Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENGAMATAN

TUGAS PKN

Pencemaran Limbah Ampas Tahu Pada Sungai Jalan Saputan Barat IV


Tandang Semarang Oleh Pabrik Usaha Milik Bapak Waseso

Disusun oleh:
Amirul Fajar Mustofa 21030115140191
Diora Afrilla Purba 21030115140200
Muhammad Syarifudin 21030115130195
Sie Cinthia Melinda 21030115120091
Sofyan Hakim 21030115130192
Woro Indriani S. T. A. 21030115140201

UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2015
I. JUDUL KASUS : Pencemaran Limbah Ampas Tahu Pada Sungai
Jalan Saputan Barat IV Tandang Semarang Oleh Pabrik Usaha Milik Bapak
Waseso

II. DESKRIPSI KASUS:


Tahu sudah menjadi makanan terpoluler di kalangan seluruh masyarakat
Indonesia,akibatnya tentu banyak pabrik-pabrik maupun home industri yang
membuat usaha produksi tahu. Usaha produksi tahu tersebut berkembang pesat
sejalan dengan pertumbuhan penduduk yang semakin pesat pula,karena
semakin meningkatnya pertumbuhan jumlah penduduk tentunya permitaan
akan produksi tahu pun juga akan semakin meningkat. Jumlah industri
produksi tahu yang semakin meningkat ini tentunya akan membawa dampak
positif dan negatif,dampak positif bisa di tinjau dari segi ekonomi yaitu akan
meningkatkan pendapatan masyarakat dan mengurangi jumlah pengangguran
yang ada di masyarakat. Dampak negatifnya bisa di tinjau dari segi hasil sisa
produksi berupa limbah cair dan limbah padat.
Sebenarnya masalah pencemaran perindustrian atau segala bentuk
pencemaran merupakan tanggung jawab kita semua,namun karena sebagai
masyarakat biasa tentunya kita mempuyai ketebatasan baik berupa sarana dan
prasana akibatnya masalah-masalah pencemaran tersebut tidak bisa diatasi
secara maksimal. Selain itu sifat masyarakat Indonesia yang masih acuh tak
acuh dengan lingkungan sekitar membuat penanganan masalah pencemaran
lingkungan kurang maksimal

Pengendalian pencemaran industri merupakan suatu kegiatan dalam


melakukan pencegahan dan atau penanggulangan pencemaran Industri. Dari
pihak pemerintah , Departemen Perindustrian dan Departemen Lingkunganlah
yang ikut bertanggung jawab dalam masalah pencemaran tersebut. Departemen
Industri bertanggung jawab akan akan pencemaran limbah dan pembuangan
limbah tersebut,sedangkan Dinas Lingkungan Bertanggung Jawab akan kondisi
lingkungan yang ada di sekitar daerah pencemarannya.
Salah satu daerah di Semarang yang menghasilkan produksi tahu adalah
home industri milik Bapak Waseso yang berada pada Jalan Saputan Barat
IV,Tandang,Semarang ini sudah berdiri cukup lama yaitu kurang lebih sekitar 8
tahun. Namun disini ada hal yang kurang tepat dengan keberadaan home
industri tersebut. Home Industri milik bapak Waseso ini didirikan di sepanjang
daerah bantaran sungai dan keberadaannya pun berada di tengah-tengah
pemukiman warga. Hal ini tentunya akan menimbulkan berbagai masalah.
Masalah yang jelas ditimbulkan adalah ligkungan yang kumuh akibat dari
pembuangan air sisa limbah pembuatan tahu yang langsung menuju ke sungai,
jika dalam sehari home industri tersebut memproduksi tahu sekitar 6 ton,maka
ada air limbah yang di buang ke sungai sekitar 16 liter,itupun baru produksi
dalam sehari lalu bagaimana jika produksinya itu di lakukan dalam beberapa
tahun tentunya lama-kelamaan akan menimbukan masalah yang serius.
Berdasarkan survei yang telah kami lakukan di sepanjang sungai daerah
saputan tersebut terlihat pipa yang dipasang untuk mengalirkan sisa air limbah
tersebut banyak yang bocor,setelah kami konfirmasi kepada masyarakat sekitar
daerah Saputan Barat IV ternyata kebocoran pipa tersebut sudah cukup
lama,masyarakat sekitar sudah berusaha untuk melaporkan kejadian ini kepada
pemilik home industri tersebut dan kepada Pemerintah( menurut warga ibu
siti).Dari pihak pemilik home industrinya sudah berupaya untuk mengatasi
malasah tersebut tetapi hal yang serupa juga masih sering terjadi, lalu
bagaimana dengan peranan dari Pemerintah. Menurut warga yang berada di
sekitar daerah tersebut Pemerintah belum unjuk gigi akan masalah tersebut.

Selain masalah berupa pencemaran Limbah air sisa hasil produksi tahu
tersebut saat kami melakukan survei,kami mendapati masalah lain yang
ditimbulkan dari aktivitas home industri tersebut adalah asap hitam yang di
keluarkan. Asap hitam ini juga secara tidak langsung akan mempengaruhi
kesehatan masyarakat di sekitar dalam jangka waktu yang lama.
Melihat permasalah yang ditimbulkan tentunya kita bertanya-tanya,dimana
sebenarnya peran Pemerintah dalam menangani masalah tersebut. Apakah
Pemerintah menutup mata atas permasalahan yang terjadi. Pemerintah harus
bertanggungjawab mengenai masalah tersebut karena Pemerintah mempuyai
Anggaran besar untuk mengelola permasalahan industri.

Berdasarkan Pasal 3 Surat Keputusan Menteri Perindustrian Nomor


20/M/SK/1/1986,secara rinci telah di paparkan tugas-tugas dari Departemen
Perindustrian dalam tugasnya untuk pengendalian ,pengaturan dan pembinaan
dan pengawasan.

1. Membuat peraturan-peratuaran tentang pengendalian pencemaran industri


yang harus dilaksanakan oleh perusahaan-perusahaan dalam kaitannya dengan
izin usaha industri, serta menunjang instansi-instansi pemerintah lainnya dalam
menyusun peraturan peraturan yang berkaitan dengan pengendalian
pencemaran lingkungan hidup pada umumnya.
2. Membuat peraturan-peraturan tentang pemilIhan lokasi untuk industri
dalam rangka pengembangan wilayah, dalam hal ini wilayah Pusat
Pertumbuhan Induatri, yang dikaitkan dengan Rencana Umum Tata Ruang di
sana terdapat penentuan tentang letak geografis dan zona-zona industri,
kawasan-kawasan industri dan Lingkungan Industri Kecil.

III. IDENTIFIKASI FAKTOR


Ada beberapa faktor yang menyebebkan pabrik Industri membuang limbahnya
ke sungai:

1. Mahalnya Pembuatan Tempat Pembuangan dan Pengolahan Limbah


Faktor ini menjadi salah satu penyebab pihak pabrik membuang limbahnya ke
sugai. Jika kita lihat kenyataan pabrik tahu milik Bapak Waseso ini bukan
merupakan pabrik dalam skala besar ,melainkan pabrik berskala kecil atau
home industri yang beromset tidak sebesar pabrik yang berskala besar. Yang
artinya mereka tidak cukup untuk membangun tempat pembuangan dan
pengolahan limbah
2. Kurangnya kesadaran serta pengetahuan tentang dampak pencemaran limbah.
Berdasarkan hasil wawancara kami dengan masyarakat, bahwa pihak pemilik
usaha itu kurang memiliki kesadaran lingkungan dan pengetahuan tentang
dampak negatif limbah pabrik tahu terhadap sungai dan lingkungan,mengingat
juga latar belakang pendidikan pemilik pabrik yang tidak tamat pendidikan
dasar
3. Tidak adanya pengawasan dari pihak terkait secara berkala
Berdasarkan wawancara dengan masyarakat setempat bahwa dari pihak dinas
terkait dalam hal ini dinas perindustrian dan dinas industri jarang sekali
melakukan sidak.

IV. FAKTA DAN DATA EMPIRISNYA DENGAN ANALISIS


a. Standar Baku Mutu Limbah Tahu
Industri tahu dalam proses pengolahannya menghasilkan limbah baik
limbah padat maupun cair. Limbah padat dihasilkan dari proses penyaringan
dan penggumpalan. Sedangkan limbah cairnya dihasilkan dari proses
pencucian, perebusan, pengepresan dan pencetakan tahu, oleh karena itu
limbah cair yang dihasilkan sangat tinggi. Limbah cair tahu dengan
karakteristik mengandung bahan organik tinggi, suhu mencapai 40 oC-46oC,
kadar BOD5 (6.000-8.000 mg/1), COD(7.500-14.000 mg/1), TSS dan pH
yang cukup tinggi pula. Jika langsung dibuang ke badan air, maka akan
menurunkan daya dukung lingkungan. Sehingga industri tahu memerlukan
suatu pengolahan limbah yang bertujuan untuk mengurangi resiko beban
pencemaran yang ada. Gas-gas yang biasa ditemukan dalam limbah tahu
adalah gas nitrogen (N2). Oksigen (O2), hidrogen sulfida (H2S), amonia
(NH3), karbondioksida (CO2) dan metana (CH4). Gas-gas tersebut berasal
dari dekomposisi bahan-bahan organik yang terdapat di dalam air buangan
(Herlambang, 2002, 15-17).
Parameter air limbah tahu yang sesuai dengan Perda Propinsi Jawa
Tengah No. 10 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Limbah Industri dapat
dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut :

Tabel 1. Baku Mutu Air Limbah Tahu*)


No. Parameter Industri Tahu
Kadar Max Beban
(mg/lt) Pencemaran
Max (kg/ton
kedelai)
1. Temperatur 38 -
2. BOD 150 3
3. COD 275 5,5
4. TSS 100 2
5. pH 6,0-9,0
3
6. Debit Max 20 m / ton kedelai
*) Perda Propinsi Jawa Tengah No. 10 Tahun 2004

b. Analisa Limbah Industri Tahu Tandang Semarang


Pada awalnya kami mengambil sampel limbah tersebut dan
menempatkannya di sebuah wadah yang tidak terkontaminasi dengan
bakteri maupun zat lainnya. Lalu kita menguji pHnya dengan kertas pH
universal. pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan
tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Ia
didefinisikan sebagai kologaritma aktivitas ion hidrogen (H+) yang terlarut.
Koefisien aktivitas ion hidrogen tidak dapat diukur secara eksperimental,
sehingga nilainya didasarkan pada perhitungan teoritis. Skala pH bukanlah
skala absolut. Ia bersifat relatif terhadap sekumpulan larutan standar yang
pH-nya ditentukan berdasarkan persetujuan internasional. Pada kertas pH
universal diteteskan sejumlah sampel yang sudah diambil lalu mengamati
perubahan warna pada kertas pH.
Gambar 2.1 Indikator warna kertas pH universal

Gambar 2.2 Warna mula-mula kertas pH universal

Gambar 2.3 Warna kertas pH setelah ditetesi sampel

Dapat dilihat dari gambar di atas dapat disimpulkan bahwa pH limbah


industri tahu Tandang Semarang memiliki pH 12,0. Dimana kita tahu bahwa
standar baku mutu limbah tahu menurut Perda pHnya 6,0-9,0. Dapat
disimpulkan bahwa limbah tahu ini melampaui standar baku mutu karena
bersifat basa. Hal ini dapat dikarenakan adanya gas NH3 yang terlalu banyak
karena dekomposisi anaerobik. Air limbah yang baik seharusnya terjadi
dekomposisi aerobik dimana proses tersebut menghasilkan gas O2 yang akan
terlarut dalam air limbah dan akan memberi suplai respirasi kepada biota di
sungai tersebut. Tetapi jika tidak terjadi proses dekomposisi secara aerobik
maka akan terjadi proses dekomposisi secara anaerobik dimana gugus R-
CHO akan bereaksi dengan NO3, SO4, PO4 sebagai oksidator dan akan
menghasilkan gas NH3, H2S, PH3 sebagai reduktor dan gas inilah yang
menimbulkan bau dan bersifat basa. Mungkin dalam limbah tahu ini
terdapat banyak gas NH3, H2S, PH3 sehingga warga setempat merasa bahwa
sungai yang mengandung limbah tersebut bau tidak sedap dan akhirnya
menjadi keruh karena tumbuhan yang berasa di sekitar sungai tidak dapat
berespirasi dan menjadi kotor akibat endapan-endapan gas maupun sedimen
dari sungai tersebut.

Kami sudah mewawancarai Ketua RT 13 RW I kecamatan Tandang


Semarang, bu Siti mengatakan memang ada beberapa warga yang mengeluh
akan bau tak sedap akibat sungai dari limbah tahu tersebut tetapi warga
setempat hanya bisa menegur pemilik industri tersebut.

Lalu untuk menguji kadar toksiknya kami melakukan uji hayati/bioassay


dalam jangka waktu pendek yaitu selama 24 jam dengan menggunakan
media ikan mas yang menjadi hayatinya dan menggunakan air limbah
dengan konsentrasi tertentu. Uji pendahuluan dilakukan untuk menentukan
batas kisaran kritis (critical range test) yang menjadi dasar dari penentuan
konsentrasi yang digunakan dalam uji lanjutan atau uji toksisitas
sesungguhnya, yaitu konsentrasi yang dapat menyebabkan kematian
terbesar mendekati 50% dan kematian terkecil mendekati 50%.

Gambar 2.4 Hasil Percobaan Uji


Hayati/bioassay

Dari hasil percobaan selama 24 jam ikan mas yang dibiarkan hidup di
limbah industri tahu Tandang Semarang sebanyak 3 dari 5 ikan mati. Hal ini
diakibatkan karena kadar toksik yang melebihi rata-rata seehingga lebih dari
50% ikan mati. Seharusnya dalam 24 jam jumlah maksimal ikan mas yang
boleh mati hanya 2 ekor namun untuk limbah tahu ini lebih dari 50% yaitu
60% ikan mati. Hal ini dikarenakan kadar toksik dalam limbah yang
melebihi ambang batas maksimal.

Selanjutnya untuk analisa temperatur. Langsung dari sungai yang


terdapat limbahnya kami mengukur suhu limbah dengan thermometer dan
menunjukan bahwa tempperaturnya 39oC. Dan pada hal ini, temperatur
limbah yang kami ukur sudah melebihi standar baku mutu dari Perda
Semarang. Hal ini dapat merusak lingkungan hidup untuk bakteri aerobik
karena bakteri aerobik hidup pada suhu optimum 30oC-38oC. Jika limbah
lebih dari 39oC suhunya maka akan mematikan bakteri aerobik yang
kemudian akan mengganggu proses dekomposisi.

V. RELEVANSI KASUS DENGAN TEMA


Dampak dari pencemaran limbah pabrik tahu terhadap lingkungan hidup
yaitu rusaknya kualitas lingkungan terutama perairan sebagai salah satu
kebutuhan umat manusia dan makhluk hidup lainnya. Rusaknya lingkungan
akibat limbah pabrik tahu yang berdampak buruk terhadap kehidupan
ekosistem yang berada diperairan dan juga mengancam kesehatan manusia.
Ganguan terhadap perairan sangat merugikan kualitas mutu air serta
manfaatnya. Limbah tahu membawa akibat bagi lingkungan, karena
mempunyai bahanbahan berbahaya yang dibuang ke perairan salah satunya
limbah berbahaya dan beracun. Jika pencemaran limbah tahu dibiarkan terus
menerus ditanah air kita, maka kelangsungan hidup ekosistem diperairan pun
semakin terancam.
Menurut hakekat bangsa indonesia kita,peraturan seperti UU No.23 Tahun
1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup untuk mengatur berbagai macam
kerusakan lingkungan hidup yang disebabkan oleh para industri yang merusak
kualitas dan baku mutu lingkungan hidup, dan yang melakukan perbuatan
melawan hukum berupa pencemaran limbah yang dapat merusak
lingkunganhidup dan dapat membahayakan kesehatan pada manusia dan pada
ekosistem yang berada diperairan, jikalau para industri melanggar ketentuan
yang telah di berlakukan oleh pemerintah maka para industri tersebut wajib
mendapatkan sanksi yang telah diberlakukan berdasarkan Undang Undang
yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

VI. SOLUSI
Ada beberapa solusi yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah dari
pabrik industri yang membuang limbahnya ke sungai :
a. Pemberian penyuluhan dari pemerintah kepada para pemilik pabrik akan
pembangunan dan pemberdayaan pabrik yang benar.
b. Pemberian materi-materi akan moral manusia terhadap kepeduliannya akan
lingkungan yang sehat.
c. Pembenaran yang dilakukan oleh pmerintah kepada pegawai-pegawainya
agar jadwal yang dibuat terlaksana secara maksimal.

Anda mungkin juga menyukai