Anda di halaman 1dari 11

HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA

DENGAN TINGKAT PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA DI CV. “X”

Gadis Wisudawati Yunia Putri, Abdul Rohim Tualeka


Departemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
E-mail: gadiswyp@windowslive.com

ABSTRACT
Job stress was a part of life stress. Demands of the job do not match the capabilities or skills of
workers and unfulfilled desire were a cause of job stress. So it can affect the level of labor
productivity. This study was a descriptive study with cross sectional design. while the samples were
taken with a total sampling principle that all workers who totaled 35 people. The data obtained were
analyzed descriptively using Contingency Coeffisient. The result of this study was showed that the
relationship of job stress with productivity levels. By using the contingency coefficient, a value
association of 0.495. When viewed from the level of the relationship, the association values were
0.495 susceptible values from 0.26 to 0.50 which means a moderate level of relationship. Conclusion
of job stress have a relationship with the level of labor productivity in the CV. “X”. Advice given,
among others: increased attention to labor, one of them by measuring work climate that work can
always be monitored and can be used as a basis to formulate company policies, provide advice on
each of the workers to always maintain the cleanliness and neatness of work space and give rewards
to workers who can produce high productivity.

Keywords: individual characteristics, job stress, the level of labor productivity

ABSTRAK
Stres kerja adalah bagian dari stres kehidupan. Tuntutan pekerjaan yang tidak sesuai dengan
kemampuan atau keterampilan dari pekerja dan keinginan yang tidak tersalurkan merupakan
penyebab timbulnya stres kerja. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan rancangan cross
sectional. Sedangkan sampel diambil dengan prinsip total sampling yaitu semua tenaga kerja yang
berjumlah 35 orang. Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan
kontingensi koefisien.Dari hasil penelitian terdapat hubungan antara stres kerja dengan tingkat
produktivitas. Dengan menggunakan analisis kontingensi koefisien, didapatkan nilai korelasinya
sebesar 0,495. Jika dilihat dari tingkat hubungannya, nilai asosiasi 0,495 berada pada rentang nilai
0,26 - 0,50 yang berarti memiliki tingkat hubungan sedang. Kesimpulan yang diperoleh stres kerja
mempunyai hubungan dengan tingkat produktivitas pada tenaga kerja di CV. SMI Surabaya. Saran
yang diberikan antara lain: meningkatkan perhatiannya terhadap tenaga kerja, salah satunya dengan
melakukan pengukuran iklim kerja sehingga tempat kerja selalu dapat dipantau dan dapat digunakan
sebagai dasar untuk menyusun kebijakan perusahaan, memberikan saran pada tiap tenaga kerjanya
untuk selalu menjaga kebersihan dan kerapian ruang kerja dan memberikan reward kepada tenaga
kerja yang dapat menghasilkan produktivitas tinggi.

Kata kunci: karakteristik individu, stres kerja, tingkat produktivitas tenaga kerja

144
145 The Indonesian Journal of Occupational Safety , Health and Environment, Vol. 1, No. 1 Jan-April 2014: 144-154

PENDAHULUAN tingkat kesehatan. Apabila stres ini terjadi


di tempat kerja dapat mengakibatkan
Pengembangan sumber daya masalah kerja yang serius yang dapat
manusia di dalam pembangunan ekonomi mempengaruhi kinerja dari tenaga kerja.
sangat penting untuk diperhatikan. Stres kerja berdampak sangat besar
Beberapa ahli ekonomi mengemukakan terhadap tenaga kerja. Akibat stres
bahwa titik permulaan pertumbuhan kerja lebih dari 14.000 tenaga kerja mati
ekonomi terletak pada meningkatnya tiap tahun dalam kecelakaan industri
produktivitas tenaga kerja (hampir 55 orang per hari atau 7 orang per
(Sudrajat,dkk.,1998). jam kerja) dan lebih dari 100.000 orang
Dalam rangka peningkatan tenaga kerja menjadi cacat permanen
produktivitas tersebut maka perhatian setiap tahun dan karyawan melaporkan
terhadap tenaga kerja sangat penting lebih dari 5 juta kecelakaan pekerjaan
untuk dilakukan, disamping itu karena yang terjadi tiap tahunnya (Gibson, 1995).
tenaga kerja juga mempunyai hak untuk Menurut Risnawati (2002), stres
mendapat perlindungan terhadap kerja merupakan suatu hal yang paling
kesehatan dan keselamatan selama ditakuti oleh dunia usaha maupun
bekerja. Pemerintah menunjukkan pemerintah. Hal tersebut dampaknya
perhatiannya terhadap tenaga kerja berimplikasi pada masyarakat luas dan
diwujudkan dengan adanya Undang- pertumbuhan ekonomi suatu Negara
undang dan peraturan pemerintahan dalam karena dapat menurunkan produktivitas
praktek hygiene perusahaan. kerja. Dalam artikel tentang migrasi
Penjelasan umum pasal ini tenaga kerja (khususnya tenaga kerja
menyatakan agar aman melakukan kasar) dengan peningkatan produktivitas
pekerjaannya sehari-hari untuk dan kualitas tenaga kerja nasional yang
meningkatkan produksi dan produktivitas dimuat di kompas 31 Desember 1994
nasional, tenaga kerja harus dilindungi disebutkan bahwa berdasarkan data
dari berbagai soal di sekitarnya serta pada empiris produktivitas tenaga kerja
dirinya yang dapat menimpa dan Indonesia menduduki peringkat terendah
mengganggu dirinya serta pelaksanaan di antara negara-negara di Asia.
pekerjaannya (Sudirman,1989). Perhatian Menurut Menteri Perindustrian
yang kurang terhadap kesehatan dan MS Hidayat, produktivitas tenaga kerja
keselamatan tenaga kerja dapat Indonesia masih relatif rendah,
mengakibatkan hal-hal yang tidak kalah dibandingkan dengan tiga negara
diinginkan. Hal-hal tersebut terjadinya kompetitor utama di ASEAN. Data
penyakit akibat kerja, kecelakaan kerja, produktivitas tahun 2013, produktivitas
penurunan produktivitas dan gangguan tenaga kerja Indonesia sebesar 9.500
kesehatan baik fisik maupun psikologis. dollar AS. Dengan asumsi Rp 11.000 per
Gangguan fisik mudah dideteksi karena dollar AS, produktivitas tenaga kerja
dapat dilihat oleh indera secara langsung, Indonesia setara Rp 104,5 juta per kerja
sedangkan gangguan psikologis sulit per tahun. Angka produktivitas tenaga
untuk dideteksi karena biasanya tidak kerja Indonesia ini di bawah Singapura
disadari adanya dan tidak dapat dilihat yang mencapai 92.000 dollar AS atau Rp
oleh indera secara langsung tetapi dapat 1,012 miliar, Malaysia 33.300 dollar AS
mengakibatkan dampak negatif bagi atau Rp 363,3 juta, dan Thailand 15.400
perusahaan dan bagi tenaga kerja itu dollar AS atau Rp 169,4 juta. Bahkan,
sendiri. produktivitas tenaga kerja Indonesia
Salah satu gangguan psikologis berada di bawah rata-rata negara ASEAN
adalah stres. Masalah stres yang yang sebesar 10.700 dollar AS atau Rp
tidak segera diatasi dapat menurunkan 117,7 juta.
Gadis W.Y Putri dan Abdul R. Tualeka, Hubungan Antar Stres Kerja… 146

Stres kerja juga memberikan produktivitas industri ini. Batasan masalah


dampak pada tingkat produktivitas penelitian ini adalah stres kerja
terhadap tenaga kerja di CV.”X”. Belum dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu
ada penelitian dampak stres kerja dengan faktor dari lingkungan kerja yang meliputi
tingkat produktivitas tenaga kerja di CV. faktor fisik, kimia, biologi, psikologi,
“X”. Dengan demikian perlu dilakukan faktor kondisi di luar lingkungan kerja
penelitian tentang hubungan stres kerja (life stresor), yaitu perubahan-perubahan
dengan tingkat produktivitas tenaga kerja. dasar dalam kehidupan seseorang seperti
Identifikasi masalah penelitian perceraian, perkawinan dan kematian serta
adalah berdasarkan survei awal yang faktor dari diri pribadi yaitu tipe
dilakukan didapatkan bahwa industri ini kepribadian A atau B.
secara formal tidak mempunyai jam kerja Selain itu juga terdapat faktor yang
yang tetap. Jam kerja di industri ini dapat merubah pengalaman stres individu
tergantung oleh ramai atau tidaknya order yang meliputi umur, pendidikan, masa
yang diterima oleh industri. Terkadang kerja, jenis kelamin, intelegensia, status
para pekerja masuk jam 09.00 pagi dan ekonomi, suku, kebudayaan, dan kondisi
pulang jam 17.00, tetapi apabila keadaan fisik. Dalam penelitian ini dibatasi pada
industri sedang sepi maka pekerja dapat variabel faktor fisik dari lingkungan kerja
pulang jam 14.00 bahkan diliburkan yang meliputi persepsi tenaga kerja
apabila industri tidak ada orderan. mengenai suhu, penerangan dan
Sebagian kecil pekerja di industri kebersihan serta kerapian ruang kerja dan
ini mempunyai latar belakang ekonomi faktor yang dapat merubah pengalaman
yang cukup dan sebagian besar sudah stres individu yaitu umur, pendidikan, dan
berkeluarga yang menyebabkan mereka masa kerja. Pengambilan variabel dari
mempunyai beban ekonomi yang lebih lingkungan kerja karena untuk
berat. Sistem upah yang diterapkan di mengetahui seberapa jauh lingkungan
industri ini yaitu tergantung oleh kerja berpengaruh terhadap individu.
jumlah kursi yang dihasilkan oleh tenaga Rumusan masalah pada penelitian
kerja dalam seminggu. Apabila jumlah ini adalah Apakah hubungan antara stres
yang mereka hasilkan banyak, maka upah kerja dengan tingkat produktivitas pada
yang mereka dapatkan juga banyak begitu tenaga kerja di CV. “X”.
juga sebaliknya apabila jumlah yang Sedangkan tujuan penelitian ini
mereka hasilkan sedikit, maka upah yang adalah menganalisis hubungan antara stres
mereka dapatkan sedikit pula. kerja dengan tingkat produktivitas tenaga
Dilihat dari lingkungan kerjanya, kerja di CV. “X”.
CV. “X” mempunyai kerawanan terhadap
terjadinya stres di tempat kerja. Hal ini
METODE
dapat dilihat dari ruang kerja yang kurang
sesuai dengan syarat-syarat kesehatan Berdasarkan tidak adanya
yaitu ruang kerja yang penerangannya perlakuan pada objek, penelitian ini
kurang sehingga dapat menyebabkan termasuk penelitian observasional karena
kelelahan mata, suhu udara di ruang kerja penelitian ini dilakukan dengan
yang panas karena kurangnya ventilasi mengamati objek penelitian tanpa
udara dan atap industri terbuat dari asbes, memberikan perlakuan.
keadaan ruang kerja yang kurang Berdasarkan waktu pelaksanaannya,
bersih dan tidak rapi dapat menambah penelitian ini termasuk penelitian cross
beban kerja yang harus ditanggung oleh sectional karena data tentang variabel
pekerja yang dapat menyebabkan diperoleh pada satu waktu dan merupakan
munculnya stres kerja sehingga akan penelitian analitik yaitu dengan
berpengaruh terhadap tingkat menggunakan teknik kontingensi
147 The Indonesian Journal of Occupational Safety , Health and Environment, Vol. 1, No. 1 Jan-April 2014: 144-154

koefisien. sampel dari penelitian ini yang diinginkan. Setelah kursi jadi, lalu
adalah semua tenaga kerja di CV. “X” kursi tersebut dibungkus dengan plastik
yang berjumlah 35 orang (Notoatmodjo, atau yang biasa disebut dengan
1997). pengepakan. Setelah pengepakan selesai,
Sampel di ambil dengan prinsip kursi siap di kirim dan dijual.
total sampling karena jumlah yang
tidak terlalu banyak dan waktu yang Karakteristik Responden
memungkinkan untuk menggunakan Umur Responden
seluruh populasi menjadi sampel. terlihat bahwa sebagian besar
Variabel pada penelitian ini adalah responden berumur antara 41–50 tahun
karakteristik individu (umur, masa kerja yaitu sebanyak 15 orang (42,9%) dan
dan pendidikan), stres kerja, produktivitas hanya 4 orang responden (11,4%) yang
kerja dan lingkungan fisik kerja. berumur antara 21 – 30 tahun.
Pengumpulan data primer dilakukan
dengan menggunakan bantuan kuisioner Pendidikan Responden
dan teknik wawancara kepada pimpinan terlihat bahwa sebagian besar
industri dan tenaga kerja serta penggunaan pendidikan responden adalah SMP yaitu
lembar observasi untuk mengamati sebanyak 18 orang (51,4%) dan hanya 2
lingkungan fisik yang terkait dengan orang responden (5,7%) yang
penelitian. berpendidikan SD.
Sedangkan pengumpulan data
sekunder diperoleh dari data yang telah Masa Kerja Responden
ada pada industri yang bersangkutan. Data terlihat bahwa sebagian besar masa
yang telah diperoleh melalui observasi dan kerja responden antara 11 – 15 tahun yaitu
wawancara diolah pada penilaian sebanyak 20 orang (57,1%) dan hanya 1
kuesioner yang dilakukan skoring untuk orang responden (2,9%) yang masa
mengetahui stress dan tingkat kerjanya kurang dari 1 tahun.
produktivitas.
Untuk mengetahui hubungan stres Lingkungan Fisik Kerja Responden
dengan tingkat produktivitas dilakukan terlihat bahwa sebagian besar
analisis data dengan menggunakan responden yaitu 32 orang (91,4%) merasa
tabulasi silang (cross tab). Data yang tidak nyaman di lingkungan kerjanya, dan
didapatkan dari kuesioner, wawancara yang mengalami kenyamanan di
dan pengukuran langsung kemudian lingkungan kerja hanya 3 orang (8,6%).
dianalisis dengan tabel narasi. Untuk
mengetahui kuat hubungan menggunakan Stres Kerja
Contingency Coefficient (C). besar responden mengalami stres
kerja yaitu sebanyak 27 orang (77,1%) dan
8 orang responden (22,9%) yang tidak
HASIL
mengalami stres kerja.
Gambaran Umum Perusahaan
CV. “X” merupakan industri Tingkat Produktivitas Kerja
mebel. Misi visi industri ini adalah Sebagaian besar responden
menghasilkan produk mebel yang mempunyai tingkat produktivitas tinggi
berkualitas. Proses produksi di industri ini yaitu sebanyak 17 orang (48,6%),
dimulai dari proses pembuatan kursi yaitu sedangkan responden dengan tingkat
menyusun kerangka kursi, lalu pemberian produktivitas rendah mempunyai jumlah
spon daan setelah itu pemberian kain yang paling sedikit yaitu 8 orang (22,8%).
sudah dijahit dan dibentuk sesuai kursi
Gadis W.Y Putri dan Abdul R. Tualeka, Hubungan Antar Stres Kerja… 148

Hubungan Antara Umur Responden Hubungan Antara Masa Kerja


Dengan Stres Kerja Responden dengan Stres Kerja
Tabel 1. Hubungan Antara Umur dengan Tabel 3. Hubungan Antara Masa Kerja
Stres Kerja Tenaga Kerja di CV. dengan Stres Kerja Tenaga
“X” 2014 Kerja di CV “X” 2014
Stres Kerja Stres Kerja
Umur Tidak Jumlah Masa Kerja Tidak Jumlah
Stres Stres
Responden Stres (n%) Responden Stres (n%)
(n%) (n%)
(n%) (n%)
21-30 tahun 2 (50,0) 2 (50,0) 4 (100,0) 0-5 tahun 2 (33,3) 4 (66,7) 6 (100,0)
31-40 tahun 2 (20,0) 8 (80,0) 10(100,0) 6-10 tahun 2 (22,2) 7 (77,8) 9 (100,0)
41-50 tahun 3 (20,0) 12(80,0) 15(100,0) 11-15 tahun 4 (20,0) 16(80,0) 20(100,0)
> 50 tahun 1 (16,7) 5 (83,3) 6 (100,0) Jumlah 8 (22,9) 27(77,1) 35(100,0)
Jumlah 8 (22,9) 27(77,1) 35(100,0)
Diketahui bahwa yang paling banyak
Dapat diketahui bahwa yang paling mengalami stres kerja adalah responden
banyak mengalami stres kerja adalah dengan rentang lama kerja antara 11 – 15
responden dengan umur > 50 tahun yaitu tahun yaitu sebesar 80,0%. Sedangkan
sebesar 83,3%. Sedangkan responden yang responden yang paling sedikit mengalami
paling sedikit mengalami stres kerja yaitu stres kerja yaitu responden dengan rentang
responden dengan umur rentang umurnya lama kerja antara 0-5 tahun yaitu sebesar
21-30 tahun sebesar 50,0%. 66,7%.
Hubungan Antara Pendidikan
Responden dengan Stres Kerja Hubungan antara lingkungan Fisik
Tabel 2. Hubungan Antara pendidikan Kerja dengan Stres Kerja
dengan Stres Kerja Tenaga Tabel 4. Hubungan Antara Lingkungan
kerja di CV. “X” 2014 Fisik Kerja dengan Stres Kerja
Stres Kerja Tenaga Kerja di CV “X” 2014
Pendidikan Tidak Jumlah Stres Kerja
Stres Lingkungan Tidak Jumlah
Responden Stres (n%) Stres
(n%) Fisik Kerja Stres (n%)
(n%) (n%)
SD 0 (0,0) 2(100,0) 2 (100,0) (n%)
SMP 6 (33,3) 12(66,7) 18(100,0) Tidak 5 (15,6) 27(84,4) 32(100,0)
SMA 2 (13,3) 13(86,7) 15(100,0) Nyaman
Jumlah 8 (22,9) 27(77,1) 35(100,0) Nyaman 3(100,0) 0 (0,0) 3 (100,0)
Jumlah 8 (22,9) 27(77,1) 35(100,0)
Diketahui bahwa yang paling
banyak mengalami stres kerja adalah Diketahui bahwa semua responden
responden dengan pendidikan SD sebesar yang merasa tidak nyaman mengalami stres
100,0%. Sedangkan responden yang paling kerja yaitu sebesar 84,4% dan tidak ada
sedikit mengalami stres kerja yaitu responden yang merasa nyaman yang
responden dengan pendidikan SMP sebesar mengalami stres kerja.
66,7%.
149 The Indonesian Journal of Occupational Safety , Health and Environment, Vol. 1, No. 1 Jan-April 2014: 144-154

Hubungan antara Stres Kerja dengan terbuat dari tumpukan triplek untuk
Tingkat Produktivitas Kerja meletakkan bahan-bahan produksi. Untuk
Tabel 5. Hubungan Antara stres Kerja kursi yang sudah jadi, diletakkan di bawah.
dengan Tingkat Produktivitas Penerangan di ruangan ini berasal
Kerja Tenaga Kerja di CV “X” dari penerangan alami dan buatan. Sinar
2014 matahari masuk melalui ventilasi –
Stres Kerja ventilasi kecil di sepanjang dinding baik di
Stres Jumlah
Rendah Sedang Tinggi lantai bawah maupun atas yang juga
Kerja (n%)
(n%) (n%) (n%) berfungsi sebagai jalan masuknya sinar
Tidak 0 6 2 8 matahari. Sedangkan penerangan buatan
Stres (0,0) (75,0) (25,0) (100,0) berasal dari lampu yang berkekuatan 20
Stres 8 4 15 27 watt dan 10 watt. Jumlah lampu disini ± 6
(29,6) (14,8) (55,6) (100,0) lampu. Masing-masing lantai terdapat 3
Jumlah 8 10 17 35 buah lampu yang terdiri dari 20 watt dan
(22,8) (28,6) (48,6) (100,0)
10 watt. Untuk membantu kesejukan udara
di dalam ruangan, masing-masing lantai
Diketahui bahwa pada responden diberi 1 buah kipas angin yang berdiameter
yang paling banyak mengalami stres ± 30 cm dan letaknya di tengah langit-
adalah responden yang tingkat langit. Walaupun letak kipas angin ini di
produktivitasnya tinggi yaitu sebesar tengah-tengah, suhu udara di ruang kerja
55,6 %. Sedangkan responden yang sedikit masih saja terasa sedikit panas.
mengalami stres adalah responden yang
tingkat produktivitasnya sedang yaitu
sebesar 14,8%. PEMBAHASAN
Karakteristik Tenaga Kerja
Hasil Observasi Terhadap Lingkungan Umur
Fisik Kerja Secara deskriptif dari hasil penelitian
CV. “X” merupakan gudang besar diketahui bahwa responden yang terbanyak
yang tidak memiliki halaman dan tidak berusia 41 – 50 tahun yaitu sebanyak 15
berpagar. Dinding ruang kerja terbuat dari orang (42,9%).
tembok yang bahannya cukup kuat, jika Menurut Depkes RI (2009),
terkena hujan terus menerus, tembok rentan umur ini dikategorikan dalam
tersebut pun akan rapuh. Warna dinding umur dewasa akhir. Rentang usia ini
cerah yaitu putih sehingga dapat walaupun termasuk dalam usia
membantu pencahayaan di ruang kerja ini. produktif, tetapi sudah mendekati masa
CV ini memiliki sedikit ventilasi lansia awal. Hal ini mulai terjadi
sehingga aliran udara dan cahaya pun penurunan fungsi dan kemampuan tubuh.
kurang. Di dalam ruangan ini terdapat Adanya penurunan kemampuan tubuh
banyak sekali barang-barang produksi menyebabkan jarang perusahaan yang
yang akan dijadikan kursi. Mulai dari mencari tenaga kerja di rentang usia ini,
kerangka kursi, spon, kain, lem, kardus, sehingga tenaga kerja pada rentang usia
dan peralatan yg digunakan. Semua barang ini akan menekuni pekerjaan yang telah di
- barang ini ada yang tertata rapi dan ada jalaninya dan tidak akan berpindah untuk
pula yang tidak. Ruangan ini tidak mencari pekerjaan lain.
mempunyai langit-langit, tetapi langsung Sedangkan yang paling sedikit yaitu
beratapkan asbes. Lantai ruang kerja responden dengan rentang usia 21 – 30
terbuat dari cor-coran semen yang tahun sebanyak 4 orang (11,4%). Pada
sewaktu-waktu bisa retak. Ruang kerja rentang usia ini bisa dikategorikan dalam
tidak bersekat, akan tetapi terdapat 2 lantai usia dewasa awal. Pada umumnya masa
pada ruang kerja ini. Lantai atas hanya dewasa awal merupakan masa dimana
Gadis W.Y Putri dan Abdul R. Tualeka, Hubungan Antar Stres Kerja… 150

setiap orang mempunyai banyak impian Masa Kerja


yang ingin dicapai dan sudah memikirkan Sebagian besar tenaga kerja
kehidupan yang lebih matang, misalnya mempunyai masa kerja antara 11 – 15
keinginan untuk menikah. Sehingga pada tahun yaitu sebanyak 20 orang (57,1%).
rentan umur ini tiap individu dituntut Hal ini berarti sebagian besar dari mereka
untuk berfikir secara luas, tegas dan bekerja sejak bertahun – tahun awal
bertanggung jawab jika ingin sukses. berdiri. Hanya 1 orang responden (2,9%)
Misalnya mencari pekerjaan yang sesuai yang mempunyai masa kerja < 1 tahun.
keinginan dan bekerja dengan rasa Para tenaga kerja tetap bertahan
tanggungjawab. Pada rentang usia ini dengan pekerjaannya ini karena tingkat
merupakan usia produktif dimana banyak pendidikan mereka yang pada umumnya
dicari oleh perusahaan. rendah dan kurang mendukung untuk
Pada pekerjaan mebel ini umur juga mendapatkan pekerjaan yang lain. Mereka
dapat dapat berpengaruh terhadap berpikir bahwa pekerjaan ini sudah
produktivitas tenaga kerja. Semakin tua mencukupi untuk kehidupan mereka.
umur maka tenaga kerja akan semakin
cepat merasa lelah selain itu keterampilan Lingkungan Fisik Kerja
tangan juga semakin berkurang Dari hasil penelitian diketahui bahwa
dibandingkan tenaga kerja yang lebih sebagian besar merasa tidak nyaman
muda. Di dalam pekerjaan ini dibutuhkan dengan lingkungan kerjanya yaitu sebanyak
orang yang cekatan dan terampil agar 32 orang (91,4%) sedangkan yang merasa
menghasilkan mebel (kursi) yang nyaman sebanyak 3 orang (8,6%).
berkualitas. Ketidaknyamanan ini meliputi suhu
di dalam ruang kerja yang panas,
Pendidikan pencahayaan kurang, ruang kerja yang
Pembuatan kursi pada perusahaan ini berdebu dan sedikit tidak rapi di dalam
seperti dalam penelitian merupakan suatu ruang kerja. Ketidaknyamanan ini harus
pekerjaan yang tidak terlalu membutuhkan segera diperbaiki karena dapat berefek
tingkat pendidikan. Sebenarnya pekerjaan negatif terhadap tenaga kerja itu sendiri.
ini bisa dipelajari oleh semua orang tanpa Menurut pendapat Nurmianto (1996),
memandang tingkat pendidikan. Pekerjaan bahwa ketidaknyamanan dapat menjadi
ini hanya memerlukan keterampilan yang sebuah gangguan atau bahkan dapat
cekatan. Keterampilan ini bisa didapat dari menimbulkan efek – efek psikologis.
terbiasa membuat kursi. Dari hasil Berdasarkan hasil observasi yang
penelitian diketahui bahwa tingkat dilakukan, keadaan ruang kerja panas dan
pendidikan sebagian besar responden berdebu karena kurangnya ventilasi di
adalah SMP yaitu sebanyak 18 orang ruang kerja serta tidak adanya penghijauan
(51,4%). Sedangkan yang paling rendah di sekitar tempat kerja dan selain itu di
adalah tingkat pendidikan SD yaitu daerah ini juga merupakan lalu lintas truk
sebanyak 2 orang (5,7%). dari berbagai perusahaan yang ada di
Tingkat pendidikan ini juga tidak daerah pergudangan ini. Kurangnya
berpengaruh terhadap pencapaian hasil jumlah kipas angin dan jendela yang
tenaga kerja, karena banyak sedikitnya menghambat aliran udara yang dapat
hasil yang didapat tergantung dari membuat tenaga kerja tidak nyaman.
keterampilan mereka dalam membuat Penerangan juga kurang karena tidak
kursi. Semakin terampil, maka semakin semua lampu dinyalakan, tujuannya agar
cepat mereka bekerja sehingga akan suhu di dalam ruangan tidak semakin
semakin banyak yang dihasilkan. panas.
151 The Indonesian Journal of Occupational Safety , Health and Environment, Vol. 1, No. 1 Jan-April 2014: 144-154

Stres Kerja Pada Tenaga Kerja Hubungan Antara Umur dengan Stres
Dari hasil penelitian diketahui bahwa Kerja
sebagian besar responden mengalami stres Ditinjau dari segi umur, responden
kerja yaitu sebanyak 27 orang (77,1%) dan yang paling banyak mengalami stres kerja
8 orang responden (22,9%) yang tidak adalah responden dengan umur > 50 tahun
mengalami stres kerja. Menurut Risnawati yaitu sebesar 83,3%. Secara garis besar
(2002) mengatakan bahwa dalam persentase tenaga kerja yang mengalami
lingkup ketenagakerjaan stres kerja stres kerja ditinjau dari umur, meningkat
merupakan suatu ketidakseimbangan yang seiring dengan meningkatnya umur.
ada antara tuntutan pekerjaan dan Semakin tua umur responden, semakin
kemampuan individu bila kegagalan yang besar persentase yang mengalami stres
terjadi berdampak penting. Sedangkan kerja.
menurut Mangkunegara (2002) stres kerja Hasil penelitian ini sesuai dengan
adalah perasaan tertekan yang dialami Anoraga (1998), yaitu semakin tua umur
karyawan dalam menghadapi pekerjaan. seseorang maka semakin besar
Perasaan tertekan ini bisa disebabkan oleh kemungkinan terjadinya stres kerja,
stresor fisik ataupun stresor sosial. mengingat dengan bertambahnya umur
Dengan kata lain stres kerja adalah seseorang, maka semakin kompleks pula
perasaan tertekan atau suatu ketegangan permasalahan yang akan dihadapi.
mental (psikologi) seseorang terkait Menurut Winarti (2001), menyatakan
dengan pekerjaannya yang terjadi karena bahwa responden yang lebih rentan
pengaruh situasi atau peristiwa diri dan mengalami stres kerja adalah yang berusia
lingkungan, baik lingkungan pekerjaan ≥ 41 tahun.Berdasarkan pengujian yang
maupun diluar pekerjaannya. Dari dilakukan dengan menggunakan
penelitian Cohen (1980) dalam Munandar kontingensi koofisien di dapatkan nilai
(2001) faktor – faktor yag mempengaruhi asosiasinya sebesar 0,228. Jika dilihat dari
stres kerja yaitu lingkungan kerja, kondisi tingkat hubungannya, nilai asosiasi 0,228
diluar lingkungan kerja, dan diri pribadi. berada pada rentang nilai 0,00 – 0,25 yang
berarti memiliki tingkat hubungan lemah.
Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada
Dari hasil penelitian diketahui bahwa hubungan antara stres kerja dengan umur
sebagian besar responden mempunyai responden. Faktor umur memang sulit
tingkat produktivitas tinggi yaitu sebanyak untuk di analisis tersendiri karena masih
17 orang (48,6%), sedangkan responden banyak faktor dalam individu lainnya
dengan tingkat produktivitas rendah yang ikut berpengaruh terhadap stres kerja.
mempunyai jumlah paling sedikit yaitu 8 Selain itu dengan bertambahnya umur,
orang (22,8%). Produktivitas tenaga pengalaman dan pengetahuan akan
kerja yaitu suatu konsep yang bertambah baik serta rasa tanggungjawab
menunjukkan adanya kaitan antara hasil yang lebih besar dimana semuanya akan
kerja dengan satuan waktu yang dibutuhkan dapat menutupi kekurangan untuk
untuk menghasilkan produk (barang atau beradaptasi.
jasa) dari seseorang tenaga kerja.
Menurut Ravianto (1986) Hubungan Antara Pendidikan dengan
mengatakan bahwa seorang tenaga kerja Stres Kerja
dinilai produktif jika ia mampu Ditinjau dari segi pendidikan,
menghasilkan keluaran yang lebih banyak responden yang mengalami stres kerja
dari tenaga kerja lain dalam waktu yang sebagian besar yaitu 100,0% adalah tenaga
sama dengan menggunakan sumber daya kerja yang mempunyai pendidikan SD.
yang sama atau lebih sedikit dengan mutu Berdasarkan hasil pengujian dengan
yang sesuai standar. menggunakan kontingensi koefisien
Gadis W.Y Putri dan Abdul R. Tualeka, Hubungan Antar Stres Kerja… 152

didapatkan nilai asosiasinya sebesar 0,257. kerja responden.


Jika dilihat dari tingkat hubungannya, nilai
asosiasi 0,257 berada pada rentang nilai Hubungan Antara Lingkungan Fisik
0,00 – 0,25 yang berarti memiliki tingkat Kerja dengan Stres Kerja
hubungan lemah. Ivancevich dan Matteson mengatakan
Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada bahwa stres pada seseorang dapat
hubungan antara stres kerja dengan bersumber dari faktor lingkungan atau
pendidikan responden. Sesuai dengan yang datang dirinya sendiri (Hidayat,
pendapat Smet (1994), yaitu reaksi 1998). Dari hasil penelitian didapatkan
terhadap stres berbeda antara orang yang bahwa responden yang paling banyak
satu dengan yang lain. mengalami stres kerja sebesar 84,4%
Sesuai dengan pendapat Smet (1994), adalah responden yang merasa tidak
yaitu reaksi terhadap stres berbeda antara nyaman di lingkungan kerja.
orang yang satu dengan yang lain. Lingkungan fisik dimana seseorang
Perbedaan ini disebabkan oleh faktor – bekerja dapat menjadi sumber timbulnya
faktor yang dapat merubah dampak stres. Merasa senang atau tidak senang
stressor, yaitu faktor umur, tahap bekerja tergantung lingkungan fisik kerja
kehidupan, jenis kelamin, temperamen, yang mempengaruhi seperti intensitas
faktor-faktor genetik, intelegensi, penerangan, warna dinding, bising yang
pendidikan, suku, kebudayaan, status menganggu, suhu ruangan yang terlalu
ekonomi, dan kondisi fisik. panas atau mungkin terlalu dingin, ruangan
lembab dan bau serta pengaturan ruangan
Hubungan Antara Masa Kerja dengan seperti bahan-bahan produksi, meja dan
Stres Kerja kursi ruang kerja yang tidak
Dari hasil penelitian didapatkan menyenangkan (Singgih dan Singgih,
bahwa responden yang paling banyak 1991).
mengalami stres kerja adalah responden Sebenarnya pihak perusahaan juga
yang lama kerjanya antara 11 – 15 tahun sudah melakukan upaya untuk membuat
yaitu sebesar 80,0% dan yang paling keadaan ruang kerja menjadi nyaman,
sedikit adalah responden dengan lama diantaranya dengan menggunakan lampu
kerja 0 – 5 tahun yaitu sebesar 66,7%. sebagai penerangan dan tidak semuanya
Hasil ini tidak sesuai dengan dinyalakan karena untuk mengurangi suhu
Atkinson (1991), bahwa semakin sedikit panas di dalam ruang kerja.
masa kerja seseorang, semakin besar Analisis terhadap kedua variabel ini
kemungkinan terjadinya stres mengingat menggunakan kontingensi koefisien dan
masa kerja baru memerlukan adaptasi yang didapatkan nilai asosiasinya sebesar
baik. Selain itu tiap individu memiliki 0,490. Jika dilihat dari tingkat
daya tahan yang berbeda – beda untuk hubungannya, nilai asosiasi 0,490 berada
menghadapi stressor yang ada pada setiap pada rentang nilai 0,26 – 0,50 yang berarti
individu, sehingga kerentanan turut memiliki tingkat hubungan sedang.
berperan dalam terjadinya stres. Hal ini menunjukkan bahwa ada
Hubungan antara kedua variabel hubungan antara stres kerja dengan
tersebut dianalisis menggunakan lingkungan fisik kerja. Hasil ini sesuai
kontingensi koefisien dan didapatkan nilai dengan Anoraga (1998), yang mengatakan
asosiasinya sebesar 0,184. Jika dilihat dari bahwa unsur – unsur tertentu seperti suara
tingkat hubungannya, nilai asosiasi 0,184 bising, suhu udara yang tinggi dan banyak
berada pada rentang nilai 0,00 – 0,25 yang kondisi penghambat lain mempunyai
berarti memiliki tingkat hubungan lemah. kemungkinan sebagi penyebab timbulnya
Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada stres kerja dalam lingkungan kerja.
hubungan antara stres kerja dengan lama Atkinson (1991), juga mengatakan bahwa
153 The Indonesian Journal of Occupational Safety , Health and Environment, Vol. 1, No. 1 Jan-April 2014: 144-154

semakin buruk lingkungan fisik, semakin Hal ini menunjukkan bahwa ada
dapat menimbulkan stres. hubungan antara stres kerja dengan
Oleh karena itu sebaiknya tingkat produktivitas kerja. Hal ini sesuai
perusahaan lebih meningkatkan dengan pendapat Anoraga (1998), yang
perhatiannya terhadap tenaga kerja, menyatakan bahwa tekanan emosional
diantaranya dengan melakukan yang kurang mendukung motovasi untuk
pengukuran iklim kerja sehingga tempat bekerja pada akhirnya menghasilkan stres
kerja selalu dapat dipantau dan dapat yang berdampak pada produktivitas dan
digunakan sebagai dasar untuk menyusun variabilitas yang besar dalam prestasi
kebijakan perusahaan dalam rangka kerja.
peningkatan pengendalian lingkungan Oleh karena itu sebaiknya
kesehatan kerja, sehingga akan perusahaan memberikan reward kepada
memberikan suasana kerja yang lebih tenaga kerja yang dapat menghasilkan
nyaman bagi pekerjanya. Serta produktivitas tinggi, sehingga reward ini
memberikan saran pada tiap tenaga akan memberikan motivasi kepada tenaga
kerjanya untuk selalu menjaga kebersihan kerja untuk selalu bekerja yang produktif
dan kerapian ruang kerja. dan bertanggungjawab. Hal ini dapat
meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja
Hubungan antara Stres Kerja Dengan dan perusahaan.
Tingkat Produktivitas
Secara deskriptif dapat diketahui
SIMPULAN
bahwa yang paling banyak
mengalami stres kerja adalah tenaga kerja Sebagian besar responden berumur
dengan tingkat produktivitas tinggi yaitu antara 41 – 50 tahun, responden dengan
sebesar 55,6% dan yang paling sedikit tingkat pendidikan SMP adalah yang
mengalami stres kerja adalah tenaga kerja terbanyak, serta sebagian besar masa kerja
dengan tingkat produktivitas sedang responden antara 11 – 15 tahun. Sebagian
yaitu sebesar 14,8%. Dari hasil ini dapat besar responden yaitu 32 orang (91,4%)
disimpulkan bahwa stres memberikan merasa tidak nyaman di lingkungan
pengaruh terhadap produktivitas yang kerjanya, dan yang mengalami
tinggi. kenyamanan di lingkungan kerja hanya 3
Akan tetapi stres yang diberikan orang (8,6%).
tidak boleh terlalu banyak karena akan Sebagian besar responden
dikhawatirkan dapat menurunkan kinerja mengalami stres kerja. Sebagian
kerja. Hasil penelitian ini sesuai dengan besar responden mempunyai tingkat
pendapat Selye dalam Munandar 2001, produktivitas tinggi. Tidak terdapat
yaitu stres tidak selalu hal yang hubungan yang bermakna antara
negatif, bila individu terganggu dan stres kerja dengan karakterisitik
kelelahan maka dapat menimbulkan stres responden seperti umur, pendidikan dan
yang merugikan. masa kerja. Terdapat hubungan yang
Berdasarkan analisis yang bermakna antara stres kerja dengan
dilakukan dengan menggunakan lingkungan fisik kerja. Sebagian besar
kontingensi koefisien didapatkan nilai responden tidak merasa nyaman.
asosiasinya sebesar 0,495. Jika dilihat dari Terdapat hubungan yang bermakna
tingkat hubungannya, nilai asosiasi 0,495 antara stres kerja dengan tingkat
berada pada rentang nilai 0,26 - 0,50 yang produktivitas kerja. Stres kerja terbanyak
berarti memiliki tingkat hubungan sedang. dialami oleh responden dengan tingkat
produktivitas tinggi.
Gadis W.Y Putri dan Abdul R. Tualeka, Hubungan Antar Stres Kerja… 154

DAFTAR PUSTAKA Kerja. Skripsi. Surabaya:


Universitas Airlangga.
Anoraga, Panji.1998. Psikologi Kerja. Singgih dan Singgih.1991. Psikologi
Jakarta: Rineka Cipta. Praktis Anak, Remaja dan
Atkinson, M.1991. Mengatasi Stres di Keluarga. Jakarta: BPK Gunung
Tempat Kerja. Jakarta: Bina Rupa Mulia
Aksara Smet, B.1994. Psikologi Kesehatan.
Gibson, dkk.1995.Organisasi, Perilaku, Jakarta: Gramedia Widiasarana
Struktur, Proses. Jakarta: Erlangga Indonesia
Hidayat, T.1998. Stres Dalam Lingkup Sudirman.1989. Hiperkes dan
Pekerjaan. Majalah Psikiatri, tahun Keselamatan Kerja Kaitannya
XXXI nomor 3 dengan Ketenangan Kerja. Majalah
Mangkunegara P, Anwar.2002. Hiperkes dan Keselamatan Kerja
Manajemen Sumber Daya Manusia Vol XXII no 2 dan 3. Jakarta: Pusat
Perusahaan. Bandung: Remaja Hiperkes Departemen Tenaga
Rosdakarya. Kerja RI
Munandar, Ashar Sunyoto.2001. Psikologi Sudrajat, dkk.1998. Manajemen
Industri dan Organisasi. Jakarta: Lingkungan Kerja. Jakarta:
UI Press. Direktorat Jenderal Pendidikan
Notoatmodjo, Soekidjo.1997. Metodelogi Tinggi Departemen Pendidikan dan
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Kebudayaan.
Rineka Cipta Sumakmur P.K.1989. Ergonomi Untuk
Nurmianto, Eko.1996. Ergonomi, Konsep Produktivitas Kerja. Jakarta: Haji
Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Masagung
Guna Widya Winarti, N.2001. Hubungan Antara
Ravianto, J.1986. Produktivitas dan Karakterisitik Pekerja dengan Stres
Keluarga. Jakarta: Lembaga Sarana Kerja Pada pengemudi Bemo Lyn
Informasi Uasaha Dan T2. Skripsi. Surabaya: Universitas
Produktivitas. Airlangga
Risnawanti.2002. Hubungan Antara Iklim
kerja Dengan Stres Di Tempat

Anda mungkin juga menyukai