Anda di halaman 1dari 2

Art critique

"The Last Supper" karya Leonardo da Vinci, yang dilukis antara tahun 1495 dan 1498,
dicat dengan cat acrylic. Dari lukisan ini, terdapat seseorang yang berposisi di tengah antara
12 orang. Mereka duduk di meja persegi panjang yang ditutupi dengan kain putih dengan
garis garis berwarna biru tua. Di atas kain tersebut terdapat banyak makanan dan piring.
Pakaian yang digunakan mereka rata-rata berupa baju panjang dengan kain selendang yang
panjang dengan warna yang mencolok. Ruangan yang mereka tempati cukup simple dan
warnanya tidak mencolok seperti pakaian orang-orang itu. Selain dari itu, di atapnya terdapat
garis-garis berwarna coklat, pada dinding sampingannya juga terdapat persegi panjang
berwarna merah tua dan hitam.
Ruangan dilukis dengan dinding yang berada dibelakang mereka lebih kecil dibanding
dinding sampingnya. Hal ini memberi kesan ruanggannya luas. Lalu persegi berwarna merah
tua dan hitam yang ditempel pada dinding samping, terlihat seperti lukisan. Juga pada diding
belakang terdapat semacam pintu dan jendela yang terbuka memperlihatkan lingkungan luar.
12 orang yang berada di kiri kanan orang tengah yang terlihat seperti yesus kristus, terlihat
sedang membicarakan tentang jesus kristus dan ekspresi serta gestur mereka terlihat marah.
Dari lukisan yg saya lihat, lukisan ini menangkap momen mengharukan dari
perjamuan terakhir Yesus Kristus bersama 12 murid-muridnya. Dimana yesus kristus
mengungkapkan sesuatu yg buruk seperti penghiyanatan yang mengakibatkan murid-
muridnya marah. Sikap tenang Kristus di tengah-tengah berlawanan dengan ekspresi para
murid yang bervariasi, yang menekankan tanggapan manusia terhadap kebenaran tentang
dirinya. Selain dari itu, reaksi setiap 12 murid menunjukkan kelemahan dan keraguan
manusia.
Secara kesimpulan, "The Last Supper" karya Leonardo da Vinci adalah mahakarya
yang terkenal karena kedalaman narasi dan detailnya. Komposisinya menampilkan
pemahaman perspektif Da Vinci yang luar biasa, menciptakan susunan figur dinamis yang
menambah daya tarik visual pada adegan klimaks. Penggunaan simbolis bentuk geometris
meningkatkan signifikansi religius dari karya seni tersebut. Namun, keburukan muncul
karena kerusakan seiring berjalannya waktu, yang berdampak pada kejernihan dan kejelasan
lukisan secara keseluruhan. Ukuran dan skalanya, serta kontroversi seputar upaya restorasi,
memberikan pertimbangan tambahan.
Solusi untuk itu adalah dengan menggunakan teknologi digital canggih, konservator
dapat mendokumentasikan kondisi karya seni saat ini, memandu proses restorasi yang rumit.
Teknik non-invasif akan sangat penting untuk membersihkan dan menstabilkan lukisan, serta
menjaga integritas sejarahnya. Untuk mengatasi keterbatasan ukuran, tampilan digital
interaktif atau pengalaman realitas virtual dapat menawarkan akses yang mendalam kepada
pemirsa. Terlepas dari tantangan-tantangan ini, "The Last Supper" tetap menjadi bukti abadi
kehebatan artistik dan kontribusi Da Vinci terhadap sejarah seni.

Anda mungkin juga menyukai