Anda di halaman 1dari 78

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP


GANGGUAN FUNGSI PENDENGARAN PADA TENAGA
KERJA BAGIAN WEAVING DI PT. ISKANDAR INDAH
PRINTING TEXTILE SURAKARTA

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan


Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

Marselina Deo
R.0208028

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
Surakarta
2012
i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan

sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam

naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, Juli 2012

Marselina Deo
NIM R0208028

commit to user

iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRAK

Pengaruh Intensitas Kebisingan terhadap Gangguan Fungsi Pendengaran


pada Tenaga Kerja Bagian Weaving di PT. Iskandar Indah Printing Textile
Surakarta

Marselina Deo1, Sumardiyono2, Arsita Eka Prasetyawati3

Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengkaji Pengaruh


Intensitas Kebisingan terhadap Gangguan Fungsi Pendengaran pada Tenaga Kerja
Bagian Weaving di PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta

Metode : Penelitian ini menggunakan metode Analitik Observasional dengan


pendekatan Cross Sectional. Sampel penelitian 30 tenaga kerja bagian weaving
dan 30 tenaga kerja bagian administrasi. Teknik sampling menggunakan
Purposive Random Sampling. Teknik pengolahan dan analisis data dilakukan
dengan uji statistik Chi Square.

Hasil : Hasil uji statistik Pengaruh Intensitas Kebisingan terhadap gangguan


fungsi pendengaran pada tenaga kerja bagian weaving di PT. Iskandar Indah
Printing Textile Surakarta menunjukkan hasil signifikan (p < 0,05).

Kesimpulan : Dari hasil uji tersebut dapat disimpulkan adanya pengaruh


intensitas kebisingan terhadap gangguan fungsi pendengaran pada tenaga kerja
bagian weaving di PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta.

Kata Kunci : Intensitas Kebisingan, Gangguan Fungsi Pendengaran.


1
Program Studi Diploma IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Universitas
Sebelas Maret Surakarta
2
Magister Ilmu Kesehatan Kerja, Universitas Gajah Mada
3
Magister Kedokteran Keluarga, Universitas Sebelas Maret Surakarta

commit to user

iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRACT

THE EFFECT OF NOISE INTENSITY ON AUDITORY FUNCTION


DISORDER IN WEAVING DIVISION’S WORKERS OF PT. ISKANDAR
INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA

Marselina Deo1, Sumardiyono2, Arsita Eka Prasetyawati3

Objective: This research aims to find out and to study the effect of noise intensity
on auditory function disorder in weaving division’s workers of PT. Iskandar Indah
Printing Textile Surakarta.

Method: This research employed an Observational Analytical method Cross


Sectional approach. The sample of research consisted of 30 workers weaving
division and 30 workers of administration division. Sampling techniques using
Purposive Random Sampling techniques. Technique of processing and analyzing
data used was Chi Square.

Result:. The result of statistic test on the effect of Noise Intensity on auditory
disorder function of weaving division’s workers in PT. Iskandar Indah Printing
Textile Surakarta showed significant (p < 0.05).

Conclusion: From the result of test, it could be concluded that there was an effect
of noise intensity on auditory disorder function of the weaving division’s workers
in PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta.

Keywords: Noise intensity, Auditory function disorder


1
Safety and Occupational Health Study Program of Medical Faculty, Sebelas
Maret University of Surakarta
2
Master of Occupational Health Sciences, Gajah Mada University
3
Master of Health Sciences, Surakarta Sebelas Maret University

commit to user

v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PRAKATA

Segala puji dan syukur bagi Tuhan YME atas rahmat, karunia serta segala
kemudahan yang dilimpahkan-Nya sehingga Penelitian ini dapat terselesaikan.
Penelitian ini tidak akan berhasil bila tidak ada campur tangan dari berbagai pihak
dengan memberikan ide, kritikan, dan saran. Oleh karena itu peneliti
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr. S.PD-KR-FINASIM selaku Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Ibu Ipop Sjarifah, Dra, M.Si. selaku Kepala Program Studi Diploma IV
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas
Maret Surakarta yang telah memberikan banyak dukungan.
3. Bapak Sumardiyono, SKM, M.Kes , selaku Dosen Pembimbing I serta Ibu
Arsita Eka Prasetyawati .,dr.M.Kes selaku Dosen Pembimbing II, dan Ibu
Yeremia Rante Ada’ S.Sos, M.Kes yang telah membimbing, dan
mengarahkan peneliti dengan kesabaran yang beliau curahkan, hingga pada
akhirnya Penelitian ini mampu peneliti selesaikan.
4. Seluruh Dosen, tenaga pengajar dan staf Program Studi Diploma IV
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas
Maret Surakarta yang telah memberikan ilmunya dan kerjasamanya
5. Bapak Agus, selaku Human Resource PT. Iskandar Indah Printing Textile
Surakarta yang telah berkenan memberikan waktu dan kesempatan kepada
peneliti untuk melakukan penelitian.
6. Para subjek penelitian yang telah menerima peneliti dengan baik selama
penelitian
7. Bapak dan Ibu, pendidik berwatak keras, terimakasih atas semua Doa, cinta
dankasih sayang yang telah kalian berikan.
8. Kak Iron dan Kak Sisca sekeluarga,Kae Jemmy,Kak Yanti, dan Kak Ida
serta keluarga, terimakasih untuk segala dukungan baik moril maupun materil
serta do’a dan semangat yang selalu memotivasi penulis untuk menyelesaikan
penelitian.
9. Sahabatku, Siska, Yaya, Resta, Sisil, Bintang, Arini, Widya, Silo, Titin dan
sahabat-sahabat Kesjapan ’08, senang bersama kalian selama ini. Tidak bisa
membayangkan bagaimana 4 tahun ini tanpa kalian.
10. Terimakasih juga untuk semua yang telah mendukung, serta semua yang
tidak dapat penulis tulis satu-satu: Terima kasih!!
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna
oleh karenanya saran dan kritik membangun dari pembaca sangat diharapkan.
Semoga skripsi ini dapat menjadi sumbangsih dan amal nyata peneliti terhadap
keilmuwan. Amin.

Surakarta, Juni 2012


Penulis

Marselina Deo
commit to user

vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................. ii
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................... iii
ABSTRAK ......................................................................................................... iv
ABSTRACT ....................................................................................................... v
PRAKATA .......................................................................................................... vi
DAFTAR ISI ....................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xi
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian......................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian....................................................................... 4
BAB II. LANDASAN TEORI ........................................................................ 6
A. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 6
B. Kerangka Pemikiran .................................................................... 36
C. Hipotesis ...................................................................................... 36
BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................. 37
A. Jenis penelitian ............................................................................ 37
B. Lokasi dan waktu Penelitian ....................................................... 37
C. Populasi Penelitian ...................................................................... 38
D. Teknik Sampling ......................................................................... 38
E. Sampel Penelitian ........................................................................ 38
F. Rancangan Penelitian .................................................................. 41
G. Identifikasi Variabel Penelitian ................................................... 42
H. Definisi Operasional Variabel Penelitian .................................... 42
commit ...........................................................
I. Alat dan Bahan Penelitian to user 44
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

J. Cara Kerja Penelitian .................................................................. 46


K. Teknik Analisis Data .................................................................. 47
BAB IV. HASIL .............................................................................................. 50
A. GambaranUmum Perusahaan ...................................................... 50
B. Karakteristik Subjek Penelitian ................................................... 52
C. Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan ..................................... 54
D. Hasil Pengukuran Gangguan Fungsi Pendengaran ..................... 55
E. Uji Statistik ................................................................................. 56
BAB V. PEMBAHASAN .............................................................................. 58
A. Karakteristik Subjek Penelitian ................................................... 58
B. Analisis Univariat........................................................................ 59
C. Analisis Bivariat .......................................................................... 64
BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 66
A. Simpulan...................................................................................... 66
B. Saran ........................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 67
LAMPIRAN

commit to user

viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Akibat-akibat kebisingan ...................................................................... 16

Tabel 2. Tabel Nilai Ambang Batas Kebisingan Menurut Permenaker No.13

Tahun 2011 ............................................................................................ 19

Tabel 3. Parameter Percakapan Sehari-hari ........................................................ 31

Tabel 4. Klasifikasi Tingkat Keparahan Gangguan Pendengaran ...................... 34

Tabel 5. Tabel Distribusi Frekuensi Usia Responden tenaga kerja bagian

weaving................................................................................................. 52

Tabel 6. Tabel Distribusi Frekuensi Masa Kerja Responden tenaga kerja

bagian weaving dan administrasi.......................................................... 53

Tabel 7. Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan .............................................. 55

Tabel 8. Hasil Pengukuran Gangguan Fungsi Pendengaran ............................... 55

commit to user

ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Pemikiran.......................................................................... 36

Gambar 2. Bagan Desain Penelitian ................................................................... 41

commit to user

x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Keterangan Penelitian melakukan penelitian.

Lampiran 2. Surat Persetujuan Menjadi Responden Penelitian (Informed


Consent)

Lampiran 3. Data responden berdasarkan jenis kelamin, usia, masa kerja dan
lama kerja di bagian weaving dan Administrasi

Lampiran 4. Data hasil pengukuran gangguan fungsi Pendengaran di bagian


Weaving dan Administrasi

Lampiran 5. Hasil Pengukuran kebisingan

Lampiran 6. Hasil Uji stastistik

Lampiran 7. Dokumentasi

commit to user

xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pertumbuhan industri sekarang ini jelas memerlukan kegiatan tenaga

kerja sebagai unsur dominan yang mengelola bahan baku/material, mesin,

peralatan dan proses lainnya yang dilakukan ditempat kerja, guna menghasilkan

suatu produk yang bermanfaat bagi masyarakat. Akibat yang ditimbulkan oleh

teknologi modern karena peningkatan industri antara lain timbulnya masalah

kebisingan yang mempunyai pengaruh luas mulai dari gangguan konsentrasi,

komunikasi, dan kenikmatan kerja sampai pada cacat karena kehilangan daya

dengar yang menetap. Kebisingan tidak hanya berpengaruh terhadap kualitas

kerja tetapi juga berpengaruh terhadap tenaga kerja (Budiono, 2003).

Aktivitas di tempat kerja yang membuat pekerja harus berhadapan

dengan kebisingan yang memiliki intensitas yang cukup besar, misalnya apabila

seorang tenaga kerja berada dalam high noise areas dapat mengakibatkan

gangguan atau kerusakan pada pendengaran tenaga kerja. Gangguan

pendengaran secara permanen dapat juga disebabkan karena tenaga kerja terlalu

sering dalam waktu yang cukup lama di dalam tempat kerja yang bising,

walaupun mungkin intensitasnya tidak terlalu besar (Tigor, 2005).

commit to user

1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2

Daya dengar seseorang dalam menangkap suara sangat dipengaruhi

oleh faktor internal maupun eksternal. Faktor internal meliputi umur, kondisi

kesehatan maupun riwayat penyakit yang pernah diderita, obat - obatan dan lain

sebagainya. Sedangkan faktor eksternal dapat meliputi masa kerja, tingkat

intensitas suara disekitarnya, lamanya terpajan dengan kebisingan, karakteristik

kebisingan serta frekuensi suara yang ditimbulkan. (Tarwaka dkk, 2004).

Kondisi fisik lingkungan tempat kerja dimana para pekerja beraktivitas

sehari-hari mengandung banyak bahaya, baik langsung maupun tidak langsung,

bagi keselamatan dan kesehatan pekerja. Bahaya-bahaya tersebut dapat

diklasifikasikan sebagai : bahaya biologis dan penyakit (biological hazards and

diseases), bahaya kimia (chemical hazards), temperatur udara dan panas (heat

and air temperature), kualitas udara (air quality), cahaya dan pencahayaan (light

and lighting), warna (colour), kebisingan (noise) (Tigor, 2005).

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan di PT. Iskandar Indah

Printing Textile Surakarta yaitu sebuah industri yang bergerak dibidang tekstile,

penulis mengukur intensitas kebisingan tempat kerja tersebut, yaitu di bagian

weaving atau bagian penenunan yaitu 97 dBA. Pada bagian weaving ini

intensitas kebisingannya merupakan kebisingan tetap dan termasuk dalam bising

ajeg dengan spektrum frekuensi luas (steady wide band noise). Untuk beberapa

tenaga kerja juga diukur fungsi pendengaran dengan hasil yaitu, untuk telinga

kiri rata-rata yaitu 41,35 dB (tuli ringan) dan telinga kanan rata-rata yaitu 41,64

dB (tuli ringan). Dari hasil pengukuran tersebut dapat diketahui bahwa intensitas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3

kebisingan yang ada di tempat kerja ini diatas Nilai Ambang Batas (NAB) yang

diperkenankan, yaitu 85 dBA untuk 8 jam kerja. Sedangkan untuk

pengukuran audiometri dari tenaga kerja yang diukur diketahui bahwa telah

terjadi gangguan fungsi pendengaran. Selain itu, penulis juga menjumpai

beberapa karyawan yang hanya memakai kapas sebagai penutup atau penyumbat

telinga tidak memakai ear plug maupun kapas dalam mengoperasikan dan

mengendalikan mesin-mesin tenun padahal mesin-mesin tersebut mengeluarkan

suara bising yang melebihi NAB.

Dengan latar belakang tersebut diatas, maka penulis ingin mengadakan

penelitian mengenai pengaruh intensitas kebisingan terhadap gangguan fungsi

pendengaran pada tenaga kerja di bagian weaving di PT. Iskandar Indah Printing

Textile Surakarta.

B. Rumusan Masalah

Adakah pengaruh intensitas kebisingan terhadap gangguan fungsi

pendengaran pada tenaga kerja di bagian weaving di PT. Iskandar Indah Printing

Textile Surakarta?

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh intensitas kebisingan terhadap gangguan fungsi

pendengaran pada tenaga kerja di bagian weaving di PT. Iskandar Indah

Printing Textile Surakarta.

2. Tujuan Khusus Penelitian :

a) Untuk mengetahui intensitas kebisingan pada bagian weaving di PT.

Iskandar Indah Printing Textile Surakarta.

b) Untuk mengetahui tingkat gangguan fungsi pendengaran pada tenaga kerja

bagian weaving di PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilaksanakan di bagian weaving PT. Iskandar Indah Printing

Textile Surakarta diharapkan memberikan manfaat. Adapun manfaat yang

diharapkan dari penelitian ini, yaitu :

1. Teoritis

Diharapkan sebagai pembuktian empiris teori tentang pengaruh

intensitas kebisingan terhadap fungsi pendengaran pada tenaga kerja.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
5

2. Aplikatif

a) Peneliti

1) Mampu melakukan pengukuran terhadap kebisingan dengan

menggunakan alat Sound Level Meter dan mengukur fungsi

pendengaran dengan alat audiometri.

2) Menambah wawasan dan pengetahuan tentang pengaruh intensitas

kebisingan terhadap gangguan fungsi pendengaran pada tenaga kerja.

b) Subjek Penelitian

1) Diharapkan manajemen perusahaan menyadari pentingnya

pengendalian kebisingan agar tidak melebihi Nilai Ambang Batas

(NAB) sehingga tenaga kerja dapat bekerja dengan nyaman dan aman.

2) Memberikan informasi tentang akibat yang ditimbulkan dari pengaruh

faktor fisik di tempat kerja dalam hal ini yaitu kebisingan.

3) Memberikan masukan kepada perusahaan untuk melakukan

penanggulangan terhadap paparan kebisingan.

4) Diharapkan tenaga kerja menyadari pentingnya penggunaan

Alat Pelindung Telinga (APT) agar terlindung dari bahaya paparan

bising.

5) Diharapkan manajemen perusahaan menyediakan secara cuma-cuma

alat pelindung telinga yang memenuhi standar.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
6

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Kebisingan

a. Pengertian Kebisingan

Kebisingan dapat diartikan sebagai bunyi yang tidak

dikehendaki karena tidak sesuai dengan konteks ruang dan waktu

sehingga dapat menimbulkan gangguan terhadap kenyamanan dan

kesehatan manusia (Sasongko, dkk, 2000). Sedangkan bising adalah

suara atau bunyi yang tidak diinginkan (Budiono, 2003)

Kebisingan adalah salah satu efek dalam proses industri yang

merupakan gangguan faktor lingkungan fisik yang pada intensitas

tertentu akan dapat menimbulkan gangguan fungsi pendengaran

(Slamet Riyadi, 2003).

Suara di tempat kerja berubah menjadi salah satu bahaya kerja

(occupational hazard) saat keberadaannya dirasakan

mengganggu/tidak diinginkan secara (Tigor, 2005) :

1) Fisik (menyakitkan telingan pendengar).

2) Psikis (mengganggu konsentrasi dan kelancaran komunikasi).

Menurut Tigor (2005), saat situasi tersebut terjadi, status suara

berubah menjadi polutan dan identitas suara berubah menjadi


commit to user

6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7

kebisingan (noise). Kebisingan di tempat kerja menjadi bahaya kerja

bagi sistem penginderaan manusia (occupational hazard), dalam hal

ini bagi sistem pendengaran (hearing loss).

Beberapa hal yang perlu dipahami tentang kebisingan (Ridley,

2006):

1) Kebisingan adalah bunyi yang tidak diharapkan.

2) Beberapa bunyi-bunyian diperlukan untuk :

a) Berkomunikasi.

b) Memberi peringatan.

c) Menyeimbangkan dan mengenali sesuatu.

3) Bunyi merupakan pulsa-pulsa tekanan di udara.

4) Ambang pendengaran adalah tingkat kebisingan paling rendah

yang dapat dideteksi oleh telinga.

Dalam bahasa K3, National Institute of Occupational Safety &

Health (NIOSH) dalam Tigor (2005) telah didefinisikan status

suara/kondisi kerja dimana suara berubah menjadi polutan secara lebih

jelas, yaitu :

1) Suara-suara dengan tingkat kebisingan lebih besar dari 104 dBA.

2) Kondisi kerja yang mengakibatkan seorang karyawan harus

menghadapi tingkat kebisingan lebih besar dari 85 dBA selama

lebih dari 8 jam (maksimum 85 dBA as an 8-hr TWA).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8

b. Jenis-jenis Kebisingan

Menurut Tigor (2005), di tempat kerja kebisingan

diklasifikasikan ke dalam dua jenis golongan besar, yaitu kebisingan

tetap (steady noise) dan kebisingan tidak tetap (non-steady noise).

Kebisingan tetap (steady noise) dan kebisingan tidak tetap (non-steady

noise) dipisahkan lagi menjadi dua jenis, yaitu :

1) Kebisingan dengan frekuensi terputus (discrete frequency noise)

Kebisingan ini berupa “nada-nada” murni pada frekuensi yang

beragam, contohnya suara mesin, suara kipas, dan sebagainya.

2) Broad band noise

Kebisingan dengan frekuensi terputus dan broad band noise sama-

sama digolongkan sebagai kebisingan tetap (steady noise).

Perbedaannya adalah broad band noise terjadi pada frekuensi yang

lebih bervariasi.

Sementara itu, kebisingan tidak tetap (unsteady noise) dibagi

menjadi :

1) Kebisingan fluktuatif (fluctuating noise).

Kebisingan yang selalu berubah-ubah selama rentang waktu

tertentu.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9

2) Intermittent noise.

Sesuai dengan terjemahannya, intermittent noise adalah kebisingan

yang terputus-putus dan besarnya dapat berubah-ubah, contoh :

kebisingan lalu lintas.

3) Impulsive noise.

Kebisingan impulsif dihasilkan oleh suara-suara berintensitas

tinggi (memekakkan telinga) dalam waktu relatif singkat, misalnya

suara ledakan senjata api dan alat-alat sejenisnya.

c. Sumber Kebisingan

Menurut Soedirman (2011), jenis-jenis bising yang sering

dijumpai dalam industri dan sektor-sektor kegiatan ekonomi lainnya

meliputi :

1) Bising kontinyu dengan spektrum frekuensi luas (steady wide band

noise) termasuk kisaran frekuensi yang lebar seperti mesin-mesin

di bengkel, kipas angin, dapur peleburan, dan tanur putar di pabrik

semen.

2) Bising kontinyu dengan spektrum frekuensi sempit (steady narrow

band noise), yang energinya dari suara sebagian besar

terkonsentrasi dalam beberapa frekuensi seperti gergaji putar.

3) Bising terputus (impact noise), yaitu bunyi dalam suatu waktu

yang pendek tunggal seperti mesin tempa, pancang fondasi.

4) Bunyi impact berulang seperti rivetting.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10

5) Bunyi berulang (intermittent noise) seperti suara lalu lintas dan

suara pesawat terbang.

Di tempat kerja, disadari atau tidak juga terdapat cukup banyak

fakta yang menunjukkan bahwa perusahaan beserta aktivitas-

aktivitasnya ikut menciptakan dan menambah keparahan tingkat

kebisingan di tempat kerja :

1) Mengoperasikan mesin-mesin produksi "tribut" yang sudah cukup

tua.

2) Terlalu sering mengoperasikan mesin-mesin kerja pada kapasitas

kerja cukup tinggi dalam periode operasi cukup panjang.

3) Sistem perawatan dan perbaikan mesin-mesin produksi ala

kadarnya, misalnya mesin diperbaiki hanya pada saat mesin

mengalami kerusakan parah.

4) Melakukan modifikasi/perubahan/penggantian secara parsial pada

komponen-komponen mesin produksi tanpa mengindahkan

kaidah-kaidah keteknikan yang benar, termasuk menggunakan

komponen-komponen mesin tiruan.

5) Pemasangan dan peletakan komponen-komponen mesin secara

tidak tepat (terbalik/atau tidak rapat/longgar), terutama pada

bagian penghubung antara modul mesin (bad connection).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11

6) Penggunaan alat-alat tidak sesuai dengan fungsinya, misalnya

penggunaan palu (hammer)/alat pemukul sebagai alat pembengkol

benda-benda metal atau alat bantu pembuka baut.

(Tigor,2005)

d. Pengaruh Kebisingan

Efek kebisingan kepada daya kerja adalah sebagai berikut

(Jeyaratnam, 2010) :

1) Gangguan

Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki

sehingga kebisingan sering mengganggu, walaupun terdapat

variasi diantara penerangan dalam besarnya gangguan atas jenis

dan kekerasan suatu kebisingan. Pada umumnya kebisingan

dengan intensitas yang sangat keras sangat mengganggu, lebih-

lebih yang terputus-putus atau yang datangnya secara tiba-tiba

dan tidak terduga. Pengaruhnya sangat terasa apabila sumber

kebisingan tidak diketahui.

2) Komunikasi dengan pembicaraan

Demikian hebatnya maka akan menimbulkan protes dari

masyarakat sekitar agar kegiatan tersebut dihentikan. Intensitas

kebisingan dari perusahaan ke masyarakat harus ditinjau dari

berbagai faktor, yaitu : Sebagai pegangan, apabila komunikasi

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12

pembicaraan dilakukan dengan berteriak maka risiko gangguan

pendengaran pasti terjadi.

3) Kriteria kantor

Kebutuhan pembicaraan, baik langsung maupun melalui

telepon adalah sangat penting di dalam suatu kantor dan ruang

sidang, dan dalam hal itu telah diketemukan bahwa T.G.P

(Tingkat Gangguan Pembicaraan) saja tidak selalu memadai

sebagai pedoman untuk menentukan tepat tidaknya tingkat

kegaduhan. Harus diperhatikan pula faktor tingkat kekerasan

dari frekuensi-frekuensi yang kuat untuk penentuan T.G.P.

4) Efek pada pekerjaan

Tenaga kerja yang melakukan pengamatan dan

pengawasan terhadap suatu proses produksi atau hasil dapat

membuat kesalahan-kesalahan akibat dari terganggunya

konsentrasi. Sehingga tenaga kerja semakin berpikir yang

akhirnya memicu kelelahan.

5) Reaksi masyarakat

Apabila kebisingan akibat suatu proses produksi :

a) Perbandingan kebisingan akibat terhadap kebisingan yang

semula ada di masyarakat yang bersangkutan.

b) Dengan penyesuaian-penyesuaian atas dasar jenis instalasi

penyebab kebisingan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13

c) Keadaan masyarakat (kota atau desa).

d) Waktu terjadinya kebisingan (siang atau malam) dan

musimnya.

Menurut Tigor (2005) kebisingan dapat menyebabkan dua

jenis gangguan pada manusia yaitu antara lain adalah :

a) Dampak Auditorial

Dampak Auditorial dari kebisingan ini cukup banyak

jenisnya dengan tingkat keparahan yang beragam, mulai dari

bersifat sementara dan dapat sembuh dengan sendirinya atau

disembuhkan hingga permanen.

Tenaga kerja yang mengalami gangguan pendengaran

umumnya mengalami kesulitan untuk membedakan kata yang

memiliki kemiripan atau yang mengandung konsonan pada

rentang frekuensi agak tinggi, seperti konsonan S, F, SH dan C

lembut.

Salah satu dampak auditorial yang cukup terkenal adalah

tinnitus. Gangguan jenis ini dapat dikenali dari adanya bunyi

"deringan" atau "siulan" di telinga saat suara yang memekakkan

telinga dihentikan dan terus berlanjut hingga waktu yang cukup

lama serta akan makin diidentifikasi saat penderita di tempat

yang cukup sunyi atau hendak tidur.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14

Menurut Tigor (2005) dampak auditorial juga dapat

diklasifikasikan berdasarkan letak atau posisi gangguan

pendengaran pada sistem pendengaran manusia, untuk

mengetahui dampak ini harus dilakukan analisis terhadap hasil

tes audiometri. Dampak tersebut antara lain :

(1) Conductive hearing loss

Jenis gangguan ini diklasifikasikan sebagai masalah

mekanis karena menyerang telinga bagian luar dan tengah

telinga tepatnya pada selaput gendang telinga dan ketiga

tulang utama (hammer, anvril dan stirrup) menjadi sulit

atau bahkan tidak bisa bergetar, sehingga agak sulit untuk

mendengar.

(2) Sensorineural hearing loss

Sensorineural hearing loss ini disebabkan oleh

ketidakberesan pada bagian dalam telinga khusus cochlea.

(3) Mixed hearing loss

Jika kedua threshold konduksi menunjukan adanya

kehilangan/gangguan pendengaran, namun porsi

kehilangan lebih besar pada konduksi udara.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15

b) Dampak Non auditorial

Selain menimbulkan dampak negatif (permanen atau

sementara) terhadap sistem pendengaran, kebisingan juga dapat

mengganggu :

(1) Sistem Keseimbangan

(2) Cardiovascular

Tekanan darah menjadi naik, denyut jantung

meningkat (secara visual dapat dilihat dari cara seseorang

bernapas yang makin cepat dan mudah terengah-engah saat

bekerja di tempat bising)

(3) Kualitas tidur

Tingkat gangguan tidur sangat bervariasi pada

setiap orang, mulai dari ringan hingga berat, misalnya sering

terbangun tanpa sebab yang jelas, tidak tenang/sering

berpindah posisi tidur/frekuensi gerakan tubuh cukup tinggi,

perubahan pada gerakan mata.

(4) Kondisi kejiwaan pekerja (stress)

Sedangkan menurut Buchari (2007), akibat-akibat kebisingan

dijelaskan dalam tabel berikut :

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16

Tabel 1. Akibat-akibat kebisingan

Tipe Uraian
1. Akibat- a. Kehilangan Perubahan ambang batas
akibat pendengaran sementara akibat
badaniah kebisingan, perubahan
ambang batas permanen
akibat kebisingan
b. Akibat-akibat Rasa tidak nyaman atau
fisiologis stress meningkat, takanan
darah meningkat, sakit
kepala, bunyi dering
2. Akibat- a. Gangguan Kejengkelan,
akibat emosional kebingungan
psikologis
b. Gangguan Gangguan tidur atau
gaya hidup istirahat, hilang
konsentrasi waktu
bekerja, membaca, dsb
c. Gangguan Merintangi kemampuan
pendengaran mendengarkan TV, radio,
percakapan, telepon,dsb

Sumber: Buchari, 2007

Dalam Wahyu A (2003), gangguan kebisingan yang

paling menonjol adalah pengaruhnya terhadap alat pendengaran

atau telinga, yang dapat menimbulkan ketulian yang bersifat

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17

sementara hingga permanen. Kelainan yang timbul pada telinga

akibat bising terjadi tahap demi tahap sebagai berikut:

1) Stadium adaptasi

Adaptasi merupakan suatu daya proteksi alamiah dan

keadaan yang dapat pulih kembali, atau kata lain sifatnya

reversible.

2) Stadium “temporary threshold shiff”

Disebut juga “audtory fatigue” yang merupakan

kehilangan pendengaran “reversible” sesudah 48 jam

terhindar dari bising itu. Batas waktu yang diperlukan untuk

pulih kembali sesudah terpapar bising adalah 16 jam. Bila

pada waktu bekerja keesokan hari pendengaran hanya

sebagian yang pulih maka akan terjadi “permanent hearing

lose”.

3) Stadium “persistem trehold shiff”

Dalam stadium ini ambang pendengaran meninggi

lebih lama, sekurang-kurangnya 48 jam setelah

meninggalkan lingkungan bising, pendengaran masih

terganggu.

4) Stadium “permanent trehold shiff”

Pada stadium ini meningginya ambang pendengaran

menetap sifatnya, gangguan ini banyak ditemukan dan tidak


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18

dapat disembuhkan. Tuli akibat bising ini merupakan tuli

persepsi yang kerusakannya terdapat dalam cochlea berupa

rusaknya syaraf pendengaran.

Proses terjadinya gangguan pendengaran terjadi

secara berangsur-angsur, yaitu mula-mula tidak terasa

adanya gangguan pendengaran, baru setelah penderita sadar

bahwa ia memerlukan suara-suara keras untuk sanggup

mendengarkan suatu percakapan diketahui adanya gangguan

pendengaran. Pergeseran ambang pendengaran nampak

dalam tahun-tahun pertama terpapar kebisingan. Orang yang

belum pernah berada dalam kebisingan biasanya

menunjukkan perbaikan yang bagus setelah dipindakan dari

kebisingan, sedangkan orang yang sudah bertahun-tahun

terkena bising dan tuli agak berat sekali kemungkinan untuk

pulih.

e. Nilai Ambang Batas Intensitas Kebisingan

Nilai Ambang Batas yang selanjutnya disingkat NAB adalah

standar faktor bahaya di tempat kerja sebagai kadar/intensitas rata-rata

tertimbang waktu (time weighted average) yang dapat diterima tenaga

kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan, dalam

pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40

jam seminggu (Permenaker No.13 Tahun 2011). Dan dimana telah


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
19

disebutkan di dalam pasal 5 ayat (1) NAB kebisingan ditetapkan

sebesar 85 desibel A (dBA).

Tabel 2. Tabel Nilai Ambang Batas Kebisingan Menurut Permenaker


No.13 Tahun 2011
Waktu Pemaparan per Hari Intensitas
Kebisingan dalam
dBA
8 Jam 85
4 88
2 91
1 94

30 Menit 97
15 100
7,5 103
3,75 106
1,88 109
0,94 112

28,12 Detik 115


14,06 118
7,03 121
3,52 124
1,76 127
0,88 130
0,44 133
0,22 136
0,11 139
Catatan :

Tidak boleh terpajan lebih dari 140 dBA, walaupun sesaat.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
20

Menurut Hadian (2000), intensitas kebisingan dari

perusahaan ke masyarakat harus ditinjau dari berbagai faktor, yaitu :

1) Perbandingan kebisingan akibat perusahaan terhadap kebisingan

yang semula ada di masyarakat bersangkutan.

2) Waktu terjadinya kebisingan (siang atau malam).

3) Musimnya

4) Keadaan masyarakat (desa, kota).

f. Pengukuran Kebisingan

Maksud pengukuran kebisingan, yaitu (Suma’mur, 2009) :


1) Memperoleh data tentang frekuensi dan intensitas kebisingan di
perusahaan atau di mana saja.
2) Menggunakan data hasil pengukuran kebisingan untuk mengurangi
intensitas kebisingan tersebut, sehingga tidak menimbulkan
gangguan dalam rangka upaya konservasi pendengaran tenaga
kerja, atau perlindungan masyarakat dari gangguan kebisingan atas
ketenangan dalam kehidupan masyarakat atau tujuan lainnya.
Telinga manusia sama sekali tidak dapat dijadikan

"referensi" tingkat kebisingan yang terdapat pada sebuah tempat.

Berdasarkan hasil percobaan, pada saat kebisingan sesungguhnya

berkurang 2 dB dari tingkat kebisingan awal. Pengurangan kebisingan

yang dirasakan oleh telinga manusia sekitar 15%, sedangkan pada saat

pengukuran sebesar 20% maka kebisingan yang dirasakan akan

berkurang 81%. Untuk mendapatkan hasil pengukuran tingkat

kebisingan yang akurat, maka diperlukan alat khusus (Tigor, 2005).


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
21

Dua perangkat keras yang sering digunakan untuk

menganalisis tingkat kebisingan pada berbagai tempat adalah SLM

(Sound Level Meter) dan noise dosimeter. Kedua alat tersebut

berukuran kecil dan menggunakan baterai sebagai sumber listrik.

Pengukuran tingkat kebisingan menggunakan SLM ini bersifat real

time (Tigor, 2005).

Menurut Tigor (2005), dua spesifikasi penting yang harus

diperhatikan saat mau membeli atau mengoperasikan SLM dan noise

dosimeter adalah :

1) Rentang frekuensi

Rentang frekuensi adalah batas frekuensi dimana SLM dan

noise dosimeter memiliki sensitifitas yang stabil saat dilakukan

pengukuran. Rentang frekuensi ini disebut juga rentang frekuensi

operasional, misalnya 1/3 oktaf band frequency filter.

2) Rentang level suara

Mirip dengan rentang frekuensi, rentang level suara

merupakan batas tekanan suara maksimum dan minimum yang

dapat dikendalikan oleh kedua alat tersebut.

SLM ini terdiri dari microphone, penguat suara dengan

pengatur frekuensi dan sebuah layar indikator. Sesuai namanya,

fungsi dasar minimum yang harus ada pada sebuah SLM adalah

sebagai alat pengukur tingkat suara (dB). Fungsi tambahan lain


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
22

cukup bervariasi seperti TWA (Time Weigted Average) secara

otomatis dan pengukur dosis kebisingan (Tigor, 2005).

Sensitivitas telinga manusia terhadap freukuensi suara sangat

terbatas dan jelas ini sangat mempengaruhi pengenalan manusia

terhadap potensi bahaya kebisingan di tempat kerja. Untuk

mengatasi hal itu, maka sebuah SLM dilengkapi dengan pengukur

skala pembobotan seperti A, B, C dan D. Masing-masing skala

berisi kumpulan faktor koreksi tingkat suara pada berbagai

frekuensi tengah. Penentuan perbandingan ketiga skala

pembobotan tersebut pada hasil empiris. Skala A adalah rentang

skala pembobotan yang melingkupi frekuensi suara rendah dan

tinggi yang masih diterima oleh telinga manusia normal dan

biasanya digunakan untuk menganalisis kebisingan di tempat

kerja. Sedangkan skala B, C dan D digunakan untuk keperluan

khusus misalnya seperti pengukuran kebisingan yang dihasilkan

oleh pesawat terbang bermesin jet (Tigor, 2005).

g. Pengendalian Akibat Bising

Menurut Tigor (2005) banyak cara yang dilakukan untuk

mengendalikan kebisingan di tempat kerja yaitu antara lain sebagai

berikut ini:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
23

1) Pengendalian Teknik (Engineering Control)

Tiga komponen penting yang harus diperhatikan dalam

melakukan pengendalian kebisingan adalah :

a) Sumber kebisingan

b) Media perantara kebisingan

c) Penerima kebisingan (dalam hal ini tenaga kerja)

Menurut Tigor (2005) cukup banyak pengendalian teknik

yang dapat dilakukan untuk mengurangi tingkat kebisingan di

tempat kerja, yaitu :

a) Perawatan dilakukan dengan cara :

(1) Mengganti komponen mesin yang sudah tua, aus/mengeras

seperti: rubber seal, gear dan time belt.

(2) Pelumasan pada bagian mesin yang bergesekan, termasuk

penggunaan pelumas pada proses machining dan juga

pengencangan bagian yang mulai longgar terutama bagian

yang dihubungkan dengan sambungan baut.

(3) Penggantian proses

(4) Mengurangi intensitas gaya yang mengenai bidang getar

(5) Mengurangi respons getaran permukaan yang bergetar

(6) Mengurangi radiasi suara yang dihasilkan oleh permukaan

yang bergetar

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
24

(7) Mengurangi suara yang dihasilkan oleh aliran gas

Mengurangi volume dan berat material/benda kerja yang

bergerak.

(8) Mengurangi transmisi suara di udara

2) Pengendalian Administratif

Peraturan perusahaan dan prosedur operasional standar

(Standard Operating Procedures atau sering dikenal dengan

SOP) adalah suatu instrumen formal di dalam sebuah perusahaan

yang harus digunakan dan dipatuhi oleh seluruh pekerja di

perusahaan. Instrumen ini terdapat penjelasan tertulis tentang apa

saja yang harus dan tidak boleh dilakukan oleh pekerja saat

bekerja, termasuk peraturan yang berkaitan dengan kebisingan

(Tigor, 2005).

Menurut Tigor (2005) bentuk pengendalian secara

administratif yaitu antara lain sebagai berikut ini:

a) Menetapkan peraturan tentang rotasi pekerjaan merupakan

salah satu pengendalian administratif yang direkomendasikan

oleh ahli K3 untuk mengurangi akumulasi dampak

kebisingan pada pekerja, secara praktis metode ini jarang

dilakukan karena sangat sulit bagi perusahaan untuk

menentukan kualifikasi pekerja yang dapat melakukan

beberapa jenis pekerjaan yang berbeda.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
25

b) Menetapkan peraturan tentang keharusan bagi pekerja untuk

beristirahat dan makan di tempat khusus yang tenang/tidak

bising. Seandainya tempat istirahat tersebut masih berada

dalam lokasi kebisingan maka untuk tempat istirahat tersebut

harus diberi penanganan lebih dalam hal pengurangan

kebisingan

c) Menetapkan peraturan tentang keharusan bagi pekerja untuk

menggunakan alat pelindung telinga saat berada dalam lokasi

kerja tertentu.

d) Menetapkan peraturan tentang sanksi bagi pekerja yang

melanggar ketetapan perusahaan yang berkaitan dengan

masalah pengendalian kebisingan.

3) Penggunaan APT (Alat Pelindung Telinga)

Walaupun penggunaan alat pelindung telinga menempati

urutan terakhir dalam pengendalian kebisingan di tempat kerja,

tetapi pada kenyataannya bahwa penggunaan APT (Alat

Pelindung Telinga) masih merupakan pilihan favorit untuk

pengendalian kebisingan.

Alat Pelindung Telinga harus dikenakan oleh tenaga

kerja/siapa saja yang berada di ruangan dengan tingkat kebisingan

yang melebihi dari 85 dBA.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
26

Menurut Tigor (2005) APT dikelompokkan menjadi tiga

kelompok besar yaitu :

a) Earplug

Earplug ini lebih banyak dikenakan pada tempat yang

memiliki frekuensi kebisingan yang rendah misalnya ruang

diesel. Earplug terbuat dari berbagai jenis atau macam material

seperti busa PVC, polyurethane, polyurethylene dan silikon.

Secara ekonomis, earplug lebih murah daripada earmuff.

Ukuran earplug lebih kecil dan lebih ringan dibandingkan

earmuff. Selain itu earplug lebih nyaman digunakan

dibandingkan earmuff, terutama di tempat yang bersuhu tinggi.

Menurut Tigor (2005) jenis earplug sangat beragam dan

masih terus dikembangkan diantaranya yaitu sebagai berikut

ini:

(1) Formable earplug

Sebelum memasukkan ke telinga pemakai terlebih

dulu harus menekan-nekan earplug secara melingkar

menggunakan ibu jari dan telenjuk hingga mencapai

ukuran yang dianggap cukup untuk ke dalam telinga secara

leluasa. Beberapa saat setelah dimasukkan ke dalam

saluran telinga, earplug akan "mengembang" dengan

sendirinya sesuai struktur saluran telinga. Formable


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
27

earplug terbuat dari material khusus seperti foam, fiber,

fiberglass dan silikon.

(2) Pre-molded earplug

Earplug jenis ini dibuat dalam berbagaijenis ukuran

standar dan model, diantaranya V-512, 2-flange, 3-

flange.

b) Earmuff

Seluruh bagian telinga haras benar-benar tertutup oleh

bagian pelindung alat ini. Pastikan tidak ada rambut yang

masuk ke sela-sela bantalan pelindung. Secara teknis,

perbedaan penggunaan earplug dan earmuff berdasarkan pada

tingkat frekuensi sumber kebisingan. Earmuff untuk tempat-

tempat bising yang berfrekuensi tinggi seperti tempat

pemotongan logam dan pelabuhan udara. Earmuff ini kurang

cocok untuk digunakan di tempat yang mempunyai tingkat

kebisingan berfrekuensi rendah (< 400 Hz) karena earmuff ini

akan bergetar atau beresonansi.

c) Canal caps

Canal caps hanya digunakan untuk menutup "pintu"

lubang telinga. Sebagai alat proteksi, tingkat perlindungan

yang diberikan oleh alat ini jauh lebih rendah dibandingkan

earplug dan earmuff. Alat ini cocok untuk digunakan pada


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
28

tenaga kerja yang sering melepas dan memasang alat pelindung

karena alat ini tidak sesuai untuk penggunaan dalam jangka

panjang.

Secara umum tingkat bahaya yang ditimbulkan oleh

kebisingan bagi pekerja dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti

(Tigor, 2005):

(1) Intensitas dan frekuensi kebisingan.

(2) Jenis kebisingan (steady atau non-steady noise).

(3) Waktu kontak harian dan tahunan (exposure duration).

(4) Umur pekerja.

(5) Penyakit-penyakit/ketidaksempurnaan sstem pendengaran

pada pekerja (yang bukan disebabkan oleh kebisingan).

(6) Kondisi lingkungan (kecepatan angin, suhu, kelembaban

udara dan sebagainya) dimana bahaya kebisingan tersebut

berada.

(7) Jarak antara pekerja dengan sumber kebisingan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
29

2. Gangguan Fungsi Pendengaran

a. Pengertian

Gangguan fungsi pendengaran adalah perubahan pada tingkat

pendengaran yang berakibat kesulitan dalam melaksanakan kehidupan

normal, biasanya dalam hal memahami pembicaraan. Secara kasar,

gradasi gangguan pendengaran karena bising itu sendiri dapat

ditentukan menggunakan parameter percakapan sehari-hari (Buchari,

2007).

Telinga merupakan organ untuk pendengaran dan

keseimbangan, yang terdiri dari telinga luar, telinga tengah dan telinga

dalam. Telinga luar berfungsi menangkap gelombang suara yang

diubah menjadi energi mekanis menjadi gelombang saraf, yang

kemudian dihantarkan ke otak. Telinga terdiri dari 3 bagian

utama,yaitu:

1) Telinga bagian luar

Terdiri dari daun telinga dan liang telinga (audiotory canal),

dibatasi oleh membran timpani. Telinga bagian luar berfungsi

sebagai mikrofon yaitu menampung gelombang suara dan

menyebabkan membran timpani bergetar. Semakin tinggi

frekuensi getaran semakin cepat pula membran tersebut bergetar

begitu juga sebaliknya.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
30

2) Telinga bagian tengah

Terdiri atas osside yaitu 3 tulang kecil (tulang pendengaran

yang halus) martil-landasan-sanggurdi yang berfungsi

memperbesar getaran dari membran timpani dan meneruskan

getaran yang telah diperbesar ke oval window yang bersifat

fleksibel. Oval window ini terdapat pada ujung dari cochlea.

3) Telinga bagian dalam

Telinga bagian dalam disebut cochlea yang berbentuk

rumah siput. Cochlea mengandung cairan, didalamnya terdapat

membrane basiler dan organ corti yang terdiri dari sel-sel rambut

yang merupakan reseptor pendengaran. Getaran dari oval window

akan diteruskan oleh cairan dalam cochlea, mengantarkan

membrane basiler. Getaran ini merupakan impuls bagi organ corti

yang selanjutnya diteruskan ke otak melalui syaraf pendengar

(nervus cochlearis).

( Buchari, 2007).

Sedangkan paramemeter percakapan sehari-hari menurut Buchari

dituangkan dalam tabel berikut :

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
31

Tabel 3. Parameter Percakapan Sehari-hari

Gradasi Parameter
Normal Tidak mengalami kesulitan dalam
percakapan biasa (6m)
Sedang Kesulitan dalam percakapan sehari-hari
mulai jarak > 1,5m
Menengah Kesulitan dalam percakapan keras sehari-
hari mulai jarak > 1,5m
Berat Kesulitan dalam percakapan
keras/berteriak mulai jarak > 1,5 m
Sangat berat Kesulitan dalam percakapan
keras/berteriak mulai jarak < 1,5 m
Tuli total Kehilangan kemampuan pendengaran
dalam berkomunikasi
Sumber: Buchari (2007)

b. Jenis-jenis Gangguan Pendengaran

Jenis-jenis ketulian yaitu :

1) Tuli sementara (Temporary Treshold Shift = TTS)

Diakibatkan pemaparan dari bising dengan intensitas tinggi,

tenaga kerja akan mengalami penurunan daya dengar yang

sifatnya sementara.

2) Tuli menetap (Permanent Treshold Shift = PTS)

Biasanya akibat waktu paparan yang lama (kronis). Besarnya PTS

dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:

(a) Tingginya level suara


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
32

(b) Lama pemaparan

(c) Spektum suara

(d) Temporal pattern, bila kebisingan yang kontinu maka

kemungkinan terjadinya TTS akan lebih besar

(e) Kepekaan individu

(f) Pengaruh obat-obatan, beberapa obat dapat memperberat

(pengaruh synergistik) ketulian apabila diberikan bersamaaan

dengan kontak suara. Misalnya quinine, aspirin, streptoycin,

kanamycin dan beberapa obat lainnya.

(g) Keadaan kesehatan

Buchari (2007)

Jenis-jenis gangguan pendengaran menurut Taher (2007) :

1) Gangguan pendengaran konduktif

Gangguan pendengaran konduftif terjadi akibat adanya benturan

atau karena sebab lain.

2) Gangguan pendengaran sensori neural

Gangguan sensori disebabkan adanya penyakit di dalam bagian

dalam telinga (syaraf pendengaran). Selain itu gangguan

pendengaran sensori neural dikelompokkan lagi menjadi

gangguan pendengaran sensorik dan gangguan pendengaran

neural. Gangguan pendengaran sensorik bisa merupakan penyakit

keturunan, tetapi mungkin juga disebabkan trauma akustik (suara


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
33

yang sangat keras), infeksi virus pada telinga dalam, obat-obatan

tertentu dan penyakit meniere.

3. Faktor yang Berpengaruh Pada Ketulian

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ketulian akibat kerja

(occupational hearing loss) menurut Buchari (2007) adalah sebagai

berikut:

a) Intensitas suara yang terlalu tinggi

b) Usia karyawan

c) Tekanan dan frekuensi bising tersebut

d) Lamanya bekerja

e) Jarak dari sumber suara

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ketulian bukan akibat

kerja (non occupational hearing loss) menurut Cahyo (2007) adalah :

a) Benturan di kepala

b) Penyakit oleh virus

c) Gaya hidup pekerja di luar tempat kerja

d) Ketulian yang sudah ada sebelumnya

Dibawah ini adalah klasifikasi tingkat keparahan gangguan pendengaran

menurut Tigor (2005):

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
34

Tabel 4. Klasifikasi Tingkat Keparahan Gangguan Pendengaran

Rentang Batas Atas Klasifikasi Tingkat Keparahan


Kekuatan Suara yang Gangguan Sistem Pendengaran
didengar (dB)

10 - 25 (0 - 20) Rentang Normal


26 - 40 Gangguan Pendengaran Ringan
41-45 Gangguan Pendengaran Sedang
56 - 70 Gangguan Pendengaran Cukup Serius
71-90 Gangguan Pendengaran Serius
Lebih dari 90 Gangguan Pendengaran Sangat Serius
Sumber : Tigor, 2005

4. Hubungan Kebisingan dengan Gangguan Fungsi Pendengaran

Kebisingan berkaitan dengan sistem pendengaran manusia.

Telinga manusia dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu bagian luar

(outer ear), bagian tengah (middle ear) dan bagian dalam (inner ear).

Ketiga bagian telingan tersebut memiliki komponen-komponen berbeda

dengan fungsi masing-masing dan saling berkelanjutan dalam menanggapi

gelombang suara yang berada di sekitar manusia. Noise blast dengan

frekuensi kebisingan setinggi 4000 Hz (4 kHz) pada tingkat kebisingan

sebesar 120 dB memiliki derajat bahaya yang sangat tinggi bagi sistem

pendengaran manusia. Manusia normal yang berada dalam kondisi

tersebut dalam waktu singkat saja, kurang lebih antara lima sampai

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
35

sepuluh menit, dapat mengalami threshold shift of hearing (pengerasan

threshold pendengaran) sebesar 40 dB (Tigor, 2005).

Mekanisme dengar pada manusia yaitu saat suara masuk, tulang-

tulang pendengaran akan bergetar dan suara tersebut lalu diteruskan ke

cochlea (rumah siput) yang terletak di bagian tengah telinga. Pada cochlea

terdapat sel-sel rambut yang berfungsi menangkap rangsangan atau

frekuensi suara, sel rambut ini juga berfungsi mengubah energi akustik

menjadi rangsang listrik untuk dapat diteruskan ke pusat persepsi

pendengaran di otak (Suma’mur, 1996).

Melalui lubang telinga, suara yang masuk akan menggetarkan

selaput kaca pendengaran dalam rongga telinga. Getaran ini akan

menggerakkan tulang-tulang pendengaran sampai ke tulang sanggurdi.

Cairan dalam rumah siput (cochlea) pun ikut bergetar. Gerakan cairan ini

membuat sel-sel rambut terangsang dan sel-sel rambut merubah getaran

menjadi gelombang syaraf, yang selanjutnya akan berjalan di sepanjang

syaraf pendengaran (Taher, 2007).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
36

B. Kerangka Pemikiran

Bunyi > NAB

Kebisingan

Getaran Suara

Tulang
pendengaran

Cochlea Faktor Eksternal :

Faktor Internal : - Beban Kerja

- Jenis Kelamin Sel-sel rambut - Status kesehatan

- Usia - Gaya hidup di luar

- Ketulian yang sudah Gelombang syaraf tempat kerja

ada sebelumnya - Lama kerja

- Syaraf pendengaran

Gangguan pendengaran

Pengendalian

Gambar 1. Kerangka Pemikiran


C. Hipotesis

Ada pengaruh antara intensitas kebisingan terhadap gangguan fungsi


pendengaran pada tenaga kerja di bagian weaving PT. Iskandar Indah Printing
Textile Surakarta.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
37

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian observasional

analitik, menggunakan pendekatan cross sectional yaitu penelitian untuk

mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan

cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat

(point time approach). Artinya tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali

saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada

saat pemeriksaan (Notoadmodjo, 2010). Agen bising dan penyakit yang dapat

timbul karena bising diteliti pada saat yang sama.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di bagian weaving di PT. Iskandar Indah Printing

Textile Surakarta, yang beralamatkan di Jl. Pakel No. 11, Surakarta, Jawa

Tengah, Indonesia, Fax. (0271) 716183, Telp. (0271) 716165. Penelitian

dilaksanakan pada bulan Januari 2012 - Juni 2012.

commit to user

37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
38

C. Populasi Penelitian

Menurut Notoadmodjo (2010), populasi adalah keseluruhan dari objek

penelitian atau objek yang diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah tenaga

kerja di bagian weaving 140 tenaga kerja dan 80 tenaga kerja bagian administrasi

di PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta adalah.

D. Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling yang berarti

pemilihan sekelompok subjek dengan jumlah yang telah ditentukan terlebih

dahulu berdasarkan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi (Hadi, 2004). Setelah itu

digunakan simple random sampling yaitu cara pengambilan sampel yang

memberikan kesempatan yang sama untuk diambil kepada setiap elemen

populasi. Hakikat simple random sampling adalah bahwa setiap anggota atau unit

dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai sampel.

Apabila besarnya sampel yang diinginkan berbeda-beda, maka besarnya

kesempatan bagi setiap satuan elementer untuk terpilih pun berbeda-beda pula

(Notoadmodjo, 2010). Dari populasi tersebut diambil secara simple random

sampling (diundi) dan ditentukan sesuai dengan ketentuan inklusi dengan batas

sampel minimal 30 orang.

E. Sampel Penelitian

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
39

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut dengan penetapan ciri-ciri populasi yang menjadi sasaran dan

akan diwakili oleh sampel di dalam penyelidikan/berdasarkan kriteria inklusi dan

eksklusi. Jumlah keseluruhan sampel penelitian dalam penelitian ini adalah tenaga

kerja sebanyak 60 orang yaitu 30 orang di bagian weaving dan 30 orang di bagian

administrasi PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta, dengan kriteria

sebagai berikut :

1) Kriteria Inklusi:

(a) Jenis kelamin : Wanita

(b) Usia : 30 – 55 tahun

(c) Masa kerja lebih dari 5 tahun.

(d) Tidak mempunyai riwayat penyakit dan gangguan pendengaran

sebelumnya.

(e) Lama kerja 8 jam sehari

2) Kriteria Eklusi

(a) Tidak bersedia menjadi responden

(b) Tidak berada di tempat penelitian ketika dilakukan pengumpulan data

Untuk penelitian survei, jenis Cross Sectional penghitungan jumlah sampel

minimal dapat menggunakan proporsi binomunal (binomunal proportions). Jika

besar populasi (N) diketahui, maka dicari dengan menggunakan rumus berikut :

Z 2 1- /2 p (1-p) N

n=
commit to user
d2 (N-1) + Z 2 1- /2 p (1-p)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
40

Keterangan :

n = jumlah sampel minimal yang diperlukan

= derajat kepercayaan

p = proporsi

q = 1 - p ; oleh karena P + Q = 100%

d = toleransi estimasi (pada umumnya = 0,1)

Dalam Nomogram Henry King untuk kesalahan 5% dan taraf kepercayaan

95% ditetapkan = 0,50 atau Z2 1- /2 = 1,96 atau Z 2 1- /2 = 1,962 (Sugiyono,

2010). Sehingga dari rumus tersebut penentuan sampel minimal adalah sebagai

berikut :

1,96 x 0,50 (1 - 0,50) 149


n=
0,12 (149 - 1) + 1,962 x 0,50 (1 - 0,50)

73,01
n=
2,440

n= 29,92

Jadi jumlah sampel minimal dalam penelitian ini membutuhkan 30 orang.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
41

F. Rancangan Penelitian

Populasi

Purposive dan Simple


Random Sampling
Subjek

Intensitas kebisingan > Intensitas kebisingan <


NAB NAB

(X1) (X2) (X3) (X4) (X5) (X6) (X7) (X8)

Chi square test

Gambar 2. Bagan Desain Penelitian

Keterangan :

X1 : Subjek yang mengalami normal (intensitas kebisingan di atas NAB)

X2 : Subjek yang mengalami tuli ringan (intensitas kebisingan di atas NAB)

X3 : Subjek yang mengalami tuli sedang (intensitas kebisingan di atas NAB)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
42

X4 : Subjek yang mengalami tuli berat (intensitas kebisingan di atas NAB)

X5 : Subjek yang mengalami normal (intensitas kebisingan di bawah NAB)

X6 : Subjek yang mengalami tuli ringan (intensitas kebisingan di bawah NAB)

X7 : Subjek yang mengalami tuli sedang (intensitas kebisingan di atas NAB)

X8 : Subjek yang mengalami tuli berat (intensitas kebisingan di atas NAB)

G. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau
berubahnya variabel terikat.Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
kebisingan.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat
karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
gangguan fungsi pendengaran
3. Variabel Pengganggu
Variabel pengganggu adalah variabel yang mempengaruhi hubungan antara
variabel bebas dan variabel terikat. Variabel pengganggu dalam penelitian ini
ada dua yaitu :
a) Variabel pengganggu terkendali: usia dan jenis kelamin.

b) Variabel pengganggu tidak terkendali : beban kerja, psikis tenaga kerja,

sikap kerja, masa kerja dan gaya hidup.

H. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Kebisingan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
43

Kebisingan diartikan sebagai intensitas suara yang dapat mengganggu

pendengaran

Alat ukur : Sound Level Meter

Satuan : dB

Hasil pengukuran dikelompokan menjadi :

a) Intensitas kebisingan diatas NAB

b) Intensitas kebisingan dibawah NAB

Skala pengukuran : Nominal

2. Gangguan Fungsi Pendengaran

Gangguan fungsi pendengaran adalah perubahan tingkat pendengaran yang

berakibat pada kesulitan mendengar dan memahami pembicaraan.

Alat ukur : Audiometer

Satuan : dB

Hasil pengukuran dikategorikan menjadi :

a) Normal

b) Tuli Ringan

c) Tuli Sedang

d) Tuli Menengah

e) Tuli Berat

Skala pengukuran : Ordinal

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
44

I. Alat dan bahan penelitian

Alat dan bahan dalam penelitian merupakan peralatan yang digunakan

oleh peneliti untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan penelitian, antara lain:

a) Lembar isian chart hasil pengukuran Audiometri.

b) Sound Level Meter.

Sound Level Meter (jenis LA 2560 Merk Ono Sokki) adalah suatu alat

yang digunakan untuk mengukur intensitas kebisingan dalam suatu ruangan.

Cara Penggunaan Alat :

(1) Peneliti memasang baterai.

(2) Menghidupkan alat tekan tombol Power sampai layar hidup.

(3) Memulai pengukuran dengan menekan tombol start/print kemudian

peneliti menekan tombol start.

(4) Pada layar atas akan menunjukan tanda panah double, dan layar akan

menunjukan hasil pengukuran yang berbeda-beda, peneliti menunggu

sampai tanda panah double tadi hilang.

(5) Kemudian untuk melihat hasil pengukuran tersebut maka peneliti

menekan tombol Menu kemudian menggerakkan kursor kearah kanan

pada memilih “file”.

(6) Setelah selesai alat di matikan dengan menekan tombol ”OFF”.

(7) Data hasil pengukuran, kemudian dimasukkan ke rumus:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
45

Leg = 10 log 1/N [(n1 x 10 L1/10) + (n2 x 10 L2/10) + ... + (nn x 10

Ln/10)

Keterangan:

Leg = Tingkat kebisingan ekivalen (dB)

N = Jumlah bagian yang diukur

Ln = Tingkat kebisingan (dB)

Nn = Frekuensi kemunculan Ln (tingkat kebisingan)

c) Audiometri

Cara kerja alat :

(1) Sebelum pemeriksaan, probandus harus terbebas dari paparan bising, agar

didapat gambaran audiogram yang valid

(2) Pengenalan nada pada probandus

(3) Probandus diminta menekan tombol apabila mendengar nada

(4) Pemeriksaan dilaksanakan berturut-turut dari frekuensi 1000 Hz, 500 Hz,

2000 Hz, 3000 Hz, 4000 Hz, 6000 Hz, dan 8000 Hz. Frekuensi 1000 Hz

didahulukan karena paling mudah untuk menentukan nilai ambangnya.

(5) Pada tiap frekuensi diberikan intensitas bunyi, mulai dari 40 – 50 dB

untuk probandus normal. Kemudian dinaikkan secara bertahap dan

diturunkan lagi hingga batas dimana probandus terakhir masih bisa

mendengar nada yang diberikan.

(6) Pemeriksaan dilakukan pada telinga kanan, dilanjutkan telinga kiri.

(7) Peneliti mencatat hasil pemeriksaan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
46

d) Data sekunder PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta.

Data sekunder adalah data-data yang diperoleh secara tidak langsung

dari objek penelitian. Data sekunder dalam pelaksanaan penelitian ini

meliputi:

(1) Referensi buku yang berisi teori yang relevan terhadap objek yang

diteliti.

(2) Profil perusahaan dan data karyawan.

J. Cara Kerja penelitian

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui tahap-tahap

sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan dalam penelitian ini dimulai pada bulan Januari 2012,

yang meliputi : ijin penelitian, survei awal, penyusunan proposal

penelitian dan ujian proposal penelitian. Survei awal dilakukan untuk

melihat kondisi tempat kerja, cara kerja, serta kondisi tenaga kerja di

perusahaan secara langsung.

2. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan pengumpulan data dilakukan melalui langkah-langkah

berikut ini :

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
47

a) Proses permohonan ijin dan penjelasan tentang tujuan serta manfaat

penelitian kepada pihak perusahaan.

b) Observasi dan wawancara yang dilakukan langsung oleh peneliti.

c) Pengukuran intensitas kebisingan di tempat kerja, yang dilakukan

dengan cara menentukan titik pengukuran, untuk luas ruangan antara

10 meter persegi sampai 100 meter persegi pengukuran dilakukan pada

jarak setiap 3 (tiga) meter (SNI, 2004), luas ruangan weaving adalah

30 m2, sehingga didapatkan 10 titik pengukuran.

d) Tahap Penyelesaian

Tahap penyelesaian meliputi :

(1) Pengumpulan semua data yang diperoleh.

(2) Pengolahan dan analisis data dengan menggunakan uji Chi Square

dengan SPSS.

(3) Penyusunan laporan skripsi.

K. Teknik Analisis Data

Setelah dilakukan pengolahan data maka dilakukan analisis data.

Analisis data penelitian ini menggunakan data kuantitatif. Data yang sudah

terkumpul kemudian dianalisis univariat dan bivariat.

1. Analisis univariat adalah analisis dilakukan terhadap setiap variabel dari

hasil penelitian yang akan menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
48

variabel (Notoatmodjo, 2002). Analisis univariat dalam penelitian ini

adalah intensitas kebisingan dan gangguan fungsi pendengaran.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat adalah analisis yang digunakan terhadap dua variabel

yang berhubungan atau berkorelasi, yaitu antara variabel bebas dan

variabel terikat.

Menurut Notoadmodjo (2010) kegiatan dalam proses pengolahan data

adalah :

1. Memeriksa data (Editing)

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data

yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap

pengumpulan data atau setelah terkumpul.

2. Memberi kode (Coding)

Coding merupakan kegiatan memberikan kode numerik (angka)

terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori merubah data berbentuk

huruf menjadi berbentuk angka/bilangan. Kegunaan koding adalah

mempermudah untuk kegiatan analisis data dan juga pada entry data.

3. Menyusun Data (Entry data)

Entry data adalah kegiatan memasukkan data yang telah

dikumpulkan ke dalam master tabel atau data base computer, kemudian

membuat distribusi frekuensi sederhana.

4. Tabulasi (Tabulating)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
49

Proses menempatkan data dalam bentuk tabel dengan cara

membuat tabel yang berisikan data sesuai dengan kebutuhan analisis.

Tabel harus mampu meringkas semua data yang akan dianalisis.

Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan uji

statistik Chi Square Test dengan menggunakan program komputer SPSS

versi 16.0, dengan interpretasi hasil sebagai berikut:

a) Jika p value < 0,01 maka hasil uji dinyatakan sangat signifikan

b) Jika p value > 0,01 tetapi < 0,05 maka hasil uji dinyatakan signifikan

c) Jika p value > 0,05 maka hasil uji dinyatakan tidak signifikan

(Hastono, 2001).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
50

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Perusahaan

PT. Iskandar Indah Printing Textile merupakan salah satu dari sekian

banyak perusahaan tekstil yang mengolah bahan baku benang menjadi kain mentah

(grey) yang kemudian meningkatkan jenis produksi berupa kain bercorak atau

lebih dikenal dengan kain dengan sebutan batik printing.

PT. Iskandar Indah Printing Textile didirikan tepatnya pada tanggal 25 Mei

1975, berbentuk badan usaha CV (Commanditer Vennoschap) dengan nama CV.

Iskandartex, berdasarkan akta perusahaan No. 98 tanggal 23 Mei 1975, CV

Iskandartex memulai produksinya satu tahun setelah berdiri yaitu pada tahun 1976.

Pada awal berdirinya perusahaan bermodalkan 25 mesin tenun, dan kemudian

mengalami perkembangan hingga pada tahun 1977 perusahaan memiliki 77 unit

mesin tenun. Produksi perusahaan terus meningkat, hal ini dibuktikan pada tahun

1980 perusahaan mendatangkan mesin kanji dari Taiwan yang fungsinya

mengeringkan secara otomatis . Pada tahun yang sama perusahaan memperluas

bangunan juga menambah mesin tenun hingga 300 unit. Karena permintaan yang

semakin meningkat, maka perusahaan merasa perlu menambah kapasitas produksi

dengan menambah mesin tenun, hingga pada akhir tahun 1993 jumlah mesin tenun

yang dimiliki perusahaan berjumlah 614 unit.

commit to user

50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
51

Proses produksi PT. Iskandar Indah printing Textile dimulai dari benang lusi

yang selanjutnya di proses di mesin warping untuk dipisahkan setiap helainya.

Dari mesin warping selanjutnya diproses di mesin kanji (sheising) agar benang

tidak mudah terputus. Proses selanjutnya adalah memasukkan benang pada mesin

jarum cucuk (recing) dan selanjutnya ke bagian weaving ditenun di mesin tenun

(loom). Benang yang ditenun akan menjadi kain grey dan selanjutnya akan

dilakukan pemutihan terhadap kain. Kain yang telah diputihkan akan dilakukan

pencelupan untuk selanjutnya akan disablon dan dicuci (washing). Tahap terakhir

dilakukan pengontrolan dan pemotongan pada kain, selanjutnya diberi label dan

siap dipasarkan. Bagan proses produksi tersaji pada lampiran.

Proses produksi di PT. Iskandar Indah printing Textile beroperasi selama 24

jam sehari selama 6 hari dalam satu minggu dan menggunakan sistem kerja shift,

yaitu shift I dimulai pada pukul 07.00 - 15.00 WIB, shift II dimulai pada pukul

15.00 - 23.00 WIB, dan shift III dimulai pada pukul 23.00 - 07.00 WIB dengan

waktu istirahat selama 1 jam. PT. Iskandar Indah printing Textile memiliki total

jumlah tenaga kerja sebanyak 865 tenaga kerja yang terdiri dari 85% tenaga kerja

wanita dan 15% tenaga kerja pria. Khusus di bagian weaving terdapat 149 orang

tenaga kerja.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
52

B. Karakteristik Subjek Penelitian

1. Jenis Kelamin

Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah tenaga kerja wanita di

bagian weaving dan Administrasi di PT. Iskandar Indah Printing Textile.

Untuk sampel yang dipakai, berjumlah 60 pekerja wanita, yaitu 30 pekerja

bagian weaving dan 30 pekerja bagian administrasi.

2. Lama Kerja

Lama tenaga kerja terpapar yang bekerja di PT. Iskandar Indah Printing

Textile pada bagian weaving dan administrasi rata-rata 8 jam.

3. Usia

Distribusi responden berdasarkan usia pada tenaga kerja bagian weaving

di PT. Iskandar Indah Printing Textile digambarkan pada tabel.

Tabel 5. Tabel Distribusi Frekuensi Usia Responden tenaga kerja bagian


weaving
Usia (tahun) Weaving Administrasi

Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase


(%) (%)
30 – 35 10 30,34 15 50
36 – 40 11 36,67 13 43,34
41 – 45 4 13,34 2 6,67
46 – 50 4 13,34 0 0
51 – 55 1 3,34 0 0
Jumlah 30 100 30 100
Sumber : Data primer hasil pengukuran 12 April 2011

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
53

Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa responden terbanyak pada

usia 36 – 40 berjumlah 11 orang dengan persentase 36,67 % dan responden

dengan jumlah paling sedikit adalah usia 51-55 tahun yaitu hanya ada 1

responden atau dengan persentase 3,34%. Sedangkan pada bagian

administrasi diketahui bahwa responden terbanyak pada usia 30 – 35

berjumlah 15 orang dengan persentase 50 % dan responden paling sedikit

adalah pada usia 41-45 tahun yaitu berjumlah 2 orang atau 6,67%. (Data

Terlampir)

4. Masa Kerja

Distribusi responden berdasarkan masa kerja pada tenaga kerja bagian

weaving dan aministrasi di PT. Iskandar Indah Printing Textile digambarkan

pada tabel 6 berikut ini.

Tabel 6. Tabel Distribusi Frekuensi Masa Kerja Responden tenaga kerja


bagian weaving dan administrasi
Masa Kerja Weaving Administrasi
(Tahun) Frekuensi Persentase (%) Frekuensi Persentase (%)
5 – 10 1 3,34 15 50
11 – 15 9 30 6 20
16 – 20 15 50 9 10
21 – 25 2 6,67 0 0
26 – 30 3 10 0 0
Jumlah 30 100 30 100
Sumber : Data hasil pengukuran 12 April 2011

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
54

Berdasarkan tabel 7, frekuensi masa kerja responden yang paling banyak

dibagian weaving adalah 16-20 tahun sebanyak 15 responden atau 50%.

Frekuensi masa kerja yang paling sedikit adalah 5-10 tahun sebanyak 1

responden atau 3,34%. Sedangkan pada bagian administrasi, masa kerja

responden yang paling banyak sebanyak 5-10 tahun sebanyak 15 orang atau

50%. Sedangkan frekuensi masa kerja terendah sebanyak 9 orang dengan

presentase 10%.

C. Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan Tempat Kerja

Pengukuran kebisingan dengan menggunakan Sound Level Meter (jenis

LA 2560 Merk Ono Sokki) pada masing-masing bagian pengerjaan area weaving

dan administrasi dilakukan pada jam 07.00-15.00 WIB pada saat pekerja

melakukan pekerjaannya.

Pengukuran intensitas kebisingan (dBA) dilakukan pada hari 9-10 April

2012 dengan luas ruangan 30 m2, pengukuran ini dilakukan pada 10 titik yang

sudah ditentukan (berdasarkan SNI, 2004). Hasil pengukuran intensitas

kebisingan pada 10 titik pengukuran di bagian weaving PT. Iskandar Indah

Printing Textile

Pengukuran intensitas kebisingan dengan sound level meter di bagian

weaving PT. Iskandar Indah Printing Textile yaitu 97 dBA dan dibagian

administrasi yaitu 77 dBA. Selama bekerja tenaga kerja tidak memakai APD dan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
55

hanya beberapa tenaga kerja yang memakai kapas sebagai APD. Hasil

pengukuran dapat dilihat pada tabel dengan hasil sebagai berikut :

Tabel 7. Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan

Intensitas Kebisingan Weaving Administrasi


Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase

>NAB 10 100% 1 10%


<NAB 0 0% 9 90%
Jumlah 10 100% 10 100%
Sumber : Data Primer yang telah diolah.

Data lengkap hasil pengukuran kebisingan di bagian weaving PT.

Iskandar Indah Printing Textile tersaji pada lampiran.

D. Hasil Pengukuran Gangguan Fungsi Pendengaran

Untuk mengetahui tingkat gangguan fungsi pendengaran yang diakibatkan

oleh kebisingan, maka alat ukur yang digunakan yaitu audiometer dan pengukuran

dilakukan pada ruangan yang tertutup. Selama bekerja tenaga kerja tidak memakai

APD dan hanya beberapa tenaga kerja yang memakai kapas sebagai APD.

Hasilnya dapat dilihat pada tabel 8. Data lengkap hasil pengukuran tersaji pada

lampiran.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
56

Tabel 8. Hasil Pengukuran Gangguan Fungsi Pendengaran

Bagian Weaving Bagian Administrasi


Gradasi
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
Normal 4 13,3 14 46,6
Ringan 4 13,3 10 33,3
Sedang 14 46,6 6 20
Berat 8 26,6 0 0
Sangat Berat 0 0 0 0
Jumlah Total 30 100% 30 100%
Sumber : Data Primer yang telah diolah.

Dari hasil pengukuran gangguan fungsi pendengaran di tempat kerja yang

terpapar bising melebihi NAB yaitu di bagian Weaving, responden yang terkena

gangguan terbanyak adalah dengan gradasi sedang yaitu sebanyak 14 responden

dan yang paling sedikit 4 responden dengan gradasi normal. Di bagian ini juga

terdapat responden yang mengalami gangguan dengan gradasi berat yaitu

sebanyak 8 responden. Sedangkan di bagian administrasi responden lebih banyak

berada di gradasi normal. Terdapat 6 responden yang mangalami gangguan dengan

gradasi sedang dibagian administrasi dan tidak ada responden yang mengalami

gangguan dengan gradasi berat dan sangat berat.

E. Uji Statistik

Dari hasil pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui intensitas

kebisingan engan mnggunakan sound level meter dan untuk mengetahui gangguan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
57

fungsi pendengaran dengan mnggunakan audiometer, langkah selanjutnya yaitu

pengolahan data menggunakan uji statistik dengan metode Chi Square Test

melalui program SPSS versi 16.0. Dari hasil pengolahan data dengan SPSS, maka

didapatkan hasil nilai X² = 0,494 dan p = 0,000. Oleh karena p < 0,05 maka hasil

uji dinyatakan signifikan, maka Ha diterima dan Ho ditolak. Berarti ada pengaruh

intensitas kebisingan terhadap gangguan fungsi pendengaran di PT. Iskandar Indah

Printing Surakarta. Hasil uji secara lengkap tersaji pada lampiran.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
58

BAB V
PEMBAHASAN

A. Karakteristik Subjek Penelitian

Dari hasil penelitian ini, dapat diketahui bahwa karakteristik subjek

penelitian tenaga kerja adalah sebagai berikut :

1. Jenis Kelamin

Subjek penelitian yang digunakan sebagai sampel dalam

penelitian ini menggunakan jenis kelamin perempuan, karena menurut

Tarwaka (2004) secara umum wanita hanya mempunyai kekuatan fisik

2/3 dari kemampuan fisik atau kekuatan otot laki-laki, tetapi dalam hal

tertentu wanita lebih teliti dari laki-laki.

2. Lama Kerja

Lama tenaga kerja terpapar yang bekerja di PT. Iskandar Indah

Printing Textile pada bagian weaving dan administrasi rata-rata 8 jam.

Dari berbagai faktor yang mempengaruhi daya dengar yang paling

menonjol adalah faktor lama pemajanan (Tarwaka, 2004).

3. Usia

Dari data primer yang didapat diketahui umur tertinggi adalah

55 tahun, sedangkan yang terendah adalah 30 tahun. Menurut

Commite On Conservation Of Hearing Of American Academy Of

Ortolarynology menyatakan bahwa seseorang dalam usia produktif


commit to user
58
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
59

yaitu 15-55 tahun dapat terhindar dari presbiacussis jika tidak ada

riwayat penyakit telinga (Ballenger, 1997). Secara umum

presbiacussis (fungsi pendengaran menurun) terjadi pada orang lebih

dari 60 tahun (Iskandar, 1997).

Dalam penelitian ini peneliti menentukan subjek penelitian yang

berumur 30-55 tahun, karena rata-rata yang tenaga kerja di perusahaan

tersebut berumur 30-55 tahun, selain usia produktif yaitu 15-55 tahun

dan dapat terhindar dari presbiacussis.

4. Masa Kerja

Masa kerja subjek penelitian yang tertinggi adalah 30 tahun dan

masa kerja subjek penelitian yang terendah adalah 10 tahun.

Paparan kebisingan > 85 dBA ada kemungkingan bahwa setelah

5 tahun kerja, 1% tenaga kerja akan memperlihatkan sedikit gangguan

pendengaran (Suyono, 1995). Maka peneliti mengambil subjek

penelitian yang mempunyai masa kerja lebih dari 5 tahun.

B. Analisis Univariat

Analisis univariat dimaksudkan untuk menggambarkan sebaran dari

hasil penelitian yang diperoleh secara kuantitatif dengan menggunakan daftar

distribusi dan dibuat persentase.

1) Intensitas Kebisingan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
60

Dari hasil pengukuran intensitas kebisingan di bagian weaving

PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta didapatkan hasil melebihi

NAB (>85 dBA) dengan intensitas rata-rata 97 dBA dan pada bagian

administrasi berada di bawah nilai ambang batas yaitu 77 dBA

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, tingkat kebisingan di bagian

administrasi tergantung dari banyaknya orang yang melakukan percakapan

di dalam ruangan. Makin banyak orang dalam ruangan yang melakukan

percakapan makin tinggi tingkat kebisingannya, begitu pula sebaliknya..

Tingginya intensitas kebisingan di bagian weaving yang melebihi NAB

tersebut disebabkan oleh suara mesin tenun yang beroperasi.

Di dalam penelitian ini dilakukan pada dua tempat, yaitu di bagian

weaving dan bagian administrasi. Bagian weaving disini merupakan

tempat yang intensitas kebisingannya lebih dari nilai ambang batas

sedangkan bagian administrasi disini merupakan tempat yang tingkat

kebisingannya berada di bawah nilai ambang batas. Hal tersebut dilakukan

dengan alasan membandingkan tenaga kerja yang tepapar kebisingan di

atas nilai ambang batas dan tenaga kerja yang terpapar di bawah nilai

ambang batas hal ini membuktikan bahwa tenaga kerja yang berada di

tempat kerja yang intensitas kebisingannya lebih dari NAB mempunyai

risiko terkena gangguan fungsi pendengaran.

Waktu pemajanan untuk intensitas rata-rata 97 adalah 30 menit

perhari artinya pekerja maksimal berada di area tersebut selama 30 menit


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
61

secara terus menerus tanpa menggunakan APD dan setelah 30 menit

bekerja pekerja harus berada di luar ruangan tersebut terlebih dahulu

sebelum kembali bekerja untuk waktu pemajanan yang sama. Dari hasil

yang didapat itu besar risikonya mengakibatkan menurunnya fungsi

pendengaran atau gangguan fungsi pendengaran

Permenakertrans RI No. 13 Tahun 2011 tentang NAB Faktor

Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja, NAB bising yang

diperkenankan yaitu 85 dBA untuk 8 jam kerja dimana tenaga kerja tidak

mengalami gangguan fungsi pendengaran atau penyakit akibat kerja.

Sedangkan tenaga kerja di PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta

jam kerjanya dalam satu hari yaitu 8 jam dan 40 jam seminggu.

Kebisingan apabila dikendalikan dengan benar, maka tenaga

kerja dapat bekerja dengan aman dan nyaman sehingga produktivitas kerja

meningkat. Sebaliknya apabila intensitas kebisingan tidak dikendalikan

dengan baik maka akan terjadi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja

yang akhirnya dapat menurunkan produktivitas kerja (Sihar Tigor, 2005).

Pekerja yang bekerja di area kerja bising dengan waktu kerja 8

jam kerja/hari diharuskan menggunakan APD telingan berupa ear plug/ear

muff. Dengan penggunaan ear plug pekerja dapat mengurangi risiko

terkerna paparan bising yang diterima sehingga dapat

meminimalkan/mengurangi pengaruh bising yang ditimbulkan dari mesin

weaving. Namun kenyataanya para pekerja di bagian weaving tidak ada


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
62

satu pun yang menggunakaan APD, dan hanya memakai penutup telinga

yaitu kapas alasannya karena pekerja tidak terbiasa dan tidak nyaman

memakai APD (ear plug) ketika melakukan pekerjaan.

2) Gangguan Fungsi Pendengaran

Pada pengukuran gangguan fungsi pendengaran dengan audiometer

pada 30 tenaga kerja di bagian weaving didapatkan hasil yaitu tenaga kerja

yang mengalami gangguan fungsi pendengaran terbanyak yaitu gangguan

dengan gradasi sedang yang artinya mengalami kesulitan dalam

percakapan sehari-hari mulai jarak > 1,5m (Buchari, 2007) sebanyak 14

orang. Selanjutnya tenaga kerja yang mengalami gangguan dengan gradasi

berat dalam hal ini terjadi kesulitan dalam percakapan keras/berteriak

mulai jarak > 1,5 m sebanyak 8 orang, kemudian dengan gradasi normal

(tidak mengalami kesulitan dalam percakapan biasa yaitu 6m) dan ringan

yang mengalami kesulitan dalam percakapan sehari-hari mulai jarak <

6m) masing-masing 4 orang. Di bagian ini tidak terdapat tenaga kerja

yang mengalami gangguan dengan gradasi sangat berat (Kesulitan dalam

percakapan keras/berteriak mulai jarak < 1,5 m. Sedangkan pada bagian

administrasi dengan sampel sebanyak 30 orang, tenaga kerja yang normal

(tidak mengalami kesulitan dalam percakapan biasa 6m) atau tidak

mengalami gangguan fungsi pendengaran merupakan jumlah terbanyak

dengan jumlah sebanyak 14 orang, 10 orangnya mengalami gangguan

dengan gradasi ringan yang mengalami kesulitan dalam percakapan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
63

sehari-hari mulai jarak < 6m, sedangkan 6 orangnya mengalami gangguan

dengan gradasi sedang yang artinya mengalami kesulitan dalam

percakapan sehari-hari mulai jarak > 1,5m (Buchari, 2007). Pada bagian

administrasi ini tidak ada yang mengalami gangguan fungsi pendengaran

berat dan sangat berat, Pada bagian administrasi sebagai sampel

pembanding dengan kebisingan dibawah NAB yaitu sumber kebisingan

dari percakapan dan aktivitas kantor yang dilakukan oleh para tenaga

kerja, terdapat tenaga kerja yang mengalami gangguan fungsi pendengaran

disebabkan oleh karena riwayat penyakit maupun usia yang sudah tidak

mudah lagi yang memang rentan terkena gangguan fungsi pendengaran.

Pengukuran gangguan fungsi pendengaran pada bagian weaving

didapatkan lebih banyak yang mengalami gangguan fungsi pendengaran

yaitu sebesar 86,6%. Sedangkan di bagian administrasi hanya terdapat

43,3% yang mengalami gangguan fungsi pendengaran yang merupakan

penderita gangguan fungsi pendengaran ringan

Pengaruh dari pemajanan kebisingan pada intensitas tinggi yang

melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) sudah jelas yaitu kehilangan daya

dengar baik sementara maupun permanen. Semakin tinggi intensitas dan

semakin lama terpajan kebisingan maka akan semakin tinggi ambang

dengarnya.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
64

C. Analisis Bivariat

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada pengaruh intensitas

kebisingan terhadap gangguan fungsi pendengaran pada tenaga kerja di

PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta.

Uji statistik dengan metode Chi Square Test, didapatkan hasil nilai

X² = 0,494, p = 0,000. Oleh karena p < 0,05 maka hasil uji dinyatakan

signifikan. Berarti ada pengaruh intensitas kebisingan terhadap gangguan

fungsi pendengaran. Hal tersebut menunjukkan bahwa ada risiko

gangguan fungsi pendengaran terhadap tenaga kerja di PT. Iskandar Indah

Printing Textile Surakarta akibat terpapar kebisingan yang melebihi nilai

ambang batas.

Hasil penelitian ini sesuai dengan beberapa penelitian sejenis yang

pernah dilakukan dengan hasil yang juga signifikan antara lain adalah :

1) Slamet Riyadi (2003) dengan judul Hubungan Intensitas Kebisingan

pada Ruang Produksi terhadap Gangguan Fungsi Pendengaran Pekerja

di PT. Golden Sari Bandar Lampung dengan kekuatan hubungan (R )

telinga kanan 0,489 dan telinga kiri 0,462. Dari penelitian ini dapat

disimpulkan bahwa intensitas kebisingan pada ruang produksi di PT.

Golden Sari telah melewati NAB, dengan intensitas kebisingan rata-

rata 88,5 dBA.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
65

2) Ishari Wida Utami dengan judul Hubungan Tingkat Pemaparan

Kebisingan Dengan Gangguan Pendengaran Pada Pengemudi Becak

Mesin Di Kota Pematang Siantar (2010). Hasil analisis menunjukkan

adanya hubungan yang signifikan antara tingkat kebisingan dengan

terjadinya ketulian (p=0,001).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
66

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

1. Intensitas kebisingan di bagian Weaving adalah sebesar 97 dB .

2. Gangguan fungsi pendengaran pada bagian weaving yaitu dengan gradasi

sedang sebanyak 14 orang, gradasi berat sebanyak 8 orang, gradasi normal

dan sedang masing-masing 4 orang.

3. Uji statistik pengaruh intensitas kebisingan terhadap gangguan fungsi

pendengaran didapatkan hasil nilai X² = 0,494 dan p = 0,000 dimana p < 0,05

dinyatakan signifikan berarti ada pengaruh paparan bising terhadap gangguan

fungsi pendengaran pada tenaga kerja di PT. Iskandar Indah Printing Textile

Surakarta.

A. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disarankan sebagai berikut :

1. Pihak perusahaan memperhatikan perawatan mesin yang mengeluarkan bunyi

yang menimbulkan kebisingan dengan secara periodik selalu membersihkan

mesin-mesin operasi dengan teratur dan pemberian pelumas agar mesin dapat

dijalankan dengan baik agar getaran yang dihasilkan dapat berkurang

sehingga kebisingan bisa berkurang.

commit to user
66
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
67

2. Pihak perusahaan menyediakan penghalang kebisingan (sound barrier)

maupun penyerap kebisingan (noise absorber) sehingga dapat mengurangi

kebisingan yang melebihi nilai ambang batas.

3. Sebaiknya rotasi kerja yang ada di perusahaan di perbaiki lagi sesuai dengan

waktu penerimaan paparan kebisingan pada tenaga kerja, sehingga tenaga

kerja tersebut tidak terpapar kebisingan yang berada di atas NAB secara terus-

menerus.

4. Menyediakan ear plug yang nyaman dipakai untuk bagian weaving pada

khususnya dan seluruh tenaga kerja yang bekerja di bagian lain yang terpapar

kebisingan pada umumnya, karena dengan pemakaian sumbat telinga

intensitas kebisingan yang masuk dalam telinga dapat berkurang antara 20-25

dB.

5. Adanya pengawasan secara rutin setiap hari terhadap tenaga kerja, supaya

senantiasa menggunakan sumbat telinga (ear plug), memberi teguran, atau

peringatan tidak hanya pada tenaga kerja yang melanggar ketentuan-ketentuan

perusahaan, tetapi juga pengawasan dari tim keselamatan dan kesehatan kerja

atau tim P2K3 perusahaan terhadap pimpinan yang membiarkan bawahannya

tidak memakai sumbat telinga (ear plug).

commit to user

Anda mungkin juga menyukai