Anda di halaman 1dari 10

LOCANA: Jurnal Tugas Akhir Mahasiswa PS-PBSI JPBS FKIP ULM

Volume 3, Nomor 2, 2020 (63-72)

KEMAMPUAN MENCERITAKAN KEMBALI ISI FABEL


PESERTA DIDIK KELAS VII-B SMP NEGERI 3 BANJARMASIN

THE ABILITY TO RETELL THE CONTENTS OF FABLE


STUDENTS CLASS VII-B SMP COUNTRY 3 BANJARMASIN

Retno Sari Maulida; Maria Lusia Anita Sumaryati; Noor Cahaya


Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
FKIP Universitas Lambung Mangkurat
retnosarim@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini mendeskripsikan kemampuan menceritakan kembali isi fabel peserta didik kelas
VII-B SMP Negeri 3 Banjarmasin. Metode deskriptif kuantitatif digunakan pada penelitian ini dan
statistik deskriptif untuk analisis datanya. Selain itu, Fabel “Semut dan Belalang” dan tes unjuk kerja
menceritakan kembali menjadi instrumen yang digunakan. Datanya berupa hasil tes kemampuan
menceritakan kembali isi fabel dalam bentuk tulisan. Berdasarkan aspek-aspek yang diteliti, peserta
didik kelas VII-B berada pada kategori mampu. Mampu tersebut dinyatakan dari rata-rata perolehan
nilai akhirnya yaitu 82.8 dengan predikat C (Cukup). Dengan demikian, sebanyak 93.75% peserta
didik (30 orang) termasuk mampu, sedangkan 6.25% peserta didik (2 orang) termasuk tidak mampu.
Kata kunci: kemampuan, menceritakan kembali, fabel

Abstract
This study describes the ability to retell the contents of fable students class VII-B SMP
Country 3 Banjarmasin. Quantitative descriptive method is used in this study and descriptive statistics
for data analysis. In addition, the Fable "Semut dan Belalang" and performance tests retell the
instruments used. The data is in the form of test results on the ability to retell the contents of the fable
in written form. Based on the aspects studied, students of class VII-B are in the capable category.
Able is expressed from the average final score of 82.8 with the predicate C (Enough). Thus, as many
as 93.75% of students (30 people) were capable, while 6.25% of students (2 people) were incapable.
Keywords: ability, retells, fable

Pendahuluan keterampilan dalam berbagai bidang,


Indonesia mewajibkan warga negaranya seperti literasi baca dan tulis. Tingkat
untuk mengikuti program “Wajib Belajar 9 literasi Indonesia berdasarkan penelitian
Tahun”. Hal ini agar pendidikan nasional PISA (Programme for International
dapat diselenggarakan dengan baik. Student Asessment) disebutkan bahwa
Pendidikan nasional dilaksanakan di masih rendah dibandingkan negara lain
lembaga formal atau sekolah. Melalui yang disurvei (Damarjati, 2019). Indonesia
sekolah, berbagai macam upaya dilakukan menduduki delapan terbawah dari 70
untuk meningkatkan kecerdasan bangsa, negara.
salah satunya literasi. Literasi yang Pendidikan nasional dalam rangka
dimaksud adalah pengetahuan dan meningkatkan literasi, mengacu pada

63
LOCANA: Jurnal Tugas Akhir Mahasiswa PS-PBSI JPBS FKIP ULM
Volume 3, Nomor 2, 2020 (63-72)

Kurikulum. Kurikulum 2013 (K-13) Pernyataan di atas kemudian


merupakan Kurikulum yang diterapkan di dipertegas lagi dalam pernyataan ini yang
Indonesia saat ini. Berdasarkan K-13 revisi menyebutkan bahwa wacana yang dibaca
2017, Kompetensi Dasar (KD) atau didengar dapat diceritakan kembali
pembelajaran Bahasa Indonesia untuk secara lisan atau tertulis (Marlina,
peserta didik kelas VII salah satunya 2018:86). Artinya, penceritaan ulang
adalah Menceritakan Kembali Isi Fabel wacana yang telah dibaca atau didengar
atau Legenda Daerah Setempat. Artinya, dapat dikakukan dengan berbicara
peserta didik dituntut mampu (bertutur) atau tesurat (tertulis).
menceritakan kembali fabel yang telah Penelitian serupa yang mirip
dibaca secara lisan ataupun tertulis. Selain dengan penelitian ini pernah dilakukan
sebagai salah satu KD yang harus dicapai, oleh beberapa peneliti, salah satunya Irma
materi ini juga menyokong literasi baca- (2018). Penelitian Irma menggunakan
tulis. Materi ini juga bermanfaat dalam desain PTK. Hasil penelitian Irma
meningkatkan kemampuan berbahasa menunjukkan adanya peningkatan pada
peserta didik, serta banyak pelajaran dan kemampuan peserta didik dengan metode
nilai-nilai moral yang dapat diambil dari diskusi dalam kegiatan menceritakan
materi ini. Dengan demikian, materi ini kembali cerita pendek. Namun, penelitian
bisa menjadi teladan untuk peserta didik tersebut berbeda dengan penelitian ini,
dan sejalan dengan tuntutan kurikulum. kegiatan menceritakan kembali peserta
Informasi yang disampaikan, didik dilakukan secara tertulis, sehingga
diungkapkan, atau dipaparkan kepada kemampuan peserta didik diukur dari hasil
orang lain yang bertujuan agar orang lain tulisan dalam penceritaan kembali. Di
dapat memahami dan mengetahui apa yang samping itu, penelitian ini juga
disampaikan pencerita adalah kegiatan menggunakan metode yang berbeda.
menceritakan kembali (Lestari, 2014:1). Berdasarkan pemaparan di atas,
Maksudnya, menceritakan kembali penelitian yang berjudul “Kemampuan
merupakan penyampaian atau penceritaan Menceritakan Kembali Isi Fabel Peserta
ulang oleh seseorang kepada orang lain Didik Kelas VII-B SMP Negeri 3
yang diperoleh dari hasil memahami isi Banjarmasin” ini memiliki masalah yang
tulisan atau mendengarkan baik-baik dibahas yaitu bagaimana kemampuan
sehingga pendengar atau penyimak dapat menceritakan kembali isi fabel peserta
menangkap pesan atau informasi yang didik kelas VII-B SMP Negeri 3
disampaikan. Banjarmasin. Berdasarkan masalah
64
LOCANA: Jurnal Tugas Akhir Mahasiswa PS-PBSI JPBS FKIP ULM
Volume 3, Nomor 2, 2020 (63-72)

tersebut, penelitian ini bertujuan saja tanpa ikut berperan dalam


mengetahui dan mendeskripsikan pembelajaran dan pengambilan data. Data
kemampuan menceritakan kembali isi tersebut diperoleh peneliti dari pendidik.
fabel peserta didik kelas VII-B SMP
Negeri 3 Banjarmasin. Data, Instrumen, dan Teknik
Pengumpulan Data
Metode Penelitian Data berupa hasil tes kemampuan
Jenis Penelitian menceritakan kembali isi fabel dalam
Kuantitatif adalah jenis dari bentuk tulisan. Instrumen yang digunakan
penelitian ini. Maksudnya, pengumpulan yaitu fabel “Semut dan Belalang” karya
data, analisis data, hasil, dan simpulannya Shendiane Rimandani. Instrumen lainnya
akan direpresentatifkan oleh angka-angka. yaitu tes unjuk kerja (tes menceritakan
Angka-angka tersebut kemudian kembali isi fabel) secara tertulis. Peneliti
digambarkan atau dijelaskan secara tertulis mengumpulkan dan memperoleh data
dengan kata-kata. langsung dari pendidik.

Waktu dan Tempat Penelitian Teknik Analisis Data


Setelah surat izin dikeluarkan, Statistik deskriptif merupakan
menjadi awal pelaksanaan penelitian ini. teknik yang digunakan. Teknik ini
Waktu untuk pengumpulan dan analisis digunakan karena data yang dianalisis
data dilakukan selama dua bulan. SMPN 3 diberikan skor, dihitung rata-rata,
Banjarmasin menjadi tempat pelaksanaan, frekuensi, persentase, tabel, dan grafik.
khususnya kelas VII-B. Teknik ini juga menggunakan program
atau aplikasi SPSS agar hasil lebih akurat.
Subjek Penelitian Penentuan skor kemampuan menceritakan
Peserta didik kelas VII-B SMP kembali isi fabel secara tertulis ini diukur
Negeri 3 Banjarmasin yang berjumlah 32 berdasarkan dua aspek, yaitu (1)
orang menjadi subjek yang diteliti. kesesuaian cerita dengan teks asli
Sementara itu, kelas tersebut dipilih karena berdasarkan struktur fabel dan (2) kaidah
termasuk kelas unggulan. kebahasaan fabel, seperti rubrik penilaian
pada Gambar 1 berikut.
Prosedur
Peneliti melakukan observasi non
partisipan karena peneliti hanya mengkaji

65
LOCANA: Jurnal Tugas Akhir Mahasiswa PS-PBSI JPBS FKIP ULM
Volume 3, Nomor 2, 2020 (63-72)

Setelah data dianalisis berdasarkan


rubrik penilaian, diperoleh skor mentah
kedua aspek. Skor mentah tersebut
kemudian dihitung sum, mean (skor
rerata), median, dan modus menggunakan
program SPSS agar hasil lebih valid.
Selanjutnya, skor mentah tersebut dihitung
skor akhirnya. Kemendikbud (2017: 101)
menjelaskan bahwa untuk menghitung
skor akhir digunakan rumus sebagai
berikut.

Gambar 2. Rumus penghitungan skor akhir


Setelah skor akhir diperoleh,
Selanjutnya, diklasifikasikan kemampuan
menceritakan kembali isi fabel. Penentuan
mampu berpatokan pada nilai atau skor
akhir yang diperoleh. Peserta didik
minimal berada pada interval nilai 75-83
dengan predikat C (Cukup) sehingga dapat
digolongkan dalam kategori mampu,
perhatikan Gambar 3 berikut.

Gambar 1. Rubrik Penilaian Kemampuan Gambar 3. Interval Nilai dan Predikatnya


Menceritakan Kembali Isi
Fabel Kemudian, kategori mampu
tersebut juga ditentukan berdasarkan KKM

66
LOCANA: Jurnal Tugas Akhir Mahasiswa PS-PBSI JPBS FKIP ULM
Volume 3, Nomor 2, 2020 (63-72)

(Kriteria Ketuntasan Minimal). sedangkan 6.25% peserta didik (2 orang)


Kemendikbud (2017: 13) menyatakan termasuk tidak mampu. Hasil tersebut dapat

bahwa nilai 75 menjadi KKM mata dilihat pada Gambar 5 di bawah ini.
pelajaran Bahasa Indonesia, seperti pada
Gambar 4 berikut.

Gambar 4. Rubrik Klasifikasi Kemampuan


Menceritakan Kembali Isi
Fabel
Selanjutnya, hasil analisis data
Gambar 5. Grafik Pie Kemampuan
disimpulkan menjadi persentase-persentase Menceritakan Kembali Isi
yang menunjukkan kemampuan peserta Fabel Peserta Didik Kelas VII-
B SMP Negeri 3 Banjarmasin
didik. Pesentase tersebut kemudian
ditampilkan dalam bentuk grafik dan/atau Pembahasan
tabel untuk lebih jelasnya. Aspek Kesesuaian Cerita dengan Teks
Asli Berdasarkan Struktur Fabel
Hasil Penelitian dan Pembahasan Peserta didik ditekankan untuk
Dijelaskan secara rinci hasil mampu menceritakan kembali isi fabel
penelitian dan pembahasan pada bagian sesuai dengan cerita aslinya, yang
ini. Berikut uraian lengkapnya. didasarkan pada struktuk fabel atau urutan
cerita pada aspek ini. Maksudnya, tidak
Hasil Penelitian hanya isi cerita yang harus sesuai, tetapi
Berdasarkan analisis data, urutan cerita juga harus sesuai.
diperoleh hasil kemampuan menceritakan Berdasarkan 32 data yang
kembali isi fabel peserta didik kelas VII-B diperoleh, peserta didik memiliki hasil
SMP Negeri 3 Banjarmasin berada pada menceritakan kembali isi fabel yang
kategori mampu. Hasil tersebut diperoleh beragam pada aspek ini. Perhatikan
dari rata-rata nilai akhir atau skor akhir Gambar 6 di bawah ini.
peserta didik yaitu sebesar 82,8 dengan
predikat C (Cukup). Sebanyak 93.75%
peserta didik (30 orang) termasuk mampu,

67
LOCANA: Jurnal Tugas Akhir Mahasiswa PS-PBSI JPBS FKIP ULM
Volume 3, Nomor 2, 2020 (63-72)

cerita, pengajaran moral, atau perubahan


perilaku tokoh).
Di samping itu, skor 75 yang
diperoleh peserta didik juga menunjukkan
peserta didik mampu menceritakan
kembali isi fabel dan memenuhi kriteria
Gambar 6. Frekuensi dan Persentase aspek tersebut, tetapi hanya tiga aspek
Kemampuan Menceritakan
Kembali Isi Fabel: Aspek saja.
Kesesuaian Cerita dengan Teks
Asli Berdasarkan Struktur Fabel
Aspek Kaidah Kebahasaan Fabel
Tabel di atas menyatakan bahwa
Peserta didik ditekankan untuk
sebanyak 22 peserta didik memperoleh
mampu menggunakan kaidah kebahasaan
skor 100 dengan persentase 68.8% dan
fabel dalam penceritaan kembali secara
sebanyak 10 peserta didik memperoleh
tertulis. Kaidah kebahasaan fabel tersebut
skor 75 dengan persentase 31.3%,
terdiri atas penggunaan kata transitif dan
sedangkan tidak ada peserta didik yang
intransitif, penggunaan kata sandang si dan
memperoleh skor 50 dan 20. Artinya, pada
sang, penggunaan kata keterangan tempat
aspek ini, peserta didik mampu dalam
dan waktu, dan penggunaan kata hubung
menceritakan kembali isi fabel
kronologis waktu.
berdasarkan kesesuaian isi cerita dengan
Berdasarkan 32 data yang
teks asli. Di samping itu, rata-rata nilai
diperoleh, peserta didik memiliki hasil
yang diperoleh sebesar 92,19 dengan
menceritakan kembali isi fabel yang
predikat B (Baik).
beragam pada aspek ini. Perhatikan
Skor 100 yang diperoleh
Gambar 7 di bawah ini.
menunjukkan bahwa peserta didik mampu
menceritakan kembali isi fabel dan
memenuhi semua kriteria aspek ini. Seperti
disebutkan di atas, aspek ini didasarkan
pada struktur fabel yang memuat empat
aspek, yaitu (1) orientasi (pengenalan
tokoh, latar, waktu, atau suasana), (2)
Gambar 7. Frekuensi dan Persentase
komplikasi (inti cerita yang memuat Kemampuan Menceritakan
permasalahan), (3) resolusi (pemecahan Kembali Isi Fabel: Aspek
Kaidah Kebahasaan Fabel
masalah), dan (4) koda (simpulan, akhir

68
LOCANA: Jurnal Tugas Akhir Mahasiswa PS-PBSI JPBS FKIP ULM
Volume 3, Nomor 2, 2020 (63-72)

Gambar 7 menerangkan bahwa dijadikan patokan untuk menentukan dan


sebanyak 7 peserta didik memperoleh skor mengklasifikasikan kemampuan peserta
100 dengan presentase 21.9%, sebanyak didik. Skor akhir yang diperoleh peserta
17 peserta didik memperoleh skor 75 didik beragam. Perhatikan Gambar 8
dengan persentase 53.1%, sebanyak 7 berikut ini.
peserta didik memperoleh skor 50 dengan
persentase 21.9%, dan 1 peserta didik yang
memperoleh skor 25 dengan persentase
3.1%. Artinya, pada aspek ini peserta didik
tidak mampu menggunakan kaidah
kebahasaan dalam penceritaan kembali. Di
samping itu, rata-rata nilai yang diperoleh Gambar 8. Frekuensi dan Persentase
Kemampuan Menceritakan
sebesar 73.44 dengan predikat D (Kurang). Kembali Isi Fabel Peserta Didik
Skor 100 yang diperoleh Kelas VII-B SMP Negeri 3
Banjarmasin
menunjukkan bahwa peserta didik mampu
Gambar 8 menggambarkan bahwa
menceritakan kembali isi fabel dan
sebanyak 4 peserta didik memperoleh skor
memenuhi semua kriteria aspek ini. Aspek
akhir 100 dengan presentase 12.5%,
tersebut didasarkan pada empat kaidah
sebanyak 14 peserta didik memperoleh
kebahasaan fabel seperti dijelaskan di atas.
skor akhir 87.5 dengan persentase 43.8%,
Di samping itu, skor 75 yang
sebanyak 12 peserta didik memperoleh
diperoleh peserta didik juga menunjukkan
skor akhir 75 dengan persentase 37.5%,
peserta didik mampu, tetapi hanya
dan sebanyak 2 peserta didik memperoleh
memenuhi tiga kriteria saja. Namun pada
skor akhir 62.5 dengan persentase 6.3%.
skor 50, kriteria yang dipenuhi peserta
Artinya, peserta didik kelas VII-B SMP
didik pada aspek ini hanya dua saja,
Negeri 3 Banjarmasin berada pada
sedangkan pada skor 25 hanya memenuhi
kategori mampu dalam menceritakan
satu kriteria saja.
kembali isi fabel secara tertulis. Rata-rata
nilai yang diperoleh peserta didik, yaitu
Penggabungan Kedua Aspek
sebesar 83 dengan predikat C (Cukup).
Pada bagian ini skor peserta didik
Apabila skor akhir yang didapat
dari aspek pertama dan aspek kedua
≥75 berarti peserta didik mampu
dijumlahkan dan dihitung rata-ratanya,
menceritakan kembali isi fabel
sehingga skor ini disebut skor akhir. Skor
berdasarkan dua aspek, yaitu (1) aspek
akhir peserta didik tersebut kemudian
69
LOCANA: Jurnal Tugas Akhir Mahasiswa PS-PBSI JPBS FKIP ULM
Volume 3, Nomor 2, 2020 (63-72)

kesesuaian cerita dengan teks asli dan (2) karena jika kegiatan atau proses membaca
aspek kaidah kebahasaan. Namun, jika dilakukan dengan baik dan benar, peserta
skor akhir yang didapat <75 berarti peserta didik dapat menceritakan kembali sesuai
didik tidak mampu menceritakan kembali dengan teks asli. Dengan demikian,
isi fabel berdasarkan kedua aspek tersebut. informasi akan tersampaikan secara
Dengan demikian, peserta didik kelas VII- lengkap.
B SMP 3 Negeri Banjarmasin yang Kemudian, bagi pendidik agar
mampu dalam menceritakan kembali isi meningkatkan strategi pembelajaran.
fabel sebanyak 30 orang dengan persentase Strategi yang digunakan dapat
93.75% karena memperoleh nilai akhir di memengaruhi hasil pembelajaran dalam
atas ≥75 dan sebanyak 2 peserta didik mencapai tujuan pembelajaran.
yang tidak mampu dengan persentase Peneliti selanjutnya dapat
6.25% karena memperoleh nilai akhir <75. menggunakan metode penelitian yang
berbeda, apabila merencanakan penelitian
Simpulan dan Saran yang serupa. Selain itu, gunakan variabel
Simpulan yang berbeda pula, agar menciptakan
Setelah dilakukan analisis pada banyak variasi penelitian bahasa yang
seluruh data, diperoleh rata-rata nilai akhir baru.
sebesar 83 dengan predikat C (Cukup).
Berdasarkan nilai tersebut ditarik simpulan
Daftar Pustaka
bahwa kemampuan menceritakan kembali
isi fabel peserta didik kelas VII-B SMP a. Dari Buku Teks
Kemendikbud. (2017). Panduan Penilaian
Negeri 3 Banjarmasin berada pada oleh Pendidik dan Satuan
kategori mampu. Hasil tersebut juga Pendidikan untuk Sekolah Menengah
Pertama. Jakarta: Kemendikbud.
menunjukkan bahwa sebanyak 30 peserta
didik mampu dengan persentase 93.75% Kusumah, Encep. (2014). Menulis 2.
Tanggerang Selatan: Universitas
karena memperoleh nilai akhir di atas ≥75 Terbuka.
dan sebanyak 2 peserta didik yang tidak
Mulyadi, Yadi, dkk. (2016). Intisari
mampu dengan persentase 6.25% karena Sastra Indonesia. Bandung: Yrama
memperoleh nilai akhir <75. Widya.

Saran Musaba, Zulkifli, dan Moh. Siddik.


Bagi peserta didik agar lebih (2017). Dasar-Dasar Keterampilan
Menulis. Yogyakarta: Aswaja
memperhatikan lagi saat kegiatan atau Pressindo.
proses membaca sebuah teks. Hal ini

70
LOCANA: Jurnal Tugas Akhir Mahasiswa PS-PBSI JPBS FKIP ULM
Volume 3, Nomor 2, 2020 (63-72)

Nurgiyantoro, Burhan. (2016). Sastra Pendidikan Bahasa dan Sastra


Anak Pengantar Pemahaman Dunia Indonesia, 3(1), 1-7.
Anak (Cetakan Ke-4). Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press. Marlina, Elin, Seni Apriliya, Ghullam
Hamdu. (2018). Kemampuan
Sudijono, Anas. (2008). Pengantar Bercerita Siswa SD Menggunakan
Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Buku Pop Up. Jurnal Ilmiah
Rajagrafindo Persada. Pendidikan Guru Sekolah Dasar,
5(1), 84-99.
Sugiarto, Eko. (2015). Mengenal Sastra
Lama Jenis, Definisi, Ciri, Sejarah, Mulatsih, Yustina Laurentius Sri, Suharno,
dan Contoh. Yogyakarta: Andi. dan Sri Anitah. (2018). Peningkatan
Kemampuan Menceritakan Kembali
Supriyadi. (2013). Evaluasi Pembelajaran Isi Cerita Melalui Alat Peraga
Bahasa Indonesia. Gorontalo: UNG Gambar Seri Di TK Negeri Pembina
Press Gorontalo. Kabupaten Sragen. Jurnal
Pendidikan Usia Dini, 12(1), 190-
Syafaruddin, Asrul Daulay. (2012). 200.
Pendidikan dan Pemberdayaan
Masyarakat. Medan: Perdana Pebriana, Putri Hana. (2017). Analisis
Publishing. Kemampuan Berbahasa dan
Penanaman Moral pada Anak Usia
Tarigan, Henry Guntur. (2008). Menulis. Dini Melalui Metode Mendongeng.
Bandung: CV. Angkasa. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini,
1(2), 139-147.
b. Dari Jurnal
Fauziddin, Moh. (2017). Upaya
Peningkatan Kemampuan Bahasa Pramiari, Ida Ayu Gede, I Wayan Wendra,
Anak Usia 4-5 Tahun melalui dan Ni Made Rai Wisudariani.
Kegiatan Menceritakan Kembali Isi (2017). Penggunaan Media
Cerita di Kelompok Bermain Tayangan Televisi “Pada Zaman
Aisyiyah Gobah Kecamatan Dahulu” untuk Meningkatkan
Tambang. Jurnal Pendidikan Anak Kemampuan Menceritakan Kembali
Usia Dini, 2(1), 42-51. Isi Cerita Fabel pada Siswa Kelas
VII-B SMP Negeri 3 Mengwi.
Irma, Jun. (2018). Peningkatan Jurnal Pendidikan Bahasa dan
Kemampuan Menceritakan Kembali Sastra Undiksha, 7(2). 10-23.
Cerita Pendek (Cerpen) Mata
Pelajaran Bahasa Indonesia dengan Syofiani, dan Yetty Morelent. (2015).
Metode Diskusi pada Siswa Kelas Pengaruh Penerapan Kurikulum
IX.4 SMPN 21 Pekanbaru. Jurnal 2013 Terhadap Pembentukan
Pengabdian Kepada Masyarakat, Karakter Siswa Sekolah Dasar
2(1), 61-67. Negeri 05 Percobaan Pintu Kabun
Bukittinggi. Jurnal Gramatika, 1(2),
Lestari, Esti Puji, Nas Haryati 141-152.
Setyaningsih, Hari Bakti
Mardikantoro. (2014). Peningkatan c. Dari Internet
Menceritakan Kembali Cerita Anak Damarjati, Danu. (2019). Benarkah Minat
dengan Metode Cooperative Script Baca Orang Indonesia Serendah
pada Siswa Kelas VII-B. Jurnal

71
LOCANA: Jurnal Tugas Akhir Mahasiswa PS-PBSI JPBS FKIP ULM
Volume 3, Nomor 2, 2020 (63-72)

Ini? Diakses tanggal 5 April 2020


dari https://m.detik.com.

72

Anda mungkin juga menyukai