UPAKARA
1. IDENTITAS MODUL
Nama penyusun : Anik Winarti, S.Pd.H.
Sekolah : UPTD SMPN 2 Puncu
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti
Fase Capaian : Fase D
Kelas/Semester : VII/2
Materi Pokok : Upakara
Alokasi Waktu : 6 x pertemuan
6. PEMAHAMAN BERMAKNA
Murid memahami bahwa upakara merupakan sarana dalam upacara keagamaan yang memiliki makna
penting dalam kehidupan beragama sebagai ungkapan terima kasih dan alat penyucian diri.
7. KEMAMPUAN PRASYARAT
1. Pengertian yajna
2. Jenis-jenis yajna
3. Pengertian upacara keagamaan
8. ASESSMEN
1. Jenis Asesmen:
a. Awal
b. Formatif
c. Sumatif
2. Instrumen Asesmen:
a. Rubrik
b. Ceklist
c. Soal Uraian
3. Teknik Asesmen
1. Observasi
2. Kinerja
3. Tes Tulis
7. KEGIATAN PEMBELAJARAN
PERTEMUAN 1
Tujuan pembelajaran
1. Murid dapat menjelaskan pengertian upakara
2. Murid dapat menjelaskan hubungan upakara dengan yajna
Alokasi waktu
2 x 40 menit
Model pembelajaran
Discovery Learning
Strategi pembelajaran
Materi
Pengertian Upakara
Di dalam pelaksanaan upacara yadnya akan selalu berkaitan dengan upakara atau bebantenan.
Upakara atau bebantenan ini digunakan sebagai sarana di dalam pelaksanan upacara yadnya. Upakara
dan upacara memiliki keterkaitan yang sangat erat. Upakara adalah sarana pelaksanaan dari upacara
yadnya. Kata upakara dapat diuraikan menjadi dua kata yaitu “upa” yang artinya dekat, dan “kara” yang
artinya tangan/pekerjaan. Jadi pengertian upakara berarti segala sesuatu yang berhubungan erat
dengan pekerjaan tangan. materi dari upakara terdiri atas daun, bunga, buah-buahan, air, dan lain-lain.
Dalam sumber lainnya disebutkan pula bahwa pengertian upakara adalah segala sesuatu yang
berhubungan dengan perbuatan/pekerjaan/ tangan, yang pada umumnya berbentuk materi, seperti
daun, bunga, buah- buahan, air, dan api sebagai pelengkap dari suatu upacara.
Mengenai materi upakara juga dijelaskan dalam kitab Bhagavagita. IX. Sloka 26 sebagai berikut.
“Patraṁ pushpaṁ phalaṁ toyaṁ
yo me bhaktȳ prayachchhati
tad aham bhaktyupahritam
asn̄mi prayat̄tmanah”
Terjemahan:
Siapa yang sujud kepada-Ku dengan persembahan setangkai daun, sekumtum bunga, sebiji buah-
buahan atau seteguk air, Aku terima sebagai bhakti persembahan dari orang berhati suci.
Maksud dari sloka tersebut di atas adalah Hyang Widhi Wasa menerima bhakti persembahan bukan
diukur dari besar kecilnya suatu persembahan. Akan tetapi dari hati suci yang tulus ikhlas yang dijadikan
landasan persembahan dan pikiran yang berpusat pada Hyang Widhi Wasa.
Upakara (bebantenan) merupakan dasar pedoman bagi para pinandita/ pemangku pura dan juga sarati
banten, dalam pembuatan upakara (bebantenan) yang dipergunakan pada setiap upacara keagamaan.
Pertanyaan pemantik
Mengapa dalam bersembahyang umat Hindu menggunakan sarana seperti bunga, daun, buah dan
air?
Pemahaman bermakna
Murid dapat memahami bahwa upakara merupakan sarana untuk melaksanakan yajna sebagai
bentuk bakti kepada Tuhan YME, leluhur, sesama manusia dan alam semesta.
Indikator keberhasilan
1. Murid dapat menyebutkan perlengkapan saat sembahyang
2. Murid dapat menjelaskan pengertian upakara
3. Murid dapat menjelaskan pentingnya upakara
Kegiatan Pembelajaran
No Kegiatan Alokasi waktu
1 Kegiatan Pendahuluan 20 menit
- Salam, berdoa, literasi(sloka Bhagawadgita) presensi,
menanyakan perasaan Murid, mengingatkan keyakinan kelas,
melaksanakan teknik stop
- Menyampaikan tujuan pembelajaran dan rencana asesmen
- Menjawab Asesmen awal:
- Membentuk kelompok sesuai dengan tingkat pengetahuan
awal Murid
1. Setelah melihat video otonan apa saja banten ( sesaji ) yang ada dalam upacara tersebut?
2. Menurut pendapat kalian mengapa kita perlu mengadakan upacara otonan? Apa tujuannya?
3. Yajna dalam Hindu dikelompokkan menjadi 5 yang disebut Panca Yajna. Sebutkan bagian-
bagian Panca Yajna!
5. Upacara otonan merupakan salah satu contoh upacara keagamaan, jelaskan apa pengertian
upacara keagamaan !
6. Di dalam upacara keagmaan terdapat upakara, apa yang kamu ketahui tentang Upakara ?
Asessmen pembelajaran
1. Asesmen Awal
No Pernyataan Ya Tidak
2. Assesmen Formatif
1.
2.
3.
4.
Keterangan :
Diisi dengan tanda ceklis (√) sesuai perolehan skor menurut kriteria setiap aspek.
Skor perolehan : nilai perolehan x 100
nilai maksimum
Refleksi Murid
No Pertanyaan
Refleksi Guru
No Pertanyaan
4. Apa yang akan dilakukan untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi dalam
melaksanakan pembelajaran ini?
PERTEMUAN 2
Tujuan pembelajaran
1. Murid dapat memahami tingkatan yajna
2. Murid dapat mengaplikasikan tingkatan yajna dalam pelaksanaan upacara
Alokasi waktu
2 x 40 menit
Model pembelajaran
Problem based learning
Strategi pembelajaran
Diferensiasi konten dan proses
Materi
Tingkatan Upakara
Sebelumnya telah dijelaskan bahwa upakara adalah segala sesuatu yang berhubungan
dengan perbuatan/pekerjaan/tangan, yang pada umumnya berbentuk materi, seperti daun,
bunga, buah-buahan, air, dan api sebagai pelengkap dari suatu upacara. Upakara sangat erat
hubungannya dengan pelaksanaan upacara yadnya. Dalam pelaksanaan yadnya terdapat tiga unsur
yang terlibat di dalamnya yang disebut tri manggalaning yajna. Unsur-unsur tri manggalaning yajna,
yaitu yajamana (yang memiliki yadnya), pancagra (sarathi banten/tukang banten), dan sadhaka
(orang suci yang mengantarkan upacara yadnya).
Upakara terdiri atas berbagai jenis dan tingkatan yang disesuaikan dengan desa, kala, dan patra.
Kalian tentu pernah melihat bentuk dan jenis upakara/upacara sederhana yang ada di daerah
kalian. Upakara yang kecil atau sederhana disebut kanista, yang sedang disebut madya, dan yang besar
disebut utama.
“Satyaṁ bṛhadṛtamugraṁ dikṣ̄ tapo brahma yajñaḥ pṛthivīṁ dh̄rayanti, s̄ no bhūtasya bhavyasya
patnyuruṁ lokaṁ pṛthivī naḥ kṛṇotu”.
Terjemahan:
Kebenaran agung (brhat) dan kokoh, penyucian, penebusan kesalahan, brahman, dan persembahan
suci yang menunjang keberadaan bumi ini; semoga ia melimpahkan kebahagiaan pada kita, yakni ia
yang merupakan penguasa dari yang telah ataupun yang akan ada – semoga dunia ini menyediakan
tempat yang lapang dan leluasa bagi kita.
Maksud dari mantra Atharwa Weda di atas bahwa sebenarnya yang menyangga alam semesta ini
sehingga menjadi kokoh adalah satya yaitu menegakkan kebenaran, rtam melaksanakan hukum alam
dengan baik, diksa melaksanakan penyucian diri dengan baik, tapa mampu pengendalian diri dari
segala gangguan, brahma melaksanakan ajaran orang-orang suci, dan yadnya melaksanakan korban
suci secara tulus ikhlas.
Sebelum kalian mempelajari bentuk-bentuk upakara yang sederhana sebaiknya kalian cermati
tingkatan-tingkatan upakara berikut.
1. Tingkatan kanistama (kecil/sederhana): artinya yang pokok-pokok/ prinsip saja atau yang harus ada,
tidak boleh sampai tidak ada. Pada tingkatan kanistama menggunakan tirtha penglukatan dan Sanggar
Surya Rong Satu (tutuan). Tingkatan kanistama (kecil/sederhana) ini dibagi dalam tiga bagian.
• Kanistamaning kanistama yakni upacara yang paling kecil dari tingkatan upacara terkecil.
Disanggar pesaksi (surya) memakai pras dasina.
• Madyaning kanistama yakni upacara yang lebih besar dari tingkatan upacara yang terkecil.
Disanggar pesaksi (surya) memakai banten suci.
• Utamaning kanistama yakni upacara yang lebih besar dari tingkatan upacara yang tergolong
madyaning nista. Disanggar pesaksi (Surya) memakai dewa-dewi.
2. Tingkatan madhyama (sedang/menengah): artinya upakara atau bantennya merupakan
pengembangan dari yang prinsip sehingga menjadi lebih besar dari kanistama. Pada tingkatan ini
menggunakan pedudusan alit, catur kumba, dan sanggar suryanya rong satu (tutuan). Tingkatan
Madhyama (sedang/menengah) ini dibagi pula dalam tiga bagian.
• Kanistamaning madhyama yakni upacara yang paling kecil dari tingkat upacara menengah.
Disanggar pesaksi (Surya) memakai dewa-dewi.
• Madyaning madhyama yakni upacara yang lebih besar dari tingkatan upacara yang tergolong
kanistamaning madhyama. Disanggar pesaksi (surya) memakai catur rebah.
• Utamaning madhyama yakni upacara yang lebih besar dari tingkatan upacara yang tergolong
madyaning madhyama. Disanggar pesaksi (surya) memakai catur niri dan banten di bawah/sor
sanggar pesaksi menggunakan caru lantaran memakai angsa.
3. Tingkatan utama (besar): artinya upakara (bantennya) merupakan pengembangan juga
penambahan dari tingkat madyama sehingga menjadi lebih besar lagi. Pada tingkat utama
menggunakan pedudusan agung dan sanggar surya rong tiga (tawang). Tingkatan utama juga dibagi
dalam tiga bagian.
• Kanistamaning utama yakni upacara yang paling kecil dari tingkatan upacara besar/utama.
Disanggar pesaksi (surya) sama dengan yang ada pada tingkatan upacara utamaning madya.
• Madyaning utama yakni upacara yang lebih besar dari tingkatan upacara kanistamaning utama.
Disanggar pesaksi (surya) memakai catur muka, sedangkan banten dibawah sanggar pesaksi (surya)
menggunakan caru lantaran memakai Kambing.
• Utamaning utama yakni upacara yang lebih besar diantara upacara- upacara yadnya lainnya.
Disanggar pesaksi (surya) memakai catur kumba, sedangkan banten di bawah/sor sanggar
pesaksi (surya) menggunakan caru lantaran memakai kerbau.
Pertanyaan pemantik
Mengapa dalam upacara keagamaan Hinduada yang menggunakan banyak upakara dan ada yang
menggunakan sedikit upakara?
Pemahaman bermakna
Murid dapat memahami dengan adanya tingkatan upakara pelaksanaan upacara keagamaan
adalah suatu kewajiban dan bukan merupakan beban.
Indikator keberhasilan
1. Murid dapat membuat bagan / mind mapping tingkatan-tingkatan yajna
2. Murid dapat mencari solusi terkait masalah biaya upacara keagamaan yang terjadi di
masyarakat.
Kegiatan Pembelajaran
No Kegiatan Alokasi waktu
1 Kegiatan Pendahuluan 20 menit
- Salam, berdoa, literasi(sloka Bhagawadgita) presensi,
menanyakan perasaan Murid, mengingatkan keyakinan kelas,
melaksanakan teknik stop
- Menyampaikan tujuan pembelajaran dan rencana asesmen
- Menjawab Asesmen awal:
- Membentuk kelompok sesuai dengan tingkat pengetahuan
awal Murid
Bacalah berita di bawah ini, kemudian diskusikan lembar aktivitas bersama kelompokmu!
Mahalnya biaya Persembahyangan Sehari-hari
Foto: Umat Hindu melaksanakan ibadah Tawur Kesanga dan Sembahyang Tilem dalam rangka
menyambut hari raya Nyepi Tahun Baru Saka 1941. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Mayoritas masyarakat Bali menganut agama Hindu. Menurut Ni Made Dewi Kamala Putri, salah satu
penduduk Bali, umat Hindu dianjurkan untuk melakukan sembahyang tiga kali sehari (mebanten)
menggunakan canang tangkih atau canang berbentuk kotak.
Biasanya, umat Hindu membeli canang tersebut bila keluarga memilih untuk tidak membuatnya secara
mandiri. Biaya yang dikeluarkan per hari untuk kebutuhan persembahyangan pun berbeda-beda,
tergantung jumlah anggota keluarga. Kamala mengaku, kebutuhan persembahyangan umat Hindu
sehari-hari dinilai cukup mahal. Sebab, keluarganya bisa menghabiskan ratusan ribu dalam sehari untuk
membeli sarana persembahyangan.
"Kalau harian habis sekitar Rp120 ribu sampai Rp150 ribu untuk mebanten canang harian," sebut
Kamala. Dengan demikian, keluarga Kamala bisa mengeluarkan biaya hingga sejuta dalam seminggu
untuk sembahyang harian.Sementara itu, berbeda dengan Kamala, keluarga Gung Ayu Mas Manik
Mertha justru hanya mengeluarkan biaya Rp25 ribu perhari untuk membeli 20 canang tangkih. Namun,
biaya tersebut belum termasuk tambahan lainnya. "Kalau kita (keluarga) beli 20 canang bisa Rp25
ribuan, sih, murah saja. Biasanya ditambah permen atau makanan-makanan kecil untuk diatur di
bawah lebuh atau sanggah masing-masing," ujar Gung Ayu kepada CNBC Indonesia, Jumat (10/2/2023).
Sumber berita: https://www.cnbcindonesia.com/lifestyle/20230215111738-33-413957/3
Biaya Upacara Keagamaan Mahal
Selain alam dan makanan, salah satu daya tarik para wisatawan Bali adalah adat istiadat masyarakat
Hindu, termasuk upacara keagamaan.
Umat Hindu di Bali memang sering melaksanakan upacara keagamaan, seperti Ngaben, Melasti, Hari
Raya Saraswati, Hari Raya Nyepi, Hari Raya Galungan, Hari Raya Kuningan, hingga Hari Raya Pagerwesi.
Namun, di balik daya tarik dan kemegahan setiap rangkaian upacara, umat Hindu di Bali harus merogoh
kocek yang cukup dalam untuk melaksanakannya. Sebagai contoh, upacara Ngaben atau pembakaran
jenazah dapat menghabiskan biaya dari Rp20 juta hingga di atas Rp150 juta tergantung kasta dari
anggota keluarga yang meninggal. Selain itu, biaya yang dikeluarkan juga berbeda-beda tergantung
setiap daerah. Sebagai informasi, rangkaian pelaksanaan Ngaben bisa berlangsung lebih dari tujuh hari.
Sementara itu, biaya upacara hari raya juga bervariasi, yaitu berkisar Rp500 ribu hingga di atas Rp5 juta.
Selain hari raya, umat Hindu di Bali juga melaksanakan upacara Odalan atau Piodalan. Upacara Odalan
adalah upacara Dewa Yadnya yang ditujukan kepada Ida Sang Hyang Widhi di sebuah pura atau tempat
suci. Sama seperti upacara lainnya, biaya yang diperlukan untuk Odalan pun berbeda-beda, yaitu sekitar
Rp5 juta hingga Rp15 juta
"Kita, kan, odalannya banyak, ya. Ada yang pribadi di rumah, ada yang di sanggah keluarga, dan ada di
pura keluarga. Kalau di rumah paling untuk banten (sesajen) sekitar Rp5 juta sampai Rp7 juta," ungkap
Kamala.
Berbeda dengan Kamala, Ayu Alicia mengungkapkan bahwa keluarganya selalu menggelontorkan biaya
sekitar Rp15 juta untuk sekali pelaksanaan upacara Odalan.
"Sebenarnya berbeda-beda setiap keluarga, tapi keluargaku selalu Rp15 juta," sebut Alicia kepada CNBC
Indonesia, Jumat (10/2/2023).
Sumber berita: https://www.cnbcindonesia.com/lifestyle/20230215111738-33-413957/3
No Pernyataan Ya Tidak
Assesmen Formatif
1.
2.
3.
4.
Keterangan :
Diisi dengan tanda ceklis (√) sesuai perolehan skor menurut kriteria setiap aspek.
Skor perolehan : nilai perolehan x 100
nilai maksimum
Kriteria
perolehan nilai:
Sangat baik : 90-100
Baik : 79-89
Cukup : 50-69
Kurang : 10-49
Sangat kurang: 0-9
Refleksi
Refleksi Murid
No Pertanyaan
1. Metode apa yang paling membantu kamu belajar pada hari ini?
2. Hal baru apa yang kamu dapatkan dalam pembelajaran hari ini?
No Pertanyaan
4. Apa yang akan dilakukan untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi dalam
melaksanakan pembelajaran ini?
PERTEMUAN 3
Tujuan pembelajaran
1. Murid dapat memahami memahami bentuk –bentuk upakara sederhana
2. Murid dapat memahami fungsi dari masing-masing bentuk canang
Alokasi waktu
2 x 40 menit
Model pembelajaran
Discovery learning
Strategi pembelajaran
Diferensiasi konten dan proses
Materi
Bentuk-bentuk Upakara
Upakara (banten) yang sering dipergunakan dalam upacara adalah canang. Canang
adalah upakara (banten) yang sangat sederhana, dipakai dalam berbagai upacara, baik besar
maupun kecil.
Pertanyaan pemantik
Pemahaman bermakna
Murid dapat memahami bahwa canang merupakan sarana bhakti yang kita haturkan sebagai
persembahan yang tulus ikhlas kehadapan Sang Hyang Widhi.
Indikator keberhasilan
Kegiatan Pembelajaran
No Kegiatan Alokasi waktu
1 Kegiatan Pendahuluan 20 menit
- Salam, berdoa, literasi(sloka Bhagawadgita) presensi,
menanyakan perasaan Murid, mengingatkan keyakinan kelas,
melaksanakan teknik stop
- Menyampaikan tujuan pembelajaran dan rencana asesmen
- Menjawab Asesmen awal:
- Membentuk kelompok sesuai dengan tingkat pengetahuan
awal murid
1. Kelompok 1 : Mencari isi, fungsi dan menggambar canang genten dan burat wangi
2. Kelompok 2 : Mencari isi, fungsi dan menggambar canang sari dan tadah sukla
3. Kelompok 2 : Mencari isi, fungsi dan menggambar canang pengraos dan meraka
Kelompok 1
Nama : .....................................................
Kelas : .....................................................
No absen : .....................................................
Jawablah pertanyaan berikut ini dengan mencari sumber belajar dari buku paket ataupun internet!
1. Canang Genten
Isi Canang
Fungsi
Gambar
Isi Canang
Fungsi
Gambar
Asesmen
Asesmen Awal
No Pernyataan Ya Tidak
Asesmen formatif
1.
2.
3.
4.
Keterangan :
Diisi dengan tanda ceklis (√) sesuai perolehan skor menurut kriteria setiap aspek.
Skor perolehan : nilai perolehan x 100
nilai maksimum
Refleksi
Refleksi Murid
Peristiwa (Facts): Ceritakan pengalamanmu Perasaan (Feelings): Bagaimana perasaanmu
selama mengikuti kegiatan pembelajaran hari ini! selama mengikuti kegiatan pembelajaran hari ini?
Pembelajaran (Findings): Hal baru apa yang kamu Perubahan (Future): Apa aksi/Tindakan yang akan
dapatkan selama mengikuti kegiatan kalian lakukan ke depan setelah mengikuti
pembelajarn hari ini? pembelajaran hari ini?
Refleksi Guru
No Pertanyaan
3. Apa yang akan dilakukan untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi dalam
melaksanakan pembelajaran ini?
4. Apakah untuk pertemuan mendatang bisa dilanjutkan ke materi berikutnya?
PERTEMUAN 4
Tujuan pembelajaran
1. Murid dapat membuat upakara sederhana dalam bentuk canang
Alokasi waktu
2 x 40 menit
Model pembelajaran
Project Based Learning
Strategi pembelajaran
Pertanyaan pemantik
Mengapa kita perlu memahami dan dapat membuat upakara secara mandiri?
Pemahaman bermakna
Murid dapat memahami bahwa membuat sarana sembahyang dapat sendiri memiliki nilai rasa
yang berbeda dan dapat meningkatkan sradha dan bhakti kepada Sang Hyang Widhi.
Indikator keberhasilan
3. Murid dapat membuat canang seseuai dengan kemampuannya
4. Murid dapat memahami fungsin dari canang yang dibuat
Kegiatan Pembelajaran
No Kegiatan Alokasi waktu
1 Kegiatan Pendahuluan 20 menit
- Salam, berdoa, literasi(sloka Bhagawadgita) presensi,
menanyakan perasaan Murid, mengingatkan keyakinan kelas,
melaksanakan teknik stop
- Menyampaikan tujuan pembelajaran dan rencana asesmen
- Menjawab Asesmen awal:
Buatlah salah satu canang sesuai dengan kemampuan kalian. Tuliskan laporan sederhana pembuatan
canang pada lembar kerja berikut ini!
Nama : .....................................................
Kelas : .....................................................
No absen : .....................................................
5. Foto pembuatan :
6. Foto produk :
Asesmen
Asesmen Awal
No Pernyataan Ya Tidak
Asesmen sumatif
Produk
1. Teknik : Kinerja
2. Bentuk Instrumen : Lembar Produk
3. Materi : Canang
5. Pedoman penskoran :
Kriteria dan Skor
No. Nama Murid Jumlah Skor
(a) (b) (c) (d) (e)
1
2
3
Keterangan: Skor:
(a) = kesiapan alat dan bahan 10 = jika sempurna
(b) = proses pembuatan canang 9 = jika sangat baik
(c) = sistematika laporan 7-8 = jika baik
(d) = penyampaian presentasi 5-6 = cukup
(e) = nilai produk 1-4 = kurang baik
Jumlah Skor
Nilai = ×100
50
Keterangan:
SB (Sangat Baik) = 90 – 100 B (Baik) = 70 - 89
C (Cukup) = 50 – 69 D (Kurang) = 10 - 49
E (Sangat Kurang) = 0 - 9
Refleksi
Refleksi Murid
Peristiwa (Facts): Ceritakan pengalamanmu Perasaan (Feelings): Bagaimana perasaanmu
selama mengikuti kegiatan pembelajaran hari ini! selama mengikuti kegiatan pembelajaran hari ini?
Pembelajaran (Findings): Hal baru apa yang kamu Perubahan (Future): Apa aksi/Tindakan yang akan
dapatkan selama mengikuti kegiatan kalian lakukan ke depan setelah mengikuti
pembelajarn hari ini? pembelajaran hari ini?
Refleksi Guru
No Pertanyaan
3. Apa yang akan dilakukan untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi dalam
melaksanakan pembelajaran ini?
4. Apakah untuk pertemuan mendatang bisa dilanjutkan ke materi berikutnya?
PERTEMUAN 5
Tujuan pembelajaran
1. Murid dapat menganalisis simbol upakara pada daerah tertentu
Alokasi waktu
2 x 40 menit
Model pembelajaran
Discovery Learning
Strategi pembelajaran
Diferensiasi proses dan konten
Teknik pembelajaran
Materi
COK BAKAL
Cok bakal biasanya terdiri dari telur, bunga setaman, buah buahan, jajan pasar, bumbu dapur, jamu/
tanaman obat (jahe, kencur, temulawak, kunyit, temu giring dsb), daun sirih yang diletakkan dalam satu
wadah dari daun pisang bernama "takir". Selain gecok bakal, ada pula gecok mentah (daging, jeroan
mentah diberi santan & cabai), gecok mateng.
Pertanyaan pemantik
Murid dapat memahami bahwa setiap daerah memiliki banten/upakara yang digunakan dalam
kegiatan penting dan keberagaman ini bukan untuk diperdebatkan tetapi untuk saling
menghargai dan menghormati.
Indikator keberhasilan
Kegiatan Pembelajaran
No Kegiatan Alokasi waktu
1 Kegiatan Pendahuluan 20 menit
- Salam, berdoa, literasi(sloka Bhagawadgita) presensi,
menanyakan perasaan Murid, mengingatkan keyakinan kelas,
melaksanakan teknik stop
- Menyampaikan tujuan pembelajaran dan rencana asesmen
- Menjawab Asesmen awal
Nama : .....................................................
Kelas : .....................................................
No absen : .....................................................
Buatlah lembar wawancara terkait banten Jawa yang selalu digunakan oleh masyarakat di sekitar
tempat tinggalmu!
Asesmen
Asesmen Awal
No Pernyataan Ya Tidak
Asesmen formatif
1. Teknik : Wawancara
2. Bentuk Instrumen : Lembar ceklis
3. Materi : Cok Bakal
5. Pedoman penskoran :
Kriteria dan Skor
No. Nama Murid Jumlah Skor
(a) (b) (c) (d)
1
2
3
Keterangan: Skor:
(a) = penampilan 10 = jika sempurna
(b) = bahasa yang digunakan 9 = jika sangat
baik
(c) = kesesuaian pertanyaan wawancara dengan
materi 7-8 = jika baik
(d) = kepercayaan diri 5-6 = cukup
1-4 = kurang baik
Nilai =
Jumlah Skor
×100
50
Keterangan:
SB (Sangat Baik) = 90 – 100 B (Baik) = 70 - 89
C (Cukup) = 50 – 69 D (Kurang) = 10 - 49
E (Sangat Kurang) = 0 - 9
Refleksi
Refleksi Murid
Peristiwa (Facts): Ceritakan pengalamanmu Perasaan (Feelings): Bagaimana perasaanmu
selama mengikuti kegiatan pembelajaran hari ini! selama mengikuti kegiatan pembelajaran hari ini?
Pembelajaran (Findings): Hal baru apa yang kamu Perubahan (Future): Apa aksi/Tindakan yang akan
dapatkan selama mengikuti kegiatan kalian lakukan ke depan setelah mengikuti
pembelajaran hari ini? pembelajaran hari ini?
Refleksi Guru
No Pertanyaan
3. Apa yang akan dilakukan untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi dalam
melaksanakan pembelajaran ini?
4. Apakah untuk teknik wawancara dengan narasumber guru tamu efektif dalam materi
pembelajaran hari ini?
PERTEMUAN 6
Tujuan pembelajaran
1. Murid dapat membuat sarana upakara sesuai dengan daerah tempat tinggalnya
2. Murid dapat menjelaskan makna upakara/banten yang digunakan di daerahnya
Alokasi waktu
2 x 40 menit
Model pembelajaran
Project Based Learning
Strategi pembelajaran
Materi
Pertanyaan pemantik
Mengapa cok bakal digunakan dalam setiap kegitan penting masyarakat di lingkungan tempat
tinggalmu?
Pemahaman bermakna
Murid dapat memahami bahwa cok bakal merupakan sarana yang digunakan oleh masyarakat
jawa sebagai media awal dalam melaksanakan suatu kegiatan serta sebagai sedekah juga
simbolik rasa syukur kepada Tuhan agar kegiatan yang mereka laksanakan lancar tanpa
halangan.
Indikator keberhasilan
Kegiatan Pembelajaran
Buatlah banten Jawa cok bakal dan tuliskan laporan sederhana pembuatan cok bakal lembar kerja
berikut ini!
Nama : .....................................................
Kelas : .....................................................
No absen : .....................................................
5. Foto pembuatan :
6. Foto produk :
Asesmen
Asesmen Awal
No Pernyataan Ya Tidak
Asesmen sumatif
Produk
1. Teknik : Kinerja
2. Bentuk Instrumen : Lembar Produk
3. Materi : Banten Jawa (Cok Bakal)
5. Pedoman penskoran :
Kriteria dan Skor
No. Nama Murid Jumlah Skor
(a) (b) (c) (d) (e)
1
2
3
Keterangan: Skor:
(a) = kesiapan alat dan bahan 10 = jika sempurna
(b) = proses pembuatan canang 9 = jika sangat baik
(c) = sistematika laporan 7-8 = jika baik
Kriteria dan Skor
No. Nama Murid Jumlah Skor
(a) (b) (c) (d) (e)
(d) = penyampaian presentasi 5-6 = cukup
(e) = nilai produk 1-4 = kurang baik
Jumlah Skor
Nilai = ×100
50
Keterangan:
SB (Sangat Baik) = 90 – 100 B (Baik) = 70 - 89
C (Cukup) = 50 – 69 D (Kurang) = 10 - 49
E (Sangat Kurang) = 0 - 9
Refleksi
Refleksi Murid
Peristiwa (Facts): Ceritakan pengalamanmu Perasaan (Feelings): Bagaimana perasaanmu
selama mengikuti kegiatan pembelajaran hari ini! selama mengikuti kegiatan pembelajaran hari ini?
Pembelajaran (Findings): Hal baru apa yang kamu Perubahan (Future): Apa aksi/Tindakan yang akan
dapatkan selama mengikuti kegiatan kalian lakukan ke depan setelah mengikuti
pembelajaran hari ini? pembelajaran hari ini?
Refleksi Guru
No Pertanyaan
3. Apa yang akan dilakukan untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi dalam
melaksanakan pembelajaran ini?
4. Apakah untuk teknik wawancara dengan narasumber guru tamu efektif dalam materi
pembelajaran hari ini?
Sumber belajar:
1. Buku Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti untuk SMP Kelas VII terbitan Kementerian
Pendidikan, Kebudayaan, Riset, Dan Teknologi Badan Penelitian Dan Pengembangan Dan
Perbukuan Pusat Kurikulum Dan Perbukuan
2. Wiana, I Ketut. (2006). Sembahyang menurut Hindu. Surabaya: Paramita
3. Pudja, Gede. (1999). Bhagawad Gita (Pancama Weda). Surabaya: Paramita
4. https://www.youtube.com/watch?v=O6bb0EGzp94
5. https://www.youtube.com/watch?v=pflV8T17VkI
6. https://www.cnbcindonesia.com/lifestyle/20230215111738-33-413957/3
7. https://www.youtube.com/watch?v=kvCvYbBrnEo
8. https://www.youtube.com/watch?v=y3EK51kepvs
9. https://www.narasiinspirasi.com/2019/08/filosofi-cok-bakal-sesajen-sesaji-dan.html