Anda di halaman 1dari 12

Ilmi, Hermawan, Riyadi, Penerapan Metode Pembelajaran SQ3R Untuk Meningkatkan...

METODE PEMBELAJARAN SQ3R UNTUK MENINGKATKAN


KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN

Dissa Nurul Ilmi, Ruswandi Hermawan1, Arie Rakhmat Riyadi2


Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Departemen Pedagogik
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia
e-mail: dissailmi@gmail.com

Abstrak: Penelitian ini dilatarbelakangi rendahnya kemampuan siswa dalam


memahami isi teks bacaan. Penelitian ini difokuskan pada upaya peningkatan
kemampuan membaca pemahaman siswa melalui penerapan metode pembelajaran
SQ3R. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan
metode pembelajaran SQ3R dalam meningkatkan kemampuan membaca pemahaman
siswa dan peningkatan kemampuan membaca pemahaman siswa setelah penerapan
metode pembelajaran SQ3R. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
Penelitian Tindakan Kelas yang mengadaptasi model Kemmis dan Taggart. Penelitian
ini dilakukan sebanyak tiga siklus. Subjek penelitian ini berjumlah 26 siswa..
Pengumpulan data dilakukan melalui tes, analisis observasi pembelajaran, dan catatan
lapangan. Berdasarkan tes, analisis terhadap hasil observasi dan catatan lapangan dari
setiap siklus, siswa menunjukan perkembangan yang positif terhadap pembelajaran
dengan penerapan metode SQ3R. Hasil penilaian terhadap kemampuan siswa
didapatkan data nilai rata- rata pada siklus I sebesar 63. Meningkat pada siklus II yaitu
77 dan pada siklus III 88. Sedangkan ketuntasan belajar kelas untuk siklus I yaitu
31%, pada siklus II 69%, serta meningkat pada siklus III yaitu 88%. Berdasarkan pada
hasil tersebut, penerapan metode SQ3R khususnya pada pembelajaran Bahasa
Indonesia dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa sekolah
dasar.

kata kunci: metode pembelajaran sq3r, membaca pemahaman, sekolah dasar

Abstract: This research is motivated by the low ability of students in comprehending


contents of text. This research is focused on improving students’ reading
comprehension ability through the application of SQ3R learning method. The general
purpose of this research is to reveal the application of SQ3R learning method in
improving reading comprehension ability for elementary students. The method used in
this research is Classroom Action Research which adapted Kemmis and Taggart
model. This research was conducted for three cycles. The subject of this research is
twenty six students. Data collection was done through tests, learning observation
analyses, and field notes. Based on tests, the results of the observation and the field
notes, the students showed a positive development (improvement) in learning by using
SQ3R method. The assessment results of students’ ability obtained data of the average
score in the first cycles which is 63. It increased in the cycles II becoming 77, and in
the cycles III was 88. Whereas, the mastery learning for cycles I was 31%, in cycles II
became 69%, and it increased in cycles III to 88%. Based on these results, the
application of SQ3R method, can improve reading comprehension ability of
elementary school students.
Keywords: sq3r learning method, reading comprehension, elementary school

1
rh@upi.edu
2
arie.riyadi@upi.edu
88
Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Vol. II No. IV, Desember 2017, hlm. 88-99

Di zaman yang serba cepat ini, pilih dan memberikan kesempatan untuk
kemampuan dalam menyerap informasi mendapatkan tujuan hidupnya (Bowman
sangat penting untuk dimiliki setiap dalam Somadayo, 2011, hlm. 2).
orang agar dapat mengikuti laju Namun pada kenyataanya,
perkembangan zaman. Kini berbagai kemampuan membaca pemahaman yang
macam informasi dengan mudahnya tinggi di Indonesia belum dapat dikuasai
didapatkan, untuk mengimbanginya dengan baik. Hal ini sebagaimana hasil
setiap orang dituntut memiliki penelitian yang dilakukan oleh PISA
kemampuan membaca pemahaman yang (Programme for International Student
memadai. Karena dengan membaca, Assesmen). PISA merupakan program
seseorang dapat memahami informasi pengukuran kompetensi literasi anak-
melalui pemahaman kata-kata yang anak yang diselenggarakan tiga tahun
disampaikan berbagai macam media yang sekali yang diselenggarakan oleh
ada saat ini. Semakin baik kemampuan Organization for Economic Co-operation
membaca yang dimiliki, maka akan and Development (OECD) dengan
semakin baik pula kemampuan dalam membaca sebagai salah satu mata
menyerap sebuah informasi. Begitupun ujiannya. Berdasarkan hasil pada tahun
sebaliknya, semakin buruk kemampuan 2000, 2003, 2006 & 2009 menempatkan
membaca yang dimiliki, maka akan bahwa posisi membaca siswa Indonesia
semakin buruk pula kemampuan dalam sangat rendah. Sejalan dengan ini, hasil
menyerap informasi. Hal ini dipertegas penelitian PIRLS pun memperlihatkan
oleh pendapat Rahim (dalam Kriswanto hasil yang sama . PIRLS (Progress in
2015, hlm. 234) yang menyatakan bahwa International Reading Literacy Study)
kemampuan membaca merupakan adalah pengukuran yang berskala
kemampuan yang mutlak dikuasai oleh internasional tentang literasi membaca
masyarakat yang lebih maju. yang dikordinasikan oleh IEA (The
Sejalan dengan itu Syafi’ie (dalam International Association for the
Somadayo, 2011, hlm. 3) mengatakan Evaluation of Educational Achievment)
bahwa membaca mempunyai kedudukan bahwa posisi negara Indonesia berada di
yang sangat penting dan strategis, karena peringkat bawah. Sehingga terbukti
melalui membaca seseorang dapat bahwa kemampuan membaca
memahami kata yang diutarakan pemahaman Indonesia masih jauh
seseorang. Selain itu, melalui membaca tertinggal dibandingkan kemampuan
seseorang dapat mengetahui berbagai internasional (Nurgiyantoro, 2016, hlm.
peristiwa secara cepat yang terjadi 417-421).
ditempat lain. Pendapat tersebut jelas Hasil penelitian tersebut relevan
memperkuat asumsi bahwa kemampuan dengan hasil wawancara bersama guru
membaca pemahaman penting dimiliki kelas V di salah satu sekolah dasar di
oleh setiap orang. Membaca merupakan Kecamatan Sukasari kota Bandung yang
sarana untuk mempelajari dunia, dengan mengatakan bahwa siswa masih
membaca orang dapat mendapatkan mengalami kesulitan dalam memahami
informasi dari mana saja dan kapan saja, sebuah teks bacaan. Hal ini diperkuat
Sehingga, kemampuan membaca dengan hasil belajar Bahasa Indonesia
pemahaman sangat baik untuk diajarkan pada pembelajaran ke-6 pada Subtema 3
sejak dini. Karena dengan mengajarkan dimana dari 26 siswa hanya 7 siswa yang
anak cara membaca, berarti memberi mampu mencapai indikator dan
anak tersebut sebuah masa depan, yaitu kompetensi yang diharapkan. Sesuai
memberi suatu teknik bagaimana cara dengan tuntutan Kurikulum 2013 bahwa
mengeksplorasi dunia mana pun yang ia kompetensi dasar Bahasa Indonesia yang

89
Ilmi, Hermawan, Riyadi, Penerapan Metode Pembelajaran SQ3R Untuk Meningkatkan...

harus dimiliki siswa sekolah dasar kelas (7-11 tahun), anak mulai berpikir
V semester II ialah menggali informasi logis dari kejadian kongkreat dan
penting dari teks dengan indikator mampu menggunakan
minimal yakni menentukan sebuah metakognisi dalam
gagasan/ide pokok, menceritakan mengkonstruksi bacaan.
kembali, membuat pertanyaan dan
menjawab berdasarkan teks bacaan yang Selain itu, sesuai dengan tahap
telah dibacanya, yang mana itu semua perkembangan membaca, menurut Chall
merupakan indikator dari membaca (dalam Kumara dalam Hidayah, 2011,
pemahaman. Artinya hanya 26,9% telah hlm. 61-62) mengemukakan bahwa
memiliki kemampuan membaca umumnya anak pada usia tersebut
pemahaman, sedangkan 73,1% masih membaca adalah untuk belajar, dan anak
mengalami kesulitan. Sehingga dapat dituntut mampu menguasai informasi dari
disimpulkan bahwa pada kenyataannya materi tertulis dan memahami apa yang
masih banyak siswa kelas 5 yang dibacanya. Diperkuat lagi dengan apa
mengalami permasalahan dalam yang dikemukakan oleh Rahim (dalam
membaca dengan belum mampu hidayah, 2011, hlm.61-62) bahwa
memahami bacaan. idealnya siswa yang duduk di kelas
Banyak faktor yang menyebabkan tinggi, sudah mempunyai kemampuan
keadaan ini terjadi, baik berasal dari yang memadai dalam memahami suatu
siswa itu sendiri, yakni siswa lebih bacaan sebagai tindak laju membaca
memprioritaskan kecepatan dibandingkan permulaan. Sehingga dapat disimpulkan
pemahaman, maupun berasal dari guru, bahwa seharusnya pada usia tersebut
seperti yang dikemukakan oleh Abidin siswa harus mampu menggunakan
(2012, hlm. 10) yang mengatakan bahwa metakognisinya untuk mengkonstruksi
kegagalan pembelajaran membaca sebuah teks bacaan ataupun menguasai
sebenarnya bermula pada ketidakjelasan informasi dari materi tertulis yang telah
peran guru dalam proses pembelajaran dibacanya.
membaca. Karena Guru belum Keadaan sepeti ini tidak dapat
menggunakan metode pembelajaran dibiarkan terus menerus terjadi. Karena
khusus membaca didalam pembelajaran keberhasilan hasil belajar siswa dalam
sehingga guru hanya menugaskan siswa mengikuti proses kegiatan belajar
untuk membaca dan menjawab mengajar di sekolah sangat ditentukan
pertanyaan yang terdapat pada LKS saja. oleh penguasaan kemampuan membaca
Keadaan ini menyebabkan kegiatan pemahaman yang mereka miliki. Maka,
membaca dilaksanakan siswa hanya siswa yang memiliki kemampuan
untuk sekedar mengerjakan instruksi membaca pemahaman rendah, akan
yang guru berikan, tidak ditujukkan mengalami kesulitan dalam mengikuti
untuk benar-benar memahami teks kegiatan pembelajaran untuk semua mata
bacaan. pelajaran, sedangkan siswa yang
Kenyataan yang terjadi ini, bertolak memiliki kemampuan membaca
belakang dengan pendapat yang di pemahaman dengan baik akan lebih
ungkapkan Crain (dalam Hidayah, 2011, mudah memahami pembelajaran untuk
hlm. 61) yaitu: semua pelajaran. Hal ini ditegaskan oleh
Padahal sesuai dengan taraf Nurgiyantoro (2016, hlm. 393) bahwa
perkembangan kognitif siswa kemampuan membaca yang baik
kelas 5 SD berada pada periode ke diperlukan dan menjadi prasyarat untuk
tiga yaitu pada stadium dapat membaca dan memahami berbagai
operasional kongkreat dari Piaget literatur mata pelajaran lain.

90
Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Vol. II No. IV, Desember 2017, hlm. 88-99

Untuk mengoptimalkan kemampuan dalam menyerap sebuah


kemampuan membaca pemahaman siswa informasi. Kemampuan dalam menyerap
di SD salah satu alternativ yang dapat sebuah informasi ini sangat penting untuk
dilakukan ialah dengan menerapkan salah mengimbangi laju perkembangan zaman
satu metode pembelajaran membaca saat ini, sehingga kemampuan membaca
pemahaman, yakni metode pembelajaran pemahaman mutlak harus dikuasai.
SQ3R (Survey, Question, Read, Recite Selain itu juga, keberhasilan hasil belajar
and Review), karena secara umum seorang siswa sangat ditentukan oleh
metode SQ3R bertujuan untuk penguasaan kemampuan membaca
meningkatkan pemahaman atas isi bacaan pemahaman yang dimilikinya, karena
dan mempertahankan pemahaman kemampuan membaca pemahaman siswa
tersebut dalam jangka waktu yang lebih menjadi prasyarat dan sangat diperlukan
panjang. Sejalan dengan apa yang dalam memahami berbagai literatur mata
dikemukakan Saksono (dalam Sudrajat pelajaran lain.
dalam Sujiono, 2014, hlm. 17-30) salah
satu metode yang tepat digunakan dalam METODE
pembelajaran membaca adalah SQ3R, Secara umum metode penelitian
dengan pertimbangan sebagai salah satu diartikan sebagai cara ilmiah untuk
alternatif pemecahan masalah dalam mendapatkan data dengan tujuan dan
kemampuan membaca pemahaman siswa. kegunaan tertentu. Sugiyono (2011, hlm.
Sejalan dengan itu Robinson 6) mendefinisikan metode penelitian
(dalam Abeer 2015, hlm. 94) menyatakan sebagai berikut.
“SQ3R, is one of the most remarkable Metode penelitian pendidikan
and fertile strategies which consists of dapat diartikan sebagai cara
five steps (surveying, questioning, ilmiah untuk mendapatkan data
reading, reciting, and reviewing), is the yang valid dengan tujuan dapat
most popular reading study system and ditemukan, dikembangkan, dan
techniques for approaching a reading dibuktikan, suatu pengetahuan
text”. Dalam pernyataan tersebut tertentu sehingga pada gilirannya
Robinson menjelaskan bahwa metode dapat digunakan untuk
pembelajaran SQ3R merupakan metode memahami, memecahkan, dan
pembelajaran yang sangat popular mengantisipasi masalah dalam
digunakan dalam pembelajaran membaca, bidang pendidikan
yang terdiri atas lima langkah yakni Metode penelitian yang akan
survey, question, read, recite, and review. digunakan dalam penelitian ini adalah
Sejalan dengan itu, Robison (dalam Saber Penelitian Tindakan Kelas (classroom
2015, hlm. 101) menjelaskan bahwa Action Research). Menurut Arikunto
SQ3R berfungsi sebagai dasar bagi (2006, hlm. 2) penelitian tindakan kelas
pembaca pemula dalam menggunakan merupakan suatu pencermatan terhadap
stategi dalam membaca kegiatan belajar berupa sebuah tindakan,
Berdasarkan data yang telah yang sengaja dimunculkan dan terjadi
diuraikan sebelumnya, penelitian ini dalam sebuah kelas secara bersama.
terfokus pada judul “Penerapan Metode Tujuan Penelitian Kelas (PTK) menurut
pembelajaran SQ3R Untuk Muslich (2009, hlm. 10) adalah bertujuan
Meningkatkan Kemampuan Membaca untuk memperbaiki kualitas pembelajaran
Pemahaman Siswa Sekolah Dasar”. serta membantu memberdayakan guru
Penelitian ini penting sebab semakin baik dalam memecahkan masalah
kemampuan membaca yang dimiliki, pembelajaran sekolah.
maka akan semakin baik pula

91
Ilmi, Hermawan, Riyadi, Penerapan Metode Pembelajaran SQ3R Untuk Meningkatkan...

Penelitian ini menggunakan kemampuan membaca pemahaman siswa.


model penelitian dari Kemmis dan M.C Proses penghitungan data tersebut
Taggart. Tahapan-tahapan lazim yang menggunakan program MS. Excel 2007.
digunakan yaitu perencanaan (planning), Lalu dilakukan uji keabsahan data, yang
pelaksanaan (acting), pengamatan teridiri atas tiga tahapan yakni reduksi
(observing), dan reflektif (reflecting). data, penyajian data dan verifikasi data.
Kegiatan penelitian dilaksanakan
sebanyak tiga siklus. Pelaksanaan siklus HASIL DAN PEMBAHASAN
I pada tanggal 27 Maret 2016, kemudian Pembahasan penelitian ini
siklus II pada tanggal 10 April 2017 dan berisikan deskripsi hasil penelitian
siklus terakhir pada tanggal 6 Mei 2017. berdasarkan rumusan masalah yang telah
Subjek dari penelitian ini adalah siswa dibuat. Rumusan masalah yang diteliti
kelas V semester II Sekolah Dasar di diantaranya ialah mengenai proses
kecamatan Sukasari Kota Bandung pelaksanaan metode pembelajaran SQ3R
dengan jumlah siswa 26 orang terdiri dari dalam meningkatkan kemampuan
10 orang siswa laki-laki dan 16 orang membaca pemahaman siswa kelas V
siswa perempuan yang mana setiap siswa sekolah dasar dan peningkatan
memiliki karakter yag berbeda-beda. kemampuan membaca pemahaman siswa
Instrumen penelitian yang kelas V sekolah dasar dengan
digunakan adalah instrumen menggunakan metode pembelajaran
pembelajaran dan instrumen SQ3R. Secara rinci berikut adalah
pengumpulan data. Instrumen pembahasan yang diberikan.
pembelajaran terdiri dari Rencana 1. Pelaksanaan Pembelajaran dengan
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), menggunakan metode pembelajaran
Lembar Kerja Siswa (LKS. Setiap SQ3R.
siklusnya instrumen pembelajaran ini Berdasarkan hasil observasi
tidaklah sama disesuaikan dengan materi pembelajaran yang telah dilakukan oleh
yang akan disampaikan juga sesuai observer. Proses Pelaksanaan metode
dengan perbaikan-perbaikan berdasarkan pembelajaran membaca pemahaman
hasil analisis dan refleksi di akhir dengan menggunakan metode SQ3R
pembelajaran. kelas V sudah berlangsung dengan cukup
Instrumen pengumpulan data baik sesuai dengan tahapan-tahapan
terdiri dari instrumen tes dan non tes. metode SQ3R. Kegiatan pembelajaran
Instrumen tes yang digunakan berupa siklus I sampai siklus III berjalan baik
lembar evaluasi yang diberikan pada dan teratur sesuai dengan langkah-
setiap siklus, sementara instrumen non langkah yang terdapat dalam metode
tes berupa lembar observasi dan catatan SQ3R yaitu survey, question, read, recite
lapangan. Tes pada lembar evaluasi dan review.
terdiri atas 4 butir soal uraian, yang Penelitian menggunakan metode
disesuaikan dengan indikator-indikator ini karena metode SQ3R ini dirasa sangat
kemampuan membaca pemahaman. tepat karena Abidin (2012, hlm. 107)
Instrumen-instrumen yang didapatkan menjelaskan bahwa metode SQ3R
pada data kualitatif tersebut kemudian sebagai metode membaca pemahaman
diolah lalu dideskripsikan dalam bahan bacaan ilmu-ilmu social,sesuai
pembahasan. Teknik pengolahan data dengan tema yang digunakan dalam
pada penelitian data kuantitaif ini dengan melaksanakan pembelajaran ini yakni
cara menghitung penskoran hasil tes, mengenai teks narasi peninggalan
pengolahan nilai rata-rata kelas, dan kerajaan islam yang termasuk kedalam
menghitung persentase ketuntasan belajar bacaan ilmu-ilmu social. Dan diperkuat

92
Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Vol. II No. IV, Desember 2017, hlm. 88-99

dengan apa yang dipaparkan oleh siswa yang bisa menentukan ide pokok
Robinson (dalam Saber 2015, hlm. 101) namun tetap masih ada siswa yang
yang menjelaskan bahwa SQ3R bersifat pasif. Dan pada siklus III terlihat
merupakan suatu strategi yang berfokus adanya peningkatan karena terlihat
pada peningkatan membaca pemahaman hampir semua siswa menanggapi dan
terhadap suatu wacana atau teks, dan mengemukakan jawaban atas pertanyaan
berfungsi sebagai dasar bagi pembaca yang guru berika dan terampil dalam
pemula dalam menggunakan stategi menentukan sebuah ide pokok.
dalam membaca. Namun dalam Tahap selanjutnya yakni
pelaksanaanya terdapat beberapa Question, suatu pertanyaan dapat
hambatan dan masalah yang terjadi dalam menimbulkan beberapa pertanyaan lain
pelaksanaan metode SQ3R ini. Pada tentang isi bacaan secara lebih mendalam.
siklus I masih banyak siswa merasa Pertanyaan-pertanyaan yang timbul
kebingungan dengan langkah-langkah dalam benak siswa, mendorong anak
pembelajaran yang dilakukan, sehingga menjadi lebih aktif dan lebih mudah
cenderung bersikap pasif dalam dalam menangkap gagasan yang ada.
mengikuti pembelajaran yang dilakukan. Sesuai dengan apa yang dikemukakan
Dalam siklus I ini peneliti tidak oleh Aizid (dalam Sujiono, 2014, hlm.
menerapkan permainan selama 17) bahwa dengan membuat pertanyaan
pembelajaran karena peneliti ini, menyebabkan pembaca terlibat aktif
menganggap bahwa kegiatan membaca dalam proses belajar, sehingga dapat
membutuhkan konsentrasi dan fokus membantu meningkatan pemahaman dan
yang tinggi, namun ternyata dirasa proses ingatan. Proses ini jelas akan lebih
kurang tepat karena pembelajaran terasa bermakna jika dibandingkan proses
sangat monoton dan membosankan. membaca yang hanya asal membaca saja.
Pada tahap survey, salah satu Dengan menggunakan kata apa, siapa,
kegiatan yang dapat dilakukan oleh anak kapan, mengapa, bagaimana, dan siapa.
menurut Gustiar (2010, hlm. 207) ialah Pada tahap Question ini difokuskan untuk
melihat ide-ide utama dan mencari kata mencapai indikator kedua yaitu membuat
kunci, maka pada tahap Survey ini pertanyaan berdasarkan teks yang telah
kegiatan anak fokus pada pencapaian dibacanya dengan menggunakan unusr-
indikator pertama yaitu menentukan unsur 5W+IH. Pada mulanya siswa tidak
sebuah ide pokok melalui pertanyaan mengetahui apa saja unsur-unsur dalam
yang guru ajukan mengenai gambaran 5W+IH, sehingga siswa merasa kesulitan
umum teks bacaan dankegiatan menandai dalam membuat pertanyaan. Pada siklus
informasi-informasi penting, dalam siklus II terlihat adanya peningkatan karena
I mulanya sebagian besar siswa tidak hampir semua siswa sudah hafal unsur-
cukup berani mengemukakan unsur 5W+IH, namun masih kesulitan
pendapatnya dalam menjawab pertanyaan dalam membedakan setia unsurnya
yang guru berikan mengenai gambaran terutama unsur “mengapa dan
umum teks, dan juga sebagian besar bagaimana”. Dan pada siklus III hampir
siswa menandai informasi penting dengan semua siswa sudah terampil dalam
menandai seluruh paragraf yang terdapat membuat pertanyaan menggunakan unsur
pada bacaan sehingga hampir semua 5W+IH.
siswa mengalami kesulitan dalam Tahapan selanjutnya ialah Read,
menentukan ide pokok, pada siklus II melalui tahap ini siswa mencapai
mulai banyak siswa yang aktif dan indikator yang ketiga yakni menjawab
terampil dalam menandai informasi- pertanyaan berdasarkan teks. Dengan
informasi penting sehingga mulai banyak melakukan kegiatan membaca, siswa

93
Ilmi, Hermawan, Riyadi, Penerapan Metode Pembelajaran SQ3R Untuk Meningkatkan...

diharapkan dapat menemukan lokasi menceritakan kembali isi teks bacaan


jawaban untuk pertanyaan yang telah secara lisan, namun ketika diistruksikan
dibuatnya, karena membaca disini berarti untuk menceritakan kembali isi teks
melihat setiap kata atau setiap baris dari bacaan secara tertulis masih banyak siswa
semua paragraph. Pada tahap Read, yang kesulitan, tergambar dari hasil siklu
mulanya sebagian besar siswa tidak III indikator terendah yang dicapai ialah
membaca teks secara penuh dan kegiatan indikator menceritakan kembali.
membaca yang dilakukan hanya sekedar Tahapan terakhir dalam metode
untuk mengikuti instruksi yang guru SQ3R ini ialah Review. Mulyati (dalam
berikan, tidak ditujukan untuk memhami. Sujiono, 2014, hlm. 21) menyatakan
Sehingga terlihat pada hasil siklus I bahwa pada tahap review bukan hanya
indikator terendah yang dicapai yakni sekedar mendeteksi/mempelajari ulang
ketika menjawab pertanyaan. Maka tetapi juga memantapkan bagian yang
dalam siklus berikutnya peneliti sudah dikuasai oleh pembaca. Pada tahap
mengadakan kegiatan membaca nyaring Review, pada mulanya hanya sebagian
secara bersama-sama dan membaca kecil siswa saja yang antusias dalam
dalam hati sebagai bentuk pengulanga melakukan tinjauan ulang terhadap hasil
agar lokasi jawaban yang ditemukan oleh kerja yang telah dilakukannya, karena
siswa tepat, dan pada hasil siklus III tahap akhir dalam siklus I dan siklus II
hampir semua siswa terampil menemukan ini siswa terlihat sudah sangat jenuh.
jawaban yang tepat. Namun, pada siklus III peneliti
Tahap selanjutnya ialah Recite, menekankan pentingnya melakukan
pada tahap ini indikator yang dicapai tinjauan ulang terhadap hasil kerja yang
siswa ialah menceritakan kembali isi teks dilakukan, sehingga terlihat sebagian
bacaan menggunakan bahasanya sendiri. besar siswa antuasias mengikuti tinjauan
Sesuai dengan apa yang dipaparkan oleh ulang.
Mulyati (dalam Sujiono, 2014, hlm. 17- Pelaksanaan pembelajaran
30) menjelaskan bahwa recite membaca dengan menggunakan metode
(menceritakan) dilakukan setelah SQ3R secara keseluruhan sudah sesuai
kegiatan membaca selesai dilakukan dan dengan harapan, karena peneliti terus
selanjutnya menginternalisasikannya ke menerus bersaha memperbaiki segala
dalam sistem memori guna menyakinkan kekurangan yang ada pada siklus
perolehan informasi yang didapatkan sebelumnnya serta siswa sudah terbiasa
dengan menggunakan katakata sendiri. dengan penerapan metode SQ3R yang
Pada tahap Recite, dalam siklus I pada digunakan dalam proses kegiatan
mulanya tidak ada siswa yang berani membaca. Ketika pelaksanaanya siswa
untuk menceritakan kembali isi teks sudah mampu untuk menentukan sebuah
bacaan, karena kurangnya percaya diri ide pokok, membuat pertanyaan,
dan kurang terbiasa dalam menceritakan menjawab pertanyaan dan menceritakan
kembali sebuah teks bacaan, sehingga kembali berdasarkan teks bacaan yang
pada tindakan berikutnya peneliti telah dibacannya. Hal ini dibuktikan
menstimulus siswa dengan memberikan dengan peningkatan hasil tes membaca
pertanyaan-pertanyaan yang memancing pemahaman siswa, baik dilihat dari nilai
siswa menceritakan isi teks bacaan yang rata-rata maupun ketuntasan siswa, baik
telah dibacanya, dan pada siklus III siswa secara individu maupun secara klasikal.
diistruksikan untuk saling menceritakan Berdasarkan pada gambaran
secara bergantian bersama pasangannya perkembangan siswa dalam setiap
masing-masing, sehingga hampir tahapan metode SQ3R tersebut,
sebagian besar siswa terampil dalam menunjukkan bahwa penerapan metode

94
Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Vol. II No. IV, Desember 2017, hlm. 88-99

SQ3R berhubungan dengan kalimat dalam sebuah


perkembangan peningkatan kemampuan paragraph.
membaca pemahaman siswa. Dilihat dari 3. Siswa tidak percaya diri
hasil analisis diatas, bahwa setiap dengan jawabannya
indikator membaca pemahaman telah sendiri.
mengalami peningkatan dari setiap Question 1. Sebagian besar siswa
siklusnya dikarenakan penggunaan tidak mengetahui unsur-
metode pembelajaran SQ3R membuat unsur 5W+IH.
siswa lebih aktif dalam kegiatan Read 1. Siswa hanya membaca
membaca. Hal ini sejalan dengan teks bacaan yang
pendapat yang dikemukakan Menurut berhubungan dengan
Tarigan (2013, hlm. 9) bahwa tujuan pertanyaan saja, tidak
utama proses pembelajaran membaca membacanya secara
dengan menerapkan langkah-langkah penuh. Sehingga siswa
metode SQ3R dapat meningkatkan tidak memahami isi teks
aktivitas dan hasil belajar siswa. Dan bacaan seca utuh.
dipertegas lagi oleh Islamuddin (dalam 2. Siswa membaca hanya
Ambarsari 2015, hlm. 5) yang sekedar menjalankan
berpendapat bahwa dengan penggunaan istruksi yang guru
metode Survey, Question, Read, Recite, berikan, tanpa ditujukan
and Review (SQ3R) ini siswa menjadi untuk memahami
lebih aktif, pembelajaran memuaskan, bacaan.
siswa terarah langsung pada intisari atau 3. Siswa tidak fokus dan
kandungan-kandungan pokok yang konsentrasi dalam
tersirat dan tersurat. membaca, sehingga
Berdasarkan pemaparan diatas, tidak dapat menemukan
serta fakta yang tergambar selama lokasi jawabannya
tindakan penelitian jelas bahwa dalam tepat”.
kegiatan membaca tidak hanya berupa Recite 1. Bahasa yang digunakan
kegiatan mebaca saja, melainkan siswa masih terpaku
membuat siswa menjadi lebih aktif pada bahasa teks bacaan
dengan menentukan ide pokok, membuat asli.
pertanyaan, menjawab pertanyaan dan 2. Siswa tidak percaya diri
menceritakan kembali berdasarkan teks mengemukakan
bacaan yang telah dibacannya. jawabannya sendiri.
3. Siswa sudah mulai
Tabel 1. Temuan Siklus I merasa jenuh. Terlihat
Tahapan Temuan dari banyaknya siswa
Survey 1. Siswa cenderung pasif yang berisik dan
ketika diberikan mengeluh dalam
pertanyaan mengenai mengerjakan sehingga
gambaran umum teks. pembelajaran tidak
2. Dalam kegiatan kondusif.
membaca sekilas Review 1. Hanya sebagian kecil
dengan menandai siswa saja yang
informasi-informasi antusias, sebagian besar
penting pada teks, siswa malas untuk
sebagian besar siswa membaca ulang teks
menandai keseluruhan bacaan.

95
Ilmi, Hermawan, Riyadi, Penerapan Metode Pembelajaran SQ3R Untuk Meningkatkan...

Tabel 2. Temuan Siklus II 3. Siswa tidak percaya diri


Tahapan Temuan mengemukakan
Survey 1. Masih terdapat siswa jawabannya sendiri.
yang tidak menanggapi Review 1. Siswa tidak mengetahui
pertanyaan guru, namun pentingnya tinjauan
sebagian besar siswa ulang terhadap hasil
sudah menaggapi kerja yang
pertanyaan yang guru dilakukannya.
berikan.
2. Dalam menandai Tabel 3. Temuan Siklus III
informasi-informasi Tahapan Temuan
penting masih kurang Survey 1. Sebagian besar siswa
tepat, sehingga siswa sudah terampil dalam
masih kesulitan dalam menentukan informasi-
menentukan ide pokok informasi penting.
suatu bacaan. 2. Penggunaan
3. Tidak semua anggota spidol/stabilo
dalam setiap kelompok memudahkan siswa
ikut berdiskusi dalam dalam menentukan
kelompoknya masing- sebuah ide pokok.
masing. Question 1. Sebagian besar siswa
Question 1. Siswa mengalami sudah terampil
kesulitan membuat membuat pertanyaan
pertanyaan pada unsur menggunakan unsur-
“mengapa dan unsur 5W+IH.
bagaimana” Read 1. Siswa sudah tertib
Read 1. siswa terlihat lebih dalam membaca,
bersemangat dan focus sehingga jawaban yang
dalam membaca secara ditemukan hampir
nyaring. sebagian besar benar.
2. Terdapat beberapa Recite 1. Siswa terampil dalam
siswa yang bermain- menceiratakan isi teks
main ketika membaca, bacaan secara lisan,
sehingga masih namun siswa kesulitan
kesulitan dalam dalam menceritakan isi
menjawab pertanyaan- teks bacaan secara
pertanyaan berdasarkan tertulis.
teks yang telah Review 1. Sebagian besar siswa
dibacanya sudah mengetahui
Recite 1. Masih terdapat siswa pentingnya peninjauan
yang tidak berani ulang terhadap hasil
menceritakan isi teks kerja yang telah
bacaan dengan dilakukannya.
menggunakan
bahasanya sendiri. 2. Peningkatan Kemampuan Membaca
2. Bahasa yang digunakan Pemahaman dengan Menggunakan
siswa masih terpaku Metode SQ3R.
pada bahasa teks bacaan Seperti yang telah dijelaskan
asli. sebelumnya mengenai kemampuan

96
Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Vol. II No. IV, Desember 2017, hlm. 88-99

membaca pemahaman seseorang dalam menggunakan langkah-langkah yang


memahami isi teks bacaan dengan terstruktur dipandang akan memudahka
indikator telah mampu menentukan ide siswa dalam memahami sebuah teks
pokok, membuat pertanyaan, menjawab bacaan.
pertanyaan dan menceritakan kembali Selain itu bisa kita lihat
berdasarkan teks bacaan. Peningkatan perbandingan nilai rata-rata (kognitif)
kemampuan tersebut adalah sebagai yang berupa tes tertulis kepada siswa
perubahan-perubahan perkembangan pada setiap siklusnya pada Tabel berikut.
siswa yang hasilnya melalui beberapa
proses serangkaian observasi dan tes Tabel 5. Perbandingan NilaiRata-Rata
selama proses tindakan pembelajaran Keseluruhan Siklus
berlangsung. Nilai Rata-Rata
Dengan demikian, peneliti dalam Siklus I Siklus II Siklus III
hal ini akan menguraikan hasil analisis 63 77 88
peningkatan kemampuan membaca
pemahaman siswa secara keseluruhan. Tabel tersebut menunjukan nilai
Setelah melalui proses pembelajaran rata-rata siswa meningkat dalam
siklus I, II, III kemampuan membaca pelaksanaan tindakan pada setiap
pemahaman siswa dalam mata pelajaran siklusnya. Pada silus I mendapatkan nilai
Bahasa Indonesia meningkat. 63% dengan kategori cukup, pada siklus
Sebagai bahan perbandingan II mendapatkan nilai 77% dengan
berdasarkan nilai-rarata pencapaian kategori baik, dan pada siklus III
indikator dalam setiap indikator membaca mendapatkan nilai 88% dengan kategori
pemahaman siswa setiap siklusnya dalam sangat baik. Peningkatan ini dipengaruhi
Tabel dibawah ini. oleh berbagai factor dari segi siswa, guru
baik dalam media ataupun tahapan-
Tabel 4. Perbandingan Ketercapaian tahapan pembelajaran yang selalu
Indikator Membaca Pemahaman dilakukan perbaikan pada setiap
Keseluruhan Siklus pembelajarannya.
Indikator Persentase Selain itu dapat perbandingan
Ketercapaian Indikator kriteria kelulusan dari setiap siklusnya
Siklus Siklus Siklus sebagai berikut.
I II III
Menentukan Tabel 6. Perbandingan Kategori Nilai Tes
ide pokok 63% 64% 83% Keseluruhan Siklus
Membuat Kategori Persentase
Pertanyaan 63% 89% 94% Nilai Ketercapaian Indikator
Menjawab Siklus Siklus Siklus
Pertanyaan 61% 88% 96% I II III
Menceritakan Sangat Baik 8% 23% 62%
Kembali 64% 65% 79% Baik 32% 50% 23%
Cukup 42% 19% 15%
Berdasarkan tabel tersebut, dapat Kurang 12% 8% 0%
kita lihat secara umum pencapaian rata- Sangat
rata skor menunjukkan peningkatan Kurang 15% 0% 0%
dalam setiap indikatornnya. Peningkatan
ini merupakan dampak positif dari Tabel tersebut menunjukkan
diterapkannya metode SQ3R didalam bahwa adanya peningkatan jumlah siswa
proses pembelajaran. Sebab dengan yang pada setiap kategorinnya, sehingga

97
Ilmi, Hermawan, Riyadi, Penerapan Metode Pembelajaran SQ3R Untuk Meningkatkan...

pada siklus III tidak ada siswa yang selama melaksanakan penelitian tindakan
mendapatkan nilai pada kategori kurang kelas (PTK) dengan menerapkan metode
ataupun sangat kurang. Peningkatan ini pembelajaran Survey, Question, Read,
bisa dipengaruhi oleh meningkatnya Recite, Review (SQ3R) yang telah
perkembangan siswa dalam proses dilaksanakan di kelas V yang berada di
pembelajaan sehingga kemampuan kecamatan Sukasari Kota Bandung, maka
membaca pemahaman siswa pun peneliti dapat menyimpulkan hasil
meningkat. penelitian sebagai berikut :
Perbandingan persentase 1. Proses pelaksanaan metode
ketuntasan belajar dari setiap siklusnya pembelajaran Survey, Question, Read,
secara jelas dapat dilihat pada gambar Recite, Review (SQ3R) mengalami
dibawah ini. perubahan pada setiap siklusnya
berdasarkan hasil refleksi yang
Tabel 7. Ketuntasan Belajar dilakukan. Pembelajaran
Keseluruhan Siklus menggunakan metode SQ3R terpusat
Kategori Persentase Ketuntasan pada siswa, guru hanya sebagai
Siklus Siklus Siklus fasilitator. Pada tahap survey aktivitas
I II III siswa ialah dengan membaca sekilas
Tuntas 31% 69% 88% dan menandai informasi-informasi
Tidak Tuntas 69% 31% 12% penting yang terdapat pada setiap
paragraph untuk menentukan ide
Berdasarkan data tersebut, maka pokok berdasarkan informasi penting
dapat disimpulkan ketuntasan belajar yang telah didapatkannya. Tahap
siswa dari mulai siklus I ke siklus yang kedua yaitu question, aktivitas
selanjutnya mengalami peningkatan. siswa pada tahap ini ialah membuat
Terlihat dari adanya peningkatan pertanyaan berdasarkan informasi-
persentase ketuntasan pada setiap infomasi penting yang telah
siklusnya. Persentase ketuntasan belum didapatkannya pada tahap survey.
mencapai 100%, hal tersebut dikarenakan Pada tahap read, aktivitas yang
beberapa faktor penyebabyang masih dilakukan siswa ialah membaca
harus dilakukan perbaikan dalam jangka seluruh teks bacaan yang ditunjukkan
waktu yang lebih lama dan lebih intensif. untuk menemukan lokasi jawaban
Tetapi apabila setelah menganalisis pada atas pertanyaan yang telah dibuat
setiap tindakan, sudah mengalami pada atahap question. Pada tahap
peningkatan yang signifikan dalam setiap recite, aktivitas yang dilakukan siswa
siklusnya. Hal tersebut membuktikan ialah menceritakan kembali isi teks
bahwa penerapan metode SQ3R dapat bacaan yang telah dibacanya dengan
meningkatkan kemampuan membaca menggunakan bahasanya sendiri. Dan
pemahaman siswa dan tindakan dapat pada tahap terakhir yakni review,
diakhiri. Jadi apabila meninjau pada aktivitas siswa ialah meninjau
standar ketuntasan klasikal yang kembali hasil kerja yang telah
ditetapkan Depdiknas (2006), dibuatnya untuk melihat kesesuaian
pembelajaran klasikal pada akhirnya bisa dengan teks bacaan asli.
dikatakan tuntas karena sudah mencapai 2. Penerapan metode pembelajaran
85% dari total siswa. Survey, Question, Read, Recite,
Review (SQ3R) dalam proses
SIMPULAN pembelajaran dapat meningkatkan
Berdasarkan analisis data dari temuan kemampuan membaca pemahaman
penelitian yang diperoleh dilapangan siswa, hal ini dibuktikan dengan

98
Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Vol. II No. IV, Desember 2017, hlm. 88-99

peningkatan kemampuan setiap aspek Kriswanto, dkk. (2005). Meningkatkan


membaca pemahaman siswa dengan Kemampuan Membaca
melihat rata-rata kelas pada setiap Pemahaman Melalui Metode
siklusnya. Siklus I nilai rata-rata 63 Survey, Question, Read, Recite,
dengan persentase ketuntasan sebesar Review (SQ3R) Pada Siswa Kelas
31%, siklus II nilai rata-rata 77 IV Sd Negeri 46 Parepare. Jurnal
dengan persentase ketuntasan 69%, Publikasi Pendidikan UNM. V (3)
dan siklus III nilai rata-rata 88 dengan hlm.235-242.
persentase ketuntasan 88%. Muslich, M. (2009). Melaksanakan PTK
Itu mudah. Jakarta:Bumi Aksara
Nurgiyantoro, Burhan. (2010). Penilaian
DAFTAR RUJUKAN pembelajaran bahasa berbasis
Abeer. (2015). The Effect of SQ3R and kompetensi. Yogyakarta:BPFE
Semantic Mapping Strategies on Saber, dkk. (2015). Examining The
Reading Comprehension Learning Effects Of Strategy-Based
among Jordanian University Instruction Of Reading Passages
Students. International Journal of To Iranian Undergraduate Efl
English and Education. IV (3), hlm Learners. International Journal of
92-106. English Language and Literature
Abidin, Yunus. (2012). Pembelajaran Studies. 4 (2), hlm. 96-110
Membaca Berbasis Pendidikan Somadayo, Samsu. (2011). Strategi dan
Karakter. Bandung: Refika Teknik Pembelajaran Membaca.
Aditama. Ternate: Graha Ilmu.
Ambarsari, Yuni. (2015). Penerapan Sujiono. (2014). Penerapan Metode SQ3R
Metode SQ3R Dalam Peningkatan Pada Pembelajaran Komptensi
Kemampuan Membaca Membaca Kritis. Jurnal Agama
Pemahaman Budhha dan Ilmu Pengetahuan. I
Siswa Kelas V Sd Negeri Trirejo. (1), hlm.17-30.
Jurnal PGSD FKIP Universitas Sugiyono. (2011). Metode Penelitian
Sebelas Maret. III (1), hlm. 1-6. Pendidikan (Pendekatan
Arikunto. (2006). Penelitian Tindakan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Kelas. Jakarta:Bumi Aksara Bandung:Alfabeta
Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Tarigan. (2013). Membaca Sebagai Suatu
Bahan 02 : Pendidikan dan Keterampilan Berbahasa.
Pelatihan Kurikulum Tinkat Bandung: CV. Angkasa.
Satuan Pendidikan Sekolah Dasar.
Jakarta: BSNP.
Gustiar, Dhama. (2010). Modul membaca
efektif menggunakan SQ3R.
Information literacy training for
trainers intermediate class. Tidak
Diterbitkan.
Hidayah, Rifa. (2011). Profil Kemampuan
Membaca Siswa Kelas 5 Sekolah
Dasar (SD) dan Madrasah
Ibtidaiyah (MI) di Tinjau dari Jenis
Sekolah dan Jenis Kelamin. Jurnal
UIN Maulana Malik Ibrahim. IV
(1), hlm. 60-80.

99

Anda mungkin juga menyukai