Anda di halaman 1dari 6

Nama : Diva Ardelia

NIM : PO713241231008

Kelas : D3 Fisioterapi Tk.1

STUDI KASUS 1

BEM KAMPUS Universitas “Cendekiawan” mengadakan kegiatan seminar


Pencegahan Kourpsi di Kampus dengan mengundang nara sumber dari KPK.

Agar masyarakat mengetahui kegiatan ini dan mendapatkan manfaatnya, panitia


mengundang wartawan dari beberapa media cetak untuk meliput kegiatan
tersebut.

Saat kegiatan selesai, para warawan menghampiri ketua Panitia dan menanyakan
apakah Panitia berharap berita ini akan masuk dan dicetak di medianya. Jika ya,
para wartawan tersebut meminta agar mahasiswa menyediakan Amplop “uang
jalan” sebagai pengganti cetak berita.

Ketua panitia ragu dan menanyakan hal tersebut pada rekan-rekan panitia yang
lain, sejak awal Panitia tidak menganggarkan biaya untuk membayar Uang jalan
bagi wartawan yang meliput.

Pertanyaan:

1. Benarkah perilaku meminta uang jalan yang dilakukan wartawan tersebut.


Apakah menurut anda hal tersebut melanggar etika jurnalisme atau bahkan
melanggar hukum?
Jawaban:
Perilaku meminta uang jalan yang dilakukan wartawan tersebut melanggar
etika jurnalisme dan bahkan dapat melanggar hukum. Menurut Kode Etik
Jurnalistik, wartawan dilarang menerima suap dan tidak boleh
menyalahgunakan profesi. Wartawan juga dilarang menerima segala pemberian
dari narasumber yang dapat mempengaruhi independensinya. Pemberian
tersebut, yang umumnya dalam bentuk "amplop", dapat mematikan fungsi
kontrol pers. Selain itu, Undang-Undang Pers No. 40 Tahun 1999 Pasal 6 juga
melarang pemberian atau penerimaan hadiah atau imbalan dalam bentuk
apapun yang dapat mempengaruhi pelaksanaan tugas jurnalistik. Oleh karena
itu, perilaku meminta uang jalan yang dilakukan wartawan tersebut dapat
dianggap melanggar etika jurnalistik. Selain itu, meminta uang jalan juga dapat
dianggap sebagai pemerasan. Jika Panitia merasa tidak nyaman dengan
permintaan tersebut, mereka dapat menolak memberikan uang jalan dan
melaporkan perilaku wartawan tersebut ke Dewan Pers.

2. Jika anda menjadi anggota panitia apa yang akan anda sarankan pada ketua
Panitia saat menanyakan kepada anda apakah wartawan akan diberikan uang
jalan tersebut?
Jawaban:
Sebagai anggota panitia, saya akan menyarankan kepada ketua panitia untuk
menghadapi permintaan uang jalan dari wartawan dengan transparansi dan
kesadaran akan kebijakan yang telah ditetapkan. Penting untuk menjelaskan
bahwa panitia tidak memiliki alokasi khusus dalam anggaran untuk
memberikan uang jalan kepada wartawan. Kami siap mendukung mereka
dengan informasi terperinci, akses ke narasumber, serta materi pers yang
relevan untuk mendukung liputan mereka, sambil tetap menjaga integritas
pemberitaan tanpa imbalan finansial langsung. Kontribusi wartawan dalam
menyebarkan informasi penting bagi masyarakat dihargai, sementara kerja
sama yang positif antara panitia dan wartawan sangat diapresiasi untuk acara
mendatang. Keputusan ini diambil dengan pertimbangan etika serta kebijakan
yang telah ditetapkan demi menjaga transparansi dan independensi media.
3. Sebagai Ketua Panitia anda harus memutuskan apakah anda mengabulkan
permintaan uang jalan wartawan tersebut? Akankah anda mengabulkan
permintaan tersebut? Jika dikabulkan, Panitia sudah tidak lagi memiliki biaya
untuk memenuhi permintaan wartawan tersebut, namun jika tidak dikabulkan,
maka kegiatan yang telah dengan susah payah dipersiapkan oleh anda dan
rekan-rekan anda tidak akan tersosialisasi pada masyarakat secara luas?
Jawaban:
Sebagai Ketua Panitia, saya akan mempertimbangkan secara hati-hati antara
mengabulkan atau menolak permintaan uang jalan wartawan. Meskipun
kegiatan ini tidak menganggarkan biaya khusus untuk uang jalan, penting
untuk menjaga kebijakan yang telah ditetapkan dari awal. Mengabulkan
permintaan tersebut dapat melanggar kebijakan panitia, namun menolaknya
juga berarti kehilangan kesempatan untuk menyebarkan informasi penting yang
disampaikan dalam seminar. Oleh karena itu, saya akan mengkomunikasikan
kepada wartawan dengan transparansi mengenai kebijakan panitia yang tidak
mengizinkan pemberian uang jalan, tetapi tetap menawarkan bantuan dengan
menyediakan informasi rinci, akses wawancara dengan narasumber, dan materi
pers yang relevan. Namun, jika tidak ada alternatif lain, saya akan
mengevaluasi kembali anggaran terakhir dengan memperhatikan integritas
acara dan pertimbangan etika, tetapi langkah ini harus mendapat persetujuan
pihak yang berwenang serta dilakukan dengan penuh kehati-hatian untuk
memastikan tidak ada pelanggaran kebijakan yang dilakukan.
STUDI KASUS 2

Salah satu dosen di Universitas Negeri “Cerdik Sekali” terkenal sangat Killer
dalam memberikan perkuliahan dan sangat pelit dalam memberikan nilai. Untuk
meluluhkan hati dosen tersebut, seluruh mahasiswa yang mengambil mata kuliah
yang diampu dosen tersebut bersepakat untuk “saweran” dan membelikan Dosen
tersebut sebuah Laptop baru, karena Laptop yang digunakan dosen itu memang
sering Ngadat saat perkuliahan berlangsung.

Saat waktu luang, beberapa perwakilan mahasiswa datang dan memberikan


Laptop tersebut di kediaman dosen yang bersangkutan.

Apa yang terjadi, bukannya senang, dosen tersebut malah marah-marah dan
mengatakan bahwa beliau tidak bersedia di suap, bahwa beliau akan melaporkan
hal ini kepada pimpinan universitas dan bahwa semua mahasiswa yang kebetulan
mengambil mata kuliah yang diampunya akan diberi “nilai E” karena mencoba
menyuap beliau.

Pertanyaan:

1. Benarkah perilaku para mahasiswa bersepakat memberi laptop kepada


dosennya?
Jawaban:
Perilaku para mahasiswa yang bersepakat memberi laptop kepada dosennya
dapat dianggap sebagai percobaan suap, meskipun niatnya baik. Tindakan ini
dapat dianggap sebagai suap karena para mahasiswa berusaha mempengaruhi
dosen dengan memberikan hadiah agar dosen tersebut memberikan nilai yang
lebih baik. Dalam konteks hukum, hal ini dapat dianggap sebagai tindakan
korupsi. Oleh karena itu, tindakan tersebut dapat dikenai sanksi sesuai dengan
peraturan yang berlaku di universitas tersebut. Dosen yang bersikap tegas
menolak hadiah tersebut dan mengancam akan melaporkan hal ini kepada
pimpinan universitas menunjukkan bahwa beliau tidak menerima tindakan
suap. Tindakan dosen tersebut menunjukkan integritas dan kepatuhan
terhadap aturan yang berlaku. Dalam hal ini, tindakan para mahasiswa dapat
dianggap tidak pantas dan melanggar etika akademik. Sebaiknya, para
mahasiswa seharusnya mencari cara lain untuk menyampaikan apresiasi
mereka kepada dosen tanpa melibatkan pemberian hadiah yang dapat
dianggap sebagai suap.

2. Bagaimana pendapat anda tentang sikap yang diambil oleh dosen yang
bersangkutan dengan tidak bersedia menerim laptop pemberian mahasiswa?
Jawaban:
Sikap yang diambil oleh dosen tersebut patut dihargai karena menunjukkan
integritas dan kejujuran. Meskipun tindakan mahasiswa tersebut mungkin
dilakukan dengan niat baik, memberikan hadiah kepada seorang dosen bisa
dianggap sebagai suap, yang dapat merusak integritas akademik. Dosen
tersebut berhak untuk menolak hadiah tersebut dan menegaskan bahwa
tindakan tersebut tidak dapat diterima dalam lingkungan akademik. Selain itu,
ancaman untuk memberikan nilai E kepada mahasiswa yang terlibat mungkin
bertujuan untuk menegaskan bahwa tindakan tersebut tidak dapat diterima
dalam lingkungan akademik. Dalam konteks ini, penting untuk memahami
bahwa integritas akademik harus dijaga dan tindakan seperti memberikan
hadiah kepada dosen dapat menimbulkan konflik kepentingan dan merusak
prinsip-prinsip akademik yang mendasar.
3. Bagaimana pendapat anda tentang sikap yang diambil oleh dosen dengan
marah-marah dan rencana untuk melaporkan hal tersebut pada pimpinan?
Jawaban:
Saya sebagai tidak setuju dengan sikap yang diambil oleh dosen tersebut.
Sebagai seorang dosen, seharusnya ia memberikan penilaian yang adil dan
objektif terhadap kinerja mahasiswa, tanpa memperhitungkan apapun selain
kualitas pekerjaan mereka. Sikap dosen tersebut dapat dianggap sebagai
tindakan yang tidak etis dan dapat merugikan mahasiswa yang mengambil
mata kuliah yang diampunya. Namun, saya juga memahami bahwa setiap
orang memiliki pandangan dan prinsip yang berbeda-beda, sehingga mungkin
ada alasan tertentu mengapa dosen tersebut merasa tidak bersedia menerima
hadiah dari mahasiswa. Namun, sebagai seorang dosen, ia seharusnya dapat
menjelaskan dengan baik alasan mengapa ia tidak bersedia menerima hadiah
tersebut, tanpa harus marah-marah dan mengancam akan melaporkan hal
tersebut pada pimpinan universitas.

Anda mungkin juga menyukai