IV
STUDI KASUS
4.1 Pendahuluan
Proses perencanaan disain pondasi tiang bor meliputi perhitungan kapasitas daya
dukung aksial pondasi baik tunggal maupun grup, penentuan konfigurasi grup
tiang, menghitung besar diameter tiang, penentuan kedalaman tiang, serta
menghitung gaya-gaya dalam pada tiang pondasi diantaranya gaya aksial, momen
tekuk, dan gaya geser. Data konfigurasi grup tiang selanjutnya digunakan sebagai
input awal dalam proses trial and error sehingga pada akhirnya akan diperoleh
diameter dan kedalaman tiang tunggal. Hasil perhitungan disain pondasi tiang bor
harus memenuhi faktor keamanan, dalam hal ini kapasitas tiang terhadap beban
aksial dan besar angka keamanan yang digunakan dalam proses disain tugas akhir
ini adalah sebesar 2,5. Beberapa faktor yang menjadi bahan pertimbangan dalam
proses disain dengan menggunakan metode trial and error adalah diameter tiang,
kedalaman tiang, jumlah tiang dalam grup, dan jarak antar tiang.
Pada umumnya metode analisis perhitungan kapasitas tiang dapat dihitung dengan
metode empiris. Pada tugas akhir ini metode yang digunakan adalah metode
analisis empiris berdasarkan data N-SPT. Selain itu, besar penurunan (settlement)
yang terjadi juga diperhitungkan baik penurunan tiang tunggal maupun penurunan
grup tiang.
Berikut lapisan tanah yang merupakan rata-rata dari ketiga tanah dengan nilai N-
SPT terkecil yaitu tanah pada titik P8.B, P8.25, dan P8.29. Hasil rata-rata dari
ketiga data tanah tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.4 berikut.
0
Loose Uncemented Clayey Sand
Penentuan disain tiang bor dengan diameter dan kedalaman tertentu dilakukan
dengan metode trial and error dimana pada kedalaman tertentu diperoleh hasil
daya dukung tiang yang cukup optimal untuk menahan beban struktur diatasnya.
Pada Gambar 4.6 disampaikan disain awal konfigurasi grup tiang pondasi tiang bor
pada proyek jembatan Mahakam II.
Pondasi tiang bor ini direncanakan dengan jumlah 20 tiang (4x5) seperti pada
gambar 4.6, jarak antar tiang adalah 3 m, dengan diameter tiang sebesar 1,5 m.
Pada saat pelaksanaan konstruksi, terjadi ketidaksesuaian lapisan tanah terhadap
disain rencana awal, sehingga dilakukan kajian ulang analisis daya dukung tanah
untuk memperoleh disain pondasi yang sesuai dengan kondisi tanah sebenarnya.
Pada bagian atas grup tiang, digunakan pile cap setebal 3 m dengan elevasi +10.5
m diatas permukaan dasar sungai. Pile cap ini akan bersentuhan langsung dengan
struktur atas yang membebani pondasi tiang bor. Gambar 4.7 menunjukkan
potongan melintang disain awal pondasi.
Perencanaan pembebanan pada pondasi ini dapat dilihat pada Tabel 4.1, dimana
beban yang diterima oleh pile cap akan diteruskan pada pondasi tiang bor
dibawahnya. Pada Gambar 4.8 menjelaskan arah pembebanan sesuai dengan
beban struktur di lapangan.
Untuk mengetahui kekuatan atau daya dukung pondasi grup tiang, maka perlu
dihitung beban aksial terbesar yang bekerja pada grup tiang. Perhitungan ini
dilakukan untuk mengetahui kuat atau tidak kuatnya suatu disain pondasi tiang
dibandingkan terhadap beban aksial maksimum yang diterima oleh pondasi. Jenis
pembebanan meliputi beban aksial, beban lateral, dan besar momen pada tiga
arah, yaitu arah x, y dan z. Perhitungan beban aksial yang diterima grup tiang
dipengaruhi oleh besar beban aksial dan gaya momen yang bekerja pada struktur.
Penjabaran perhitungan beban aksial maksimum ini akan dijabarkan pada sub bab
berikut.
Gambar 4.9 menjelaskan bagaimana distribusi beban pada grup akibat beban
aksial saja.
Jika beban aksial diasumsikan terdistribusi merata pada tiap tiang maka beban
aksial yang diterima oleh satu tiang adalah :
dengan,
m dan n adalah jumlah baris dan kolom grup tiang
maka,
Mx
5
4
3
2
1 2 3 4
1
l1 l1
l2 l2
dengan,
Mx = 6002 kNm
BAB IV – STUDI KASUS 4-9
Laporan Tugas Akhir
Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Bor Jembatan Mahkota II Samarinda
dengan Menggunakan Metoda t-z dan p-y serta Metoda Elemen Hingga 3 Dimensi
L1 = 1.5 m
L2 = 4.5 m
m =5
n =4
Perhitungan beban aksial akibat momen arah z dapat dilihat pada Gambar 4.11
dengan,
Mz = 14648 kN m
L1 = 3 meter
L2 = 6 meter
m =4
n =5
Dari ketiga perhitungan beban aksial diatas maka beban aksial terbesar yang
diterima oleh grup tiang dapat dihitung dengan persamaan berikut :
Qu = Q s + Q p
Perhitungan daya dukung aksial tiang bor dilakukan berdasarkan data N-SPT yang
terdapat pada Gambar 4.4, dengan parameter tiang yang digunakan adalah
sebagai berikut :
diameter = 1500 mm
luas = 1.76625 m2
perimeter = 4.71 m
berat volume beton (unit weight) = 2400 kg/m3 = 24 kN/m3
Pada Tabel 4.2 dan Gambar 4.12 disampaikan perhitungan manual kapasitas daya
dukung aksial tiang tunggal untuk perencanaan disain tiang bor.
Soil Properties
Layer 1 : Loose Uncemented Uniform Sand
Layer 2 : Medium Uncemented Uniform
Layer 3 : Sand
Hard Clay
Layer 4 : Hard Clay
Pile Properties
Diameter : 1,5 m
Perimeter : 4,71 m
Area : 1,76625 m2
Unit Weight: 24 kN
Calc Method : Based on N-SPT
Cu = (2/3)*10*N-SPT kN/m2
N-SPTav = average N-SPT from 10D above
to 4D below pile
Compression Pull Out
Skin Friction (Qs) = α*Cu*perimeter*l kN Clay Skin Friction (Qs) = 0.7 * Qs (compression)
= 2*N-SPT*perimeter*l kN Sand
Pile Weight (Wp) = Areapile * Unit Weight of Pile * l
End Bearing (Qp) = 9*cu*area kN Clay
= (40/3)*N-SPTav*l/D kN Sand Ultimate (Qpu) = Qs + Wp
≤ (400/3)*N-SPTav
Qult = Qs + Qp
Perhitungan kapasitas ultimit grup tiang dimulai dengan asumsi bahwa perilaku
grup tiang sebagai satu kesatuan/blok. Untuk menghitung kapasitas grup tiang
sebagai satu blok diperlukan nilai efisiensi grup tiang. Kapasitas aksial grup dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan
Dalam perhitungan kapasitas terlebih dahulu dihitung efisiensi grup tiang dengan
menggunakan persamaan Converse-Labarre seperti pada sub bab berikut.
Salah satu perilaku grup tiang adalah adanya grup efisiensi yang dipengaruhi
beberapa faktor, seperti : diameter tiang, jumlah tiang, dan jarak antar tiang.
Secara umum perhitungan efisiensi grup tiang adalah menggunakan persamaan
Converse-Labarre sebagai berikut :
#$%&'(#%&'$
1!" )*$
1 ! +, #-/.'
#0%&'1(#1%&'0
%&
)*.1.0
54%
dengan,
n = 5 x 4 = 20
Eg = 54 %
Dari ketiga metode perhitungan diatas dapat diperoleh bahwa kapasitas aksial
grup tiang dengan menggunakan metode Reese, Kulhawy dan Reese & O’Neil
berada lebih kecil daripada beban servis yang bekerja pada grup tiang.
S = S1 + S2 + S3 (4.1)
dengan,
S = total penurunan tiang
S1 = penurunan elastis
S2 = penurunan tiang akibat dari beban pada ujung tiang
S3 = penurunan tiang akibat dari beban sepanjang selimut tiang
dengan,
Qwp = beban service ujung tiang
Qws = beban service selubung tiang
Ap = Luas tiang = 1,76625 m2
L = Panjang tiang
Ep = Modulus elastisitas material tiang = 2 x 107 kN/m2
ξ = 0,5
Untuk perhitungan penurunan akibat dari beban pada ujung tiang dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan :
I78 J
? #1 ! KL? 'MN (4.3)
=:
dengan,
D = diameter tiang = 1,5 m
qwp = beban pada ujung tiang per satuan luas = Qwp / Ap
Es = modulus elastisitas tanah dibawah ujung tiang
= 36200 kN/m2 (hard clay)
µs = poisson’s ratio dari tanah = 0,35 (clay)
Iwp = konstanta faktor pengaruh ≈ 0,85
Perhitungan penurunan (S2) ini juga dapat dilakukan dengan menggunakan metode
Vesic (1977) :
678 O8
? JI8
(4.4)
dengan,
qp = tahanan ujung ultimate tiang
Cp = koefisien empirik tanah
= 0,045 (clay)
= 0.135 (sand)
qp = 3532.5 kN
Maka penurunan akibat beban ujung tiang dengan metode Vesic adalah sebesar
&0&?.@B*,*01
? &,1BE1E?.1
? 12 10 %E
H
6 J
E P <
7:
Q #1 ! KL? 'MNL (4.5)
= :
dengan,
p = keliling tiang = 4,71 m
L = panjang tiang
µs = poisson’s ratio dari tanah = 0,3 (sand)
Iws = Faktor pengaruh
S
= 2 0,35RT
@*
= 2 0,35R = 4.56
&,1
?CD.E? &,1
E P Q #1 ! 0,3? ' B 4.56
0,C&B@* &DC**
E 0.27 B 10 %E
m
Vesic (1977) juga membuat sebuah korelasi empirik untuk menghitung besarnya S3
yaitu :
67: O:
E <I8
(4.6)
dengan,
VL W0,93 0,16RX/Y Z V
@*
[0.93 0,16R \ 0.135 0.283
&,1
?CD.E? B *.?@E
E @*B E1E?.1
0.28 B 10%E H
Dari hasil perhitungan diatas diambil nilai penurunan terbesar dari masing-masing
metode perhitungan, sehingga hasil perhitungan penurunan tiang dapat dirangkum
sebagai berikut :
^
#]' R J_ . (4.7)
)***
#]' R 28.51
&1**
#]' 69.83 HH
4.2.5 Analisis perhitungan menggunakan metoda T-Z dan P-Y dengan program
Group 5.0
Gambar 4.16 Grafik defleksi tiang terhadap kedalaman untuk beban layan
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa defleksi maksimum tiang pada grup adalah
sebesar 178 mm. Sedangkan untuk momen maksimum tiang adalah sebesar 6600
kN-m seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.17
Gambar 4.18 Grafik gaya geser tiang terhadap kedalaman untuk beban layan
Berikut adalah rekapitulasi gaya-gaya yang bekerja pada grup tiang maupun pada
tiang tunggal berdasarkan beban layan (service) yang dapat dilihat pada Tabel 4.3
Dan perhitungan program Group 5.0 berdasarkan beban gempa adalah sebagai
berikut :
BAB IV – STUDI KASUS 4 - 24
Laporan Tugas Akhir
Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Bor Jembatan Mahkota II Samarinda
dengan Menggunakan Metoda t-z dan p-y serta Metoda Elemen Hingga 3 Dimensi
Gambar 4.20 Grafik defleksi tiang terhadap kedalaman untuk beban gempa
Gambar 4.21 Grafik momen tiang terhadap kedalaman untuk beban gempa
Gambar 4.22 Grafik gaya geser tiang terhadap kedalaman untuk beban gempa
Dari kedua hasil perhitungan diatas bisa dilihat bahwa gaya aksial, momen, geser
serta lateral dari beban layan (service) yang bekerja terhadap tiang tunggal lebih
besar daripada gaya-gaya dalam yang bekerja pada tiang tunggal apabila bekerja
beban gempa. Namun pada beban gempa terjadi gaya tarik maksimum sebesar
1190 kN pada tiang akibat adanya momen yang cukup besar. Oleh karena itu pada
disain alternatif akan diperhitungkan kapasitas tiang terhadap gaya tarik untuk
menghindari tercabutnya tiang akibat momen bila terjadi gempa.
Penggunaan Plaxis 3D Tunnel dalam kasus tiang bor adalah untuk mengetahui
perilaku pondasi tiang bor terhadap pembebanan yang meliputi besar deformasi
dan besar gaya-gaya dalam.
Secara umum tahapan metodologi perhitungan menggunakan Plaxis 3D Tunnel
terdiri dari 3 tahap, yaitu :
1. Tahap inputisasi (input)
2. Tahap perhitungan (calculation)
3. Hasil perhitungan (output)
Penjabaran dari ketiga tahap tersebut dapat dilihat pada sub bab 3.9.1.
Analisis hasil perhitungan output program Plaxis 3D Tunnel ditinjau dari perilaku
pondasi terhadap besar perpindahan (deformation) dan gaya-gaya dalam.
Penjabaran hasil analisis tersebut akan dijelaskan sebagai berikut :
1. Perpindahan (deformation)
a. Perpindahan global 3 dimensi (total displacements)
Berikut adalah tampilan 3 dimensi hasil perhitungan perpindahan pada
Gambar 4.24 sedangkan rekapitulasi hasil perhitungan (output)
disampaikan pada Tabel 4.5
Sama seperti perhitungan pada tinjauan disain awal, analisis pada disain alternatif
dimulai dengan menghitung kekuatan aksial pondasi terhadap beban aksial. Beban
aksial yang berpengaruh
ruh pada tiang tunggal adalah
dalah beban akibat aksial tekan,
momen arah x dan momen arah z.. Perhitungan beban aksial maksimum yan yang
diterima tiang dijabarkan pada sub bab berikut.
Jika beban aksial tekan didistribusikan merata pada tiap tiang maka beban aksial
yang diterima oleh satu tiang adalah
Perhitungan gaya aksial tekan akibat dari momen arah x adalah sebagai berikut :
Gambar 4.
4.30 Pembebanan grup akibat momen z
(Irsyam, 2005)
dengan,
Mz = 14648 kN m
L1 = 2.25 meter
L2 = 6.75 meter
L3 = 11.25
m =4
n =6
Dari ketiga perhitungan diatas maka beban aksial terbesar yang diterima oleh grup
tiang dapat dihitung dengan persamaan berikut
5220 66.69 116.25 5402.94
Untuk perhitungan manual kapasitas daya dukung aksial disain alternatif tidak
jauh berbeda dengan perhitungan disain awal tiang bor. Berikut disampaikan
perhitungan manual kapasitas daya dukung aksial disain alternatif seperti terlihat
pada Tabel 4.2.
Untuk perhitungan efisiensi pada disain alternatif, sesuai dengan yang telah
? E
dibahas sebelumnya pada bab 2.6 maka digunakan efisiensi antara dan dari
E 0
∑Qut, atau diambil nilai rata-ratanya yaitu sebesar 71 %.
24 0.71 5998.66
101929.23 > 96460 kN (OK)
24 0.708 5843
99284.26 > 96460 kN (OK)
Perhitungan kapasitas aksial grup dengan metode Reese & O’Neil adalah :
24 0.708 5998.66
101929.23 > 96460 kN (OK)
Dari ketiga metode perhitungan diatas dapat dilihat bahwa semua metode yang
digunakan dalam menghitung kapasitas aksial grup telah memenuhi beban servis
yang bekerja pada grup tiang.
Analisis disain alternatif pondasi dengan Group 5.0 menggunakan data beban dan
kondisi tanah yang sama dengan disain awal yaitu menggunakan beban layan
(service) dan beban gempa. Hasil analisis beban layan dengan menggunakan Group
5.0 dapat dilihat pada Gambar 4.34 sampai dengan Gambar 4.37
Untuk perhitungan berdasarkan beban layan, defleksi yang terjadi adalah sebesar
146 mm dengan gaya momen sebesar 5460 kNm. Sedangkan untuk geser
maksimum yang terjadi adalah sebesar 478 kN.
Dan untuk perhitungan program Group 5.0 berdasarkan beban gempa pada disain
alternatif adalah sebagai berikut :
Gambar 4.40 Grafik gaya geser terhadap kedalaman untuk beban gempa
Berikut adalah rekapitulasi gaya-gaya yang bekerja pada disain alternatif grup
tiang maupun tiang tunggal pada kondisi beban gempa :
Analisis hasil perhitungan output program Plaxis 3D Tunnel ditinjau dari perilaku
pondasi terhadap besar perpindahan (deformasi) dan gaya-gaya dalam. Penjabaran
hasil analisis tersebut akan dijelaskan sebagai berikut :
1. Perpindahan (deformation)
a. Perpindahan global 3 dimensi (total displacements)
Berikut adalah tampilan 3 dimensi hasil perhitungan perpindahan pada
Gambar 4.42 sedangkan rekapitulasi hasil perhitungan (output)
disampaikan pada Tabel 4.8
Tabel 4.14 Distribusi gaya pada tiang untuk beban layan disain 4x5
Group 5.0 Plaxis 3D Tunnel
No. Tiang Aksial Shear Momen Aksial Shear Momen
(kN) (kN) (kNm) (kN/m) (kN/m) (kNm/m)
1 4810 -581 -6600 -5660 -294.38 2960
2 5150 -581 -6600 -4300 297.13 -2940
3 5480 -582 -6590 -4110 316.16 -3130
4 5820 -582 -6590 -5740 -376.22 3790
5 5880 -580 -6550 -4660 -350.39 3480
6 5540 -579 -6560 -2900 291.83 -2810
7 5200 -578 -6560 -3000 269.94 -2600
8 4860 -578 -6570 -4590 -265.92 2620
9 4920 -575 -6530 -4210 -261.89 2550
10 5250 -576 -6530 -2610 265.79 -2530
11 5590 -576 -6520 -2550 293.57 -2750
12 5930 -577 -6520 -4380 -350.73 3410
13 5980 -574 -6490 -4940 -357.14 3450
14 5650 -573 -6490 -3180 298.98 -2780
15 5310 -573 -6500 -3250 277.5 -2570
16 4970 -572 -6500 -4730 -272.02 2600
17 5020 -569 -6470 -5690 -309.31 2900
18 5360 -570 -6460 -4410 318.73 -2880
19 5700 -571 -6460 -4210 335.58 -3070
20 6040 -571 -6450 -5770 -388.49 3720
Tabel 4.15 Distribusi gaya pada tiang untuk beban layan disain 4x6
Group 5.0 Plaxis 3D Tunnel
No. Tiang Aksial Shear Momen Aksial Shear Momen
(kN) (kN) (kNm) (kN/m) (kN/m) (kNm/m)
1 4850 -477 -5460 -13060 -690 6710
2 5030 -477 -5460 -9160 728.48 -6950
3 5220 -477 -5450 -8960 782.4 -7490
4 5400 -478 -5450 -13000 -955.05 9260
5 5440 -476 -5430 -11350 -897.47 8790
6 5250 -476 -5440 -6680 725.51 -6900
7 5070 -476 -5440 -6820 657.16 -6280
8 4890 -475 -5440 -11490 -623.75 6070
9 4930 -474 -5420 -10890 -611.73 5890
10 5110 -474 -5420 -6170 647.54 -6080
11 5290 -474 -5420 -6100 716.95 -6730
12 5480 -475 -5420 -10830 -888 8600
13 5510 -473 -5400 -11840 -891.05 8580
14 5330 -473 -5400 -7400 720.7 -6700
15 5150 -473 -5400 -7410 652.03 -6060
16 4960 -472 -5410 -11630 -615.92 5870
17 5000 -471 -5390 -13150 -634.6 6010
18 5180 -471 -5390 -8730 674.7 -6210
19 5370 -471 -5380 -8610 741.9 -6830
20 5550 -472 -5380 -13280 -912.53 8710
21 5590 -470 -5360 -14780 -938.2 9110
22 5400 -470 -5370 -10730 795.83 -7370
23 5220 -470 -5370 -11020 747.88 -6380
24 5040 -469 -5370 -14880 -701.36 6590
Berbeda dengan program Group yang meninjau pile dari segi struktur, pemodelan
yang dilakukan pada Plaxis 3D Tunnel lebih meninjau interaksi antara tanah
dengan struktur pondasi. Program ini menganalisis perhitungan model yang dibuat
pada kondisi plane-strain atau dengan kata lain regangan normal, serta gaya-gaya
geser yang terjadi pada tegak lurus bidang model diasumsikan nol. Hal ini
mengakibatkan gaya-gaya yang bekerja pada bidang x-y tidak berbeda dengan
gaya-gaya yang bekerja pada arah z. Kondisi ini menguntungkan untuk perhitungan
dengan menggunakan model yang mempunyai panjang arah z cukup besar seperti
terowongan atau dinding penahan tanah. Namun untuk kasus pondasi, dimana
jarak arah z bervariasi dan tidak menerus, metode ini kurang tepat dilakukan
karena gaya-gaya yang terjadi tegak lurus bidang x-y belum tentu sama.
Selain itu pada pemodelan pondasi tiang bor menggunakan software Plaxis 3D
Tunnel diperlukan modifikasi parameter pelat seperti EI dan EA agar dapat
menggambarkan kondisi yang sebenarnya. Modifikasi dilakukan karena perilaku
pelat menjadi tidak kaku (non-rigid) akibat pembebanan. Selain itu modifikasi
pile-cap diperlukan agar distribusi beban aksial tersebar merata pada seluruh
tiang. Pada gambar 4.47 menjelaskan model pondasi dengan menggunakan alas
(pad) sebagai lapisan pelat yang terletak diatas pile cap.