Anda di halaman 1dari 66

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

ANALISIS KEKERINGAN DAERAH ALIRAN SUNGAI KEDUANG


DENGAN MENGGUNAKAN METODE PALMER

DROUGHT ANALISYS OF KEDUANG WATERSHED


by PALMER METHOD

SKRIPSI

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menempuh Ujian Sarjana


Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta

Disusun oleh:
ADI PRASETYA NUGROHO
NIM I 0108001

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
2012

i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

HALAMAN PERSETUJUAN
ANALISIS KEKERINGAN DAERAH ALIRAN SUNGAI KEDUANG
DENGAN MENGGUNAKAN METODE PALMER

DROUGHT ANALISYS OF KEDUANG WATERSHED


by PALMER METHOD

SKRIPSI

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik


Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret Surakarta

Disusun Oleh :
ADI PRASETYA NUGROHO
NIM I 0108001

Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Pendadaran Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret

Persetujuan:
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr. Ir. Rr. Rintis Hadiani, MT Ir. Susilowati, MSi


NIP. 19630120 198803 2 002 NIP 19480610 198503 2 001
commit to user

ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

HALAMAN PENGESAHAN

ANALISIS KEKERINGAN DAERAH ALIRAN SUNGAI KEDUANG


DENGAN MENGGUNAKAN METODE PALMER

DROUGHT ANALISYS OF KEDUANG WATERSHED


by PALMER METHOD

SKRIPSI

Disusun Oleh :

ADI PRASETYA NUGROHO


NIM I 0108001

Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Pendadaran Jurusan Teknik Sipil


Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Pada hari :
Tanggal : 08 Juni 2012

1. Dr. Ir. Rr. Rintis Hadiani, MT __________________


NIP. 19630120 198803 2 002

2. Ir. Susilowati, MSi __________________


NIP. 19480610 198503 2 001

3. Ir. Suyanto, MM __________________


NIP. 19520317 198503 1 001

4. Ir. Sudarto, MSi __________________


NIP. 19570327 198603 1 002

Mengesahkan,
Ketua Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik UNS

Ir. Bambang Santosa, MT


commit to198601
NIP. 19590823 user 1 001

iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRAK

Adi Prasetya Nugroho, Rr. Rintis Hadiani, Susilowati, 2012, Analisis Kekeringan Daerah
Aliran Sungai Keduang Dengan Menggunakan Metode Palmer. Skripsi, Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Sumber daya alam yang sangat dibutuhkan oleh manusia adalah air. Keberadaan air di bumi ini
relatif tetap karena air melakukan perputaran atau biasa disebut siklus hidrologi. Perubahan iklim
mempunyai pengaruh besar terhadap siklus hidrologi, salah satunya terjadi kekeringan di
beberapa daerah seperti Daerah Aliran Sungai Keduang yang berada di Kabupaten Wonogiri
Provinsi Jawa Tengah.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi ketersediaan air dengan menggunakan rumus
modifikasi dari metode rasional, indeks kekeringan menggunakan metode Palmer dan
mengetahui kriteria kekeringan berdasarkan analog data debit yang terdiri dari debit normal
rerata (Q50rerata) dan debit andalan rerata (Q80rerata) terhadap kriteria kering Palmer.

Hasil analisis dan pembahasan menunjukkan bahwa ketersediaan air kurang dari threshold
Q50rerata sebesar 16,966x 106 m3/ bulan terjadi pada Juni sampai dengan Oktober. Namun
berdasarkan threshold Q80rerata sebesar 3,176x 106 m 3/ bulan, tidak adanya ketersediaan air hanya
pada Juni dan Agustus. Kekeringan terjadi pada 2002 dan 2003 karena ketersediaan air kurang
dari threshold Q50rerata maupun threshold Q80rerata yang terjadi selama lebih dari enam bulan.
Berdasarkan indeks Palmer, pada 2002 dan 2003 terjadi kekeringan dimana besaran indeks
Palmer pada 2002 berkisar antara -7,530 yang setara dengan amat sangat kering sampai dengan
0,000 yang setara dengan kering sedangkan pada 2003 berkisar antara -10,190 yang setara
dengan amat sangat kering sampai dengan 0,000 yang setara dengan kering. Kriteria kering
berdasarkan data debit dan Palmer menunjukkan hasil yang tidak terlalu berbeda jauh dalam
setiap bulannya, dimana 3,176x 106 m3/ bulan < Qtersedia < 16,966x 106 m3/ bulan atau setara
dengan indeks kekeringan Palmer 0,00- (-2,99) yang berarti kering, bila besarnya debit tersedia
antara 2,250x 106 m3/ bulan sampai 3,176x 106 m 3/ bulan atau setara dengan indeks kekeringan
Palmer -3,00- (-3,99) yang berarti sangat kering, dan apabila besarnya debit tersedia kurang dari
2,220x 106 m3/ bulan atau setara dengan indeks kekeringan Palmer -4,00 yang berarti amat
sangat kering.

Kata kunci : DAS Keduang, Kekeringan, Metode Palmer, Indeks Kekeringan, Kriteria Kering.

commit to user

vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRACT

Adi Prasetya Nugroho, Rr. Rintis Hadiani, Susilowati, 2012, Drought Analysis of Keduang
Watershed by Palmer Method. Thesis, Civil Engineering Department of Engineering Faculty of
Sebelas Maret University Surakarta.

Nature resources that human being needs the most is water. The existing of water in earth
relatively constant because water does turn or it can be called hidrology cycle. Climate changing
has a big influence to the hidrology cycle, one of the effect is drought in some area such as
Keduang River Flow Area which is in Wonogiri Regency, Central Java.

The purpose of this research is knowing the potential of available water using modification of
rational method formula, drought index using Palmer Method and knowing the dryness criteria
according to the discharge data analog that is consist of average of normal discharge (Q50rerata)
and average of mainstay discharge (Q80rerata) toward Palmer dry criteria.

The result of analysis and study shows that potential of available water less than the threshold
Q50rerata= 16,966x 106 m 3/ month happens in June to Oktober. However according to the
threshold Q80rerata= 3,176x 106 m3
drought happens in 2002 and 2003 because of the unavailibility of water less than the threshold
Q50rerata although the threshold Q80rerata that happens during more than six months. According
Palmer index, on 2002 and 2003 drought happen when Palmer index on 2002 between -7,530
that mean totally dry to 0,000 that mean dry while Palmer index on 2003 between -10,190 that
mean totally dry to 0,000 that mean dry. The dry criteria that come from analog dry criteria base
on discharge data toward Palmer shows that the result is not much different in every month, it is
when 3,176x 106 m3/ month < Qtersedia < 16,966x 106 m3/ month equal with Palmer dryness index
0,00-(-2,99) which is mean dry, if the available discharge between 2,250x 106 m3/ month to
3,176x 106 m3/ month with Palmer dryness index -3,00-(-3,99) means very dry, and when the
available discharge less than 2,220x 106 m3/ month equa -4,00
mean totally dry.

Keyword: Keduang Watershed, Drought, Palmer Method, Drought Index, Dry Criteria.

commit to user

vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-NYA
sehingg Analisis Kekeringan
Daerah Aliran Sungai Keduang Dengan Menggunakan Metode Palmer guna memenuhi
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik di Jurusan Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penyusunan tugas akhir ini dapat berjalan lancar tidak lepas dari bimbingan, dukungan, dan
motivasi dari berbagai pihak. Dengan segala kerendahan hati, pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Segenap Pimpinan Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta,
2. Segenap Pimpinan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret
Surakarta,
3. Dr. Ir. Rr. Rintis Hadiani, MT selaku dosen pembimbing I,
4. Ir. Susilowati, MSi selaku dosen pembimbing II,
5. Ir. Koosdaryani, MT selaku dosen pembimbing akademik,
6. Dosen Penguji skripsi,
7. Segenap bapak dan ibu dosen pengajar di Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Sebelas Maret Surakarta,
8. Segenap bapak dan ibu di BAPPEDA Kabupaten Wonogiri yang telah memberikan ijin
sehingga terlaksananya penulisan ini,
9. Segenap bapak dan ibu di Dinas Pengairan, Energi dan Sumber Daya Mineral Kabupaten
Wonogiri yang telah memberikan data sehingga terlaksananya penulisan ini,
10. Segenap bapak dan ibu di Perusahaan Umum Jasa Tirta I Kabupaten Wonogiri yang telah
memberikan data sehingga terlaksananya penulisan ini,
11. Rekan-rekan mahasiswa jurusan Teknik Sipil,
12. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis dengan tulus
ikhlas.

Penulis menyadari tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk perbaikan di masa mendatang
dan semoga tugas akhir ini dapat memberikan manfaat bagi penulis pada khususnya dan
pembaca pada umumnya.

Surakarta, Juni 2012

Penulis
commit to user

viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI

i
ii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................................................... iii
MOTTO .................................................................................................................................... iv
PERSEMBAHAN........................................................................................................................v
ABSTRAK ................................................................................................................................ vi
ABSTRACT ............................................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... viii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ...................................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................. xii
DAFTAR NOTASI DAN SIMBOL ............................................................................................ xiii
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................ 2
1.3 Batasan Masalah .......................................................................................................... 3
1.4 Tujuan Penelitian ......................................................................................................... 3
1.5 Manfaat Penelitian........................................................................................................ 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI .................................................................. 4
2.1 Tinjauan Pustaka .......................................................................................................... 4
2.2 Dasar Teori .................................................................................................................. 6
2.2.1 Data ............................................................................................................... 6
2.2.2 DAS ( Daerah Aliran Sungai ) ........................................................................... 6
2.2.3 Analisis Konsistensi atau Kepanggahan Data ...................................................... 6
2.2.4 Analisis Hujan Titik Menjadi Hujan Wilayah ...................................................... 8
2.2.5 Evapotranspirasi Potensial ................................................................................ 9
2.2.6 Koefisisen Limpasan (C) ................................................................................ 11
2.2.7 Palmer Drought Severity Index (PDSI) ............................................................. 12
2.2.8 Prakiraan Potensi Ketersediaan Air (Qtersedia)...................................................... 15
2.2.9 Indeks Ketajaman Kekeringan (Kriteria Kering) ................................................ 16
BAB 3 METODE PENELITIAN ............................................................................................... 17
3.1 Lokasi Penelitian ........................................................................................................ 17
3.2 Data .......................................................................................................................... 17
3.3 Alat Yang Digunakan ................................................................................................. 18
3.4 Tahapan Penelitian ..................................................................................................... 19
3.4.1 Perhitungan Potensi Ketersediaan Air ............................................................... 19
commit to user
3.4.2 Perhitungan Evapotranspirasi Potensial Metode Thornthwaite ............................. 19

ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3.4.3 Perhitungan Indeks Kekeringan Palmer ............................................................ 19


3.4.4 Penentuan Kriteria Kering ............................................................................... 20
3.5 Bagan Alir Penelitian .................................................................................................. 21
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................................... 24
4.1 Uji Kepanggahan Data Hujan ....................................................................................... 24
4.1.1 Uji Kepanggahan Metode RAPS ...................................................................... 24
4.1.2 Uji Kepanggahan Metode Kurva Massa Ganda .................................................. 26
4.2 Hujan Wilayah ........................................................................................................... 28
4.3 Koefisien Limpasan .................................................................................................... 30
4.4 Evapotranspirasi Potensial Metode Thornthwaite ........................................................... 31
4.5 Indeks Kekeringan Palmer ........................................................................................... 35
4.6 Prakiraan Potensi Ketersediaan Air ............................................................................... 43
4.6.1 Potensi Ketersediaan Air Tiap Tahun ............................................................... 44
4.6.2 Potensi Ketersediaan Air Rerata Bulanan .......................................................... 44
4.7 Indeks Ketajaman Kekeringan (Kriteria Kering) ............................................................. 49
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................................... 51
5.1 Kesimpulan ............................................................................................................... 51
5.2 Saran ........................................................................................................................ 52
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................ 53

commit to user

x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Nilai kritik Q dan R ....................................................................................................... 8


Tabel 2.2. Faktor penyesuaian untuk Persamaan Thornthwaite ........................................................ 10
Tabel 2.3. Koefisien Limpasan (C)............................................................................................... 12
Tabel 2.4. Analog Kriteria Kering Palmer Berdasarkan Kriteria Kering Menurut Data Debit ............... 16
Tabel 4.1. Uji Kepanggahan Metode RAPS Sta. Ngadirojo (125f) .................................................... 25
Tabel 4.2. Hasil Uji Kepanggahan Metode RAPS ........................................................................... 26
Tabel 4.3. Uji Kepanggahan Metode Kurva Massa Ganda Sta. Ngadirojo (125f)................................ 27
Tabel 4.4. Data Hujan Bulanan Pada 2002 Untuk Sta. Ngadirojo, Jatisrono dan Jatiroto ..................... 28
Tabel 4.5. Data Hujan Bulanan Wilayah Pada 2002 ....................................................................... 30
Tabel 4.6. Koefisien Limpasan DAS Keduang ............................................................................... 31
Tabel 4.7. Suhu Udara Rata- Rata Bulanan Stasiun Klimatologi Dam Wonogiri ................................ 32
Tabel 4.8. Evapotranspirasi Potensial (PET) Metode Thornthwaite .................................................. 33
Tabel 4.9. Evapotranspirasi Potensial (PET) Terkoreksi Metode Thornthwaite .................................. 34
Tabel 4.10. Perhitungan Parameter Indeks Kekeringan Palmer ........................................................ 35
Tabel 4.11. Analisis Rerata Dalam Kurun Waktu 10 Tahun (2002- 2011) ......................................... 38
Tabel 4.12. Koefisien CAFEC (Climatically Appropriate for Existing Conditions) ............................. 39
Tabel 4.13. Nilai CAFEC ............................................................................................................ 40
Tabel 4.14. Analisis Indeks Kekeringan ........................................................................................ 42
Tabel 4.15. Prakiraan Potensi Ketersediaan Air ............................................................................. 43
Tabel 4.16. Ketersediaan Air Rerata Bulanan ................................................................................ 45
Tabel 4.17. Analog Kriteria Kering Berdasarkan Data Debit Dengan Kriteria Kering Palmer .............. 50

commit to user

xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Peta DAS Bengawan Solo .......................................................................................... 2


Gambar 2.1. Cara Poligon Thiessen ............................................................................................... 8
Gambar 3.1. Peta DAS Keduang .................................................................................................. 17
Gambar 3.2. Bagan Alir Penelitian ............................................................................................... 23
Gambar 4.1. Kurva Massa Ganda Sta. Ngadirojo (125f) ................................................................. 27
Gambar 4.2. Poligon Thiessen DAS Keduang Dengan Tiga Stasiun Hujan........................................ 29
Gambar 4.3. Potensi Ketersediaan Air Pada DAS Keduang ............................................................. 44
Gambar 4.4. Debit Andalan (Q80rerata) ............................................................................................ 46
Gambar 4.5. Hubungan Qrerata dengan Q50rerata dan Q80rerata ................................................................ 47
Gambar 4.6. Potensi Ketersediaan Air Pada DAS Keduang Pada 2002- 2011 .................................... 48

commit to user

xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR NOTASI DAN SIMBOL

= koefisien evapotranspirasi,
= koefisien pengisian lengas ke dalam tanah,
= koefisien limpasan,
= koefisien kehilangan air,
= pendekatan terhadap pembobot iklim,
= kelembaban tanah (mm) mewakili satuan volume per satuan wilayah,
= perubahan lengas tanah lapisan atas,
= perubahan lengas tanah lapisan bawah,
= periode waktu yang diperlukan untuk perhitungan (jam, hari, bulan),
A = luas daerah tangkapan (km 2),
= luas masing-masing poligon (km 2),
C = koefisien limpasan,
d = periode kelebihan dan kekurangan air,
Dy = standar deviasi,
D = rataan nilai mutlak dari d,
ET = evapotranspirasi (mm/ tahun),
ET = rata- rata evapotranspirasi,
ET = nilai evapotranspirasi CAFEC,
I = indeks panas tahunan,
K = karakter iklim sebagai faktor pembobot,
= pendekatan kedua terhadap nilai faktor K,
L = kehilangan kelembaban tanah,
L =p ,
L = rata- rata kehilangan kelembaban tanah,
L = nilai kehilangan lengas tanah CAFEC,
m = ranking,
n = jumlah data,
N = jumlah stasiun pencatat hujan,
= hujan masing-masing stasiun pencatat hujan (mm),
P = probabilitas,
P = curah hujan (mm/ tahun),
P50 = curah hujan probabilitas 50,
PET = evapotranspirasi potensial (mm),
PL = kehilangan kelembaban tanah potensial kedua lapisan,
PLa = kehilangan kelembaban tanah potensial lapisan atas,
PLb = kehilangan kelembaban tanah potensial lapisan bawah,
PR = pengisian lengas ke dalam tanah potensial,
PRO = aliran permukaan potensial,
= hujan wilayah (mm),
P = rata- rata presipitasi,
PET = rata- rata evapotranspirasi potensial,
PL commit to user
= rata- rata kehilangan kelembaban tanah potensial,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PR = rata- rata pengisisan lengas ke dalam tanah potensial,


PRO = rata- rata aliran permukaan potensial,
P = nilai presipitasi CAFEC,
Q = debit aliran (m3 ,
Qtersedia = potensi ketersediaan air (m 3/ bulan),
Q50 = debit probabilitas 50,
Q80 = debit probabilitas 80,
R = pengisian lengas ke dalam tanah,
Ri = tinggi hujan pada stasiun i,
RO = aliran permukaan,
R = rata- rata pengisisan lengas ke dalam tanah,
RO = rata- rata aliran permukaan,
R = nilai pengisisan lengas ke dalam tanah CAFEC,
RO = nilai aliran permukaan CAFEC,
S = lengas tanah,
Sa = lengas tanah lapisan atas,
Sb = lengas tanah lapisan bawah,
S' = rata- rata kelembaban tanah,
Ta = suhu rata- rata bulanan (oC) ,
X = indeks kekeringan,
Yi = data hujan ke-i,
Y = data hujan rerata i,
z = penduga nilai Z,
Z = indeks penyimpangan atau anomali lengas.

commit to user

xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan sumber daya alam yang sangat dibutuhkan oleh semua makhluk
hidup khususnya manusia. Jumlah air di bumi relatif tetap karena mengikuti siklus
hidrologi dimana air melakukan perjalanan dari permukaan laut ke atmosfer
kemudian ke permukaan bumi dan kembali lagi menuju laut. Faktor iklim dan
energi panas matahari mempunyai pengaruh besar terhadap siklus hidrologi yang
menyebabkan adanya proses evaporasi atau penguapan dari permukaan laut,
tanah, tumbuh- tumbuhan dan sumber air lainnya. Sebagian uap air dari proses
evaporasi terkondensasi menjadi awan yang kemudian turun ke permukaan bumi
menjadi air hujan (Asdak, 2004).

Negara Indonesia khususnya pulau Jawa terletak di daerah khatulistiwa yang


sangat rentan terhadap perubahan iklim. Perubahan suhu udara, kenaikan muka air
laut, perubahan intensitas hujan, banjir dan kekeringan merupakan akibat dari
perubahan iklim yang dihadapi Indonesia (Susandi dkk, 2008).

Sungai Bengawan Solo merupakan sungai terpanjang dan terbesar di pulau Jawa,
terletak di antara dua provinsi yaitu Jawa Tengah dan Jawa Timur yang memiliki
empat daerah aliran sungai yaitu DAS Bengawan Solo, DAS Kali Grindulu dan
Kali Lorog di Pacitan, DAS kecil di kawasan pantai utara dan DAS Kali Lamong.
DAS Bengawan Solo merupakan DAS terluas, meliputi 3 Sub DAS yaitu Sub
DAS Bengawan Solo Hulu, Sub DAS Kali Madiun dan Sub DAS Bengawan Solo
Hilir (http//bulletin.penataanruang.net). DAS Bengawan Solo dapat dilihat pada
Gambar 1.1.

commit to user

1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Sumber: The Study on Counter Measures for Sedimentation in the Wonogiri Multipurpose Dam
(2007)
Gambar 1.1. Peta DAS Bengawan Solo

Banjir pada musim penghujan dan kekeringan saat musim kemarau merupakan
suatu fenomena yang sering terjadi di sebagian besar wilayah pulau Jawa
khususnya pada Daerah Aliran Sungai Keduang yang merupakan Sub Daerah
Aliran Sungai Bengawan Solo Hulu 3. (http//www.tabloidkampus.com).

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka perlu dilakukan penelitian


tentang analisis kekeringan dengan menggunakan metode Palmer yang dilakukan
di Daerah Aliran Sungai Keduang kabupaten Wonogiri- Jawa Tengah.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang dapat diambil dari uraian latar belakang tersebut di atas
adalah:
1. Bagaimana potensi ketersediaan air Daerah Aliran Sungai Keduang?
2. Bagaimana indeks kekeringan menggunakan metode Palmer Daerah Aliran
Sungai Keduang?
3. Bagaimana kriteria kekeringan Daerah Aliran Sungai Keduang?

commit to user

2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1.3 Batasan Masalah

Untuk membatasi masalah agar penelitian tidak meluas dan lebih terarah maka
perlu adanya pembatasan sebagai berikut:
1. Wilayah penelitian hanya dilakukan di Daerah Aliran Sungai Keduang
Kabupaten Wonogiri yang merupakan Sub Daerah Aliran Sungai Bengawan
Solo Hulu 3,
2. Hujan yang dipakai merupakan data curah hujan rata- rata harian selama 20
tahun (1992- 2011) untuk uji kepanggahan data dan data 10 tahun (2002-
2011) untuk analisis,
3. Data klimatologi yang digunakan selama 10 tahun (2002- 2011),
4. Analisis debit (ketersediaan air) didasarkan pada aliran mantap atau air larian
yang masuk ke Daerah Aliran Sungai Keduang.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:


1. Mengetahui potensi ketersediaan air Daerah Aliran Sungai Keduang,
2. Mengetahui indeks kekeringan menggunakan metode Palmer Daerah Aliran
Sungai Keduang,
3. Menentukan kriteria kekeringan Daerah Aliran Sungai Keduang.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:


1. Manfaat teoritis: dapat memberikan informasi keilmuan dalam bidang teknik
sipil khususnya mengenai hidrologi, yaitu ketersediaan air dan indeks
kekeringan yang terjadi pada suatu DAS,
2. Manfaar praktis: dapat memberikan informasi tentang kekeringan dan potensi
ketersediaan air sehingga dapat langsung digunakan untuk mitigasi bencana
kekeringan dan juga dapat digunakan untuk sektor pertanian.

commit to user

3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

Wilayah Indonesia terletak di bagian iklim tropis yang mempunyai ciri khusus
yaitu curah hujan tinggi pada musim penghujan dan curah hujan rendah saat
musim kemarau (Köppen, 1900 dalam Puradimaja, 2006) sehingga pada musim
penghujan sulit untuk mengendalikan air, namun sebaliknya saat musim kemarau
panjang sulit untuk memenuhi kebutuhan akan air.

Pemanasan global merupakan akibat adanya perubahan iklim, Indonesia


merupakan negara kepulauan yang sangat rentan terhadap perubahan iklim.
Perubahan curah hujan suhu udara dan kenaikan muka air laut merupakan dampak
yang diakibatkan oleh adanya perubahan iklim. Hingga tahun 2100 kenaikan muka
air laut di Indonesia diperkirakan hingga 1,1 m yang mengakibatkan hilangnya
daerah pantai dan pulau- pulau kecil (Susandi dkk, 2008).

Kekeringan adalah kejadian alam yang berpengaruh besar terhadap ketersediaan


air dalam tanah yang diperlukan oleh kepentingan pertanian maupun untuk
mencukupi kebutuhan makhluk hidup khususnya manusia (Suryanti, 2008). Di
pulau Jawa ketersediaan air hanya dapat dipenuhi pada musim penghujan
sedangkan pada musim kemarau terjadi defisit air yang menjadi indikator penting
terjadinya kekeringan (Sutopo, 2007).

Kekeringan menurut Wikipedia adalah suatu keadaan dimana kebutuhan air di


suatu wilayah tidak dapat terpenuhi dalam jangka waktu yang panjang (beberapa
bulan hingga tahunan). Kekeringan adalah suatu kondisi dimana curah hujan di
bawah normal dan terjadi dalam jangka waktu yang lama dan menyebabkan suatu
daerah kekurangan pasokan air (Balai Hidrologi, 2003).

commit to user

4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Kekeringan merupakan suatu keadaan dimana curah hujan sangat kecil atau tidak
terdapat curah hujan dalam jangka waktu yang lama dan lebih panjang dari musim
kemarau (Moreland, 1993). Kekeringan menyebabkan berbagai kerugian bagi
makhluk hidup khususnya manusia, seperti kekurangan air untuk berbagai
keperluan, gagal panen pada daerah pertanian dan berkurangnya pendapatan
masyarakat. Apabila kekeringan dapat diperkirakan, maka mitigasi bencana
kekeringan dapat diantisipasi. Perkiraan kekeringan dapat dilakukan berdasarkan
pola hujan, iklim maupun pola debit yang pernah terjadi (Hadiani, 2009).

Indeks kekeringan mempunyai banyak jenis seperti Crop Moisture Index (CMI),
Surface Water Supply Index (WSI), Palmer Drought Severity Index (PDSI),
Reclamation Drought Index (RDI), Standardized Precipitation Index (SPI) dan
masih banyak lainnya. Indeks kekeringan ini diciptakan tergantung daerah
penelitian, pengguna, proses, input dan output-nya (Suryanti, 2008).

Analisis indeks kekeringan telah dilakukan dengan berbagai metode, salah satunya
dengan menggunakan metode Indeks Palmer. Seperti yang telah dilakukan oleh
Sudibyakto (1985) dalam Suryanti (2008) di daerah Kedu Selatan, Jawa Tengah
dimana indeks kekeringan didasarkan pada perhitungan data curah hujan titik
sehingga menimbulkan indeks Palmer yang terlalu basah.

Suryanti (2008) melakukan penelitian kekeringan di daerah Banten yang


menunjukkan tingkat kekeringan yang bervariasi mulai dari -8.14 hingga 13.38,
berarti kondisi lengas tanah cukup beragam dari ekstrim kering hingga ekstrim
basah. Sebaran bulan terkering dan terbasah menunjukkan keadaan masih normal,
nilai indeks Palmer antara -0.21 hingga 1.23.

Kriteria Kering dapat ditentukan dengan berbagai cara antara lain kriteria kering
berdasarkan data debit normal sama dengan Q50 dengan kriteria (Hadiani, 2009):
1. Disebut kering (K) apabila Q80 < Q < Q50,
2. Disebut sangat kering (SK) apabila 71- 100% Q80,
3. Disebut amat sangat kering (ASK) apabila Q < 70% Q80.

commit to user

5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2.2 Dasar Teori

2.2.1 Data

Dalam setiap penelitian, data merupakan masukan terpenting untuk mendapatkan


hasil yang diharapkan. Ada dua macam data yang biasa digunakan dalam
penelitian, yaitu data primer dan data sekunder.

Data primer ialah sekumpulan data yang didapat secara langsung berdasarkan
pengamatan atau observasi di lapangan (lokasi penelitian). Sedangkan data
sekunder ialah sekumpulan data yang didapat tidak secara langsung karena
peneliti tidak melakukan pengamatan atau observasi secara langsung, peneliti
hanya mendapatkan data dari sumber atau instansi terkait. Dalam penelitian ini
data yang digunakan adalah data sekunder.

2.2.2 DAS ( Daerah Aliran Sungai )

Chay Asdak (2004) mendefinisikan daerah aliran sungai atau DAS sebagai suatu
wilayah daratan yang dibatasi oleh punggung- punggung gunung, menampung
dan menyimpan air hujan untuk kemudian mengalirkannya ke laut melalui sungai
utama. Wilayah daratan tersebut disebut daerah tangkapan air (DTA atau
catchment area) yaitu suatu ekosistem yang terdiri atas sumber daya alam (tanah,
air dan vegetasi) dan sumber daya manusia sebagai pemanfaat sumber daya alam.

2.2.3 Analisis Konsistensi atau Kepanggahan Data

Data hujan yang akan dipergunakan dalam suatu analisis sebelumnya harus
dilakukan uji konsistensi atau data di mana data yang tidak sesuai akibat
kesalahan pencatatan dan gangguan alat pencatat perlu dikoreksi dan data yang
hilang atau kosong diisi dengan menggunakan pembanding pos hujan sekitar yang
terdekat dan dianggap memiliki karakteristik yang sama (Sri Harto, 1993).

Dalam penelitian ini, metode yang digunakan untuk menguji konsistensi data
adalah Metode Kurva Massa Ganda (Double Mass Curve) dan Metode RAPS
(Rescaled Adjusted Partial Sums).

Metode kurva massa ganda berdasarkan perbandingan hujan tahunan kumulatif di


stasiun y terhadap stasiun referensi x, stasiun referensi merupakan nilai rerata
commit to user

6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

beberapa stasiun yang berada di dekatnya kemudian nilai kumulatif tersebut


digambarkan pada sistem koordinat x- y dan kurva yang telah digambar dilihat
apakah ada perubahan kemiringan, apabila garis yang terbentuk menunjukkan
garis lurus maka data dianggap panggah namun apabila terjadi kemelencengan
atau garis patah maka data tidak konsisten dan perlu dilakukan adanya koreksi.

Metode RAPS berdasarkan data curah hujan setempat, di mana data curah hujan

yang tersedia di sekitar lokasi proyek sangat terbatas. Bila Q / n yang didapat
lebih kecil dari nilai kritik untuk tahun dan confidence level yang sesuai, maka
data dinyatakan panggah (Sri Harto, 1993). Uji kepanggahan dapat dilakukan
dengan menggunakan persamaan:
k
Sk* Yi Y , dengan k = 1, 2, 3, ..., n (2.1)
i 1

S 0* 0 (2.2)

S k*
S k** , dengan k = 0, 1, 2, 3, ...., n (2.3)
Dy

n 2
Yi Y
D y2 (2.4)
i 1 n
dengan :
Yi = data hujan ke-i,
Y = data hujan rerata i,
Dy = deviasi standar,
n = jumlah data.

Untuk uji kepanggahan digunakan cara statistik:


Q maks | S k** | k n, atau (2.5)

R maksimum S k** min imum S k** k n (2.6)

Nilai kritik Q dan R ditunjukkan dalam Tabel 2.1.

commit to user

7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel 2.1. Nilai kritik Q dan R


Q R
n n n
90% 95% 99% 90% 95% 99%
10 1,05 1,14 1,29 1,21 1,28 1,38
20 1,10 1,22 1,42 1,34 1,43 1,60
30 1,12 1,24 1,46 1,40 1,50 1,70
40 1,13 1,26 1,50 1,42 1,53 1,74
50 1,14 1,27 1,52 1,44 1,55 1,78
100 1,17 1,29 1,55 1,50 1,62 1,86
1,22 1,36 1,63 1,62 1,75 2,00
Sumber: Sri Harto, 1993

2.2.4 Analisis Hujan Titik Menjadi Hujan Wilayah

Dalam penelitian ini menggunakan metode poligon Thiessen karena merupakan


cara yang paling umum dari beragam analisis. Metode ini memperhitungkan bobot
dari masing-masing stasiun yang mewakili luasan di sekitarnya (Bambang
Triatmodjo, 2008). Hujan pada suatu luasan di dalam DAS adalah sama dengan
hujan yang terjadi pada stasiun terdekat, sehingga hujan yang tercatat pada suatu
stasiun mewakili luasan tersebut. Metode ini digunakan apabila penyebaran
stasiun hujan di daerah yang ditinjau tidak merata (Chow, dkk., 1988). Gambar
polygon Thiessen dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1. Cara Poligon Thiessen

commit to user

8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Hujan rerata daerah aliran dapat dihitung sebagai berikut :


A1 A2 A3 An
R R1 R2 R3 .... (2.7)
A A A A
atau
1 n
R i 1
Ai .Ri (2.8)
A
dengan :
R = tinggi hujan rata-rata daerah aliran (areal rainfall) R,
A = luas daerah aliran,
Ai = luas daerah pengaruh stasiun i,
Ri = tinggi hujan pada stasiun i.

2.2.5 Evapotranspirasi Potensial

Dalam penelitian ini perhitungan evapotranspirasi potensial menggunakan metode


Thornthwaite. Wanielista (1990) dalam Asdak (2004) menjelaskan bahwa metode
Thornthwaite memanfaatkan suhu udara sebagai indeks ketersediaan energi panas
untuk berlangsungnya proses ET (evapotranspirasi) dengan asumsi suhu udara
tersebut berkorelasi dengan efek radiasi matahari dan unsur lain yang
mengendalikan proses ET.

Evapotranspirasi menurut Asdak (2004) adalah keseluruhan jumlah air yang


dikembalikan lagi ke atmosfer dari permukaan tanah, sumber- sumber air dan
tanaman oleh adanya pengaruh faktor iklim dan fisiologis tanaman. Indeks
evapotranspirasi potensial (PET) yang hanya memerlukan data suhu udara
tersebut dikembangkan oleh Thornthwaite (1984) dalam Manning (1987) dengan
rumus matematis sebagai berikut:

PET = 1,6 [(10Ta )/ I]a (2.9)


dengan :
PET = evapotranspirasi potensial (mm),
Ta = suhu rata- rata bulanan (oC),
I = indeks panas tahunan.
12
I [(Tai / 5 )]1.5 (2.10)
i 1

dengan :
a = 0.49 + 0.0179 I 0.0000771 I2 + 0.000000675 I3 (2.11)
commit to user

9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Nilai untuk evapotranspirasi potensial (PET) harus disesuaikan dengan jumlah


hari per bulan dan panjang hari (latitudinal adjustment). Faktor penyesuaian
panjang hari menurut letak lintang untuk persamaan Thornthwaite dapat dilihat
pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Faktor penyesuaian untuk Persamaan Thornthwaite


LU Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des
0° 1,04 0,94 1,04 1,01 1,04 1,01 1,04 1,04 1,01 1,04 1,01 1,04
5° 1,02 0,93 1,03 1,02 1,06 1,03 1,06 1,05 1,01 1,03 0,99 1,02
10° 1,00 0,91 1,03 1,03 1,08 1,06 1,08 1,07 1,02 1,02 0,98 0,99
15° 0,97 0,91 1,03 1,04 1,11 1,08 1,12 1,08 1,02 1,01 0,95 0,97
20° 0,95 0,90 1,03 1,05 1,13 1,11 1,14 1,11 1,02 1,00 0,93 0,94
25° 0,93 0,89 1,03 1,06 1,15 1,14 1,17 1,12 1,02 0,99 0,91 0,91
30° 0,90 0,87 1,03 1,08 1,18 1,17 1,20 1,14 1,03 0,98 0,89 0,88
35° 0,87 0,85 1,03 1,09 1,21 1,21 1,23 1,16 1,03 0,97 0,86 0,85
40° 0,84 0,83 1,03 1,11 1,24 1,25 1,27 1,18 1,04 0,96 0,83 0,81
45° 0,80 0,81 1,02 1,13 1,28 1,29 1,31 1,21 1,04 0,94 0,79 0,75
50° 0,74 0,78 1,02 1,15 1,33 1,36 1,37 1,25 1,06 0,92 0,76 0,70
LS Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des
5° 1,06 0,95 1,04 1,00 1,02 0,99 1,02 1,03 1,00 1,05 1,03 1,06
10° 1,08 0,97 1,05 0,99 1,01 0,96 1,00 1,01 1,00 1,06 1,05 1,10
15° 1,12 0,98 1,05 0,98 0,98 0,94 0,97 1,00 1,00 1,07 1,07 1,12
20° 1,14 1,00 1,05 0,97 0,96 0,91 0,95 0,99 1,00 1,08 1,09 1,15
25° 1,17 1,01 1,05 0,96 0,94 0,88 0,93 0,98 1,00 1,10 1,11 1,18
30° 1,20 1,03 1,06 0,95 0,92 0,85 0,90 0,96 1,00 1,12 1,14 1,21
35° 1,23 1,04 1,06 0,94 0,89 0,82 0,87 0,94 1,00 1,13 1,17 1,25
40° 1,27 1,06 1,07 0,93 0,86 0,78 0,84 0,92 1,00 1,15 1,20 1,29
45° 1,31 1,09 1,07 0,91 0,83 0,73 0,80 0,91 0,99 1,17 1,24 1,34
50° 1,37 1,12 1,08 0,89 0,77 0,67 0,74 0,88 0,99 1,19 1,20 1,41
Sumber: Bambang Triatmodjo, 2008

Hasil prakiraan evapotranspirasi potensial (PET) bersama- sama dengan curah


hujan dan kelembaban tanah dimanfaatkan untuk menghitung analisis neraca air
(water budget analysis). Model hidrologi lazim digunakan untuk menghitung
unsur neraca air tersebut di atas dalam skala DAS. Perhitungan analisis neraca air
penting untuk dapat mempelajari perilaku hubungan air- tanaman- tanah.
Transpirasi tanaman yang merupakan bagian penting dari evapotranspirasi yang
dapat mempengaruhi neraca air, infiltrasi dan air larian. Dengan asumsi aliran air
bawah permukaan yang masuk sama dengan yang keluar, dan panjang akar
commit to user

10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

tanaman berada jauh di atas permukaan air tanah. Menurut Lane dan Stone (1983)
dalam Asdak (2004), persamaan neraca air dapat ditulis:
Q=P ET (2.12)
dengan:
Q = debit aliran (m 3 ,
P = curah hujan (mm/ tahun),
ET= evapotranspirasi (mm/ tahun),
L ,
= kelembaban tanah (mm) mewakili satuan volume per satuan wilayah,
= periode waktu yang diperlukan untuk perhitungan (jam, hari, bulan).
embaban tanah, sementara nilai
negatif menunjukkan penurunan kelembaban tanah di tempat yang bersangkutan.

masukan = air keluaran. Semakin besar ET, semakin kecil debit aliran. ET
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain iklim dan jenis tumbuhan. Iklim
bersifat tidak dapat diubah oleh manusia dan oleh karena itu faktor jenis
tumbuhan inilah yang menjadi perhatian untuk pengelolaan sumber daya air.

2.2.6 Koefisisen Limpasan (C)

Koefisien Limpasan atau angka koefisien C menurut Asdak (2004) merupakan


bilangan perbandingan antara laju debit puncak dengan intensitas hujan yang
dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti laju infiltrasi, keadaan tata guna lahan
atau tutupan lahan, intensitas hujan, permeabilitas dan kemampuan tanah menahan
air. Nilai koefisien limpasan (C) dapat dilihat pada Tabel 2.3.

commit to user

11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel 2.3. Koefisien Limpasan (C)


No. Deskripsi Permukaan C
1 Kota, jalan aspal, atap genteng 0,7- 0,9
2 Kawasan industri 0,5- 0,9
3 Pemukiman multi unit, pertokoan 0,6- 0,7
4 Kompleks perumahan 0,4- 0,6
5 Villa 0,3- 0,5
6 Taman, pemakaman 0,1- 0,3
7 Pekarangan tanah berat:
a. > 7% 0,25- 0,35
b. 2 - 7% 0,18- 0,22
c. < 2% 0,13- 0,17
8 Pekarangan tanah ringan:
a. > 7% 0,15- 0,2
b. 2 - 7% 0,10- 0,15
c. < 2% 0,05- 0,10
9 Lahan berat 0,4
10 Padang rumput 0,35
11 Lahan budidaya pertanian 0,3
12 Hutan produksi 0,18
Sumber: Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 17, 2009

2.2.7 Palmer Drought Severity Index (PDSI)

Menurut Gutman et al., dalam Turyati (1995) menjelaskan bahwa metode indeks
ketajaman kekeringan Palmer berguna untuk mengevaluasi kekeringan yang telah
terjadi di daerah- daerah semiarid dan yang beriklim sub- humid kering. Palmer
masih lebih baik apabila digunakan pada wilayah penelitian yang luas dan
mempunyai topografi yang seragam (National Drought Mitigation Center, 2006).

Analisis indeks ketajaman kekeringan metode Palmer meliputi perhitungan


parameter utama dan perhitungan parameter iklim seperti berikut ini:
1. Analisis Parameter Utama, seperti:
a. P, hujan kumulatif bulanan wilayah efektif,
b. PET, evapotranspirasi potensial metode Thornthwaite,
c. Sa, perubahan lengas tanah lapisan atas,
d. Sb, perubahan lengas tanah lapisan bawah,
e. Sa, lengas tanah lapisan atas,
f. Sb, lengas tanah lapisan bawah,

commit to user

12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

g. S, lengas tanah (available water content),


h. PR, jumlah air yang dapat diserap oleh tanah,
i. R, pengisisan lengas ke dalam tanah,
j. PLa, kehilangan kelembaban tanah potensial lapisan atas,
k. PLb, kehilangan kelembaban tanah potensial lapisan bawah,
l. PL, kehilangan kelembaban tanah potensial kedua lapisan,
m. L, kehilangan kelembaban tanah,
n. ET, evapotranspirasi,
o. PRO, aliran permukaan potensial,
p. RO, aliran permukaan.
2. Analisis Parameter Iklim (Palmer, 1965) dapat diuraikan seperti langkah di
bawah ini.
a. Menentukan nilai koefisien untuk mendapatkan nilai CAFEC (Climatically
Appropriate for Existing Conditions)

ET / PET (2.13)

R / PR (2.14)

RO / PRO RO / S ' (2.15)

L / PL (2.16)

( PET R ) /( P L) (2.17)
dengan :
= koefisien evapotranspirasi,
= koefisien pengisian lengas ke dalam tanah,
= koefisien limpasan,
= koefisien kehilangan air,
= pendekatan terhadap pembobot iklim,
ET = rata- rata evapotranspirasi,
PET = rata- rata evapotranspirasi potensial,
R = rata- rata pengisisan lengas ke dalam tanah,
PR = rata- rata pengisisan lengas ke dalam tanah potensial,
RO = rata- rata aliran permukaan,
PRO = rata- rata aliran permukaan potensial,
S' = rata- rata kelembaban tanah,
L = rata- rata kehilangan kelembaban tanah,
PL = rata- rata kehilangan kelembaban tanah potensial,
P = rata- rata presipitasi.
commit to user

13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

b. Nilai CAFEC

Nilai CAFEC merupakan dugaan dari parameter- parameter


evapotranspirasi, run off, recharge, presipitasi dan loss dimana secara
klimatologis sesuai dengan kondisi waktu dan daerah penelitian. Rumus
yang digunakan untuk parameter- parameter tersebut adalah sebagai
berikut:

ET PET (2.18)

R PR (2.19)

RO PRO (2.20)

L PL (2.21)

P ET R RO L (2.22)
dengan :

ET = nilai evapotranspirasi CAFEC,


R = nilai pengisisan lengas ke dalam tanah CAFEC,
RO = nilai aliran permukaan CAFEC,
L = nilai kehilangan lengas tanah CAFEC,
P = nilai presipitasi CAFEC,
PET = evapotranspirasi potensial,
PR = pengisian lengas ke dalam tanah potensial,
PRO = aliran permukaan potensial,
PL = kehilangan lengas tanah potensial.

c. Periode Kelebihan dan Kekurangan Hujan

Digunakan rumus sebagai berikut:

d P P (2.23)

d. Rataan Nilai Mutlak ( D )


D = rataan nilai mutlak dari d (2.24)

e.

PET R RO 25 .6
K ' 1.5 Log 10[( 2.80) / ] 0 .50 (2.25)
P L D
commit to user

14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

= D*K' (2.26)

f. Karakter Iklim sebagai Faktor Pembobot (K)

D*K'
K 12
K' (2.27)
D* K'
1

g. Penduga Nilai Z

z d* (2.28)

h. Indeks Penyimpangan atau anomali lengas (Z)

Z = d* K (2.29)

i. Indeks Kekeringan (X)

X ( Z / 3) i 1 X (2.30)

dengan:
X ( Z / 3) i 0.103( Z / 3) i 1 (2.31)

2.2.8 Prakiraan Potensi Ketersediaan Air (Qtersedia)

Perhitungan prakiraan ketersediaan air atau debit tersedia dalam penelitian ini
berdasarkan aliran mantap atau air larian yang masuk ke Daerah Aliran Sungai
Keduang yang dipengaruhi oleh penggunaan lahan. Dimana aliran mantap atau
biasa disebut air larian merupakan bagian air hujan yang jatuh dan mengalir di
atas permukaan tanah ke tempat yang lebih rendah untuk kemudian masuk ke
dalam badan air seperti sungai, danau maupun lautan (Asdak, 2004). Dalam
perhitungan prakiraan potensi ketersediaan air menggunakan modifikasi dari
metode rasional dengan rumus sebagai berikut (Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No. 17, 2009):

Qtersedia = 10 C x R x A (2.32)

dengan:
Qtersedia = potensi ketersediaan air (m 3/bulan),
R = curah hujan bulanan wilayah (mm/bulan),
A = luas daerah tangkapan (ha),
C = koefisien limpasan,
10 = faktor konversi dari mm.ha menjadi m3.
commit to user

15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2.2.9 Indeks Ketajaman Kekeringan (Kriteria Kering)

Dalam penelitian ini, analisis kriteria kering merupakan analog dari kriteria kering
berdasarkan data debit dengan kriteria kering Palmer.

Berdasarkan kriteria data debit maka perlu dilakukan perhitungan debit andalan
(Q80) dan debit normal (Q50) dengan menggunakan metode ranking (rumus
Weibul). Prosedur perhitungan diawali dengan mengurutkan seri data debit dari
urutan terbesar hingga terkecil untuk masing- masing bulan pengamatan.
Selanjutnya diranking mulai dengan ranking pertama (m = 1) untuk data terbesar
dan seterusnya hingga data terkecil. Rumus Weibul adalah (Soemarto, 1987):

m
P (2.34)
N 1

dimana:
P = probabilitas,
m = ranking,
N = jumlah data.
Analog kriteria kering Palmer berdasarkan kriteria kering menurut data debit
dapat dilihat pada Tabel 2.4.

Tabel 2.4. Analog Kriteria Kering Palmer Berdasarkan Kriteria Kering Menurut
Data Debit
Indeks Kekeringan Klasifikasi
0.00 (-2.99) Kering
-3.00 (-3.99) Sangat Kering
-4.00 Amat Sangat Kering

commit to user

16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian berada di DAS Bengawan Solo Hulu 3 pada DAS Keduang
yang terletak di Kabupaten Wonogiri seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1. Peta DAS Keduang

3.2 Data

Dalam penggunaan data hujan dan informasi iklim seringkali terjadi keterbatasan
jumlah, tidak lengkapnya data dan banyak bagian data yang hilang, rusak maupun
tidak tercatat. Seringkali untuk mengisi kekosongan data akibat data yang hilang
dapat dilakukan dengan memperkirakan data. Perkiraan data hujan dapat
diandaikan bahwa karakteristik hujan di stasiun hujan yang ditinjau memiliki
kesamaan dengan stasiun hujan yang berada di sekitarnya. Tidak jarang dalam
commit to user

17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

suatu penelitian terjadi kesulitan untuk mendapatkan data hujan dan informasi
iklim di suatu DAS, sehingga harus menggunakan data dari stasiun lain yang
berdekatan (Sri Harto, 1993).

Masalah terhadap data selain tidak lengkapnya data hujan yang ada yaitu
ketidakpanggahan data hujan. Ketidakpanggahan data hujan yang didapat dari alat
pencatat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: alat diganti dengan alat yang
mempunyai spesifikasi lain, lokasi penempatan alat dipindahkan, lokasi alat
terganggu dan perubahan lingkungan di sekitar alat. Uji konsistensi atau
kepanggahan data dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: lengkung massa ganda
(double mass curve tasiun
(stand alone station) dengan cara RAPS (Rescaled Adjusted Partial Sums) (Sri
Harto, 1993). Bila Q / n yang didapat lebih kecil dari nilai kritik untuk tahun dan
confidence level yang sesuai, maka data dinyatakan panggah.

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder. Data- data
yang digunakan yaitu:
1. Peta Rupa Bumi Indonesia skala 1: 25000 dalam format shapefile ArcGIS,
2. Data curah hujan harian 3 stasiun hujan manual yaitu stasiun hujan Ngadirojo
(125f), stasiun hujan Jatisrono (131) dan stasiun hujan Jatiroto (130c) di DAS
Bengawan Solo Hulu 3 pada DAS Keduang dalam kurun waktu 20 tahun
(1992- 2011) untuk uji konsistensi data atau kepanggahan dan data curah
hujan 10 tahun (2002- 2011) untuk analisis kekeringan yang diperoleh dari
Dinas Pengairan, Energi dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Wonogiri,
3. Data klimatologi dan data koordinat stasiun klimatologi di DAS Bengawan
Solo Hulu 3 pada DAS Keduang dalam kurun waktu 10 tahun (2002- 2011)
yang diperoleh dari Perusahaan Umum Jasa Tirta I Kabupaten Wonogiri.

3.3 Alat Yang Digunakan

Peralatan yang digunakan untuk proses analisis adalah sebagai berikut:


1. Microsoft Excel untuk analisis data,
2. Software AutoCAD atau ArcMAP untuk pengolahan peta DAS.

commit to user

18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3.4 Tahapan Penelitian

3.4.1 Perhitungan Potensi Ketersediaan Air

1. Melakukan uji kepanggahan untuk data curah hujan komulatif tahunan dengan
menggunakan metode kurva massa ganda dan metode RAPS pada setiap
stasiun hujan berdasarkan data curah hujan selama 20 tahun (1992- 2011),
2. Mempersiapkan Peta Rupa Bumi Indonesia skala 1:25000,
3. Melakukan plotting stasiun hujan pada peta Rupa Bumi Indonesia skala 1:
25000 dan membuat poligon Thiessen,
4. Menghitung curah hujan wilayah setelah mendapat persentase luas metode
poligon Thiessen,
5. Mempersiapkan data curah hujan bulanan dalam kurun waktu 10 tahun
terakhir dari data curah hujan wilayah,
6. Tata guna lahan dapat diketahui dari peta RBI skala 1: 25000 yang kemudian
dapat menghitung koefisien limpasan (C),
7. Menghitung potensi ketersediaan air (debit andalan) dengan menggunakan
data curah hujan bulanan dan koefisien limpasan.

3.4.2 Perhitungan Evapotranspirasi Potensial Metode Thornthwaite

1. Mempersiapkan data klimatologi dalam kurun waktu 10 tahun (2002- 2011),


2. Data klimatologi yang dibutuhkan adalah data suhu rata- rata bulanan,
3. Mempersiapkan peta Rupa Bumi Indonesia skala 1:25000,
4. Menentukan letak lintang stasiun klimatologi,
5. Menentukan faktor penyesuaian panjang hari berdasarkan letak lintang,
6. Menghitung evapotranspirasi potensial dengan menggunakan data suhu udara
rata- rata bulanan dan letak lintang.

3.4.3 Perhitungan Indeks Kekeringan Palmer

1. Menghitung parameter indeks kekeringan Palmer,


2. Menghitung nilai parameter iklim berdasarkan CAFEC (Climatically
Appropriate for Existing Conditions):
a. Menentukan nilai koefisien CAFEC meliputi koefisien evapotranspirasi,
koefisien pengisian lengas ke dalam tanah, koefisien limpasan, koefisien
kehilangan air dan pendekatan terhadap bobot iklim,
commit to user

19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

b. Menghitung nilai CAFEC,


c. Menghitung periode kelebihan dan kekurangan hujan,
d. Menghitung rataan nilai mutlak periode kelebihan dan kekurangan hujan,
e. Menghitung pendekatan kedua terhadap nilai fak
f. Menghitung karakter iklim sebagai faktor pembobot (K),
g. Menghitung penduga nilai anomali lengas,
h. Menghitung indeks penyimpangan atau anomali lengas (Z),
i. Menghitung indeks kekeringan Palmer.

3.4.4 Penentuan Kriteria Kering

1. Mempersiapkan data prakiraan potensi ketersediaan air,

2. Mempersiapkan data indeks kekeringan Palmer,

3. Menentukan klasifikasi indeks ketajaman kekeringan (kriteria kering)


berdasarkan analog kriteria kering Palmer dengan kriteria kering berdasarkan
data debit.

commit to user

20
3.5 Bagan Alir Penelitian

MULAI
perpustakaan.uns.ac.id

Data Klimatologi Peta RBI 1:25000 Data Curah Hujan Harian

TIDAK
Suhu Rata- Rata Letak Tata Guna Plot Sta Hujan
Bulanan Lintang Lahan Polygon Thiessen Uji Kepanggahan

YA
Koefisien Limpasan Data Curah Hujan Harian

Evapotranspirasi
Potensial

commit to user
Curah hujan wilayah

Parameter Indeks Potensi Ketersediaan


Kekeringan Air

B
A
digilib.uns.ac.id

21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Nilai
Koefisisen
CAFEC

Nilai CAFEC

Periode Kelebihan
dan Kekurangan
Hujan

Rataan Nilai Mutlak


Periode Kelebihan dan
Kekurangan Hujan

Pendekatan Kedua
Nilai Fakt

Karakter Iklim
Sebagai Faktor
Pembobot (K)

Penduga Nilai
Anomali Lengas (Z)

Indeks Anomali
Lengas (Z)

Indeks Kekeringan
Palmer

commit to user

22
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

C B

Indeks Ketajaman
Kekeringan

SELESAI

Gambar 3.2. Bagan Alir Penelitian

commit to user

23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Uji Kepanggahan Data Hujan

DAS Keduang merupakan DAS terbesar yang terdapat di DAS Bengawan Solo
Hulu 3 dan mempunyai delapan stasiun hujan manual (Agustin, 2008). Dalam
penelitian ini hanya menggunakan tiga stasiun hujan yaitu stasiun hujan Ngadirojo
(125f), stasiun hujan Jatisrono (131) dan stasiun hujan Jatiroto (130c) karena data
pada stasiun tersebut cukup lengkap. Untuk menguji kepanggahan atau validitas
data hujan tersebut digunakan metode RAPS (Rescaled Adjusted Partial Sums)
dan metode double mass curve (kurva massa ganda). Data hujan tahunan yang
digunakan untuk uji kepanggahan selama 20 tahun (2002- 2011).

4.1.1 Uji Kepanggahan Metode RAPS

Uji kepanggahan metode RAPS berdasarkan pada Persamaan 2.1, 2.2, 2.3 dan 2.4.
Contoh perhitungan untuk stasiun hujan Ngadirojo (125f) tahun 1992:
Hujan (i) = 2130,000 mm
35764,000
Hujan (i) rerata selama 20 tahun = = 1788,200 mm
20
S k* = 2130,000 1788,200 = 341,800
Sk* kumulatif = 0,000 + 341,800 = 341,800
Standar deviasi = 620,630
341,800
Sk** = = 0,550
620,630
Sk** Kumulatif = 0,000 + 0,550 = 0,550
**
| S k Kumulatif | = 0,550
Hasil uji kepanggahan untuk stasiun hujan Ngadirojo (125f) dengan cara RAPS
(Rescaled Adjusted Partial Sums) dapat dilihat pada Tabel 4.1.
commit to user

24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel 4.1. Uji Kepanggahan Metode RAPS Sta. Ngadirojo (125f)

Tahun i Sk* Kum Sk** Kum Absolut

1992 2130,000 341,800 341,800 0,550 0,550 0,550


1993 1120,000 -668,200 -326,400 -1,080 -0,530 0,530
1994 1334,000 -454,200 -780,600 -0,730 -1,260 1,260
1995 2553,000 764,800 -15,800 1,230 -0,030 0,030
1996 1888,000 99,800 84,000 0,160 0,140 0,140
1997 1633,000 -155,200 -71,200 -0,250 -0,110 0,110
1998 2251,000 462,800 391,600 0,750 0,630 0,630
1999 1978,000 189,800 581,400 0,310 0,940 0,940
2000 1812,000 23,800 605,200 0,040 0,980 0,980
2001 1642,000 -146,200 459,000 -0,240 0,740 0,740
2002 1084,000 -704,200 -245,200 -1,130 -0,400 0,400
2003 1204,000 -584,200 -829,400 -0,940 -1,340 1,340
2004 399,000 -1389,200 -2218,600 -2,240 -3,570 3,570
2005 1359,000 -429,200 -2647,800 -0,690 -4,270 4,270
2006 1513,000 -275,200 -2923,000 -0,440 -4,710 4,710
2007 2706,000 917,800 -2005,200 1,480 -3,230 3,230
2008 2769,000 980,800 -1024,400 1,580 -1,650 1,650
2009 1566,000 -222,200 -1246,600 -0,360 -2,010 2,010
2010 2415,000 626,800 -619,800 1,010 -1,000 1,000
2011 2408,000 619,800 0,000 1,000 0,000 0,000
Rerata 1788,200
SD 620,630
N 20,000
Q Abs 4,710
Nilai
Maks Keterangan
Kritik
Abs
<

Q/sqrt(n) 1,050 1.100 -->PANGGAH

Berdasarkan nilai yang didapat pada Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa nilai QRAPS

hit (maks) terdapat pada tahun 2006. Kemudian QRAPS hit (maks) / n = 1,050.
Nilai ini dibandingkan dengan nilai kritik yang terdapat pada Tabel 2.1 dengan n

= 20 dan confidence interval 90%, maka didapat QRAPS hit (maks) / n = 1,050 <
nilai QRAPS kritik = 1,100. Hasil ini menunjukkan bahwa data hujan pada stasiun
Ngadirojo (125f) panggah.

commit to user

25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Hasil perhitungan kepanggahan menggunakan metode RAPS dapat dilihat pada


Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Hasil Uji Kepanggahan Metode RAPS


No Stasiun Hujan Hasil RAPS
1. Ngadirojo (125f) Data Panggah
2. Jatiroto (130c) Data Panggah
3. Jatisrono (131) Data Panggah
4. Girimarto (SKT 57) Data Tidak Panggah
5. Girimarto (125b) Data Tidak Panggah
6. Sidoharjo (125e) Data Tidak Panggah
7. Jatipurno (130b) Data Tidak Panggah
8. Slogohimo Data Tidak Panggah
Untuk hasil perhitungan uji kepanggahan dengan metode RAPS selengkapnya
dapat dilihat pada Lampiran B- 1 sampai dengan Lampiran B- 7.

4.1.2 Uji Kepanggahan Metode Kurva Massa Ganda

Berdasarkan hasil dari Uji RAPS diperoleh 3 stasiun hujan yang dinyatakan
panggah, maka untuk membandingkan hasil kepanggahan tersebut dilakukan uji
kepanggahan menggunakan metode kurva massa ganda. Uji kepanggahan metode
kurva massa ganda berdasarkan perbandingan jumlah hujan tahunan kumulatif
stasiun hujan yang ditinjau dengan rerata hujan tahunan kumulatif dua atau lebih
stasiun hujan yang berada di sekitarnya. Contoh perhitungan untuk stasiun
Ngadirojo (125f) tahun 1992:
Hujan (i) = 2130,000 mm
Hujan (i) kumulatif = 0,000 + 2130,000 = 2130,000 mm
Sedangkan hujan tahunan rerata 2 stasiun hujan tahun 1992 yaitu stasiun hujan
Jatisrono (131) dan Jatiroto (130c) adalah sebagai berikut:
2405,000 2292,000
Hujan (i) rerata = = 2348,500 mm
2
Hujan (i) rerata kumulatif = 0,000 + 2348,500 = 2348,500 mm
Untuk hasil uji kepanggahan stasiun hujan Ngadirojo (125f) dengan cara double
mass curve (kurva massa ganda) dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan Gambar 4.1.

commit to user

26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel 4.3. Uji Kepanggahan Metode Kurva Massa Ganda Sta. Ngadirojo (125f)
Ngadirojo 125f Rerata 2 Sta Ref
i i
(mm/ tahun) Kumulatif (mm/ tahun) Kumulatif
1992 2130,000 2130,000 2348,500 2348,500
1993 1120,000 3250,000 2103,000 4451,500
1994 1334,000 4584,000 1554,500 6006,000
1995 2553,000 7137,000 2519,500 8525,500
1996 1888,000 9025,000 2104,500 10630,000
1997 1633,000 10658,000 1390,500 12020,500
1998 2251,000 12909,000 2731,500 14752,000
1999 1978,000 14887,000 2187,500 16939,500
2000 1812,000 16699,000 2346,500 19286,000
2001 1642,000 18341,000 1906,500 21192,500
2002 1084,000 19425,000 1121,500 22314,000
2003 1204,000 20629,000 1256,500 23570,500
2004 399,000 21028,000 1529,500 25100,000
2005 1359,000 22387,000 1241,000 26341,000
2006 1513,000 23900,000 1713,500 28054,500
2007 2706,000 26606,000 2302,500 30357,000
2008 2769,000 29375,000 1667,500 32024,500
2009 1566,000 30941,000 1966,000 33990,500
2010 2415,000 33356,000 2887,500 36878,000
2011 2408,000 35764,000 2013,000 38891,000

Gambar 4.1. Kurva Massa Ganda Sta. Ngadirojo (125f)

commit to user

27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Berdasarkan Gambar 4.1 dapat disimpulkan bahwa stasiun hujan Ngadirojo (125f)
panggah dan dapat dipakai untuk analisis selanjutnya karena tidak ada data yang
melenceng dari trendline dan koefisien determinasi R2 mendekati 1. Hasil uji
kepanggahan dengan metode kurva massa ganda untuk stasiun hujan Jatisrono
(131) dan Jatiroto (130c) dapat dilihat pada Lampiran B- 8 sampai dengan
Lampiran B- 9 dan Lampiran C- 1.

4.2 Hujan Wilayah

Untuk menentukan hujan wilayah di DAS Keduang digunakan metode poligon


Thiessen, Sebagai contoh diambil data hujan bulanan pada tahun 2002 di tiga
stasiun hujan yaitu Ngadirojo (125f), Jatisrono (131) dan Jatiroto (130c) yang
dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4. Data Hujan Bulanan Pada 2002 Untuk Sta. Ngadirojo, Jatisrono dan
Jatiroto
Hujan (mm/ bulan)
No Tahun Bulan Ngadirojo Jatisrono Jatiroto
(125f) (131) (130c)
1 2002 Januari 0 0 0
2 Februari 259 216 474
3 Maret 178 0 0
4 April 0 218 276
5 Mei 79 43 40
6 Juni 0 0 0
7 Juli 0 0 0
8 Agustus 0 0 0
9 September 0 0 0
10 Oktober 0 67 67
11 Nopember 180 121 110
12 Desember 388 293 355
Sumber: Dinas Pengairan Kabupaten Wonogiri

Data hujan bulanan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran A- 1 sampai


dengan Lampiran A- 3.

Poligon Thiessen di DAS Keduang dengan menggunakan tiga stasiun hujan dapat
dilihat pada Gambar 4.2.

commit to user

28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 4.2. Poligon Thiessen DAS Keduang Dengan Tiga Stasiun Hujan

Dari poligon Thiessen tersebut dapat dihitung luasan masing- masing wilayah
stasiun hujan dengan menggunakan tool yang ada pada program AutoCAD.
Perhitungan menunjukkan luas pengaruh hujan:
Stasiun Hujan Ngadirojo (125f) = 96,447 km2,
Stasiun Hujan Jatisrono (131) = 220,170 km2,
Stasiun Hujan Jatiroto (130c) = 104,365 km2,
DAS Keduang = 420,982 km2.
Kemudian menentukan koefisien Thiessen berdasarkan luasan masing- masing
stasiun hujan:
96,447
Stasiun Hujan Ngadirojo (125f) = 0, 229
420,982
220,170
Stasiun Hujan Jatisrono (131) = 0,523
420,982
104,365
Stasiun Hujan Jatiroto (130c) = 0, 248
420,982
Contoh perhitungan untuk mendapatkan hujan wilayah bulanan pada bulan
Februari 2002:

commit to user

29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

P 259 x 0,229 216 x 0,523 474 x 0,248

P 289,810 mm

Dengan menggunakan Persamaan 2.7 hujan bulanan wilayah pada DAS Keduang
dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5. Data Hujan Bulanan Wilayah Pada 2002
Hujan
Hujan
No Tahun Bulan Ngadirojo Jatisrono Jatiroto Wilayah
(mm/ bulan)
0,229 0,523 0,248
1 2002 Januari 0,000 0,000 0,000 0,000
2 Februari 59,340 112,970 117,510 289,810
3 Maret 40,780 0,000 0,000 40,780
4 April 0,000 114,010 68,420 182,440
5 Mei 18,100 22,490 9,920 50,500
6 Juni 0,000 0,000 0,000 0,000
7 Juli 0,000 0,000 0,000 0,000
8 Agustus 0,000 0,000 0,000 0,000
9 September 0,000 0,000 0,000 0,000
10 Oktober 0,000 35,040 16,610 51,650
11 Nopember 41,240 63,280 27,270 131,790
12 Desember 88,890 153,240 88,010 330,130
Untuk perhitungan hujan bulanan wilayah tahun yang lain dapat dilihat pada
Lampiran A- 4 sampai dengan Lampiran A- 8.

4.3 Koefisien Limpasan

Koefisien limpasan diperlukan untuk mengetahui besarnya intensitas hujan yang


melimpas di permukaan. Koefisien limpasan dihitung dengan memperkirakan
jenis tata guna lahan pada DAS Keduang dengan program ArcGIS.
Contoh perhitungan koefisien limpasan untuk tata guna lahan hutan:
Luas DAS Keduang = 42098,200 Ha
Luas tata guna lahan hutan = 350,550 Ha
350,550
Persentase hutan = x100 = 0,833
42098,200
Koefisien limpasan untuk hutan diambil berdasarkan Tabel 2.3 sebesar 0,180.
Maka, koefisien limpasan hutan = 0,833 x 0,180 = 0,150
commit to user

30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Hasil dari perhitungan koefisien limpasan dapat dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6. Koefisien Limpasan DAS Keduang
C Rata2
No Tata Guna Lahan C Luas (Ha) Persentase
(%)
1 Air Tawar 1,000 168,700 0,401 0,401
2 Hutan 0,180 350,550 0,833 0,150
3 Kebun 0,400 5046,390 11,987 4,795
4 Padang Rumput 0,350 53,240 0,126 0,044
5 Pemukiman 0,700 11072,210 26,301 18,411
6 Sawah tadah hujan 0,300 0,000 0,000 0,000
7 sawah 0,150 12714,890 30,203 4,530
8 semak belukar 0,150 228,620 0,543 0,081
9 tegalan 0,400 12279,0980 29,168 11,667
Jumlah 16691,09 100,000 40,100

Nilai koefisien limpasan (C) untuk masing- masing tata guna lahan berdasarkan
Tabel 2.3 sehingga didapat nilai koefisien limpasan (C) di DAS Keduang sebesar
0,401 seperti terlihat pada Tabel 4.6.

4.4 Evapotranspirasi Potensial Metode Thornthwaite

Evapotranspirasi potensial metode Thornthwaite hanya tergantung pada suhu


udara rata- rata bulanan dan letak lintang. Pada penelitian ini menggunakan
stasiun klimatologi Dam Wonogiri yang terletak antara 07° 50' 010" LS dan 110°
55' 023" BT. Data iklim berupa suhu udara rata- rata bulanan yang terukur selama
kurun waktu 10 tahun terakhir yaitu dari tahun 2002- 2011 dapat dilihat pada
Tabel 4.7.

commit to user

31
Tabel 4.7. Suhu Udara Rata- Rata Bulanan Stasiun Klimatologi Dam Wonogiri
Suhu Bulanan (°C)
Tahun
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sep Okt Nov Des
2002 29,000 28,700 29,300 28,800 29,300 28,300 28,100 27,600 28,600 30,200 30,300 29,300
2003 28,500 28,300 29,000 29,900 28,800 28,500 27,400 27,600 28,900 29,600 29,000 28,200
2004 28,900 28,300 28,700 30,900 29,300 27,700 28,000 27,700 28,700 29,600 30,000 28,500
perpustakaan.uns.ac.id

2005 28,200 29,400 29,400 29,200 29,300 29,300 28,500 28,300 29,700 29,400 30,100 28,200
2006 28,400 28,700 28,700 28,600 29,000 27,900 27,000 27,600 28,000 29,800 30,400 29,800
2007 29,000 28,700 28,800 29,000 28,900 28,200 27,500 27,700 28,300 29,200 28,500 28,200
2008 28,300 27,500 27,900 28,800 28,400 28,800 27,200 28,500 29,200 29,300 28,400 27,800
2009 28,100 27,400 28,900 29,400 28,700 28.240 27,700 27,900 29,000 29,100 29,600 28,800
2010 28.430 28.300 28.730 29.160 28.880 28,600 28,800 28,900 28,900 28,600 28,600 27,900
2011 27,500 27,700 27,900 27,800 28,200 26,900 27,100 27,000 28,500 29,400 28,700 28,000
Rerata 28,430 28,300 28,730 29,160 28,880 28,240 27,730 27,880 28,780 29,420 29,360 28,470

commit to user
digilib.uns.ac.id

32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Perhitungan evapotranspirasi potensial (PET) berdasarkan Persamaan 2.9,


2.10,dan 2.11, Contoh perhitungan PET bulan Januari:
Ta rata- rata = 28,430 °C
1.5
28,430
I bulan Januari = = 15,360
5
I satu tahun = 164,320
a = 0,490 + 0,0179 (164,320) 0,0000771 (164,320)2+
0,000000675 (164,320)3
= 4,340
4 .34
10 x28,430
PET = 1,6 = 17,325 cm = 173,250 mm
164,320

Hasil perhitungan PET metode Thornthwaite dapat dilihat pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8. Evapotranspirasi Potensial (PET) Metode Thornthwaite

Suhu Udara PET


No Bulan Indeks Panas
(°C) (mm)
1 Januari 28,430 13,560 173,250
2 Februari 28,300 13,470 169,750
3 Maret 28,730 13,780 181,340
4 April 29,160 14,080 193,200
5 Mei 28,880 13,880 185,330
6 Juni 28,240 13,430 168,310
7 Juli 27,730 13,060 155,390
8 Agustus 27,880 13,170 159,080
9 September 28,780 13,810 182,620
10 Oktober 29,420 14,270 200,930
11 Nopember 29,360 14,230 199,150
12 Desember 28,470 13,590 174,230
Jumlah 164,320

Berdasarkan letak lintang stasiun Klimatologi Dam Wonogiri yang terletak pada
07° 50' 010" LS = 7,840° LS, maka evapotranspirasi potensial harus disesuaikan
dengan letak lintang berdasarkan Tabel 2.2. Contoh perhitungan PET bulan
Januari yang telah disesuaikan berdasarkan letak lintang:
PET = 173,250 mm

commit to user

33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Letak lintang dan faktor penyesuainnya:


5° LS = 1,060
10° LS = 1,080
7,84° LS terletak diantara 5° dan 10° LS maka harus dilakukan interpolasi dengan
perhitungan sebagai berikut:
10 7,840 1,080 x
7,840 5 x 1,060
2,160 1,080 x
2,840 x 1,060
1,080 x
0,761
x 1,060
0,761x 0,807= 1,080 x
1,761x = 1,887
Koreksi (x) = 1,070
PET koreksi = 173,250 x 1,070 = 185,610 mm

Hasil perhitungan PET terkoreksi selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9. Evapotranspirasi Potensial (PET) Terkoreksi Metode Thornthwaite


PET
Suhu Udara PET
No Bulan Indeks Panas Koreksi
(°C) (mm)
(mm)
1 Januari 28,430 13,560 173,250 185,610
2 Februari 28,300 13,470 169,750 163,190
3 Maret 28,730 13,780 181,340 189,620
4 April 29,160 14,080 193,200 192,100
5 Mei 28,880 13,880 185,330 187,990
6 Juni 28,240 13,430 168,310 163,760
7 Juli 27,730 13,060 155,390 156,740
8 Agustus 27,880 13,170 159,080 162,040
9 September 28,780 13,810 182,620 182,620
10 Oktober 29,420 14,270 200,930 212,120
11 Nopember 29,360 14,230 199,150 207,390
12 Desember 28,470 13,590 174,230 188,630
Jumlah 164,320

commit to user

34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

4.5 Indeks Kekeringan Palmer

Indeks Kekeringan Palmer merupakan kekeringan yang dihitung menurut defisit


air pada lapisan di bawah permukaan tanah yang dikemukakan oleh Palmer pada
tahun 1965, perhitungan ini mempunyai tujuan untuk mengetahui kelembaban
tanah berdasarkan tinggi curah hujan bulanan efektif yaitu tinggi curah hujan
bulanan yang telah dikalikan dengan koefisien limpasan (C).

Parameter utama yang digunakan untuk perhitungan adalah evapotranspirasi,


pengisian lengas ke dalam tanah (recharge), kehilangan kelembaban tanah (loss),
kelembaban tanah (available water content) sampai kedalaman zone perakaran
yaitu 500 mm (Asdak, 2004) dimana lapisan tanah atas (Sa = 100 mm) dan
lapisan tanah bawah (Sb = 400 mm) dan aliran permukaan (run off). Beberapa
parameter lain yang terkait perhitungan antara lain evapotranspirasi potensial
(potential evapotranspiration) yang didapat dengan menggunakan metode
Thornthwaite, pengisian lengas ke dalam tanah potensial (potential recharge),
aliran permukaan potensial (potential run off) dan kehilangan kelembaban tanah
potensial (potential loss).

Perhitungan parameter indeks kekeringan Palmer untuk tahun 2002 dapat dilihat
pada Tabel 4.10.

Tabel 4.10. Perhitungan Parameter Indeks Kekeringan Palmer


P PET Sa Sb Sa Sb S PR
No Thn Bln
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 2002 0,000 185,610 -185,610 0,000 100,000 400,000 500,000 0,000
Jan
2 Feb 116,210 163,190 -46,980 0,000 53,020 400,000 453,020 0,000
3 Mar 16,350 189,620 -173,270 0,000 0,000 400,000 400,000 46,980
4 Apr 73,160 192,100 -118,950 0,000 0,000 400,000 400,000 100,000
5 Mei 20,250 187,990 -167,730 0,000 0,000 400,000 400,000 100,000
6 Jun 0,000 163,760 -163,760 0,000 0,000 400,000 400,000 100,000
7 Jul 0,000 156,740 -156,740 0,000 0,000 400,000 400,000 100,000
8 Agst 0,000 162,040 -162,040 0,000 0,000 400,000 400,000 100,000
9 Sept 0,000 182,620 -182,620 0,000 0,000 400,000 400,000 100,000
10 Okt 20,710 212,120 -191,400 0,000 0,000 400,000 400,000 100,000
11 Nop 52,850 207,390 -154,540 0,000 0,000 400,000 400,000 100,000
12 Des 132,380 188,630 -56,250 0,000 0,000 400,000 400,000 100,000

commit to user

35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel 4.10. Lanjutan


R PLa PLb PL L ET PRO RO
No Thn Bln
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
1 10 11 12 13 14 15 16 17
1 2002 0,000 185,610 0,000 185,610 185,610 185,610 500,000 0,000
Jan
2 Feb 0,000 100,000 50,550 150,550 46,980 163,190 453,020 0,000
3 Mar 0,000 53,020 109,280 162,300 173,270 189,620 400,000 0,000
4 Apr 0,000 0,000 153,680 153,680 118,950 192,100 400,000 0,000
5 Mei 0,000 0,000 150,390 150,390 167,730 187,990 400,000 0,000
6 Jun 0,000 0,000 131,010 131,010 163,760 163,760 400,000 0,000
7 Jul 0,000 0,000 125,390 125,390 156,740 156,740 400,000 0,000
8 Agst 0,000 0,000 129,640 129,640 162,040 162,040 400,000 0,000
9 Sept 0,000 0,000 146,100 146,100 182,620 182,620 400,000 0,000
10 Okt 0,000 0,000 169,690 169,690 191,400 212,120 400,000 0,000
11 Nop 0,000 0,000 165,910 165,910 154,540 207,390 400,000 0,000
12 Des 0,000 0,000 150,910 150,910 56,250 188,630 400,000 0,000

Indeks kekeringan Palmer dihitung berdasarkan air yang masuk ke dalam tanah
dan air yang hilang maupun diserap oleh tanaman pada suatu lokasi tertentu.

Perhitungan yang terdapat pada Tabel 4.10 dapat dijelaskan:


Kolom 1 = menjelaskan periode bulan pengamatan,
Kolom 2 = P, hujan kumulatif bulanan wilayah efektif,
Kolom 3 = PET, evapotranspirasi potensial yang dihitung menggunakan
metode Thornthwaite karena sesuai dengan analisis indeks
kekeringan metode Palmer dan masih andal bila dipakai di
Indonesia,
Kolom 4 = Sa, perubahan lengas tanah lapisan atas (mm) yang dihitung
dengan syarat:
a. Bila P<PET, maka dSa=Sa bulan sebelumnya atau PET-P
(pilih terkecil)
b. Bila P>PET, maka dSa=P-PET,
Kolom 5 = Sb, perubahan lengas tanah lapisan bawah (mm)
= (PET-P+ Sa)*Sbi-1/ AWC,
Kolom 6 = Sa, lengas tanah lapisan atas yang ditentukan sebesar 100 mm,
Kolom 7 = Sb, lengas tanah lapisan bawah yang ditentukan sebesar 400 mm,

commit to user

36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Kolom 8 = S, lengas tanah (available water content) yang ditentukan


sedalam zone perakaran padi yaitu 500 mm,
Kolom 9 = PR, potential recharge, jumlah air yang dapat diserap oleh tanah
= AWC S bulan sebelumnya,
Kolom 10 = R, recharge, dihitung dengan syarat:
a. Bila PR=0,maka R=0
b. Sa+ Sb
c. ,
Kolom 11 = PLa, kehilangan kelembaban tanah potensial lapisan atas
= PET atau Sai-1 dipilih yang paling kecil,
Kolom 12 = PLb, kehilangan kelembaban tanah potensial lapisan bawah
= (PET Pla)*Sbi-1/ AWC,
Kolom 13 = PL, kehilangan kelembaban tanah potensial kedua lapisan (mm)
= PLa + PLb,
Kolom 14 = L, kehilangan kelembaban tanah (mm), dihitung dengan syarat:
a. Bila P>PET,maka L=0
b. Bila P<PET,maka L=| Sa|+| Sb|,
Kolom 15 = ET, evapotranspirasi (mm) dihitung dengan syarat:
a. Bila P>PET,maka ET=PET
b. Bila P<PET,maka ET=P+L,
Kolom 16 = PRO, aliran permukaan potensial
= AWC- PR,
Kolom 17 = RO, aliran permukaan dihitung dengan syarat:
a. Bila S>AWC,maka RO= P-(PET+PR)
b. Bila S<AWC,maka RO= 0,

Untuk perhitungan parameter utama secara lebih lengkap selama kurun waktu
analisis tahun 2002- 2011 dapat dilihat pada Lampiran B- 10 sampai dengan
Lampiran B- 19.

Berdasarkan parameter utama tersebut dilakukan analisis rerata dalam kurun


waktu 10 tahun terakhir yaitu pada tahun 2002- 2011. Contoh perhitungan analisis
rerata pada bulan Januari adalah sebagai berikut:

commit to user

37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1856,100
PET 185,610mm
10
1856,100
ET 185,610 mm
10
17,200
R 1,720mm
10
762,300
PR 76,230mm
10
0,000
RO 0,000mm
10
4154.900
S 415,490mm
10
860,200
L 86,020mm
10
1549,600
PL 154,960mm
10
1013,100
P 101,310 mm
10

Untuk hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.11.


Tabel 4.11. Analisis Rerata Dalam Kurun Waktu 10 Tahun (2002- 2011)
PET ET R PR RO S L PL P
No Bln
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
1 Jan 185,610 185,610 1,720 76,230 0,000 415,490 86,020 154,960 101,310
2 Feb 163,190 163,190 3,290 84,510 0,000 412,510 32,800 133,650 133,680
3 Mar 189,620 189,620 0,000 87,490 0,000 402,450 92,490 154,200 97,130
4 Apr 192,100 192,100 0,000 97,550 0,000 400,000 123,920 154,170 68,190
5 Mei 187,990 187,990 0,000 100,000 0,000 400,000 135,720 150,390 52,270
6 Jun 163,760 163,760 0,000 100,000 0,000 400,000 147,480 131,010 16,280
7 Jul 156,740 156,740 0,000 100,000 0,000 400,000 155,210 125,390 1,520
8 Agt 162,040 162,040 0,000 100,000 0,000 400,000 158,280 129,640 3,760
9 Sep 182,620 182,620 0,000 100,000 0,000 400,000 172,560 146,100 10,060
10 Okt 212,120 212,120 0,000 100,000 0,000 400,000 181,290 169,690 30,830
11 Nop 207,390 207,390 0,000 100,000 0,000 400,000 144,570 165,910 62,820
12 Des 188,630 188,630 15,540 100,000 0,000 413,770 82,780 150,910 121,390
N 10

Koefisien CAFEC (Climatically Appropriate for Existing Conditions) berdasarkan


dengan Persamaan 2.13, 2.14, 2.15, 2.16 dan 2.17.
commit to user

38
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Contoh perhitungan koefisien CAFEC pada bulan Januari:

185,610
1,000
185,610

1,720
0,020
76,230

0,000
0,000
415,490

86,020
0,560
154,960

185,610 1,720
1,000
101,310 86,020

Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.12.

Tabel 4.12. Koefisien CAFEC (Climatically Appropriate for Existing Conditions)

No Bulan
1 Jan 1,000 0,020 0,000 0,560 1,000
2 Feb 1,000 0,040 0,000 0,250 1,000
3 Mar 1,000 0,000 0,000 0,600 1,000
4 Apr 1,000 0,000 0,000 0,800 1,000
5 Mei 1,000 0,000 0,000 0,900 1,000
6 Jun 1,000 0,000 0,000 1,130 1,000
7 Jul 1,000 0,000 0,000 1,240 1,000
8 Agst 1,000 0,000 0,000 1,220 1,000
9 Sep 1,000 0,000 0,000 1,180 1,000
10 Okt 1,000 0,000 0,000 1,070 1,000
11 Nop 1,000 0,000 0,000 0,870 1,000
12 Des 1,000 0,160 0,000 0,550 1,000
Perhitungan nilai CAFEC yang merupakan dugaan dari parameter- parameter
evapotranspirasi, run off, recharge, presipitasi dan loss dimana secara
klimatologis sesuai dengan kondisi waktu dan daerah penelitian. Perhitungan
berdasarkan Persamaan 2.18, 2.19, 2.20, 2.21 dan 2.22. Contoh perhitungan nilai
CAFEC pada bulan Januari:
^
ET 1,000 x185,610 185,610 mm

^
R 0,020 x0,000 0,000 mm

commit to user

39
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

^
RO 0,000 x500,000 0,000 mm

^
L 0,560 x185,610 103,040mm

^
P 185,610 0,000 0,000 103,040 82,570mm

Perhitungan nilai CAFEC untuk tahun 2002 dapat dilihat pada Tabel 4.13.

Tabel 4.13. Nilai CAFEC

No Tahun Bulan ET R RO L P
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
1 2002 Januari 185,610 0,000 0,000 103,040 82,570
2 Februari 163,190 0,000 0,000 36,950 126,240
3 Maret 189,620 0,000 0,000 97,350 92,270
4 April 192,100 0,000 0,000 123,530 68,580
5 Mei 187,990 0,000 0,000 135,720 52,270
6 Juni 163,760 0,000 0,000 147,480 16,280
7 Juli 156,740 0,000 0,000 155,210 1,520
8 Agustus 162,040 0,000 0,000 158,280 3,760
9 September 182,620 0,000 0,000 172,560 10,060
10 Oktober 212,120 0,000 0,000 181,290 30,830
11 Nopember 207,390 0,000 0,000 144,570 62,820
12 Desember 188,630 15,540 0,000 82,780 121,390

Hasil perhitungan nilai CAFEC secara lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran
B- 20 sampai dengan Lampiran B- 24.

Kemudian melakukan analisis indeks kekeringan dengan menghitung periode


kelebihan dan kekurangan hujan (Persamaan 2.23), rerata nilai mutlak (Persamaan
2.24), pendekatan kedua terhadap nilai faktor K (Persamaan 2.25 dan 2.26),
karakter iklim sebagai faktor pembobot (Persamaan 2.27), penduga nilai Z
(Persamaan 2.28), indeks penyimpangan atau anomali lengas tanah (Persamaan
2.29) dan indeks kekeringan (Persamaan 2.30 dan 2.31). Contoh perhitungan
indeks kekeringan pada bulan Januari:
d 0,000 82,570 82,570

D 51,240

185,610 0,000 0,000 25,600


K ' 1,5 Log 2,8 / 0,5 1,770
101,310 86,020 51,240
commit to user

40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(51,240 x1,770)
K x1,770 0,273
588,830

z ( 82,570) x1,000 82,570

Z ( 82,570) x0,273 22,580

Z 22,580
7,530
3 3

Z
0,103 0,103 x0,000 0,000
3 i 1

X 7,530 0,000 7,530

X 0,000 ( 7,530) 7,530

Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.14.

commit to user

41
Tabel 4.14. Analisis Indeks Kekeringan

No Tahun Bulan P d K' K z Z Z/3 X

1 2002 Januari 0,000 -82,570 51,240 1,770 0,273 -82,570 -22,580 -7,530 0,000 -7,530 -7,530
2 Februari 116,210 -10,030 29,580 1,390 0,098 -10,030 -0,980 -0,330 0,780 0,450 -7,080
3 16,350 -75,920 47,320 1,730 0,239 -75,920 -18,180 -6,060 0,030 -6,030 -6,350
perpustakaan.uns.ac.id

Maret
4 April 73,160 4,580 30,790 1,470 0,112 4,580 0,510 0,170 0,620 0,800 -5,270
5 Mei 20,250 -32,010 32,330 1,510 0,125 -32,010 -4,000 -1,330 -0,020 -1,350 -1,180
6 Juni 0,000 -16,280 16,680 1,110 0,035 -16,280 -0,570 -0,190 0,140 -0,050 -1,390
7 Juli 0,000 -1,520 2,130 -0,210 0,002 -1,520 0,000 0,000 0,020 0,020 -0,170
8 Agustus 0,000 -3,760 6,060 0,470 0,002 -3,760 -0,010 0,000 0,000 0,000 0,000
9 September 0,000 -10,060 13,950 1,000 0,024 -10,060 -0,240 -0,080 0,000 -0,080 -0,080
10 Oktober 20,710 -10,120 26,170 1,390 0,086 -10,120 -0,870 -0,290 0,010 -0,280 -0,360
11 Nopember 52,850 -9,970 34,460 1,550 0,140 -9,970 -1,400 -0,470 0,030 -0,440 -0,730
12 Desember 132,380 10,990 77,010 2,030 0,540 10,990 5,940 1,980 0,050 2,030 1,560

commit to user
digilib.uns.ac.id

42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Berdasarkan perhitungan di atas pada bulan dengan nilai bertanda negatif berarti
mengalami kekeringan, sedangkan pada bulan dengan nilai bertanda positif
mengalami surplus air.

Perhitungan indeks kekeringan lebih lengkap selama kurun waktu 10 tahun (2002-
2011) dapat dilihat pada Lampiran B- 25 sampai dengan Lampiran B- 34.

4.6 Prakiraan Potensi Ketersediaan Air

Prakiraan potensi ketersediaan air merupakan analisis tentang seberapa besar


ketersediaan air yang ada di DAS Keduang dengan menggunakan Persamaan 2.32
dengan luas DAS Keduang sebesar 42098,200 ha dan koefisien limpasan sebesar
0,401. Contoh perhitungan prakiraan potensi ketersediaan air pada bulan Februari
tahun 2002 adalah sebagai berikut:
Qtersedia = 10x 0,401x 289,810 x 42098,200 = 48,920x 106 m 3/ bulan
Sehingga prakiraan potensi ketersediaan air tahun 2002 dapat dilihat pada Tabel
4.15.

Tabel 4.15. Prakiraan Potensi Ketersediaan Air

Hujan Wilayah Potensi Ketersedian Air


No Tahun Bulan
(mm/ bulan) (x106 m³/ bulan)

1 2002 Januari 0,000 0,000


2 Februari 289,810 48,920
3 Maret 40,780 6,880
4 April 182,440 30,800
5 Mei 50,500 8,530
6 Juni 0,000 0,000
7 Juli 0,000 0,000
8 Agustus 0,000 0,000
9 September 0,000 0,000
10 Oktober 51,650 8,720
11 Nopember 131,790 22,250
12 Desember 330,130 55,730

commit to user

43
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

4.6.1 Potensi Ketersediaan Air Tiap Tahun

Untuk mengetahui ketersediaan air pada setiap tahun menggunakan data debit
normal (Q50) atau nilai tengah dari data debit tiap tahun. Contoh perhitungan debit
normal pada 2002:

1. Mengurutkan data ketersediaan air pada tahun 2002 dari terkecil 0,000
sampai dengan 55,730x 106 m3/ bulan.

2. Menghitung Q 50 = (6,880+ 8,530)/ 2

= 7,700x 106 m3/ bulan

3. Mengeplotkan data ketersediaan air normal pada grafik ketersediaan


air tahun 2002 seperti pada Gambar 4.3.

Gambar 4.3. Potensi Ketersediaan Air Pada DAS Keduang

Hasil perhitungan ketersediaan air tiap tahun secara lengkap dapat dilihat pada
Lampiran B- 35 sampai dengan Lampiran B- 39 sedangkan grafik ketersediaan air
tiap tahun selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C- 2 sampai dengan
Lampiran C- 6.

4.6.2 Potensi Ketersediaan Air Rerata Bulanan

Ketersediaan air rerata bulanan dihitung berdasarkan potensi ketersediaan air


rerata bulanan dibandingkan dengan threshold debit normal rerata (Q50rerata) dan
threshold debit andalan rerata (Q80rerata).
commit to user

44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1. Perhitungan potensi ketersediaan air rerata bulanan


Contoh perhitungan ketersediaan air rerata bulan Januari:
Qrerata= (0,000+ 50,000+ 64,210+ 2,380+ 54,720+21,710+ 30,350+
59,980+ 57,760+ 85,370) x 106 / 10
= 42,650 x 106 m3/ bulan
Untuk hasil perhitungan ketersediaan air rerata bulanan seperti pada Tabel
4.16.
Tabel 4.16. Ketersediaan Air Rerata Bulanan
Ketersediaan Air Rerata Bulanan
No. Bulan
(x 106 m3/ bulan)
1. Januari 42,650
2. Februari 56,280
3. Maret 40,890
4. April 28,700
5. Mei 22,000
6. Juni 6,850
7. Juli 0,640
8. Agustus 1,580
9. September 4,240
10. Oktober 12,980
11. November 26,450
12. Desember 51,100
2. Perhitungan debit normal rerata (Q50rerata)
Debit normal rerata merupakan rerata dari debit normal tiap tahun selama
kurun waktu pengamatan (2002- 2011):
Q50rerata= (7,700+ 5,270+ 9,260+ 4,390+ 12,810+ 21,010+ 17,170+
30,010+ 37,350+ 24,670) x 106 / 10
= 16,966x 106 m3/ bulan
3. Perhitungan debit andalan rerata (Q80rerata)
Debit andalan rerata dihitung berdasarkan ketersediaan air rerata bulanan
dengan menggunakan Persamaan 2.34:
a. Mengurutkan data dari urutan terbesar hingga terkecil, yaitu dari 56,28x
106 m 3/ bulan sampai 0,640 x 106 m3/ bulan

b. Meranking dimulai dengan ranking pertama (m=1) untuk data debit


terbesar hingga urutan terkecil dengan probabilitas sebesar:

1
P x100 7,692
12 1
commit to user

45
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

c. Kemudian melakukan interpolasi debit andalan (probabilitas 80) antara


probabilitas 76,923 dengan 84,615:
84,615 80,000 1,580 x
80,000 76,923 x 4,240
4,615 1,580 x
3,077 x 4,240
1,499x- 6,356= 1,580- x
x= 3,176x 106 m3/ bulan
Sehingga besarnya Q 80rerata= 3,176x 106 m3/ bulan.

Dari hasil perhitungan tersebut debit andalan rerata dapat dilihat pada Gambar
4.4.

Gambar 4.4. Debit Andalan (Q80rerata)

Kemudian berdasarkan perhitungan di atas dapat disajikan dalam grafik hubungan


ketersediaan air rerata bulanan (Qrerata) dengan debit normal rerata (Q50rerata) dan
debit andalan rerata (Q80rerata) seperti pada Gambar 4.5.

commit to user

46
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 4.5. Hubungan Qrerata dengan Q50rerata dan Q80rerata

Seperti terlihat pada Gambar 4.5, ketersediaan air kurang dari threshold Q50rerata
sebesar 16,966x 106 m3/ bulan terjadi pada Juni sampai dengan Oktober. Namun
berdasarkan threshold Q80rerata sebesar 3,176x 106 m3/ bulan, tidak adanya
ketersediaan air hanya pada Juni dan Agustus.

Potensi ketersediaan air dalam kurun waktu analisis 10 tahun (2002- 2011)
berdasarkan pada perbandingan data ketersediaan air dengan debit normal rerata
(Q50rerata) dan debit andalan rerata (Q80rerata) seperti dapat dilihat pada Gambar 4.6.

commit to user

47
perpustakaan.uns.ac.id

commit to user
Gambar 4.6. Potensi Ketersediaan Air Pada DAS Keduang Pada 2002- 2011
digilib.uns.ac.id

48
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Berdasarkan Gambar 4.5 dapat diketahui bahwa kekeringan terjadi pada tahun
2002 dan 2003 dimana ketersediaan air kurang dari threshold Q50rerata maupun
threshold Q80rerata yang terjadi selama lebih dari enam bulan.

4.7 Indeks Ketajaman Kekeringan (Kriteria Kering)

Kriteria kering dalam penelitian ini berdasarkan pada analog kriteria kering
menurut data debit dengan kriteria kering Palmer (Tabel 2.5). Dalam kriteria
kering menurut data debit dibagi menjadi tiga kriteria seperti pada Bab 2.1.8.

Dari perhitungan debit normal rerata (Q50rerata), debit andalan rerata (Q80rerata) dan
perhitungan indeks Palmer dapat dilakukan analisis kriteria kering berdasarkan
analog data ketersediaan air yang tersedia di DAS Keduang dengan kriteria kering
Palmer.
Hasil analisis kriteria kering dapat dilihat pada Tabel 4.17.

commit to user

49
Tabel 4.17. Analog Kriteria Kering Berdasarkan Data Debit Dengan Kriteria Kering Palmer
Q x 106 m³/Bulan) Kriteria Kering
Indeks
No Tahun Bulan Berdasarkan Berdasarkan
Kekeringan (Qtersedia) Q80 Q50 Q80 (71%) Q80 (70%)
Debit Palmer
1 2002 Jan -7,530 0,000 3,176 16,966 2,250 2,220 ASK ASK
2 Feb -7,080 48,920 3,176 16,966 2,250 2,220 B ASK
perpustakaan.uns.ac.id

3 Mar -6,350 6,880 3,176 16,966 2,250 2,220 K ASK


4 Apr -5,270 30,800 3,176 16,966 2,250 2,220 B ASK
5 Mei -1,180 8,530 3,176 16,966 2,250 2,220 B K
6 Jun -1,390 0,000 3,176 16,966 2,250 2,220 ASK K
7 Jul -0,170 0,000 3,176 16,966 2,250 2,220 ASK K
8 Agst 0,000 0,000 3,176 16,966 2,250 2,220 ASK K
9 Sep -0,080 0,000 3,176 16,966 2,250 2,220 ASK K
10 Okt -0,360 8,720 3,176 16,966 2,250 2,220 K K
11 Nop -0,730 22,250 3,176 16,966 2,250 2,220 B K
12 Des 1,560 55,730 3,176 16,966 2,250 2,220 B B

commit to user
Keterangan:
K = Kering, ASK = Amat Sangat Kering,
SK = Sangat Kering, B = Basah.
Dapat diketahui dari analog kriteria kering berdasarkan data debit dengan kriteria kering Palmer tidak terlalu berbeda jauh. Untuk hasil
analisis kriteria kering yang lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran B- 40 sampai dengan Lampiran B- 44.
digilib.uns.ac.id

50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan


sebagai berikut:
1. Prakiraan potensi ketersediaan air di DAS Keduang bervariasi, ketersediaan
air kurang dari threshold Q50rerata sebesar 16,966x 10 6 m3/ bulan terjadi pada
Juni sampai dengan Oktober. Namun berdasarkan threshold Q80rerata sebesar
3,176x 106 m3/ bulan, tidak adanya ketersediaan air hanya pada Juni dan
Agustus. Kekeringan yang terjadi pada 2002 dan 2003 dimana ketersediaan air
kurang dari threshold Q 50rerata maupun threshold Q80rerata yang terjadi selama
lebih dari enam bulan,
2. Berdasarkan indeks Palmer, pada 2002 dan 2003 terjadi kekeringan dimana
besaran indeks Palmer pada 2002 berkisar antara -7,530 yang setara dengan
amat sangat kering sampai dengan 0,000 yang setara dengan kering sedangkan
pada 2003 berkisar antara -10,190 yang setara dengan amat sangat kering
sampai dengan 0,000 yang setara dengan kering,
3. Kriteria kering berdasarkan data debit dan Palmer menunjukkan hasil yang
tidak terlalu berbeda jauh dalam setiap bulannya, dimana 3,176x 10 6 m3/ bulan
< Qtersedia < 16,966x 106 m 3/ bulan atau setara dengan indeks kekeringan
Palmer 0,00- (-2,99) yang berarti kering, bila besarnya debit tersedia antara
2,250x 106 m3/ bulan sampai 3,176x 106 m3/ bulan atau setara dengan indeks
kekeringan Palmer -3,00- (-3,99) yang berarti sangat kering, dan apabila
besarnya debit tersedia kurang dari 2,220x 106 m 3/ bulan atau setara dengan
indeks kekeringan Palmer -4,00 yang berarti amat sangat kering.

commit to user

51
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

5.2 Saran

Penelitian ini merupakan penelitian awal terhadap kekeringan yang dilakukan di


DAS Keduang.
1. Saran bagi peneliti selanjutnya:
a. Menggunakan metode lain seperti metode Blaney- Criddle maupun
Penman dalam perhitungan evapotranspirasi potensial,
b. Data hujan dan klimatologi yang digunakan dapat diubah periodenya
sesuai kebutuhan, seperti mingguan, sepuluh harian atau lima belas harian,
c. Penelitian ini hanya menggunakan data sekunder, untuk penelitian
selanjutnya dapat menggunakan data primer yaitu dengan melakukan
observasi langsung terhadap data- data yang menjadi asumsi dalam
penelitian ini.
2. Saran bagi pengguna langsung (aplikator):
a. Dengan mengetahui potensi ketersediaan air yaitu surplus maupun defisit
air, maka dapat digunakan untuk mitigasi bencana kekeringan seperti
pembuatan tampungan air atau embung.
b. Pada sektor pertanian, dapat digunakan untuk penentuan awal masa tanam.

commit to user

52

Anda mungkin juga menyukai