Anda di halaman 1dari 9

e-Journal.

Volume 05 Nomor 01 Tahun 2016, Edisi Yudisium Periode Pebruari 2016, Hal 10-18

PENGEMBANGAN MOTIF BATIK BONDOWOSO DI PENGRAJIN “BATIK LUMBUNG”

Gian Bifadlika
Mahasiswa S1 Tata Busana, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya
gyan_bifadlika@ymail.com
Irma Russanti
Dosen Pembimbing PKK S1 Tata Busana, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya
irma.naura@yahoo.co.id

Abstrak
Batik Bondowoso merupakan batik dengan ciri khas ornamen daun singkong disetiap
motifnya. Untuk membuat motif batik yang lebih bervariasi, maka dikembangkan ornamen daun
singkong dari beberapa batik Bondowoso khususnya di pengrajin “Batik Lumbung”. Sehingga
dilakukan penelitian dengan judul “Pengembangan Motif Batik Khas Bondowoso di pengrajin
“Batik Lumbung”. Penelitian ini termasuk penelitian pengembangan atau R&D (research and
Development) dengan sepuluh (10) tahapan. Tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini sampai
dengan tahap enam (6), yaitu; potensi dan masalah, pengumpulan data, desain produk, validasi
desain,revisi desain dan uji coba produk. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah
metode observasi. Observasi dilakukan terhadap hasil pengembangan tiga motif batik khas
Bondowoso yang bertujuan untuk mengetahui hasil pengembangan motif batik yang terbaik
ditinjau dari unsur dan prinsip desain. Instrumen dalam penelitian ini adalah lembar observasi
dengan skala daftar cocok (Check List) yang diisi oleh tiga puluh (30) observer. Hasil
pengumpulan data tersebut dianalisis secara deskriptif kuantitatif berdasarkan penghitungan rata-
rata (mean). Hasil penelitian ditinjau dari unsur dan prinsip desain, batik dengan motif cabe
hasilnya baik. Sedangkan batik dengan motif daun singkong dan kupu-kupu hasilnya cukup baik,
sehingga motif cabe merupakan hasil pengembangan yang terbaik, dan disarankan untuk dilakukan
penelitian lanjutan hingga tahap produksi massal.
Kata kunci: Pengembangan, motif, batik, Bondowoso.

Abstract
Bondowoso’s batik is a batik with ornaments characteristic of cassava leaf in every motif.
To create a more varied motif, then developed a cassava leaf ornament of some batik Bondowoso,
especially in the “Batik Lumbung” Craftsman, So do research with a title “development of
bondowoso batik motif in “batik lumbung” craftsman. This study includes in research and
development or R & D with ten (10) stages. Steps being taken in this study to six (6) stage, namely
is: the potential and problems, data collection, product design, design validation, design revisions
and product trials. The data collection method used is the method of observation. Observations
carried out on the results of the development of three motif Bondowoso which aims to determine
the results of the development of the motif is best viewed from the elements and principles of
design. Instruments in this study is the observation sheet with a list of suitable scale (Check List),
which is filled by thirty (30) observer. The data collected was analyzed by descriptive quantitative
calculation based on the average (mean). Results of the study in terms of the elements and
principles of design, batik with a chilli motif have a good results. While batik with a motif of
cassava leaves and butterflies have the results were quite good, So the chili motif is the best
development results, and recommended to do advanced research to mass production stage.
Keywords: Development, motif, batik, Bondowoso.

PENDAHULUAN dalam berbagai hasil karya buah budi manusia baik


Kebudayaan adalah hasil buah budi manusia berupa material maupun immaterial. Kebudayaan
untuk mencapai kesempurnaan hidup yang meliputi material, yaitu kebudayaan yang berwujud
seni sastra, seni musik, seni pahat, seni rupa, kebendaan, misalnya: rumah, gedung, alat-alat
pengetahuan filsafat atau bagian-bagian yang indah senjata, mesin-mesin, pakaian, dan sebagainya.
dari kehidupan manusia. Sebagaimana yang telah Sedangkan kebudayaan immaterial, yaitu:
diketahui, Indonesia merupakan negara kepulauan kebudayaan, adat-istiadat, bahasa, ilmu
yang memiliki beragam kebudayaan dari Sabang pengetahuan dan sebagainya (Prasetya dkk, 2009:
hingga Merauke. Kebudayaan tersebut tertuang 30-31).

10
e-Journal. Volume 05 Nomor 01 Tahun 2016, Edisi Yudisium Periode Pebruari 2016, Hal 10-18

Batik adalah kain bergambar yang konsumen dari kalangan menengah juga dapat
pembuatannya secara khusus dengan menuliskan menikmati batik khas Bondowoso. Minat yang
atau menerakan malam pada kain, kemudian semakin meningkat dari konsumen juga harus
pengolahannya di proses dengan cara tertentu sejalan dengan kegiatan pengrajin yang harus
(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007:112). Sejak berusaha untuk meningkatkan produk batiknya.
batik dikukuhkan oleh UNESCO menjadi warisan Pengamatan dilakukan pada hasil lembar
budaya dunia pada tanggal 2 Oktober tahun 2009, observasi pendahuluan motif khas Bondowoso
masyarakat mulai mengembangkan usaha batik. yang diproduksi oleh “Batik Lumbung” . Dari
Daerah-daerah yang sebelumnya tidak memiliki kegiatan tersebut didapat bahwa motif khas
sejarah batik kini mulai mengembangkan batik Bondowoso yang diproduksi oleh “Batik
khas daerahnya dengan menuangkan potensi alam Lumbung” tergolong sederhana dan kurang
maupun icon daerahnya sebagai salah satu motif bervariasi atau monoton. Hal ini dikarenakan
batik. Motif-motif yang tercipta berupa motif-motif khususnya daun singkong agak sulit untuk distilasi,
yang mengacu pada beberapa jenis batik modern. jika dilakukan stilasi maka akan merubah bentuk
Bondowoso sebagai salah satu kabupaten dasar dan ditakutkan tidak terlihat seperti daun
yang berada di provinsi Jawa Timur memiliki batik singkong. Hal ini diungkapkan oleh ibu Sofiah
khas sendiri sejak tahun 1984. Batik khas dari (wawancara pada tanggal 24 November 2014)
kabupaten ini mengangkat tema tumbuhan selaku pengerajin “Batik Lumbung”. Bahwa daun
singkong. Singkong merupakan komoditi unggulan singkong agak sulit untuk dilakukan penggubahan
di Bondowoso, oleh karenanya dengan mengangkat atau stilasi, dan jika terlalu digayakan maka tidak
tema tanaman singkong pada motif batiknya terlihat atau tergambar seperti daun singkong yang
diharapkan lebih mengenalkan Bondowoso sesungguhnya. Sehingga berdasarkan uraian diatas,
khususnya pada hasil kerajinannya berupa batik maka penelitian ini terfokus untuk memberikan
khas Bondowoso. Seiring dengan waktu batik khas atau mencari alternatif agar motif batik khas
Bondowoso tersebut dikenal masyarakat dengan bondowoso di pengrajin “batik lumbung” yang
motif daun singkongnya, sehingga melihat hal lebih bervariasi.
tersebut pemerintah mengukukuhkan batik dengan
motif daun singkong menjadi batik khas kabupaten
Bondowoso pada tahun 2009 hingga saat ini. METODE PENELITIAN
Pengukuhan motif daun singkong sebagai Jenis Penelitian
motif khas kabupaten Bondowoso membuat potensi Penelitian dan pengembangan atau R&D
batik khas Bondowoso semakin meningkat. Motif (reseach and development) merupakan metode
yang dihasilkan juga tidak terbatas motif daun penelitian yang digunakan untuk menghasilkan
singkong. Beberapa motif yang berkembang yaitu suatu produk dan menguji keefektifannya. Berikut
motif kupu-kupu,capung, ilalang, cabe, stroberi, adalah tahapan R&D:
kacang makadamia, singo ulung, tembakau dan
kopi. Selain itu minat masyarakat akan kain batik Potensi dan Pengumpulan Desain Validasi
masalah Data Produk Desain
juga makin bertambah dan beberapa anggota
masyarakat mulai mendirikan usaha batik. Hal
tersebut terbukti oleh bertambahnya jumlah
industri batik di kabupaten ini, yang awalnya hanya Uji Coba
Pemakaia
Revisi Uji Coba Revisi
Desain
Produk Produk
terdapat satu pengrajin bertambah menjadi lima nn
pengrajin batik. Menurut data dari
DISKOPERINDAG kabupaten Bondowoso tidak
semua pengrajin terdaftar sebagai mitra UMKM, Revisi Produk Produksi Massal

dari lima hanya tiga pengrajin yang baru terdaftar


dalam UMKM DISKOPERINDAG sampai pada
tahun 2014. Para pengrajin yang tercatat sebagai Gambar 1. Langkah-langkah R&D
mitra tersebut adalah sanggar Batik Tulis (Sugiyono, 2015:409)
Sumbersari, Batik Lumbung, dan sanggar batik
tulis Kembang Kusuma. Adanya keterbatasan waktu dan biaya dalam
“Batik Lumbung” merupakan salah satu proses penelitian, sehingga tahapan yang
pengrajin batik yang memproduksi batik khas digunakan dalam penelitian ini hanya sampai pada
Bondowoso yang berdiri sejak tahun 2012. tahap uji coba produk. Tahapan yang dilakukan
Banyaknya peminat dari batik tulis yang diproduksi dalam penelitian ini adalah sebgai berikut:
oleh pengrajin ini berawal dari keikutsertaannya 1. Potensi dan Masalah
dalam UMKM kabupaten Bondowoso. Sehinggga Potensi pada penelitian ini berangkat dari
pemasaran dibantu oleh DISKOPERINDAG observasi pendahuluan yang dilakukan oleh
tersebut. Selain itu harga yang terjangkau juga peneliti di pengrajin “Batik Lumbung”,
menjadi andalan dari pengrajin ini, sehingga observasi dilakukan dengan mengamati hasil

11
e-Journal. Volume 05 Nomor 01 Tahun 2016, Edisi Yudisium Periode Pebruari 2016, Hal 10-18

jadi batik tulis yang ada pada sanggar tersebut. Warna yang akan digunakan merupakan
Setelah dilakukan pengamatan timbullah warna yang juga sering dipesan oleh konsumen.
masalah, yaitu motif Bondowoso yang Dibawah ini merupakan sumber ide warna
digunakan masih sederhana dan belum yang akan diterapkan, antara lain:
bervariasi dari segi motifnya, sehingga perlu
adanya pengembangan dari segi ornamen utama,
ornamen tambahan dan kombinasi isen-isen
dalam satu ragam hias.
2. Pengumpulan data
Pengumpulan data dilkukan dengan cara
peneliti berkunjung ke pengrajin “Batik Gambar 4. Sumber ide warna dasar batik
Lumbung” untuk mendokumentasikan hasil jadi (Dok. Peneliti,2015)
batik khas Bondowoso yang diproduksi pada
bulan oktober 2014. Wawancara tak terstruktur Dari sumber ide warna tersebut,
juga dilakukan untuk mengetahui tentang batik dilakukan penerapan pada salah satu desain
khas Bondowoso yang diproduksi oleh motif , untuk mengetahui kombinasi warna
Pengrajin “Batik Lumbung”. Selain itu yang sesuai . Hasil dari kombinasi tersebut
wawancara juga dilakukan untuk mengetahui antara lain:
jenis batik dan warna yang sedang diminati
pada saat itu.
3. Desain Produk
Setelah data diperoleh, langkah selanjutnya
adalah membuat desain motif pengembangan
motif batik khas Bondowoso sesuai dengan
sumber ide motif batik khas Bondowoso yang
telah dilakukan pemilihan sebelumnya, antara
lain:

Gambar 5. Hasil kombinasi warna


(Dok.Peneliti, 2015)

Gambar 2. Sumber ide batik yang akan 4. Validasi Desain


dilakukan pengembangan Validasi desain dalam penelitian ini
(Pengrajin Batik Lumbung, 2015) dilakukan dengan cara pemilihan desain motif
secara langsung oleh dua dosen ahli desain.
Setelah dilakukan pemilihan sumber ide, Desain motif yang telah dipilih kemudian
maka dilakukan pembuatan desain motif. Dua dievaluasi dan diberikan saran oleh dua dosen
desain motif dibuat setiap satu sumber ide tersebut untuk dilakukan revisi desain jika
sehingga desain motif yang dibuat berjumlah diperlukan. Dari keenam desain motif dipilih
enam desain motif. Dari sumber ide diatas, tiga desain motif, yaitu:
desain motif yang dihasilkan antara lain:

Gambar 6. Desain motif yang terpilih


(Dok. Peneliti, 2015)

Kombinasi warna juga dilakukan pemilihan


oleh dosen ahli desain, dari enam kombinasi
warna dipilih satu kombinasi warna yang akan
diterapkan pada tiga desain motif yang telah
Gambar 3. Desain motif batik hasil dipilih sebelumnya. Kombinasi warna yang
pengembangan sumber ide dipilih adalah:
(Dok. Peneliti, 2015)

12
e-Journal. Volume 05 Nomor 01 Tahun 2016, Edisi Yudisium Periode Pebruari 2016, Hal 10-18

Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan


Maret s.d Oktober 2015.
Deskripsi Operasional Objek Penelitian
1. Pengembangan motif batik adalah kegiatan
memperbaharui motif batik yang sudah ada
dengan tujuan agar lebih variatif.
2. Batik Bondowoso adalah batik khas kabupaten
Bondowoso yang memiliki motif daun
Gambar 7. Hasil perpaduan warna yang terpilih singkong pada setiap batiknya.
(Dok.Peneliti, 2015) 3. Pengrajin “Batik Lumbung” merupakan salah
satu pengrajin batik di kabupaten Bondowoso
5. Revisi Desain yang memproduksi batik khas Bondowoso.
Desain yang telah dipilih dan dievaluasi Metode Pengumpulan Data
oleh dosen ahli kemudian dilakukan revisi Observasi merupakan pemusatan perhatian
sesuai dengan saran. Desain motif daun terhadap suatu objek dengan menggunakan alat
singkong direvisi pada bagian motif ilalang indera penglihatan, pendengaran, dan peraba.
untuk diperbesar dan lebih merumpun, garis- Metode pengambilan data ini dilakukan dengan
garis pengisi bidang diantara motif daun cara melengkapi format pengamatan sebagai
singkong dihapus lalu diganti dengan isen-isen, instrumen untuk menggali dengan rinci tentang
dan kombinasi isen-isen pada motif daun hasil jadi pengembangan warna dan motif batik
singkong ditambah menjadi tiga jenis isen-isen. “Lumbung” khas Bondowoso. Jumlah observer
Desain motif yang kedua yaitu motif desain berjumlah 30 orang, terdiri dari 3 observer terlatih
motif kupu-kupu hanya direvisi pada bagian yaitu dosen tata busana dan 27 observer semi
isen-isen, yaitu pada bagian pengisi bidang terlatih yaitu mahasiswa tata busana yang telah
diantara motif kupu-kupu, daun singkong dan menempuh mata kuliah desain tekstil.
batu ditambahkan isen-isen ceceg telu, dan isen- Instrumen Penelitian
isen pada motif daun singkong diisi dengan Lembar observasi yang digunakan adalah
lebih dari satu isen-isen. Desain motif yang lembar observasi yang berisi pengamatan mengenai
terakhir yaitu desain motif cabe, desain motif hasil jadi tiga produk batik khas Bondowoso yang
cabe dirubah hanya pada bagian isen-isen diproduksi oleh pengerajin batik “Lumbung” yang
diantara motif sulur yang sebelumnya bergaris telah dimodifikasi warna dan motifnya. Penelitian
dirubah menjadi titik-titik atau ceceg. observasi menggunakan daftar check list (√)
6. Uji Coba Produk sebagai alat pengambilan data. Ceck list adalah
Setelah dilakukan revisi desain, tiga desain daftar berisi nama-nama subyek dan faktor-faktor
motif yang telah direvisi kemudian dilakukan yang hendak diteliti dan dimaksudkan untuk
uji coba produk. Uji coba produk dilakukan mensistematiskan catatan observasi. Penelitian ini
untuk mengetahui hasil jadi desain motif pada berdasarkan “skala likert” dalam Sugiyono (2004:
kain dengan teknik batik. Setelah desain motif 312), dengan modifikasi empat pilihan yaitu:
batik dibuat, didapat hasil akhir dari 1. Sangat Baik : Skor 4, jika pernyataan pada
pengembangan motif batik khas Bondowoso, lembar observasi sangat sesuai dengan hasil
yaitu: jadi pengembangan motif batik.
2. Baik : Skor 3, jika pernyataan pada
lembar observasi sesuai dengan hasil jadi
pengembangan motif batik.
3. Cukup Baik : Skor 2, jika pernyataan pada
lembar observasi cukup sesuai dengan hasil
jadi pengembangan motif batik.
4. Kurang Baik : Skor 1, jika pernyataan pada
Gambar 8. Kain batik hasil pengembangan lembar observasi kurang sesuai dengan hasil
motif batik bondowoso (Dok.Peneliti, 2015) jadi pengembangan motif batik.
Lembar observasi berisi kriteria penilaian
Hasil uji coba produk yang telah jadi untuk setiap aspek motif yang diamati dengan
berupa kain batik dengan pengembangan motif mengacu pada unsur dan prinsip desain serta
batik khas Bondowoso kemudian dilakukan pengembangan warna dan motifnya.
penilaian dengan cara mengamati kain batik Analisis Data
hasil pengembangan motif batik khas Penelitian ini menggunakan analisis data deskriptif
Bondowoso di pengrajin “Batik Lumbung”. dengan data kuantitatif. Data mentah yang
Waktu dan Tempat Penelitian diperoleh dihitung dengan menggunakan uji nilai
Penelitian dilakukan di jurusan PKK fakultas rata-rata (mean). Adapun rumus yang digunakan
Teknik Universitas Negeri Surabaya adalah sebagai berikut:

13
e-Journal. Volume 05 Nomor 01 Tahun 2016, Edisi Yudisium Periode Pebruari 2016, Hal 10-18

3. Aspek Perpaduan warna

Keterangan :
X = nilai rata-rata
= Jumlah seluruh nilai
N = Jumlah observer
Setelah dilakukan penghitungan data dengan
menggunakan rumus mean, kemudian di sajikan
dengan menggunakan diagram batang untuk
memudahkan dalam membaca data.
Gambar 11. Mean perpaduan warna
HASIL DAN PEMBAHASAN
Mean tertinggi adalah pada batik batik
Data yang diperoleh dari penelitian hasil jadi
cabe yaitu sebesar 3,37 dengan kriteria baik
pengembangan motif batik Bondowoso ditinjau
(skor 3).
dari unsur dan prinsip desain serta pengembangan
4. Aspek Gabungan antara ornamen dan warna
motifnya. Data hasil observasi yang disajikan
dalam bentuk diagram batang berikut ini:
1. Aspek Ukuran Bentuk Ornamen Utama,
Tambahan, dan Isen-Isen

Gambar 12. Gabungan antara ornamen dan warna


Gambar 9. Mean ukuran bentuk ornamen
Mean tertinggi adalah pada batik batik
utama, tambahan, dan isen-isen
cabe yaitu sebesar 3,33 dengan kriteria baik
(skor 3).
Mean tertinggi adalah pada batik batik
cabe yaitu sebesar 3,13 dengan kriteria baik 5. Aspek Pusat Perhatian/Center Of Interest
(skor 3).
2. Aspek Perpaduan antar garis pada keseluruhan
motif

Gambar 13. Mean pusat perhatian/


center of interest

Mean tertinggi adalah pada batik kupu-


kupu yaitu sebesar 2,83 dengan kriteria cukup
Gambar 10. Mean perpaduan antar garis pada
(skor 2).
keseluruhan motif
6. Mean Keseluruhan
Mengetahui hasil jadi pengembangan
Mean tertinggi adalah pada batik batik
motif batik Bondowoso di pengrajin “Batik
cabe yaitu sebesar 3,40 dengan kriteria baik
Lumbung” yang terbaik maka dihitung terlebih
(skor 3).
dahulu mean dari keseluruhan aspek unsur dan
prinsip desain, yang disajikan pada diagram
batang berikut ini:

14
e-Journal. Volume 05 Nomor 01 Tahun 2016, Edisi Yudisium Periode Pebruari 2016, Hal 10-18

ornamen ilalang dengan bentuk yang yang


lebih besar dan lebih meliuk-liuk. Terdapat
pula ornamen ilalang yang menyerupai
ornamen ukel pada bagian ujung daunnya.
Ukuran yang lebih besar dibandingkan
dengan ornamen ilalang sebelumnya
memungkinkan motif batik secara
keseluruhan memiliki pusat perhatian atau
center of interest.
Gambar 14. Mean keseluruhan aspek Ornamen tambahan atau disebut juga
ornamen pengisi bidang pada motif batik
Mean tertinggi terletak pada batik batik sesudah mengalami pengembangan berupa
cabe yaitu dengan mean sebesar 3,2 dengan daun dengan stilasi membentuk ornamen
kriteria baik (skor 3). ukel dan motif daun dengan bentuk yang
lebih sederhana dan dibuat meliuk. Ornamen
Pembahasan tambahan setelah dikembangkan dibuat lebih
1. Hasil Jadi Pengembangan Motif Bondowoso di sederhana dan penempatan ornamen tampak
Pengrajin “Batik Lumbung”. menyatu dengan ornamen utama yaitu daun
a. Batik Daun Singkong singkong. Isen-isen pada motif ornamen
daun singkong setelah dikembangkan dibuat
Tabel 1. Pengelompokan jenis ornamen dengan mengkombinasi tiga jenis isen-isen
batik daun singkong dalam satu ornamen daun singkong
Jenis Batik daun singkong sebelum Batik daun singkong sesudah diantaranya sawut, ceceg dan ceceg pitu.
No.
ornamen dikembangkan dikembangkan Ornamen daun singkong setelah
dikembangkan dibuat tiga warna sehingga
memberi kesan adanya center of interest
Ornamen
1
Utama 1 dalam setiap ornamen daun singkong. Dan
pada ornamen ilalang, walaupun hanya
diterapkan satu warna dalam satu ornamen,
namun jika dilihat secara menyeluruh pada
2
Ornamen rumpunan ornamen ilalang terdapat
Utama 2
perbedaan warna antara ornamen ilalang
satu dengan yang lain. Jika dilihat warna
ornamen ilalang setelah dikembangkan
Ornamen terdapat ketidakseimbangan penempatan
3
Tambahan warna, sehingga rumpun ilalang terlihat
kurang harmonis.
Hasil penilaian observer mengenai
hasil jadi pengembangan batik daun
singkong memperoleh nilai rata-rata 2,89
4 Isen-Isen dengan kategori penilaian cukup baik.hal ini
dikarenakan terdapat tiga aspek unsur dan
prinsip desain yang dinilai cukup baik. 1)
batik daun singkong dianggap belum
Sumber: (Dok. Peneliti,2015) memiliki ukuran dan bentuk yang seimbang
sehingga dinilai cukup harmonis dan
Pengembangan pertama yaitu batik proporsional, 2) batik daun singkong
daun singkong mengalami perubahan desain dianggap belum menimbulkan irama atau
namun masih masih jelas terlihat secara kesan gerak dalam desainnya, dan 3)
keseluruhan mengarah keatas dari bagian dianggap sudah memiliki perpaduan warna
pinggiran motif batik. Susunan ornamen yang kontras namun belum dilakukan
daun singkong setelah dikembangkan dibuat penempatan warna yang baik sebagai suatu
lebih renggang dan sedikit berjauhan. Dalam penekanan. Sedangkan jika ditinjau dalam
pengembangannya bentuk ujung setiap keseluruhan aspek unsur dan prinsip desain
helaian pada ornamen daun singkong hal diatas belum sesuai dengan teori dari
menjadi lebih runcing dan sedikit meliuk. Suhersono (2004: 107), untuk membuat
Penambahan batang pada bagian pangkal desain-desain yang lebih baik maka harus
daun berupa ornamen ukel juga menambah memperhatikan prinsip-prinsip desain dalam
variasi pada motif daun singkong. Bentuk menggabungkan unsur-unsur desain.
ilalang setelah dikembangkan menjadi

15
e-Journal. Volume 05 Nomor 01 Tahun 2016, Edisi Yudisium Periode Pebruari 2016, Hal 10-18

b. Batik Kupu-Kupu Ornamen pecah batu merupakan


ornamen tambahan, setelah dikembangankan
Tabel 2. Pengelompokan jenis ornamen ornamen pecah batu tidak berbeda jauh
batik kupu-kupu dengan ornamen pecah batu sebelum
No.
Jenis Batik Kupu-Kupu sebelum Batik Kupu-Kupu sesudah dikembangkan dari segi bentuknya.
Ornamen dikembangkan dikembangkan
Perbedaan yang terlihat pada ukuran dan
penyusunan dari ornamen itu sendiri.
1
Ornamen Ukuran motif dibuat bervariasi, dari batu-
Utama 1
batu yang besar hingga batu yang kecil dan
dari penyusunan terlihat ornamen ini disusun
didalam bidang garis lengkung tersendiri
2
Ornamen
Utama 2
Penyusunan juga terlihat dari ukuran yang
terbesar hingga yang terkecil menjulang
kebagian atas kain, sehingga kesan mata
bergerak mengikuti arah motif pecah batu
Ornamen
3
Tambahan lebih kuat. Isen-isen pada ornamen daun
singkong setelah dikembangkan dibuat
dengan mengkombinasi tiga jenis isen-isen
dalam satu ornamen daun singkong
4 Isen-Isen diantaranya ron pakis, ceceg dan uceng.
Susunan isen-isen pada ornamen ini dibuat
agar dapat menunjukkan sebuat pusat
Sumber: (Dok. Peneliti,2015) perhatian dalam satu ornamen. Isen-isen
pada ornamen kupu-kupu dibuat dengan
Pengembangan motif batik yang kedua kombinasi dua jenis isen-isen yaitu sawut
adalah batik kupu-kupu. Pada batik ini dan ceceg. Penyusunan isen juga dilakukan
susunan antar ornamen masih terlihat sama sedemikian rupa sehingga ornamen ini
antara batik sebelum dikembangkan dan terlihat beragam antara ornamen kupu-kupu
sesudah dikembangkan. Terlihat pada bagian satu dengan yang lainnya.
penyusunan ornamen daun singkong dan Perbandingan luas warna tosca terlihat
kupu-kupu berjajar keatas dalam setiap sama dengan warna krem tua, hal ini
jenisnya. Namun terdapat sedikit perbedaan dikarenakan warna tersebut diletakkan pada
pada gambaran garis yang membatasi tempat bidang yang berbentuk sama yaitu bidang
ornamen daun singkong dan kupu, garis yang terbagi-bagi oleh garis yang meliuk-
yang sebelumnya lurus dibuat meliuk-liuk liuk, sehingga batik kupu-kupu kurang
dan semakin keatas semakin mengerucut menunjukkan pusat perhatiannya. Pada
atau mengecil. setiap motif, baik daun singkong dan kupu-
Daun singkong sebagai ornamen kupu diberikan warna satu jenis saja, hal ini
utama 1 digambarkan daun singkong yang dikarenakan warna dasar kain yang sudah
berbentuk meruncing pada setiap ujung dibuat lebih dari dua warna. Walaupun
helaiannya, lebih panjang dan terpisah penerapan warna pada daun singkong dan
disetiap helainya. Tambahan batang dibuat kupu diberikan satu warna dalam satu
di pangkal daun sehingga membuat ornamen ornamen, namun dalam penyusunannya
daun singkong semakin berbeda dengan dibuat selang-seling antara motif satu
motif daun singkong sebelum dikembangkan. dengan yang lain, sehingga jika dilihat
Penyusunan daun singkong yang di buat dalam keseluruhan motif maka memberikan
seakan berjatuhan membuat motif memiliki kesan kurangnya prinsip kesatuan pada batik
irama dalam penglihatan siapapun yang ini.
melihatnya. Ornamen kupu-kupu sebagai Hasil penilaian observer mengenai
ornamen utama kedua dalam hasil jadi pengembangan motif batik kupu-
pengembangannya terlihat pada bentuk kupu memperoleh nilai rata-rata 2,81 dengan
sayap kupu-kupu yang beragam antara kupu- kategori penilaian cukup baik, hal ini
kupu satu dengan yang lain. ornamen kupu- dikarenakan terdapat empat aspek unsur dan
kupu setelah dikembangkan dibuat lebih prinsip desain yang dinilai cukup baik. 1)
beragam bentuk. Ornamen kupu-kupu batik kupu-kupu dianggap belum memiliki
setelah dikembangkan membentuk kupu- ukuran dan bentuk yang seimbang sehingga
kupu yang sedang beterbangan kesegala arah dinilai cukup harmonis dan proporsional, 2)
dengan sayap yang terlihat penuh ataupun batik kupu-kupu dianggap belum
yang terlihat dari samping seekor kupu-kupu. menimbulkan irama atau kesan gerak dalam
desainnya, 3) batik kupu-kupu dianggap

16
e-Journal. Volume 05 Nomor 01 Tahun 2016, Edisi Yudisium Periode Pebruari 2016, Hal 10-18

memiliki gabungan motif dan warna yang dengan sebelumnya, berbentuk cabai dengan
belum membentuk suatu kesatuan atau unity , bentuk yang sebenarnya dan disusun
dan 4) batik kupu-kupu dianggap sudah berbentuk lingkaran sehingga nampak
memiliki perpaduan warna yang kontras seperti baling-baling. Isen-isen pada batik
namun belum dilakukan penempatan warna cabe secara keseluruhan memiliki enam
yang baik sebagai suatu penekanan agar jenis isen-isen, yakni: krakalan, ceceg telu,
timbul sebuah pusat perhatian. Sedangkan kembang suruh, ceceg pitu, ron pakis dan
jika ditinjau dalam keseluruhan aspek unsur sawut. Isen pada ornamen utama berupa
dan prinsip desain hal diatas belum sesuai daun singkong dibuat dua jenis isen-isen
dengan teori dari Suhersono (2004:107), dalam satu ornamen berupa ron pakis dan
untuk membuat desain-desain yang lebih ceceg pitu. Isen ornamen utama yang kedua
baik maka harus memperhatikan prinsip- tidak terdapat pengembangan, hanya
prinsip desain dalam menggabungkan unsur- dilakukan penggantian jenis isennya saja
unsur desain. berupa ceceg telu. Isen pada ornamen
c. Batik Cabe tambahan yaitu cabe dan daun di beri isen
hanya satu jenis saja pada masing-masing
Tabel 3. Pengelompokan jenis ornamen
ornamen, hal ini dikarenakan ukuran yang
batik cabe
kecil pada masing-masing ornamen.
Batik Cabe sebelum
No. Jenis motif
dikembangkan
Batik Cabe sesudah dikembangkan
Penerapan warna yang tepat akan
membuat semakin indah sebuah desain.
1
Motif Utama
1
Penerapan warna pada batik cabe terlihat
kurang harmonis, hal ini dikarenakan
penerapan warna pada ornamen sulur dirasa
kurang tepat. Peletakan warna pada ornamen
2
Motif Utama daun singkong, ornamen cabe dan ornamen
2
daun kurang memiliki prinsip kesatuan.
Hasil penilaian observer mengenai
hasil jadi pengembangan motif batik cabe
Motif
ditinjau dari unsur dan prinsip desain, batik
3
Tambahan
cabe memperoleh mean sebesar 3,2 dengan
kategori penilaian baik dan merupakan nilai
tertinggi dibandingkan dengan batik daun
singkong dan batik kupu-kupu, hal ini
4 Isen-Isen
dikarenakan terdapat empat aspek unsur dan
prinsip desain yang dinilai baik. 1) batik
kupu-kupu dianggap telah memiliki ukuran
dan bentuk yang seimbang sehingga dinilai
nampak harmonis dan proporsional, hal ini
Sumber: (Dok. Peneliti,2015)
sesuai dengan teori Kamil (1986:62) bahwa
ukuran erat hubungannya dengan bentuk
Pada pengembangan batik yang terakhir
sehingga dalam pembuatan sebuah desain
yaitu batik cabe mengalami perubahan
yang baik harus memperhatikan
desain namun masih jelas terlihat secara
keseimbangan ukuran dan bentuk yang baik
keseluruhan memiliki susunan motif yang
agar desain yang tercipta dapat harmonis dan
searah. Susunan ornamen daun singkong,
proporsional. 2) batik cabe dianggap sudah
cabe dan sulur dibuat lebih rapat, sehingga
memiliki perpaduan garis yang bergerak
batik terlihat lebih penuh dengan ornamen.
dengan teratur. 3) batik cabe memiliki
Ornamen utama 1 berupa daun singkong
perpaduan warna yang seimbang
dalam pengembangannya terlihat pada
penempatannya, dan 4) batik cabe dianggap
bentuk yang dibuat memiliki jarak antara
memiliki gabungan ornamen dan warna
ruas satu dengan yang lainnya sehingga pada
yang sudah membentuk suatu kesatuan atau
pangkal ruas jari daun membentuk
unity Jika ditinjau dalam keseluruhan aspek
lengkungan. Ornamen sulur merupakan
unsur dan prinsip desain hal diatas belum
ornamen utama 2, pada hasil pengembangan
sesuai dengan teori dari Suhersono
ornamen sulur mengalami stilasi bentuk.
(2004:107), yaitu untuk membuat desain-
Bentuk ornamen ini setelah dikembangkan
desain yang lebih baik maka harus
menjadi ornamen sulur dengan bentuk yang
memperhatikan prinsip-prinsip desain dalam
bercabang dan bergelombang.
menggabungkan unsur-unsur desain.
Ornamen cabe dan ornamen daun
merupakan ornamen tambahan pada batik
cabe. Ornamen cabe dibuat sangat berbeda

17
e-Journal. Volume 05 Nomor 01 Tahun 2016, Edisi Yudisium Periode Pebruari 2016, Hal 10-18

2. Hasil Jadi Pengembangan Motif Bondowoso di desain berupa motif daun singkong pada
Pengrajin “Batik Lumbung” yang Terbaik. aspek perpaduan warna, dan gabungan antara
ornamen dan warna dinilai baik. Motif kupu-
Tabel 4. Keseluruhan aspek penilaian kupu pada aspek perpaduan warna dinilai baik.
hasil jadi batik Sedangkan motif cabe pada aspek ukuran
bentuk motif dan isen-isen, perpaduan antar
Aspek
Motif Daun Motif
Motif Cabe garis pada keseluruhan motif, perpaduan warna,
Singkong Kupu-Kupu
serta gabungan antara ornamen dan warna
Ukuran Bentuk dinilai baik.
ornamen Utama, 2. Motif Cabe merupakan hasil jadi
tambahan, Dan Isen-
Isen 2,73 2,67 3,13
pengembangan motif batik Bondowoso di
Perpaduan Antar Garis pengerajin “Batik Lumbung” yang terbaik
pada keseluruhan 2,67 2,93 3,4 dibandingkan batik daun singkong dan kupu-
Motif
kupu, dikarenakan hanya motif cabe yang
Perpaduan warna 3,33 3,1 3,37 dinilai baik ditinjau dari unsur dan prinsip
gabungan antatra
ornamen dan warna 3,03 2,53 3,33
desain.

pusat perhatian/center Saran


of interest 2,7 2,83 2,77 Berdasarkan penelitian pada hasil jadi
Sumber: (Dok.Peneliti,2015) pengembangan motif batik Bondowoso di
pengrajin “Batik Lumbung”, maka saran yang
Pada aspek pusat perhatian ketiga batik dapat disampaikan adalah:
dinilai cukup baik, dan skor tertinggi pada batik 1. Dapat dilakukan penelitian lanjutan mengenai
kupu-kupu dengan skor 2,8, hal ini dikarenakan pengembangan motif dan penerapan unsur dan
motif kupu-kupu dianggap memiliki warna prinsip desain yang baik pada motif khas
yang kontras dan penempatan warna yang lebih Bondowoso seperti motif kacang makadamia,
banyak pada krem tua, sehingga memiliki singo ulung dan kopi.
penekanan pada penempatan warnanya hal ini 2. Adanya keterbatasan tahapan dalam penelitian
didukung oleh teori dari Kamil, (1986:60), ini sehingga dapat dilakukan penelitian
untuk menarik perhatian satu bagian lanjutan hingga tahap produksi massal.
diantaranya harus diberi tekanan untuk
membentuk sebuah pusat perhatian atau klimaks
dari desain tersebut, dan Soekarno dan Lanawati DAFTAR PUSTAKA
Basuki (2004:31) menambahkan bahwa sebuah Depdiknas.2007.Kamus Besar Bahasa Indonesia.
pusat perhatian dapat terbentuk dengan cara Jakarta:Balai Pustaka.
pemilihan warna yang kontras. Kamil, Sri Ardianti.1986. Fashion Design.
Jika ditinjau dari unsur dan prinsip desain Jakarta:CV.Baru
ketiga batik masih belum dianggap memiliki Prasetya, Joko Tri, dkk. 2009. Ilmu Budaya Dasar.
kriteria desain yang baik karena belum Jakarta: PT Rineka Cipta
mendapat penilaian yang baik dalam Soekarno, dan Lanawati Basuki. 2004. Panduan
keseluruhan aspek. Hal tersebut didukung oleh Membuat Desain Ilustrasi Busana. Jakarta:
pernyataan dari bapak Dody Doerjanto (Dosen Kawan Pustaka.
Seni Rupa Unesa) mengemukakan bahwa hasil Sugiyono. 2004. Statistika Untuk Penelitian.
jadi yang baik dapat secara maksimal Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
menerapkan unsur dan prinsip desain, karena Sugiyono, 2015. Metode Penelitian Pendidikan
unsur dan prinsip desain merupakan teori dasar Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
dalam membuat sebuah seni rupa. Namun motif Bandung: ALFABETA
cabe dapat dikatakan hasil pengembangan motif Suhersono, Hery. 2011. Mengenal Lebih Dalam
batik yang terbaik dibandingkan motif batif Bordir Lukis. Jakarta:Dian Rakyat
singkong dan kupu-kupu. Susanto, S. K. Sewan. 1980. Seni Kerajinan Batik
Indonesia. Jakarta: Balai Penelitian Batik Dan
Kerajinan, Lembaga Penelitian Dan
PENUTUP Pendidikan Industri.
Simpulan Sofiah Pengrajin “Batik Lumbung”. Wawancara
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tanggal 24 November 2014
pada hasil jadi pengembangan motif batik Dody Doerjanto (Dosen Seni Rupa Universitas
Bondowoso di pengrajin “Batik Lumbung” dapat Negeri Surabaya). Wawancara tanggal 14
ditarik kesimpulan sebagai berikut: April 2015
1. Hasil jadi pengembangan motif batik
Bondowoso ditinjau dari unsur dan prinsip

18

Anda mungkin juga menyukai