1
rh@upi.edu
2
arie.riyadi@upi.edu
88
Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Vol. II No. IV, Desember 2017, hlm. 88-99
Di zaman yang serba cepat ini, pilih dan memberikan kesempatan untuk
kemampuan dalam menyerap informasi mendapatkan tujuan hidupnya (Bowman
sangat penting untuk dimiliki setiap dalam Somadayo, 2011, hlm. 2).
orang agar dapat mengikuti laju Namun pada kenyataanya,
perkembangan zaman. Kini berbagai kemampuan membaca pemahaman yang
macam informasi dengan mudahnya tinggi di Indonesia belum dapat dikuasai
didapatkan, untuk mengimbanginya dengan baik. Hal ini sebagaimana hasil
setiap orang dituntut memiliki penelitian yang dilakukan oleh PISA
kemampuan membaca pemahaman yang (Programme for International Student
memadai. Karena dengan membaca, Assesmen). PISA merupakan program
seseorang dapat memahami informasi pengukuran kompetensi literasi anak-
melalui pemahaman kata-kata yang anak yang diselenggarakan tiga tahun
disampaikan berbagai macam media yang sekali yang diselenggarakan oleh
ada saat ini. Semakin baik kemampuan Organization for Economic Co-operation
membaca yang dimiliki, maka akan and Development (OECD) dengan
semakin baik pula kemampuan dalam membaca sebagai salah satu mata
menyerap sebuah informasi. Begitupun ujiannya. Berdasarkan hasil pada tahun
sebaliknya, semakin buruk kemampuan 2000, 2003, 2006 & 2009 menempatkan
membaca yang dimiliki, maka akan bahwa posisi membaca siswa Indonesia
semakin buruk pula kemampuan dalam sangat rendah. Sejalan dengan ini, hasil
menyerap informasi. Hal ini dipertegas penelitian PIRLS pun memperlihatkan
oleh pendapat Rahim (dalam Kriswanto hasil yang sama . PIRLS (Progress in
2015, hlm. 234) yang menyatakan bahwa International Reading Literacy Study)
kemampuan membaca merupakan adalah pengukuran yang berskala
kemampuan yang mutlak dikuasai oleh internasional tentang literasi membaca
masyarakat yang lebih maju. yang dikordinasikan oleh IEA (The
Sejalan dengan itu Syafi’ie (dalam International Association for the
Somadayo, 2011, hlm. 3) mengatakan Evaluation of Educational Achievment)
bahwa membaca mempunyai kedudukan bahwa posisi negara Indonesia berada di
yang sangat penting dan strategis, karena peringkat bawah. Sehingga terbukti
melalui membaca seseorang dapat bahwa kemampuan membaca
memahami kata yang diutarakan pemahaman Indonesia masih jauh
seseorang. Selain itu, melalui membaca tertinggal dibandingkan kemampuan
seseorang dapat mengetahui berbagai internasional (Nurgiyantoro, 2016, hlm.
peristiwa secara cepat yang terjadi 417-421).
ditempat lain. Pendapat tersebut jelas Hasil penelitian tersebut relevan
memperkuat asumsi bahwa kemampuan dengan hasil wawancara bersama guru
membaca pemahaman penting dimiliki kelas V di salah satu sekolah dasar di
oleh setiap orang. Membaca merupakan Kecamatan Sukasari kota Bandung yang
sarana untuk mempelajari dunia, dengan mengatakan bahwa siswa masih
membaca orang dapat mendapatkan mengalami kesulitan dalam memahami
informasi dari mana saja dan kapan saja, sebuah teks bacaan. Hal ini diperkuat
Sehingga, kemampuan membaca dengan hasil belajar Bahasa Indonesia
pemahaman sangat baik untuk diajarkan pada pembelajaran ke-6 pada Subtema 3
sejak dini. Karena dengan mengajarkan dimana dari 26 siswa hanya 7 siswa yang
anak cara membaca, berarti memberi mampu mencapai indikator dan
anak tersebut sebuah masa depan, yaitu kompetensi yang diharapkan. Sesuai
memberi suatu teknik bagaimana cara dengan tuntutan Kurikulum 2013 bahwa
mengeksplorasi dunia mana pun yang ia kompetensi dasar Bahasa Indonesia yang
89
Ilmi, Hermawan, Riyadi, Penerapan Metode Pembelajaran SQ3R Untuk Meningkatkan...
harus dimiliki siswa sekolah dasar kelas (7-11 tahun), anak mulai berpikir
V semester II ialah menggali informasi logis dari kejadian kongkreat dan
penting dari teks dengan indikator mampu menggunakan
minimal yakni menentukan sebuah metakognisi dalam
gagasan/ide pokok, menceritakan mengkonstruksi bacaan.
kembali, membuat pertanyaan dan
menjawab berdasarkan teks bacaan yang Selain itu, sesuai dengan tahap
telah dibacanya, yang mana itu semua perkembangan membaca, menurut Chall
merupakan indikator dari membaca (dalam Kumara dalam Hidayah, 2011,
pemahaman. Artinya hanya 26,9% telah hlm. 61-62) mengemukakan bahwa
memiliki kemampuan membaca umumnya anak pada usia tersebut
pemahaman, sedangkan 73,1% masih membaca adalah untuk belajar, dan anak
mengalami kesulitan. Sehingga dapat dituntut mampu menguasai informasi dari
disimpulkan bahwa pada kenyataannya materi tertulis dan memahami apa yang
masih banyak siswa kelas 5 yang dibacanya. Diperkuat lagi dengan apa
mengalami permasalahan dalam yang dikemukakan oleh Rahim (dalam
membaca dengan belum mampu hidayah, 2011, hlm.61-62) bahwa
memahami bacaan. idealnya siswa yang duduk di kelas
Banyak faktor yang menyebabkan tinggi, sudah mempunyai kemampuan
keadaan ini terjadi, baik berasal dari yang memadai dalam memahami suatu
siswa itu sendiri, yakni siswa lebih bacaan sebagai tindak laju membaca
memprioritaskan kecepatan dibandingkan permulaan. Sehingga dapat disimpulkan
pemahaman, maupun berasal dari guru, bahwa seharusnya pada usia tersebut
seperti yang dikemukakan oleh Abidin siswa harus mampu menggunakan
(2012, hlm. 10) yang mengatakan bahwa metakognisinya untuk mengkonstruksi
kegagalan pembelajaran membaca sebuah teks bacaan ataupun menguasai
sebenarnya bermula pada ketidakjelasan informasi dari materi tertulis yang telah
peran guru dalam proses pembelajaran dibacanya.
membaca. Karena Guru belum Keadaan sepeti ini tidak dapat
menggunakan metode pembelajaran dibiarkan terus menerus terjadi. Karena
khusus membaca didalam pembelajaran keberhasilan hasil belajar siswa dalam
sehingga guru hanya menugaskan siswa mengikuti proses kegiatan belajar
untuk membaca dan menjawab mengajar di sekolah sangat ditentukan
pertanyaan yang terdapat pada LKS saja. oleh penguasaan kemampuan membaca
Keadaan ini menyebabkan kegiatan pemahaman yang mereka miliki. Maka,
membaca dilaksanakan siswa hanya siswa yang memiliki kemampuan
untuk sekedar mengerjakan instruksi membaca pemahaman rendah, akan
yang guru berikan, tidak ditujukkan mengalami kesulitan dalam mengikuti
untuk benar-benar memahami teks kegiatan pembelajaran untuk semua mata
bacaan. pelajaran, sedangkan siswa yang
Kenyataan yang terjadi ini, bertolak memiliki kemampuan membaca
belakang dengan pendapat yang di pemahaman dengan baik akan lebih
ungkapkan Crain (dalam Hidayah, 2011, mudah memahami pembelajaran untuk
hlm. 61) yaitu: semua pelajaran. Hal ini ditegaskan oleh
Padahal sesuai dengan taraf Nurgiyantoro (2016, hlm. 393) bahwa
perkembangan kognitif siswa kemampuan membaca yang baik
kelas 5 SD berada pada periode ke diperlukan dan menjadi prasyarat untuk
tiga yaitu pada stadium dapat membaca dan memahami berbagai
operasional kongkreat dari Piaget literatur mata pelajaran lain.
90
Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Vol. II No. IV, Desember 2017, hlm. 88-99
91
Ilmi, Hermawan, Riyadi, Penerapan Metode Pembelajaran SQ3R Untuk Meningkatkan...
92
Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Vol. II No. IV, Desember 2017, hlm. 88-99
dengan apa yang dipaparkan oleh siswa yang bisa menentukan ide pokok
Robinson (dalam Saber 2015, hlm. 101) namun tetap masih ada siswa yang
yang menjelaskan bahwa SQ3R bersifat pasif. Dan pada siklus III terlihat
merupakan suatu strategi yang berfokus adanya peningkatan karena terlihat
pada peningkatan membaca pemahaman hampir semua siswa menanggapi dan
terhadap suatu wacana atau teks, dan mengemukakan jawaban atas pertanyaan
berfungsi sebagai dasar bagi pembaca yang guru berika dan terampil dalam
pemula dalam menggunakan stategi menentukan sebuah ide pokok.
dalam membaca. Namun dalam Tahap selanjutnya yakni
pelaksanaanya terdapat beberapa Question, suatu pertanyaan dapat
hambatan dan masalah yang terjadi dalam menimbulkan beberapa pertanyaan lain
pelaksanaan metode SQ3R ini. Pada tentang isi bacaan secara lebih mendalam.
siklus I masih banyak siswa merasa Pertanyaan-pertanyaan yang timbul
kebingungan dengan langkah-langkah dalam benak siswa, mendorong anak
pembelajaran yang dilakukan, sehingga menjadi lebih aktif dan lebih mudah
cenderung bersikap pasif dalam dalam menangkap gagasan yang ada.
mengikuti pembelajaran yang dilakukan. Sesuai dengan apa yang dikemukakan
Dalam siklus I ini peneliti tidak oleh Aizid (dalam Sujiono, 2014, hlm.
menerapkan permainan selama 17) bahwa dengan membuat pertanyaan
pembelajaran karena peneliti ini, menyebabkan pembaca terlibat aktif
menganggap bahwa kegiatan membaca dalam proses belajar, sehingga dapat
membutuhkan konsentrasi dan fokus membantu meningkatan pemahaman dan
yang tinggi, namun ternyata dirasa proses ingatan. Proses ini jelas akan lebih
kurang tepat karena pembelajaran terasa bermakna jika dibandingkan proses
sangat monoton dan membosankan. membaca yang hanya asal membaca saja.
Pada tahap survey, salah satu Dengan menggunakan kata apa, siapa,
kegiatan yang dapat dilakukan oleh anak kapan, mengapa, bagaimana, dan siapa.
menurut Gustiar (2010, hlm. 207) ialah Pada tahap Question ini difokuskan untuk
melihat ide-ide utama dan mencari kata mencapai indikator kedua yaitu membuat
kunci, maka pada tahap Survey ini pertanyaan berdasarkan teks yang telah
kegiatan anak fokus pada pencapaian dibacanya dengan menggunakan unusr-
indikator pertama yaitu menentukan unsur 5W+IH. Pada mulanya siswa tidak
sebuah ide pokok melalui pertanyaan mengetahui apa saja unsur-unsur dalam
yang guru ajukan mengenai gambaran 5W+IH, sehingga siswa merasa kesulitan
umum teks bacaan dankegiatan menandai dalam membuat pertanyaan. Pada siklus
informasi-informasi penting, dalam siklus II terlihat adanya peningkatan karena
I mulanya sebagian besar siswa tidak hampir semua siswa sudah hafal unsur-
cukup berani mengemukakan unsur 5W+IH, namun masih kesulitan
pendapatnya dalam menjawab pertanyaan dalam membedakan setia unsurnya
yang guru berikan mengenai gambaran terutama unsur “mengapa dan
umum teks, dan juga sebagian besar bagaimana”. Dan pada siklus III hampir
siswa menandai informasi penting dengan semua siswa sudah terampil dalam
menandai seluruh paragraf yang terdapat membuat pertanyaan menggunakan unsur
pada bacaan sehingga hampir semua 5W+IH.
siswa mengalami kesulitan dalam Tahapan selanjutnya ialah Read,
menentukan ide pokok, pada siklus II melalui tahap ini siswa mencapai
mulai banyak siswa yang aktif dan indikator yang ketiga yakni menjawab
terampil dalam menandai informasi- pertanyaan berdasarkan teks. Dengan
informasi penting sehingga mulai banyak melakukan kegiatan membaca, siswa
93
Ilmi, Hermawan, Riyadi, Penerapan Metode Pembelajaran SQ3R Untuk Meningkatkan...
94
Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Vol. II No. IV, Desember 2017, hlm. 88-99
95
Ilmi, Hermawan, Riyadi, Penerapan Metode Pembelajaran SQ3R Untuk Meningkatkan...
96
Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Vol. II No. IV, Desember 2017, hlm. 88-99
97
Ilmi, Hermawan, Riyadi, Penerapan Metode Pembelajaran SQ3R Untuk Meningkatkan...
pada siklus III tidak ada siswa yang selama melaksanakan penelitian tindakan
mendapatkan nilai pada kategori kurang kelas (PTK) dengan menerapkan metode
ataupun sangat kurang. Peningkatan ini pembelajaran Survey, Question, Read,
bisa dipengaruhi oleh meningkatnya Recite, Review (SQ3R) yang telah
perkembangan siswa dalam proses dilaksanakan di kelas V yang berada di
pembelajaan sehingga kemampuan kecamatan Sukasari Kota Bandung, maka
membaca pemahaman siswa pun peneliti dapat menyimpulkan hasil
meningkat. penelitian sebagai berikut :
Perbandingan persentase 1. Proses pelaksanaan metode
ketuntasan belajar dari setiap siklusnya pembelajaran Survey, Question, Read,
secara jelas dapat dilihat pada gambar Recite, Review (SQ3R) mengalami
dibawah ini. perubahan pada setiap siklusnya
berdasarkan hasil refleksi yang
Tabel 7. Ketuntasan Belajar dilakukan. Pembelajaran
Keseluruhan Siklus menggunakan metode SQ3R terpusat
Kategori Persentase Ketuntasan pada siswa, guru hanya sebagai
Siklus Siklus Siklus fasilitator. Pada tahap survey aktivitas
I II III siswa ialah dengan membaca sekilas
Tuntas 31% 69% 88% dan menandai informasi-informasi
Tidak Tuntas 69% 31% 12% penting yang terdapat pada setiap
paragraph untuk menentukan ide
Berdasarkan data tersebut, maka pokok berdasarkan informasi penting
dapat disimpulkan ketuntasan belajar yang telah didapatkannya. Tahap
siswa dari mulai siklus I ke siklus yang kedua yaitu question, aktivitas
selanjutnya mengalami peningkatan. siswa pada tahap ini ialah membuat
Terlihat dari adanya peningkatan pertanyaan berdasarkan informasi-
persentase ketuntasan pada setiap infomasi penting yang telah
siklusnya. Persentase ketuntasan belum didapatkannya pada tahap survey.
mencapai 100%, hal tersebut dikarenakan Pada tahap read, aktivitas yang
beberapa faktor penyebabyang masih dilakukan siswa ialah membaca
harus dilakukan perbaikan dalam jangka seluruh teks bacaan yang ditunjukkan
waktu yang lebih lama dan lebih intensif. untuk menemukan lokasi jawaban
Tetapi apabila setelah menganalisis pada atas pertanyaan yang telah dibuat
setiap tindakan, sudah mengalami pada atahap question. Pada tahap
peningkatan yang signifikan dalam setiap recite, aktivitas yang dilakukan siswa
siklusnya. Hal tersebut membuktikan ialah menceritakan kembali isi teks
bahwa penerapan metode SQ3R dapat bacaan yang telah dibacanya dengan
meningkatkan kemampuan membaca menggunakan bahasanya sendiri. Dan
pemahaman siswa dan tindakan dapat pada tahap terakhir yakni review,
diakhiri. Jadi apabila meninjau pada aktivitas siswa ialah meninjau
standar ketuntasan klasikal yang kembali hasil kerja yang telah
ditetapkan Depdiknas (2006), dibuatnya untuk melihat kesesuaian
pembelajaran klasikal pada akhirnya bisa dengan teks bacaan asli.
dikatakan tuntas karena sudah mencapai 2. Penerapan metode pembelajaran
85% dari total siswa. Survey, Question, Read, Recite,
Review (SQ3R) dalam proses
SIMPULAN pembelajaran dapat meningkatkan
Berdasarkan analisis data dari temuan kemampuan membaca pemahaman
penelitian yang diperoleh dilapangan siswa, hal ini dibuktikan dengan
98
Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Vol. II No. IV, Desember 2017, hlm. 88-99
99