Disusun Oleh:
Eva Ananda
C12.2022.01062
Santoso, T., & Sulhiyah, S. (2020). The Past Forms of Japanese Futsuugo and Javanese
Ngoko Lugu: Contrastive Analysis in Sociolinguistics. Izumi, 9(2), 137–146.
https://doi.org/10.14710/izumi.9.2.137-146
Artikel 3
Japanese Women Language Politeness in Communication Interview: Sociolinguistic
Study
Jepang dikenal sebagai negara yang sangat sopan dengan berbagai adat dan tata
krama, mulai dari hal kecil seperti cara mengantri kereta yang penuh sesak hingga cara
membungkuk yang benar. Bentuk bahasa sopan dalam bahasa jepang terbentuk dalam
berbagai konteks sosial dan professional. Dalam budaya jepang, bahasa sopan dilihat sebagai
sistem komunikasi dan penggunaannya berkaitan dengan hubungan sosial penggunanya.
Penelitian ini memfokuskan pada kesantunan bahasa sopan perempuan jepang dalam
komunikasi wawancara dengan investigasi sosiolinguistik melalui rekaman video di YouTube
untuk mendeskripsikan penggunaan keigo dengan kondisi sonkeigo ‘bahasa sopan
meninggikan pelaku’, kenjyougo ‘bahasa yang merendahkan diri’, dan teineigo ‘bahasa
sopan’. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendefinisikan kesantunan
bahasa sopan perempuan jepang dalam komunikasi wawancara.
Penulis menggunakan teori berdasarkan pada penelitian – penelitian sebelumnya dan
teori menurut Makarova, V., & Pourmohammadi, E. (2020) yang mengatakan bahwa
Perempuan lebih sedikit menggunakan istilah kata ta’arof dibandingkan laki – laki dan
ungkapan ta’arof digunakan secara berbeda oleh laki – laki dan Perempuan. Oleh karena itu
dapat dikatakan bahwa gender berkaitan erat dengan kesantunan bahasa.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat deskriptif
dengan menggunakan pendekatan analisis isi. Peneliti menggunakan strategi pendekatan
analisis isi untuk mendefinisikan bahasa sopan perempuan jepang bahasa jepang dalam
wawancara komunikasi.
Data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu dengan mengumpulkan bahasa sopan
perempuan jepang dalam kata, frasa, dan klausa dari video YouTube
(https://www.youtube.com/watch?v=6BxlPvJH7Tw). Video itu tentang interaksi Perempuan
jepang yang sedang berkeliling untuk mencari fashion.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tiga jenis bahasa santun, yaitu
sonkeigo, kenjyougo, dan teineigo. Sonkeigo dalam penelitian ini digunakan oleh asisten toko
untuk menunjukkan rasa hormat kepada kliennya dan pengguna internet. Contoh penggunaan
sonkeigo, salah satunya terdapat pada data 3 kata go jishhin dan o iwai. Pada kedua kata
tersebut ada penambahan “go” dan “o” di depannya yang menandakan bentuk sonkeigo.
Kenjyougo, menempatkan pembicara pada tingkat lebih rendah dengan penerima ketika
berbicara tentang diri mereka sendiri. Pada penelitian ini, kenjyougo digunakan ketika
pembicara sedang berbicara atau menyampaikan informasi tentang pembicara. Contoh kata
yang termasuk kenjyougo, yaitu pada data 8 dan 9 kata o ukagai shimashita ‘berkunjung’ dan
omenikakakritai ‘melihat kamu’. Jenis bahasa santun yang terakhir, yaitu teineigo yang
ditandai dengan adanya kopula -desu dan -de gozaimasu. Kopula ini berfungsi untuk
menekankan jarak sosial antara pembicara dan lawan bicara. Contoh kata pada data 17, yaitu
takusangozaimasu. Penggunaan kopula -de gozaimasu di akhir kalimat menunjukkan bahwa
berada di suasana formal. Hubungan antara asisten toko dan konsumen termasuk dalam
lingkup soto sehingga asisten toko dan konsumen selalu menggunakan bahasa sopan yaitu
keigo. Keigo digunakan untuk berbagai tujuan, antara lain menjaga martabat, membuat
sindiran, dan memberi penghormatan. Dalam penelitian ini cara Wanita jepang
mengekspresikan kesopanan, etika, dan juga emosinya serta cara Wanita jepang
berkomunikasi dengan menggunakan keigo.
Hasil review
Hasil penelitian ini cukup menarik untuk dibahas lebih lanjut dalam tinjauan cabang
linguistik yang lain.
Artikel:
Arfianty, R., Mubshirah, D., & Pujiono, M. (2023). Japanese Women Language Politeness in
Communication Interview: Sociolinguistic Study. Eralingua: Jurnal Pendidikan Bahasa
Asing dan Sastra, 7(2), 473. https://doi.org/10.26858/eralingua.v7i2.47890