id
Disusun Oleh :
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagian
persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Sains Fisika
i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi dengan judul : Desain Sensor Serat Optik Untuk Pengukuran Indeks
Bias Larutan Garam dan Larutan Gula
Dewan Penguji:
1. Dra. Riyatun, S.Si.,M.Si
......................................
NIP. 19680226 199402 2 001
2. Drs. Iwan Yahya, M.Si.
.......................................
NIP. 19670730 199302 1 001
3. Ahmad Marzuki, S.Si, Ph.D
....................................
NIP. 19680508 199702 1 001
4. Mohtar Yunianto, S.Si, M.Si
.....................................
NIP. 19800630 200501 1 001
Disahkan oleh
Ketua Jurusan Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sebelas Maret Surakarta
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa isi intelektual skripsi saya yang berjudul
“DESAIN SENSOR SERAT OPTIK UNTUK PENGUKURAN INDEKS BIAS
LARUTAN GARAM DAN LARUTAN GULA” adalah hasil kerja saya atas arahan
pembimbing dan sepengetahuan saya hingga saat ini, isi skripsi tidak berisi materi
yang telah dipublikasikan atau ditulis oleh orang lain atau materi yang telah diajukan
untuk mendapatkan gelar kesarjanaan di Universitas Sebelas Maret atau di Perguruan
Tinggi lainnya, jika ada maka telah dituliskan di daftar pustaka skripsi ini dan segala
bentuk bantuan dari semua pihak telah ditulis di bagian ucapan terimakasih. Isi skripsi
ini boleh dirujuk atau difotokopi secara bebas tanpa harus memberitahu penulis.
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ii
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................ iii
HALAMAN ABSTRAK ................................................................................ iv
HALAMAN ABSTRACT .............................................................................. v
MOTTO .......................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................. 3
1.3. Batasan Masalah ............................................................................... 3
1.4. Tujuan Penelitian .............................................................................. 3
1.5. Manfaat Penelitian ............................................................................ 4
BAB II DASAR TEORI ................................................................................. 5
2.1. Indeks bias (refractive index) ............................................................ 5
2.2. Pemantulan dan Pembiasan ............................................................... 6
2.3. Hukum Snellius.................................................................................. 7
2.4. Pemantulan Internal Sempurna (Total Internal Reflection) ............... 8
2.5. Serat Optik ( Fiber Optik ) ................................................................. 10
2.6. Numerical aperture (NA) .................................................................. 11
2.7. Sensor Serat Optik ............................................................................ 13
2.8. Konsentrasi Larutan .......................................................................... 16
2.7. Hubungan Intensitas dan Tegangan .................................................. 18
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Indeks Bias pada Beberapa Zat pada λ = 589 nm 6
Tabel 4.1. Posisi puncak dari larutan garam dengan variasi konsentrasi 35
Tabel 4.2. Posisi puncak dari larutan gula dengan variasi konsentrasi 35
Tabel 4.3. Pemodelan intensitas cahaya yang diterima serat optik receiver 36
Tabel 4.4. Kemiringan kurva hubungan antara jarak pergeseran dan 39
tegangan pada larutan garam
Tabel 4.5. Kemiringan kurva hubungan antara jarak pergeseran dan 40
tegangan pada larutan gula
Tabel 4.6. Indeks bias larutan garam diambil pada λ= 630 nm 45
Tabel 4.7. Indeks bias larutan gula diambil pada λ= 630 nm 47
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Perambatan cahaya pada hukum Snellius 8
Gambar 2.2. Pemantulan internal sempurna 9
Gambar 2.3. Serat Optik 10
Gambar 2.4. Lintasan cahaya dalam serat optik 11
Gambar 2.5. Sudut penerimaan pada fiber optic 12
Gambar 2.6. Komponen dasar dari system sensor serat optik 14
Gambar 2.7. Jenis sensor serat optik ekstrinsik dan intrinsik 14
Gambar 2.8. Sensor serat optik tipe intrinsik yang berdasarkan modulasi 16
Gambar 3.1. Alat Penelitian 21
Gambar 3.2. Bahan Penelitian 22
Gambar 3.3. Prosedur Penelitian 22
Gambar 3.4. Perancangan alat penelitian 24
Gambar 4.1. Set alat pengukuran indeks bias 29
Gambar 4.2. Ilustrasi cahaya yang dipantulkan cermin dan diterima 30
oleh serat optik receiver
Gambar 4.3. Grafik hubungan antara pergeseran jarak dengan tegangan 32
puncak-puncak pada larutan garam
Gambar 4.4. Grafik hubungan antara pergeseran jarak dengan tegangan 33
puncak-puncak pada larutan gula
Gambar 4.5. Hubungan jarak pergeseran dengan konsentrasi larutan 34
yang berbeda
Gambar 4.6. Pemodelan pengaruh pergeseran jarak terhadap intensitas 36
Gambar 4.7. Hasil pemodelan pengaruh pergeseran terhadap intensitas 37
Gambar 4.8. Contoh kemiringan kurva pada larutan garam 1 molar 38
Gambar 4.9. Contoh kemiringan kurva pada larutan garam 1 molar 38
Gambar 4.10. Kemampuan Serat Optik Menangkap Intensitas 42
Gambar 4.11. Bentuk transmisi sinar pada serat optik 43
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Gambar 4.12. Cahaya yang tidak dapat masuk ke dalam inti serat optik 44
karena kesalahan pemotongan
Gambar 4.13. Hubungan indeks bias dengan posisi puncak larutan garam 45
Gambar 4.14. Hubungan indeks bias dengan posisi puncak larutan gula 46
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Grafik kemiringan hubungan pergeseran jarak dan tegangan 51
pada larutan garam,dengan variasi konsentrasi larutan
Lampiran 2. Grafik kemiringan hubungan pergeseran jarak dan tegangan 52
pada larutan gula dengan variasi konsentrasi larutan
Lampiran 3. Data Pergeseran Sensor Fiber Optik Pada Larutan Garam 55
Lampiran 4. Data Pergeseran Sensor Fiber Optik Pada Larutan Gula 70
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
1
perpustakaan.uns.ac.id 2
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
DASAR TEORI
2.1
dimana :
n = indeks bias
c = laju cahaya dalam ruang hampa ( 3 x 10 8 m/s)
v = laju cahaya dalam zat
commit to user
5
perpustakaan.uns.ac.id 6
digilib.uns.ac.id
Tabel 2.1. Indeks Bias pada Beberapa Zat pada λ = 589 nm (Tipler. 2001)
Medium n/c
Udara hampa 1,0000
Udara (pada STP) 1,0003
Air 1,333
Es 1,31
Alkohol etil 1,36
Gliserol 1,48
Benzena 1,50
Kaca
Kuarsa lebur 1,46
Kaca korona 1,52
kaca flinta 1,58
Lucite atau plexiglass 1,51
natrium klorida 1,53
Berlian 2,42
apabila sinar datang dari medium optis kurang rapat ke medium optis lebih rapat,
maka sinar tersebut akan dibiaskan cenderung mendekati garis normal, jadi sudut
datang akan lebih besar dari sudut bias dan sebaliknya apabila sinar datang dari
medium optis lebih rapat ke medium optis kurang rapat, maka sinar akan
dibiaskan cenderung menjauhi garis normal, sehingga sudut datang akan lebih
kecil dari sudut bias. Dalam hal sinar datang dari medium optis lebih rapat ke
medium optis kurang rapat, apabila sudut datangnya semakin besar maka pada
suatu saat sudut biasnya akan sama dengan 90°, dan mulai saat itu tidak ada lagi
sinar yang dibiaskan. Keadaan pemantulan semua sinar datang ini disebut dengan
pemantulan sempurna dan sudut datang yang menghasilkan sudut bias sebesar
90°disebut sudut kritis. (Tipler. 2001)
yang dilalui sinar bias. Hukum Snellius dapat digunakan untuk menghitung sudut
datang atau sudut bias, dan dalam eksperimen untuk menghitung indeks bias suatu
bahan.
Pada tahun 1678, Christian Huygens menjelaskan hukum Snellius dari
penurunan prinsip Huygens tentang sifat cahaya sebagai gelombang. Hukum
Snellius dikatakan, berlaku hanya pada medium isotropik atau "teratur" pada
kondisi cahaya monokromatik yang hanya mempunyai frekuensi tunggal,
sehingga bersifat reversibel. Hukum Snellius dijabarkan kembali dalam rasio
(Gambar 2.1) :
sin i v1 2
(2.5)
sin r v 2 1
Garis Normal
λ1
Sinar Pantul
n1
n2
λ2
θr
Sinar Bias
n1 > n2
cahaya bias
bidang batas
n1
n2
J K L
cahaya
cahaya pemantulan
datang sempurna
Cahaya datang yang berasal dari (medium optik lebih rapat) menuju ke
udara (medium optik kurang rapat) dibiaskan menjauhi garis normal (berkas
cahaya J). Pada sudut datang tertentu, maka sudut biasnya akan 900 dan dalam hal
ini berkas bias akan berimpit dengan bidang batas (berkas K). Sudut datang ini
dinamakan sudut kritis (sudut batas). Apabila sudut datang melebihi sudut kritis,
maka cahaya tidak lagi dibiaskan, tetapi seluruhnya dipantulkan (berkas L).
Peristiwa inilah yang dinamakan pemantulan internal sempurna.
Beberapa peristiwa pemantulan sempurna dapat kita jumpai dalam
kehidupan sehari-hari, diantaranya :
a) Terjadinya fatamorgana
b) Intan dan berlian tampak berkilauan
c) Teropong prisma
d) Periskop prisma
e) Serat optik, digunakan pada alat telekomunikasi atau bidang kedokteran.
Serat ini digunakan untuk mentransmisikan percakapan telefon, sinyal
video, dan data komputer.
digunakan untuk mentransmisikan sinyal cahaya dari suatu tempat ke tempat lain.
Cahaya yang ada di dalam serat optik sulit keluar karena indeks bias dari kaca
lebih besar daripada indeks bias dari udara (Keiser, 2000).
Struktur serat optik biasanya terdiri dari 3 bagian, yaitu core (inti),
cladding (kulit), dan coating (mantel) atau buffer (pelindung). Adapun gambar
serat optik dapat dilihat pada Gambar 2.3.
NA n sin (2.6)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id
Pertama cahaya masuk dari medium dengan indeks bias n0 dan sudut
kemiringan θi. Karena indeks bias antara medium datangnya cahaya (n0) berbeda
dengan indeks bias core (n1) maka terjadilah pembiasan sinar dengan sudut bias
sebesar θr. Kejadian tersebut memenuhi persamaan (2.7).
NA n1 2 (2.10)
dengan,
n1 n2
(2.11)
n1
Umumnya NA pada single-mode fiber adalah 0,1 dan untuk multy-mode
fiber berkisar antara 0,2 sampai 0,3. Sejak numerical aperture berhubungan
dengan sudut maksimal yang dapat diterima, persamaan itu dapat digunakan
untuk menjelaskan sinar yang diterima serat optik dan untuk menghitung efisiensi
sumber sinar menuju serat optik (Keiser, 2000).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id
Gambar 2.6. Komponen dasar dari sistem sensor serat optik (Fidanboylu, 2009).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id
Gambar 2.7. Jenis sensor serat optik ekstrinsik dan intrinsik (Fidanboylu, 2009)
commit
Gambar to 2.8.
user
Sensor serat optik tipe intrinsik yang berdasarkan modulasi (Gholamzadeh,2008 )
perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id
( 2.12 )
Dimana I = hasil modulasi dari serat optik, I0 = intensitas relatif hasil modulasi
dari detector, dan P = gangguan-gangguan yang terjadi.
Sensor Serat optik berdasarkan Intensitas juga dapat dihubungkan dengan
beberapa sinyal yang hilang. Alat ini dibuat dengan menggunakan perlengkapan
untuk mengubah sesuatu besaran menjadi suatu besaran yang diukur bahwa fiber
mengalami bending dan menyebabkan attenuasi sinyal. Cara lain untuk
melakukan attenuasi pada sinyal yaitu dengan melakukan proses absorpsi atau
scattering. Dengan mengamati perubahan intensitas, perubahan intensitas dapat
terjadi akibat mikrobending serat optik. Pendeteksian mikro bending dapat
menggunakan OTDR (Optical Time Domain Reflectometer) sehingga dapat
diketahui posisi terjadinya bending pada serat optik.
b. Sensor serat optik berdasarkan modulasi panjang gelombang
Sensor modulasi panjang gelombang menggunakan perubahan panjang
gelombang atau cahaya untuk dideteksi. Contoh dari sensor modulasi panjang
gelombang yaitu; Sensor Fluorescens, sensor benda hitam, dan brag gratting.
c. Sensor Serat optik berdasarkan modulasi phase
Sensor ini menggunakan phasa yang berubah untuk mendeteksi cahaya.
Perubahan phasa dideteksi secara interferometer dan methode yang digunakan
untuk pendeteksian secara interferometer ini yaitu; Mach-Zehnder, Michelson,
Fabry- Perot, Sagnac, polarimetric, and grating interferometers (Widyana,
2010).
2.8. Molaritas
Konsentrasi suatu larutan akan berpengaruh secara proporsional terhadap
sudut refraksi. Dengan arti bahwa jika larutan yang dicari indeks biasnya sama,
tetapi konsentrasinya berbeda, maka akan diperoleh hubungan bahwa semakin
besar konsentrasi, maka semakin commit to user
besar pula indeks biasnya. Indeks bias suatu zat
perpustakaan.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id
cair pada suatu panjang gelombang tertentu sangat dipengaruhi oleh apa yang
terkandung dalam zat tersebut. (Abdul, 2010)
Molaritas adalah satuan konsentrasi larutan untuk menyatakan jumlah mol
zat terlarut per liter larutan, dilambangkan dengan M (Y.Sunarya,2000). Secara
matematis dapat diungkapkan dengan persamaan :
Dimana m = massa suatu zat, Mr = massa relatif suatu zat dan V = volume.
Molar refractivity, A adalah ukuran dari total polarisabilitas dari satu mol
suatu zat, A tergantung pada temperatur, indeks bias , dan tekanan.
Molar refractivity didefinisikan sebagai
(2.14)
(2.15)
dimana N adalah jumlah molekul per satuan volume dan n adalah indeks bias,
rasio N A / N adalah volume molar V m.. Persamaan Lorentz-Lorenz, juga dikenal
sebagai hubungan Clausius-Mossotti dan rumus Maxwell, menghubungkan
indeks bias sebuah zat dengan molar refractivity. Untuk hukum gas ideal untuk 1
mol memberikan
(2.16)
(2.17)
(2.18)
-1
Dalam SI, R memiliki satuan J mol K -1, T memiliki satuan K, n tidak memiliki
satuan, dan p memiliki satuan Pa, sehingga satuan dari A adalah m 3 mol -1.
Rumus kerapatan atau densitas larutan sebagai berikut :
(2.19)
Dimana V = volume larutan pada suhu T memiliki rumus Vo(1+ γ ΔT) dimasukkan
pada persamaan (2.20) maka akan terlihat pengaruh hubungan suhu pada A, n dan
V. Dalam hal kerapatan , ρ = berat jenis , m = massa dan dapat ditunjukkan
bahwa:
(2.20)
, sehingga didapatkan
(2.21)
(2.22)
Dimana intensitas cahaya juga dapat didefinisikan sebagai energi persatuan waktu
persatuan luas atau daya persatuan luas. Daya dihubungkan dengan daya listrik
yaitu : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id
P=V×i (2.23)
Dimana i merupakan kuat arus dan terdapat hubungan yaitu :
(2.24)
Dari persamaan (2.24) maka dapat diketahui bahwa intensitas ≈ tegangan yang
ditimbulkan oleh photodiode. Photodiode merupakan alat yang digunakan untuk
mengubah energi foton menjadi energi listrik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
20
perpustakaan.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id
4) Garam
5) Pegas
6) Lak ban atau double tape
7) Acrylic
8) Lem Alteko
9) Tissue
Beberapa alat-alat yang digunakan untuk penelitian ini ditunjukkan pada
Gambar 3.1 :
(a) (b)
(c) (d)
(e) (f)
Gambar 3.1.
(a) Oscilloscope, (b) Detektor, (c) Sumber cahaya, (d) Seperangkat alat
commit to user
penyangga sensor serat optik, (e) neraca, dan (f) refraktometer abbe.
perpustakaan.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id
Pembuatan larutan
Pengambilan data
Analisa
Kesimpulan
commit to user
Gambar 3.3. Prosedur Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id
di meja yang digunakan untuk menempatkan alat-alat optik supaya aman dari
gerakan-gerakan agar tidak terjadi perubahan posisi alat-alat optik tersebut saat
dilakukan penelitian. Di laboratorium Optik telah tersedia meja besar yang dapat
meredam getaran-getaran yang akan digunakan untuk mengambil data.
Susunan peralatan pada penelitian dapat dilihat pada gambar 3.4. Larutan
garam atau gula dengan konsentrasi tertentu dimasukkan ke dalam gelas beker.
Kemudian dua serat optik dimasukkan kedalam gelas beker yang berisi larutan
dan didalamnya sudah terdapat cermin, cermin berfungsi untuk memantulkan
cahaya dari transmitter ke receiver. Dua serat optik tersebut berfungsi sebagai
transmitter (pemancar) dan sebagai receiver (penerima). Sumber cahaya yang
digunakan adalah LED, dimana LED tersebut ditempatkan pada suatu kotak yang
dibagian tepinya terdapat dua lubang, yaitu yang satu untuk cahaya serat optik
transmitter dan yang lain untuk cahaya serat optik referensi. Detektor berfungsi
untuk mengetahui intensitas cahaya. Pada penelitian digunakan dua detektor, yaitu
berfungsi mengetahui intensitas cahaya yang keluar dari serat optik referensi dan
intensitas cahaya yang dikeluarkan oleh serat optik receiver.
Sumber tegangan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 25
digilib.uns.ac.id
Data penelitian dapat diolah melalui metode grafik yaitu grafik pertama
berupa hubungan antara pergeseran jarak dan tegangan (V ) dengan variasi
konsentrasi tertentu, grafik kedua berhubungan dengan kemiringan kurva pada
grafik pertama, serta grafik ketiga hubungan antara indeks bias dengan posisi
puncak.
Dari grafik yang dihasilkan dapat diketahui bahwa grafik hubungan antara
pergeseran jarak dan tegangan puncak-puncak mempunyai tren eksponensial. Hal
ini berarti pergeseran pada serat optik akan mempengaruhi tegangan yang
dihasilkan, kedua hal ini saling berhubungan. Penurunan tegangan puncak-puncak
(Vp-p) merupakan penurunan intensitas cahaya yang diterima oleh detektor,
penurunan intensitas cahaya karena pergeseran disebabkan hasil cahaya yang
dipantulkan oleh cermin pada jarak tertentu ada yang dapat ditangkap secara
maksimal dan ada yang tidak dapat ditangkap secara maksimal oleh serat optik
receiver. Cahaya yang berasal dari transmitter jatuh pada cermin berbentuk
kerucut, lalu cahaya dipantulkan kembali dalam bentuk kerucut cahaya yang lebih
luas. Diameter kerucut tergantung pada indeks bias (n) dari medium (cair) dan
pergeseran jarak antara serat optik dengan cermin.Penelitian ini akan dipengaruhi
pula oleh beberapa faktor, yaitu : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 27
digilib.uns.ac.id
Setelah semua data yang diperlukan selesai diambil dari penggunaan alat
sensor serat optik, hal selanjutnya adalah mengambil data menggunakan
refraktometer untuk mengetahui indek bias larutan dengan konsentrasi yang telah
ditentukan.
3.8. Simpulan
Hasil analisa data secara lengkap disimpulkan untuk mengetahui hasil
akhir penelitian. Kesimpulan mengacu pada tujuan penelitian.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Perancangan Sensor Fiber optik Sebagai Alat Ukur Indek Bias
Penelitian ini bertujuan untuk mendesain sensor serat optik yang
ditunjukkan untuk mengukur indeks bias suatu larutan garam dan larutan gula.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah satu set alat pengukuran indeks
bias suatu larutan menggunakan sensor serat optik yang telah dirangkai seperti
pada Gambar (4.1). Serat optik yang digunakan adalah serat optik jenis multimode
yang berdiameter 2,54 mm karena serat optik jenis multimode mempunyai ukuran
core yang lebih besar dibandingkan dengan single mode sehingga sinar yang
merambat didalamnya akan terpantul berulang kali oleh dinding cladding.
Gambar 4.1.
Set alat pengukuran indeks bias suatu larutan menggunakan sensor serat optik.
29
perpustakaan.uns.ac.id 30
digilib.uns.ac.id
optik transmitter dan hasil pantulan dari cermin ditangkap oleh serat optik
receiver, intensitas cahaya yang ditangkap oleh serat optik receiver selanjutnya
masuk kedalam photodetector yang dalam penelitian ini diterjemahkan oleh
oscillosscope sebagai tegangan puncak-puncak (mV). Indeks bias suatu larutan
tergantung dari konsentrasi suatu larutan, semakin besar konsentrasi larutan maka
indeks biasnya juga semakin besar. Pada penelitian ini pada jarak tertentu akan
didapatkan tegangan puncak maksimum, dimana jarak yang terdapat nilai
tegangan puncak maksimum merupakan nilai indeks bias konsentrasi larutan.
Pengaruh jarak dengan hasil pantulan cahaya dari cermin berpengaruh
terhadap nilai intensitas yang ditangkap oleh serat optik, faktor yang
menyebabkan terjadinya perubahan kemampuan serat optik untuk menangkap
cahaya adalah nilai Numerical Aperture atau sudut penerimaan cahaya pada serat
optik. Selain itu, karena serat optik yang digunakan pada penelitian ini memiliki
diameter yang besar yaitu 2,54 mm sehingga memiliki nilai numerical aperture
yang besar, hal ini dapat diilustrasikan pada Gambar (4.2).
Gambar 4.2.
Ilustrasi cahaya yang dipantulkan cermin dan diterima oleh serat optik receiver.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 32
digilib.uns.ac.id
(e) 5 molar
Gambar 4.3.
Grafik hubungan antara pergeseran jarak dengan tegangan puncak-puncak pada
commit to user
larutan garam.
perpustakaan.uns.ac.id 33
digilib.uns.ac.id
(b) 2 molar
(a) 1 molar
(e) 5 molar
Gambar 4.4.
commit
Grafik hubungan antara pergeseran jaraktodengan
user tegangan puncak-puncak pada
larutan gula.
perpustakaan.uns.ac.id 34
digilib.uns.ac.id
( a ) Larutan garam
( b ) Larutan gula
Gambar 4.5. Hubungan jarak pergeseran dengan konsentrasi larutan yang berbeda
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 35
digilib.uns.ac.id
Tabel (4.1) adalah posisi puncak dari grafik pada Gambar (4.3) sedangkan
posisi puncak dari Gambar (4.4) diketahui oleh Tabel (4.2) :
Tabel 4.1. Posisi puncak dari larutan garam dengan variasi konsentrasi
d (mm)
Konsentrasi ( M ) puncak puncak puncak puncak Δd
1 2 3 rata-rata
1 5,8 5,8 5,8 5,8 0
2 6,2 6,2 6,4 6,3 ±0,12
3 6,4 6,4 6,6 6,5 ±0,12
4 6,6 6,6 6,6 6,6 0
5 6,6 6,8 6,8 6,7 ±0,12
Tabel 4.2. Posisi puncak dari larutan gula dengan variasi konsentrasi.
d (mm)
konsentrasi ( M ) puncak puncak puncak puncak Δd
1 2 3 rata-rata
1 6,6 6,6 6,6 6,6 0
2 7 7 7 7 0
3 7,4 7,4 7,4 7,4 0
4 7,6 7,6 7,6 7,6 0
5 7,8 7,8 7,8 7,8 0
Pada Tabel (4.1). dan Tabel (4.2) dapat dilihat setiap larutan mempunyai
puncak atau peak yang berbeda-beda, hal ini menunjukkan indeks bias suatu
larutan juga berbeda-beda. Semakin besar konsentrasi suatu larutan, jarak
puncaknya juga semakin besar, hal ini menunjukkan konsentrasi larutan juga akan
mempengaruhi posisi puncak dari setiap larutan. Pada pengambilan data
penelitian ini, setiap konsentrasi larutan dilakukan banyak pengulangan lalu
diambil 3 data dan dapat dilihat nilai puncak atau peak dari pengulangan kesatu
sampai dengan pengulangan ketiga, hasil yang didapat tidak terlalu jauh berbeda,
dari ketiga data puncak atau peak tersebut lalu dirata-rata sehingga didapatkan
commit to user
nilai satu puncak atau peak saja.
perpustakaan.uns.ac.id 36
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.3. Pemodelan intensitas cahaya yang diterima serat optik receiver
d (mm) Nout Nin Nin Nin Ntot
0 26 25 0 30 0 40 0 0
2 26 25 6 30 4 40 8 18
4 26 25 14 30 18 40 24 56
6 26 25 22 30 26 40 20 68
8 26 25 20 30 16 40 7 43
10 26 25 14 30 8 40 4 26
Dari Tabel (4.3) maka dapat dibuat grafik hubungan antara d dengan Ntot
commit to user
pada Gambar (4.7), dimana hasil grafik sesuai dengan grafik hasil penelitian
perpustakaan.uns.ac.id 37
digilib.uns.ac.id
ketika grafik mengalami kenaikan, grafik pada kondisi maksimum dan grafik
ketika mengalami penurunan.
slope kiri tingkat sensitivitasnya lebih besar dari kemiringan kurva pada slope
kanan. Dari nilai pada Tabel (4.5). kemiringan kurva pada slope kiri dikatakan
lebih sensitive daripada kemiringan kurva pada slope kanan. Hasil tren grafik dari
larutan gula tidak jauh berbeda dari larutan garam. Nilai sensitivitas ditunjukkan
untuk menghasilkan daerah kerja desain sensor serat optik pada alat ukur indeks.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 39
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.4. Kemiringan kurva hubungan antara jarak pergeseran dan tegangan pada
larutan garam.
1. Slope kiri
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 40
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.5. Kemiringan kurva hubungan antara jarak pergeseran dan tegangan pada
larutan gula.
1. Slope kiri
Pada larutan gula, saat konsentrasi 1 molar didapatkan nilai rata-rata pada
slope kiri sebesar 0,0063 ± 0,0006 dan pada slope kanan sebesar -0,0033 ±
0,0081, konsentrasi 2 molar nilai pada slope kiri 0,0047 ± 0,0006 dan pada slope
kanan -0,0077 ± 0,0189 , konsentrasi 3 molar nilai pada slope kiri 0,0107 ±
0,0015 dan pada slope kanan -0,0187 ± 0,0457, konsentrasi 4 molar nilai pada
slope kiri 0,0143 ± 0,0012 dan pada slope kanan -0,0260 ± 0,0006 ,serta
konsentrasi 5 molar nilai pada slope kiri 0,0320 ± 0,0036 dan pada slope kanan -
0,0313 ± 0,0021 .
larutan yang berbeda mempunyai posisi puncak yang berbeda pula. Pada larutan
garam (Gambar 4.3) dan larutan gula (Gambar 4.4) memberikan informasi dimana
nilai intensitas cahaya bertambah apabila jarak titik ukur dari sumbernya
membesar.
Pada Gambar (4.3) bahwa saat konsentrasi 1 molar pada jarak pengukuran
0-5,8 grafik mengalami tren kenaikan dan saat jarak pengukuran 5,8-10
mengalami perubahan tren penurunan grafik, konsentrasi 2 molar pada jarak
pengukuran 0-6,2 grafik mengalami tren kenaikan dan saat jarak pengukuran
6,2-10 mengalami perubahan tren penurunan grafik, konsentrasi 3 molar pada
jarak pengukuran 0-6,4 grafik mengalami tren kenaikan dan saat jarak
pengukuran 6,4-10 mengalami perubahan tren penurunan grafik, konsentrasi
4 molar pada jarak pengukuran 0-6,6 grafik mengalami tren kenaikan dan saat
jarak pengukuran 6,6-10 mengalami perubahan tren penurunan grafik, serta
konsentrasi 5 molar pada jarak pengukuran 0-6,8 grafik mengalami tren
kenaikan dan saat jarak pengukuran 6,8-10 mengalami perubahan tren
penurunan grafik.
Pada Gambar (4.4) bahwa saat konsentrasi 1 molar pada jarak pengukuran
0-6,6 grafik mengalami tren kenaikan dan saat jarak pengukuran 6,6-10
mengalami perubahan tren penurunan grafik, konsentrasi 2 molar pada jarak
pengukuran 0-7 grafik mengalami tren kenaikan dan saat jarak pengukuran
7-10 mengalami perubahan tren penurunan grafik, konsentrasi 3 molar pada
jarak pengukuran 0-7,4 grafik mengalami tren kenaikan dan saat jarak
pengukuran 7,4-10 mengalami perubahan tren penurunan grafik, konsentrasi
4 molar pada jarak pengukuran 0-7,6 grafik mengalami tren kenaikan dan saat
jarak pengukuran 7,6-10 mengalami perubahan tren penurunan grafik, serta
konsentrasi 5 molar pada jarak pengukuran 0-7,8 grafik mengalami tren
kenaikan dan saat jarak pengukuran 7,8-10 mengalami perubahan tren
penurunan grafik.
Kenaikan tegangan puncak-puncak pada jarak tersebut dikarenakan hasil
pantulan cahaya oleh cermin masih dapat ditangkap secara maksimal oleh serat
commit to user
optik receiver. Pada saat grafik mengalami perubahan tren penurunan grafik untuk
perpustakaan.uns.ac.id 42
digilib.uns.ac.id
nilai tegangan yang ditangkap oleh serat optik receiver, pada jarak tersebut serat
optik receiver tidak mampu menangkap secara maksimal hasil cahaya pantul dari
cermin, hal tersebut dapat dijelaskan pada Gambar (4.10).
Dari Gambar (4.10) dapat digunakan untuk menjelaskan tren grafik pada
penelitian ini, dimana ketika pengambilan data pada jarak seperti Gambar (4.10.a)
tren grafik mengalami kenaikan sampai pada jarak maksimum Gambar (4.10.b)
setelah itu akan mengalami tren penurunan grafik ketika pada jarak seperti
Gambar (4.10.c).
4.2. Analisa
4.2.1. Pengaruh Pergeseran Terhadap Tegangan
Perubahan nilai tegangan yang terjadi pada variasi pergeseran ini
diakibatkan pada serat optik hanya dapat menangkap cahaya pada sudut-sudut
tertentu ( i) yang dapat diterima dan ditransmisikan langsung oleh serat optik
receiver. Pada Gambar (4.11). menjelaskan bahwa ada tiga jenis cahaya yang
masuk ke dalam serat optik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 43
digilib.uns.ac.id
Garis biru memberikan ilustrasi cahaya yang masuk ke cladding (1), garis
hijau memberikan ilustrasi cahaya yang masuk dengan sudut kritis (2) dan garis
merah merupakan cahaya yang mengalir kedalam core (3). Sudut yang menuju
kearah permukaan serat optik (nudara=1) tidak semua akan diteruskan, cahaya tidak
dapat diterima apabila melebihi wilayah θmax karena cahaya yang masuk hasil
pantulan memiliki sudut datang lebih besar dari θmax sehingga cahaya tersebut
masuk namun tidak dapat berlanjut dan keluar serta ada yang sebagian sama
sekali tidak masuk kedalam serat optik receiver. Pada penjelasan Gambar 4.2
memberikan informasi kondisi penerimaan cahaya serat optik receiver, pada
pergeseran yang menghasilkan sudut pantul tertentu cahaya dapat maksimal.
Cahaya yang diterima serat optik receiver dirubah menjadi nilai tegangan dimana
proses perubahan tersebut terjadi karena LED dengan energi foton
menumbuk semikonduktor yang ada dalam photodetector dan terjadilah peristiwa
perubahan energi cahaya menjadi energi listrik, sehingga cahaya terbaca dalam
bentuk tegangan puncak-puncak (mV).
Selain faktor karakteristik perambatan cahaya, pemotongan ujung serat
optik juga mempengaruhi keterimaan sinar ke dalam serat optik, akibat
permukaan pemotongan tidak rata, mengakibatkan cahaya tidak masuk kedalam
serat optik (Gambar 4.12).
Berkas sinar A dapat masuk ke dalam inti serat optik karena sudut datang
θ1 lebih kecil dari sudut kritis. Sedangkan berkas sinar B tidak bisa masuk ke
dalam serat optik dan dipantulkan oleh permukaan serat karena sudut datang θ2
commit to user
lebih besar dari sudut kritis.
perpustakaan.uns.ac.id 44
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.12. Cahaya yang tidak dapat masuk ke dalam inti serat optik karena
kesalahan pemotongan.
diketahui bahwa indeks bias dipengaruhi juga oleh suhu. Pada penelitian ini ketika
pengambilan data, suhu larutan berada pada 27oC, 28 oC dan 29 oC
yang digunakan 630 nm. Indeks bias juga dipengaruhi oleh panjang gelombang
yang berasal dari prinsip Huygens dan berdasar dari sifat dispersi cahaya karena
masih dalam spectrum warna yang sama maka tidak terlalu mempengaruhi nilai
indeks bias yang diambil. Indeks bias dapat diketahui dengan membandingkan
pengukuran indeks bias pada refraktometer abbe. Gambar (4.13) merupakan hasil
indeks bias pada larutan garam dan Gambar (4.14) hasil indeks bias pada larutan
gula.
Gambar 4.13.
Hubungan indeks bias dengan posisi puncak pada larutan garam.
Pada Gambar (4.13) dan (4.14) agar grafik mempunyai linearitas yang
cukup tinggi, pada penelitian ini menambahkan dua variasi konsentrasi larutan
yaitu 1,5 molar dan 2,5 molar.
Pada Gambar (4.13). terlihat grafik mempunyai kemiringan yaitu 0.028
dan mempunyai linearitas 86,8% dan dari Tabel (4.6) dapat diketahui nilai indeks
bias pada larutan garam dengan variasi konsentrasi. Pada Gambar (4.14). terlihat
grafik mempunyai kemiringan sebesar 0.047 dan mempunyai linearitas 98,7% dan
dari Tabel (4.7) dapat diketahui nilai indeks bias pada larutan gula dengan variasi
konsentrasi. Seperti telah diketahui linieritas merupakan ukuran lemah kuatnya
hubungan antara tegangan puncak-puncak dengan pergeseran jarak. Apabila
linieritas mendekati 100% maka semakin kuat hubungannya, sebaliknya jika
linieritas mendekati 0% maka semakin kecil hubungannya. Dari Gambar (4.13)
dan Gambar (4.14) terlihat bahwa nilai linieritas atau R dari masing-masing grafik
dengan konsentrasi larutan yang berbeda lebih dari 85%, hal ini menunjukkan
tingkat linieritas yang baik.
Berikut merupakan hasil indeks bias pada larutan gula dapat dilihat pada
Gambar 4.14.
Gambar 4.14.
Hubungan indeks bias dengan posisi puncak pada larutan gula.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 47
digilib.uns.ac.id
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5. 1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian desain sensor serat optik untuk pengukuran
indeks bias larutan garam dan larutan gula dapat disimpulkan :
1. Pada sensor serat optik, indeks bias larutan garam dan larutan gula dapat
diketahui dari jarak pergeseran yang mempunyai tegangan maksimum
atau jarak posisi puncak tiap-tiap larutan.
2. Nilai dari indeks bias berbanding lurus dengan konsentrasi larutan,
dimana pada penelitian ini semakin besar konsentrasi suatu larutan, jarak
posisi puncaknya juga semakin besar.
3. Variasi jarak pergeseran menimbulkan perubahan nilai tegangan puncak-
puncak, hal ini disebabkan karena terjadinya perubahan kemampuan serat
optik untuk menangkap intensitas cahaya yang dipengaruhi oleh
Numerical Aperture.
5. 2. Saran
Beberapa saran untuk penelitian selanjutnya:
1. Pada penelitian selanjutnya sebaiknya sebelum melakukan penelitian,
mengkalibrasi detektor yang akan digunakan dan pada saat pengambilan
data dilakukan pada suhu larutan yang sama.
2. Mengembangkan alat sensor serat optik tanpa menggunakan variasi
pergeseran.
commit to user
48
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Banerjee, Argha., Mukherjee.S, Kumar.R and et all. 2007. Fiber optic sensing of
liquid refractive index. Indian Institute of Technology Kanpur. India. Sensors and
Actuators B 123 (2007) 594–605
Born, Max , and Wolf, Emil. 1999. Principles of Optics: Electromagnetic Theory
of Propagation, Interference and Diffraction of Light (7th ed.), section 2.3.3.
Cambridge University Press :ISBN 0-521-64222-1
Nanang A. 2011 . Fabrikasi Dan Karakterisasi Serat Optik Dengan Metode Pre-
Casting. Universitas Sebelas Maret.
Tipler, Paul A. 2001. Fisika Untuk Sains dan Teknik. Jakarta : Erlangga.
49
perpustakaan.uns.ac.id 50
digilib.uns.ac.id
Sutiah, 2008. Studi Kualitas Minyak Goreng dengan Parameter Viskositas dan
Indeks Bias (skripsi). Semarang: FMIPA. Universitas Diponegoro.
Yunus, W. M.M., Y.W. Fen dan L.M. Yee. 2009. Refractive Index and Fourier
Transform Infrared Spectra of Virgin Coconut Oil and Virgin Olive Oil. American
Journal of Applied Sciences. Vol 6. No. 2. Hal. 328-331.
commit to user