun 2008)
a. lebih dari 1 penyakit fisik dan/atau psikis; atau
b. 1 penyakit dan mengalami gangguan akibat penurunan fungsi organ,
psikologi, sosial, ekonomi dan lingkungan yang membutuhkan pelayanan
kesehatan.
2. usia 70 th ke atas yg memiliki 1 penyakit fisik dan/atau psikis.

dilaksanakan secara TERPADU dg pendekatan MULTIDISIPLIN yg


bekerja secara INTERDISIPLIN.
Multidisiplin

Berbagai disiplin atau bidang ilmu


yang secara bersama-sama
menangani penderita dengan
berorientasi pada ilmunya
masing-masing.
Interdisiplin
Pelayanan kesehatan yang
dilakukan oleh berbagai
disiplin/bidang ilmu yang
saling terkait dan bekerja
sama dalam penanganan
pasien yang berorientasi pada
kepentingan pasien.

Konsep PCC
Profesional Clinical PCC
Pemberi Asuhan Team Leader
DPJP
Perawat/
Bidan Apoteker

Psikologi Nurisionis
Klinis Dietisien

Terapis Teknisi Medis


Fisik Penata Anestesi

Profesional Pemberi Asuhan :


mereka yg secara langsung memberikan asuhan kpd pasien,
Lainnya
a.l. dokter, perawat, bidan, ahli gizi, apoteker, psikolog klinis,
penata anestesi, terapis fisik dsb
Kriteria Pasien Geriatri (PMK 79 th 2014)
1. Usia ≥ 60 th, memiliki lebih dari 1 (satu)
penyakit fisik dan/atau psikis
2. memiliki 1 (satu) penyakit dan mengalami
gangguan akibat penurunan fungsi organ,
psikologi, sosial, ekonomi dan lingkungan yang
membutuhkan pelayanan kesehatan.
3. usia 70 (tujuh puluh) tahun ke atas yang
memiliki 1 (satu) penyakit fisik dan/atau psikis.
Problem Kesehatan Lansia
PROBLEM LANSIA TERKAIT PROSES MENUA ( 14 i )
1. Immobility (gerakan terbatas)
2. Instability (tidak stabil)
3. Intelectual impairment (awal pikun)
4. Impairment of vision & hearing (mata/telinga)
5. Insomnia (sulit tidur)
6. Isolation (depression = depresi)
7. Immune deficiency (penurunan kekebalan)
8. Infection (mudah kena infeksi)
9. Irritable colon(usus besar mudah terangsang)
10. Inanition (malnutrition = status gizi jelek)
11. Incontinence (kencing tak tuntas dan sering)
12. Impotence (lemah syahwat)
13. Iatrogenesis (obat penyakit)
14. Impecunity (kemiskinan)
Solomon dkk CONTRIBUTOR LANSIA
DIRAWAT DI RS
Kasus akut pada USILA yang sering
membutuhkan perawatan di RS
• PPOK (exaserbasi akut)
• Pneumonia (CAP)
• ISK (infeksi saluran kemih)
• DM (hipo / hiperglikemia)
• Hipertensi (adanya keluhan terkait HT: ngliyer, jatuh)
• Stroke (fase akut)
• BPH pada lansia pria (terjadi retensi urine)
• ACS (Akut Confusion State) kegawatan di bidang geriatri
• Penyakit degeneratif lain / keganasan
• Simptom geriatri: Anoreksia, malnutrisi, depresi
Syndroma Geriatri
Cape dkk, memberikan istilah The “O” complex, yang terdiri dari:
• Fall ( jatuh) gang.keseimbangan , kelemahan

• Incontinence (beser) gang. fungsi persarafan


• Impaired homeostasis (homeostasis terganggu)

• Confusion (bingung) / ACS gang. Metabolik , infeksi


Syndroma Geriatri
Coni dkk, menyebutnya sebagai The “Big Three” yang terdiri dari
• Intelectual failure (mudah lupa)
• Instability / immobility (mudah jatuh / lama di atas temapat tidur)
• Incontinence (beser)
Syndroma Geriatri
Brocklehurst dkk memberi istilah sindroma geriatri The
“Geriatric’s Giants” yang terdiri dari:
• Cerebral syndromes
• Autonomics disorders
• Falls
• Mental confusion
• Incontinence
• Bone disease and fractures
• Pressure sores
Layanan Lansia di RS
DASAR HUKUM LAYANAN LANSIA DI RS
PMK no 79 tahun 2014
KLASIFIKASI LAYANAN GERIATRI di RS

SEDER LENG SEM PARIPU


NO UNIT PELAYANAN
HANA KAP PURNA RNA

1 Rawat Jalan    
2 Rawat Inap Akut -   
3 Home Care*    
4 Klinik Asuhan Siang - -  
5 Rawat Inap Kronik - - - 
Respite Care / Tempat
6 - - - 
Penitipan Lansia
TINGKAT, JENIS ,SARANA DAN KETENAGAAN PELAYANAN
GERIATRI
TK JENIS PELAYANAN SARANA PRASARANA TIM
SEDERHANA

1. Rawat Jalan 1. Ruang Pendaftaran/Adm 1. Dr. Sp.PD (KETUA)


2. Home Care 2. Ruang Tunggu 2. Dr. Sp, lain sesuai kasus
3. Dokter
3. Ruang Periksa 4. perawat pelatihan kep.
4. R. Tim Terpadu Geriatri. Gerontik
LENGKAP

1. Sederhana Ditambah 1. SEDERHANA + 1. SEDERHANA +


2. Rawat Inap Akut 2. Bangsal Geriatri Akut 2. Dr. Sp. RM
3. Dr. Sp. KJ
(Ranap Dan R. Fisioterapi) 4. Apoteker
5. Tenaga gizi
6. Fisioterapis
7. okupasi terapis
8. Psikolog
9. pekerja sosial.
TINGKAT, JENIS DAN SARANA PELAYANAN GERIATRI

TK JENIS PELAYANAN SARANA PRASARANA TIM


SEMPURNA

1. LENGKAP Ditambah 1. Lengkap Ditambah 1. LENGKAP +


2. Klinik Asuhan Siang 2. Ruang Klinik Asuhan 2. terapis wicara;
3. Pendidikan, Pelatihan, Penelitian, Siang 3. perekam medis
Kerjasama Lintas Program & 3. Ruang Bangsal Geriatri
Lintas Sektor Kronis 1. SEMPURNA +
4. Ruang Penitipan 2. Dr. Sp.PD K. Ger
PARIPURNA

1. SEMPURNA Ditambah
Pasien Geriatri (Respite (KETUA)
2. Rawat Inap Kronik
3. Rawat Inap Psikogeriatri Care)
4. Respite Care 5. Ruang Hospice Care
5. Hospice
PELAYANAN GERIATRI DI RS
RAWAT JALAN : Poliklinik Geriatri

1. Rawat jalan geriatri (multipatologi, multiorgan failure, mempunyai


aspek psikososial dan polifarmasi)
2. Tim geriatri (minimal dokter spesialis penyakit dalam yang dilatih
geriatri, perawat geriatri, ahli gizi, social worker dan fisioterapis).
3. Pelayanan yg diberikan : asesmen sederhana, preventif, termasuk
imunisasi utk lansis, kuratif dan konsultasi.
PELAYANAN GERIATRI DI RS
BANGSAL RAWAT INAP AKUT

1. Rawat inap lansia penyakit akut/eksaserbasi akut


2. Layanan : asesmen geriatri, kuratif, rehabilitatif jalur cepat.
3. Tim geriatri ( minimal dokter yang dilatih geriatri, perawat geriatri,
ahli gizi, social worker dan fisioterapis)
4. Tujuan pelayanan : bebas dari penyakit akut/eksaserbasi
PELAYANAN PASIEN GERIATRI
DI RAWAT INAP
• Tersentral di satu lokasi

• Gabung dengan ruang rawat


penyakit dalam

• Tersebar di semua ruang sesuai


kasusnya
PELAYANAN GERIATRI DI RS
HOME CARE GERIATRI
1. Perawatan lanjutan di rumah setelah masa akut teratasi
2. Pelayanan diberikan oleh tim geriatri minimal dokter, perawat,
sesuai kebutuhan ditambah sosial worker/ gizi/ fisioterapis
3. Pelayanan dilakukan dirumah penderita, atas permintaan keluarga.
4. Biasanya merupakan lanjutan dari perawatan di fasilitas kesehatan
atau hasil penilaian status kesehatan lansia untuk penempatan
perawatan.
5. Memerlukan dukungan pelayanan interdisiplin dan bantuan
pendukung karena memerlukan transportasi, alat2 kesehatan dan
koordinasi antar bagian/dinas/ institusi
PELAYANAN GERIATRI DI RS

1. Klinik Asuhan Siang

2. Pelayanan penderita lansia rawat jalan yg membutuhkan terapi


rehabilitatif (fisik/ kognitif), pendampingan dan terapi suportif

3. Pasien berada di klinik selama jam kerja

4. Tim Geriatri yang bertugas ditambah fisioterapis, okupasional


terapis, social worker, psikolog

5. Day care: rehabilitasi, edukasi,


PELAYANAN GERIATRI DI RS
Hospice
1. Pelayanan paliatif penderita lansia dengan penyakit terminal,
bukan penyembuhan
2. Meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik
3. meringankan penderitaan pasien akibat penyakit (paliatif)
4. Memfasilitasi untuk mendapatkan kesempatan meninggal
dengan tenang/bermartabat
5. Pelayanan pendampingan psikis dan spiritual oleh psikolog,
rohaniwan dan keluarga.
6. Pembuatan akta waris/pembagian harta
PELAYANAN GERIATRI DI RS
Respite Care
1. Pelayanan penitipan lansia sehat.

2. Perawat, social worker dan psikolog lebih tepat sebagai

pendamping

3. Paling lama 2 minggu.

4. Berfungsi memberi kesempatan care giver untuk istirahat


TIM TERPADU GERIATRI

• Melakukan koordinasi pelayanan


geriatri terpadu di rumah sakit
dengan pendekatan interdisiplin
TIM TERPADU GERIATRI
1. Dokter Umun
2. Dokter Gigi
3. Dokter Spesialis penyakit dalam, psikiatri, kedokteran
fisik dan rehabilitasi serta spesialis lain terkait
4. Perawat Gerontik
5. Fisioterapi
6. Terapi Okupasi
7. Ahli Gizi
8. Farmasi Klinik
9. Pekerja Sosial
• Jenis pelayanan tingkat SDM tim terpadu geriatri:
1. dokter spesialis penyakit dalam konsultan Geriatri;
paripurna terdiri atas: 2. dokter spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi;
1. rawat jalan 3. dokter spesialis kedokteran jiwa/psikiater;
2. Klinik Asuhan Siang 4. dokter spesialis lainnya sesuai dengan jenis penyakit Pasien
Geriatri;
3. rawat inap akut 5. dokter;
4. rawat inap kronik 6. perawat yang telah mengikuti pelatihan keperawatan
5. rawat inap Psikogeriatri gerontik
6. penitipan Pasien Geriatri 7. apoteker;
(respite care) 8. tenaga gizi;
9. fisioterapis;
7. kunjungan rumah (home care) 10.okupasi terapis;
8. Hospice. 11.terapis wicara;
12.perekam medis;
13.psikolog; dan
14.pekerja sosial;
15.psikolog.
Peran Perawat dalam Layanan GERIATRI di RS
• Melakukan assesment keperawatan
1 • Melakukan Reassment keperawatan

• Menetapkan diagnosa Keperawatan


2 • Melakukan rencana keperawatan

• Melakukan tindakan keperawatan


3 • Melakukan evaluasi keperawatan
ASUHAN KEPERAWATAN GERIATRI
Dengan Pendekatan Proses Keperawatan

1. Pengkajian pasien Geriatri


2. Merumuskan Diagnosis Keperawatan Geriatri
3. Merumuskan Perencanaan / care plan
4. Melakukan Tindakan
5. Melakukan Evaluasi
6. Membuat Discharge Planning pasien Geriatri
Pengkajian Keperawatan Geriatri
1. Pengkajian umum: symptom sesuai problem medis yang mendasari
2. Pengkajian Khusus : menilai kemungkinan adanya sindroma geriatri
Status fungsional : Barthel indek, KATZ indek
Status mental: MMSE
Status afektif : GDS
Status kognitif : AMT (Abbreviated Mental Tes)
Status nutrisi : MNA
Risiko jatuh : Skala Ontario
Risiko dekubitus : Bradden scale, Norton Scale
Status sosial
Pengkajian Status Fungsional
• Menilai kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas hidup
dasar sehari-hari
• Merupakan gambaran umum derajat kesehatan seseorang berusia
lanjut.
• Dapat dijadikan patokan keberhasilan pengobatan/ termasuk
evaluasi
• Kalau sakit berat tentu tidak mandiri
• Jika makin membaik ketergantungannya akan berkurang
Pengkajian ADL (Barthel Indeks)
Pengkajian ADL menggunakan INDEX KATZ

Menilai 6 komponen aktifitas harian: Kategori Hasil Tingkat Kemandirian :


A: Mandiri 6 aktifitas
1. Continence
B : Mandiri 5 aktifitas
2. Bathing
C : Mandiri kecuali bathing & 1 fungsi lain
3. Doing Personal Toileting
D : Mandiri kecuali bathing, dressing & 1 fungsi lain
4. Dressing E : Mandiri kecuali bathing, dressing, toileing & 1 fungsi lain
5. Feeding F : Mandiri kecuali bathing, dressing, toileting,transfering &

6. Walking And Transfering 1 fungsilain


G : Tergantung orang lain untuk 6 aktifitas.
Makin tinggi derajat ketergantungan pasien:
• Risiko kematian ↑
• Risiko dimasukkan ke panti ↑
• Risiko abuse ↑
• Risiko imobilisasi ↑
• Risiko kekambuhan ↑

Oleh sebab itu, selain pasien harus sembuh, juga harus ditingkatkan status

fungsionalnya melaui peran perawat /care giver


Pemeriksaan STATUS MENTAL
Pemeriksaan MMSE (Mini Mental State Examination)
NILAI MAKS NILAI ORIENTASI

5 ( ) Sekarang ini (tahun), (musim), (bulan), (tanggal), (hari) apa?

5 ( ) Kita berada dimana? (negara), (propinsi), (kota), (rumah sakit), (lantai/kamar)

REGISTRASI

3 ( ) Pewawancara menyebutkan nama 3 buah benda : satu detik untuk setiap benda.
Kemudian pasien diminta mengulangi nama ketiga objek tadi. Berilah nilai 1 untuk tiap
nama objek yang disebutkan benar. Ulangi lagi sampai pasien menyebut dengan benar
: (bola, kursi, buku) Hitunglah jumlah percobaan dan catatlah : …………… kali
NILAI MAKS NILAI

ATENSI DAN KALKULASI

5 ( ) Pengurangan 100 dengan 7. Nilai 1 untuk setiap jawaban yang benar.


Hentikan setelah 5 jawaban, atau eja secara terbali kata “ W A H Y U” (Nilai
diberi pada huruf yang benar sebelum kesalahan: misal : UYAHW = 3 nilai)

MENGENAL KEMBALI

3 ( ) Pasien disuruh menyebut kembali 3 nama objek diatas tadi. Beirikan nilai 1
untuk tiap jawaban yang benar.
BAHASA
2 ( ) Apakah nama benda ini? Perlihatkanlah pinsil dan arloji
1 ( ) Pasien disuruh mengulangi kalimat berikut : “JIKA TIDAK, DAN TAPI”
NILAI MAKS NILAI EKSEKUSI, VISUOSPASIAL
3 ( ) Pasien disuruh melakukan perintah : “Ambil kertas itu dengan tangan anda,
lipatlah menjadi dua dan letakkan di lantai”

1 ( ) Pasien disuruh membaca, kemudian melakukan perintah kalimat


“Pejamkan mata anda”
1 ( ) Pasien disuruh menulis kalimat lengkap dengan spontan (tulis apa saja)

1 ( ) Pasien disuruh menggambar bentuk dibawah ini

JUMLAH NILAI : ( ) Interpretasi hasil :


 23 : Fungsi mental / kognitif baik
18 – 22 : Kerusakan aspek fungsi mental ringan
≤ 17 : Terdapat kerusakan aspek fungsi mental berat
Pengkajian Status Afektif / DEPRESI
• Perasaan sedih sering tidak diungkapkan secara verbal
• Mimik wajah, sikap dalam berbicara
• Murung, mata berkaca-kaca, menangis
• Atau wajah menunjukkan amarah
• Ungkapan rasa tak puas
• Sikap merajuk, ‘ngambek’

Mengkaji status afektif dengan geriatric depression scale untuk


menapis, Bukan alat diagnosis
Geriatric Depression Scale ( GDS )
NO PERTANYAAN JAWABAN
1 Aapakah anda sebenarnya puas dengan kehidupan anda? Tidak
2 Apakah anda telah meninggalkan banyak kegiatan dan minat / kesenangan Ya
anda ?
3 Apakah anda merasa kehidupan anda kosong ? Ya Keterangan :
4 Apakah anda sering merasa bosan ? Ya
5 Apakah anda mempunyai semangat yang baik setiap saat ? Tidak Setiap jawaban yang
6 Apakah anda merasa takut sesuatu yang buruk akan terjadi pada anda ? Ya SESUAI mempunyai skor 1
7 Apakah anda merasa bahaagaia untuk sebagian besar hidup anda ? Tidak ( satu )
8 Apakah anda merasa sering tidak berdaya ? Ya
Apakah anda lebih sering dirumah daripada pergi keluar dan mengerjakan Skor 5 – 9 : Kemungkinan
9 Ya
sesuatu hal yang baru ? Depresi
10 Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah dengan daya ingat anda Ya
dibandingkan kebanyakan orang ?
Apakah anda piker bahwa kehidupaan anda sekarang menyenangkan ?
Skor lebih dari 10 : Depresi
11 Tidak
12 Apakah anda merasa tidak berharga seperti perasaan anda saat ini ? Ya
13 Apakah anda merasa penuh semangat ? Tidak
14 Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada harapan ? Ya
15 Apakah anda pikir bahwa orang lain lebih baik keadaannya daripada anda ? Ya
Pengkajian Status Kognitif
• Sejalan dengan usia, maka fungsi memori bisa berkurang
• Jumlah neurotransmiter di celah sinaps berkurang
• Jumlah sel di hipokampus berkurang
• Pasien anak-anak belum mampu mengemukakan keluhan
dengan baik
• Pasien geriatri sudah mengalami kesulitan untuk menyampaikan
keluhan dengan benar
The Abbreviated Mental Test (AMT)

Umur ............................... Tahun 1


Waktu / jam sekarang 1
Alamat tempat tinggal 1
Tahun ini 1
Saat ini berada di mana 1
Mengenali orang lain (dokter, perawat, dll) 1
Tahun kemerdekaan RI 1
Nama presiden RI sekarang 1
Tahun kelahiran pasien atau anak terakhir 1
Menghitung terbalik (20 s/d 1) 1
0-3 : Gangguan kognitif berat
4-7 : Gangguan kognitif sedang
8-10 : Normal
Pengkajian Status Nutrisi MNA
Pengkajian Risiko Jatuh Ontario
No Parameter Skrining Jawaban Keterangan Nilai

1. Riwayat Jatuh Apakah pasien datang ke RS karena jatuh? Ya / tidak Salah satu jawaban ya = 6
Jika tidak, apakah pasien mengalami jatuh dalam 2
bulan terakhir ini ? Ya /Tidak
2. Status Mental Apakah pasien delirium ? (Tidak dapat membuat Ya /Tidak Salah satu jawaban ya = 14
keputusan, pola pikir tidak terorganisir, ganguan daya
ingat )
Apakah pasien disorientasi ? (salah menyebutkan
waktu, tempat atau orang ) Ya /Tidak
Apakah pasien mengalami agitasi ? (ketakutan, gelisah,
dan cemas)
Ya /Tidak
3. Penglihatan Apakah pasien memakai kacamata ? Ya /Tidak Salah satu jawaban ya = 1
Apakah pasien mengeluh adanya penglihatan buram ?
Apakah pasien mempunyai glaukoma ? Katarak / Ya /Tidak
degenerasi makula ?
Ya /Tidak
4. Kebiasaan Berkemih Apakah terdapat perubahan perilaku berkemih? Ya /Tidak Salah satu jawaban ya = 2
(frekuensi, urgensi, inkontinensia, nokturia)
5. Transfer ( dari tempat tidur ke kursi Mandiri (boleh memakai alat bantu jalan) 0 Jumlah nilai transfer dan mobilitas jika nilai total
dan kembali lagi ketempat tidur ) Memerlukan sedikit bantuan 0 – 3 maka scor = 0 Keterangan skor :
(1 orang ) / dalam pengawasan 1 Jika nilai total 4 – 6, maka skor = 7
Memerlukan bantuan yang nyata (2 orang) 0-5 = resiko rendah
Tidak dapat duduk dengan seimbang, perlu bantuan 2
total 6 – 16 = resiko sedang
3
6. Mobilitas Mandiri (boleh memakai alat bantu jalan ) 0 17 – 30 = risiko tinggi
Berjalan dengan bantuan 1 orang (verbal / fisik )
Menggunakan kursi roda 1
Imobilisasi
2
Asesmen Risiko Jatuh Untuk Pasien Usia lanjut Rawat Jalan
Pasien : Tanggal : Jam :

The Time Up and Go ( TUG)Test


Tujuan : Untuk mengkaji mobilitas
Peralatan : Stopwatch
Petunjuk : Usia lanjut menggunakan alas kaki yang digunakan dan dapat menggunakan alat bantu jalan bila diperlukan. Diawali dengan
usia lanjut duduk bersandar di kursi yang berlengan dan menghadap garis lurus sepaanjang jarak 3 meter di lantai.
Instruksi Untuk Usia lanjut :
Ketika saya ucapkan “GO”saya ingin anda :
1. Bangun dari kursi
2. Berjalan mengikuti garis di lantai pada kecepatan normal
3. Berbalik
4. Jalan kembali ke kursi pada kecepatan normal
5. Duduk kembali ke kursi
Pada saat berkata “ GO “maka penghitungan waktu dimulai. Stop menghitung waktu pada saat usia lanjut duduk kembali, dan catatlah
Waktu :,,,,,,,,detik
Seorang usia lanjut yang menghabiskan waktu ≥12 detik untuk menyelesaikan TUG test, maka termasuk risiko tinggi jatuh.
Pengkajian Risiko Dekubitus: Braden Scale
PERSEPSI SENSORI 1. Terbatas penuh 2. Sangat terbatas 3. Agak terbatas 4. Tidak terbatas

1. Lembab secara 3. Kadang-kadang


KELEMBABAN 2. Sangat lembab 4. Jarang lembab
konstan lembab

3. Kadang-kadang 4. berjalan secara keluar


AKTIVITAS 1. Bed fast 2. Chair fast
berjalan ruangan

MOBILISASI 1. Mobil penuh 2. Sangat terbatas 3. Kadang terbatas 4. Tidak terbatas

NUTRISI 1. Sangat jelek 2. Tidak adekuat 3. Adekuat 4. Sempurna

GESEKAN DAN
1. Masalah 2. Masalah potensial 3. Tidak ada masalah
CUBITAN

Catatan : Pasien yang total nilai : < 16 mempunyai resiko terjadi dekubitus
: 15/16 resiko rendah
: 13/14 resiko sedang
: < 12 resiko tinggi
Pengkajian Kondisi Sosial
• Erat kaitannya dengan mengapa pasien sakit
• Bagaimana rencana pengobatan di rumah sakit
• Bagaimana kalau nanti pulang ke rumah
• Siapa yang akan merawat sementara di rumah
• Bagaimana keadaan pasien secara finansial?
• Siapa yang selama ini menemani di rumah?
• Bagaimana hubungan dengan orang-orang terdekat?
Diagnosis Keperawatan pasien Geriatri
Penggunaan SDKI (149 diagnosis) dalam asuhan kep Geriatri
Diagnosa Keperawatan Geriatri : fokus sindroma geriatri
Perencanaan
Penggunaan SLKI (137 Kep pasien
luaran) Geriatri
dalam asuhan
kep Geriatri
Luaran : fokus sindroma geriatri
Penggunaan SIKI (590
Intervensi Intervensi)
Kep dalam asuhan kep
pasien Geriatri
Geriatri
Intervensi : fokus mengurangi masalah pada psn
geriatri
Penggunaan SIKI (590
Intervensi Intervensi)
Kep dalam asuhan kep
pasien Geriatri
Geriatri
Intervensi : fokus mengurangi masalah pada psn
geriatri
Evaluasi Tindakan Kep pasien Geriatri
• Evaluasi dilaksanakan untuk menilai keberhasilan tindakan

• Evaluasi melihat proses dan hasil

• Untuk merekomendasikan rencana yang telah di lakukan:


 Di stop

 Modifikasi

 Di lanjutkan
Discharge Planning pasien Geriatri
• Perencanaan Pulang
1. Pasien tinggal dengan siapa
2. Dimana letak kamar mandi pasien di rumah
3. Bagaimana kondisi rumah pasien
4. Penerangan
5. Kamar tidur jauh dengan kamar mandi
6. WC / Kloset
7. Bagaimana pemenuhan kebutuhan dasar pasien
8. Apakah pasien memerlukan perawatan lanjutan / alat bantu khusus
9. Apakah ada diet/makanan yang diprogramkan
10. Apakah perlu dirujuk ke komunitas lain

Data diatas akan menjadi dasar pertimbangan saat pemulangan pasien


PEMANTAUAN DAN EVALUASI /
INDIKATOR MUTU LAYANAN GERIATRI DI RS
5 indikator yang di ukur
1. Lama rawat
2. Status fungsional
3. Kualitas hidup
4. Rawat inap ulang (rehospitalisasi)
5. Kepuasan pasien
1. Lama rawat inap
• Lama rawat pasien geriatri di ruang rawat inap akut tergantung dari kemampuan TTG

serta dukungan sarana dan prasarana.

• Makin terampil dan lengkap, lama rawat akan semakin singkat.

• Rata-rata lama rawat pasien geriatri yang masuk karena mengalami geriatric giants

dan dirawat inap dengan menerapkan pengkajian paripurna pasien geriatri adalah 12

hari.

• Lama rawat inap yang panjang membuktikan rendahnya mutu pelayanan


2. Status fungsional
• Instrumen ADL Barthel.

• Status fungsional pasien diukur sejak pasien masuk

rumah sakit sampai saat pemulangan.

• Diukur rata-rata kenaikan skor status fungsional


3. Kualitas hidup
• Penilaian kualitas hidup harus menggunakan instrumen yang
mampu menilai kualitas hidup terkait kesehatan (health
related quality of life = HRQoL).

• Salah satu instrumen yang sering digunakan adalah EQ5D


(Euro-Quality of Life Five Dimension) yang mengukur lima
dimensi atau aspek yang memengaruhi kesehatan.

• Standar nilai EQ5D ≥ 0,71 dengan EQ5D-VAS minimal 79%.


4. Rawat inap ulang (rehospitalisasi)
• Rehospitalisasi :perawatan kembali setelah pulang dari RS

• Perawatan yang terjadi kembali dalam 30 hari pertama pasca rawat menggambarkan
adanya permasalahan kesehatan yang sesungguhnya belum optimal ditatalaksana di
rumah sakit.

• Persentase maksimal rehospitalisasi pasien geriatri pascarawat inap akut adalah 15%.

• Rehospitalisasi ini dapat dipengaruhi oleh kesiapan tim terpadu geriatri serta dukungan
yang ada di rumah sakit.

• Rehospitalisasi juga tak terlepas dari pengaruh kemampuan puskesmas dan community
based geriatric service.
5. Kepuasan pasien
• Kepuasan pasien diukur saat pasien pulang dengan instrumen yang secara sahih

dapat mengukur kepuasan pasien.

• Salah satu instrumen yang sering digunakan adalah Patients’s Satisfaction

Questionair (PSQ) yang telah diuji kesahihan (Spearman correlation coefficient:

0,383 – 0,607 ; p < 0,01) dan keandalannya (Cronbach’s alpha: 0,684).

• Instrumen ini memiliki nilai standar minimal 190.


Kesimpulan
• Pelayanan geriatri di RS mengacu pada PMK 79 / 2014

• Pelayanan pasien geriatri di rumah sakit dilakukan secara komprehensif


oleh PPA dengan prinsip kerja secara interdisiplin

• Perawat harus mampu melakukan pengkajian spesifik pada usia lanjut, shg
bisa memberikan asuhan sesuai masalah yang ada
Matur Nuwun
DIAGNOSIS
KEPERAWATAN GERONTIK
PROSES DIAGNOSTIK
(DIAGNOSTIC PROCESS)

1 nalisis Data
A
• Bandingkan data dengan nilai normal
• Kelompokkan data

2 Identifikasi • Masalah Aktual, Risiko, Promkes


Masalah

3 Perumusan • Three part (Aktual)


Diagnosis • Two part (Risiko dan Promkes)

Diadaptasi dari:
Standar Praktik Keperawatan Indonesia (PPNI, 2005); Ackley, Ladwig & Makic (2017);
Berman, Snyder & Frandsen (2015); Potter & Perry (2013)
KATEGORI DIAGNOSIS KEPERAWATAN GERONTIK

Tanda/Gejala
Aktual Mayor dan Minor
Negatif
Diagnosis Risiko Faktor Risiko
Keperawatan
Promosi Tanda/Gejala
Positif
Kesehatan Mayor dan Minor

Diadaptasi dari:
Standar Praktik Keperawatan Indonesia (PPNI, 2005); International Classification of
Nursing Practice – Diagnosis Classification (ICNP, 2015)
Komponen Disgnosis Keperawatan
INDIKATOR DIAGNOSTIK

Fokus Diagnosis

Gangguan Pertukaran Gas


Penurunan Curah Jantung
Intoleransi Aktivitas
Defisit Pengetahuan

Deskriptor

Contoh Deskriptor dan Fokus Diagnostik pada Diagnosis Keperawatan


Komponen Disgnosis Keperawatan
INDIKATOR DIAGNOSTIK
Tanda dan Gejala

Ditemukan sebanyak

Mayor 80-100% untuk


validasi diagnosis

• Tidak harus ditemukan


• Jika ditemukan dapat
Minor mendukung penegakan
diagnosis
Komponen Diagnosis Keperawatan
INDIKATOR DIAGNOSTIK
Pada diagnosis aktual
dan promkes

Pada diagnosis risiko


Pada diagnosis aktual
Tanda/Gejala
(Sign/Symptom)
Penyebab Faktor Risiko
(Etiology) (Risk Factor)

1) Bio-fisio-psikologis
2) Efek terapi/Tindakan
3) Situasional Indikator
4) Maturasional Diagnostik
Perumusan Diagnosis Keperawatan
Penulisan Three Part
• Diagnosis Aktual
Masalah berhubungan dengan Penyebab
dibuktikan dengan Tanda/Gejala

Penulisan Two Part


• Diagnosis Risiko
Masalah dibuktikan dengan Faktor Risiko

• Diagnosis Promosi Kesehatan


Masalah dibuktikan dengan Tanda/Gejala
Diagnosis Keperawatan Gerontik
◦ Diagnosis keperawatan adalah “ Clinical Judgment” yang
berfokus pada respon manusia terhadap kondisi kesehatan
atau proses kehidupan atau kerentanan (vulnerability) baik
pada individu, keluarga, kelompok atau komunitas.
◦ Diagnosis keperawatan gerontik adalah keputusan
klinis yang berfokus pada respon lansia terhadap
kondisi kesehatan atau kerentanan tubuhnya baik
lansia sebagai individu, lansia di keluarga maupun
lansia dalam kelompoknya.
Diagnosis keperawatan aktual

• Diagnosis berfokus pada masalah (diagnosis aktual)


adalah clinical judgment yang menggambarkan respon
yang tidak diinginkan klien terhadap kondisi kesehatan
atau proses kehidupan baik pada Lansia.
• Hal ini didukung oleh batasan karakteristik kelompok data
yang saling berhubungan.
contoh

• Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh,


• gangguan pola nafas,
• gangguan pola tidur,
• disfungsi proses keluarga,
• ketidakefektifan manajemen regimen terapeutik keluarga.
Diagnosis keperawatan Risiko

 Diagnosis keperawatan risiko adalah clinical


judgment yang menggambarkan kerentanan
lansia sebagai individu, keluarga, kelompok dan
komunitas yang memungkinkan berkembangnya
suatu respon yang tidak diinginkan klien
terhadap kondisi kesehatan/proses
kehidupannya.
 Setiap label dari diagnosis risiko diawali dengan
frase: “risiko”.
contoh

 Risiko kekurangan volume cairan


 Risiko terjadinya infeksi
 Risiko intoleran aktifitas
 Risiko ketidakmampuan menjadi orang tua
 Risiko distress spiritual
Diagnosis keperawatan
promosi kesehatan

 Diagnosis keperawatan Promkes adalah Clinical


judgement yang menggambarkan motivasi dan
keinginan untuk meningkatkan kesejahteraan dan
untuk mengaktualisasikan potensi kesehatan pada
individu, keluarga, kelompok atau komunitas. Respon
dinyatakan dengan kesiapan meningkatkan perilaku
kesehatan yang spesifik dan dapat digunakan pada
seluruh status kesehatan. Setiap label diagnosis promosi
kesehatan diawali dengan frase: “Kesiapan
meningkatkan”……
Contoh

 Kesiapan meningkatkan nutrisi


 Kesiapan meningkatkan komunikasi
 Kesiapan untuk meningkatkan kemampuan
pembuatan keputusan
 Kesiapan meningkatkan pengetahuan
 Kesiapan meningkatkan religiusitas
TUGAS
• Identifikasi Diagnosis Keperawatan yang mungkin timbul pada LANSIA
berdasar kategori dan pada kasus apa hal itu mungkin terjadi:
• Fisiologis
• Psikologis
• Perilaku
• Relasional
• Lingkungan
No Kategori Diagnosis: Aktual DM Hip Ast Jiwa nut gout
/Resiko/promosi ma risi
1 Fisiologis
2 Psikologis
3 Perilaku
4 Relasional
5 Lingkungan
DIAGNOSA KEPERAWATAN

YG MUNGKIN MUNCUL TERKAIT


ASPEK FISIK/ BIOLOGIS

• Defisit Nutrisi
• Resiko disfungsi Neurovaskuler Perifer
• Konfusi: akut /kronis
• Gangguan Memori
• Gangguan eleminasi urin
• Resiko jatuh
DIAGNOSA KEPERAWATAN
YG MUNGKIN MUNCUL TERKAIT
ASPEK FISIK/ BIOLOGIS

• Gangguan pola tidur b.d. kecemasan, nyeri


• Pola nafas tidak efektif b.d. penyempitan jalan nafas,
akumulasi sekret pada jalan nafas
• Gangguan mobilitas fisik b.d. kelemahan otot sendi
DIAGNOSA KEPERAWATAN
YG MUNGKIN MUNCUL TERKAIT
ASPEK PSIKOSOSIAL

• Isolasi sosial b.d. perasaan curiga


• Menarik diri dari lingkungan b.d. perasaan tidak
mampu
• Harga diri rendah b.d. persaan ditolak
• Coping tidak efektif b.d. ketidakmampuan
mengemukakan persaan scr tepat
• Cemas b.d. sumber keuangan yg terbatas
DIAGNOSA KEPERAWATAN
YG MUNGKIN MUNCUL TERKAIT
ASPEK SPIRITUAL

• Berduka b.d. ditinggal pasangan


• Distres spiritual
• Penyangkalan tidak efektif b.d. ketidaksiapan
menghadapi kematian
• Gangguan persepsi sensori
Semoga bermanfaat

WASS. WR. WB
PENGKAJIAN
KEPERAWATAN
GERONTK Tri Prabowo,S.Kp.
LATAR BELAKANG

Kegiatan asuhan keperawatan pada lansia dimaksudkan


untuk memberikan bantuan, bimbingan,
pengawasan,perlindungan dan pertolongan kpd lansia scr
individu maupun kelompok spt di rumah/keluarga,
masyarakat,Panti Werda maupun di Puskesmas dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan
" Bahagia dimasa tua "
TUJUAN ASUHAN
KEPERAWATAN

1. Agar lanjut usia dpt melakukan kegiatan scr mandiri,


shg memiliki ketenangan hidup dan produktif sampai
akhir hidup
2. Mempertahankan kesehatan serta kemampuan lansia dg
jalan perawatan & pencegahan
3. Membantu mempertahankan serta membesarkan daya
hidup atau semangat hidup lansia (life support)
TUJUAN ASUHAN KEPERAWATAN

4. Menolong & merawat klien lansia yg menderita penyakit


atau mengalami gangguan ttt (kronis maupun akut)
5. Merangsang para petugas kesehatan untuk dpt mengenal
& menegakkan diagnosa yg tepat & dini, bila mereka
menjumpai suatu kelainan ttt.
6. Mencari upaya semaksimal mungkin, agar para klien lansia
yg menderita suatu penyakit/gangguan, masih dpt
mempertahankan kebebasan yg optimal tanpa perlu suatu
pertolongan ( memelihara kemandirian scr optimal)
FOKUS
ASUHAN KEPERAWATAN
• PENINGKATAN KESEHATAN ( HEALTH
PROMOTION)
• PENCEGAHAN PENYAKIT
(PREVENTIF)
• MENGOPTIMALKAN FUNGSI MENTAL
• MENGATASI GANGGUAN KESEHATAN
YG UMUM
PENDEKATAN PERAWATAN LANSIA:
PENDEKATAN FISIK
Perawatan yg
memperhatikan kesehatan
obyektif, kebutuhan, kejadian
yg dialami lansia, perubahan
fisik pada organ tubuh,
tingkat kesehatan yg msih
dicapai dan dikembangkan
penyakit yg dpt dicegah atau
ditekan progresivitasnya
PENDEKATAN PERAWATAN LANSIA

⚫ PENDEKATAN PSIKIS : pendekatan


edukatif (supporter, interpreter),
menciptakan suasana aman & cinta kasih,
sabar & mendukung mental lansia.
⚫ PENDEKATAN SOSIAL : dg berdiskusi,
tukar pikiran & bercerita, memberi
kesempatan untuk berkumpul bersama
(mengadakan komunikasi dan rekreasi)
PENDEKATAN PERAWATAN LANSIA

◼ PENDEKATAN SPIRITUAL:
Memberikan ketenangan, & kepuasan batin dlm
hubungannya dg Tuhan, terutama bila dlm
keadaan sakit atau mendekati kematian
TAHAP PENGKAJIAN

Pengkajian keperawatan pada lansia adalah suatu tindakan peninjauan situasi


lansia untuk memperoleh data dengan maksud menegaskan situasi penyakit,
diagnosis masalah, penetapan kekuatan dan kebutuhan promosi kesehatan
lansia.
Data yang dikumpulkan mencakup data subyektif dan data obyektif meliputi
data bio, psiko, sosial, dan spiritual, data yang berhubungan dengan masalah
lansia serta data tentang faktor-faktor yang mempengaruhi atau yang
berhubungan dengan masalah kesehatan lansia seperti data tentang keluarga
dan lingkungan yang ada.
Metode Pengumpulan Data:
•Observasi
•Wawancara
•Pemeriksaan fisik
•Studi dokumen
Jenis Data:
•Data Objektif : diperoleh dengan
pengukuran, pemeriksaan
•Data Subjektif : diperoleh dari
keluhan, ungkapan
Pertimbangan dalam pengkajian
pasien
•Kondisi pasien
•Usia
Kebutuhan kesehatan
•Permintaan pasien
PERTIMBANGAN KHUSUS YG
MEMPENGARUHI PENGKAJIAN

 Hubungan timbal balik antara aspek fisik & psikologis


lansia
 Sifat penyakit & ketidakmampuan, serta efek pada status
fungsional
 Penurunan efisiensi Mekanisme Homeostatik
 Kekurangan standar untuk norma sehat & sakit
 Perubahan presentasi & respon pada penyakit khusus
 Kerusakan koqnitif
14 KELUHAN UMUM DI BAGIAN PENYAKIT DALAM
(NYERI DADA, KELEMAHAN, DIZZINES, SAKIT KEPALA, EDEMA,
NYERI PINGGANG BAWAH, SESAK NAPAS, INSOMNIA, NYERI
PERUT, NUMBNESS, IMPOTENSI, PENURUNAN BB,
BATUK, KONSTIPASI)

16% yang dapat ditentukan latar belakangnya


dengan pasti
(Adelman , A.M. , 2001)
KELUHAN YANG HARUS DIPERHATIKAN

1. Sindroma Geriatrik
- Imobilitas - Isolasi (depresi)
- Instabilitas - Malnutrisi
- Inkontinen - Kemiskinan (Impectunity)
- Kelemahan intelektual - Iatrogenesis
- Infeksi - Insomnia
- Kelemahan penglihatan & pendengaran - Penurunan imunitas
- Iritabel kolon - Impotensi

Kane et al (1994) : Essentials of Clinical Geriatrics


2. Keluhan atau tanda kedaruratan pada usia lanjut

- Nyeri dada

- Sinkop

- Perdarahan saluran cerna

- Infeksi

- Gangguan termoregulasi (hipertermia & hipotermia)

(Merli & Weitz, 1990) → The Merck Manual of Geriatrics


3. Keluhan yang sering pada usia lanjut

- Sindroma nyeri (Pain Syndrome)


- Sesak napas (dyspnea)
- Kelelahan (Fatigue)
- Mulut kering (Dry mouth)
- Disfagia
- Nafsu makan dan BB
- Nausea
- Konstipasi

(Chang, 2003 : Up to Date in Symptom assessment at the end of life


4. Keluhan psiko – sosio – spiritual pada usia lanjut

- Makna kondisi sakit (illness) yang sedang diderita

- Ketergantungan (dependency)

- Kondisi putus – asa / Tiada harapan

- Ketakutan atau ketidak pastian terhadap masa depan

- Rasa kasihan yang berlebih terhadap anggota keluarga yang

dicintai

- Tingkat spiritual

(Rosenblatt & Block, 2003)


PENDEKATAN TERHADAP KELUHAN
PADA USIA LANJUT

PRINSIP – PRINSIP GERIATRICS

- SETTING LIMITS
- KUALITAS HIDUP LEBIH PENTING
- CONTINUUM OF CARE
- REHABILITASI (pembelajaran. alat
bantu, manipulasi lingkungan)
Risk Factors Degenerative disease

Blood Pressure Heart disease


Tobacco Stroke
Dyslipidemia Hypertension
Improper food Dementia
Glucose CORE Diabetes Melitus
Personality / stress Canser
Physical inactivity Osteoporosis
Alcohol Liver disease
Environment Renal Failure
Oral Hygiene disease Respiratory

Faktor risiko dan Penyakit degeneratif (FR harus dihindari / dihilangkan sedini mungkin
supaya lebih berhasil)
Sumber : Boedhi – Darmojo, Orasi, 6 Januari 2001, sidang Konsorsium Ilmu Kesehatan
(KDKI) 2000
FAKTOR INTRINSIK FAKTOR EKSTRINSIK

Kondisi fisik & Obat – obatan


neuropsikiatrik yang diminum

Gangguan Pemakaian alat


penglihatan ROBOH bantu jalan
dan pendengaran tidak tepat

Perubahan fungsi
neuromuskuler, Lingkungan
berbahaya
gaya jalan,
reflek postural
PENGKAJIAN
Tehnik yg digunakan u/ mendptkan data scr
sistematik :

➢ Gunakan tehnik interview yg tepat


➢ Menggunakan bhs yg bisa dipahami
➢ Jaga keseimbangan pertanyaan : terbuka-tertutup
➢ Biarkan klien bercerita jgn diinterupsi.
➢ Mengikuti sesuatu yg ditawarkan klien.
➢ Catat data yg didptkan slm interview
➢ Observasi nonverbal.
➢ Berikan privacy
➢ Hindari proyeksi perasaan kpd org lain
➢ Memberikan pertanyaan ttg sikap emosional klien
➢ Hindari pertanyaan yg sdh memaparkan jawabannya
PENGKAJIAN

• Data Biografi:
– Identifikasi:
Nama, umur, tgl lahir, sex, suku.
– Identifikasi pemberi informasi:
klien, keluarga, teman.
• Keluhan Utama
– Alasan utama klien minta pertolongan kesehatan
– Tulis masalah yg disampaikan oleh klien.
PENGKAJIAN : Riwayat Penyakit sekarang

Kejadiannya: kapan.
Keadaan serangan: akut atau sedikit demi sedikit
Lokasi: setempat atau menjalar
Kualitas: tajam, tumpul
Intensitas : seberapa kekuatannya
Severity: seberapa ketidakmampuan
cara mengatasinya dari gejala yg muncul
Faktor pencetus: aktivitas, makan dll
PENGKAJIAN : Riwayat Penyakit dahulu

– Alergi: gambaran gejala, & penyebabnya


– Adakah penyakit masa lalu
– Kecelakaan / perlukaan
– Penyakit yg pernah diderita
– Hospitalisasi: Kapan, dimana, tindakan
– Pernah mengunakan obat : tipe, jumlah,
lamanya dan frekuensinya dan bgmn
mendapatkannya.
– Tranfusi
PENGKAJIAN : Riwayat Penyakit Keluarga

–Keluarga : sehat or sakit; meninggal krn


apa & umurnya berapa
–Penyakit keluarga:
DM, Jantung/hipertensi, TBC, , ginjal,
artritis, cancer, alergi, gout
Pengkajian: aspek fisik
– Pemeriksaan tanda vital: BB,TD,Nadi, Pernafasan,suhu
– Keadaaan umum:
⚫ Lesu,lemah
⚫ anoreksia,
perubahan BB
⚫ Demam,menggigil, keringat malam hari
– Kulit: kemerahan, gatal, terbakar, perubahan warna (sianosis,kuning)
perubahan bentuk kuku, rambut rontok/meningkat.
– Anemis
– Pola tidur
Pengkajian: aspek fisik

– Telinga: nyeri, pendengaran menurun, vertigo


– Pengelihatan: kacamata, nyeri, diplopia, scotoma
(flashingspots), ketajaman
– Hidung/Sinus: nyeri, berdarah, alergi rhinitis, ingus/darah
– Mulut : Gigi, gusi, gigi palsu, stomatitis, mulut kering,
serak/parau
– Dada: paru-paru, nyeri,
– Pernapasan: batuk, sputum, pola napas
Pengkajian: aspek fisik

– Kardiovaskular: nyeri, sesak napas, edema,


palpitasi,murmur,
– Gastrointestinal: kesulitan makan, mual,
muntah, Intoleransi terhadap makanan, nafsu
makan,dyspepsia (rasa sebah), nyeri, perub pola
BAB, wasir,riwayat penggunaan obat pencahar/
antasid, kuning
Pengkajian: aspek fisik
– Perkemihan: dysuria,warna urine, nocturia,
inkontinensia (beser), batu,nyeri panggul
– Muskuloskeletal: sendi nyeri/ bengkak/kaku,
nyeri tulang, lemah, masalah tulang belakang
– Persyarafan: Headache, perub perilaku/
personality, masalah koordinasi, kelemahan
motorik, tremor, susah duduk/berdiri, kejang sesaat,
sensory
Pengkajian: aspek fisik
– Endokrin: Intoletransi terhadap panas/dingin, polyphagia,
polidipsi,weakness
– Genetalia Pria: Lesi, Discharge, testis nyeri/bengkak,
Impotensi, Libido
– Genetalia wanita: menstruasi, riw. Kehamilan, KB,
penyakit kelamin, discharge, itching, nyeri, menopause: age
gejala, pap smear,infertil, pola hub sexual, problem sexual
intercourse
Pengkajian: Kemampuan Fungsional

• ADLs: mandi, berpakaian/kerapian, toilet, makan,


ambulasi/transfer, kontinen (Katz Indeks)
• Instrumental aktivitas: mengendarai mobil,motor, sepeda,
kendaraan umum, telephone, persiapan makan dll
• faktor lingkungan yg mengancam: transportasi, fasilitas di
rumah, tempat tidur, lantai dll.
Pengkajian : Aspek Psikososial

Apakah mengenal masalah masalah utamanya


Bagaimana sikapnya thd proses penuaan
Apakah dirinya masih mersa dibutuhkan atau tidak
Apakah optimis memandang suatu kehidupan
Bagaimana mengatasi stress yg dialami
Apakah mudah dlm menyesuaikan diri
Apakah sering merasa mengalami kegagalan
Apa harapan pada saat ini dan yg akan datang
Kaji fungsi koqnitif : daya ingat, proses pikir, alam
perasaan, orientasi , kemampuan dlm penyelesaian
masalah (SPMSQ: Short Mental Status Questionnaire)
PENGKAJIAN : ASPEK SOSIAL EKONOMI
 Darimana sumber keuangan lansia
 Apa saja kesibukan untuk mengisi waktu luang
 Apakah dpt menyalurkan hobi/keinginannya dg fasilitas yg ada
 Dengan siapa ia tinggal
 Kegiatan organisasi yg diikuti
 Bgmn pandangan lansia thd lingkungannya
 Siapa saja yg biasa mengunjungi
 Seberapa sering lansia berhub dg orang lain di luar rumah
 Seberapa besar ketergantungannya
Fungsi Sosial→APGAR KELUARGA: Adaptasi, hubungan,pertumbuhan, afeksi,
pemecahan
Pengkajian : Aspek Spiritual

Apakah scr teratur melakukan ibadah sesuai dg


keyakinan agamanya
Apakah scr teratur mengikuti atau terlibat aktif
dlm kegiatan keagamaan, spt pengajian dll.
Bgmn cara lansia menyelesaikan msl apakah dg
berdoa
Apakah lansia terlihat sabar dan tawakal
FORMAT

PENGKAJIAN
ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA
PATOFISIOLOGI PADA
LANJUT USIA

Oleh
Tri Prabowo
TEORI BIOLOGIS PENUAAN:
TEORI GENETIK

Mutasi Somatik (jam biologis/bata usia)


mengakibatkan kegagalan/kesalahan
Penggandaan DNA (Desoxyribo Nucleic Acid)
TEORI BIOLOGIS PENUAAN:
TEORI NON GENETIK
Radikal bebas: Radikal bebas (Rokok,Asap, Zat
pengawet makanan, radiasi) menyebabkan perubahan
pigmen & kolagen pada proses penuaan
Cross-link Theory: Molekul kolagen & zat kimia
menubah fungsi jaringan, shg jaringan kaku
TEORI BIOLOGIS PENUAAN:
TEORI NON GENETIK
Teori kekebalan: Perubahan jaringan limfoid
menyebabkan tak ada keseimbangan dalam sel T shg
produksi antibodi & kekebalan menurun
Teori Fisiologis→ intrinsik & ekstrinsik; teori oksidasi
stress & teori dipakai aus
KEGIATAN GEN PADA PROSES
PENUAAN
MENGONTROL PERKEMBANGAN
ORGANISME
PEMELIHARAAN STRUKTUR SERTA
FUNGSI ORGANISMA YG TELAH
DEWASA

MEMPENGARUHI
PROLIFERASI SEL
GEN PERPERAN DLM
PEMBENTUKAN BERBAGAI
ENZYM
Enzym DNA Polymerase: Penggandaan DNA &
perbaikan DNA yg rusak
Enzym Proteolitik: menemukan & memperbaiki sel yg
mengalami degradasi protein
Menghambat Proses Methylasi DNA yg mencegah
kerusakan sel lanjut usia
PENGARUH RADIKAL BEBAS
PADA PENUAAN
Radikal bebas: molekul, fragmen molekul atau atom
dg elektron bebas tak berpasangan
Radikal bebas akibat polusi, radiasi, pestisida, zat
pengawet & kerusakan sel mati (pada hepatitis &
kanker)
Radikal bebas sangat aktif:
Mudah terikat dg molekul→ fungsi molekul berubah
Terikat pada DNA & RNA → terbentuk protein yg
abnormal & timbulkan gangguan gangguan fungsi sel :
- timbul penyakit
- degenerasi sel
- mempercepat proses penuaan
Perubahan fungsi
kekebalan pada lansia
Sel B (pembentuk Immunoglobulin) → sistem kekebalan
Humoral, contoh :
IgM : membantu phagositosis,
IgG : membuhun bakteri, virus
Sel T (mengendalikan reaksi kekebalan tubuh) → sistem
kekebalan cel, contoh : monocyte, makrophag: membunuh
antigen
Sel NK (natural Killer) : menghancurkan sel tumor &
mematikan kuman
Perubahan fungsi kekebalan
pada lansia:
Penurunan kelenjar thymus
Produksi produksi & reaksi thd IL-2 (T Cell Growth Factor,
TCGF) terbukti in vitro
Penurunan proliferasi sel
Menurunnya T cell dg CD8 antigen (Cytotoxic/ Suppressor
Cell
Sensitivitas thd Prostalglandin E2
Sintesa Anti-idiotype antibodies
Perubahan fungsi kekebalan
pada lansia:
Penurunan tingkat reaksi antobodi
Peningkatan autoimmune antibodies
Peningkatan serum monoclonal immunoprotein
Fungsi sel NK tak berubah
Limfosit B tak berubah
Hipersensitifitas hilang
Tak ada perubahan limfosit di darah tepi
PERUBAHAN SEL DLM
PROSES PENUAAN
Adanya perubahan genetik yg
mengakibatkan terganggunya metabolisme
protein
Gangguan metabolisme nuclic acid & DNA
Terjadinya ikatan DNA dg protein stabil yg
mengakibatkan gangguan genetik
Gangguan kegiatan enzym & sistem
pembuatan enzym
Menurunnya proporsi protein di otak, otot,
ginjal, darah, hati
Terjadinya pengurangan parenchym
Penambahan lipofusin
PERUBAHAN SEL OTAK &
SARAF DLM PROSES PENUAAN
Jumlah sel menurun, & fungsi digantikan sel yg
tersisa
Terganggunya mekanisme perbaikan sel
Kontrol nukleus sel thd cytoplasma menurun
Terjadi perubahan jumlah & struktur
mitochondria
Degenerasi lysosom yg mengakibatkan
hidrolisa sel
Berkurangnya butir Nissl
Terjadi pengumpulan kromatin
Terjadi penambahan pikmen lipofuscin
Terjadi vakuolisasi protoplasma
PERUBAHAN DI OTAK LANJUT
USIA
Otak menjadi atrofis, beratnya berkurang 5 – 10 %,
ukurannya mengecil (terutama parasagital, frontal &
parietal)
Jumlah neuron berkurang (tak dpt diganti). Terjadi juga
penyusutan sel pyramidal cortex cerebral &
pengurangan sel non pyramidal
PERUBAHAN DI OTAK
LANJUT USIA

Terjadi Pengurangan Neurotransmitter:


- sel pyramidal: asam amino, asam
glutamik, asam aspartik
- sel non pyramidal: Gamma Amino
Butyric Acid (GABA), neuropeptides,
somatostatin
- Lain lain: Monoamines, Dopamine,
Noradrenalin, Serotonin
PERUBAHAN JARINGAN LANJUT
USIA

Terjadi penurunan cytoplasma protein


Peningkatan metaplasmic protein spt
kolagen & elastin
PERUBAHAN FUNGSI PARU
LANJUT USIA
Abnormalitas pernafasan dan tanda serta gejala pernafasan
paling sering terjadi pada populasi lansia karena adanya
perubahan perubahan struktural dan fungsional multilpe pada
toraks dan paru paru
Perubahan sistem neuromuskular & kardiovaskuler sangat
berdampak pada fungsi pungsi paru
ANATOMI &
FISIOLOGI PARU

❖ Toraks, kerangka agak kaku Paru paru adl organ besar,


yg mengitari jantung & paru, spt spon, sepasang organ
terkonstruksi dari tulang, simetris yg memenuhi
kartilago & otot rongga torakal
❖ Bagian tulang terdiri dari 12
tulang vertebra torakal & Paru kanan mempunyai 3
sternum lobus & kiri 2 lobus
ANATOMI & FISIOLOGI PARU

Udara mencapai & meninggalkan paru


melalui percabangan trakeobronkial yg
terdiri dari: trakea, bronkus utama kiri&
kanan, bronkiolus dan alveoli
Trakea terbagi 2 cabang: bronki kanan
& kiri
Bronkus terbagi lagi sampai menjadi
alveoli mikroskopik (paru dewasa
mengandung 300 juta alveoli)
ANATOMI & FISIOLOGI PARU
Tujuan pernafasan adalah pertukaran O2 &
CO2 antara lingkungan eksternal & darah.
Pengaturan siklus pernafasan sangat
kompleks. Irama pernafasan dikontrol oleh
neuron neuron dlm bentukan retikuler pada
medula oblongata
Pencetusan neuron neuron tertentu yg
menimbulkan inspirasi, sebaliknya neuron
neuron lainnya menimbulkan ekspirasi
Paru mengandung bermacam tipe reseptor
yg mempengaruhi pusat pengontrol
pernafasan batang otak melalui serat sensori
pada nervus vagus
Efek ketuaan pada
paru paru
Proses penuaan menyebabkan beberapa perubahan
struktural & fungsional baik pada toraks dan paru paru
Alveoli menjadi kurang elastis dan lebih berserabut dan berisi
kapiler yg kurang berfungsi, shg kapasitas penggunaan
menurun krn kapasitas difusi paru paru untuk oksigen tidak
dpt memenuhi permintaan tubuh
Efek ketuaan pada
paru paru
Berkurangnya daya pegas paru paru, scr normal menahan
toraks sedikit pada posisi terkontraksi, disertai dg penurunan
kekuatan otot rangka pada toraks & diafragma mengakibatkan
karakteristik barrel chest
Dekalsifikasi iga & peningkatan kalsifikasi dari kartilago juga
terjadi, krn dinding toraks lebih kaku & otot pernafasan lebih
lemah, kemampuan untuk batuk secara efektif menurun
Efek ketuaan pada
paru paru
Kifosis, suatu peningkatan pada lengkung vertebral
torakal, disertai dg penurunan lengkung lumbal, sering
disertai dg peningkatan diameter AP
Membran mukosa lebih kering menghalangi
pembuangan sekresi dan menciptakan resiko lebih
besar thd infeksi pernafasan
Faktor yg mempengaruhi
fungsi paru pada lansia

1. MEROKOK
➢ Menurunkan FEV (forced expiration volume) &
kapasitas vital paru
➢ Menurunkan produksi mukosa pada sel rambut
➢ Menyebabkan bronkokonstriksi
➢ Resiko kanker paru
Faktor yg mempengaruhi
fungsi paru pada lansia

2. KEGEMUKAN
Menurunkan volume paru
Paru & dinding dada: complience
Menurunkan ventilasi paru bagian bawah
3. IMMOBILITAS
✓ Predisposisi : aliran jalan nafas tertutup &
atalektasis
Faktor yg mempengaruhi
fungsi paru pada lansia
4. PEMBEDAHAN
RR & tidal volume menurun, terjadi
hipoventilasi, dpt terjadi hipoksia & peningkatan
PCO2
Hipoksemia terjadi juga krn terhambatnya
sekresi & atelektasis
PERUBAHAN SISTEM
KARDIOVASKULER

1. Elastisitas dinding aorta menurun


2. Katup jantung menebal dan menjadi
kaku
3. Kemampuan jantung untuk memompa
menurun 1% setiap tahun sesudah
berumut 20 tahun, hal ini menyebabkan
menurunnya kontraksi dan volumenya.
PERUBAHAN SISTEM
KARDIOVASKULER

4. Kehilangan elatisitas pembuluh darah; kurang efektifitas


pembuluh darah perifer untuk oksigenisasi, perubahan
posisi dari tidur ke duduk (duduk ke berdiri) bisa
menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg
(menyebabkan pusing mendadak)
5. Tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya
resistensi dari pembuluh darah perifer; sistolis normal 170
mmHg, diastolis normal 90 mmHg.
Perubahan Sistem Reproduksi
Menciutnya ovari dan uterus
Atrofi payudara
Pada laku-laki testis masih dapat memproduksi
spermatosoa, meskipun adanya penurunan secara
beransur-ansur
Dorongan seksual menetap sampai usia diatas 70 tahun
(asal kondisi keksehatan baik), yaitu;
⚫ Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut usia
⚫ Hubungan seksual secara teratur membantu mempertahankan
kemampuan seksual
⚫ Tidak perlu cemas karena merupakan perubahan alami
Selaput lendir vagina menurun, permukaan menjadi halus,
sekresi menjadi berkurang, reaksi sifatnya menjadi alkali,
dan terjadi perubahan-perubahan warna.
INDERA PENGLIHATAN
Ukuran pupil menurun & kecepatan pengaturan untuk
berubah thd cahaya, dg penurunan jumlah cahaya melalui
pupil
Penurunan efisiensi otot silia, penurunan akomodasi,
terutama terang ke gelap.
Terjadi penurunan refraksi lensa, penurunan akomodasi dari
jarak dekat ke jauh, penurunan pandangan thd warna,
penurunan jml cahaya melalui lensa, peningkatan berat,
densitas & kekauan lensa, bersamaan dg lensa menjadi
kuning, memburuknya reseptor retina
INDERA PENGLIHATAN
Terjadi perubahan fungsi, yaitu
penurunan ketajaman penglihatan,
penurunan pandangan perifer,
penurunan penglihatan thd warna,
peningkatan waktu adaptasi thd cahaya
, peningkatan pembentukan katarak
INDERA PENDENGARAN
Kemunduran sel pendukung & suplai vaskuler pada kokhlea,
atropi & peningkatan kekakuan.
Penurunan persepsi thd suara frekuensi tinggi, peningkatan
kemunduran sel rambut, penurunan jumlah neuron yg
berfungsi, penebalan kekakuan membran timpani shg
transmisi terganggu
INDERA PENDENGARAN
Kelenjar serumen atropi, shg serumen menjadi lebih
kering
Perubahan fungsi pendengaran meliputi penurunan
pemahaman, penurunan integrasi, peningkatan
kelelahan, penurunan kemampuan mendengar suara
tinggi
INDERA
PENCIUMAN
Perubahan fisiologis pad indera perasa
mencakupperubahan pada lidah, penurunan jumlah
taste bud yg berfungsi, penurunan jumlah saliva,
penurunan input neural ke otak, penurunan
kemampuan membedakan rasa yg mirip, penurunan
nafsu makan.
INDERA PENCIUMAN
Perubahan pada penciuman meliputi penurunan
ketajaman penciuman pada usia 65 – 80 tahun, dan
jumlah neuron olfaktorius setelah usia 20 tahun ( 1%
pertahun)
PERUBAHAN SISTEM
GASTROINTESTINAL

1. Kehilangan gigi; penyebab utama adalah


Periodental disease yang bisa terjadi setelah
umur 30 tahun, penyebab lain meliputi
kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang
buruk.
2. Indera pengecap menurun; adanya iritasi yang
kronis, dari selaput lendir, atropi indera
pengecap (80%), hilangnya sensitifitas dari
saraf pengecap di lidah terutama rasa tentang
rasa asin, asam, dan pahit.
3. Eofagus melebar
PERUBAHAN SISTEM
GASTROINTESTINAL

4. Lambung, rasa lapar menurun (sensitifitas lapar menurun),


asam labung menurun, waktu mengosongkan menurun.
5. Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi
6. Fungsi absobsi melemah (daya absobsi terganggu)
7. Liver (hati) makin mengecil dan menurunnya tempat
penyimpanan, berkurangnya aliran darah.
Perubahan Sistem Genito
Urinaria
Ginjal, merupaan alat untuk mengeluarkan sisa
metabolisme tubuh, melalui urine darah yang masuk ke
ginjal, disaring oleh satuan unit terkecil dari ginjal yang
disebut nefron (tepatnya di glumerulus, kemudia mengecil
dan nefron menjadi atrofi. Aliran darah ke ginjal menurun
sampai 50%. Fungsi tubulus berkurang akibatnya; kurang
kemapuan mengkonsentrasi urine, berat jenis urine
menurun, proten uria.
Vesika urinaria (kandung kemih); otot-ototnya menjadi
lemah, kapasitasnya menurun sampai 200ml atau
menyebabkan frekuensi buang air kecil meningkat. Vesika
urinari susah dikosongkan sehingga meningkatkan retensi
urine.
Pembesaran prostat kurang lebih 75% dialami oleh pria
usia di atas 65 tahun
Atrofi vulva
Perubahan Sistem Integumen

Kulit mengerut atau keriput akibat


kahilangan jaringan lemak
Kulit kasar dan bersisik,
Mekanisme proteksi kulit menurun
Produksi serum menurun
Gangguan pigmentasi kulit
Kulit kepala dan rambut menipis
Kelenjar keringat berkurang jumlahnya
Sistem pengtaturan temperatur
tubuh
Pada sistem pengaturan suhu, hipotalamus
dianggap bekerja sebagai suatu termostat,
yaitu menetapkan suatu suhu tertntu,
kemunduran terjadi sebagai faktor yang
mempengaruhinya. Yang sering ditemui
antara lain;
⚫ Temperatur tubuh menurun (hipotermia) secara
fisiologik 35o ini akibat metabolisme yang
menurun
⚫ Keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat
memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi
rendahnya aktivitas otot.
GANGGUAN NEUROLOGIK
PADA USIA LANJUT

Tri Prabowo
PERUBAHAN SEL OTAK & SARAF DLM
PROSES PENUAAN
 Jumlah sel menurun, & fungsi digantikan sel yg
tersisa
 Terganggunya mekanisme perbaikan sel
 Kontrol nukleus sel thd cytoplasma menurun
 Terjadi perubahan jumlah & struktur mitochondria
 Degenerasi lysosom yg mengakibatkan hidrolisa sel
 Berkurangnya butir Nissl
 Terjadi pengumpulan kromatin
 Terjadi penambahan pikmen lipofuscin
 Terjadi vakuolisasi protoplasma
PERUBAHAN DI OTAK LANJUT USIA

 Terjadi Pengurangan Neurotransmitter:


- sel pyramidal: asam amino, asam glutamik, asam
aspartik
- sel non pyramidal: Gamma Amino Butyric Acid
(GABA), neuropeptides, somatostatin
- Lain lain: Monoamines, Dopamine, Noradrenalin,
Serotonin
PENYAKIT PARKINSON
PENYAKIT PARKINSON

 Penyakit Parkinson (bahasa Inggris: paralysis agitans, Parkinson


disease) adalah penyakit degeneratif syaraf yang pertama ditemukan
pada tahun 1817 (An Essay on the Shaking Palsy) oleh Dr. James
Parkinson. dengan gejala berupa adanya tremor pada saat beristirahat,
kesulitan untuk memulai pergerakan dan kekakuan otot. Parkinson
menyerang sekitar 1 di antara 250 orang yang berusia di atas 40 tahun
dan sekitar 1 dari 100 orang yang berusia di atas 65 tahun
 Penyebab terjadinya penyakit Parkinson adalah kurangnya jumlah
neurotransmitter dopamin di dalam susunan saraf.
PENYAKIT PARKINSON

 Pada penyakit Parkinson, sel-sel saraf pada ganglia basalis mengalami


kemunduran sehingga pembentukan dopamin berkurang dan hubungan
dengan sel saraf dan otot lainnya juga lebih sedikit. Penyebab dari
kemunduran sel saraf dan berkurangnya dopamin terkadang tidak diketahui.
Penyakit ini cenderung diturunkan, walau terkadang faktor genetik tidak
memegang peran utama.
 Pada beberapa kasus, Parkinson merupakan komplikasi yang sangat lanjut
dari ensefalitis karena virus (suatu infeksi yang menyebabkan peradangan
otak). Kasus lainnya terjadi jika penyakit degeneratif lainnya, obat-obatan
atau racun memengaruhi atau menghalangi kerja dopamin di dalam otak.
Misalnya obat anti psikosa yang digunakan untuk mengobati paranoia berat
dan skizofrenia menghambat kerja dopamin pada sel saraf.
PENYAKIT PARKINSON

 Penderita mengalami kesulitan dalam memulai suatu pergerakan dan terjadi


kekakuan otot. Jika lengan bawah ditekuk ke belakang atau diluruskan oleh orang
lain, maka gerakannya terasa kaku. Kekakuan dan imobilitas bisa menyebabkan
sakit otot dan kelelahan. Kekakuan dan kesulitan dalam memulai suatu pergerakan
bisa menyebabkan berbagai kesulitan. Otot-otot kecil di tangan seringkali
mengalami gangguan, sehingga pekerjaan sehari -hari (misalnya mengancingkan
baju, menulis dan mengikat tali sepatu) semakin sulit dilakukan.
 Penderita mengalami kesulitan dalam melangkah dan seringkali berjalan tertatih-
tatih dimana lengannya tidak berayun sesuai dengan langkahnya. Jika penderita
sudah mulai berjalan, mereka mengalami kesulitan untuk berhenti atau berbalik.
Langkahnya bertambah cepat sehingga mendorong mereka untuk berlari kecil
supaya tidak terjatuh. Sikap tubuhnya menjadi bungkuk dan sulit mempertahankan
keseimbangan sehingga cenderung jatuh ke depan atau ke belakang.
PENYAKIT PARKINSON

 Wajah penderita menjadi kurang ekspresif karena otot-otot wajah untuk membentuk
ekspresi tidak bergerak. Kadang berkurangnya ekspresi wajah ini disalah artikan
sebagai depresi, walaupun memang banyak penderita Parkinson yang akhirnya
mengalami depresi. Pandangan tampak kosong dengan mulut terbuka dan matanya
jarang mengedip. Penderita seringkali ileran atau tersedak karena kekakuan pada
otot wajah dan tenggorokan menyebabkan kesulitan menelan. Penderita berbicara
sangat pelan dan tanpa aksen (monoton) dan menjadi gagap karena mengalami
kesulitan dalam mengartikulasikan fikirannya. Sebagian besar penderita memiliki
intelektual yang normal, tetapi ada juga yang menjadi pikun
PENANGANAN PARKINSON

 Penyakit Parkinson bisa diobati dengan berbagai obat, seperti levodopa, bromokriptin,
pergolid, selegilin, antikolinergik (benztropin atau triheksifenidil), antihistamin, anti
depresi, propanolol dan amantadin. Tidak satupun dari obat-obat tersebut yang
menyembuhkan penyakit atau menghentikan perkembangannya, tetapi obat-obat
tersebut menyebabkan penderita lebih mudah melakukan suatu gerakan dan
memperpanjang harapan hidup penderita.
 Untuk mempertahankan mobilitasnya, penderita dianjurkan untuk tetap melakukan
kegiatan sehari-harinya sebanyak mungkin dan mengikuti program latihan secara rutin.
Terapi fisik dan pemakaian alat bantu mekanik (misalnya kursi roda) bisa membantu
penderita tetap mandiri.
 Makanan kaya serat bisa membantu mengatasi sembelit akibat kurangnya aktivitas,
dehidrasi dan beberapa obat. Makanan tambahan dan pelunak tinja bisa membantu
memperlancar buang air besar. Pemberian makanan harus benar-benar diperhatikan
karena kekakuan otot bisa menyebabkan penderita mengalami kesulitan menelan
sehingga bisa mengalami kekurangan gizi (malnutrisi).
Mekanisme Keseimbangan Postural
Pada Lansia
 Menurut (Suhartono, 2005), mekanisme
keseimbangan postural membutuhkan
kerjasama dan interaksi dari tiga
komponen, yaitu:
1. Sistem Sensori Perifer & Sistem Saraf
Pusat (SSP).
2. Kognitif
3. Muskuloskeletal
Sistem Sensori Perifer

 Sistem sensori utama terkait dengan keseimbangan


postural meliputi sistem visual, vestibular dan proprioseptif
 Gangguan fungsi vestibular, misalnya vertigo. Faktor
predisposisi dari munculnya gangguan fungsi vestibular
meliputi infeksi pendengaran, bedah telinga (ear
surgery), aminoglyosides, quinidine, dan furosemid
(Hazzard, 1994)
 Gangguan proprioseptif, misalnya neuropati perifer dan
servical degenerative disease (Hazzard, 1994)
 Kognitif
Pada beberapa penelitian, demensia diasosiasikan
dengan meningkatnya resiko jatuh.
 Muskuloskeletal.
Faktor ini betul-betul berperan besar terjadinya jatuh
terhadap lanjut usia (faktor murni milik lanjut usia).
Gangguan muskuloskeletal menyebabkan gangguan
gaya berjalan (gait) dan ini berhubungan dengan proses
menua yang fisiologis.
GANGGUAN PENDENGARAN
& KOMUNIKASI PADA
LANSIA

Tri Prabowo,Skp,M.Sc
Dr.Satimin HD 57
FIGURE 14-9
STRUCTURE OF THE EAR.
DEFINISI
Presbikusis (presbiakusis) adalah gangguan pendengaran
saraf pada usia lanjut, disebabkan oleh proses penuaan
(degeneratif) organ pendengaran khususnya telinga dalam,
umumnya mengenai kedua sisi telinga.

PREVALENSI
Secara global prevalensi presbikusis bervariasi, diperkirakan
30-45 % pada usia >65 tahun
Survei Kesehatan Indera Pendengaran tahun 1994 -1996
di 7 Propinsi prevalensi presbikusis sebesar 2.6 %
Lebih sering terjadi pada pria.
HEARING IMPAIRMENTS
❖Statistics
• Common in older adults
• >30% people 65–74 are hearing impaired
• 40–66% of people over age 75 are hearing
impaired
• More prevalent in white men and women than
African-American men and women
Hearing Impairments

Risk factors
Long-term exposure to excessive noise
Impacted cerumen
Ototoxic medications
Tumors
Diseases affecting sensorineural hearing
Smoking
History of middle ear infections
Chemical exposure
ETIOLOGI
Variasi penyebab; satu atau lebih sering ditemukan kombinasi

Berubahnya seluruh organ pendengaran sesuai dengan


proses degeneratif
Terpapar bising dalam waktu lama
Perubahan darah di telinga, disebabkan enyakit jantung,
tekanan darah, gangguan lain yang disebabkan oleh diabetes
dan atau masalah sistem peredaran darah.
Efek samping dari pengobatan
Usia berhubungan dengan gangguan pendengaran
cenderung menurun
Genetik
BEBERAPA PENYAKIT PADA TELINGA
Otitis Eksterna : radang pada telinga luar

1. Otitis Eksterna Furunkulosis


Terbentuk furunkel di telinga luar

2. Otitis Eksterna difusa : Radang hampir menyeluruh di telingan luar dengan


nyeri, bengkak, kemerahan

Gejala : Nyeri , gatal, dan hipersekresi mukus , nyeri bertambahnbila ditarik

Catatan :
Serumen : Sekret di telinga

Corpus alienum : benda asing di telinga


DIAGNOSIS
Keluhan pada telinga

Rasa panas Keluar nanah


Nyeri hebat dari liang

Demam, gelisah Cairan berbau busuk


Pendengaran berkurang Pendengaran berkurang

OMA OMSK
OTITIS MEDIA TENGAH
Radang di Telinga tengah erat kaitannya dengan ISPA

Stad. Katharalis : Demam tinggi, nyeri telinga membran


timpani kemerahan dengan reflek
cahaya di membran tympani
Stadium Supuratif : Membran menonjol, reflek cahaya
menghilang, kemerahan berkurang
Stadium Perforasi : Membran Tympani robek dan sekret
keluar, pada stadium perforasi ini
demam berkurang sampai hilang
OTITIS MEDIA SUPURATF KRONIK

Peradangan mukosa telinga tengah disertai keluar cairan


dari telinga tengah melalui perforasi
membran timpani (gendang telinga berlubang)
Cairan mungkin encer atau kental, bening
atau berupa nanah
Cairan keluar dapat terus menerus atau
hilang timbul
Congek = kopok = toher = curek
PERFORASI MEMBRAN TYMPANI
TULI

Tuli Hantaran : Gangguan / rusaknya sistem


penghantar suara dari telinga sampai fenestra
ovale

Tuli Syaraf : Rusaknya sistem syaraf yang


menghubungkan organ corti dengan pusat syaraf di
otak
Hearing Impairments
• Hearing Loss
• Sensorineural
• Cochlea and auditory nerve creates sound distortion
• Potential causes
• Presbycusis :a progressive bilateral symmetrical age-
related sensorineural hearing loss
• Excessive noise exposure
• Meniere’s disease (is a disorder of the inner ear that
can affect hearing and balance to a varying degree.)
• Tumors
• Infections
• Age related changes
Hearing Impairments
• Hearing Loss
• Sensorineural
• Assessment
• History
• Physical examination
• Hearing Handicap Inventory for the
Elderly (HHIE-S): The purpose of this
scale is to identify the problems your
hearing loss
• Review reports from family members
Hearing Impairments
Hearing Loss
Tinnitus (ringing in the ears)
Categories
Objective
Hearing of pustatile sounds
caused by turbulent blood
flow within the ear
Hearing Impairments
 Tinnitus
(ringing in the ears)
Categories
Subjective
Perception of sound without
sound stimulus
Potential causes
Medications
Infections
Neurological conditions
Disorders related to hearing loss
Nursing Diagnoses Associated with Hearing Impairment

 Assess and evaluate abilities


Activities of daily living
Communication
Travel
Safety awareness
Leisure and recreational
activities
Nursing Diagnoses Associated with Hearing Impairment

 Diagnosis
 Sensory/Perceptual Alterations:
Hearing with a variety of nursing
goals and interventions
Communication
Safety
Self-care activities
Mood
Recreation and leisure activities
 Impact on quality of life - Impairs ability to communicate
with others
▪ Adds to social isolation
▪ Leads to depression or low self-esteem
 Safety issues
▪ Unable to hear instructions, such as how to take medications,
▪ Unable to hear car coming when crossing the road, horns honking
▪ Unable to hear phone or doorbell ringing or knocking at the door (if
emergency occurs may be unaware)
Komunikasi pada Lansia

Ketika berbicara kerusakan suara (bukan teriak)


atau menyuruh untuk memperhatikan mulut
sipembicara.
Ajak klien berkomunikasi dengan santai dengan
jarak yang dekat.
Berbicara yang jelas dan tidak terlalu cepat an
saling bertatap muka.
Hindarkan adanya suara- suara yang
mengganggu seperti suara radio dan TV
Komunikasi pada lansia

Jika kerusakan komunikasi maka gunakanlah


kertas sebagai komunikasi verbal atau dengan
simbol.
Berikan lingkungan yang nyaman bagi klien.
Gunakanlah alat bantu pendengaran apabila
diperlukan
MATUR NUWUN
Gangguan Penglihatan
Pada Usia Lanjut

By: Tri Prabowo


Pendahuluan

 Mata merupakan bagian yang fital dalam kehidupan


yang untuk pemenuhan kehidupan sehari – hari
terkadang perubahan yang terjadi pada mata dapat
menurunkan kemampuan ber aktifitas.
 Para lansia yang memilih masalah matamenyebabkan
orang tersebut mengalami isolasi social dan
penurunan perawatan diri sendiri.
 Ketika orang bertambah tua, penglihatan kurang
efisien. Pupil kurang rensponsifterhadap cahaya
akibat sklerosis sfingter pupilae, yang mengakibatkan
pengecilannya ukuran pupil. Lensa menjadi labih
opak, dan luas pandangan menyempit, sehingga
penglihatan perifer lebih sulit. ( Suzanne C
Smaltzer,2001)
Age-Dependent Changes:
Physiological and Performance
Aging Eye
 Visual impairment affects 20-30% of people
over the age of 75.
 Visual impairments that occur with greater
frequency as people age include
◦ Refractive error
◦ Cataracts
◦ Glaucoma
◦ Macular degeneration
◦ Diabetic retinopathy
◦ Blindness
General Aging Changes
Mostlyaffect appearance
(penampilan)
Seldom affect performance(kinerja)
Some need monitoring with age
Lens
Aqueous Humor
Retina
Macula
General Aging Changes
 Sclera- thinner, pigment change
 Aqueous Humor- intraocular pressure 
 Vitreous Humor- thins, opacity 
 Cornea- arcus senilis (Ca and cholesterol),
sensitivity 
 Iris- muscles weaken, smaller pupil
 Lens size and thickness , elasticity 
 Conjunctiva- dry eye 
More General Aging Changes!
 Retina- dulls, blood vessel changes
 Optic Nerve- boundaries less defined, fewer
capillaries
 Macula- little or no foveal reflex, drusen and
lipofuscin deposits, pigmentation 
 Lids- orbicularis oculi muscle weakens
 Lacrimal Glands/Tears- production , 
 Orbit- fat loss, enophthalmos
hubungan usia dengan mata

kornea, lensa iris, aquous humormvitorous humor


akan mengalami perubahan seiring bertambahnya
usia, karena bagian utama yang mengalami
perubahan/penurunan sensifitas yang
menyebabkan lensa pada mata, produksi aquosus
humor juga mengalami penurunan tetapi tidak
terlalu terpengaruh terhadap keseimbangan dan
tekanan intra okuler lensa umum.
hubungan usia dengan mata

Bertambahnya usia akan mempengarui


fungsi organ pada mata seseorang yang ber
usia 60 tahun, fungsi kerja pupil akan
mengalami penurunan 2/3 dari pupil orang
dewasa atau muda, penurunan tersebut
meliputi ukuran – ukuranpupil dan
kemampuan melihat dari jarak jauh.
hubungan usia dengan mata

Proses akomodasi merupakan kemampuan


untukmelihat benda – benda dari jarak dekat
maupun jauh. Akomodasi merupakan hasil
koordinasi atas ciliary body dan otot – otot,
apabila seseorang mengalami penurunan
daya akomodasimaka orang tersebut disebut
presbiopi ( Brantas1984.wordpress.com,
2009 ).
AGE CHANGES IN PERFORMANCE
 Refraction- lens and ciliary muscles
 Results in Presbyopia
 Age 40+
 Acuity (ketajaman) and Contrast
 Decreases after age 50
 Due to Brain
 Glare (silau) 
 Due to lens and vitreous humor
 Dark
 Pupil and Lens
MORE PERFORMANCE CHANGES!

 Fun stuff- Vitreous Humor?


 Haziness (kabur)
 Flashing Lights (peka cahaya)
 Moving Spots (bintik bergerak??)
 Color
 Discrimination  as cones 
 Dark
 Pupil and Lens
 Visual Field
 Size  1 to 3 degrees per decade
Age-Related Changes:
Diseases and Syndromes
Normal →

Dry AMD   Wet AMD


CATARACTS
Symptoms: increase in lens opacity
▪Peripheral to nuclear
Causes/Risk Factors:
▪UV light/free radicals
▪Glycation
▪Corticosteroids
▪Diabetes
CATARACTS
Cataract
 What is it?
▪ Clouding of the eye’s lens that causes loss
of vision.
 Who is at higher risk?
▪ Most cataract are related to aging
▪ Other risk factors
• Diabetes
• Smoking
• Exposure to sunlight
Cataract

Normal vision Same scene as viewed by a


person with cataract
Cataract
 Symptoms
▪ Cloudy or blurred vision.
▪ Colors that may not appear as bright as
they once did.
▪ Glare.
▪ Poor night vision.
▪ What can you
do?
▪Eat a healthy diet.
 Treatment options ▪Wear sunglasses
▪ Glasses and a brimmed
▪ Better lighting hat when
outdoors.
▪ Surgery ▪Don’t smoke.
 What is it? ▪ Who is at higher risk?
▪ A group of eye ▪ African Americans
diseases that can over age 40.
damage the ▪ Everyone over the
optic nerve in age of 60,
the eye. especially
▪ Glaucoma can Mexican
develop in one or Americans.
both eyes. ▪ People with a
▪ Primary open- family history of
angle glaucoma glaucoma.
is the most
common form.
Same scene as viewed by a
Normal vision
person with glaucoma
 Symptoms  What can you do?
▪ No early warning signs ▪ People at higher risk
or symptoms should get a
▪ No pain comprehensive
▪ Loss of side vision
dilated eye exam
every one to two
 Treatment options years or as
instructed by your
▪ Medications, usually eye care
eye drops professional.
▪ Laser or conventional
surgery
Macular Degeneration
Age-Related Macular
Degeneration (AMD)
▪ Who is at higher risk?
▪ The greatest risk factor is
▪ What is it? age.
▪ Common among ▪ Other risk factors
people aged 60 or • Smoking.
older.
▪ Can damage the
• Family history.
macula, which is • Obesity.
needed for sharp, • Race. Caucasians are
detailed central
vision. more likely to lose
vision from AMD.
Age-Related Macular
Degeneration (AMD)

Same scene as viewed by a


Normal vision
person with AMD
AMD
▪ Treatment options
▪ Age-Related Eye
 Symptoms Disease Study
▪ No pain. (AREDS) special
▪ Blurred vision.
vitamins/minerals
supplement
▪ Drusen (can formulation.
only be seen by ▪ Laser surgery.
an eye care
professional). ▪ Eye injections.
▪ Photodynamic
therapy.
AMD

What can you do?



▪ Eat a healthy diet
▪ Don’t smoke, or stop smoking
▪ Maintain normal blood
pressure
▪ Maintain a healthy weight
▪ Exercise
Diabetic Retinopthy
Diabetic Eye Disease

 What is it?  Who is at higher risk?


▪ A group of eye ▪ People with
problems associated diabetes.
with diabetes. ▪ The longer someone
▪ Diabetic retinopathy is has diabetes, the
a leading cause of more likely it is he or
vision loss and she will get diabetic
blindness. retinopathy.
Diabetic Retinopathy

Normal vision Same scene as viewed by a


person with diabetic retinopathy
Diabetic Eye Disease

 Symptoms  What can you do?


▪ No early warning signs ▪ Control your ABCs - A1C,
or symptoms blood pressure, and
cholesterol.
 Early detection and ▪ Take your medications as
timely treatment directed.
can reduce the risk ▪ Maintain a healthy
of vision loss. weight.
 Treatment options ▪ Exercise.
▪ Laser treatment ▪ Don’t smoke.
▪ Surgery ▪ Have a dilated eye exam
at least once a year.
Dry Eye
What is it?

▪ Who is at higher risk?
▪ The eye does not ▪ Women often
produce tears experience dry eye
properly. more than men.
▪ Tears evaporate too ▪ Dry eye can occur at
quickly. any age.
▪ Inflammation of the ▪ Older adults frequently
surface of the eye may experience dryness of
occur along with dry the eyes.
eye.
Dry Eye

Symptoms ▪ Symptoms
▪ Stinging or burning of the ▪ Heavy eyelids.
eye. ▪ Decreased tearing or inability
▪ Feeling as if sand or grit is to shed tears when crying.
in the eye. ▪ Uncomfortable contact
▪ Episodes of excess tears lenses.
following dry eye periods. ▪ Decreased tolerance to any
▪ A stringy discharge from activity that requires
the eye. prolonged visual attention.
▪ Pain and redness of the eye. ▪ Eye fatigue.
▪ Episodes of blurred vision.
Dry Eye

▪ Treatment options  What can you do?
▪ Using artificial ▪ Use an air cleaner
tears, to filter dust
prescription eye ▪ Avoid dry
drops, gels, gel conditions
inserts, and
ointments. ▪ Use lubricating eye
▪ Wearing glasses drops
or sunglasses. ▪ Visit an eye care
▪ Getting punctal professional
plugs.
LOW VISION AIDS
LOW VISION AIDS
LOW VISION

 What is it?  Who is at  Treatment options


▪ A visual higher risk? ▪Vision
impairment that rehabilitation.
is not corrected ▪ People  What can you do?
by standard with eye
disease. ▪See a specialist
eyeglasses, in low vision.
contact lenses, ▪ Some
medication, or people ▪Talk to your eye
surgery. develop care professional
vision loss about vision
▪ It interferes with rehabilitation.
the ability to after eye
perform everyday injuries or ▪Use low vision
activities. from birth devices.
defects.

Anda mungkin juga menyukai