Anda di halaman 1dari 18

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA NYARING SISWA

MELALUI MEDIA CERITA BERGAMBAR POKOK BAHASAN


MENAGGAPI SUATU PEROALAN ATAU PERISTIWA

Sebuah Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas V di SD Negeri 48 Kota


Ternate )

ARTIKEL

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar

AGUSTIONO

03301411021

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KHAIRUN

2019

1
PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA NYARING SISWA MELALUI
MEDIA CERITA BERGAMBAR POKOK BAHASAN MENANGGAPI
SUATU PEROALAN ATAU PERISTIWA

AGUSTIONO

Progam Pendidikan Guru Sekolah Dasar


FKIP Universitas Khairun

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini yaitu 1) mengetahui proses peningkatan kemampuan


membaca nyaring melalui media cerita bergambar pada siswa kelas V SDN 48 Kota
Ternate, 2) mengetahui hasil peningkatan kemampuan membaca melalui media cerita
bergambar pada siswa kelas V SDN 48 Kota Ternate.
Desain Penelitian adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action
Research) metode penelitian yang digunakan adalah metode pembelajaran dengan
mengguanakan media cerita bergambar. Media visual atau media gambar dapat
memperlancar pemahaman (misalnya melalui elaborasi struktur dan organisasi) dan
memperkuat ingatan.. Teknik pengumpulan data adalah observasi, wawancara dan
tes. Analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data Deskriptif.
Peningkatan kemampuan membaca nyaring siswa melalui media cerita
bergambar yang menunjukan ketutasan siswa sebesar 30% atau 7 siswa yang tuntas
dari 24 siswa yang mengikuti proses pembelajaran di kelas dengan jumlah nilai rata-
rata pada siklus I adalah 54,45%. Sedangkan pada siklus II pesentase siswa
meningkat menjadi 87,50% atau 21 siswa yang tuntas dari 24 siswa yang mengikuti
proses pembelajaran dikelas dengan jumlah nila rata-rata pada siklus II adalah
72,91%. Oleh karena itu, kegiatan membaca nyaring melalui media cerita bergambar

2
ini dapat meningkatkan kemampuan membaca pada siswa kelas V SDN 48 Kota
Ternate yang dilihat dari hasil siklus I dan siklus II.
Kata Kunci: Membaca, Cerita Bergambar
PENDAHULUAN

Membaca merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa yaitu


membaca, berbicara, menyimak, dan menulis. Membaca juga merupakan kunci
utama, sebagai pembuka segala rahasia kehidupan. Abdurahman (Beto Susana 2016 :
2 ) membaca merupakan aktivitas kompleks yang mencakup fisik yang terkait dengan
membaca. Aktifitas yang terkait dengan membaca yaitu gerak mata dan ketajaman
penglihatan, dan aktifitas mental adalah ingatan dan pemahaman. Mampu
menggerakan mata secara lincah, mengingat simbol-simbol bahasa dan memiliki
penalaran yang cukup untuk memahami bacaan.
Kegiatan membaca sangat penting dalam kehidupan manusia. Membaca
merupakan usaha yang terus-menerus, karena membaca bukanlah keterampilan
langsung dapat ditransfer begitu saja melainkan keterampilan yang harus diajarkan
secara berkala dan kontinyu. Kegiatan membaca dapat dilakukan diamana saja dan
kapan saja, seperti di sekolah terutama dalam kegiatan belajar mengajar. Selain itu,
membaca juga merupakan sarana untuk mempelajari dunia lain yang diinginkan
sehingga manusia bisa meperluas pengetahuan, bersenang-senang dalam menggali
pesan-pesan tertulis dalam bacaan (Somadayo, 2011:1).
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi atau pengamatan di SD
Negeri 48 Kota Ternate. Pada saat peneliti melakukan observasi, peneliti menemukan
masalah pada rendahnya kemampuan membaca nyaring. Kebanyakan siswa masih
membaca dengan monoton, tanpa memperhatikan teknik-teknik membaca nyaring
dengan baik( seperti: lafal, intonasi, tanda baca, jeda dan lain sebagainya)..
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : (1) Apakah penerapan
media cerita bergambar dapat meningakatkan keterampilan membaca nyaring siswa ?
(2) Bagaimanakah upaya meningkatkan keterampilan membaca nyaring siswa

3
melalui media pembelajaran cerita bergambar pada mata pelajaran bahasa indonesia
pada pokok bahasan menanggapi suatu persoalan atau peristiwa ?

KAJIAN PUSTAKA

1. Pengertian Membaca Nyaring


Menurut Tarigan (2008 :22) membaca nyaring adalah suatu aktivitas atau
kegiatan yang merupakan alat bagi guru, murid ataupun pembaca bersama-sama
dengan orang lain atau pendengar untuk menangkap serta memahami informasi,
pikiran dan perasaan seorang pengarang. Jadi, untuk melakukan membaca nyaring,
pembaca dituntut untuk memenuhi ketepatan mata yang tinggi serta pandangan
memelihara kontak mata dengan para pendengar. Pembaca juga harus dapat
mengelompokkan kata-kata dengan baik dan tepat agar jelas maknanya bagi
pendengar. Membaca nyaring adalah suatu pendekatan yang dapat memuaskan serta
memenuhi berbagai ragam tujuan Dawson (dalam Tarigan 2008 :23). Sedangakan
Broughton (dalam Tarigan 2008 :23) mengemukakan bahwa membaca nyaring
merupakan suatu keterampilan yang serba rumit, kompleks, banyak seluk beluknya
2. Pengertian Media Cerita Bergambar
Media adalah suatu alat yang dipakai sebagai saluran untuk menyampaikan
suatu pesan atau informasi dari suatu sumber informasi kepada penerimanya,
Nasriyah Siti (2014: 10). Istilah media berasal dari bahasa latin medius yang secara
harfiah berarti tengah, perantara, atau pengantar. Dalam proses pembelajaran media
diartikan sebagai alat-alat grafi, fotografis atau elektronomis untuk menangkap,
memproses dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. Secara umum media
pembelajaran dalam pendidikan disebut media, yaitu berbagai jenis komponen dalam
lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk berpikir.
Istilah cerita tidak terlepas dari pembelajaran bahasa di sekolah. Cerita
merupakan salah satu karya sastra yang diajarkan secara seimbang dan terpadu

4
dengan pembelajaran bahasa Indonesia. Karya sastra cerita relevan bagi siswa
Sekolah Dasar bahkan lebih disukai siswa daripada bacaan non cerita Santoso, (dalam
beto suyana 2016: 7).
Gambar atau lukisan adalah bentuk visual yang dapat dinikmati oleh setiap
orang yang memandangnya sebagai wujud pindahan atau dari keadaan yang
sebenarnya, baik mengenai pemandangan, benda atau barang, maupun suasana
kehidupan.
Arsyad (Beto Suyana 2016: 14) mengemukakan bahwa “media visual dapat
memperlancar pemahaman (misalnya melalui elaborasi struktur dan organisasi) dan
memperkuat ingatan. Visual dapat pula menumbuhkan minat siswa dan dapat
memberikan hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata”. Sadiman, dkk
(Beto Suyana 2016: 14) menyebutkan beberapa kelebihan media gambar adalah
sebagai berikut.
Menurut Suprijiono (dalam Santoso , 2015: 3-4) model Talking Stick
merupakan salah satu pembelajaran koperatif. Pembelajaran dengan menggunakan
Talking Stick mendorong peserta didik berani mengemukakan pendapat. Model
pembelajaran ini dilakukan dengan berbantuan tongkat. Peserta didik yang menerima
tongkat diwajibkan menjawab pertanyaan dari guru. Dengan begitu siswa akan
memperhatikan pebelajaran yang disampaikan oleh guru karena, siswa harus siap
menjawab pertanyaan dari guru saat ia mendapatkan tongkat.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan
menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Kurt Lewin (Kusnandar 2016 : 42)
penelitian tindakan adalah rangkaian langkah yang terdiri atas 4 tahap, yakni
perencanaan, pengamatan tindakan dan refleksi. Maka dari definisi inilah peneliti
merangkumnya menjadi sebuah rangkaian kegiatan yang dinamakan dengan siklus.

5
HASIL PENELITIAN

1. Hasil siklus I
a. Tahap Perencanaan
Kegiatan perencanaan penelitian siklus I dilaksanakan pada hari Senin 11 Maret
2019 di ruang kelas V SDN 48 Kota Ternate. Peneliti dan guru kelas V
mendiskusikan rancangan tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini. Kemudian
ada kesepakatan bahwa pelaksanaan tindakan pada siklus I dilaksanakan dalam 2
pertemuan yaitu pada hari senin 11 Maret 2019 dan hari selasa 12 Maret 2019,
dengan langkah langkah sebagai berikut:
1) Mempelajari Buku KTSP dan RPP kelas V tentang materi menceritakan
peristiwa.
2) Standar kompetensi : Mengungkapkan pikiran, pendapat, perasaan, fakta
secara lisan dengan menanggapi suatu persoalan, menceritakan hasil
pengamatan, atau wawancara.
3) Kompetensi dasar : Menanggapi suatu persoalan atau peristiwa dan
memberikan saran pemecahannya dengan memperhatikan pilihan kata dan
santun berbahasa.
4) Indikator pencapaian :
a. Menanggapi suatu persoalan atau peristiwa.
b. Memberikan saran pemecahan dari sutau persoalan atau peritiwa.
5) Mengumpulkan dan mempelajari data yang berhubungan dengan
pembelajaran membaca nyaring.
6) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
7) Mempersiapkan media pembelajaran.
8) Menyusun instrumen penelitian.

6
b. Tahap Pelaksanaan
Adapun langkah-langkah kegiatan pembelajaran dilakukan oleh peneliti
adalah sebagai berikut:
(1) Sebagai kegiatan awal peneliti mengadakan apersepsi dengan menanyakan
keadaan siswa dan kesiapan belajar siswa.
(2) Peneliti menjelaskan tentang materi yang akan di ajarkan, dan melakukan
tanya jawab dari materi yang disampaikan.
(3) Peneliti menceritakan contoh peristiwa. Tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai yaitu siswa dapat memberikan saran terhadap peristiwa yang telah
di bacanya.
(4) Peneliti memberi kesempatan siswa untuk bertanya hubungannya dengan
pembahasan yang diceritakan peneliti.
(5) Pada kegiatan inti peneliti meminta siswa membentuk kelompok, siswa
dibagi menjadi 5 kelompok.
(6) Peneliti memberikan penjelasan tentang lngkah-langkah kegiatan membaca
nyaring. Peneliti memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya
apabila ada yang belum jelas.
(7) Langkah selanjutnya peneliti memberikan teks cerita kepada masing
masing kelompok. Aturan dalam pembelajaran ini setiap kelompok harus
bertanggung jawab terhadap teks cerita yang dibacanya secara bergiliran/
bergantian, masing-masing 1 hingga 2 paragraf. Setelah siswa selesai
membaca peneliti mencoba mengevaluasi hasil bacaannya dengan
memberikan pertanyaan tentang cerita yang dibacanya. Setelah itu siswa di
berikan soal untuk memastikan sejauh mana pemahaman siswa tentang
cerita yang dibacanya.
a. Tahap Observasi

7
1) Hasil observasi terhadap siswa
Berdasarkan pengamatan terhadap proses belajar mengajar tersebut dari segi
siswa dapat dinyatakan bahwa : (a)Siswa yang aktif selama kegiatan diskusi
kelompok sebanyak 30% hal ini dari 24 jumlah siswa yang hadir sebanyak 7 siswa
mendapatkan nilai di atas KKM. Aspek yang dinilai dalam keaktifan kelompok
meliputi partisipasi, perhatian, kerjasama, keberanian, dan tanggung jawab.
Sedangkan sebanyak 17 siswa atau 70% dari jumlah siswa yang mendapat nilai
dibawah nilai rata-rata KKM yaitu 65 (dikategorikan kurang). (b)Berdasarkan
data diatas sebanyak 17 siswa atau 70% masih perlu perbaikan. Berdasarkan hasil
pekerjaan kelompok didapat nilai kelompok. Nilai kelompok diperoleh dari:
Jumlah nilai kelompok
= x 100%
banyak siswa dalam kelompok

2) Hasil observasi terhadap guru

Dari data lembar observasi kegiatan guru dalam siklus I selama 2 kali
pertemuan diperoleh hasil observasi sebagai berikut : (a) Berdasarkan lembar
observasi kegiatan guru selama pembelajaran berbicara pada siklus I
mendapatkan nilai 69. (b) Peneliti telah menyampaikan apersepsi dengan baik,
peneliti telah bertanya jawab mengenai materi yang diajarkan guna meningkatkan
motivasi siswa. Dalam kegiatan inti peneliti dengan baik mengelolah kegiatan
pembelajaran misalnya memberikan contoh pembelajaran yang akan dilakukan
dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. (c) Peneliti belum
maksimal dalam mengatur penggunaan waktu dalam proses pembelajaran. (d)
Peneliti sudah melaksanakan penilaian atau evaluasi dengan baik, penilaian
meliputi penilaian individu maupun penilaian kelompok, serta penilaian keaktifan
siswa pada saat mengikuti diskusi kelompok. Untuk penilaian individu siswa
dinilai saat menanggapi peristiwa maupun saat kegiatan membaca nyaring. (e)
Dalam kegiatan akhir peneliti sudah melaksanakan dengan baik dengan
menyimpulkan pelajaran bersama dengan siswa.

8
b. Tahap Refleksi
Pada tahap refleksi hasil observasi aktivitas siswa siklus I, dimana pada penilaian
ini dilihat pada 5 kategori yaitu: partisipasi, perhatian, kerjasama, keberanian, dan
tanggung jawab, berada pada angka 1302 atau dengan nilai rata-rata sebesar 54,25,
data ini dapat dilihat pada tabel 4.8. hal ini diarenakan, dalam proses diskusi
kelompok siswa masih banyak bermain, dan bercerita dengan temanya. Siswa kurang
fokus terhadap apa yang disampaikan oleh guru. Peneliti harus memperhatikan siswa
yang masih banyak bermain dan menegurnya. Agar pembelajaran dapat terkontrol
dengan baik. Dari penelitian yang dilakukan, maka peneliti menemukan masih
banyak siswa yang belum mencapai nilai KKM, sehingga dari hasil yang dicapai
peneliti melanjutkan ke siklus II.

2. Hasil Siklus II
a. Tahap Pelaksanaan
Kegiatan perencanaan tindakan siklus II dilaksanakan pada hari Kamis, 4
maret 2019 di ruang kelas V SD Negeri 48 Kota Ternate. Peneliti dan guru kelas V
mendiskusikan rancangan tindakan yang dilakukan. Berdasarkan hasil refleksi pada
siklus I diketahui belum menunjukkan adanya peningkatan kemampuan membaca
dengan baik yang signifikan. Karena dari lima aspek yang ditetapkan yaitu
kelancaran dalam membaca, ketetapan dalam penggunaan intonasi, ketepatan dalam
pelafalan, penyaringan suara, dan penggalan kalimat/jeda kalimat rata-rata nilai
belum memenuhi KKM. Oleh karena itu peneliti kembali mengulang pelajaran
bahasa Indonesia pada aspek membaca nyaring dengan media gambar. Peneliti dan
guru kelas V melakukan langkah-langkah perencanaan pelajaran bahasa indonesia
pada aspek berbicara sebagai berikut :
1) Mempelajari KTSP dan RPP tentang materi menceritakan peristiwa.
2) Standar kompetensi : Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan pengalaman
secara lisan dengan bertelepon dan cerita

9
3) Kompetensi dasar : Menanggapi suatu persoalan atau peristiwa dan
memberikan saran pemecahannya dengan memperhatikan pilihan kata dan
santun berbahasa.

4) Indikator pencapaian :
a. Menanggapi suatu persoalan atau peristiwa.
b. Memberikan saran pemecahan dari sutau persoalan atau peritiwa
5) Mengumpulkan dan mempelajari data yang berhubungan dengan
pembelajaran metode pembelajaran cerita berantai.
6) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
7) Mempersiapkan media pembelajaran.
8) Menyusun instrumen penelitian.
b. Tahap Pelaksanaan
Adapun langkah-langkah kegiatan pembelajaran dilakukan oleh peneliti adalah
sebagai berikut : (1)Sebagai kegiatan awal peneliti memberikan pertanyaan mengenai
materi yang telah yang telah disampaikan sebelumnya yaitu tentang peristiwa.
(2)Peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai yaitu siswa dapat
menanggapi dan mencontohkan peristiwa yang di alami, dilihat, atau di dengar.
(3)Kegiatan inti, siswa dibagi menjadi 5 kelompok. Siswa dipersilahkan duduk
berdasarkan kelompok pada pertemuan pertama. (4) Guru memberikan teks cerita
yang berhubungan dengan persoalan atau peristiwa. (5) Guru memberikan waktu
kepada setiap kelompok untuk membacanya secara bergantian hingga semuanya
mendapat giliran. (6) Siswa berdiskusi kelompok mengenai teks cerita yang
dibagikan oleh guru. (7) Guru mengevaluasi dengan memberikan pertanyaan yang
berhubungan dengan cerita yang telah dibacanya. (8) Kemudian setelah semua
kelompok selesai guru memberikan arahan kepada mereka untuk maju kedepan kelas
dan membuat sebuah barisan kesamping kanan. Siswa bercerita secara bergiliran dari
siswa bagian yang paling kanan ke siswa yang paling kiri. (9) Kegiatan ini terus
dilakukan berulag-ulang hingga semua siswa bisa mendapatkan giliran untuk maju ke

10
depan. (10) Pada kegiatan akhir guru dan siswa bersama menyimpulkan materi yang
telah dipelajari bersama.

c. Tahap Observasi
1) Hasil observasi terhadap siswa
Berdasarkan pengamatan terhadap proses belajar mengajar tersebut dari segi
siswa dapat dinyatakan bahwa : (a) Siswa yang aktif selama kegiatan diskusi
kelompok sebanyak 79%. Aspek yang dinilai dalam keaktifan kelompok meliputi
partisipasi, perhatian, kerjasama, keberanian dan tanggung jawab. Siswa yang
memperoleh nilai diatas 70 dikategorikan baik dan siswa yang mendapatkan nilai
dibawah 50 dikategorikan kurang, (b) Berdasarkan hasil pekerjaan siswa ada 21 siswa
yan tuntas atau 87,50% mencapai nilai KKM. Sedangkan siswa yang tidak tuntas
sebanyak 3 siswa atau 12,5% belum mencapai nilai KKM dan masih perlu perbaikan,
(c) hasil pekerjaan kelompok didapat nilai kelompok. Nilai kelompok diperoleh dari
Jumlah nilai kelompok
= x 100%.
banyak siswa dalam kelompok

2) Hasil observasi bagi guru


Berdasarkan pengamatan terhadap proses belajar mengajar tersebut dari
segi siswa dapat dinyatakan bahwa :
a) Siswa yang aktif selama kegiatan diskusi kelompok 72% Aspek yang
dinilai dalam keaktifan kelompok meliputi partisipasi, perhatian,
kerjasama, keberanian dan tanggung jawab. Siswa yang memperoleh nilai
diatas 70 dikategorikan baik dan siswa yang mendapatkan nilai dibawah 50
dikategorikan kurang.
b) Berdasarkan hasil pekerjaan siswa ada 21 siswa yang tuntas atau 87,50%
mencapai nilai KKM. Sedangkan siswa yang tidak tuntas sebanyak 3
siswa atau 12,50% belum mencapai nilai KKM dan masih perlu perbaikan.

11
c) Berdasarkan hasil pekerjaan kelompok didapat nilai kelompok. Nilai
Jumlah nilai kelompok
kelompok diperoleh dari = x 100%.
banyak siswa dalam kelompok

3) Hasil observasi bagi guru


Dari data lembar observasi kegiatan guru dalam siklus II selama 2 kali
pertemuan diperoleh hasil observasi sebagai berikut : (a) Berdasarkan lembar
observasi kegiatan guru selama kegiatan membaca nyaring dengan
menggunakan media cerita bergambar pada siklus II mendapatkan nilai
88,88%. (b)Peneliti telah menyampaikan apersepsi dengan baik. Peneliti telah
bertanya jawab mengenai materi yang diajarkan guna meningkatkan motivasi
belajar siswa. Dalam kegiatan inti peneliti dengan baik mengelola kegiatan
pembelajaran misalnya peneliti telah memberikan contoh kegiatan membaca
nyaring dengan media gambar dan memberikan kesempatan siswa untuk
bertanya. (c) Peneliti sudah maksimal mengatur waktu jalannya pembelajaran.
Kegiatan evaluasi sudah sesuai dengan alokasi waktu yang telah ditentukan. (d)
Peneliti sudah melaksanakan penilaian dan evaluasi dengan baik. Penilaian
meliputi penilaian individu maupun penilaian kelompok.
d. Tahap Refleksi
Data yang diperoleh melalui pengamatan dikumpulkan kemudian dianalisis.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan dalam observasi, maka peneliti
melakukan refleksi sebagai berikut : (1)Pada tahap refleksi peneliti menemukan
bahwa hasil pencapaian siswa secara keseluruhan pada tabel 4.9 dimana pada
penilaian ini dilihat pada 5 kategori untuk individu yaitu kelancaran dalam membaca,
ketetapan dalam penggunaan intonasi, ketetapan dalam pelafalan, penyaringan suara,
dan penggalan kalimat/jeda kalimat. Pada tahap ini hasil pencapaian siswa siklus II
dikatakan berhasil karena telah mengalami peningkatan dari 7 atau 30% siswa tuntas
pada siklus I, telah meningkat menjadi 21 siswa atau 87,50 siswa pada siklus II yang

12
dikategorikan tuntas atau berada pada nilai di atas KKM. Hal ini tentu dapat
meminimkan siswa yang tidak tuntas. Siswa tidak tuntas pada siklus I sebanyak 17
siswa atau 70% menurun menjadi 30% siswa. Pada siklus II siswa terlihat lebih
menikmati proses pembelajaran dengan sangat baik dan lebih berani untuk tampil
didepan kelas. (2)Pada tahap refleksi peneliti menemukan bahwa aktivitas guru sikus
II menunjukan pencapaian peneliti pada pembelajaran secara keseluruhan dimana
pada penilaian ini dilihat pada 9 kategori yaitu: Membuka/ memulai pembelajaran,
mengelolah kelas dan berdoa bersama, motivasi dan apresiasi, penjelasan materi,
mengelolah kegiatan belajar mengajar, mengarahkan siswa untuk menanggapi
peritiwa, melakukan evaluasi, menyimpulkan materi, dan menutup kegiatan
pembelajaran berada pada angka 32 atau dengan nilain rata-rata sebesar 88,88 atau
dengan kategori sangat baik. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.7 mengenai aktivitas
guru. Maka tentunya merupakan sebuah pencapaian yang sangat baik dari seorang
peneliti, dan secara tidak langung mencapaian ini merupakan salah satu dari kunci
keberhailan siswa. (3) Pada tahap refleksi hasil observasi aktivitas siswa siklus II,
dimana pada penilaian ini dilihat pada 5 kategori yaitu: partisipasi, perhatian,
kerjasama, keberanian, dan tanggung jawab, dari angka 1302 atau dengan nilai rata-
rata sebesar 54,25% pada siklus I, meningkat menjadi 1728 atau rata-rata 72,00%
data ini dapat dilihat pada tabel 4.16 hal ini diarenakan, dalam proses diskusi
kelompok siswa telah memperhatikan arahan dari guru, masing-masing siswa
bertanggung jawab atas kelompoknya, siswa lebih memberanikan diri dalam
menanggapi peristiwa yang diceritakan oleh guru maupun temannya, guru
memotivasi siswa agar seluruh siswa ikut berpartisipasi dalam kegiatan membaca
nyaring.
PEMBAHASAN

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus
dilaksanakan dalam empat tahap yaitu : (1) tahap perencanaan, (2) tahap pelaksanaan,
(3) tahap pengamatan, (4) tahap refleksi. Sebelum melaksanakan siklus I, peneliti

13
melakukan observasi awal untuk mengetahui kondisi yang ada di SD Negeri 48 Kota
Ternate. Kegiatan observasi awal ini peneliti menemukan bahwa kualitas proses dan
hasil pembelajaran di kelas V SD Negeri 48 Kota Ternate masih tergolong rendah
khususnya dalam pembelajaran berbicara. Oleh karena itu, peneliti melakukan
identifikasi masalah secara mendalam untuk mencari solusi dalam upaya mengatasi
masalah tersebut, yaitu kegiatan membaca nyaring dengan media gambar. Peneliti
menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) guna melaksanakan siklus I.
Siklus pertama merupakan tindakan awal untuk memperbaiki pembelajaran berbicara
khususnya dalam menceritakan suatu persoalan atau peristiwa. Berdasarkan siklus
pertama ini dapat dideskripsikan hasil kegiatan membaca nyaring dengan
menggunakan media gambar. Namun, dari hasil pengamatan terhadap proses belajar
mengajar kemampuan membaca dengan baik pada siklus I terdapat 30% siswa
mendapat nilai diatas KKM. Peneliti berada pada kategori cukup baik dalam
melakukan tindakan pembelajaran didalam kelas. Masih didapati siswa mengalami
kesuliatan dalam membaca nyaring karena masih merasa malu dan kurang percaya
diri. Kepercayaan diri juga mempengaruhi keefektifan seseorang hal ini sejalan
dengan pendapat (Cici Suarsih 2018:7), dua poin pada faktor non kebahasaan yaitu:
sikap yang wajar dan, tenang dan tidak kaku. Menurut Cici Suarsih 2018, seseorang
pembaca dituntut untuk memiliki sikap positif ketika didalam kelas maupun
menunjukan otoritas dan integritas pribadinya, harus tenang dan bersemangat dalam
berbicara. Kegiatan pembelajaran yang digunakan, yaitu kegiatan pembelajaran
membaca nyaring. Kegiatan ini merupakan hal baru bagi siswa sehingga perlu waktu
yang lama untuk menjelaskan pada siswa mengenai langkah-langkah
pembelajarannya.

Pada siklus II merupakan upaya untuk memberi solusi yang dilaksanakan


untuk mengatasi kekurangan dan kelemahan yang terjadi selama proses pembelajaran
membaca berlangsung dengan menggunakan media cerita bergambar. Usaha untuk
mengatasi hambatan pada siklus I dilaksanakan pada siklus II, antara lain (a) guru

14
lebih banyak membaca referensi mengenai hal yang berkaitan dengan kegiatan
membaca nyaring dan juga tentang penerapan media bergambar yang digunakan agar
proses pembelajaran lebih bervariasi dan menyenangkan siswa, (b) guru sebaiknya
memberikan penjelasan yang lebih dalam penggunaan kegiatan membaca nyaring, (c)
guru sebaiknya memberikan motivasi untuk menumbuhkan minat siswa untuk
belajar, (d) dengan membuat sebuah langkah langkah kegiatan membaca nyaring
dimana yang berperan langsung adalah siswa, maka siswa ini akan membuat
pembelajaran lebih menyenangkan.. Hal ini akan mendorong siswa untuk lebih berani
dan percaya diri dalam membaca didepan. Pendapat ini relevan dengan pendapat
Burn, dkk (Beto suyana 2016: 10), mengemukakan bahwa kegiatan membaca sangat
diperlukan dalam pembelajaran, siswa belajar tidak terlepas dari kegiatan membaca,
siswa akan termotivasi untuk terus belajar.
Keberhasilan kegiatan membaca ini, dapat dilihat dari sebelum adanya
tindakan dan sesudah adanya tindakan. Sebelum dilaksanakan tindakan pencapaian
kemampuan berbicara masih jauh dari nilai KKM (65). Pada siklus I, 18 orang siswa
masih perlu mendapat perbaikan yakni mendapat nilai di bawah 65, dan hanya 7
siswa saja yang mampu mencapai nilai di atas KKM (65).
Hal ini dilihat dari siswa masih kurang percaya diri dalam membaca untuk
menyampaikan ide-ide mereka, karena berbicara merupakan suatu alat untuk
menyampaiakn ide. Hal ini sejalan pendapat Lestaringsih ( 2016: 30), pada teorinya
dalm jenis-jenis membaca yaitu tentang membaca ide. Lestariningsih mengatakan
bahwa kegiatan membaca ide adalah sejenis kegiatan membaca yang ingin mencari,
memperoleh, serta memanfaatkan ide- ide yang terdapat pada bacaan.
Membaca nyaring adalah suatu aktivitas atau kegiatan yang merupakan alat
bagi guru, siswa, ataupun pembaca bersama-sama dengan orang lain atau pendengar
untuk menangkap serta memahami informasi, pikiran, dan perasaan seseorang
pengarang” Henry Guntur Tarigan, (dalam Beto susana 2016: 26). Dalam membaca
nyaring, proses membaca dilakukan dengan menyuarakan lambang-lambang tertulis
yang ada pada bacaan. Pada siklus II, presentase kemampuan siswa dalam

15
kemampuan berbicara mengalami peningkatan yaitu 62,50%. Hal ini berarti jumlah
siswa yang mampu mencapai KKM meningkat, yaitu dari 21 orang siswa
mendapatkan nilai di atas KKM (65). Pada siklus II peneliti telah kegiatan membaca
nyaring.
Kegiatan membaca nyaring dengan menggunakan media gambar membuat
siswa lebih aktif dan termotivasi dalam pembelajaran. Hal ini sejalan dengan 5
manfaat membaca nyaring yaitu: memberikan contoh kepada siswa proses membaca
secara positif, mengekspos siswa untuk memperkaya, memberi informasi baru,
mengenalkan kepada siswa aliran sastra yang berbeda-beda, memberi siswa
kesempatan menyimak dan mengguanakan daya ingat imajinasinya Syafi’ie(
Lestariningsih 2016:34). Ada beberapa perubahan yang terjadi dalam proses siklus I
ke siklus II diantaranya : (a) Perubahan yang terjadi pada aktivitas siswa siklus I ke
siklus II mengalami peningkatan, dimana hal ini ada 5 kategori yang di lihat yaitu
partisipasi, perhatian, kerjasama, keberanian, dan tanggung jawab. Pada siklus I rata-
rata aktivitas siswa mencapai 54,25% dan siklus II mengalami perubahan rata-rata
menjadi 75,00% dengan kategori yang sama dengan siklus I. (b)Perubahan yang
terjadi pada aktivitas guru siklus I mengalami peningkatan, dimana hal ini ada 9
kategori yang dinilai yaitu: membuka/memulai pembelajaran, mengelolah kelas dan
berdoa bersama, motivasi dan apresiasi, penjelasan materi, mengelolah kegiatan
belajar mengajar, meminta siswa untuk menanggapi peristiwa, kemampuan
melakukan evaluasi, menyimpulkan materi, menutup kegiatan pembelajaran. Pada
siklus I perubahan rata-rata pencapaian aktivitas guru mencapai 69, 44 atau dengan
kategori cukup, meningkat menjadi 88,88 atau dengan kategori sangat baik.
KESIMPULAN

Proses kegiatan membaca nyaring dibagi menjadi beberapa kegiatan yaitu:


(1)Siswa dibagi menjadi 5 kelompok. Siswa dipersilahkan duduk berdasarkan
kelompok pada pertemuan pertama.Guru memberikan teks cerita yang berhubungan
dengan persoalan atau peristiwa, (2) Guru memberikan waktu kepada setiap

16
kelompok untuk membacanya secara bergantian hingga semuanya mendapat giliran,
(3) guru mengajarkan siswa cara membaca dengan baik dan benar, (4) siswa
menyimak bacaan dengan seksama (5)Kemudian setelah semua kelompok selesai
guru memberikan arahan kepada mereka untuk maju kedepan kelas dan membuat
sebuah barisan kesamping kanan. Siswa membaca teks cerita yang masing-masing
paragraf secara bergiliran dari siswa bagian yang paling kanan ke siswa yang paling
kiri.(6)Kegiatan ini terus dilakukan berulag-ulang hingga semua siswa bisa
mendapatkan giliran untuk maju ke depan, (7)Pada kegiatan akhir guru dan siswa
bersama menyimpulkan materi yang telah dipelajari bersama.

Peningkatan kemampuan membaca melalui kegiatan membaca nyaring pada


siklus I menunjukan ketutasan siswa sebesar 30% atau 7 siswa yang tuntas dari 24
siswa yang mengikuti proses pembelajaran di kelas dengan jumlah nilai rata-rata pada
siklus I adalah 54,45%. Sedangkan pada siklus II persentase siswa meningkat
menjadi 87,50% atau 21 siswa yang tuntas dari 24 siswa yang mengikuti proses
pembelajaran dikelas dengan jumlah nila rata-rata pada siklus II adalah 72,91%. Oleh
karena itu, penerapan kegiatan membaca nyaring dapat meningkatkan kemampuan
membaca pada siswa kelas V SDN 48 Kota Ternate yang dilihat dari hasil siklus I
dan siklus II karena adanya peningkatan.

DAFTAR PUSTAKA

Kusnandar, 2013. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai


Pengembangan Profesi Guru. Jakarta. Rajagrafindo Persada.

Lestariningsih, 2016 Peningkatan Keterampilan Membaca Nyaring Dengan Teknik


Balainang Melalui Media Buku Bergambar. Semarang Jurnal Bahasa
Indonesia Universitas Negeri Semarang.

17
Laely, Khusnul. 2013. “Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Melalui
Penerapan Media Kartu Gambar”. Jurnal Pendidikan Usia Dini. Bandung
Universitas Negeri Bandung.

Muhlich Mansur, 2014.”Melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas itu Mudah”.


Jakarta. Bumi Aksara.

Mulyasa, E. 2009. Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan


Menyenangkan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nugriyantoro. 2017. Meningkatkan Pemahaman Membaca Cerita Melalui


Implementasi Prosedur Membaca Terbimbing (Guided Reading Procedure). Skripsi
pada FKIP UPI Bandung.

Tarigan, H. G. 2008, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, Edisi Revisi.


Bandung: Angkasa.

Somadayo Samsu, 2011, Strategi dan Teknik Pembelajaran Membaca. Yogyakarta.


Graha Ilmu.

18

Anda mungkin juga menyukai