Anda di halaman 1dari 42

ON THE JOB TRAINING

Oleh

RAVINA FATMA NAZARETHA

NIK. 2200708

DEPARTEMEN QUALITY CONTROL

PT. SANTOS JAYA ABADI

PANJUNAN

2020

i
SANTOS JAYA ABADI
karena TUHANlah yang memberikan hikmat, dari mulut-Nya datang

pengetahuan dan kepandaian

Amsaxl 2

ii
SANTOS JAYA ABADI
BAB I

UPBM (UNIT PENGOLAHAN BAHAN MENTAH)

Sampling BKM

UPBM adalah tempat pengolahan BKM (Biji Kopi Mentah) sebelum masuk ke
proses selanjutnya yaitu roasting. Sebelum disimpan dalam GBB (Gudang Bahan Baku)
biji kopi mentah akan disampling oleh QC staff untuk dianalisa kadar air dan nilai cacat
biji kopi (deffect). Pengambilan sample BKM dilakukan saat proses bongkar oleh
manol. Sample diambil bagian awal (mulai dari bagian depan truk dekat kepala), tengah,
dan akhir. Masing-masing bagian (awal, tengah, dan akhir) tersebut di ukur kadar airnya
menggunakan alat KETT (410, 450, atau 650) dan dicatat pada form. Nilai kadar air
hasil KETT kemudian dikonversi menggunakan tabel konversi yang tertera di alat
tersebut. Kadar air BKM maksimal 14%. Setelah selesai pengukuran kadar air, semua
bagian sample BKM dicampur menjadi satu. Sample tersebut dibagi menjadi 4 bagian
(quartener).

Tabel pembagian sample menjadi 4 bagian


1 2

3 4

Ambil sample yang bersilangan (1 dan 4; 2 dan 3) lalu dicampur menjadi satu
hingga didapat per sample 700-900 gram. Satu sample BKM dibawa ke lab untuk
analisa deffect, dan satu sample dibawa ke RnD.

Analisa Deffect

Analisa sampel BKM dilakukan untuk mengetahui kualitas BKM dengan analisa
total deffect sesuai SNI. Analisa deffect dilakukan oleh lab staff. Ditimbang biji kopi
mentah 300 gr, lalu dipilah biji kopi sesuai tabel jenis cacat. Penentuan BKM boleh
bongkar adalah jumlah biji OK minimal 55% dari berat 300 gr. Jika kurang dari 55%
maka BKM ditolak. Hasil BKM OK atau tidak OK dilaporkan ke GBB melalui epop.
Sedangkan hasil nilai cacat keseluruhan dicatat di form deffect.

3
SANTOS JAYA ABADI
Apabila hasil analisa deffect oleh QC ditolak, tidak berarti menentukan BKM
benar-benar ditolak. Apabila hasil deffect tidak OK, maka RnD akan melakukan dispose.
Dispose dilakukan dengan mencampur biji kopi OK dengan biji kopi NOT OK. RnD
akan melakukan cup test hasil dispose BKM.

Tabel Nilai Cacat BKM


NO JENIS CACAT NILAI CACAT
1 1 (satu) biji hitam 1
2 1 (satu) biji berjamur 1
3 1 (satu) biji hitam sebagian ½
4 1 (satu) biji hitam pecah ½
5 1 (satu) kopi gelondong 1
6 1 (satu) biji coklat ¼
7 1 (satu) biji pecah 1/5
8 1 (satu) biji muda 1/5
9 1 (satu) biji berlubang satu 1/10
10 1 (satu) biji berlubang lebih dari satu 1/5
11 1 (satu) biji bertutul-tutul 1/10
12 1 (satu) ranting, tanah, atau batu berukuran besar 5
13 1 (satu) ranting, tanah, atau batu berukuran sedang 2
14 1 (satu) ranting, tanah, atau batu berukuran kecil 1
Note: Biji berjamur maksimal 1%
Kulit maksimal 2%

Tahapan Proses UPBM

Pouring Hopper
Pouring hopper merupakan tempat penampungan biji mentah (BKM). BKM
yang akan dituang (inload) ke Pouring Hopper dilakukan penimbangan terlebih dahulu
di gudang bahan baku (GBB). Pada hopper tuang ini terdapat magnet trap untuk
menangkap foreign matter seperti logam ferro yang mungkin terbawa dalam biji kopi
karena kita terima dari supplier belum dalam kondisi bersih.

4
SANTOS JAYA ABADI
Bucket Conveying

Alat ini adalah untuk mendistribusikan biji kopi di pouring hopper ke silo transit
atau bisa langsung ke inlet hopper pre-cleaner. Bentuknya adalah seperti centung
dengan perantara belt conveyor yang digerakkan oleh motor penggerak pada bagian
atasnya. Hampir kebanyakan pabrik kopi menggunakan alat ini sebagai media distribusi
biji kopi.

Magnetic Statis

Sesuai dengan namanya bahwa alat ini adalah menangkap logam ferro yang
terbawa pada biji kopi yang mungkin lolos dari pouring hopper (karena di dalam
pouring hopper sudah dilengkapi magnet), letaknya diatas silo transit.

Silo Transit (Silo Holding)


Ini adalah silo penampungan sementara dari biji kopi yang dituang dari pouring
hopper. Bentuknya kotak dengan kapasitas sebesar 36 ton. Diatas silo transit ada
diverting valve yang berfungsi untuk mengarahkan biji kopi tersebut apakah akan
ditransfer ke silo transit atau di by pass langsung ke hopper inlet pre-cleaner.

Bucket Conveying
Alat ini fungsinya sama seperti yang dijelaskan diatas tetapi untuk
mendistribusikan biji kopi dari silo transit ke pre-cleaner.

Pre Cleaner
Pre-cleaner merupakan alat untuk memisahkan BKM dari benda-benda asing.
Alat ini bekerja berdasarkan berat jenis benda dengan sistem getaran dan kemiringan.
Di dalam pre-cleaner terdapat 4 jalur pemisahan benda asing:
A : rokok, kayu, kaca, kabel
B : serabut, tali rafia, benang, kulit ari/tumpi
C : kopi kecil dan kopi kopong
D : outlet cover dari waste A
Untuk tempat penampungan benda asing ini pada ujungnya dipasangi sak
glansing. Waste keluaran pre-cleaner ini nantinya dimusnahkan dicampur sludge spent
ground.

5
SANTOS JAYA ABADI
Dry Stoner
Dry stoner merupakan alat yang berfungsi memisahkan BKM dengan batu
berdasarkan berat jenis. Ada 3 hal yang perlu diperhatikan pada mesin dry stoner ini
yakni laju aliran masuknya biji kopi dari ketiga inlet masuk (harus seimbang),
kemiringan meja dry stoner (5-18°), besarnya tekanan hisap blower (± 350-400 mBar).
Alat ini bekerja dengan gerak maju mundur (seperti gerakan ayakan) lalu ada tekanan
hisap dari blower dust collector sehingga biji kopi seolah-olah “melayang-layang”
sedangkan batu kecil karena lebih berat dari biji kopi akan maju ke depan dan keluar ke
ujung mesin, dimana pada ujung ini sudah disediakan ember untuk penampungan batu.
Keluaran dry stoner ada 2 jenis yaitu kopi dan batu.

Bucket Conveying

Dari dry stoner biji kopi akan ditransfer ke weighing dengan bucket conveying.

Weighing

Weighing merupakan alat timbang setelah biji kopi dibersihkan sehingga dapat
diketahui penyusutannya. Alat ini adalah timbangan elektrik dimana di bawahnya ada
load cell untuk menimbang biji kopi yang telah dibersihkan ini sebelum ditransfer ke
silo 1-8. Pada hopper timbangan dilengkapi sensor proimity untuk mendeteksi
keberadaan biji kopi di dalam hoppernya.

Bucket Conveying

Dari weighing maka biji kopi yang sudah ditimbang akan didistribusikan ke
distribution screw yang ada di atas silo 1-8 dengan menggunakan bucket conveying.

Distribution Screw Conveying

Alat ini sesuai namanya bentuknya adalah screw (seperti ulir) dengan motor
penggerak yang akan mendistribusikan biji kopi sesuai inlet yang akan dituju pada
silo1-8.

Silo Cell 1-8

Setelah BKM disortasi dari benda-benda asing, BKM ditransfer ke silo cell. Silo
cell merupakan tempat penampungan BKM sebelum ditransfer ke roasting. Di SJA 3
6
SANTOS JAYA ABADI
terdapat 2 silo, di dalam masing-masing silo terdapat 4 silo cell sehingga SJA 3
memiliki 8 silo cell untuk menampung biji kopi dari jenis yang berbeda. Satu silo cell
berkapasitas maksimal 16,5 ton.
Di UPBM terdapat dust collector yang berfungsi menyedot debu pada BKM.
Dust collector terdapat di silo transit, pre cleaner, dry stoner, dan weigher.

Analisa QC Pada UPBM

Biji kopi dari Analisa Deffect


GBB kadar air

Pouring Hopper

Pre Cleaner Analisa output Dry


Stoner
Dry Stoner

Weighing

Silo cell 1-8

Diagram analisa QC Proses UPBM

Pada saat akan dilakukan proses inload di tahapan Pouring Hopper QC


melakukan beberapa analisa BKM. Beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat
akan dilakukan inload:

1. Pengecekan jumlah karung biji kopi yang akan di inload.


2. Pengecekan kode kopi yang akan di inload, tanggal kedatangan BKM dan supplier
harus sesuai dengan LPB dari RMW (Raw Material Warehouse).
3. Sampling BKM 5 titik tiap kode kopi dan per tanggal kedatangan
4. Sampel yang telah disampling dilakukan analisa kadar air (max 14%) dan
dilakukan deffect biji kopi putih (max 1%)
5. Untuk sampel yang dianalisa deffect dilakukan setiap 2 minggu sekali. Sampel
diambil ±300 gr kemudian dipisahkan antara lain kopi, ranting, batu, kutu, serabut,
tali, dan kontaminsai fisik lainnya. Untuk deffect kopi OK dikembalikan ke
pouring hopper, sedangkan kontaminasi fisik dan benda asing lainnya dibuang ke

7
SANTOS JAYA ABADI
waste. Untuk standar batu dan ranting : kecil (diameter < 5 mm), sedang (diameter
5-10 mm), dan besar (diameter > 10 mm). Kontaminasi fisik lainnya menyangkup
plastik, logam, karet, dll. Sampel diambil ± 300gr kemudian dipisahkan batu dan
biji kopi. Apabila ditemukan biji kopi pada saat deffect waste dry stoner maka
biji kopi tersebut dikembalikan ke Pouring Hopper.

Pada tahapan dry stoner terdapat 2 keluaran yaitu kopi dan batu, QC melakukan
analisa deffect sampel setiap 2 minggu, dan analisa deffect kopi dan batu (waste dry
stoner) 1 minggu sekali. Tujuan dari analisa deffect sampel pada tahap dry stoner untuk
mengetahui efisisensi dari mesin dry stoner bahwa mesin tersebut dapat bekerja dengan
maksimal. Sampel diambil ±300gr kemudian dipisahkan batu dan biji kopi. apabila
ditemukan kopi pada saat deffect waste dry stoner maka biji kopi tersebut dikembalikan
ke Pouring Hopper.

8
SANTOS JAYA ABADI
BAB II

ROASTING

Roasting merupakan proses penyangraian biji kopi yang tergantung pada waktu
dan suhu. Penyangraian sangat menentukan warna dan cita rasa produk kopi yang akan
dikonsumsi.

Drum Roaster

Proses roasting terjadi di dalam drum roaster, pada saat awal start suhu didalam
drum roaster dikondisikan hingga 180°C, kemudian BKM dituang kedalam drum
roaster sebanyak 500 kg, dan disangrai selama 14-15 menit. Pemilihan waktu sangrai
disesuaikan dengan intensitas citarasa yang diinginkan. Pada saat proses penyangraian,
tejadi pengurangan 8-14% kadar air. Awal proses roasting bersifat endothermis
(menyerap panas), setelah suhu mencapai ± 175°C proses bersifat eksothermis
(mengeluarkan panas). Pada kisaran suhu ± 175°C sukrosa terdekomposisi
menghasilkan beberapa senyawa asam, antara lain terjadi pembentukan gas CO2.

Setelah roasting selesai, kopi matang disemprot dengan air (quenching) sebanyak
100 L air, selama 500 s. tujuan dari proses quenching yaitu:
1. Menghentikan proses goreng supaya tidak overheating.
2. Mendinginkan kopi
3. Mempertahankan warna kopi goreng agar tidak hangus akibat dari adanya
proses eksothermis.

Tabel Spesifikasi dan proses produk DR

Jenis Kopi Kopi 018

Bentuk Biji kopi

Warna Normal

Bau Normal

9
SANTOS JAYA ABADI
Kadar air Max 14%

Kontaminasi Kutu Negatif

Kontaminasi Batu Negatif

Kontaminasi fisik (tali, serat karung Negatif


dll)

Tabel Spesifikasi proses PROBAT

Suhu roasting Min 217°C

Waktu 750-900 detik

Volume air cooling 105 liter

Bahan bakar roaster Gas/solar

Holding time di silo degassing 6-48 jam

Tabel Spesifikasi proses Scolari

Suhu roasting Min 217°C

Waktu 750-900 detik

Volume air cooling dalam drum 85 liter

Volume air cooling dalam cooler 5 liter

Bahan bakar roaster Gas

Holding time di silo degassing 24-48 jam

10
SANTOS JAYA ABADI
Colour 85-90

Kadar Air 4.5-5.5%

pH 6.1-6.9

Brix 1.0-1.7

Tabel Spesifikasi dan proses produk TIC 18

Jenis Kopi Kopi 018

Bentuk Biji kopi

Warna Normal

Bau Normal

Kadar air Max 14%

Kontaminasi Kutu Negatif

Kontaminasi Batu Negatif

Kontaminasi fisik (tali, serat karung Negatif


dll)

Tabel Spesifikasi proses PROBAT

Suhu roasting Min 214°C

Waktu 750-900 detik

Volume air cooling 105 liter

11
SANTOS JAYA ABADI
Bahan bakar roaster Gas/solar

Holding time di silo degassing 6-48 jam

b. Spesifikasi proses Scolari

Suhu roasting Min 214°C

Waktu 750-900 detik

Volume air cooling dalam drum 85 liter

Volume air cooling dalam cooler 5 liter

Bahan bakar roaster Gas

Holding time di silo degassing 24-48 jam

Colour 105-110

Kadar Air 4.5-5.5%

pH 6.0-6.8

Brix 1.0-1.7

Cooler

Cooler merupakan alat untuk mendinginkan kopi matang setelah keluar dari
drum roaster. Kopi matang didinginkan kurang lebih 300 detik. Didalam cooler kopi
diaduk dengan agitator dan terdapat motor inlet fresh air untuk mempercepat
pendinginan. Pada tahapan ini biji kopi matang diambil sampel untuk dianalisa.

12
SANTOS JAYA ABADI
Hopper Kopi Matang

Keluaran kopi dari cooler akan disuction menuju ke hopper menggunakan


bantuan kompresor untuk penampungan sementara.

Weighing

Setelah melewati alat destoner, kopi matang akan menuju weighing. Weighing
merupakan alat timbang elektrik, kemudian melewati rotary magnet.

Destoner
Destoner merupakan alat yang berfungsi memisahkan kopi matang dengan batu
berdasarkan berat jenis. Prinsip kerja destoner hampir sama dengan dry stoner yang
terdapat pada UPBM. Alat ini bekerja dengan gerak maju mundur (seperti gerakan
ayakan) lalu ada tekanan hisap dari blower dust collector sehingga biji kopi matang
seolah-olah melayang-layang sedangkan batu kecil karena lebih berat dari biji kopi
matang akan maju ke depan dan keluar ke ujung mesin, dimana pada ujung ini sudah
disediakan ember untuk penampungan batu.
Keluaran destoner ada 2 jenis yaitu kopi matang dan batu. Dari hasil keluaran
tersebut sampel akan di deffect (dipisah-pisahkan) oleh ibu-ibu. Setiap 1 minggu sekali
hasil deffect tersebut akan disampling oleh QC untuk dianalisa deffect kopi matang dan
batu (waste destoner). Tujuan dari analisa deffect adalah untuk mengetahui efisiensi dari
mesin destoner. Untuk keluaran waste dari destoner akan diberi QC passed oleh tim
Quality Control.

Bucket Elevator

Biji kopi matang yang sudah ditimbang akan didistribusikan ke dalam silo
deggasing 1-10 dengan menggunakan bucket elevator. Dalam kasus tertentu, apabila
biji kopi matang mengalami suatu permasalahan (penyimpangan), maka biji kopi
matang tersebut akan di tap (ditampung) secara manual ke dalam small bag melalui
conveyor.

Silo Degassing

Biji kopi matang yang telah ditimbang di transfer ke dalam silo degassing. Silo
degassing merupakan tempat penampungan biji kopi matang sebelum ditransfer ke
13
SANTOS JAYA ABADI
tower. Di SJA 3 terdapat 10 silo degassing, masing-masing silo degassing berkapasitas
±22,8 ton. Jalur dari mesin roaster probat masuk ke silo degassing 1-6, sedangkan
scolari 1 dapat masuk ke silo degassing 1-8, dan scolari 2 dapat masuk ke silo degasing
5-10.
Selain berfungsi untuk tempat penampungan biji kopi matang, silo degassing
juga berfungsi untuk degassing time pada kopi matang. Degassing time adalah waktu
yang diperlukan untuk mengurangi CO2 yang terdapat dalam biji kopi matang. Gas CO2
akan keluar melalui lubang yang berada diatas silo degassing. Waktu yang diperlukan
untuk degassing time minimal ±8 jam. Selain berpengaruh terhadap kadar CO2 dalam
biji kopi matang, degassing time juga berpengaruh terhadap foaming dan cup test pada
biji kopi matang. Apabila biji kopi goreng sudah 3 hari lamanya berada dalam silo
degassing maka QC akan melakukan penyamplingan ulang untuk pemantauan hasil cup
test.

Weighing Dozing

Setelah mengalami degassing time didalam silo degassing, biji kopi matang akan
ditransfer ke tower. Biji kopi matang yang hendak ditransfer tersebut ditimbang terlebih
dahulu dengan menggunakan alat weighing dozing. Biji kopi matang yang telah
ditimbang akan melewati magnet trapping.

Magnetic Trapping

Fungsi dari alat magnet trapping adalah untuk menangkap logam ferro. Biji kopi
matang yang telah melewati magnet trapping akan ditransfer menuju ke tower dengan
menggunakan bantuan udara dari compressor.

14
SANTOS JAYA ABADI
BAB III

GRINDER

Grinder merupakan alat yang digunakan untuk memperkecil ukuran partikel biji
kopi. Biji kopi matang akan melewati 2 pasang rol (atas dan bawah) yang telah diatur
gap atau jaraknya. Di SJA 3, jarak yang digunakan untuk roll gap atas (RGA) sekitar
3150 µm, sedangkan untuk roll gap bawah (RGB) sekitar 3100 µm. Turunnya kopi ke
roll gap diatur kecepatannya dengan feeder (70%) yang bisa diubah pengaturannya.
Tujuan dari grinding meningkatkan ratio permukaan area volume, menambah kecepatan
soaking, meningkatkan hasil solid ekstrak, dan memperbaiki blending dengan bahan
lain.

Analisa pada Grinding

Pada saat sampling grinding dicatat RGA, RGB, dan feeder. Beberapa analisa
yang dilakukan oleh QC pada proses grinding antara lain: analisa foreign matter,
partikel size (mesh), density, dan kadar air. Pada saat proses grinding QC akan
melakukan penyamplingan sample sebelum (a) dan sesudah (b) grinding. Grinding
diambil sampling 150 gram. Untuk pergantian silo degassing, ambil sampel pada
percolator saat pergantian silo (silo degassing campuran) dan percolator berikutnya
(silo degassing murni). Pengambilan sampel grinding dimulai dari nomor percolator 1
(a,b);(b); 5 (b); 10 (a,b); 20 (b); 30 (b); 31 (a,b); 40 (b); 50 (a,b); 60 (b); 61 (a,b), dst.
Untuk analisa mesh ditimbang sample grinding 100 gram. Hasil mesh dicatat pada
form. Untuk analisa density ditimbang 50 gram.

Proses sampling dan analisa bertujuan untuk menjaga agar hasil grinding
sesuai dengan spec yang diinginkan. Hasil mesh test yang paling halus tidak boleh
lebih dari 2%, karena dapat menyumbat pori-pori cone dan menyebabkan preasure
drop.

Particle Size Specification

<850 µm 0,5-2% max 2%

850-1000 0,0-1,0%

15
SANTOS JAYA ABADI
1000-2350 7-10%

2350-3350 17-23%

3350-4000 20-25%

4000-5600 40-45%

5600-6300 0,5-2% min 40%

>6300 0,0-0,5% max 50%

Prewetting

Prewetting merupakan proses pembasahan biji kopi yang diatur dengan


kemiringan tertentu. Setelah melewati grinding, biji kopi akan menuju ke hopper lalu ke
tangki prewetting. Proses prewetting bertujuan untuk mempermudah proses ekstraksi,
karena kopi yang basah akan lebih mudah diekstrak. Proses prewetting menggunakan
air sebanyak 90-107 kg (water amount mixer). Tangki prewetting didesain posisi miring
bertujuan untuk mempermudah proses turunnya kopi karena hanya menggunakan gaya
gravitasi.

Produk Water amount mixer (kg) Premoist mixing (sec)

SIC 18 C1 107 180

SIC 18 T 105

SIC 9850 SD 100 120

SIC 9010 M3 90 120

SIC 01 PC 105 240

16
SANTOS JAYA ABADI
BAB IV

EKSTRAKSI

Ekstraksi adalah pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan atau
cairan dengan bantuan pelarut. Ekstraksi juga merupakan proses pemisahan satu atau
lebih komponen dari suatu campuran homogen menggunakan pelarut cair (solven)
sebagai separating agen.

Ekstraksi kopi mayoritas merupakan salah satu jenis ekstraksi padatan yang
menggunakan bantuan pelarut air. Terdapat 2 jenis proses yaitu proses batch seperti FIC
extractor dan proses continous seperti CONTEX extractor.

Tujuan ekstraksi adalah untuk mengekstrak komponen berharga dari bahan padat
misalnya ekstrak kopi untuk mendapatkan aroma dari biji kopi. Efisiensi ekstraksi atau
yield adalah ukuran untuk berapa banyak padatan bisa didapatkan dari produk yang
diekstrak. Untuk mendapatkan hasil ekstraksi yang sesuai dengan keinginan dapat
dilakukan dengan cara meningkatkan tekanan/suhu air yang digunakan selama ekstraksi.
Waktu ekstraksi juga berpengaruh terhadap kualitas rasa dan aroma dari ekstrak kopi.
Dalam FIC extractor, waktu ekstraksi berkurang sebesar 50% dibandingkan dengan
jenis lain dari extractor. Aroma terbaik dari biji kopi diekstrak pada suhu di bawah
100°C sedangkan yield tertinggi diperoleh pada suhu sampai 180°C.

Penyeduhan (brewing) merupakan salah satu ekstraksi yang sederhana karena


tanpa menggunakan tekanan. Penyeduhan adalah fenomena transfer massa senyawa-
senyawa tertentu yang terikat dalam fase padat menuju fase cair. Proses ini tidak
menghasilkan senyawa baru dan tergantung pada sifat kelarutan masing-masing
senyawa padat ke dalam pelarut. Penyeduhan bubuk kopi dengan air mendidih pada
tekanan normal (1 atm) hanya menghasilkan proporsi padatan terlarut maksimal 30%.
Sementara sisanya 70% padatan tidak bisa dilarutkan oleh air dan tetap tinggal dalam
bubuk kopi sebagai ampas. Senyawa yang terlarut antara lain khlorogenal, kafeat,
kuinat, asetat, formal, oksalat, maliat, sitrat tartat, trigonalin, kafein, fenol, aromatis,
melonoidin, karamel, dan mineral. Sedangkan senyawa yang tidak terekstrak saat
diseduh yaitu karbohidrat kompleks (selulosa), lipid, protein, mineral. Yang
menyebabkan ada senyawa yang larut dan tidak larut saat diseduh adalah berat molekul

17
SANTOS JAYA ABADI
senyawa organik tersebut. Selama proses pelarutan senyawa berpindah secara berurutan
sesuai dengan tingkat kelarutannya. Senyawa kimia penyumbang rasa asam akan
terlarut paling awal, disusul senyawa penyumbang manis dan terakhir senyawa
penyumbang rasa pahit. Proses pengadukan akan memengaruhi tingkat kelarutan
senyawa-senyawa yang ada.

Mesin Ekstraksi

Alat ekstraksi yang digunakan oleh Santos Jaya Abadi 3 adalah Batch GEA Nitro
FIC extractor. Alat ini telah dikembangkan untuk produksi ekstrak kopi berkualitas
tinggi. Extractor terdiri dari sejumlah kolom percolator vertikal yang diatur dalam
baterai. Setiap kolom akan diisi dengan biji kopi yang telah digrinding lalu ditambahkan
dengan air yang suhunya telah ditetapkan. Proses ini pada prinsipnya proses batch,
kolom akan saling terhubung sehingga proses ekstraksi menjadi berkelanjutan. Proses
ekstraksi ini untuk mengontrol hasil dan kualitas dari fraksi aroma. Berdasarkan tingkat
pengoperasian, ekstraktor ini dapat dioperasikan dalam mode yang berbeda:

Receiver Hopper Tower

Biji kopi matang yang telah ditransfer menuju ke tower dengan bantuan rotary
blower akan ditampung di receiver hopper tower. Receiver hopper tower merupakan
wadah penampung sementara. Biji kopi matang yang telah ditampung dalam hopper
tower akan ditimbang sesuai dengan resep yang telah ditentukan (dengan menggunakan
alat weighing) kemudian melewati rotary dan magnet trap, lalu biji kopi matang akan
diperkecil ukurannya dengan menggunakan grinder. Pada receiver hopper tower
terdapat dust collector grinder yang berfungsi untuk mengumpulkan/menghisap kulit ari
dan debu yang mungkin terbawa pada saat proses transfer biji kopi matang.

Metode Ekstraksi

Ada 3 macam metode ekstraksi di Santos Jaya Abadi 3 yaitu conventional, FIC,
dan dual-dual. Dimana masing-masing metode tersebut akan menghasilkan aroma dan
hydrolise.

18
SANTOS JAYA ABADI
FIC-extraction

Pada metode FIC, apabila satu kolom ekstraktor berstatus in service (melayani),
kolom yang berikutnya akan direndam (soaking water), dengan menggunakan feed
water, dan enam kolom lainnya akan secara continue melakukan aktivitas ekstraksi
normal. Proses in service merupakan proses dimana kolom akan ditiup dari atas
kebawah dengan tekanan, kemudian dibersihkan lalu diisi dengan kopi baru. Kolom
terakhir dalam serian proses bertindak sebagai kolom penghasil draw-off (yang
menghasilkan produk). Satu siklus proses ekstraksi selesai ±20-25 menit, kolom
ekstraktor yang terlama akan berganti fungsi sebagai in service.

Dual- extraction

Pada proses dual-dual, apabila satu kolom ekstraktor in service (melayani), tiga
kolom ekstraktor lainnya akan menghasilkan aroma ekstrak, dan empat kolom
ekstraktor lainnya akan menghasilkan hydrolise ekstrak. Pada saat berstatus in service
maka kolom tersebut akan di blow down (ditiup), kemudian dibersihkan lalu diisi
dengan fresh coffee (kopi segar). Setiap kali satu siklus berhenti ±20-25 menit, sistem
secara keseluruhan akan diperpanjang (expand). Satu kolom penghasil hidrolise yang
terlama, akan berubah status menjadi in service. Kolom yang bertugas in service akan
menjadi ekstraktor aroma baru dan ekstraktor yang terlama akan menjadi ekstraktor
hidrolise baru.

Conventional-Extraction

Pada metode conventional, apabila satu kolom ekstraktor berstatus in service


(melayani), kolom yang berikutnya akan direndam (soaking water) dengan
menggunakan hidrolise dan enam ekstraktor yang lain akan melakukan ekstraksi normal,
kolom ekstraktor terakhir akan berfungsi sebagai penghasil draw off. Selama berstatus
in service, ekstraktor tersebut akan di blow down (ditiup) dari atas ke bawah, kemudian
dibersihkan lalu diisi dengan kopi segar (fresh coffee). Setiap kali satu siklus berakhir
(±35-40 menit), sistem keseluruhan diperpanjang oleh satu ekstraktor yang terlama yang
akan difungsikan sebagai ekstraktor in service. Ekstraktor yang selesai berfungsi,
ekstraktor in service akan menjadi ekstraktor draw off yang baru. Hasil dari ekstraksi ini

19
SANTOS JAYA ABADI
ialah aroma dan hidrolise, dimana sebagian hidrolise akan digunakan kembali untuk
soaking water.

Draw off Aroma-Hydrolise

Setelah diproses dalam Extract battery produk ekstraksi terbagi menjadi 2, yaitu
draw off aroma dan draw off hidrolise. Draw off aroma memiliki karakteristik kualitas
yang lebih baik dibandingkan dengan draw off hidrolise. Hal ini dikarenakan aroma
merupakan sari awal dari biji kopi yang terekstrak.

Hasil ekstraksi aroma total solidnya tinggi dibanding hidrolise. Draw off aroma
akan disaring (filter) dan didinginkan di Heat exchanger, lalu melewati buffer tank,
kemudian aroma akan ditampung dalam extract weighing. QC akan menyampling
sampel aroma dalam extract weighing.

Hasil ekstraksi hidrolise akan ditampung dalam flash tank yang bertujuan untuk
menghilangkan bau-bau yang tidak diinginkan. Setelah melewati flash tank sampel
hidrolise akan disaring (filter) kemudian akan didinginkan dengan Heat exchanger, lalu
melewati buffer tank, kemudian hidrolise akan ditampung dalam extract weighing. QC
akan menyampling sampel hidrolise dalam extract weighing. Setelah melewati extract
weighing, hidrolise akan ditampung dalam insulated tank (tank sistem) 1-4.

Pure Aroma

Sampel aroma yang ditampung dalam extract weighing akan melewati buffer tank
CO1, kemudian sampel akan dipanaskan dengan heat exchanger (T=135-140°C) lalu
melewati flash tank. Didalam flash tank draw off aroma akan terbagi mejadi 2 fase yaitu
fase cair dan fase uap yang terdiri dari komponen volatile dan sedikit uap air. Fase cair
akan ditransfer ke tank system 1-4 sedangkan fase uap akan ditransfer ke destilate
column. Di dalam destilate column fase uap akan dipisahkan antara komponen volatile
dan uap air. Komponen volatile yang telah terpisah akan didinginkan di HE cooling
menghasilkan produk pure aroma, sedangkan komponen uap air akan di reboiler. Pure
aroma selanjutnya akan ditransfer ke destilate weighing tank.

20
SANTOS JAYA ABADI
Spent Ground

Ampas (sisa hasil kopi yang tidak terekstraksi) dari extract battery di transfer ke
spent ground tank yang kemudian dipres dengan menggunakan belt press. QC
melakukan analisa spent ground yang berupa cairan dan padatan seminggu sekali.

Analisa Ekstraksi

Beberapa analisa yang dilakukan oleh QC pada proses ekstraksi, antara lain:

1. Cek visual, untuk menganalisa apakah terdapat benda asing (foreign material) di
dalam produk atau tidak.

2. Analisa brix dan TS (total solid).

3. Analisa suhu dengan thermometer.

4. Analisa pH dengan pH meter.

5. Analisa cup test (seduh air dingin) W/P/A (Wangi/Pahit/Asam).

Scoring cup test produk antara :

Produk Scoring (wangi, pahit,


asam)

Hidrolise 2/2/1.5

Aroma 3/3/1

Pure aroma 2.5

Evaporasi 1.5/2/1.5

Final tank 1.5/2/1.5

Feed tank 1.5/2/1.5

Rework 2/2/1.5

21
SANTOS JAYA ABADI
Trouble Shooting

Trouble shooting : jika terjadi penyimpangan pada TS, pH, suhu maupun cup test
pada produk draw off, maka tindakan yang harus dilakukan ialah melaporkan pada
Supervisor QC dan pihak produksi.

Apabila terjadi blocking di baterai ekstraksi sehingga harus di tap dengan kondisi
vacuum, maka QC akan melakukan verifikasi supaya dapat mengetahui apakah kopi
tersebut bisa diproses lanjut atau tidak. Jika keadaan kopi masih bagus dan bersih dari
kontaminasi, maka QC akan memberi label hijau. Namun jika terdapat kontaminasi dan
kotoran pada biji kopi, maka QC akan memberi label merah.

Apabila suhu draw off aroma atau hidrolise lebih tinggi dari biasanya, maka QC
harus menginformasikan kepada produksi. Biasanya hal ini ada kemungkinan
disebabkan karena terbukanya valve PHE atau adanya pertukaran PHE.

22
SANTOS JAYA ABADI
BAB V

SEPARASI

Jenis-jenis sistem heterogen yang terdapat dalam sistem yaitu:

a. Uap-cair

b. Cair-cair (tak saling larut)

c. Padat-cair

d. Padat-uap

e. Padat-padat

Pemisahan Heterogen Padat-Cair

Dalam pembahasan ini akan dibahas tentang sistem heterogen pada padat-cair.
Pemisahan heterogen dapat dilakukan dengan 4 metode utama yaitu:

a. Pengendapan dan sedimentasi

b. Flotasi

c. Pemisahan sentrifugal

d. Filtrasi (penyaringan) dan pengayakan

Pemisahan Sentrifugal

Pada proses pemisahan yang dilakukan dengan gaya fisik yang bekerja pada
partikel atau bahan cair, gaya ini termasuk gaya gravitasi, gaya sentrifusi dan gaya
kinetik yang timbul dari aliran. Partikel atau aliran dipisahkan oleh karena perbedaan
reaksinya terhadap gaya-gaya tersebut dan peralatan disusun untuk melakukan peralatan
ini. Sebagai contoh dalam proses pengendapan atau sedimentasi, gaya yang bekerja
adalah gaya gravitasi dan partikel-partikel yang dipisahkan oleh karena perbedaan berat
jenisnya serta sifat-sifat pengendapan apabila partikel tersebut dijatuhkan melalui bahan
cair.

23
SANTOS JAYA ABADI
Pemisahan dikelompokkan dalam 4 kelompok yaitu penyaringan, pengendapan,
klasifikasi, pemisahan sentrifusi. Penyaringan adalah pemisahan bahan padat dari bahan
cair dicapai dengan mengalirkan campuran penembus pori-pori yang cukup halus untuk
menahan bahan padat akan tetapi cukup besar untuk melakukan bahan cair. Dalam
sedimentasi, dua bahan cair yang tidak dapat bercampur yaitu bahan cair dengan bahan
padat dipisahkan dengan membiarkan bahan ini dalam keadaan seimbang di bawah
pengaruh gaya gravitasi, bahan yang berat terlebih dahulu jatuh daripada bahan yang
ringan.

Proses ini mungkin merupakan proses lambat dan selalu dipercepat dengan
mempergunakan gaya sentrifusi untuk meningkatkan kecepatan pengendapan, resultante
proses pemisahan ini disebut pemisahan sentrifusi. Pemisahan dua bahan cair yang tidak
bercampur atau bahan cair dengan bahan padat secara pengendapan, tergantung pada
pengaruh gaya tarik bumi terhadap komponen. Kadang-kadang pemisahan ini dapat
sangat lambat oleh karena berat spesifik komponen sangat tidak berbeda nyata atau
karena gaya yang menahan komponen dalam ikatan. Misalnya sebagaimana yang terjadi
dalam emulsi. Untuk meningkatkan kecepatan pemisahan gaya sentrifusi dapat
dipergunakan untuk menekan perbedaan daya terhadap komponen.

Gaya sentrifugal tergantung pada jari-jari dan kecepatan putaran pada massa
partikel. Apabila jari-jari dan kecepatan putaran tetap, maka faktor yang perlu
diperhatikan adalah berat partikel, sehingga bertambah berat partikel, bertambah besar
gaya sentrifugal yang bekerja pada partikel tersebut. Akibatnya apabila dua bahan cair
(yang satu dua kali lebih rapat dari yang lain), diletakkan dalam keranjang diputar pada
sumbu tegaknya pada kecepatan yang tinggi, gaya sentrifugal per satuan isi akan dua
kali lebih besar pada bahan cair yang lebih berat daripada bahan cair yang lebih ringan.
Bahan cair yang berat akan menempati lingkaran keliling bagian luar keranjang dan
bagian ini menggantikan bahan cairan yang ringan ketengah-tengah.

Peralatan pemisahan untuk sentrifusi yang paling sederhana terdiri dari sebuah
keranjang berputar sekitar sumbu, seperti terlihat pada gambar 2.3. Bahan cair atau
bahan padat dimasukkan kedalam keranjang dan dibawah gaya sentrifugal, bahan cair
yang lebih berat atau partikel padat lolos ke daerah terluar keranjang, sedangkan
komponen yang paling ringan bergerak ketengah-tengah. Apabila umpan seluruhnya

24
SANTOS JAYA ABADI
bahan cair maka pipa pengumpulan yang sesuai dapat disusun untuk membiarkan
pemisahan komponen yang paling berat dan yang paling ringan. Berbagai susunan
dipergunakan untuk menyelesaikan pengumpulan ini secara efektif dan dengan
gangguan terhadap pola aliran di dalam mesin semini mungkin. Untuk mendapat
pengertian, fungsi susunan pengumpulan selalu lebih menolong untuk memikirkan kerja
sentrifusi sebagai analog dengan jatuh bebas, dengan berbagai bendungan dan aksi
aliran berlebihan sama seperti dalam tangki pengendapan, meskipun gaya sentrifugal
jauh lebih besar daripada gaya gravitasi.

Menentukan jari-jari daerah netral sehingga pipa pemasukan dapat di design


sedemikian rupa. Dari gambar 2.3 separator yang menggambarkan keranjang sebuah
sentrifuse bahan cair yang tegak dan terus-menerus. Umpan masuk sentrifuse dekat
sumbu, bahan cair yang lebih berat keluar melalui lubang atas r1 dan bahan cair lebih
ringan keluar melalui lubang atas r2, r1 yaitu pipa lubang pengeluaran bahan cair yang
ringan dan r2 yaitu pipa lubang pengeluaran bahan cair yang lebih ringan yang terlihat
pada gambar 2.3.

Tahapan Proses Separasi

Pada PT. Santos Jaya Abadi 3 plant 1 terdapat 8 tank system yaitu 4 tank untuk
hasil sebelum separasi dan 4 tank hasil setelah separasi. Larutan dari draw off hidrolise
dan hidrolise dari flash tank yang tidak dapat menguap di aroma recovery akan
ditampung dalam tank sistem (1-4) kemudian di separasi dengan menggunakan alat
centrifuge separator. Hasil dari separasi tersebut akan menuju tank system 5-8. Hasil
dari compartment dari bak sedimen dimasukkan ke tank sistem 1-4, karena berasal dari
proses sludging yang produk dan endapannya masih bercampur. Compartment
merupakan tempat penampungan sementara.

Analisa Quality Control

Analisa yang dilakukan untuk melihat kualitas dari hasil sebelum dan sesudah
separasi diantaranya:

1. Analisa brix dan TS

2. Analisa pH menggunakan pH meter.

25
SANTOS JAYA ABADI
3. Analisa cup test (seduh air dingin).

4. Analisa screening test.

Trouble Shooting

1. Jika TS dari tank system out of range dari yang telah ditentukan sesuai dengan
jenis produknya, maka laporkan hal tersebut kepada atasan dan pihak produksi.

2. Apabila ada keanehan dari hasil cup test tank system, cek ulang pH apakah
normal atau tidak. pH merupakan salah satu indikator bahwa mungkin produk
tercampur dengan chemical cleaning (contoh: lye). Di samping itu cek isi dari
tank system tersebut merupakan produk bilasan atau tidak, dimana produk
bilasan yang cup test nya tidak OK harus di mix dengan produk tank system
yang OK dengan proporsi tertentu sehingga hasil cup test nya OK. Cek cup test
per 2 jam jika produk di tank system holding time nya lebih dari 24 jam.

3. Sedimen tank system sebelum separasi melebihi 50 harus disampling ulang


untuk di screening test. Jika hasilnya masih melebihi 50, maka infokan pada
atasan dan pihak produksi. Kemungkinan strainer tidak berfungsi (contoh:
berlubang). Di samping itu, sedimen tank system setelah separasi melebihi dari
sumbernya harap lapor ke pihak produksi untuk mengecek separatornya.

26
SANTOS JAYA ABADI
BAB VI

Evaporasi

Produk yang keluar dari tank system 5-8 sebelum masuk ke tangki evaporator
melewati beberapa fase yaitu:

1. Melalui balance tank/penyeimbang. Fungsi: sebagai pengatur flow aja, atau output.

2. Dari balance tank liquid melalui 3 heat echanger (pre-heater)

Fungsi pre-heater: untuk memanaskan liquid sesuai dengan standar tangki


evaporasi. Produk dari tank system 5-8 akan menuju ke feed tank (buffer tank
evaporasi) kemudian melewati 3 heat exchanger (hot), yatu HE W06 dengan suhu
±62°C, He W07 dengan suhu ±70°C, HE W08 dengan suhu ±84°C. Selanjutnya produk
akan dilewatkan pada 4 kolom, yaitu kolom 1 evaporator W01 dengan suhu ±84°C,
kolom 2 evaporator W02 dengan suhu ±70°C; kolom 3 evaporator W03 dengan suhu
±62°C, kolom 4 evaporator W04 dengan suhu ±65°C. Setelah melewati 4 kolom
tersebut, produk akan melewati 1 heat exchanger (cold) kemudian menuju final tank 1-3.

3. Masuk ke dalam tangki evaporasi.


Suhu dalam tangki kolom 1 sekitar 70-76°C. Suhu yang diperoleh dari tangki 1
berasal dari steam (uap panas) yang ada pada tangki besar (penyelubung pipa-pipa yang
dilalui produk).
Pada kolom 1 produk yang tidak mengalami sirkulasi jadi langsung disirkulasi
ke kolom 2 dari kolom 1 ke kolom 2 prosesnya sama, yaitu sebelum masuk ke kolom 2
produk melewati heater untuk proses pemanasan lagi, di kolom 2 memakai suhu steam
60-65°C. Di kolom 2 terjadi sirkulasi 1 kali, yaitu produk dari sekat A dialirkan kembali
ke sekat B, masih dalam satu kolom yaitu kolom 2.

Produk yang masih dalam bentuk liquid dari kolom 2, produk dialirkan melewati
heater menuju kolom, prosesnya sama dengan kolom 2, bedanya sirkulasi dilakukan 2
kali yaitu dari sekat A disirkulasi ke sekat B dari sekat B ke sekat C. Suhu di kolom 3
sekitar 40-50°C.

Dari kolom 3 produk diteruskan ke kolom 4 di kolom 4 sebagai akhir proses


evaporasi jadi tidak ada proses sirkulasi. Suhu di kolom 4 dinaikkan lagi menjadi 55-
27
SANTOS JAYA ABADI
60°C. hasil akhir dari proses evaporasi, produk ditransfer ke buffer tank/tangki
penampung. Fungsi evaporasi adalah untuk mengentalkan liquid, mengurangi kadar air,
dan penguapan.

Dari masing-masing kolom, setelah proses penguapan, air akan diuapkan dan
ditampung pada tangki condensed. Sedangkan liquid yang tidak menguap akan
ditransfer lagi ke tangki 2 dan 3 untuk proses sirkulasi. Dari masing-masing kolom suhu
makin rendah dengan tujuan agar density nya dapat tercapai. Pada kolom 4 suhu akan
naik dikarenakan sebelum masuk kolom 4, produk melewati steam.

Analisa Quality Control Evaporasi

Pengambila sampling evaporasi hanya di kolom 4 saja, diambil dari tank system
yang di evaporasi ke 1 dan ke 3. Sampel dari kolom 4 dianalisa foreign matter, brix, TS,
pH, cup test (seduh air panas), sedimen (screening test), dan density. Analisa mikro
dilakukan apabila change mode dan setelah proses off ˃3 hari, ambil sampling aseptis di
evaporator kolom 4 pertama untuk analisa mikro.

Trouble Shooting

1. Jika nilai sedimen evaporasi tinggi (lebih dari 7), maka team QC harus melaporkan
hal tersebut ke pihak atasan dan pihak produksi. Kemungkinan dikarenakan suhu
evaporasi yang terlampau tinggi, cleaning line evaporasi yang kurang bersih atau
separator yang kurang maksimal.

2. Jika nilai TS kolom 4 (diluar 50-56 untuk produk T, PC, C1, SD) dan (diluar 48-54
untuk produk M3) maka QC team harus melaporkan hal tersebut ke pihak atasan dan
pihak produksi.

3. Jika hasil cup test terdapat keanehan. Misal, jika ada aroma yang berbeda dan taste,
lebih baik dapat diamati nilai pH-nya. Mungkin hal ini dapat dikarenakan adanya
kontaminasi chemical (contoh: lye) pada produk. Selain itu dapat juga dikarenakan
suhu evaporasi yang tinggi sehingga aroma produk gosong dan taste semakin pahit..
Kejadian ini harus segera dilaporkan ke pihak atasan dan produksi. Note: ketika start
awal setelah CIP, dilakukan cup test dan pengukuran pH pada setiap kolom (kolom
1-4) pada samplingan pertama setelah CIP.

28
SANTOS JAYA ABADI
BAB VII

FINAL TANK

Liquid coffee yang telah melalui proses evaporasi kemudian ditrasnfer ke final
tank. Di dalam final tank terjadi penambahan aroma recovery sebanyak 3-7%.
Penambahan aroma recovery ini bertujuan untuk menambah cita rasa aroma kopi.
Setelah penambahan aroma recovery, liquid coffee disirkulasi untuk menghomogenkan
produk. Di SJA 3 terdapat 3 final tank yatu final tank 1, final tank 2, dan final tank 3.
Final tank ini yang nantinya menentukan penomoran PIN produk akhir (instant coffee).

Analisa QC Final Tank

Pada final tank QC melakukan 2 tahap penyamplingan yaitu sebelum proses dan
setelah proses sirkulasi. Pengambilan sample sebelum proses sirkulasi dilakukan setelah
proses evaporasi dan transfer produk hasil evaporasi ke dalam final tank mencapai level
seperempatnya. Ambil sample dari final tank sebanyak ±250 mL menggunakan gelas
plastik. Catat tanggal sampling, waktu sampling, dan % level tangki pada saat sampling.

1. Analisa sample hasil final tank sebelum sirkulasi meliputi analisa foreign matter, brix,
TS, pH, suhu, dan cup test (seduh dengan air panas). Sisa sample hasil final tank
dikembalikan ke dalam final tank lain yang berisi jenis produk yang sama pada saat
itu.

2. Pengambilan sample setelah proses sirkulasi. Pengambilan sample dilakukan saat


aroma recovery sudah ditambahkan ke dalam final tank dan sudah disirkulasi selama
1 jam. Ambil sample dari final tank 1-3 sebanyak ±1000 mL menggunakan wadah
sampling berukuran 1000 mL. Pengambilan sample dilakukan setelah produksi
menginformasikan ke QC bahwa produk di final tank bisa disampling. Analisa yang
dilakukan juga lebih lengkap daripada analisa sample final tank sebelum sirkulasi.
Analisa sesudah sirkulasi meliputi analisa foreign matter, brix, TS, pH, suhu, cup test
(seduh dengan air panas), sedimen, density, dan viskositas. Analisa mikro dilakukan
pada hasil final tank sesudah sirkulasi, saat start awal dryer atau setelah proses
change mode, flushing (black out) dan setelah proses off > 3 hari, ambil aseptis di
final tank untuk analisa mikro. Sisa sample hasil final tank dikembalikan ke dalam
final tank lain yang berisi jenis produk yang sama pada saat itu.
29
SANTOS JAYA ABADI
Setiap parameter yang diukur memiliki ketentuan atau range, yaitu:

 FM tidak boleh kontaminasi fisik.

 TS final tank yang diharapkan untuk produk:

1. SIC 18 T : 49-54%
2. SIC 18 C1 : 49-54%
3. SIC 01 PC : 46-52%
4. SIC 9010 M3 : 49-54%
5. SIC 8590 SD : 49-54%
6. SIC 25 BR : 40-46%
 Suhu sebaiknya berkisar 10-20°C agar kualitas liquid coffee tetap terjaga baik
 pH : 5,0-6,0
 Viskositas final tank yang diharapkan untuk produk:
1. SIC 18 T : 20-270 cP
2. SIC 18 C1 : 30-240 cP
3. SIC 01 PC : 15-130 cP
4. SIC 9010 M3 : 20-270 cP
5. SIC 8590 SD : 20-270 cP
 Density final tank yang diharapkan untuk produk :
1. SIC 18 T : 1190-1240 g/L
2. SIC 18 C1 : 1170-1250 g/L
3. SIC 01 PC : 1110-1230 g/L
4. SIC 9010 M3 : 1190-1240 g/L
5. SIC 8590 SD : 1190-1240 g/L

Trouble shooting
Jika ditemukan adanya kontaminasi fisik maka kita infokan ke SPV QC dan
pihak produksi untuk dilakukan sampling ulang lalu inspeksi lebih lagi serta untuk
memastikan apakah di dalam final tank tersebut tidak ada kontaminasi fisik yang lain.
Sedangkan untuk parameter TS dan pH, hasil pengukurannya berada diluar range
sebaiknya dilakukan sampling ulang untuk memastikan apakah hasilnya memang diluar
range. Apabila pada samplingan kedua hasil analisa tetap diluar range specification,

30
SANTOS JAYA ABADI
maka QC harus segera menyampaikan kepada SPV dan tim produksi agar ditindak
lanjuti langsung oleh pihak produksi. Apabila terdapat ketidaksesuaian pada hasil CT,
maka QC harus mencoba untuk mendisposisi atau mixing dengan final tank lain yang
berisi produk sejenis.
Suhu produk yang berada di final tank sangat penting karena akan memengaruhi
kualitas liquid coffee yang ada di dalamnya. Jika suhu sample lebih dari 10-20°C, segera
infokan ke pihak produksi sehingga mereka dapat mengkondisikan agar suhu produk
lebih rendah.

31
SANTOS JAYA ABADI
BAB VIII
FEED SYSTEM

Liquid coffee yang telah homogen kemudian di transfer ke feed tank. Tujuan
feed system yaitu untuk supply liquid feed menuju ke nozzle spray dryer sesuai jumlah
yang dibutuhkan untuk tekanan dan suhu. Liquid coffee dari feed tank ditransfer ke filter
feed menggunakan pompa sentrifugal. Dari filter feed kemudian diinjeksi dengan gas
CO2 melalui LSI unit. Di dalam LSI unit, liquid produk dan injeksi gas CO2 di mixed
bersama. Sebelum feed menuju ke nozzle (spray dryer), dilakukan pemanasan (heated)
pada heat exchanger pada atomizing temperature yang benar. Viskositas dan juga
atomization bergantung dari suhu (temperature). Temperature yang tinggi menyebabkan
viskositasnya rendah. Jika nilai viskositasnya terlalu tinggi, maka akan memberatkan
pompa dan menyulitkan untuk proses atomize.

a. Feed Tank
Merupakan tangki untuk menampung liquid coffee sebelum di spray.
b. Inject CO2
Produk yang sudah melewati strainer diinject CO2. Inject CO2 berfungsi untuk
mengontrol berat jenis pada instant coffee dan berpengaruh pada aglomerasi pada
saat sudah menjadi instant coffee (inject CO2 yang dijumlahkan 0,7-0,9% tergantung
mode ekstraksi yang digunakan). Supply gas station 10-12 mbar, tetapi pemakaian
tiap mode berbeda tergantung flownya.
c. Strainer
Adalah filter yang berfungsi menyaring produk dari benda asing. Pergantian strainer
(dicuci) apabila data pressure lebih dari 1 bar.
d. HPP (High Pressure Pump)
Berfungsi untuk memompa liquid coffee menuju naik ke nozzle. Range tekanan yang
dapat digunakan adalah 28-42 bar.

Analisa QC
Pada tahapan feed system, QC melakukan penyamplingan setiap satu jam pada
feed tank. Analisa feed tank meliputi: analisa foreign matter, brix, TS, pH, dan cup test
(seduh air panas).
32
SANTOS JAYA ABADI
Trouble Shooting
Jika ditemukan adanya kontaminasi fisik maka harus melakukan sampling ulang
agar dapat diinspeksi lebih lagi dan memastikan bahwa temuan tersebut berasal dari
feed system, kemudian segera menginformasikan kepada SPV QC dan pihak produksi
agar ditindak lanjuti oleh pihak produksi. Apabila memang terdapat temuan yang
berasal dari feed system, maka QC akan membuat NCR (form ketidaksesuaian) agar
diisi oleh tim produksi. Apabila pada parameter TS dan pH hasil pengukurannya berada
diluar range, sebaiknya dilakukan sampling ulang untuk memastikan apakah hasilnya
memang diluar range.

33
SANTOS JAYA ABADI
BAB IX

DRYER

Pengeringan (drying) bertujuan untuk memperpanjang umur simpan makanan,


yaitu dengan menurunkan atau mengurangi Aw. Prinsip kerja drying adalah dengan
mengalirkan udara panas ke seluruh bagian pangan yang basah, lalu panas tersebut akan
dialihkan ke bagian permukaan pangan, sehingga panas laten penguapan akan
menyebabkan air yang terkandung dalam pangan tersebut menguap (Fellows, 1990).

Spray dryer merupakan suatu proses pengeringan untuk mengurangi kadar air
suatu bahan sehingga menghasilkan produk berupa bubuk melalui penguapan cairan.
Spray dryer menggunakan atomisasi cairan untuk membentuk droplet, selanjutnya
droplet yang terbentuk dikeringkan menggunakan udara kering dengan suhu dan
tekanan yang tinggi. Bahan yang digunakan dalam pengeringan spray drying dapat
berupa suspense, dipersi, maupun emulsi. Sementara produk akhir yang dihasilkan
dapat berupa bubuk granula maupun aglomerat tergantung sifat fisik-kimia bahan yang
akan dikeringkan.

Sistem kerja dari mesin spray dryer adalah mengeringkan produk/bahan yang
kandungan airnya masih tinggi, sehingga diharapkan produk yang dihasilkan dapat
memenuhi standard mutu yang sudah ditetapkan. Prinsip kerja spray dryer untuk
menghilangkan air, dengan cara ekstrak dilewatkan dalam sebuah kolom. Temperature
tinggi dalam kolom tersebut akan menguapkan air hingga didapatkan bubuk kopi.

a. Nozzle

Produk dinaikkan menggunakan HPP menuju nozzle, produk tersebut akan di spray
ke dalam chamber sehingga output berupa produk serbuk. Didalam nozzle terdapat 2
bagian yaitu orivice (untuk mengatur besar kecilnya flow liquid yang keluar) dan
swirel (menyebarkan liquid supaya lebih rata).

b. Chamber

Adalah wadah penerimaan/penampung produk serbuk output nozzle, didalam


chamber disemprot dry air yang diatur dehumidifier dan chamber sendiri sudah
bersuhu tinggi dengan suhu 78-86°C.
34
SANTOS JAYA ABADI
c. Bag Filter

Merupakan saringan, fine powder yang dihasilkan oleh chamber dialirkan ke bag
filter. Bag filter menyaring butiran halus fine powder. Fine powder yang tidak
tersaring akan langsung dibuang ke udara bebas, sedangkan fine powder yang
partikelnya tidak terlalu halus akan tertangkap lalu akan dijatuhkan dengan hentakan
dari purging. Setelah itu fine powder tersebut dikembalikan ke chamber dan di
campur dengan produk instant coffee, karena fine powder berpengaruh pada aglo
penampakan butiran instant coffee. Bag filter dilakukan penggantian oleh produksi
setiap 6 bulan sekali.

d. Vibro Fluidizer (VF)

Berfungsi untuk mengayak butiran-butiran instant coffee untuk memisahkan tingkat


kehalusan produk sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, mendinginkan suhu,
dan membentuk aglomerasi. Terdapat 2 VF yaitu VF1 dan VF2. Untuk VF1 suhu
udara yang masuk untuk pendingin 88°C sedangkan VF2 80°C. Sampling produk
dilakukan di VF2 karena suhunya sudah agak dingin sekitar 40°C di dalam VF2.

e. Siever

Berfungsi untuk memisahkan produk menurut aglo ada butiran yang diinginkan,
butiran yang over size akan dipisahkan menuju VF1 (untuk over size produk)
sedangkan yang ukuran aglonya sesuai akan masuk VF2 yang nantinya QC akan
sampling untuk analisa kadar air, density, warna, cup test, brix, dan pH. Untuk over
size produk ditransfer ke tote bin.

f. Hopper Produk

Merupakan tampungan sementara produk yang telah melalui VF2 bila hopper sudah
full maka produk akan turun melalui screw conveyor.

g. Screw Conveyor

Berfungsi sebagai sarana transportasi produk yang telah melewati vibro menuju ke
metal detector, agar produk tidak langsung terjun bebas menuju ke metal detector,
produk akan turun secara bertahap agar tidak memperberat kinerja metal detector.

35
SANTOS JAYA ABADI
h. Metal Detector

Merupakan alat yang berfungsi untuk menangkap partikel-partikel logam yang


merupakan kontaminan pada produk instant coffee. Cara kerjanya ada 2 jalur pada
output metal detector, jalur pertama produk yang tidak mengandung kontaminan
akan langsung masuk ke hopper, tapi produk yang mengandung kontaminan logam
akan masuk jalur sebelahnya yatu jalur tap-tapan totebin.

i. Weigher Hopper

Produk yang lolos kontaminan logam akan turun ke weigher hopper, yang fungsinya
untuk menimbang produk, bila produk yang turun sudah mencapai 30 kg, maka
secara otomatis produk sudah dapat turun untuk dikemas di karton lalu dikemas
menjadi produk finish good instant coffee.

Analisa QC

Sampling hasil proses spray dryer sebanyak 75-100 gr, yang meliputi sample produk
dryer dari Vibro Fluidizer hole 2 (VF2) sample produk dryer (instant coffee), hati-hati
saat mengambil sample gunakan masker agar tidak terhirup. Sample yang telah
dimasukkan pada plastik, diberi identitas jelas antara lain: tanggal produksi, jam
sampling, dan lokasi sampling.

Analisa sample hasil proses spray dryer meliputi:

1. Analisa visual dan foreign matter


2. Analisa kadar air dryer
3. Analisa powder bulk density
4. Analisa warna dengan hunterlab
5. Analisa free flow particles
6. Analisa kelarutan
7. Analisa floating particles
8. Analisa bri
9. Analisa TS
10. Scoring cup test

36
SANTOS JAYA ABADI
11. Analisa mikrobiologi (setelah proses change mode atau proses off > 3 hari ambil
sampling aseptis VF2, awal, tengah, akhir).
Catat hasilnya pada form dan beri status (OK, HOLD1, HOLD, BO) sesuai
dengan spesifikasi yang telah ditetapkan dan dapat dilihat pada SPEC/IC/001-
SPEC/IC008.

Sisa sample analisa produk spray dryer akan dikelompokkan sesuai dengan
masing-masing jenis produk dan akan dikumpulkan ditiap batch untuk kemudian di
packaging ulang. Hasil packaging ulang ini akan menjadi produk BO SQ (sisa sampling
QC) dan diserahkan ke FGW dengan menggunakan form bukti serah terima finish
goods.

Trouble Shooting

 Apabila pada awal start dryer, dihasilkan produk instant coffee dengan status BO dan
HOLD1 sebanyak lebih dari 3 box, maka QC harus membuatkan NCR untuk diisi
oleh produksi.

 Apabila pada saat stop dryer, dihasilkan produk instant coffee dengan status BO dan
HOLD1 sebanyak lebih dari 13 box, maka QC harus membuatkan NCR untuk diisi
oleh produksi.

 Apabila didapati produk visual NOT OK pada saat tengah-tengah proses dryer, maka
QC akan meminta pihak packaging agar menyamplingkan produk pertiap box
(sampel diambil dari 5 box sebelum dan 5 box sesudah ditemukannya sampel yang
visual nya NOT OK tadi). Sample-sample pertiap box tersebut akan di analisa visual.
Pengambilan sample per setengah jam akan berlanjut lagi apabila hasil pengecekan
visual OK kembali.

 Apabila didapati hasil kadar air, warna, density, brix, serta pH dan ukuran partikel
instant coffee out spec, maka QC harus menganalisa ulang. Apabila hasil analisa
ulang menunjukkan not OK maka QC harus menginformasikan kepada pihak
produksi dan SPV.

37
SANTOS JAYA ABADI
 Jika dalam pengambilan sample berturut-turut, hasil analisa kadar air, warna, density,
brix, serta pH dan ukuran partikel instant coffee out spec maka status produk akan di
HOLD atau BO.

 Jika hasil analisa cup test NOT OK, maka produk akan di HOLD dan QC akan
melakukan analisa ulang dan preshipment pada customer internal. Apabila hasil
aging OK atau hasil preshipment “diterima”, maka produk harus diubah status
menjadi OK.

 Apabila terjadi stop dryer, maka QC akan melakukan verifikasi produk.

38
SANTOS JAYA ABADI
BAB X

PACKAGING

Setelah produk melewati sieveter, produk akan melewati metal detector yang
berfungsi untuk menangkap partikle-partikel logam yang merupakan kontaminan pada
produk instant coffee. Produk yang tidak mengandung kontaminan akan masuk ke
weighing hopper, sedangkan produk yang mengandung kontaminan logam akan masuk
jalur tap-tapan tote bin.

Weighing hopper berfungsi untuk menimbang produk, agar produk dapat


dikemas sejumlah 30 kg dalam 1 box. Sebelum purging, box dan kemasan plastik diberi
label yang berisikan identitas produk (meliputi: nama produk, batch, no pin, berat netto,
dan bruto, tanggal produksi, dan best before, no karton). Produk yang telah ditimbang,
akan di shaker, yang berfungsi untuk memampatkan produk dalam kemasan selain itu
juga untuk menghilangkan oksigen yang terdapat dalam box. Kemudian kemasan plastik
akan di seal dengan cable ties dan box akan diisolasi.

Produk instant coffee yang telah di packaging akan diletakkan di pallet. Dalam 1
pallet terdiri dari ±15 box finish goods instant coffee. Tim produksi bagian packaging
akan menata dan memisahkan box-box berdasarkan dari statusnya (OK, HOLD 1, atau
BO). Produk finish goods yang terdapat dalam pallet-pallet tersebut akan diverifikasi
oleh QC dengan menggunakan QC pass.

Produk yang dinyatakan OK secara kualitas oleh QC, akan dipasarkan atau
dijual oleh pihak supply chain kepada customer internal (SJA 1 dan SJA 2) maupun
eksternal (Agel Langgeng, Maju Jaya Food, Fine tech Thailand, dll) sedangkan produk
yang dinyatakan tidak OK secara kualitas sebagai produk reguler oleh QC akan
dirework atau dijual sebagai produk second grade (BO B, D, & F) pada customer
internal maupun eksternal. Untuk produk yang kontaminasi fisik akan langsung
dimusnahkan.

Kemasan plastik yang digunakan di SANTOS JAYA ABADI 3 ialah plastik


LDPE (Low Density Polyetylene), spsesifikasi kemasan plastik yang digunakan dapat
dilihat di dalam SPEC/RM/008. Kemasan plastik tersebut digunakan sebagai kemasan

39
SANTOS JAYA ABADI
primer, sedangkan kemasan sekunder yang digunakan di Santos Jaya Abadi 3 ialah
kemasan karton coklat spesifikasinya dapat dilihat di dalam SPEC/RM/005.

Saat ini terdapat 5 jenis macam produk instant coffee yang telah diproduksi oleh PT.
Santos Jaya Abadi 3, antara lain:

1. SIC 18 T
2. SIC 18 C1
3. SIC 8590 SD
4. SIC 01 PC
5. SIC 9010 M3

Beberapa produk Reguler PT. Santos Jaya Abadi 3 yang menggunakan kode lain :
1. SJ 1818 (SIC 18 T)
2. SJ 1818* (Produk 18 C1 plant 2 hasil trial yang telah memiliki Interoffice memo
sehingga dapat dijual ke SJA 1 dengan disposisi 50:50 atau 40:60)
3. SJ 901 (SIC 9010 M3)

Beberapa Produk SG (second grade/BO) PT. Santos Jaya Abadi 3 yang


menggunakan kode lain :
4. SJ SG (SIC 18 C1 dan SIC 18 T yang boleh dijual)
5. SJ 1818✔ (SIC 8590 SD dan SIC 9010 M3 yang boleh dijual)
6. SJ 0203 (SIC 18 C1 plant 2 BO F yang boleh dijual)
Masing-masing produk tersebut memiliki spesifikasi dan karakteristik cup test yang
berbeda-beda.

Analisa QC

1. Verifikasi metal detector

QC bertugas untuk memastikan apakah alat metal detector berfungsi dengan


baik. Pada uji metal detector, produksi mencoba melewatkan 3 metal, yaitu FE, SS,
BS (non FE), masing-masing disepuluh titik. Apabila katup menutup pada saat
dilewati metal maka hasil OK, sedangkan apabila katup terbuka atau metal lolos
maka dilakukan pengecekan ulang.

40
SANTOS JAYA ABADI
2. Checklist packaging

a. Verifikasi Label

QC bertugas memverifikasi data yang tertera dalam label dengan data produk
yang diinfokan oleh produksi, meliputi : nama produk, batch, no pin, berat netto,
dan bruto, tanggal produksi, dan best before, no karton. Memastikan kondisi
karton dan plastik dalam kondisi baik dan bersih. Verifikasi label dilakukan
setiap start dryer dan 4 jam sekali serta apabila ada pergantian batch.

b. Checklist RH dan suhu

QC bertugas untuk memastikan suhu dan RH di area packing, agar suhu tidak
melebihi standart yang diperbolehkan. Untuk RH max 60% dan untuk suhu max
27°C. Checklist RH dan suhu dilakukan setiap 4 jam sekali dengan cara melihat
alat hygrometer yang terdapat di packing.

3. Pendampingan QC pada saat start-stop proses dryer

Setiap start dan stop proses dryer, QC akan menunggu di area packing untuk
memverifikasi kondisi produk saat pengemasan, apakah banyak fine powder
atau tidak. Serta untuk memberi status pada produk tersebut.

4. Penempelan QC Pass

QC akan menempelkan form QC Pass sesuai dengan ststus per pallet. QC Pass
tersebut akan ditempel di salah satu box yang terdapat dipallet. Form QC Pass
berisi status, tanggal produksi, batch, pin, no karton, no pallet, tanggal
penempelan QC Pass dan tanda tangan. QC Pass dibedakan berdasarkan dari
status, batch, dan tanggal. Form QC Pass terdiri dari:

a. “boleh pakai” berwarna hijau

b. “HOLD”, “HOLD 1”, dan “BO” berwarna kuning

QC memberikan info status produk kepada produksi setiap 2 jam, untuk


dibuatkan serah terima ke supply chain. Penempelan QC Pass dilakukan oleh
QC staff pada saat 2 jam sebelum shift berakhir.

41
SANTOS JAYA ABADI
Trouble Shooting

 Apabila pada checklist RH dan suhu terjadi outspec, maka QC staff akan
melapor kepada supervisor dan tim produksi, agar diambil tindakan lebih
lanjut.

 Apabila terjadi perubahan status sebelum dibuatkan form serah terima


oleh produksi kepada GBJ, maka tim produksi bagian packing harus
memisahkan pallet antara produk yang sebelum dirubah status dengan
produk yang telah dirubah statusnya.

 Apabila QC merubah status produk pada saat tim produksi telah


membuatkan form serah terima packaging ke GBJ, maka QC harus
melakukan perubahan status dengan cara mengisi form
QF/PDQC/QC/040.

42
SANTOS JAYA ABADI

Anda mungkin juga menyukai