Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS PEMAHAMAN MAHASISWA PRODI

PENDIDIKAN BAHASA MANDARIN FKIP UNTAN


ANGKATAN 2020 DAN 2021 TERHADAP PERIBAHASA
BERUNSUR BINATANG

William Septia Jaya


Program Studi Pendidikan Bahasa Mandarin, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Tanjungpura, Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi,
Pontianak, Kalimantan Barat
williamseptiajaya@student.untan.ac.id

Abstrak
Penelitian dilakukan untuk mengetahui tingkat pemahaman mahasiswa/i FKIP
Universitas Tanjungpura prodi Pendidikan Bahasa Mandarin Angkatan 2020 dan 2021
terhadap peribahasa Mandarin berunsur binatang. Penelitian yang dilakukan bersifat
deskriptif dengan menggunakan instrumen yaitu kuisioner. Dari hasil analisis yang
dilakukan dapat diketahui bahwa di bagian 1 yaitu soal yang berisi 20 pertanyaan, rata-
rata nilai tes senilai 61,6 dengan nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 25. Bagian dua
yaitu tanggapan mahasiswa/i setelah mengisi kuesioner, diketahui bahwa 69,4%
mahasiswa/i awalnya ragu-ragu ketika menjawab soal. Kemudian, sekitar 54,8 %
merasa bahwa soal yang dikerjakan sulit dan 48,4 % merasa bahwa soal yang
dikerjakan masih mudah untuk dipahami. Dapat disimpulkan bahwa sebagian
mahasiswa dapat menguasai peribahasa Mandarin dengan cukup baik dikarenakan
mereka pernah mempelajarinya di lingkungan kuliah atau di tempat lain sesuai data
persentase sebesar 50%. Sedangkan penyebab sebagian mahasiswa belum dapat
menguasai dikarenakan mereka belum pernah mempelajari atau tidak mengerti maksud
hanzi yang ada di dalam peribahasa Mandarin tersebut.

Kata Kunci: peribahasa mandarin, binatang.

Abstract
The study was conducted to determine the level of understanding of students of FKIP
Tanjungpura University in Mandarin Language Education Study Program towards
Chinese proverbs containing animal elements. This research is descriptive in nature
using the instrument, namely a questionnaire. From the results of the analysis, it can
be seen that in part 1, which is a question that contains 20 questions, the average test
score is 61.6 with the highest score of 90 and the lowest score of 25. Part two, namely
student responses after filling out the questionnaire, it is known that 69 ,4% of students
initially hesitated when answering questions. Then, about 54.8% felt that the questions
they were doing were difficult and 48.4% felt that the questions they were doing were
still easy to understand. It can be concluded that some students can master Chinese
proverbs quite well because they have studied it in a lecture environment or elsewhere
according to the percentage data of 50%. While the reason why some students have
not been able to master it is because they have never studied or do not understand the
meaning of Chinese in the Chinese proverb.

Keywords: chinese proverb, animal..

PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari-hari, bahasa merupakan sesuatu yang tidak dapat
dilepas dari kehidupan kita, bahasa merupakan alat yang penting untuk
berkomunikasi satu sama lain. Bahasa adalah objek kajian dalam bidang ilmu
linguistik dan didefinisikan sebagai sistem lambang bunyi arbitrer yang digunakan
oleh suatu masyarakat sosial untuk saling berkomunikasi, bekerja sama, dan
mengidentifikasikan diri (Suhardi, 2013). Menurut (Diah Erna Triningsih, 2018),
dalam kehidupan bermasyarakat manusia dituntut untuk menguasai cara bergaul
dengan baik. Cara yang tepat untuk dapat bergaul dengan sesama dalam masyarakat
yaitu dengan kesopanan, baik perkataan maupun perbuatan. Oleh karena itu,
penting kiranya seseorang belajar untuk menggunakan bahasa yang baik dan benar
sehingga dapat dipahami dan diterima oleh orang lain. Menurut (Sriwahyu Istana
Trahutami, 2015) bahasa dan budaya merupakan dua sisi atau dua hal yang paling
kompleks dalam suatu kehidupan. Kebudayaan dalam suatu masyarakat tidak dapat
berkembang tanpa adanya suatu bahasa. Bahasa terlibat dalam semua aspek
kebudayaan, paling tidak dengan cara memiliki nama atau istilah dari unsur-unsur
aspek kebudayaan itu. Yang terpenting lagi, kebudayaan manusia tidak dapat terjadi
tanpa adanya bahasa, bahasalah yang merupakan faktor penting terbentuknya
kebudayaan. Seperti yang kita ketahui, untuk mengekresikan apa yang ingin kita
sampaikan, kita dapat menggunakan berbagai ragam gaya bahasa, salah satunya
adalah peribahasa.
Menurut (Diah Erna Triningsih, 2018), peribahasa berasal dari kata “peri”
yang berarti hal dan “bahasa” atau alat untuk menyampaikan maksud. Peribahasa
juga dapat dimaknai berbahasa dengan menggunakan bahasa kias. Peribahasa
banyak digunakan oleh orang-orang untuk menyingkat pembicaraan mereka
sehingga maksud dan tujuan pembicaraan yang panjang lebar langsung tertuju pada
inti pembicaraan. Menurut (Zhang Xiaodi, 2021), peribahasa adalah bentuk
ekspresi bahasa yang bentuknya tetap, yang terbentuk dari aktivitas dan praktik
sosial jangka panjang serta di dalamnya berisi pemahaman dan pemikiran seseorang
terhadap suatu hal.
Menurut (Shaila Yulisar Balafif, 2012), makna metafora yang sering muncul
dalam peribahasa Mandarin berunsur binatang adalah nama binatang sebagai
pembentuk kompositum yang memiliki persamaan kebiasaan antara binatang dan
manusia. Menurut (Gerasimova Svetlana Sergeyevna, 2021), masing-masing orang
dalam berbahasa di setiap negara memiliki pemikiran, perasaaan dan suasana hati
yang berbeda khususnya pandangan mereka terhadap hewan. Ada yang
memandang hewan tertentu dengan pikiran yang positif dan ada juga yang negatif.
Menurut (Nurul Nisfu Syahriy & Mulyadi, 2020), nama hewan yang sama mungkin
akan mendapat konotasi yang berbeda, terlebih ketika nama tersebut dikaitkan oleh
penutur bahasa berbeda yang memiliki kebudayaan yang berbeda.
Di kawasan negara khususnya di bagian asia timur yaitu Tiongkok, Jepang,
Korea Selatan dan Korea Utara, kita dapat mengetahui bahwa di kawasan ini
memiliki sedikit kesamaan jika kita melihat latar belakang budaya dan sejarah. Hal
itu juga mempengaruhi penggunaan kata-kata khususnya peribahasa. Di negara-
negara Asia Timur juga sering menggunakan peribahasa dalam berkomunikasi
khususnya yang mengandung unsur binatang. Seperti penggunaan hewan yaitu
anjing, kuda, harimau, naga, ikan, semut dan lain sebagainya banyak digunakan
oleh negara-negara di Asia Timur. Menurut Lalu Fuadul Hadi (2018), peribahasa
yang ada di Jepang dan kawasan Asia Timur juga memiliki makna yang ingin
disampaikan yaitu meliputi nilai moral, petuah, dan sebagainya. Selain itu, menurut
(Andra Ade Riyanto, 2018) peribahasa itu mengandung makna atau arti simbolik
yang berisi nilai-nilai atau pesan-pesan moral di dalamnya.
Negeri yang terkenal dengan sebutan negeri tirai bambu yaitu negara republik
rakyat Tiongkok terkenal dengan peradaban dan sejarahnya yang begitu panjang.
Sehingga dalam penyampaian maksud biasanya masyarakat yang ada di Tiongkok
sering menyampaikannya menggunakan ungkapan atau istilah-istilah tertentu.
Peribahasa Mandarin yang dikenal sebagai chéngyǔ banyak dikutip dari bahasa
Mandarin klasik yang berasal dari cerita fabel, cerita dewa-dewi, sejarah, karya
sastra jenis klasik serta kehidupan sosial masyarakat Tiongkok yang diwariskan
secara turun temurun (Mei Ling, 2014:1).
Dalam peribahasa Mandarin berisi makna mengenai kehidupan, motivasi
sekaligus memberikan gambaran mengenai pola pikir orang-orang yang ada di
Tiongkok. Peribahasa mandarin kaya akan makna dan berhubungan dengan
kehidupan masyarakat yang ada di sana (Yin Bi Yong et al, 2011).
Peribahasa mandarin bukan hanya dapat menambah kekayaan dalam
berkomunikasi ketika menggunakan bahasa Mandarin, tetapi juga memberikan kita
sebuah pemahaman bahawa chéngyǔ tidak diartikan secara leksikal. Sehingga hal
ini membuat pembelajar bahasa Mandarin dalam kegiatan belajar mengajar, baik
itu formal maupun nonformal tidak mengetahui chéngyǔ secara lebih dalam.
Peribahasa Mandarin banyak sekali berhubungan dengan segala sesuatu yang
ada di alam, khususnya yang berhubungan dengan binatang. Contohnya 马马虎虎
mǎmǎhǔhǔ,望子成龙 wàngzǐchénglóng,顺手牵羊 shùnshǒuqiānyáng dan lain
sebagainya. Melalui hal tersebut, penulis ingin mencari tahu apakah mahasiswa
khususnya yang mengambil program studi pendidikan bahasa Mandarin FKIP
Universitas Tanjungpura memiliki pemahaman terhadap peribahasa Mandarin yang
berhubungan dengan binatang, sehingga diharapkan melalui penelitian ini dapat
mendorong mahasiswa untuk lebih semangat dalam mempelajari peribahasa
Mandarin khususnya yang berhubungan dengan binatang.
Penelitian terdahulu mengenai “Analisis Makna Unsur Hewan (Anjing, Ular,
Kuda, Naga) dalam Peribahasa Mandarin” berfokus pada menganalisis maksud
atau arti dari beberapa binatang yang ada dalam peribahasa Mandarin. Penulis saat
ini melakukan penelitian mengenai peribahasa Mandarin yang berhubungan dengan
binatang, namun yang membedakan dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya
adalah penulis berfokus kepada tingkat pemahaman mahasiswa yang mengambil
program studi pendidikan bahasa Mandarin Angkatan 2020 dan 2021 yang ada di
salah satu perguruan tinggi di Pontianak yaitu Universitas Tanjungpura. Mereka
dijadikan objek penelitian oleh penulis. Yang di mana penulis memberikan
kuesioner kepada para responden untuk mengisi beberapa pertanyaan dan
bagaimana tanggapan mereka ketika mengisi soal-soal peribahasa mandarin yang
berhubungan dengan binatang tersebut.
Penelitian yang dilakukan oleh penulis sebelumnya berfokus kepada
penganalisisan makna yang ada dalam peribahasa Mandarin yang berhubungan
dengan binatang. Binatang-binatang yang difokuskan yaitu meliputi anjing, ular,
kuda dan naga. Dari penelitian yang dilakukan sebelumnya membantu penulis
untuk mencari tahu makna-makna binatang yang difokuskan oleh penelitian
sebelumnya dalam peribahasa Mandarin. Sehingga membuat penulis dapat
mempertimbangkan peribahasa mandarin apa saja yang dapat dijadikan alat untuk
meneliti mahasiswa program studi pendidikan bahasa Mandarin Angkatan 2020 dan
2021 FKIP Universitas Tanjungpura.

METODE
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif dengan
menggunakan instrumen berupa kuesioner. Menurut (Syahrum & Salim, 2012),
penelitian kuantitatif adalah penelitian empiris yang datanya berbentuk angka-
angka dan penelitian kualitatif adalah datanya tidak berbentuk angka. Instrumen
yang dipakai dalam penelitian ini yaitu kuisioner. Menurut (Syahrum & Salim,
2012), angket atau kuisioner adalah teknik pengumpulan data melalui sejumlah
pertanyaan tertulis untuk mendapatkan informasi atau data dari sumber data atau
responden. Dengan kata lain, kuisioner adalah lembaran pertanyaan yang
berdasarkan pertanyaannya terdiri dari dua bentuk, yaitu kuisioner dengan
pertanyaan terbuka, atau kuesioner dengan pertanyaan tertutup, atau kombinasi
keduanya.
Dalam penelitian ini dilakukan pengumpulan data seputar peribahasa yang
berhubungan dengan binatang dari beberapa jurnal dan buku untuk mempermudah
proses penelitian dan penulisan yang dilakukan. Penelitian ini dilakukan dengan
memberikan kuisioner berupa pertanyaan melalui google form mengenai
peribahasa yang berhubungan dengan binatang, yang di mana dalam kuesioner
tersebut dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama berisi 20 pertanyaan yaitu
mahasiswa diminta mencari tahu apa maksud atau arti dalam peribahasa tersebut
sebanyak 10 pertanyaan dan juga mencari tahu peribahasa Mandarin yang
diterjemahkan artinya ke dalam bahasa Indonesia benar atau salah sebanyak 10
pertanyaan. Bagian kedua berisi 4 pertanyaan mengenai tanggapan mereka setelah
mengisi kuesioner tesebut, apakah mereka merasa kesusahan atau tidak ketika
mengisinya.
Karena penelitian ini dilakukan untuk menganalisa tingkat pemahaman
mahasiswa program studi pendidikan bahasa Mandarin angkatan 2020 dan 2021
FKIP Universitas Tanjungpura, maka hal yang dilakukan pertama kali adalah
penulis mengumpulkan terlebih dahulu data peribahasa mandarin yang
berhubungan dengan binatang. Peneliti memahami terlebih dahulu peribahasa-
peribahasa Mandarin yang berhubungan dengan binatang. Setelah mengumpulkan
dan memahami data penelitian, penulis menentukan peribahasa-peribahasa
Mandarin yang berhubungan dengan binatang apa saja yang mau dijadikan bahan
dalam pembuatan kuisioner. Setelah kuisioner dibuat, maka penulis akan
mengirimkan kuisioner kepada responden yang penulis teliti. Responden yang
dituju adalah mahasiswa FKIP Universitas Tanjungpura angkatan 2020 dan 2021.
Setelah data kuesioner terkumpul, penulis menuliskan hasil dari data yang dilihat
dan menganalisa lebih lanjut apakah mahasiswa program studi pendidikan bahasa
Mandarin angkatan 2020 dan 2021 FKIP Universitas Tanjungpura sudah dapat
menguasai atau belum peribahasa Mandarin yang berhubungan dengan binatang.
Setelah itu, penulis menuliskan kesimpulan secara keseluruhan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Penelitian ini diilaksanakan kepada mahasiswa FKIP Universitas Tanjungpura
angkatan 2020 dan 2021 program studi Pendidikan Bahasa Mandarin yang
berjumlah 61 orang.
Penelitian dilakukan dengan memberikan google form kepada semua
mahasiswa melalui media whatsapp. Tes yang diuji dan diberikan dibagi menjadi
dua bagian yaitu bagian satu berisi 20 pertanyaan dan bagian kedua berisi tanggapan
setelah mengisi kuisioner tersebut. Dari hasi penelitian yang dilakukan dapat
diperoleh data hasil uji kemampuan mahasiswa-mahasiswi. Peribahasa yang diambil
dan dibuat sebagai pertanyaan meliputi :
马 马 虎 虎 mǎmǎhǔhǔ , 顺 手 牵 羊 shùnshǒuqiānyáng , 马 到 成 功
mǎdàochénggōng , 对牛弹琴 duìniútánqín, 望子成龙 wàngzǐchénglóng , 画蛇添
足 huàshétiānzú, 打 草 惊 蛇 dǎcǎojīngshé, 狐 假 虎 威 hújiǎhǔwēi, 如 鱼 得 水
rúyúdéshuǐ, 画 龙 点 睛 huàlóngdiǎnjīng, 调 虎 离 山 diàohǔlíshān, 鸡 毛 蒜 皮
jīmáosuànpí, 小鸟依人 xiǎo niǎo yī rén, 三人成虎 sān rén chéng hǔ, 塞翁失马
sàiwēngshīmǎ, 叶公好龙 yègōnghàolóng, 惊弓之鸟 jīnggōngzhīniǎo, 老马识途
lǎomǎshítú, 井底之蛙 jǐngdǐzhīwā, 骑虎难下 qíhǔnánxià.
Dari hasil tes yang telah dikerjakan oleh mahasiswa-mahasiswi dapat
diperoleh data nilai sebagai berikut:
Tabel 1. Total Nilai Tes yang Dikerjakan
Keterangan Nilai
Nilai Penuh 100
Rata-rata Nilai 61,6
Nilai Tertinggi 90
Nilai Terendah 25

Gambar 1. Diagram Batang Nilai Tes

Dari artikel di atas, kita dapat mengetahui bahwa rata-rata nilai kemampuan
peribahasa Mandarin beunsur binatang pada mahasiswa-mahasiswi sebesar 61,6.
Secara lebih spesifik ada 54 mahasiswa/i yang memperoleh nilai di kisaran 50
sampai 50 ke atas dan ada 8 mahasiswa/i yang memperoleh nilai di bawah 50. Hal
ini menggambarkan bahwa sebagian besar mahasiswa-mahasiswi prodi Pendidikan
Bahasa Mandarin FKIP Universitas Tanjungpura angkatan 2020 dan 2021 cukup
menguasai peribahasa Mandarin yang berhubungan dengan binatang. Tetapi tidak
dipungkiri masih ada beberapa mahasiswa yang belum dapat menguasai peribahasa
yang berhubungan dengan binatang dengan baik.
Dari hasil soal yang dikerjakan, ada 16 pertanyaan yang bisa di jawab dengan
benar oleh lebih dari 30 mahasiswa, yaitu 马马虎虎 mǎmǎhǔhǔ yang berarti “biasa
saja”, 顺手牵羊 shùnshǒuqiānyáng yang berarti “mengambil keuntungan dari orang
lain”,对牛弹琴 duìniútánqín yang artinya “berbicara kepada orang yang tidak sesuai
dengan tempatnya”, 望子成龙 wàngzǐchénglóng yang artinya “orang tua yang
berharap anaknya atau buah hatinya kelak berhasil” , 狐假虎威 hújiǎhǔwēi yang
artinya “mengandalkan kekuatan orang lain untuk menndas orang lain, 如鱼得水
rúyúdéshuǐ yang berarti “seseorang yang mendapatkan orang atau lingkungan yang
cocok dengannya”, 调虎离山 diàohǔlíshān yang berarti trik untuk membuat pihak
lain keluar, 鸡毛蒜皮 jīmáosuànpí yang berarti “hal-hal sepele yang sama sekali
tidak penting”, 小鸟依人 xiǎo niǎo yī rén yang artinya “mengandalkan kekuatan
orang lain", 三人成虎 sān rén chéng hǔ yang berarti “omongan dari mulut ke mulut
yang lama kelamaan menjadi fakta”, 塞翁失马 sàiwēngshīmǎ yang artinya adalah
“di tengah penderitaan yang dialami ada hikmah atau hal baik di dalamnya”, 叶公
好龙 yègōnghàolóng yang artinya adalah “di mulut berkata suka, tetapi sebenarnya
tidak suka” , 惊弓之鸟 jīnggōngzhīniǎo artinya adalah “orang yang trauma terhadap
sesuatu bahkan ketakutan saat ada sedikit gerakan”, 老马识途 lǎomǎshítú yang
berarti “orang yang berpengalaman ketika bertemu masalah sangat terbiasa”, 井底
之蛙 jǐngdǐzhīwā artinya adalah “orang yang picik berpikiran sempit”, dan yang
terakhir yaitu 骑虎难下 qíhǔnánxià yang berarti “kesulitan di tengah kesusahan
tetapi tidak berhenti untuk berusaha”.

Selain itu, dapat dilihat bahwa ada 4 pertanyaan yang hanya bisa dijawab oleh
mahasiswa oleh kurang dari 30 mahasiswa, di antaranya yaitu 马 到 成 功
mǎdàochénggōng yang berarti “pekerjaan yang dimulai dengan memperoleh
kesuksesan”, 画 蛇 添 足 huàshétiānzú yang artinya adalah “melakukan sesuatu
secara berlebih-lebihan”, 打草惊蛇 dǎcǎojīngshé yang berarti “melakukan sesuatu
dengan tidak diam-diam” dan yang terakhir yaitu 画龙点睛 huàlóngdiǎnjīng yang
berarti “saat menulis atau berbicara tambahkan kata/kalimat yang memiliki makna
atau arti lebih hidup”.
Bagian kedua mengenai tanggapan mahasiswa/i setelah mengisi pertanyaan-
pertanyaan tersebut, dapat diketahui bahwa 69,4% mahasiswa/i awalnya ragu-ragu
ketika menjawab soal-soal yang diberikan. Kemudian ada sekitar 54,8 % merasa
bahwa soal-soal yang dikerjakan terasa sulit dan 48,4 % merasa bahwa soal-soal
yang dikerjakan masih dapat mudah untuk dipahami oleh mereka. Mahasiswa/i
merasa bahwa soal-soal peribahasa Mandarin yang berunsur binatang pernah mereka
pelajari di lingkungan perkuliahan atau di tempat lain. Hal itu dapat dilihat dari
persentase yang ditunjukkan bahwa mahasiswa/i yang pernah mendengar atau
mempelajari peribahasa-peribahasa berunsur binatang di perkuliahan atau di tempat
lain sebanyak 50 %.

Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat kita simpulkan bahwa sebagian
besar soal-soal yang diberikan tentang peribahasa-peribahasa yang berhubugan
dengan binatang kepada mahasiswa/i dapat dikuasai dengan cukup baik. Meskipun
ada juga sebagian mahasiswa yang merasa kesulitan juga ketika mengisi soal-soal
tersebut. Penyebab sebagian mahasiswa/i ini kurang dapat menguasai dikarenakan
mereka belum pernah mempelajari atau mendengar peribahasa-peribahasa tersebut
selama di lingkungan kuliah ataupun di tempat lain serta juga ada yang tidak
mengerti maksud dari hanzi yang ada dalam peribahasa tersebut.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh (Nurliani Siregar, 2019) yang berjudul
“PADANAN MAKNA PERIBAHASA MANDARIN BERUNSUR NAMA
HEWAN DALAM PERIBAHASA INDONESIA” menjelaskan bahwa dalam
peribahasa Mandarin dan peribahasa Indonesia terdapat kesamaan makna. Dari hasil
penelitian yang dilakukan diketahui bahwa terdapat enam belas nama hewan yang
didapati memiliki makna yang setara dengan peribahasa Indonesia. Dari hasil
penelitian yang dilakukan, dapat diketahui bahwa cara untuk mengatasi kesulitan
yang ada pada mahasiswa/i dalam memahami makna peribahasa Mandarin
khususnya yang berhubungan dengan binatang adalah kita dapat melihat makna
hewan-hewan yang ada dalam peribahasa Indonesia. Ada beberapa yang memiliki
makna yang sama dengan peribahasa Mandarin, sehingga hal ini dapat membantu
kita dalam mengatasi kesulitan yang dialami.
Menurut (Muhammad Zaid Daud & Mary Fatimah Subet, 2019) dalam
penelitian yang berjudul “AYAM (GALLUS GALLUS DOMESTICUS) DALAM
PERIBAHASA MELAYU: ANALISIS SEMANTIK INKUISITIF”, dari artikel ini
kita dapat mengetahui bahwa peribahasa Melayu dan peribahasa Indonesia memiliki
kesamaan makna. Hal ini dapat kita temukan bahwa latar belakang perbedaan
budaya yang ada di Asia Tenggara membuat pembelajar bahasa Mandarin yang ada
di sana kurang dapat memahami makna dari peribahasa Mandarin. Menurut
(Muhammad Zaid Daud, Nurul Aida Abdullah & Mary Fatimah Subet, 2021) dalam
penelitian yang berjudul “REFLEKSI SISI NEGATIF BURUNG GAGAK
DALAM PERIBAHASA MELAYU: ANALISIS SEMANTIK INKUISITIF” juga
memiliki pandangan yang sama mengenai persamaan makna dengan peribahasa
Indonesia sehingga memunculkan perbedaan makna dengan peribahasa yang ada di
negara lain khususnya yang ada dalam peribahasa Mandarin.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh (Huiqiong Duan, Weiwei Cui & Yidan
Gao, 2014) yang berjudul “Cultural Metaphor and Translation Strategies in English
and Chinese Animal Idiom”, dari penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa
meskipun peribahasa Mandarin dalam beberapa hal berbeda dengan peribahasa
Indonesia ataupun Inggris, hal itu tidak menjadi sebuah masalah tetapi dapat
dijadikan sebuah tempat pertukaran pengetahuan dan budaya sehingga kita dapat
saling memahami kebudayaan masing-masing melalui peribahasa.

SIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat kita ketahui bahwa tingkat
pemahaman mahasiswa/i program studi Pendidikan Bahas Mandarin FKIP
Universitas Tanjungpura angkatan 2020 dan 2021 terhadap peribahasa Mandarin
berunsur binatang cukup baik. Hal itu dapat dilihat dari nilai rata-rata mahasiswa/i
sebesar 61,6. Nilai tertinggi adalah 85 dan 90 serta nilai terendah yaitu berada di
kisaran 25 dan 35. Menurut peneliti, penyebab adanya mahasiswa/i yang kesulitan
ketika menjawab soal-soal yang diberikan yaitu disebabkan kurangnya pengetahuan
mengenai peribahasa-peribahasa tersebut. Untuk meningkatkan pemahaman
mahasiswa terhadap peribahasa Mandarin khususnya yang berhubungan dengan
binatang, peneliti berharap dalam kegiatan pembelajaran di lingkup perkuliahan
yang ada berkaitan dengan peribahasa Mandarin, diharapkan lebih banyak
memberikan latihan kepada mahasiswa/i sehingga mereka ke depannya bukan saja
dapat memahami peribahasa-peribahasa tersebut tetapi juga dapat
mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA
Sumber Jurnal

Anwar, M. S., & Jalaluddin, N. H. (2021). Lipas Dan Katak Dalam Peribahasa Melayu:
Analisis Semantik Inkuisitif. Jurnal Linguistik, 25(2).

Balafif, S. Y. (2012). Nama Binatang Sebagai Komponen Pembentuk


Kompositum. Students e-Journal, 1(1), 7.

Daud, M. Z., Abdullah, N. A., & Subet, M. F. (2021). Refleksi Sisi Negatif Burung Gagak
Dalam Peribahasa Melayu: Analisis Semantik Inkuisitif. Issues in Language
Studies, 10(2), 24-44.

Daud, M. Z., & Subet, M. F. (2019). Ayam (gallus gallus domesticus) dalam peribahasa
Melayu: Analisis semantik inkuisitif. Jurnal Kemanusiaan, 17(1), 36-42.

Duan, H., Cui, W., & Gao, Y. (2014). Cultural Metaphor and Translation Strategies in
English and Chinese Animal Idioms. Journal of Language Teaching &
Research, 5(6).

Elvita, J. E., Nimashita, H. N., & Nasution, Y. A. N. A. Analisis Makna Peribahasa Jepang
Yang Menggunakan Unsur Ikan (Doctoral dissertation, Riau University).

Gerasimova, S. (2021). THE COMPARISON OF MEANINGS OF ANIMAL IDIOMS IN


DIFFERENT CULTURE. InterConf.

Gerasimova, S. S. (2021). THE IMPORTANCE OF UNDERSTANDING ANIMAL IDIOMS


IN DIFFERENT LANGUAGES AND THEIR PROBLEMATIC FEATURES IN
SPEECH. Academic research in educational sciences, 2(11), 586-592.

Hadi, F. L., & Nurhadi, D. N. (2018). Kajian makna dan nilai budaya peribahasa Jepang
dan Indonesia yang menggunakan unsur nama binatang. GoKen, 6(2), 1-9.

Hanindar, M., & Andin, R. (2017). Analisis Makna Kotowaza yang Terbentuk dari Kata

Anjing (犬) serta Padanannya dalam Peribahasa Bahasa Indonesia.


Kasdan, J., Jalaluddin, N. H., & Ismail, W. N. W. (2016). Ikan (Pisces) dalam peribahasa
Melayu: Analisis semantik inkuisitif. International Journal of the Malay World and
Civilisation (Iman), 4(1), 31-41.

Marini, B., Thamrin, L., & Suhardi, S. 汉语成语中四种动物 ( 狗 , 蛇 , 马 , 龙 ) 的含义分


析. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Khatulistiwa, 8(8).

RIYANTO, A. A. (2018). PERIBAHASA INGGRIS BERUNSUR NAMA HEWAN: ANALISIS


REFEREN, KLASIFIKASI, DAN FUNGSI (Doctoral dissertation, Universitas
Gadjah Mada).

Siregar, N. (2019). Padanan Makna Peribahasa Mandarin Berunsur Nama Hewan dalam
Peribahasa Indonesia.

Syahriy, N. N., & Mulyadi, M. (2020). KONOTASI NEGATIF PADA EKSPRESI IDIOM
HEWAN DALAM BAHASA INDONESIA DAN INGGRIS: KAJIAN
SEMANTIK. Literasi: Jurnal Bahasa dan Sastra Indonesia serta
Pembelajarannya, 4(1).

Trahutami, S. I. (2015). Nilai Sosial Budaya Jepang dalam Peribahasa Jepang yang
Menggunakan Konsep Binatang. Izumi, 4(1), 64-71.

Tiechuan, M. (2015). Cause Analysis of Different Culture Image in English and Chinese
Animal Idiom. Asian Journal of Humanities and Social Sciences (AJHSS), 3(1).

Xiaodi, Z. H. A. N. G. (2021). A Study of Animal Idioms Translation From Perspective of


Functional Equivalence. Sino-US English Teaching, 18(6), 157-160.

Sumber Buku
Binyong, Yin. 2011. 100 Common Chinese Idioms and Set Phrases 成语 100.
Beijing: Sinolingua.
Gunawan, Hadi. 2019. Majas & Peribahasa. Jogjakarta: Cosmic Media Nusantara.
Suhardi. 2013. Pengantar Linguistik Umum. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Syahrum dan Salim. 2012. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Bandung:


Citapustaka Media.

Triningsih, Diah. E. 2018. Gaya Bahasa dan Peribahasa dalam Bahasa Indonesia.
Klaten: PT Intan Pariwara.

Anda mungkin juga menyukai