Anda di halaman 1dari 8

Prosiding Seminar Nasional

Peran Bahasa dan Sastra Indonesia dalam Industri Kreatif Era 5.0 p-ISBN XXXX-000
e-ISBN XXXX-000

PERAN BAHASA SEBAGAI PEMBENTUK KARAKTER MAHASISWA

Ana Siti Faridatul Bahiyyah1.


1
Universitas Muria Kudus, Kudus, Indonesia
*Corresponding author: 202134018@std.umk.ac.id

Abstract
This study aims to find out how important the role of language is in the formation of student
characteristics. Students are the younger generation who are in a transitional phase and change
between adolescence and adulthood. In this transitional period, there are many factors that affect
student growth, including the language used in daily interactions. This research uses qualitative
research methods that rely on collecting data from various sources that have the same topic of
discussion and background and by describing problems and solutions as writing material after
going through critical analysis. The data collection method used is to analyze the growth of
student characters with the role of language as a fulcrum through various kinds of media such as
social media or social life media. In the end, this study resulted in a conclusion that: (1) Bahasa
has a significant role in the formation of student character (2) There are many students who do
not really care about the use of the right language (3) The use of inappropriate language by
students often triggers disputes (4) The majority of students do not realize that the language they
use plays an important role in character growth.
Keywords: Language Role, Student, Character.

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui betapa penting peran bahasa didalam pembentukan
karater mahasiswa. Mahasiswa adalah generasi muda yang berada di fase peralihan dan
perubahan antara masa remaja ke masa dewasa. Di masa peralihan inilah terdapat banya faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan mahasiswa diantaranya adalah bahasa yang digunakan dalam
berinteraksi sehari-hari. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang
mengandalkan pengumpulan data dari berbagai macam sumber yang memiliki topik pembahasan
serta latar belakang yang sama dan dengan mendeskripkiskan masalah dan solusi sebagai bahan
tulisan setelah melalui analisa yang kritis. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah
menganalisa pertumbuhan karater mahasiswa dengan peran bahasa sebagai titik tumpu melalui
berbagai macam media seperti media sosial atau media kehidupan sosial bermasyrakat. Pada
akhirnya penelitian ini menghasilkan sebuah kesimpulan bahwasannya: (1) Bahasa memiliki peran
yang signifikan dalam pembentukan karater mahasiswa (2) Terdapat banyak mahasiswa yang
tidak begitu memperdulikan penggunaan bahasa yang tepat (3) Penggunaan bahasa yang kurang
tepat oleh mahasiswa seringkali memicu perselisihan (4) Mayoritas mahasiswa tidak menyadari
jika bahasa yang mereka gunakan berperan penting pada pertumbuhan karakter.
Kata Kunci: Peran Bahasa, Mahasiswa, Karakter.

Receive : Approved :
d : Published :
Reviesed

Jurnal Cakrawala Pendas is licensed under a Creative Commons


Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

101
Jurnal Cakrawala Pendas
102 Volume …, No .., Mounth 201x, hal. XX-XX

Pendahuluan
Bahasa adalah salah satu identitas suatu bangsa. Selain itu, bahasa juga menjadi
kunci utama dalam berkomunikasi baik secara pasif maupun aktif. Bahasa memiliki peran
yang cukup penting dalam kehidupan sehari-hari, seperti untuk berkomunikasi,
mengerjakan tugas, dan untuk pekerjaan. Penggunaan bahasa yang tepat adalah salah satu
poin penting dari bahasa itu sendiri karena bahasa yang termuat di dalam suatu daerah
memiliki beraneka ragam jenisnya apalagi di suatu negara yang memiliki banyak sekali
adat istiadat, budaya dan bahasa. Tentu saja hal ini akan mempengaruhi terhadap cara
penyampaian dan penggunaan bahasa itu sendiri.

Berdasarkan data yang diperoleh dari blog Kementerian Pendidikan Budaya,


bahwasannya jumlah bahasa daerah di Indonesia pada tahun 2017 mencapai 652 bahasa
daerah. Penghitungan tersebut diperoleh setelah keluarnya hasil verifikasi dan validasi data
di 2.452 daerah yang menjadi titik pengamatan. Sedangkan Summer Institue of Linguistics
mengklaim atau menyebutkan bahwa terdapat 719 bahasa daerah di Indonesia dan 707 di
antaranya masih aktif digunakan atau diturunkan kepada generasi selanjutnya. Sedangkan
Unesco baru mencatat 143 bahasa daerah yang ada di Indonesia berdasarkan status vitalitas
atau daya hidup bahasa itu sendiri. Dan di tahun 2022 ini tercatat ada 715 bahasa daerah di
Indonesia yang membuat Indonesia menjadi negara dengan bahas daerah terbanyak
peringkat ke dua di dunia.

Dari banyaknya bahasa daerah yang dimiliki Indonesia dapat disimpulkan


bahwasannya Indonesia pun memiliki berbagai macam dialek dalam menuturkan bahasa
itu sendiri. Meski Indonesia memiliki berbagai macam bahasa daerah namun penggunaan
bahasa nasional yaitu bahasa Indonesia adalah sesuatu yang harus dimiliki oleh seluruh
rakyat Indonesia. Dari hal inilah maka muncul berbagai macam perbedaan dalam
penyampaian bahasa Indonesia di Indonesia.

Namun, di era modern ini perkembangan bahasa tidak hanya terbatas pada bahasa
daerah namun juga pada bahasa asing yang seringkali diadopsi dalam bahasa sehari-hari.
Beda daerah beda pula cara dalam mengadopsi bahasa-bahasa asing tersebut, terutama
untuk generasi pecinta K-Pop atau anime yang sering mengadopsi beberapa bahasa
sederhana yang mereka temui di K-Drama atau anime ke kehidupan sehari-hari. Di
samping mengadopsi bahasa asing sebagai bahasa sehari-hari, rupanya generasi muda
khususnya mahasiswa memiliki cara mereka sendiri dalam mengekspresikan diri melalui
bahasa. Misalnya, ketika mereka marah maka akan mengucapkan kata-kata dari nama
hewan-hewan yang sekarang ini sudah seperti sesuatu yang mudah diucapkan atau bahkan
kalimat tersebut tidak dilontarkan ketika marah, bisa digunakan ketika mereka terkejut atau
untuk bergurau. Perubahan zaman mengubah budaya bahasa para mahasiswa dalam
keseharian mereka yang apakah itu dapat dikategorikan ke dalam sesuatu yang positif atau
negatif. Pasalnya, kalimat yang terdengar tabu itu sudah menjadi bahasa sehari-hari mereka
dalam berkomunikasi sehingga sulit untuk dikatakan bahwa kalimat tersebut tidak sopan
lagi.
Bahasa adalah suatu identintas, yang artinya gaya bahasa yang digunakan dapat
mencerminkan kepribadian orang yang menggunakan bahasa tersebut. Seperti anak-anak
JakSel atau Jakarta Selatan yang memiliki gaya bahasa mereka sendiri yang akhir-akhir ini
mulai ditiru oleh anak-anak lain yang berasal dari luar Jakarta Selatan. Hal ini dibuktikan
dengan adanya tren yang sempat viral di kalangan pengguna media sosial yaitu challenge
Jurnal Cakrawala Pendas
103 Volume …, No .., Mounth 201x, hal. XX-XX

bahasa anak JakSel. Menanggapi hal tersebut, bukankah bahasa memiliki peranan yang
sangat penting dalam pembangunan karakter terhadap mahasiswa? Lalu seberapa
pentingkah peran bahasa dalam pembentukan karakter mahasiswa? Dan bagaimana bahasa
dapat membentuk karakter para mahasiswa itu sendiri?

Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah metode
penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan
dalam meneliti untuk kondisi objek yang ilmiah, dan peneliti adalah istrumen kunci
(Sugiyono, 2005). Penelitian kualitatif merupakan metode penelitian yang dimaksudkan
untuk memahami fenomena yang berkaitan dengan apa yang dialami oleh subjek penelitian
seperti perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain sebagainya secara holistic, dan
menggunakan pendeskripsian atau deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, dalam
suatu konteks yang khusus bersifat alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode
alamiah (Moleong, 2005:6).
Dalam melakukan penelitian, penulis memusatkan kajian terhadap satu objek yaitu
mahasiswa. Dengan mengamati keseharian mahasiswa baik di kampus mau pun di
kehidupan sehari-hari mereka di luar kampus dengan penggunaan bahasa yang berbeda-
beda di situasi dan kondisi yang berbeda. Teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah analisa secara langsung pada objek penelitian, membaca berbagai macam karya
ilmiah yang serupa dan mengkaji informasi-informasi terkait yang memiliki latar belakang
masalah yang sama.

Hasil dan Pembahasan


Mahasiswa adalah generasi muda Indonesia yang berada di tahap peralihan. Mengapa
demikian? Di situasi dan kondisi saat seseorang menjadi mahasiswa maka ia akan
mengalami berbagai macam konflik baik dengan dirinya sendiri ataupun dengan
lingkungan sekitar. Tuntutan akademik dan tuntunan kehidupan bermasyarakat yang ia
rasakan mendorongnya masuk ke dalam fase peralihan dari sekadar remaja menjadi sosok
yang berusaha untuk dewasa baik secara fisik maupun mental. Namun, di masa-masa ini
mahasiswa biasanya rentan terhadap pengaruh-pengaruh dari luar yang tidak pasti apakah
itu akan memberikan dampak baik atau justru buruk pada mahasiswa itu sendiri. Dari
setiap perubahan yang terjadi pada mahasiswa hal tersebut akan mempengaruhi karakter
final dari mahasiswa itu sendiri. Dalam fase ini biasanya disebut dengan fase penemuan
jati diri.
Menurut Hartaji (2012), mahasiswa merupakan seseorang yang sedang menempuh
pendidikan atau belajar dan terdaftar pada salah satu bentuk perguruan tinggi, yang terdiri
dari akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut, hingga universitas. Sedangkan Siswoyo
(2007) mendefinisikan mahasiswa sebagai individu yang sedang menuntut ilmu di tingkat
perguruan tinggi, baik berupa negeri ataupun swasta, atau di lembaga lain yang setingkat
dengan perguruan tinggi. Kemudian Daldiyono (2009) mengartikan mahasiswa sebagai
seseorang yang sudah lulus dari Sekolah Menengah Akhir (SMA) dan sedang menempuh
pendidikan tinggi.
Mahasiswa adalah salah satu tiang atau pondasi negara Indonesia ke depannya. Jika
ia mampu bertransformasi menjadi mahasiswa yang unggul baik dalam akademik maupun
kehidupan bermasyarakat maka akan menjadi sebuah pondasi yang kuat bagi Indonesia ke
depannya. Mahasiswa seringkali dijuluki sebagai roda penggerak yang lebih banyak
berperan dalam mengkritik kepemimpinan yang ada di Indonesia. Pemikiran yang kritis
dan keberanian yang diikuti tekad menjadikan mahasiswa sebagai roda penggerak
Jurnal Cakrawala Pendas
104 Volume …, No .., Mounth 201x, hal. XX-XX

pembaharuan terhadap konflik-konflik yang muncul. Mahasiswa memiliki begitu banyak


peran penting terhadap perubahan Indonesia baik sekarang maupun ke depannya, oleh
karena itu karakter dari mahasiswa itu sendiri adalah titik penting yang harus diperhatikan.
Mahasiswa yang bermoral dan cerdas serta berani menyuarakan pendapatnya yang
memiliki landasan akan membawa Indonesia menjadi salah satu negara yang lebih baik di
masa yang akan datang.
Mahasiswa adalah bagian dari para pemuda yang memiliki peran penting
sebagaimana yang tercatat dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia di masa lalu. Hal ini
tercatat dimulai dari pergerakan Budi Utomo pada tahun 1908, Sumpah Pemuda di tahun
1928, proklamasi kemerdekaan tahun 1945, pergerakan pemuda, pelajar, dan mahasiswa
tahun 1966, bahkan sampai pada pergerakan mahasiswa yang terjadi pada tahun 1998 yang
berhasil meruntuhkan kekuasaan Orde Baru sekaligus membawa bangsa Indonesia mampu
memasuki masa reformasi. Di samping itu, Menteri Dalam Negeri yaitu Tjahjo Kumolo,
mengatakan bahwa semangat yang dimiliki oleh para pemuda jangan sampai luntur hanya
karena tergerus oleh globalisasi atau perkembangan zaman. Sudah seharusnya pemuda
dapat mengobarkan semangat cinta tanah air sesuai dengan cita-cita yang dimiliki oleh
Bung Karno. Bahkan di era pemerintahan Joko Widodo para pemuda diberikan
kesempatan untuk menunjukkan potensi mereka melalui program Nawa Cita, di mana
pemerintah mengakomodasi kepentingan pemuda untuk lebih kritis dan mampu mengubah
metal korupsi yang ada di Indonesia.
Menurut Siallagan (2011), mahasiswa di lingkungan kampus akan berperan sebagai
masyarakat kampus yang memiliki tugas dasar dan utama berupa belajar, membaca buku
yang relevan terhadap materi perkuliahan yang ada, membuat makalah, presentasi,
melakukan diskusi, menghadiri berbagai macam seminar, dan kegiatan lain yang bercorak
kekampusan.
Namun, di era yang modern ini moral generasi muda terutama mahasiswa mulai
mengalami perubahan yang berada di titik cukup mengkhawatirkan. Pasalnya, meski
mahasiswa adalah roda penggerak perubahan mereka juga rentan terhadap perubahan yang
ada di sekitar mereka. Di era yang mulai tak terkendali perkembangannya ini pergaulan
bebas mulai menjamur di mana-mana termasuk ke dalam dunia kampus, rentannya
mahasiswa terhadap perubahan di sekitar mereka terjadi karena mahasiswa memiliki jiwa
yang menginginkan kebebasan dan jiwa eksplor yang tinggi sehingga mendorong mereka
untuk mencoba hal-hal baru yang ada di sekitar mereka.
Terbawa oleh arus pergaulan bukan lagi hal baru bagi mahasiswa, pasalnya di
lingkungan kampus terdapat hirarki yang tidak terlihat. Mereka yang paling cepat
mengikuti tren terbaru akan terlihat mencolok dan luar biasa di mata lingkungan kampus
sedangkan mereka yang tertinggal perkembangan tren akan terkucilkan secara tidak
langsung. Di samping itu, rasa ingin membuktikan diri sendiri menjadi salah satu kunci
mengapa mahasiswa terkadang memilih pilihan yang ekstrim hanya untuk memenuhi gaya
hidup di lingkungan kampus yang tidak sesehat yang dipikirkan. Dan perlahan-lahan
mahasiswa akan mulai terbiasa dengan kehidupan yang bebas dengan gaya hidup yang
mereka inginkan. Maka dari sinilah bahasa mulai menjadi titik utama dalam mencari jalan
keluar yang ada.
Mengapa bahasa? Bahasa adalah kunci dasar terjalinnya komunikasi dan kehidupan
sosial. Bahasa dapat beraneka ragam jenis dan cara penyampaiannya tergantung pada
karakter dari pengguna bahasa itu sendiri. Menurut Kunarto (2007) “bahasa memiliki
fungsi-fungsi tertentu yang kemudian digunakan sesuai dengan kebutuhan seseorang, yakni
sebagai alat mengekspresikan diri, berkomunikasi, mengadakan integrasi dan beradaptasi
di lingkungan sosial atau situasi tertentu, dan sebagai alat untuk melakukan kontrol sosial.”
Untuk dapat mengubah karakter Bangsa Indonesia yang mulai berubah ke arah yang
Jurnal Cakrawala Pendas
105 Volume …, No .., Mounth 201x, hal. XX-XX

dianggap buruk, bahasa adalah salah satu solusi yang mampu memberikan jalan keluar
karena bahasa merupakan cerminan dari watak, sifat, perangai, dan budi pekerti dari
penggunanya.
Bahasa memiliki peranan penting dalam pembentukan karakter mahasiswa.
Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa bahasa merupakan cerminan dari watak, sifat,
perangai, dan budi pekerti dari penggunanya maka dari penggunaan bahasa yang baik
dapat mencerminkan karakter baik yang dimiliki oleh penggunanya dan begitu juga
sebaliknya. Ada beberapa faktor yang melatarbelakangi penggunaan bahasa yang tidak
baik, seperti (1) Faktor lingkungan tempat dia tinggal, hal ini menjadi salah satu faktor
kenapa terdapat beberapa mahasiswa yang terlihat sangat terbiasa dengan bahasa yang
tidak baik atau kurang sopan, pasalnya di keseharian mereka sebelumnya bahasa tersebut
sudah menjadi bahasa sehari-hari sehingga bagi mereka bukanlah bahasa yang tidak sopan
dan hanya dianggap sebagai imbuhan bahasa semata. (2) Faktor emosi yang meluap, emosi
yang tidak terkontrol menjadi salah satu faktor penggunaan bahasa yang kasar pada
mahasiswa. Apalagi mahasiswa rentan terhadap stress akibat beban akademik dan tuntutan
dari keluarga serta lingkungan sekitar. (3) Faktor pergaulan, faktor ke tiga yang
melatarbelakangi penggunaan bahasa yang tidak seharusnya digunakan adalah karena
lingkungan di mana ia bergaul saat berada di kampus. Rentan terhadap tren terbaru yang
belum tentu memberikan feedback baik ke pada mereka membuat mahasiswa mudah
mengaplikasikan bahasa-bahasa baru yang menjadi tren. Bahkan tak jarang mereka
berusaha untuk menyamakan bahasa sesuai dengan lingkungan pergaulan yang ada supaya
terlihat keren dan tidak tertinggal.
Penggunaan bahasa yang kasar akan memberikan respon yang serupa kepada
penggunanya namun hal ini tergantung pada daerah di mana bahasa itu digunakan.
Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwasannya di Indonesia memiliki lebih dari 700
bahasa daerah yang tentu saja memiliki logat yang berbeda-beda pula. Oleh karena itu,
suatu bahasa terdengar kasar di suatu daerah namun belum tentu bahasa tersebut dianggap
sama kasarnya jika diucapkan di daerah lain.
Di samping itu, bahasa memiliki peranan penting dalam pembentukan karakter
mahasiswa karena bahasa adalah identintas bangsa Indonesia. Semenjak pengikraran
Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara, Bahasa Indonesia telah banyak mengalami
perkembangan yang sangat pesat. Yang mana perkembangan tersebut berhasil
mengantarkan Bahasa Indonesia sebagai lambang jati diri Bangsa dan sebagai alat
Pemersatu berbagai Suku Bangsa yang berbeda-beda (Achmad, 2011:20). Hal ini juga
tertulis dalam UUD 1945 pada pasal 36 yang menyatakan bahwa Bahasa Indonesia adalah
Bahasa Negara, kemudian di pasal 36C yang juga menyebutkan tentang “Ketentuan lebih
lanjut mengenai Bendera, Bahasa, Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan diatur dengan
Undang-undang.” Hal ini membuktikan bahwasannya Bahasa Indonesia telah mendapat
pengakuan atas keberadaannya sebagai Bahasa negara dan telah dilindungi oleh aturan
Hukum.
Namun, sayangnya penggunaan Bahasa Indonesia seiring berjalannya waktu dan
perkembangan globalisasi mengalami penurunan. Terdapat banyak generasi muda salah
satunya mahasiswa yang merasa malu jika hanya berbicara dengan Bahasa Indonesia saja
karena gaya hidup di era modern salah satunya adalah berbicara dengan mencampurkan
bahasa asing ke dalam percakapan sehari-hari. Bahkan tak sedikit yang beranggapan
bahwa penggunaan Bahasa Indonesia terlihat sangat kampungan dan tertinggal zaman.
Bahasa Indonesia memiliki peran sebagai penunjang dalam perkembangan Bahasa
atau alat ketika sedang menyampaikan gagasan atau mendukung pembangunan Indonesia,
serta dapat digunakan sebagai alat komunikasi politik, sosial, dan juga budaya. Hal ini
dapat menjadi penanda untuk kemampuan dalam mengorganisasikan karakter di dalam
Jurnal Cakrawala Pendas
106 Volume …, No .., Mounth 201x, hal. XX-XX

dirinya terkait dengan potensi daya pikir, emosi, keinginan dan juga harapan yang
kemudian dapat dieskpresikan dalam berbagai bentuk tindakan positif (Mulyasa, 2012:3).
Namun, di samping permasalahan yang muncul terdapat beberapa upaya yang dapat
membentuk karakter mahasiswa dengan pendidikan karakter dalam pembelajaran Bahasa ,
diantaranya: (1) Penguasaan Bahasa yang pasif, meliputi mendengarkan yaitu dengan
membiasakan diri untuk mendengarkan keterangan dari orang lain, maka akan membentuk
karakter setia pada diri sendiri, sehingga menumbuhkan sikap menghargai pendapat orang
lain dan membaca, yaitu memahami pikiran dan perasaan orang lain melalui tulisan.
Membaca merupakan sebuah proses dalam menerjemahkan simbol tulis ke dalam kata-kata
lisan. (2) Penguasaan Bahasa yang aktif, meliputi bercakap-cakap, dengan melahirkan
pikiran dan perasaan yang terkontrol, menggunakan bahasa lisan yang biasanya dikaitkan
dengan bercerita dan menulis, dengan menulis melahirkan pikiran dan juga perasaan
dengan cara yang teratur yang kemudian dituangkan dalam sebuah tulisan.
Meski begitu, bukan berarti semua mahasiswa berada di dalam situasi dan kondisi
yang sama. Dari sekian banyaknya mahasiswa yang menjadi objek penelitian yang
berkaitan dengan konflik terdapat pula mahasiswa yang mampu memenuhi tugas-tugas dan
harapan sebagai roda penggerak pembaharuan sebagaimana mestinya. Lalu sebenarnya apa
saja tugas mahasiswa? Mahasiswa sendiri memiliki beberapa kewajiban yang tidak tertulis
namun harus dijalankan sebagai mahasiswa, yaitu: (1) Bertaqwa dan berakhlak mulia, (2)
Mematuhi semua peraturan yang ada baik di tingkat prodi/jurusan, fakultas, hingga
universitas, (3) Aktif di berbagai kegiatan kemahasiswaan, (4) menjaga nama baik, citra,
dan kehormatan universitas, (4) Memiliki sikap saling menghormati terhadap sesama
mahasiswa dan bertingkah laku yang sopan kepada dosen hingga karyawan. Di samping itu
mahasiswa juga dihimbau untuk memiliki beberapa skill atau keterampilan karena
mahasiswa dianggap sebagai agen perubahan, diantaranya seperti: (1) Leadership,
kemampuan dalam memimpin sangat penting bagi para mahasiswa karena ke depannya
skill ini akan sangat dibutuhkan dan diutamakan saat sedang mencari pekerjaan. (2) Public
Speaking, kemampuan untuk berbicara di depan orang banyak ini memang tidak dapat
dipungkiri harus dimiliki oleh mahasiswa karena selain ada begitu banyaknya tugas yang
berupa presentasi dan diskusi, ke depannya skill satu ini akan sangat berguna saat telah
lulus dari universitas. (3) Manajemen Waktu, sebagai mahasiswa yang memiliki berbagai
macam kesibukan kemampuan dalam mengatur waktu sangatlah penting supaya jadwal
dan kegiatan yang sudah ada dapat berjalan sebagaimana mestinya. (4) Berpikir Kritis,
sebagai mahasiswa sudah seharusnya mampu berpikir kritis bukannya terbawa arus dan
mengikuti apa-apa saja yang sedang tren di lingkungan sekitar. (5) Bekerja Dengan Tim,
kemampuan bekerja sama dalam sebuah tim sangatlah membantu dalam mengerjakan
tugas kelompok atau bahkan dalam dunia organisasi yang kemudian akan bermanfaat di
dalam duni kerja. (6) Berpikir Kreatif dan Inovatif, sebagai mahasiswa berpikir kreatif dan
inovatif menjadi suatu keharusan jika ingin menjadi penggerak roda pembaharuan baik
untuk bangsa atau lingkungan sekitar.

Kesimpulan
Mahasiswa adalah bagian dari para pemuda yang memiliki peran penting
sebagaimana yang tercatat dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia di masa lalu. Hal ini
tercatat dimulai dari pergerakan Budi Utomo pada tahun 1908, Sumpah Pemuda di tahun
1928, proklamasi kemerdekaan tahun 1945, pergerakan pemuda, pelajar, dan mahasiswa
tahun 1966, bahkan sampai pada pergerakan mahasiswa yang terjadi pada tahun 1998 yang
berhasil meruntuhkan kekuasaan Orde Baru sekaligus membawa bangsa Indonesia mampu
memasuki masa reformasi. Mahasiswa memiliki begitu banyak peran penting terhadap
Jurnal Cakrawala Pendas
107 Volume …, No .., Mounth 201x, hal. XX-XX

perubahan Indonesia baik sekarang maupun ke depannya, oleh karena itu karakter dari
mahasiswa itu sendiri adalah titik penting yang harus diperhatikan. Mahasiswa yang
bermoral dan cerdas serta berani menyuarakan pendapatnya yang memiliki landasan akan
membawa Indonesia menjadi salah satu negara yang lebih baik di masa yang akan datang.
Bahasa memiliki peranan penting dalam pembentukan karakter mahasiswa karena
bahasa adalah identintas bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki peran sebagai
penunjang dalam perkembangan Bahasa atau alat ketika sedang menyampaikan gagasan
atau mendukung pembangunan Indonesia, serta dapat digunakan sebagai alat komunikasi
politik, sosial, dan juga budaya. Hal ini dapat menjadi penanda untuk kemampuan dalam
mengorganisasikan karakter di dalam dirinya terkait dengan potensi daya pikir, emosi,
keinginan dan juga harapan yang kemudian dapat dieskpresikan dalam berbagai bentuk
tindakan positif (Mulyasa, 2012:3) Terdapat beberapa upaya yang dapat membentuk
karakter mahasiswa dengan pendidikan karakter dalam pembelajaran Bahasa , diantaranya:
(1) Penguasaan Bahasa yang pasif (2) Penguasaan Bahasa yang aktif.

Daftar Pustaka
Book:
Abidin, Yusuf. (2013). Pembelajaran Bahasa Berbasis Pendidikan Karakter. Bandung:
Refika Aditama.

Ansari, K. (2010). Peran bahasa indonesia untuk pererat bangsa dan implikasinya untuk
pengembangan karakter. Dalam Idiosinkrasi pendidikan karakter melalui bahasa dan
sastra. Yogyakarta: Kepel Press.

Arthur, James. 2003. Education with Character : The moral economy of schooling.
London: Routledge Falmer.

Battistell, Edwin L., 2005. Bad Language: Are Some Words Better than Others? Oxford:
Oxford University Press.

Bacon dan Pugh. (2006). “Karakter dan kepribadian yang cerdas”. Dalam Madya etika
dalam forum ilmiah. Jakarta: Bumi Aksara.

Dharma, Kesuma dkk.2011. Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktek di Sekolah.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Latif, Y. (2009). Menyemai karakter bangsa. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.

Kunarto, Ninik M. 2007. Cermat dalam Berbahasa, Teliti dalam Berpikir. Jakarta : Mitra
Wacana Media.

Mulyasa. (2018). Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara

Mustari, Mohamad. (2014). Nilai Karakter Refleksi untuk Penddikan. Jakarta: Raja
Grapindo Persada.
Rohmadi. (2008). Teori dan aplikasi bahasa indonesia di perguruan tinggi. Jakarta: UNS
Press.

Syah, Muhibbin. (2011). Psikologi Belajar. Jakarta: Grapindo Persada.


Jurnal Cakrawala Pendas
108 Volume …, No .., Mounth 201x, hal. XX-XX

Symposium, Proceeding, Conference:


Dalam Kongres bahasa indonesia v. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Article in Journal:
Sulistiyowati, Eni. (2013) “Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia”.
Jurnal Edukasi Penelitian Pendidikan Islam. 8 (2): 317.

Official Documents:
Kementerian Pendidikan Nasional. (2000). Membangun karakter bangsa indonesia melalui
kursus dan pelatihan. Jakarta: Kemendiknas Press.

Kementerian Pendidikan Nasional, Badan penelitian dan pengembangan, Pusat Kurikulum.


2011. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa Pedoman Sekolah.
Jakarta: Depdiknas.

Internet:
Depdiknas.2003. UU No. 20 tahun 200, Sistem Pendidikan Nasional.
www.depdiknas.go.id. diakses pada 30 September 2022.

Murniah, Dad. 2010. Nasionalisme dalam Sastra Indonesia. Laman Pusat Bahasa.

Anda mungkin juga menyukai