Anda di halaman 1dari 9

RELASI MAKNA DALAM BAHASA MELAYU DIALEK MELAWI

Icha Nurma Jamelia, Patriantoro, Agus Syahrani


Prodi: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Untan Pontianak
E-mail: IchaJamellia@gmail.com

Abstract
Indonesian country has one language that become unifying nation language that is
Indonesian language, it is happen because Indonesia has various kind of language.This
research is about local language. The method that use in this research is comparison method
with qualitative as a form of the research. Technique of data collecting is induction
techniques and skill method. Technique of data analysis is classification data, comparison,
data analysis and conclusion of analysis result. Based on the result of analysis meaning
relation in Malay Language Dialect of Melawi (BMDM )can be deducted that antonym
BMDM by its nature is devided into four namely, absolute, gradation, relation and
hierarchy. There are 57 words in absolute antonym, there are 38 words in gradation, there
are 38 words in relation and 7 words in heararchy. There ade 70 synonym in BMDM. There
are 75 homonyms and 5 homographs in BMDM. There are 20 polysemics in BMDM. There
is a lexical meaning in BMDM antonym meaning. The whole anonymous words contains a
lexical meaning. There are cognitive meaning, connotative and emotive meaning in BMDM
synonym meaning. There are referential and nonreferential meaning in BMDM homonym
meaning. There are referential, nonreferential and idiomatic meaning ini BDMD polisemic
meaning.

Keyword: meaning of relation, dialect, Melawi.

Bahasa memiliki peranan yang penting Melayu Dialek Melawi yang kemudian di
dalam kehidupan manusia. Negara Indonesia singkat BMDM dengan menggunakan kajian
memiliki satu bahasa yang menjadi bahasa bidang ilmu semantik. Lebih spesifiknya
pemersatu bangsa, yaitu bahasa Indonesia. mengenai relasi makna yang terdapat dalam
Bahasa Indonesia di dalamnya sering bahasa tersebut. penelitian ini dilakukan di
ditemukan adanya hubungan kemaknaan atau Kabupaten Melawi dan difokuskan di Desa
yang biasa dikenal dengan relasi makna. Relasi Pelempai Jaya, Kecamatan Ella Hilir.
makna tersebut bisa antara kata dengan kata dan Penelitian ini dilakukan pada satu desa saja
satuan bahasa lainnya. Relasi makna bisa dikarenakan masyarakat daerah itu
berupa kebalikan makna (antonim), kegandaan menggunakan bahasa Melayu yang sama. Di
makna (polisemi), kesamaan makna (sinonim), Desa Pelempai Jaya dialek Melayunya dalam
dan kelainan makna (homonim). Selain bahasa aspek intonasi cenderung lebih halus dari desa
Indonesia di Indonesia terdapat pula bahasa yang bersebelahan. Hal tersebut menjadi
daerah. pertimbangan dalam pemilihan tempat
Bahasa daerah dalam kedudukannya penelitian. Beberapa hal yang berkaitan dengan
sebagai lambang kebanggaan daerah, lambang relasi makna memiliki keterkaitan pada
identitas, dan alat berkomunikasi dalam pembelajaran bahasa Indonesia yang dapat
keluarga dan masyarakat. Berbagai usaha telah memberikan referensi kata-kata yang berkaitan
dilakukan dalam rangka pembinaan dan dengan relasi makna. Berkaitan dengan relasi
pemeliharaan bahasa daerah, satu di antaranya makna, penelitian ini berfokus pada bentuk dan
adalah dengan melakukan penelitian terhadap makna dari relasi makna yang diteliti dalam
bahasa daerah tersebut. Penelitian ini penelitian ini. Adapun yang diteliti adalah
merupakan penelitian dalam bidang ilmu bentuk dari antonim, sinonim, homonim, dan
bahasa dengan objek penelitian adalah Bahasa polisemi dalam BMDM. Selain bentuk diteliti

1
pula makna dari antonim, sinonim, homonim, ujaran yang maknanya menyatakan kebalikan,
dan polisemi dalam BMDM. pertentangan, atau kontras antara yang satu
Berkaitan dengan relasi makna pasti akan dengan yang lain. Hubungan antara dua satuan
membicarakan semantik sebagai ilmu induknya. ujaran yang berantonim juga bersifat dua arah.
Menurut Tarigan (2009:7) berpendapat bahwa Menurut Chaer (2015:299—301) antonim
semantik adalah telaah makna. Semantik dibedakan atas beberapa jenis, sebagai berikut.
menelaah lambang-lambang atau tanda- tanda Antonim yang bersifat mutlak. Umpamanya
yang menyatakan makna, hubungan makna kata hidup berantonim secara mutlak dengan
yang satu dengan yang lain, dan pengaruhnya kata mati, sebab sesuatu yang masih hidup
terhadap manusia dan masyarakat. Chaer tentunya belum mati, dan sesuatu yang sudah
(2013:2) berpendapat semantik dalam bahasa mati tentunya sudah tidak hidup lagi. antonim
Indonesia berasal dari bahasa Yunani sema yang bersifat relatif atau bergradasi.
(kata benda yang berarti “tanda” atau Umpamanya kata besar dan kecil berantonim
“lambang”). Kata kerjanya adalah semaino secara relatif, juga antara kata jauh dan dekat
yang berarti “menandai” atau “melambangkan”. dan antara kata gelap dan terang. Jenis antonim
Berkaitan dengan makna harus mengetahui ini disebut bersifat relatif, karena batas antara
mengenai arti. Menurut Djajasudarma satu dengan lainnya tidak dapat ditentukan
(2013:16) makna dibedakan dari arti. Makna dengan jelas. Antonimi yang bersifat relasional,
merupakan pertautan yang ada antara satuan umpamanya antara kata membeli dan menjual
bahasa, dapat dihubungkan dengan gramatikal, antara kata suami dan istri, dan antara kata guru
sedangkan arti adalah pengertian satuan kata dan murid. Antonim yang bersifat hierarkial,
sebagai unsur yang dihubungkan. Dijelaskan umpamanya kata tamtama dan bintara
bahwa makna dibedakan dengan arti, makna berantonim secara hierarkial.
memiliki definisi pertautan yang ada di antara Menurut Karim, dkk. (2013:36) sinonim
unsur-unsur bahasa itu sendiri (terutama kata- adalah hubungan semantik yang menyatakan
kata) hal ini merupakan pendapat Djajasudarma adanya kesamaan makna antara satu satuan
(2012:7). Selain itu, ahli lain yaitu Bolinger ajaran dan satuan ujaran lainnya. Menurut
(dalam Aminuddin 2011:53) menyatakan Djajasudarma (2012:55) sinonimi digunakan
bahwa makna ialah hubungan antara bahasa untuk menyatakan sameness of meaning
dengan dunia luar yang telah disepakati (kesamaan arti). Menurut Chaer (2015:297)
bersama oleh para pemakai bahasa. Sehingga sinonim atau sinonimi adalah hubungan
dapat saling mengerti. Makna juga merupakan semantik yang menyatakan adanya kesamaan
hubungan antara bahasa dengan dunia luar yang makna antara satu satuan ujaran dengan satuan
telah disepakati oleh pemakai bahasa tersebut. ujaran lainnya. Dua buah ujaran yang
Ilmu semantik selain mempelajari perbedaan bersinonim, maknanya tidak akan persis sama.
arti dan makna juga ada relasi makna yang Menurut Parera (2004:81) homonimi ialah dua
menjadi pembahasan dalam penelitian ini. ujaran dalam bentuk kata yang sama lafalnya
Menurut Chaer (2015:297) menyatakan bahwa dan atau sama ejaannya/tulisannya.
relasi makna adalah hubungan semantik yang Berdasarkan pendapat Parera homonimi
terdapat antara satuan bahasa yang satu dengan bisa dibedakan berdasarkan lafalnya dan
satuan bahasa yang lain. tulisannya. Parera mengatakan bahwa dua
Penelitian ini membahas antonim, sinonim, ujaran dalam bentuk kata yang sama lafalnya,
homonim, dan polisemi yang merupakan bagian tetapi berlainan tulisannya disebut homofon.
dari relasi makna tersebut. Antonim terdiri atas Dua ujaran dalam bentuk kata yang sama
anti atau ant yang berarti ‘lawan’ ditambah akar ejaannya, tetapi mungkin berlainan lafalnya
kata onim atau onuma yang berarti ‘nama’ yaitu disebut homograf. Misalnya, ‘apel’ (buah) dan
kata yang mengandung makna yang ‘apel’ (upacara). Menurut Chaer (2013:101)
berkebalikan atau berlawanan dengan kata yang polisemi diartikan sebagai satuan bahasa
lain. Menurut Karim, dkk. (2013:43) antonim (terutama kata, bisa juga frase) yang memiliki
adalah hubungan semantik antara dua buah makna lebih dari satu. Menurut Parera

2
(2004:81) polisemi ialah satu ujaran dalam dan metode cakap. Menurut Mahsun (2014:95)
bentuk kata yang mempunyai makna berbeda- teknik pancingan merupakan teknik
beda, tetapi masih ada hubungan dan kaitan pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
antara makna-makna yang berlainan tersebut. berkomunikasi langsung atau wawancara
dengan seseorang. Peneliti memancing
METODE PENELITIAN informan untuk berbicara dengan menggunakan
Metode adalah cara kerja, teknik, langkah- dialek yang diteliti walaupun di luar konteks
langkah yang sistematis dan digunakan dalam yang telah ditentukan. Menurut Mahsun
penelitian. Metode yang digunakan dalam (2014:95) metode cakap merupakan percakapan
penelitian ini adalah metode observasi langsung antara peneliti dengan informan. Metode cakap
dan metode perbandingan. Metode observasi memiliki teknik dasar berupa teknik pancing.
langsung digunakan sebelum penelitian Metode cakap ini dijabarkan lagi dalam 4
dilaksanakan dan metode perbandingan teknik. Penelitian ini menggunakan 3 teknik
digunakan setelah penelitian dengan cara saja, yaitu teknik cakap semuka, teknik catat,
membandingkan data yang diperoleh. Teknik dan teknik rekam.
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Alat yang digunakan untuk mengumpulkan
teknik pancingan dan metode cakap. data-data mengenai relasi makna dalam
Penggunaan metode perbandingan ialah dengan penelitian terhadap BMDM adalah Peneliti
cara membandingkan tiap kata yang berupa sebagai instrumen kunci, instrumen penelitian,
data-data dengan menguraikan atau Alat tulis dan handphone, dan kamera
mendeskripsikan data. handphone.
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti Analisis data yang dilakukan dalam
menggunakan bentuk penelitian kualitatif. penelitian ini disesuaikan berdasarkan masalah
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang penelitian yang telah ditentukan sebelumnya.
bermaksud untuk memahami fenomena yang Langkah-langkah yang dilakukan dalam
dialami oleh subjek penelitian dengan menganalisis data sebagai berikut. 1)
penjelasan secara rinci, bukan berbentuk angka- Klasifikasi data dilakukan dengan
angka tetapi data-data yang dikumpulkan sesuai mengelompokkan kata yang menjadi data ke
dengan permasalahan yang dibicarakan. dalam bagian-bagian yang dianalisis. Antonim,
Menurut Moleong (2010:23), ‘Penelitian sinonim, homonim, dan polisemi
kualitatif dilakukan dengan tidak diklasifikasikan berdsarkan teori yang
mengutamakan pada angka-angka, tetapi digunakan. 2) Peneliti melakukan analisis data
mengutamakan kedalaman penghayatan dengan teknik perbandingan. Teknik
terhadap interaksi antarkonsep yang sedang perbandingan adalah mengemukakan uraian
dikaji secara empiris’. yang membandingkan antara hal-hal yang
Data dalam penelitian ini adalah kata-kata ditulis dan yang dibicarakan dengan sesuatu
yang termasuk dan berhubungan dengan relasi yang lain. Perbandingan dapat ditunjukkan
makna dalam BMDM yang digunakan oleh dengan cara memberikan persamaan ataupun
masyarakat di Desa Pelempai Jaya, Kecamatan perbedaan. Berikut teknik yang dilakukan oleh
Ella Hilir, Kabupaten Melawi. Sumber data peneliti dalam analisis data. a) Teknik
dalam penelitian ini adalah BMDM yang perbandingan makna digunakan untuk analisis
digunakan oleh masyarakat di Desa Pelempai antonim. b) Teknik perbandingan makna
Jaya, Kecamatan Ella Hilir, Kabupaten Melawi. digunakan untuk analisis sinonim. c) Teknik
Masyarakat penutur asli juga ditentukan layak perbandingan makna digunakan untuk analisis
dan tidak layak untuk dijadikan sumber data, homonim, homofon, dan homograf. d) Teknik
karena berhubungan dengan keabsahan data. perbandingan makna kata dalam kalimat
Informan penelitian dipilih dan ditentukan digunakan untuk analisis polisemi. 3) Simpulan
dengan memperhatikan sejumlah hasil analisis memberikan simpulan pada setiap
kriteria.Teknik pengumpulan data dalam rumusan masalah terhadap analisis yang telah
penelitian ini menggunakan teknik pancingan

3
dilakukan dengan pendeskripsian relasi makna homonim dan 5 data homograf. Data polisemi
yang terdapat dalam BMDM. terdapat 20 data kata yang memiliki polisemi
dalam BMDM. Berdasarkan rumusan masalah
HASIL PENELITIAN DAN pada penelitian yang dilakukan di Desa
PEMBAHASAN Pelempai Jaya, Kecamatan Ella Hilir,
Kabupaten Melawi ini tedapat dua fokus
Hasil Penelitian submasalah yaitu bentuk dan makna dari
Penelitian ini dilakukan di Desa Pelempai antonim, sinonim, homonim, dan polisemi.
Jaya, Kecamatan Ella Hilir, Kabupaten Melawi. Bentuk Antonim
Sebagian besar masyarakatnya menggunakan Ditemukan 133 kata data untuk antonim dalam
bahasa Melayu. Berkaitan dengan relasi makna BMDM yang kemudian diklasifikasi menjadi
yang menjadi kajian dalam penelitian ini 56 antonim mutlak, 38 antonim relasi, 38
dengan memperhatikan rumusan masalah yang antonim relasi, dan 6 antonim hierarki. Bentuk
diangkat yaitu bentuk dan makna dari antonim, tersebut sebagai berikut.
sinonim, homonim, dan polisemi diperoleh Antonim Mutlak
dapat disimpulkan dengan antonim secara (hidup)  (mati)
umum diperoleh 133 data. Semua data ini a. 
terbagi lagi berdasarkan sifat dari antonim yang ?]
berupa antonim mutlak, antonim gradasi, ‘Apakah Ayam yang ditabrak motor tadi
antonim relasi, dan antonim hierarki. Sinonim masih hidup?’
diperoleh 70 data yang pada tiap kata terdapat 2 b. 
atau lebih untuk sinonimnya. Homonim 
diperoleh 80 data yang kemudian dibedakan ‘Tidak. Ayam tadi sudah mati’
menjadi homonim dan homograf. Polisemi (keluar)(masuk)
diperoleh 20 data, dan tiap kata memiliki 2 atau a. 
lebih kata yang berpolisemi. Mengenai makna, 
dalam penelitian ini diperoleh makna leksikal, ‘Cepatlah keluar saat pintu terbuka!’
kognitif, konotatif, emotif, sempit, referensial, b. 
nonreferensial, dan idiomatik. 
‘Cepat masuk, hari sudah malam!’
Pembahasan Penelitian Dua contoh di atas merupakan bentuk antonim
Data yang didapat berkaitan dengan relasi mutlak. Penelitian ini telah menghasilkan 57
makna dalam BMDM dengan fokus penelitian data yang dikategorikan sebagai antonim
pada bentuk dan makna dari antonim, sinonim, mutlak. 57 Pasangan kata yang berantonim
homonim, dan polisemi. Penelitian ini tersebut dikatakan sebagai antonim mutlak
merupakan penelitian lapangan yang pada tahap dikarenakan kata-kata tersebut berpasangan
awal dengan melakukan wawancara pada dengan memiliki ciri kata yang berpasangan
narasumber yang telah ditentukan berdasarkan tersebut dapat dipertentangkan. Seperti contoh
kriteria. Wawancara dilakukan dengan metode di atas, kata hidup dan mati sudah jelas dapat
cakap semuka yang melibatkan peneliti dipertentangkan. Sesuatu yang mati sudah
langsung menjadi instrumen kunci dalam pasti tidak hidup dan yang hidup sudah pasti
penelitian. Hasil data yang diperoleh dari tidak mati. Begitu pula dengan contoh kata
wawancara yaitu; data antonim terdapat 133 keluar dan masuk. Sudah jelas bisa
data yang kemudian diklasifikasi lagi menjadi dipertentangkan bahwa yang keluar sudah
56 data antonim bersifat mutlak, 38 data pasti tidak masuk dan yang masuk sudah pasti
antonim bersifat gradasi, 38 data bersifat relasi, tidak keluar. Kata yang berpasangan sebagai
dan 6 kata bersifat hierarki. Data sinonim antonim mutlak dapat dibuktikan dengan kata
terdapat 70 kata yang memiliki sinonim dalam tidak atau kata bukan danpenyangkalan
BMDM. Data homonim terdapat 80 data yang terhadap satu berarti penegasan terhadap yang
kemudian dklasifikasi menjadi 75 data satunya lagi.

4
tersebut saling melengkapi antara satu dengan
Antonim Gradasi lainnya, namun kehadirannya saling
(di sini)(di sana) berlawanan.kata yang berantonim relasi pada
a.  umumnya merupakan kata kerja dan kata
‘Maria ditabrak di sini.’ benda. Seperti contoh yang telah diberikan
b.  yaitu kata ayah dan ibu dan kakek dan nenek.
 Sudah jelas pasangan kata tersebut merupakan
‘Maria jatuh di sana kemarin.’ antonim secara umum. Namun, lebih spesifik
(dingin)(panas) kata tersebut merupakan antonim yang
a.  berelasi saling melengkapi antara satu dengan
 yang lainnya, namun tetap kehadirannya
‘Aku tidak mampu mandi karena airnya berlawanan.
dingin’
b.  Antonim Hierarki
 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10...
‘Ambilkan untukku air panas di dapur.’ a. 1
Dua contoh di atas merupakan bentuk antonim 
gradasi. Penelitian ini menghasilkan 38 data ‘Aku ingin mendapatkan juara 1 tahun ini.’
yang bersifat gradasi. Disebutkan sebagai b. 2]
antonim bergradasi karena kata yang ‘Aku tidak ingin menjadi nomor 2.’
berantonim memiliki tingkatan, dapat diberi Km, hm, dam, m, dm, cm, mm
keterangan pembanding, dan pada umumnya a. 
merupakan jenis kata sifat. Contoh di atas kata ‘Berapa kilometer (km) perjalanan kita?’
yang berantonim adalah pasangan kata di sini b. 
dan di situ dan kata dingin dan panas. Dua 
pasangan kata ini bisa dijelaskan bahwa ‘Potong bajuku satu sentimeter (cm) lagi.’
masing-masing pasangan memiliki tingkatan. Dua contoh di atas merupakan antonim
Kata dingin dan panas tidak jelas batasannya. hierarki. Penelitian ini telah menghasilkan 6
Tidak mampu dijelaskan seberapa panas dan data yang termasuk dalam antonim hierarki.
seberapa dinginnya. Kata di sini dan di situ Dikatakan sebagai pasangan antonim hierarki
dapat diberi keterangan pembanding yang bisa karena pertentangan terjadi antara kata-kata
membandingkan letak suatu benda dengan yang posisinya bertingkat, penegasan terhadap
kata di sini dan di situ. satu tingkat berarti penyangkalan terhadap
tingkat lainnya. Contoh yang telah diberikan
Antonim Relasi dapat menjelaskan semuanya.
(ibu)(ayah)
a.  Bentuk Sinonim
‘Ibu sudah pergi ke sawah.’ , (sandal)
b.  a. 
‘Ayah sudah pergi ke kebun.’ ‘Sandalnya baru saja putus’
(kakek) (nenek) b. 
a.  
‘Kakek kami sudah tidak ada lagi.’ ‘Sandalnya sudah ia tinggal di dalam becek
b.  tadi’
 , (kecil)
‘Kasihan nenek terserang penyakit ganas. a. 
Dua contoh di atas merupakan bentuk antonim 
relasi. Penelitian ini telah menghasilkan 38 ‘Mengapa mengambil sapi yang masih
data antonim yang berelasi. Disebutkan kecil?’
sebagai antonim relasi karena makna dari kata b. 

5
‘Jangan memakai sapi yang kecil’ berhomonim karena kata-kata tersebut
Dua contoh di atas merupakan kata yang memiliki makna yang berbeda dengan
bersinonim, penelitian ini menghasilkan 70 penulisan dan bunyi yang sama. Seperti
data dalam bahasa Indonesia. Dikarenakan contoh kata danmemiliki
penelitian ini dalam bahasa daerah maka makna yang berbeda. Kata dapat
diperoleh dalam satu kata bahasa Indonesia memiliki arti barang atau benda dan terserah
terdapat 2 atau lebih kata yang bersinonim. 1 dalam bahasa Indonesia. Itulah yang
kata bisa bersinonim sampai 6 kata dalam menyebabkan kata ini dikatakan sebagai
bahasa daerah. Tiap kata yang bersinonim homonim. Begitu pula dengan kata berikutnya
walaupun berhubungan menyatakan adanya yang memiliki arti cocok dan tusuk dalam
kesamaan tetap saja memiliki perbedaan bahasa Indonesia. Hal ini dapat dibuktikan
makna khususnya. Ataupun berpasangan berdasarkan konteks kalimat yang digunakan
dikarenakan waktu penyebutannya. Seperti oleh pembicara dalam menuturkannya.
contoh di atas kata sandal dalam BMDM
dapat disebutkan dengan 2 kata. Pada kalimat Bentuk Polisemi
pertama kata sandal digunakan masyarakat (Bunga)
masa kini dan kalimat kedua kata sandal yang a. 
digunakan oleh tetua dahulu untuk 
menyebutkan sandal. Contoh yang kedua ‘Bunga ibu yang di depan rumah sudah
merupakan kata kecil dalam bahasa Indonesia mati’
dengan memiliki 2 kata bersinonim dalam b. 
bahasa daerah. Kalimat pertama kata kecil 
merupakan kata yang lebih umum dan sering ‘Amelia jadi bunga desa di Popai’
digunakan saat berkomunikasi masa kini. c. 
Kalimat kedua merupakan kata kecil yang 
digunakan oleh kebanyakan orang tua dan ‘Bunga bank sudah naik dari bulan
biasanya kata ini tidak diketahui oleh kemarin’
masyarakat yang usianya masih terbilang (kaki)
muda. a. 

Bentuk Homonim ‘Kaki Teguh patah karena kecelakaan
( barang & terserah ) kemarin’
a.  b. 
 ‘Kaki bukit Matuk bersemak’
‘Dimana barang yang aku titipkan c. 
padamu?’ ‘Amir adalah kaki tangan penjahat’
b.  Data kata yang berpolisemi dalam BMDM
 ditemukan hanya 20 data. 2 contoh pada
‘Terserah kamu ingin membelikan baju bagian ini adalah kata bunga dan
yang mana untuk ku’ kaki . Kata yang berpolisemi adalah
( cocok & tusuk ) kata yang memiliki banyak makna ketika
a.  memiliki konteks yang berbeda. Kata bunga
 dalam contoh kalimat pertama memiliki
‘Baju hijau itu cocok untuk mu’ makna bunga yang sebenarnya. Bunga yang
b.  merupakan tumbuhan adalah makna yang
 terdapat pada kalimat pertama. Kalimat kedua
‘Jangan ditusuk balon itu, nanti pecah’ kata bunga memiliki makna wanita idaman
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan wanita pujaan di desanya. Kalimat
dalam BMDM dari 80 data terdapat 75 data berikutnya kata bunga memiliki makna
kata yang berhomonim. Dikatakan penambahan jumlah pada nasabah bank.

6
Contoh kata berpolisemi berikutnya adalah ‘Kasihan nenek terserang penyakit ganas.
kata kaki pada kalimat pertama memiliki Kalimat a dan b merupakan contoh dari
makna kaki sebenarnya. Kalimat kedua kata kalimat antonim yang bersifat mutlak. Pada
kaki memiliki makna orang kepercayaan, dan dasarnya contoh data ini memiliki makna
pada kalimat ketiga memiliki makna orang sebenarnya yang biasa disebut dengan makna
suruhan yang memiliki seorang tuan. denotatif. Setiap kata ini terucap oleh
pembicara maka semua pendengar akan
Makna Antonim mengetahui maknanya.
Simpulan berdasarkan analisis yang telah 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10...
dilakukan bahwa data antonim dalam BMDM a. 1
keseluruhannya baik antonim mutlak, gradasi, 
relasi, dan hierarki memiliki arti leksikal dan ‘Aku ingin mendapatkan juara 1 tahun ini.’
memiliki makna sebenarnya atau biasa disebut b. 2]
denotatif. Contoh dari pernyataan ini sebagai ‘Aku tidak ingin menjadi nomor 2
berikut. Kalimat a dan b merupakan contoh dari
(hidup)  (mati) kalimat antonim yang bersifat mutlak. Pada
a.  dasarnya contoh data ini memiliki makna
?] sebenarnya yang biasa disebut dengan makna
‘Apakah Ayam yang ditabrak motor tadi denotatif. Setiap kata ini terucap oleh
masih hidup?’ pembicara maka semua pendengar akan
b.  mengetahui maknanya.

‘Tidak. Ayam tadi sudah mati’ Makna Sinonim
Kalimat a dan b merupakan contoh dari , (mandul)
kalimat antonim yang bersifat mutlak. Pada a. 
dasarnya contoh data ini memiliki makna ‘Suaminya mengatakan bahwa istrinya
sebenarnya yang biasa disebut dengan makna mandul’
denotatif. Setiap kata ini terucap oleh b. 
pembicara maka semua pendengar akan 
mengetahui maknanya. ‘Aku tidak bisa hamil, bidan mengatakan
(dingin)(panas) kalau aku mandul’
a.  Kata ini adalah kata yang bersinonim dan
 memiliki makna emotif untuk kata matai.
‘Aku tidak mampu mandi karena airnya Maksud dari makna emotif ialah makna yang
dingin’ melibatkan perasaan pembicara maupun
b.  pendengar ke arah yang positif. Data pada
 contoh kata yang memiliki emotif adalah kata
‘Ambilkan untukku air panas di dapur.’ matai.
Kalimat a dan b merupakan contoh dari , (liar)
kalimat antonim yang bersifat mutlak. Pada a. 
dasarnya contoh data ini memiliki makna 
sebenarnya yang biasa disebut dengan makna ‘Kera yang diperoleh abang sangat liar’
denotatif. Setiap kata ini terucap oleh b. 
pembicara maka semua pendengar akan ‘Ayam nenek sangat liar’
mengetahui maknanya. Kata liar yang bersinonim ini memiliki makna
(kakek) (nenek) sempit. Kalimat pertama untuk liar yang
a.  menyatakan hewan yang bukan diternakkan,
‘Kakek kami sudah tidak ada lagi.’ dan liar pada kalimat kedua untuk hewan yang
b.  diternakkan.


7
Makna Homonim
( barang & terserah ) SIMPULAN DAN SARAN
a.  Simpulan
 Berdasarkan hasil penelitian yang
‘Dimana barang yang aku titipkan dilakukan dapat disimpulkan bahwa Antonim
padamu?’ BMDM berdasarkan sifatnya dibagi menjadi
b.  empat yaitu, bersifat mutlak, gradasi, relasi,
 dan hierarki. Antonim bersifat mutlak terdapat
‘Terserah kamu ingin membelikan baju 57 kata, bersifat gradasi terdapat 38 kata,
yang mana untuk ku’ bersifat relasi 38 kata, dan bersifat hierarki 6
Kata [ dalam BMDM adalah kata kata. Sinonim dalam BMDM terdapat 70 kata.
yang berhomonim. Homonim kata yang Homonim dalam BMDM terdapat 75 kata dan
pertama jenis maknanya adalah referensial homograf 5 kata. Polisemi dalam BMDM
karena terdapat acuan, sedangkan kata kedua terdapat 20 kata. Makna antonim dalam
adalah nonreferensial yang memiliki makna BMDM terdapat makna leksikal. Keseluruhan
tetapi tidak memiliki acuan. kata yang berantonim mengandung makna
( kota & kotor ) leksikal. Makna sinonim dalam BMDM
a.  terdapat makna kognitif, konotatif, emotif,
‘Besok ia pergi ke kota’ dan makna sempit. Makna homonim dalam
b.  BMDM terdapat makna referensial dan
 nonreferensial. Makna polisemi dalam
‘Jangan membiarkan rumah kotor seperti BMDM terdapat makna referensial,
ini’ nonreferensial, dan idiomatik.
Kata  dalam BMDM adalah kata
yang berhomograf. Homograf dari kedua kata Saran
ini memiliki makna referensial karena Berdasarkan hasil penelitian dan
memiliki acuan. simpulan di atas, maka disarankan semua
pihak yang terlibat dalam penelitian bahasa
Makna Polisemi melakukan penelitian dalam segala aspek
(Bunga) kebahasaan pada masa mendatang. penelitian
a.  selanjutnya agar dapat memanfaatkan
 penelitian Relasi Makna Dalam Bahasa
‘Bunga ibu yang di depan rumah sudah Melayu Dialek Melawi sebagai bahan
mati’ perbandingan untuk mengadakan penelitian
b.  lebih lanjut pada aspek kebahasaan yang
 saling berkaitan dan terdapat di Kalimantan
‘Amelia jadi bunga desa di Popai’ Barat. penelitian ini dapat bermanfaat sebagai
c.  informasi kepada pembaca mengenai Relasi
 Makna Dalam Bahasa Melayu Dialek Melawi
‘Bunga bank sudah naik dari bulan dan dapat dijadikan sebagai pembanding bagi
kemarin’ bahasa-bahasa yang terdapat di Kalimantan
Kalimat pertama menggunakan kata bunga Barat.
yang memiliki makna referensial. Kalimat
kedua memiliki makna idiomatik. Kalimat DAFTAR RUJUKAN
ketiga memiliki kalimat nonreferensial.
Makna referensial merupakan makna yang Aminuddin. 2011. Semantik Pengantar Studi
berhubungan langsung dengan kenyaaan atau Tentang Makna. Bandung: Sinar Baru
acuan. Makna idiomatik merupakan hasil dari Algensindo.
kombinasi kata-kata lain yang menghasilkan Chaer, Abdul. 2013. Pengantar Semantik
makna berlainan. Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.

8
Chaer, Abdul. 2015. Linguistik Umum. Moleong, lexy J. 2010. Metodologi Penelitian
Jakarta: PT. Rineka Cipta. Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Djajasudarma, Fatimah. 2012. Semantik 1- Rosdakarya.
Makna Leksikal dan Gramatikal. Parera, J.D. 2004. Teori Semantik. Jakarta:
Bandung: PT Refika Aditama. Erlangga.
Djajasudarma, Fatimah. 2013. Semantik 2- Pateda, Mansoer. 2010. Semantik Leksikal.
Relasi Makna, Paradigmatik, Jakarta: Rineka Cipta.
Sintagmatik, dan Derivasional. Bandung: Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran
PT Refika Aditama. Semantik. Bandung: Angkasa.
Finoza, Lamuddin. 2005. Komposisi Bahasa Ullmann, Stephen. 2012. Pengantar
Indonesia untuk Mahasiswa Nonjurusan Semantik.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan Verhaar, J,M,W. 2012. Asas-Asas Linguistik
Media. Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada
Karim, Yurni, dkk. 2013. Semantik Bahasa University Press.
Indonesia Teori dan Latihan. Tangerang:
PT. Pustaka Mandiri.

Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus


Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Umum.
Mahsun. 2007. Metode Penelitian Bahasa.
Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai