id
SKRIPSI
Disusun oleh:
ADI PRASETYA NUGROHO
NIM I 0108001
i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
HALAMAN PERSETUJUAN
ANALISIS KEKERINGAN DAERAH ALIRAN SUNGAI KEDUANG
DENGAN MENGGUNAKAN METODE PALMER
SKRIPSI
Disusun Oleh :
ADI PRASETYA NUGROHO
NIM I 0108001
Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Pendadaran Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret
Persetujuan:
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
HALAMAN PENGESAHAN
SKRIPSI
Disusun Oleh :
Mengesahkan,
Ketua Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik UNS
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Adi Prasetya Nugroho, Rr. Rintis Hadiani, Susilowati, 2012, Analisis Kekeringan Daerah
Aliran Sungai Keduang Dengan Menggunakan Metode Palmer. Skripsi, Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Sumber daya alam yang sangat dibutuhkan oleh manusia adalah air. Keberadaan air di bumi ini
relatif tetap karena air melakukan perputaran atau biasa disebut siklus hidrologi. Perubahan iklim
mempunyai pengaruh besar terhadap siklus hidrologi, salah satunya terjadi kekeringan di
beberapa daerah seperti Daerah Aliran Sungai Keduang yang berada di Kabupaten Wonogiri
Provinsi Jawa Tengah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi ketersediaan air dengan menggunakan rumus
modifikasi dari metode rasional, indeks kekeringan menggunakan metode Palmer dan
mengetahui kriteria kekeringan berdasarkan analog data debit yang terdiri dari debit normal
rerata (Q50rerata) dan debit andalan rerata (Q80rerata) terhadap kriteria kering Palmer.
Hasil analisis dan pembahasan menunjukkan bahwa ketersediaan air kurang dari threshold
Q50rerata sebesar 16,966x 106 m3/ bulan terjadi pada Juni sampai dengan Oktober. Namun
berdasarkan threshold Q80rerata sebesar 3,176x 106 m 3/ bulan, tidak adanya ketersediaan air hanya
pada Juni dan Agustus. Kekeringan terjadi pada 2002 dan 2003 karena ketersediaan air kurang
dari threshold Q50rerata maupun threshold Q80rerata yang terjadi selama lebih dari enam bulan.
Berdasarkan indeks Palmer, pada 2002 dan 2003 terjadi kekeringan dimana besaran indeks
Palmer pada 2002 berkisar antara -7,530 yang setara dengan amat sangat kering sampai dengan
0,000 yang setara dengan kering sedangkan pada 2003 berkisar antara -10,190 yang setara
dengan amat sangat kering sampai dengan 0,000 yang setara dengan kering. Kriteria kering
berdasarkan data debit dan Palmer menunjukkan hasil yang tidak terlalu berbeda jauh dalam
setiap bulannya, dimana 3,176x 106 m3/ bulan < Qtersedia < 16,966x 106 m3/ bulan atau setara
dengan indeks kekeringan Palmer 0,00- (-2,99) yang berarti kering, bila besarnya debit tersedia
antara 2,250x 106 m3/ bulan sampai 3,176x 106 m 3/ bulan atau setara dengan indeks kekeringan
Palmer -3,00- (-3,99) yang berarti sangat kering, dan apabila besarnya debit tersedia kurang dari
2,220x 106 m3/ bulan atau setara dengan indeks kekeringan Palmer -4,00 yang berarti amat
sangat kering.
Kata kunci : DAS Keduang, Kekeringan, Metode Palmer, Indeks Kekeringan, Kriteria Kering.
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Adi Prasetya Nugroho, Rr. Rintis Hadiani, Susilowati, 2012, Drought Analysis of Keduang
Watershed by Palmer Method. Thesis, Civil Engineering Department of Engineering Faculty of
Sebelas Maret University Surakarta.
Nature resources that human being needs the most is water. The existing of water in earth
relatively constant because water does turn or it can be called hidrology cycle. Climate changing
has a big influence to the hidrology cycle, one of the effect is drought in some area such as
Keduang River Flow Area which is in Wonogiri Regency, Central Java.
The purpose of this research is knowing the potential of available water using modification of
rational method formula, drought index using Palmer Method and knowing the dryness criteria
according to the discharge data analog that is consist of average of normal discharge (Q50rerata)
and average of mainstay discharge (Q80rerata) toward Palmer dry criteria.
The result of analysis and study shows that potential of available water less than the threshold
Q50rerata= 16,966x 106 m 3/ month happens in June to Oktober. However according to the
threshold Q80rerata= 3,176x 106 m3
drought happens in 2002 and 2003 because of the unavailibility of water less than the threshold
Q50rerata although the threshold Q80rerata that happens during more than six months. According
Palmer index, on 2002 and 2003 drought happen when Palmer index on 2002 between -7,530
that mean totally dry to 0,000 that mean dry while Palmer index on 2003 between -10,190 that
mean totally dry to 0,000 that mean dry. The dry criteria that come from analog dry criteria base
on discharge data toward Palmer shows that the result is not much different in every month, it is
when 3,176x 106 m3/ month < Qtersedia < 16,966x 106 m3/ month equal with Palmer dryness index
0,00-(-2,99) which is mean dry, if the available discharge between 2,250x 106 m3/ month to
3,176x 106 m3/ month with Palmer dryness index -3,00-(-3,99) means very dry, and when the
available discharge less than 2,220x 106 m3/ month equa -4,00
mean totally dry.
Keyword: Keduang Watershed, Drought, Palmer Method, Drought Index, Dry Criteria.
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-NYA
sehingg Analisis Kekeringan
Daerah Aliran Sungai Keduang Dengan Menggunakan Metode Palmer guna memenuhi
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik di Jurusan Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penyusunan tugas akhir ini dapat berjalan lancar tidak lepas dari bimbingan, dukungan, dan
motivasi dari berbagai pihak. Dengan segala kerendahan hati, pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Segenap Pimpinan Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta,
2. Segenap Pimpinan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret
Surakarta,
3. Dr. Ir. Rr. Rintis Hadiani, MT selaku dosen pembimbing I,
4. Ir. Susilowati, MSi selaku dosen pembimbing II,
5. Ir. Koosdaryani, MT selaku dosen pembimbing akademik,
6. Dosen Penguji skripsi,
7. Segenap bapak dan ibu dosen pengajar di Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Sebelas Maret Surakarta,
8. Segenap bapak dan ibu di BAPPEDA Kabupaten Wonogiri yang telah memberikan ijin
sehingga terlaksananya penulisan ini,
9. Segenap bapak dan ibu di Dinas Pengairan, Energi dan Sumber Daya Mineral Kabupaten
Wonogiri yang telah memberikan data sehingga terlaksananya penulisan ini,
10. Segenap bapak dan ibu di Perusahaan Umum Jasa Tirta I Kabupaten Wonogiri yang telah
memberikan data sehingga terlaksananya penulisan ini,
11. Rekan-rekan mahasiswa jurusan Teknik Sipil,
12. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis dengan tulus
ikhlas.
Penulis menyadari tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk perbaikan di masa mendatang
dan semoga tugas akhir ini dapat memberikan manfaat bagi penulis pada khususnya dan
pembaca pada umumnya.
Penulis
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
i
ii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................................................... iii
MOTTO .................................................................................................................................... iv
PERSEMBAHAN........................................................................................................................v
ABSTRAK ................................................................................................................................ vi
ABSTRACT ............................................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... viii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ...................................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................. xii
DAFTAR NOTASI DAN SIMBOL ............................................................................................ xiii
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................ 2
1.3 Batasan Masalah .......................................................................................................... 3
1.4 Tujuan Penelitian ......................................................................................................... 3
1.5 Manfaat Penelitian........................................................................................................ 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI .................................................................. 4
2.1 Tinjauan Pustaka .......................................................................................................... 4
2.2 Dasar Teori .................................................................................................................. 6
2.2.1 Data ............................................................................................................... 6
2.2.2 DAS ( Daerah Aliran Sungai ) ........................................................................... 6
2.2.3 Analisis Konsistensi atau Kepanggahan Data ...................................................... 6
2.2.4 Analisis Hujan Titik Menjadi Hujan Wilayah ...................................................... 8
2.2.5 Evapotranspirasi Potensial ................................................................................ 9
2.2.6 Koefisisen Limpasan (C) ................................................................................ 11
2.2.7 Palmer Drought Severity Index (PDSI) ............................................................. 12
2.2.8 Prakiraan Potensi Ketersediaan Air (Qtersedia)...................................................... 15
2.2.9 Indeks Ketajaman Kekeringan (Kriteria Kering) ................................................ 16
BAB 3 METODE PENELITIAN ............................................................................................... 17
3.1 Lokasi Penelitian ........................................................................................................ 17
3.2 Data .......................................................................................................................... 17
3.3 Alat Yang Digunakan ................................................................................................. 18
3.4 Tahapan Penelitian ..................................................................................................... 19
3.4.1 Perhitungan Potensi Ketersediaan Air ............................................................... 19
commit to user
3.4.2 Perhitungan Evapotranspirasi Potensial Metode Thornthwaite ............................. 19
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
= koefisien evapotranspirasi,
= koefisien pengisian lengas ke dalam tanah,
= koefisien limpasan,
= koefisien kehilangan air,
= pendekatan terhadap pembobot iklim,
= kelembaban tanah (mm) mewakili satuan volume per satuan wilayah,
= perubahan lengas tanah lapisan atas,
= perubahan lengas tanah lapisan bawah,
= periode waktu yang diperlukan untuk perhitungan (jam, hari, bulan),
A = luas daerah tangkapan (km 2),
= luas masing-masing poligon (km 2),
C = koefisien limpasan,
d = periode kelebihan dan kekurangan air,
Dy = standar deviasi,
D = rataan nilai mutlak dari d,
ET = evapotranspirasi (mm/ tahun),
ET = rata- rata evapotranspirasi,
ET = nilai evapotranspirasi CAFEC,
I = indeks panas tahunan,
K = karakter iklim sebagai faktor pembobot,
= pendekatan kedua terhadap nilai faktor K,
L = kehilangan kelembaban tanah,
L =p ,
L = rata- rata kehilangan kelembaban tanah,
L = nilai kehilangan lengas tanah CAFEC,
m = ranking,
n = jumlah data,
N = jumlah stasiun pencatat hujan,
= hujan masing-masing stasiun pencatat hujan (mm),
P = probabilitas,
P = curah hujan (mm/ tahun),
P50 = curah hujan probabilitas 50,
PET = evapotranspirasi potensial (mm),
PL = kehilangan kelembaban tanah potensial kedua lapisan,
PLa = kehilangan kelembaban tanah potensial lapisan atas,
PLb = kehilangan kelembaban tanah potensial lapisan bawah,
PR = pengisian lengas ke dalam tanah potensial,
PRO = aliran permukaan potensial,
= hujan wilayah (mm),
P = rata- rata presipitasi,
PET = rata- rata evapotranspirasi potensial,
PL commit to user
= rata- rata kehilangan kelembaban tanah potensial,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB 1
PENDAHULUAN
Air merupakan sumber daya alam yang sangat dibutuhkan oleh semua makhluk
hidup khususnya manusia. Jumlah air di bumi relatif tetap karena mengikuti siklus
hidrologi dimana air melakukan perjalanan dari permukaan laut ke atmosfer
kemudian ke permukaan bumi dan kembali lagi menuju laut. Faktor iklim dan
energi panas matahari mempunyai pengaruh besar terhadap siklus hidrologi yang
menyebabkan adanya proses evaporasi atau penguapan dari permukaan laut,
tanah, tumbuh- tumbuhan dan sumber air lainnya. Sebagian uap air dari proses
evaporasi terkondensasi menjadi awan yang kemudian turun ke permukaan bumi
menjadi air hujan (Asdak, 2004).
Sungai Bengawan Solo merupakan sungai terpanjang dan terbesar di pulau Jawa,
terletak di antara dua provinsi yaitu Jawa Tengah dan Jawa Timur yang memiliki
empat daerah aliran sungai yaitu DAS Bengawan Solo, DAS Kali Grindulu dan
Kali Lorog di Pacitan, DAS kecil di kawasan pantai utara dan DAS Kali Lamong.
DAS Bengawan Solo merupakan DAS terluas, meliputi 3 Sub DAS yaitu Sub
DAS Bengawan Solo Hulu, Sub DAS Kali Madiun dan Sub DAS Bengawan Solo
Hilir (http//bulletin.penataanruang.net). DAS Bengawan Solo dapat dilihat pada
Gambar 1.1.
commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Sumber: The Study on Counter Measures for Sedimentation in the Wonogiri Multipurpose Dam
(2007)
Gambar 1.1. Peta DAS Bengawan Solo
Banjir pada musim penghujan dan kekeringan saat musim kemarau merupakan
suatu fenomena yang sering terjadi di sebagian besar wilayah pulau Jawa
khususnya pada Daerah Aliran Sungai Keduang yang merupakan Sub Daerah
Aliran Sungai Bengawan Solo Hulu 3. (http//www.tabloidkampus.com).
Rumusan masalah yang dapat diambil dari uraian latar belakang tersebut di atas
adalah:
1. Bagaimana potensi ketersediaan air Daerah Aliran Sungai Keduang?
2. Bagaimana indeks kekeringan menggunakan metode Palmer Daerah Aliran
Sungai Keduang?
3. Bagaimana kriteria kekeringan Daerah Aliran Sungai Keduang?
commit to user
2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Untuk membatasi masalah agar penelitian tidak meluas dan lebih terarah maka
perlu adanya pembatasan sebagai berikut:
1. Wilayah penelitian hanya dilakukan di Daerah Aliran Sungai Keduang
Kabupaten Wonogiri yang merupakan Sub Daerah Aliran Sungai Bengawan
Solo Hulu 3,
2. Hujan yang dipakai merupakan data curah hujan rata- rata harian selama 20
tahun (1992- 2011) untuk uji kepanggahan data dan data 10 tahun (2002-
2011) untuk analisis,
3. Data klimatologi yang digunakan selama 10 tahun (2002- 2011),
4. Analisis debit (ketersediaan air) didasarkan pada aliran mantap atau air larian
yang masuk ke Daerah Aliran Sungai Keduang.
commit to user
3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI
Wilayah Indonesia terletak di bagian iklim tropis yang mempunyai ciri khusus
yaitu curah hujan tinggi pada musim penghujan dan curah hujan rendah saat
musim kemarau (Köppen, 1900 dalam Puradimaja, 2006) sehingga pada musim
penghujan sulit untuk mengendalikan air, namun sebaliknya saat musim kemarau
panjang sulit untuk memenuhi kebutuhan akan air.
commit to user
4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Kekeringan merupakan suatu keadaan dimana curah hujan sangat kecil atau tidak
terdapat curah hujan dalam jangka waktu yang lama dan lebih panjang dari musim
kemarau (Moreland, 1993). Kekeringan menyebabkan berbagai kerugian bagi
makhluk hidup khususnya manusia, seperti kekurangan air untuk berbagai
keperluan, gagal panen pada daerah pertanian dan berkurangnya pendapatan
masyarakat. Apabila kekeringan dapat diperkirakan, maka mitigasi bencana
kekeringan dapat diantisipasi. Perkiraan kekeringan dapat dilakukan berdasarkan
pola hujan, iklim maupun pola debit yang pernah terjadi (Hadiani, 2009).
Indeks kekeringan mempunyai banyak jenis seperti Crop Moisture Index (CMI),
Surface Water Supply Index (WSI), Palmer Drought Severity Index (PDSI),
Reclamation Drought Index (RDI), Standardized Precipitation Index (SPI) dan
masih banyak lainnya. Indeks kekeringan ini diciptakan tergantung daerah
penelitian, pengguna, proses, input dan output-nya (Suryanti, 2008).
Analisis indeks kekeringan telah dilakukan dengan berbagai metode, salah satunya
dengan menggunakan metode Indeks Palmer. Seperti yang telah dilakukan oleh
Sudibyakto (1985) dalam Suryanti (2008) di daerah Kedu Selatan, Jawa Tengah
dimana indeks kekeringan didasarkan pada perhitungan data curah hujan titik
sehingga menimbulkan indeks Palmer yang terlalu basah.
Kriteria Kering dapat ditentukan dengan berbagai cara antara lain kriteria kering
berdasarkan data debit normal sama dengan Q50 dengan kriteria (Hadiani, 2009):
1. Disebut kering (K) apabila Q80 < Q < Q50,
2. Disebut sangat kering (SK) apabila 71- 100% Q80,
3. Disebut amat sangat kering (ASK) apabila Q < 70% Q80.
commit to user
5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2.2.1 Data
Data primer ialah sekumpulan data yang didapat secara langsung berdasarkan
pengamatan atau observasi di lapangan (lokasi penelitian). Sedangkan data
sekunder ialah sekumpulan data yang didapat tidak secara langsung karena
peneliti tidak melakukan pengamatan atau observasi secara langsung, peneliti
hanya mendapatkan data dari sumber atau instansi terkait. Dalam penelitian ini
data yang digunakan adalah data sekunder.
Chay Asdak (2004) mendefinisikan daerah aliran sungai atau DAS sebagai suatu
wilayah daratan yang dibatasi oleh punggung- punggung gunung, menampung
dan menyimpan air hujan untuk kemudian mengalirkannya ke laut melalui sungai
utama. Wilayah daratan tersebut disebut daerah tangkapan air (DTA atau
catchment area) yaitu suatu ekosistem yang terdiri atas sumber daya alam (tanah,
air dan vegetasi) dan sumber daya manusia sebagai pemanfaat sumber daya alam.
Data hujan yang akan dipergunakan dalam suatu analisis sebelumnya harus
dilakukan uji konsistensi atau data di mana data yang tidak sesuai akibat
kesalahan pencatatan dan gangguan alat pencatat perlu dikoreksi dan data yang
hilang atau kosong diisi dengan menggunakan pembanding pos hujan sekitar yang
terdekat dan dianggap memiliki karakteristik yang sama (Sri Harto, 1993).
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan untuk menguji konsistensi data
adalah Metode Kurva Massa Ganda (Double Mass Curve) dan Metode RAPS
(Rescaled Adjusted Partial Sums).
6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Metode RAPS berdasarkan data curah hujan setempat, di mana data curah hujan
yang tersedia di sekitar lokasi proyek sangat terbatas. Bila Q / n yang didapat
lebih kecil dari nilai kritik untuk tahun dan confidence level yang sesuai, maka
data dinyatakan panggah (Sri Harto, 1993). Uji kepanggahan dapat dilakukan
dengan menggunakan persamaan:
k
Sk* Yi Y , dengan k = 1, 2, 3, ..., n (2.1)
i 1
S 0* 0 (2.2)
S k*
S k** , dengan k = 0, 1, 2, 3, ...., n (2.3)
Dy
n 2
Yi Y
D y2 (2.4)
i 1 n
dengan :
Yi = data hujan ke-i,
Y = data hujan rerata i,
Dy = deviasi standar,
n = jumlah data.
commit to user
7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
dengan :
a = 0.49 + 0.0179 I 0.0000771 I2 + 0.000000675 I3 (2.11)
commit to user
9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
tanaman berada jauh di atas permukaan air tanah. Menurut Lane dan Stone (1983)
dalam Asdak (2004), persamaan neraca air dapat ditulis:
Q=P ET (2.12)
dengan:
Q = debit aliran (m 3 ,
P = curah hujan (mm/ tahun),
ET= evapotranspirasi (mm/ tahun),
L ,
= kelembaban tanah (mm) mewakili satuan volume per satuan wilayah,
= periode waktu yang diperlukan untuk perhitungan (jam, hari, bulan).
embaban tanah, sementara nilai
negatif menunjukkan penurunan kelembaban tanah di tempat yang bersangkutan.
masukan = air keluaran. Semakin besar ET, semakin kecil debit aliran. ET
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain iklim dan jenis tumbuhan. Iklim
bersifat tidak dapat diubah oleh manusia dan oleh karena itu faktor jenis
tumbuhan inilah yang menjadi perhatian untuk pengelolaan sumber daya air.
commit to user
11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Menurut Gutman et al., dalam Turyati (1995) menjelaskan bahwa metode indeks
ketajaman kekeringan Palmer berguna untuk mengevaluasi kekeringan yang telah
terjadi di daerah- daerah semiarid dan yang beriklim sub- humid kering. Palmer
masih lebih baik apabila digunakan pada wilayah penelitian yang luas dan
mempunyai topografi yang seragam (National Drought Mitigation Center, 2006).
commit to user
12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ET / PET (2.13)
R / PR (2.14)
L / PL (2.16)
( PET R ) /( P L) (2.17)
dengan :
= koefisien evapotranspirasi,
= koefisien pengisian lengas ke dalam tanah,
= koefisien limpasan,
= koefisien kehilangan air,
= pendekatan terhadap pembobot iklim,
ET = rata- rata evapotranspirasi,
PET = rata- rata evapotranspirasi potensial,
R = rata- rata pengisisan lengas ke dalam tanah,
PR = rata- rata pengisisan lengas ke dalam tanah potensial,
RO = rata- rata aliran permukaan,
PRO = rata- rata aliran permukaan potensial,
S' = rata- rata kelembaban tanah,
L = rata- rata kehilangan kelembaban tanah,
PL = rata- rata kehilangan kelembaban tanah potensial,
P = rata- rata presipitasi.
commit to user
13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
b. Nilai CAFEC
ET PET (2.18)
R PR (2.19)
RO PRO (2.20)
L PL (2.21)
P ET R RO L (2.22)
dengan :
d P P (2.23)
e.
PET R RO 25 .6
K ' 1.5 Log 10[( 2.80) / ] 0 .50 (2.25)
P L D
commit to user
14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
= D*K' (2.26)
D*K'
K 12
K' (2.27)
D* K'
1
g. Penduga Nilai Z
z d* (2.28)
Z = d* K (2.29)
X ( Z / 3) i 1 X (2.30)
dengan:
X ( Z / 3) i 0.103( Z / 3) i 1 (2.31)
Perhitungan prakiraan ketersediaan air atau debit tersedia dalam penelitian ini
berdasarkan aliran mantap atau air larian yang masuk ke Daerah Aliran Sungai
Keduang yang dipengaruhi oleh penggunaan lahan. Dimana aliran mantap atau
biasa disebut air larian merupakan bagian air hujan yang jatuh dan mengalir di
atas permukaan tanah ke tempat yang lebih rendah untuk kemudian masuk ke
dalam badan air seperti sungai, danau maupun lautan (Asdak, 2004). Dalam
perhitungan prakiraan potensi ketersediaan air menggunakan modifikasi dari
metode rasional dengan rumus sebagai berikut (Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No. 17, 2009):
Qtersedia = 10 C x R x A (2.32)
dengan:
Qtersedia = potensi ketersediaan air (m 3/bulan),
R = curah hujan bulanan wilayah (mm/bulan),
A = luas daerah tangkapan (ha),
C = koefisien limpasan,
10 = faktor konversi dari mm.ha menjadi m3.
commit to user
15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Dalam penelitian ini, analisis kriteria kering merupakan analog dari kriteria kering
berdasarkan data debit dengan kriteria kering Palmer.
Berdasarkan kriteria data debit maka perlu dilakukan perhitungan debit andalan
(Q80) dan debit normal (Q50) dengan menggunakan metode ranking (rumus
Weibul). Prosedur perhitungan diawali dengan mengurutkan seri data debit dari
urutan terbesar hingga terkecil untuk masing- masing bulan pengamatan.
Selanjutnya diranking mulai dengan ranking pertama (m = 1) untuk data terbesar
dan seterusnya hingga data terkecil. Rumus Weibul adalah (Soemarto, 1987):
m
P (2.34)
N 1
dimana:
P = probabilitas,
m = ranking,
N = jumlah data.
Analog kriteria kering Palmer berdasarkan kriteria kering menurut data debit
dapat dilihat pada Tabel 2.4.
Tabel 2.4. Analog Kriteria Kering Palmer Berdasarkan Kriteria Kering Menurut
Data Debit
Indeks Kekeringan Klasifikasi
0.00 (-2.99) Kering
-3.00 (-3.99) Sangat Kering
-4.00 Amat Sangat Kering
commit to user
16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB 3
METODE PENELITIAN
Lokasi penelitian berada di DAS Bengawan Solo Hulu 3 pada DAS Keduang
yang terletak di Kabupaten Wonogiri seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.1.
3.2 Data
Dalam penggunaan data hujan dan informasi iklim seringkali terjadi keterbatasan
jumlah, tidak lengkapnya data dan banyak bagian data yang hilang, rusak maupun
tidak tercatat. Seringkali untuk mengisi kekosongan data akibat data yang hilang
dapat dilakukan dengan memperkirakan data. Perkiraan data hujan dapat
diandaikan bahwa karakteristik hujan di stasiun hujan yang ditinjau memiliki
kesamaan dengan stasiun hujan yang berada di sekitarnya. Tidak jarang dalam
commit to user
17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
suatu penelitian terjadi kesulitan untuk mendapatkan data hujan dan informasi
iklim di suatu DAS, sehingga harus menggunakan data dari stasiun lain yang
berdekatan (Sri Harto, 1993).
Masalah terhadap data selain tidak lengkapnya data hujan yang ada yaitu
ketidakpanggahan data hujan. Ketidakpanggahan data hujan yang didapat dari alat
pencatat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: alat diganti dengan alat yang
mempunyai spesifikasi lain, lokasi penempatan alat dipindahkan, lokasi alat
terganggu dan perubahan lingkungan di sekitar alat. Uji konsistensi atau
kepanggahan data dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: lengkung massa ganda
(double mass curve tasiun
(stand alone station) dengan cara RAPS (Rescaled Adjusted Partial Sums) (Sri
Harto, 1993). Bila Q / n yang didapat lebih kecil dari nilai kritik untuk tahun dan
confidence level yang sesuai, maka data dinyatakan panggah.
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder. Data- data
yang digunakan yaitu:
1. Peta Rupa Bumi Indonesia skala 1: 25000 dalam format shapefile ArcGIS,
2. Data curah hujan harian 3 stasiun hujan manual yaitu stasiun hujan Ngadirojo
(125f), stasiun hujan Jatisrono (131) dan stasiun hujan Jatiroto (130c) di DAS
Bengawan Solo Hulu 3 pada DAS Keduang dalam kurun waktu 20 tahun
(1992- 2011) untuk uji konsistensi data atau kepanggahan dan data curah
hujan 10 tahun (2002- 2011) untuk analisis kekeringan yang diperoleh dari
Dinas Pengairan, Energi dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Wonogiri,
3. Data klimatologi dan data koordinat stasiun klimatologi di DAS Bengawan
Solo Hulu 3 pada DAS Keduang dalam kurun waktu 10 tahun (2002- 2011)
yang diperoleh dari Perusahaan Umum Jasa Tirta I Kabupaten Wonogiri.
commit to user
18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
1. Melakukan uji kepanggahan untuk data curah hujan komulatif tahunan dengan
menggunakan metode kurva massa ganda dan metode RAPS pada setiap
stasiun hujan berdasarkan data curah hujan selama 20 tahun (1992- 2011),
2. Mempersiapkan Peta Rupa Bumi Indonesia skala 1:25000,
3. Melakukan plotting stasiun hujan pada peta Rupa Bumi Indonesia skala 1:
25000 dan membuat poligon Thiessen,
4. Menghitung curah hujan wilayah setelah mendapat persentase luas metode
poligon Thiessen,
5. Mempersiapkan data curah hujan bulanan dalam kurun waktu 10 tahun
terakhir dari data curah hujan wilayah,
6. Tata guna lahan dapat diketahui dari peta RBI skala 1: 25000 yang kemudian
dapat menghitung koefisien limpasan (C),
7. Menghitung potensi ketersediaan air (debit andalan) dengan menggunakan
data curah hujan bulanan dan koefisien limpasan.
19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
3.5 Bagan Alir Penelitian
MULAI
perpustakaan.uns.ac.id
TIDAK
Suhu Rata- Rata Letak Tata Guna Plot Sta Hujan
Bulanan Lintang Lahan Polygon Thiessen Uji Kepanggahan
YA
Koefisien Limpasan Data Curah Hujan Harian
Evapotranspirasi
Potensial
commit to user
Curah hujan wilayah
B
A
digilib.uns.ac.id
21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Nilai
Koefisisen
CAFEC
Nilai CAFEC
Periode Kelebihan
dan Kekurangan
Hujan
Pendekatan Kedua
Nilai Fakt
Karakter Iklim
Sebagai Faktor
Pembobot (K)
Penduga Nilai
Anomali Lengas (Z)
Indeks Anomali
Lengas (Z)
Indeks Kekeringan
Palmer
commit to user
22
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
C B
Indeks Ketajaman
Kekeringan
SELESAI
commit to user
23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
DAS Keduang merupakan DAS terbesar yang terdapat di DAS Bengawan Solo
Hulu 3 dan mempunyai delapan stasiun hujan manual (Agustin, 2008). Dalam
penelitian ini hanya menggunakan tiga stasiun hujan yaitu stasiun hujan Ngadirojo
(125f), stasiun hujan Jatisrono (131) dan stasiun hujan Jatiroto (130c) karena data
pada stasiun tersebut cukup lengkap. Untuk menguji kepanggahan atau validitas
data hujan tersebut digunakan metode RAPS (Rescaled Adjusted Partial Sums)
dan metode double mass curve (kurva massa ganda). Data hujan tahunan yang
digunakan untuk uji kepanggahan selama 20 tahun (2002- 2011).
Uji kepanggahan metode RAPS berdasarkan pada Persamaan 2.1, 2.2, 2.3 dan 2.4.
Contoh perhitungan untuk stasiun hujan Ngadirojo (125f) tahun 1992:
Hujan (i) = 2130,000 mm
35764,000
Hujan (i) rerata selama 20 tahun = = 1788,200 mm
20
S k* = 2130,000 1788,200 = 341,800
Sk* kumulatif = 0,000 + 341,800 = 341,800
Standar deviasi = 620,630
341,800
Sk** = = 0,550
620,630
Sk** Kumulatif = 0,000 + 0,550 = 0,550
**
| S k Kumulatif | = 0,550
Hasil uji kepanggahan untuk stasiun hujan Ngadirojo (125f) dengan cara RAPS
(Rescaled Adjusted Partial Sums) dapat dilihat pada Tabel 4.1.
commit to user
24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Berdasarkan nilai yang didapat pada Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa nilai QRAPS
hit (maks) terdapat pada tahun 2006. Kemudian QRAPS hit (maks) / n = 1,050.
Nilai ini dibandingkan dengan nilai kritik yang terdapat pada Tabel 2.1 dengan n
= 20 dan confidence interval 90%, maka didapat QRAPS hit (maks) / n = 1,050 <
nilai QRAPS kritik = 1,100. Hasil ini menunjukkan bahwa data hujan pada stasiun
Ngadirojo (125f) panggah.
commit to user
25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Berdasarkan hasil dari Uji RAPS diperoleh 3 stasiun hujan yang dinyatakan
panggah, maka untuk membandingkan hasil kepanggahan tersebut dilakukan uji
kepanggahan menggunakan metode kurva massa ganda. Uji kepanggahan metode
kurva massa ganda berdasarkan perbandingan jumlah hujan tahunan kumulatif
stasiun hujan yang ditinjau dengan rerata hujan tahunan kumulatif dua atau lebih
stasiun hujan yang berada di sekitarnya. Contoh perhitungan untuk stasiun
Ngadirojo (125f) tahun 1992:
Hujan (i) = 2130,000 mm
Hujan (i) kumulatif = 0,000 + 2130,000 = 2130,000 mm
Sedangkan hujan tahunan rerata 2 stasiun hujan tahun 1992 yaitu stasiun hujan
Jatisrono (131) dan Jatiroto (130c) adalah sebagai berikut:
2405,000 2292,000
Hujan (i) rerata = = 2348,500 mm
2
Hujan (i) rerata kumulatif = 0,000 + 2348,500 = 2348,500 mm
Untuk hasil uji kepanggahan stasiun hujan Ngadirojo (125f) dengan cara double
mass curve (kurva massa ganda) dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan Gambar 4.1.
commit to user
26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Tabel 4.3. Uji Kepanggahan Metode Kurva Massa Ganda Sta. Ngadirojo (125f)
Ngadirojo 125f Rerata 2 Sta Ref
i i
(mm/ tahun) Kumulatif (mm/ tahun) Kumulatif
1992 2130,000 2130,000 2348,500 2348,500
1993 1120,000 3250,000 2103,000 4451,500
1994 1334,000 4584,000 1554,500 6006,000
1995 2553,000 7137,000 2519,500 8525,500
1996 1888,000 9025,000 2104,500 10630,000
1997 1633,000 10658,000 1390,500 12020,500
1998 2251,000 12909,000 2731,500 14752,000
1999 1978,000 14887,000 2187,500 16939,500
2000 1812,000 16699,000 2346,500 19286,000
2001 1642,000 18341,000 1906,500 21192,500
2002 1084,000 19425,000 1121,500 22314,000
2003 1204,000 20629,000 1256,500 23570,500
2004 399,000 21028,000 1529,500 25100,000
2005 1359,000 22387,000 1241,000 26341,000
2006 1513,000 23900,000 1713,500 28054,500
2007 2706,000 26606,000 2302,500 30357,000
2008 2769,000 29375,000 1667,500 32024,500
2009 1566,000 30941,000 1966,000 33990,500
2010 2415,000 33356,000 2887,500 36878,000
2011 2408,000 35764,000 2013,000 38891,000
commit to user
27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Berdasarkan Gambar 4.1 dapat disimpulkan bahwa stasiun hujan Ngadirojo (125f)
panggah dan dapat dipakai untuk analisis selanjutnya karena tidak ada data yang
melenceng dari trendline dan koefisien determinasi R2 mendekati 1. Hasil uji
kepanggahan dengan metode kurva massa ganda untuk stasiun hujan Jatisrono
(131) dan Jatiroto (130c) dapat dilihat pada Lampiran B- 8 sampai dengan
Lampiran B- 9 dan Lampiran C- 1.
Poligon Thiessen di DAS Keduang dengan menggunakan tiga stasiun hujan dapat
dilihat pada Gambar 4.2.
commit to user
28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Gambar 4.2. Poligon Thiessen DAS Keduang Dengan Tiga Stasiun Hujan
Dari poligon Thiessen tersebut dapat dihitung luasan masing- masing wilayah
stasiun hujan dengan menggunakan tool yang ada pada program AutoCAD.
Perhitungan menunjukkan luas pengaruh hujan:
Stasiun Hujan Ngadirojo (125f) = 96,447 km2,
Stasiun Hujan Jatisrono (131) = 220,170 km2,
Stasiun Hujan Jatiroto (130c) = 104,365 km2,
DAS Keduang = 420,982 km2.
Kemudian menentukan koefisien Thiessen berdasarkan luasan masing- masing
stasiun hujan:
96,447
Stasiun Hujan Ngadirojo (125f) = 0, 229
420,982
220,170
Stasiun Hujan Jatisrono (131) = 0,523
420,982
104,365
Stasiun Hujan Jatiroto (130c) = 0, 248
420,982
Contoh perhitungan untuk mendapatkan hujan wilayah bulanan pada bulan
Februari 2002:
commit to user
29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
P 289,810 mm
Dengan menggunakan Persamaan 2.7 hujan bulanan wilayah pada DAS Keduang
dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5. Data Hujan Bulanan Wilayah Pada 2002
Hujan
Hujan
No Tahun Bulan Ngadirojo Jatisrono Jatiroto Wilayah
(mm/ bulan)
0,229 0,523 0,248
1 2002 Januari 0,000 0,000 0,000 0,000
2 Februari 59,340 112,970 117,510 289,810
3 Maret 40,780 0,000 0,000 40,780
4 April 0,000 114,010 68,420 182,440
5 Mei 18,100 22,490 9,920 50,500
6 Juni 0,000 0,000 0,000 0,000
7 Juli 0,000 0,000 0,000 0,000
8 Agustus 0,000 0,000 0,000 0,000
9 September 0,000 0,000 0,000 0,000
10 Oktober 0,000 35,040 16,610 51,650
11 Nopember 41,240 63,280 27,270 131,790
12 Desember 88,890 153,240 88,010 330,130
Untuk perhitungan hujan bulanan wilayah tahun yang lain dapat dilihat pada
Lampiran A- 4 sampai dengan Lampiran A- 8.
30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Hasil dari perhitungan koefisien limpasan dapat dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6. Koefisien Limpasan DAS Keduang
C Rata2
No Tata Guna Lahan C Luas (Ha) Persentase
(%)
1 Air Tawar 1,000 168,700 0,401 0,401
2 Hutan 0,180 350,550 0,833 0,150
3 Kebun 0,400 5046,390 11,987 4,795
4 Padang Rumput 0,350 53,240 0,126 0,044
5 Pemukiman 0,700 11072,210 26,301 18,411
6 Sawah tadah hujan 0,300 0,000 0,000 0,000
7 sawah 0,150 12714,890 30,203 4,530
8 semak belukar 0,150 228,620 0,543 0,081
9 tegalan 0,400 12279,0980 29,168 11,667
Jumlah 16691,09 100,000 40,100
Nilai koefisien limpasan (C) untuk masing- masing tata guna lahan berdasarkan
Tabel 2.3 sehingga didapat nilai koefisien limpasan (C) di DAS Keduang sebesar
0,401 seperti terlihat pada Tabel 4.6.
commit to user
31
Tabel 4.7. Suhu Udara Rata- Rata Bulanan Stasiun Klimatologi Dam Wonogiri
Suhu Bulanan (°C)
Tahun
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sep Okt Nov Des
2002 29,000 28,700 29,300 28,800 29,300 28,300 28,100 27,600 28,600 30,200 30,300 29,300
2003 28,500 28,300 29,000 29,900 28,800 28,500 27,400 27,600 28,900 29,600 29,000 28,200
2004 28,900 28,300 28,700 30,900 29,300 27,700 28,000 27,700 28,700 29,600 30,000 28,500
perpustakaan.uns.ac.id
2005 28,200 29,400 29,400 29,200 29,300 29,300 28,500 28,300 29,700 29,400 30,100 28,200
2006 28,400 28,700 28,700 28,600 29,000 27,900 27,000 27,600 28,000 29,800 30,400 29,800
2007 29,000 28,700 28,800 29,000 28,900 28,200 27,500 27,700 28,300 29,200 28,500 28,200
2008 28,300 27,500 27,900 28,800 28,400 28,800 27,200 28,500 29,200 29,300 28,400 27,800
2009 28,100 27,400 28,900 29,400 28,700 28.240 27,700 27,900 29,000 29,100 29,600 28,800
2010 28.430 28.300 28.730 29.160 28.880 28,600 28,800 28,900 28,900 28,600 28,600 27,900
2011 27,500 27,700 27,900 27,800 28,200 26,900 27,100 27,000 28,500 29,400 28,700 28,000
Rerata 28,430 28,300 28,730 29,160 28,880 28,240 27,730 27,880 28,780 29,420 29,360 28,470
commit to user
digilib.uns.ac.id
32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Hasil perhitungan PET metode Thornthwaite dapat dilihat pada Tabel 4.8.
Berdasarkan letak lintang stasiun Klimatologi Dam Wonogiri yang terletak pada
07° 50' 010" LS = 7,840° LS, maka evapotranspirasi potensial harus disesuaikan
dengan letak lintang berdasarkan Tabel 2.2. Contoh perhitungan PET bulan
Januari yang telah disesuaikan berdasarkan letak lintang:
PET = 173,250 mm
commit to user
33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Hasil perhitungan PET terkoreksi selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.9.
commit to user
34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Perhitungan parameter indeks kekeringan Palmer untuk tahun 2002 dapat dilihat
pada Tabel 4.10.
commit to user
35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Indeks kekeringan Palmer dihitung berdasarkan air yang masuk ke dalam tanah
dan air yang hilang maupun diserap oleh tanaman pada suatu lokasi tertentu.
commit to user
36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Untuk perhitungan parameter utama secara lebih lengkap selama kurun waktu
analisis tahun 2002- 2011 dapat dilihat pada Lampiran B- 10 sampai dengan
Lampiran B- 19.
commit to user
37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
1856,100
PET 185,610mm
10
1856,100
ET 185,610 mm
10
17,200
R 1,720mm
10
762,300
PR 76,230mm
10
0,000
RO 0,000mm
10
4154.900
S 415,490mm
10
860,200
L 86,020mm
10
1549,600
PL 154,960mm
10
1013,100
P 101,310 mm
10
38
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
185,610
1,000
185,610
1,720
0,020
76,230
0,000
0,000
415,490
86,020
0,560
154,960
185,610 1,720
1,000
101,310 86,020
No Bulan
1 Jan 1,000 0,020 0,000 0,560 1,000
2 Feb 1,000 0,040 0,000 0,250 1,000
3 Mar 1,000 0,000 0,000 0,600 1,000
4 Apr 1,000 0,000 0,000 0,800 1,000
5 Mei 1,000 0,000 0,000 0,900 1,000
6 Jun 1,000 0,000 0,000 1,130 1,000
7 Jul 1,000 0,000 0,000 1,240 1,000
8 Agst 1,000 0,000 0,000 1,220 1,000
9 Sep 1,000 0,000 0,000 1,180 1,000
10 Okt 1,000 0,000 0,000 1,070 1,000
11 Nop 1,000 0,000 0,000 0,870 1,000
12 Des 1,000 0,160 0,000 0,550 1,000
Perhitungan nilai CAFEC yang merupakan dugaan dari parameter- parameter
evapotranspirasi, run off, recharge, presipitasi dan loss dimana secara
klimatologis sesuai dengan kondisi waktu dan daerah penelitian. Perhitungan
berdasarkan Persamaan 2.18, 2.19, 2.20, 2.21 dan 2.22. Contoh perhitungan nilai
CAFEC pada bulan Januari:
^
ET 1,000 x185,610 185,610 mm
^
R 0,020 x0,000 0,000 mm
commit to user
39
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
^
RO 0,000 x500,000 0,000 mm
^
L 0,560 x185,610 103,040mm
^
P 185,610 0,000 0,000 103,040 82,570mm
Perhitungan nilai CAFEC untuk tahun 2002 dapat dilihat pada Tabel 4.13.
No Tahun Bulan ET R RO L P
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
1 2002 Januari 185,610 0,000 0,000 103,040 82,570
2 Februari 163,190 0,000 0,000 36,950 126,240
3 Maret 189,620 0,000 0,000 97,350 92,270
4 April 192,100 0,000 0,000 123,530 68,580
5 Mei 187,990 0,000 0,000 135,720 52,270
6 Juni 163,760 0,000 0,000 147,480 16,280
7 Juli 156,740 0,000 0,000 155,210 1,520
8 Agustus 162,040 0,000 0,000 158,280 3,760
9 September 182,620 0,000 0,000 172,560 10,060
10 Oktober 212,120 0,000 0,000 181,290 30,830
11 Nopember 207,390 0,000 0,000 144,570 62,820
12 Desember 188,630 15,540 0,000 82,780 121,390
Hasil perhitungan nilai CAFEC secara lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran
B- 20 sampai dengan Lampiran B- 24.
D 51,240
40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
(51,240 x1,770)
K x1,770 0,273
588,830
Z 22,580
7,530
3 3
Z
0,103 0,103 x0,000 0,000
3 i 1
commit to user
41
Tabel 4.14. Analisis Indeks Kekeringan
1 2002 Januari 0,000 -82,570 51,240 1,770 0,273 -82,570 -22,580 -7,530 0,000 -7,530 -7,530
2 Februari 116,210 -10,030 29,580 1,390 0,098 -10,030 -0,980 -0,330 0,780 0,450 -7,080
3 16,350 -75,920 47,320 1,730 0,239 -75,920 -18,180 -6,060 0,030 -6,030 -6,350
perpustakaan.uns.ac.id
Maret
4 April 73,160 4,580 30,790 1,470 0,112 4,580 0,510 0,170 0,620 0,800 -5,270
5 Mei 20,250 -32,010 32,330 1,510 0,125 -32,010 -4,000 -1,330 -0,020 -1,350 -1,180
6 Juni 0,000 -16,280 16,680 1,110 0,035 -16,280 -0,570 -0,190 0,140 -0,050 -1,390
7 Juli 0,000 -1,520 2,130 -0,210 0,002 -1,520 0,000 0,000 0,020 0,020 -0,170
8 Agustus 0,000 -3,760 6,060 0,470 0,002 -3,760 -0,010 0,000 0,000 0,000 0,000
9 September 0,000 -10,060 13,950 1,000 0,024 -10,060 -0,240 -0,080 0,000 -0,080 -0,080
10 Oktober 20,710 -10,120 26,170 1,390 0,086 -10,120 -0,870 -0,290 0,010 -0,280 -0,360
11 Nopember 52,850 -9,970 34,460 1,550 0,140 -9,970 -1,400 -0,470 0,030 -0,440 -0,730
12 Desember 132,380 10,990 77,010 2,030 0,540 10,990 5,940 1,980 0,050 2,030 1,560
commit to user
digilib.uns.ac.id
42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Berdasarkan perhitungan di atas pada bulan dengan nilai bertanda negatif berarti
mengalami kekeringan, sedangkan pada bulan dengan nilai bertanda positif
mengalami surplus air.
Perhitungan indeks kekeringan lebih lengkap selama kurun waktu 10 tahun (2002-
2011) dapat dilihat pada Lampiran B- 25 sampai dengan Lampiran B- 34.
commit to user
43
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Untuk mengetahui ketersediaan air pada setiap tahun menggunakan data debit
normal (Q50) atau nilai tengah dari data debit tiap tahun. Contoh perhitungan debit
normal pada 2002:
1. Mengurutkan data ketersediaan air pada tahun 2002 dari terkecil 0,000
sampai dengan 55,730x 106 m3/ bulan.
Hasil perhitungan ketersediaan air tiap tahun secara lengkap dapat dilihat pada
Lampiran B- 35 sampai dengan Lampiran B- 39 sedangkan grafik ketersediaan air
tiap tahun selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C- 2 sampai dengan
Lampiran C- 6.
44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
1
P x100 7,692
12 1
commit to user
45
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Dari hasil perhitungan tersebut debit andalan rerata dapat dilihat pada Gambar
4.4.
commit to user
46
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Seperti terlihat pada Gambar 4.5, ketersediaan air kurang dari threshold Q50rerata
sebesar 16,966x 106 m3/ bulan terjadi pada Juni sampai dengan Oktober. Namun
berdasarkan threshold Q80rerata sebesar 3,176x 106 m3/ bulan, tidak adanya
ketersediaan air hanya pada Juni dan Agustus.
Potensi ketersediaan air dalam kurun waktu analisis 10 tahun (2002- 2011)
berdasarkan pada perbandingan data ketersediaan air dengan debit normal rerata
(Q50rerata) dan debit andalan rerata (Q80rerata) seperti dapat dilihat pada Gambar 4.6.
commit to user
47
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
Gambar 4.6. Potensi Ketersediaan Air Pada DAS Keduang Pada 2002- 2011
digilib.uns.ac.id
48
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Berdasarkan Gambar 4.5 dapat diketahui bahwa kekeringan terjadi pada tahun
2002 dan 2003 dimana ketersediaan air kurang dari threshold Q50rerata maupun
threshold Q80rerata yang terjadi selama lebih dari enam bulan.
Kriteria kering dalam penelitian ini berdasarkan pada analog kriteria kering
menurut data debit dengan kriteria kering Palmer (Tabel 2.5). Dalam kriteria
kering menurut data debit dibagi menjadi tiga kriteria seperti pada Bab 2.1.8.
Dari perhitungan debit normal rerata (Q50rerata), debit andalan rerata (Q80rerata) dan
perhitungan indeks Palmer dapat dilakukan analisis kriteria kering berdasarkan
analog data ketersediaan air yang tersedia di DAS Keduang dengan kriteria kering
Palmer.
Hasil analisis kriteria kering dapat dilihat pada Tabel 4.17.
commit to user
49
Tabel 4.17. Analog Kriteria Kering Berdasarkan Data Debit Dengan Kriteria Kering Palmer
Q x 106 m³/Bulan) Kriteria Kering
Indeks
No Tahun Bulan Berdasarkan Berdasarkan
Kekeringan (Qtersedia) Q80 Q50 Q80 (71%) Q80 (70%)
Debit Palmer
1 2002 Jan -7,530 0,000 3,176 16,966 2,250 2,220 ASK ASK
2 Feb -7,080 48,920 3,176 16,966 2,250 2,220 B ASK
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
Keterangan:
K = Kering, ASK = Amat Sangat Kering,
SK = Sangat Kering, B = Basah.
Dapat diketahui dari analog kriteria kering berdasarkan data debit dengan kriteria kering Palmer tidak terlalu berbeda jauh. Untuk hasil
analisis kriteria kering yang lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran B- 40 sampai dengan Lampiran B- 44.
digilib.uns.ac.id
50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
commit to user
51
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
5.2 Saran
commit to user
52