Anda di halaman 1dari 10

Ferto- dour

Penghilang Bau Busuk Seketika

Bahan Aktif : Lumpur Aktif dan senyawa Asap Cair Limbah Sawit

Penjelasan Umum.
Adalah campuran bahan organik alami yang unik. Berbentuk serbuk/butiran dengan
kadar air sekitar 35%. Kondisinya lembab – basah berwarna hitam Mampu mengatasi
bau busuk dengan cepat, aman, tidak beracun dan ramah lingkungan. Berbagai
percobaan memberikan hasil yang baik, dalam hal mengatasi bau busuk, seperti sampah,
bangkai binatang, limbah pertanian yang busuk, sisa olahan ikan, udang, limbah industri
kertas/sludge kertas, limbah industri tapioka, limbah industri tahu, limbah industri saus
serta beberapa limbah industri pengolahan lainnya Manfaat lain, adalah mencegah
tersebarnya bibit/benih penyakit/bakteri dari sumber sampah/bau busuk yang timbul.
Racun yang ada, akan segera dinetralisir

Cara pakai :
Taburkan secara merata terhadap bahan yang busuk, hingga menutupi seluruh
permukaannya. Dalam sekejap, bau busuk segera hilang. Beberapa penelitian, seperti
liquid smoke atau larutan molases mampu menghilangkan bau busuk, namun sifatnya
adalah sementara. Artinya, dalam beberapa saat, bau busuk akan muncul kembali.
Dengan bahan penghilang bau seketika tersebut, sifatnya adalah permanen. Bau busuk
dapat dikendalikan dengan baik.

Dengan demikian, terhadap bahan organik yang berpotensi mengandung hara makro
tinggi, seperti kotoran ternak segar, darah binatang, jeroan, limbah industri pengolahan
susu (protein tinggi), dll, akan menjadi jauh lebih mudah dan aman. Selama ini bahan
tersebut dihindari, karena terkendala oleh bau busuk yang sangat menyengat.
Menggunakan Ferto-dour, maka bau busuk yang ada akan menjadi lebih mudah teratasi.

Untuk memperoleh hasil yang optimal, gunakan galengan (ukuran untuk limbah yang
berlimpah/ukuran besar). Bagian alas, taburkan limbah organik seperti serasah atau
sejenisnya, yang juga dicampur/ditabur sebagian kecil, bahan yang berfungsi sebagai
bahan penetralisir bau. Masukkan kemudian, Ferto-dour. Setiap ketebalan 5 – 8 cm atau
dapat juga ketebalan 10 cm, taburkan bahan Ferto-dour. Taburkan kembali bahan
organik yang bau, dan setelah itu taburkan bahan penetralisir bau diatasnya. Ulangi
langkah tersebut, hingga sampai pada batas atas galengan. Khusus untuk bahan yang
sangat bau dengan kandungan protein yang tinggi, seperti limbah pengolahan susu,
langkah awal yang terbaik adalah, mencampur secara homogen antara bahan yang sangat
bau dengan Ferto-dour, adalah langkah yang sangat tepat. Usahakan, adonan tersebut
tetap terjaga kelembabannya, dengan kadar air sekitar 30 – 35%. Bila kering, segera
basahi dengan air, menggunakan sprayer.
Percobaan dan Perlakuan Bahan Penetralisir Bau.
(Aplikasi Ferto-dour)
Beberapa Percobaan Yang Telah Dilakukan :

• Limbah Kulit Udang


Limbah kulit udang yang sudah sangat bau, ditaburi bahan penetralisir bau tipis,
hingga merata Dalam sekejap, bau sudah hilang.
Kegiatan ini dilakukan 3 (tiga) kali, yakni di Bekasi, Jakarta dan di Bantul DIY.
• Kotoran Ternak Segar
• Limbah Blothong
• Limbah Industri Penyamakan Kulit
• Jeroan sapi
• Darah busuk dari Sapi/Kerbau.

Kegiatan di Bantul, disaksikan sendiri oleh Bupati Bantul DIY, beserta undangan
lainnya. Bupati Bantul berkeinginan untuk mengolah limbah Blothong eks PG
Madukismo, mengingat sebagian besar arealnya berada di wilayah Kab. Bantul.
Beliau mengatakan, beberapa masyarakat setempat resah, karena adanya bau yang
menyengat/busuk, sebagai akibat penguapan N dan beberapa unsur lainnya.
Harapannya, dengan kegiatan yang dimaksud akan mampu mengolah limbah,
sekaligus memberi lapangan pekerjaan kepada warga setempat.

• Limbah Industri Pengolahan Susu Formula.

Skala lab, sudah dilaksanakan, kerjasama dengan PT Kalbe Morinaga di Cikampek.


organik, kandungan hara dll, memenuhi standar SNI Pupuk Organik. Bila tidak
diolah bau sangat menyengat (sangat busuk), bahkan melebihi bau busuk bangkai
binatang, pada radius 20 meter bau busuk sudah terasa.
Setelah diberi perlakuan bahan penetralisir bau kondisi tersebut sudah bisa diatasi
dengan baik. Sejak awal proses hingga proses selesai, bau busuk tidak dijumpai lagi.

• Limbah Cair Kulit Udang

Ferto-dour juga berfungsi sebagai filter yang sangat baik. Kulit udang yang sejak
awal dicampur air, dalam beberapa saat akan cepat membusuk. Limbah cair,
dialirkan kedalam bahan Ferto-dour. Dalam beberapa saat akan menetes. Tetesan air
berwarna kuning jernih, tidak berbau

• Limbah Minyak Goreng/Jelantah

Prosesnya sama seperti pada limbah cair kulit udang. Tetesan berwarna kuning, tanpa
sedikit pun mengandung minyak.
Dapat disimpulkan, bahwa bahan penetralisir bau :

1. Sangat baik dan sangat cocok untuk pengendalian bau (bau busuk) pada
berbagai industri pengolahan, baik cair maupun padat.
2. Beberapa bahan organik yang berpotensi mengandung bahan protein dalam
jumlah besar (prosentase kandungan proteinnya tinggi), yang berasal dari
limbah industri pengolahan, seperti limbah udang, darah sapi, limbah susu,
limbah industri tahu, industri tapioka, limbah industri penyamakan kulit,
limbah industri kertas/pulp, limbah industri gula tebu, dll yang selama ini sulit
dimanfaatkan, karena sangat berbau, sudah dapat dimanfaatkan, baik untuk
bahan baku pakan ternak, pakan ikan maupun pupuk organik.
3. Apapun bahan organik yang akan dibuat menjadi pupuk organik,
keseluruhannya memenuhi standar SNI Pupuk Organik.
4. Bahan organik tersebut diatas, memungkinkan biaya input produksi pakan
ternak, pakan ikan dan pupuk organik, menjadi lebih murah.
5. Bahan penetralisir bau, seluruh bahan bakunya adalah organik, sangat aman
dan ramah lingkungan. Tidak menimbulkan masalah pencemaran lingkungan.

Hasil Uji Laboratorium

Hasil analisis lab Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman, Fakultas Pertanian Unpad,
bulan Juni 2008 serta bulan Juli 2008 dan Agustus 2008, terhadap beberapa bahan
organik :

• Limbah susu Morinaga/sludge Morinaga


N : 1,06 - 1,61 %
P2O5 : 0,89 - 1,00 %
K2O : 1,04 - 2,01 %
C organik : 19,55 %
C/N rasio : 18

• Limbah kulit udang


N : 1,93 %
P2O5 : 0,59 %
K2O : 3,04 %
C organik : 20,35 %
C/N rasio : 10,54

• Limbah Kotoran Ternak sapi + limbah darah sapi


N : 3,58 %
P2O5 : 2,58 %
K2O : 4,77 %
C organik : 20,75 %
C/N rasio : 5,80
• Limbah industri pabrik gula (blothong)
N : 3,01 %
P2O5 : 0,05 %
K2O : 3,78 %
C organik : 47,56 %
C/N rasio : 16

• Limbah Minyak Jelantah (Minyak Goreng).


pH : 6,48
N : 0,81 %
P2O5 : 1,73 %
K2O : 2,07 %
C organik : 11,98 %
C/N rasio : 14,79 .

• Limbah Oli/Pelumas Bekas


Tidak dilakukan analisa di lab, namun hasilnya memuaskan. Oli bekas dialirkan
kedalam lumpur aktif/Ferto-dour. Lumpur terkontaminasi oleh oli bekas,
sehingga bila dipegang menjadi licin. Selang beberapa hari, lumpur/tanah sudah
tidak licin lagi. Kondisi menjadi normal, seperti sebelumnya
Limbah Industri di TPA Bagendung Ancam Warga
Cilegon, Kompas - Limbah industri yang dibuang di Tempat Pembuangan Akhir Bagendung,
Cilegon, Banten, menjadi ancaman bagi warga setempat. Selain mengeluarkan bau busuk,
limbah industri dikhawatirkan menyebarkan penyakit infeksi saluran pernapasan akut.

Samsuri, tokoh masyarakat Kampung Sambibuhut, Desa Bagendung, Kecamatan Cilegon, Jumat
(3/2), menuturkan, beberapa hari lalu datang sejumlah truk pengangkut limbah industri.
”Limbahnya seperti pasir berwarna hitam dan mengeluarkan bau menyengat,” ujarnya.

Warga di sekitar TPA Bagendung mengira limbah itu tergolong bahan berbahaya dan beracun
(B3). Pasalnya, bau yang dihasilkan berbeda dengan bau sampah-sampah lain yang biasa
dibuang di TPA tersebut.

Perbedaan bau limbah itu membuat warga cemas limbah industri itu akan membawa penyakit.
”Kemarin saja ada beberapa kerbau yang sakit karena minum air sungai yang tercemar limbah
dari TPA. Malah ada yang mati,” kata Marzuki, warga lain.

Berdasarkan pantauan, kemarin terlihat limbah menyerupai pasir berwarna hitam tercampur
dengan tumpukan sampah dari industri. Terdapat juga air limbah sampah atau air lindi yang
berwarna hitam tergenang di bawah tumpukan sampah.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Pertambangan, dan Energi Cilegon Agus Widodo menjelaskan,
limbah industri yang dibuang ke TPA Bagendung tidak tergolong limbah B3. ”Itu hanya blotong
sisa olahan gula rafinasi menjadi gula pasir,” katanya. Namun, hasil uji laboratorium
menunjukkan zat kimia yang terkandung dalam air lindi sudah melebihi baku mutu. Karena itu,
Pemerintah Kota Cilegon memutuskan menutup TPA dari limbah industri. (NTA)

Kompas 4 Pebruari 2006


Penerapan cara Pertanian Organik Modern masih belum populer untuk diterapkan
di negara kita, sehingga perlu pengembangan sistem Pertanian Organik yang intergeted,
agar hasil dari pertaniannya bisa masuk pasar local maupun dunia (Eropa dan Amerika).
Negara-negara yang pertaniannya sudah lebih maju, seperti pertanian di Negara-negara
Eropa dan Amerika sudah lama meninggalkan sistem pertanian anorganik ( Kimia ) dan
beralih ke pertanian yang ramah lingkungan yaitu pertanian organik.

Untuk menjaga tanaman dari hama dan pestisida kimia, perlu di kembangkan
suatu Greenhouse, yang berfungsi untuk menjamin kelangsungan produksi agar tidak
tergantung pada musim. Setelah Greenhouse jadi maka dilakukan penanaman percobaan
yaitu menanam beberapa jenis komoditi yang di antaranya: cabe, terong, dan tomat,
langsung di atas tanah seperti biasanya. Penanaman secara organik tidak menggunakan
pestisida, hal tersebut karena penanamannya juga sudah dilakukan dalam Greenhouse,
dengan di cover dengan net yang bisa menahan hama Cabuk ( White fly ) pembawa virus
Bemicia tabaci yang cukup sulit untuk diberatas. Menanam di atas tanah seperti bisanya
(secara konvensional) ternyata memerlukan pemupukan secara kimia yang sangat banyak
di luar kewajaran secara kalkulasi ekonomi, dan dari hasilnya tidak bisa masuk katagori
organik. Mengingat langkanya pupuk untuk mendapatkannya, kalaupun ada dengan harga
yang sudah tidak normal atau tidak seperti harga-harga pupuk sebelumnya. Jadi dari
kualitas dan harga belum bisa bersaing di pasar global atau pasar dunia Dengan kendala
yang dihadapi itu, dapat di simpulkan bahwa untuk memperbaiki tanah pertanian dengan
penambahan bahan organik yang sudah hampir hilang di seluruh areal tanah pertanian,
akibat pemakaian pupuk kimia yang terus menerus (hampir 30–35 tahun), dan upaya
dalam perbaikan tanah hampir tidak pernah dilakukan. Dengan perhitungn ekonomis,
perbaikan tanah pertanian memerlukan waktu dan biaya yang sangat tinggi, jadi perlu
penanaman jenis komoditas seperti tadi (cabe, terong, dan tomat) di dalam polibag,
menggunakan media yang umum di pakai, seperti kotoran ternak, cocopeat, arang sekam
dengan campuran yang disesuaikan dengan jenis tamanan. Untuk tanaman yang hampir
22.000 tanaman/ha, diperlukan sekitar 200 ton media tanam untuk tahap pertama,
selanjutnya hanya di tambah dengan interval 25 % atau 50 ton/musim tanam/ha.

Pengolahan Limbah Gula sebagai Pupuk Organik

Blotong (filter cake) merupakan limbah padat hasil dari proses produksi
pembuatan gula, dimana dalam suatu proses produksi gula akan dihasilkan blotong dalam
jumlah yang sangat besar. Sementara ini pemanfatan blotong, sebagai pupuk organik
masih belum maksimal dan penggunanya pun terbatas. Hal ini disebabkan karena :
Penpengolahan limbah blotong menjadi pupuk organik masih bisa dikatakan hanya asal
asalan, masih belum ditangani dengan menggunakan satu proses yang baik dan benar
sehingga pupuk organik yang dihasilkan, masih belum sempurna.
Minimnya pengetahuan petani akan manfaat penggunaan pupuk organik dari bahan
blotong.

Vinasse merupakan limbah cair yang dihasilkan dari proses pembuatan Ethanol.
Dalam proses pembuatan 1 liter Ethanol akan dihasilkan limbah (vinasse) sebanyak 13
liter (1 : 13). Dari angka perbandingan di atas maka semakin banyak Ethanol yang
diproduksi akan semakin banyak pula limbah yang dihasilkannya. Jika limbah ini tidak di
tangani dengan baik maka di kemudian hari, limbah ini akan menjadi masalah yang
berdampak tidak baik bagi lingkungan.

Salah satu cara pemanfaatan limbah ini yaitu dengan merubah vinasse menjadi
pupuk organik cair dengan menggunakan metode tertentu. Hal ini mungkin dilakukan
karena kandungan unsur kimia dalam vinasse sebagian besar merupakan unsur organik
yang berguna dan dibutuhkan bagi pertumbuhan tanaman.

Di Indonesia penggunaan pupuk organik sangat minim dilakukan oleh petani. Hal
ini dikarenakan sedikitnya produsen pupuk organik, dan minimnya pengetahuan petani
tentang manfaat pengguanan pupuk organik. Dengan adanya hal tersebut di atas maka
akan tepat jika limbah yang sedemikian besar tadi dimanfaatkan menjadi pupuk organik.

Limbah filter cake, abu boiler, dan vinasse merupakan bahan organik. Untuk bisa
menjadi pupuk organik yang siap diaplikasikan maka diperlukan suatu proses
dekomposisi bahan oleh bantuan mikoorganisme. Proses daur ulang limbah menjadi
pupuk dapat dilakukan dengan menggunakan mikroorganisme secara manual. Sekitar 20-
23 hari, proses thermofolik bisa tercapai, maka jadilah humus yang kandungan unsurnya
cukup bagus dan berguna untuk memperbaiki struktur tanah.

Peluang Pasar

Seiring dengan kebijakan pemerintah tentang pertanian organik dan gerakan


moral yang menyerukan kembalinya pemakaian bahan-bahan organik seperti untuk
pupuk, pestisida dan lain-lain. Sebagai bahan dasar dalam usaha pertanian, maka
kebutuhan bahan organik terutama pupuk organik menjadi semakin besar. Hal ini
sangatlah beralasan karena pemakaian bahan organik pada usaha pertanian lebih
menguntungkan bila ditinjau dari nilai ekonomis, keamanan, lingkungan dan kesehatan.

Meningkatnya harga dan langkanya keberadaan pupuk anorganik (kimia) di


tingkat petani, maka dapat di manfaatkan sebagai langkah untuk penerapan pola pertanian
secara organik. Nilai ekonomis dari pupuk organik yang terjangkau dari pemanfaatan
limbah pabrik guna ini akan dapat meningkatkan permintaan pupuk secara organik.
Harapannya akan banyak para petani yang beralih ke pertanian secara organik.

Akan tetapi kebutuhan pupuk organik yang terus meningkat dari tahun ke tahun
tersebut tidak diimbangi dengan suplay pupuk organik yang mencukupi. Hal ini
dikarenakan sedikitnya produsen atau pengolah pupuk organik yang ada di tanah air.
Disamping itu bisnis pupuk organik ini dinilai kurang menguntungkan oleh produsen
pupuk jika dibanding dengan pupuk kimia.

Hal tersebut sebenarnya bukan dikarenakan tidak adanya kebutuhan pupuk


organik di tingkat konsumen (petani) tetapi lebih mengacu kepada ketidak-tahuan petani
akan manfaat dari penggunaan pupuk organik tersebut dan keengganan pihak yang terkait
untuk memberikan penyuluhan tentang hal tersebut. Pihak-pihak terkait dari pemerintah
diharapkan memberikan informasi atau penyuluhan ke petani untuk bercocok tanam
secara organik, hal ini dilakukan agar para petani tidak tergantung pada pupuk kimia
(anorganik). Penggunaan pupuk organik dapat memberikan pengaruh positif pada tanah
antara lain untuk memperbaiki sifat fisik tanah dan struktur tanah. Pemberitahuan
informasi penyuluh ke petani akan meningkatkan kesadaran para petani itu sendiri,
bahkan petani akan berusaha dalam pemanfaatan sumberdaya yang ada di lingkungannya
untuk dijadikan pupuk organik.

Pupuk organik akan menjadi suatu bisnis yang sangat menguntungkan apabila
kesadaran petani akan manfaat penggunaan pupuk organik baik jangka pendek maupun
jangka panjang semakin meningkat. Hal ini dikarenakan sebagian besar penduduk
Indonesia pada umumnya bermata pencaharian di sektor pertanian. Selain itu sumberdaya
yang ada di sekitar nampak tidak bermanfaat akan menjadi solusi bagi para petani yang
mengalami kesulitan dalam mendapatkan pupuk anorganik. Pemanfaatan sumber daya
alam sekitar mampu memberikan manfaat yang lebih dan akan memberikan nilai
ekonomis yang bisa diperhitungkan. (El Torro).

Last Updated ( Tuesday, 13 January 2009 10:07 )

Anda mungkin juga menyukai