Anda di halaman 1dari 9

CIVICUS : Pendidikan-Penelitian-Pengabdian

Pendidikan Pancasila & Kewarganegaraan


p-ISSN 2338-9680 | e-ISSN 2614-509X | Vol. 10 No. 1 Maret 2022, hal. 38-46

Motif Terjadinya Konflik Intoleransi Pada Masyarakat Nusa


Tenggara Barat

Wayan Resmini1, Abdul Sakban2, Julae Pani3


1
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Universitas Muhammadiyah Mataram, wayanresmini@ymail.com
2
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Universitas Muhammadiyah Mataram, sakban.elfath@yahoo.co.id
3
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Universitas Muhammadiyah Mataram, julaepani629@gmail.com

INFO ARTIKEL ABSTRAK


Riwayat Artikel: Abstrak: Komitmen pemerintah daerah untuk memberikan perlindungan terhadap dokumen
yang bersifat tradisional masih rendah sehingga hukum adat yang ada di masyarakat belum
Diterima: 20 Februari menunjukkan eksistensi sebagai pengontrol sosial. Tujuan penelitian ini untuk
2022 mengidentifikasi motif terjadinya konflik intoleransi pada masyarakat Nusa Tenggara Barat.
Disetujui: 30 Maret 2022 Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan
deskriptif analitis dan studi kasus. Metode pengumpulan data menggunakan studi
Kata Kunci: kepustakaan, pengamatan, wawancara, dan analisis dokumen. Analisis data menggunakan
model analisis interaktif dengan tahapan reduksi data menyederhanakan data dan penyajian
Motif data serta penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menujukkan bahwa motif konflik
Konflik intoleransi pada masyarakat Nusa Tenggara Barat diperngaruhi oleh kurangnya lapangan
Intoleransi pekerjaan, rendahnya ekonomi masyarakat, masalah asmara, kurang sosialisasi untuk
bertoleransi, dan konsumsi minuman yang memabukan khususnya para remaja. Selain itu
peran pemerintah daerah belum maksimal sehingga mampu menekan berkurangnya konflik
intoleransi.

Abstract: The community's customary law has yet to demonstrate its presence as a social
controller due to the local government's weak commitment to protecting traditional
documents. The goal of this study is to pinpoint the causes of intolerant disputes among
West Nusa Tenggara residents. This study used a qualitative technique, a descriptive
analytical framework, and case studies. methods for gathering data that include document
analysis, observation, interviews, and literature study. Data analysis employs an interactive
analysis paradigm with steps of data simplification, data presentation, and data inference.
The study's findings indicate that the lack of employment opportunities, the community's
poor economy, problems with romance, a lack of socialization for tolerance, and alcohol
consumption, particularly among teenagers, all have an impact on the conflicting causes of
intolerance among the people of West Nusa Tenggara. Additionally, local governments'
potential to lessen intolerance-related disputes has not been fully utilized.

——————————  ——————————

Zona merah merupakan garis yang menunjukkan


A. LATAR BELAKANG daerah tersebut tingkat konflik intoleransi tinggi yakni
Indonesia Timur dikenal dengan kekentalan jumlah tindakan yang dilakukan aparat keamanan 98
penerapan hukum adatnya namun dalam tindakan 52% sedangkan jumlah tindakan yang
pelaksanaannya masih sangat rendah sehingga sangat dilakukan kelompok sosial 89 tindakan 48%.
mudah timbulnya konflik akibat tidak saling Selanjutnya adalah jumlah peristiwa yang dilakukan
menghormati dari perbedaan yang ada. Komitmen oleh aparat keamanan 80 peristiwa 51% dan jumlah
pemerintah daerah untuk memberikan perlindungan peristiwa yang dilakukan oleh kelompok sosial 78
terhadap dokumen yang bersifat tradisional masih peristiwa 49%[1].
rendah sehingga hukum adat yang ada di masyarakat Konflik di propinsi NTB berupa konflik antar
belum menunjukkan eksistensi sebagai pengontrol sosial. kampung dan konflik etnis. Konflik antar kampung
Hasil observasi bahwa sebagian pakar menyatakan merupakan bentrokan antar dua lingkungan bertetangga
bahwa Indonesia timur masuk wilayah zona merah dengan motif hanya masalah sepele, penganiayaan pada
karena daerah rawan konflik intoleransi yang masih salah satu warga kampung hingga memicu penyerangan
meningkat. Adapun daerah zona merah adalah NTB, balik dengan membawa senjata api rakitan, tombak,
NTT, Sulawesi Tengah, Sulawesi selatan, dan Papua. pedang, parang, dan bambu runcing. Konflik etnis
berupa perseteruan antar suku Samawa dengan suku
38
Wayan Resmini, Motif Terjadinya Konflik... 39

Bali yang diwarnai perusakan 35 rumah warga asal Bali, tentang membuat perjanjian damai untuk menghentikan
satu pura, satu bangunan hotel, pasar Seketeng, toko orang dari kekerasan. 3) Manajemen konflik mencoba
dan dua kios, serta dua pasar swalayan. Konflik agama menghentikan dan membatasi kekerasan dengan
merupakan suatu pertikaian antar agama baik antar melibatkan orang-orang untuk mengubah perilaku
sesama agama itu sendiri, maupun antar agama satu mereka ke arah yang positif. 4) Menangani penyebab
dengan agama lainnya. konflik dan berusaha membangun hubungan baru yang
Menurut Yuliatun[2] konflik keberagamaan dan langgeng antar kelompok yang bertentangan satu sama
intoleransi kaum radikal yang telah berkembang di lain. 5) Transformasi Konflik, yang melihat penyebab
masyarakat dipengaruhi oleh isu-isu radikalisme dan konflik sosial dan politik yang lebih luas dan mencoba
intoleransi, konflik bernuansa agama (pembakaran mengubah kekuatan negatif perang menjadi kekuatan
gereja di Ketapang, Jakarta 1999, pembakaran mesjid sosial dan politik yang positif[13].
di Kupang, 1999); Konflik berbasis etnis seperti Belakangan ini, secara teologis, konflik antar pemeluk
peristiwa Sambas; Konflik vertikal daerah-pusat (konflik agama yang berbeda dipandang sebagai konflik agama.
Aceh, Riau, Papua, Poso, Maluku Utara); Konflik partai, Pada hakikatnya dan kenyataannya, kebanyakan konflik
dan konflik multi-faktor (multifaceted–based antar pemeluk agama yang berbeda disebabkan oleh hal-
conflicts)[3]. Disintegrasi social melalui media social hal seperti intoleransi, kemiskinan, ketimpangan
dapat menyebabkan konflik toleransi[4], ekonomi, ketimpangan sosial, kegagalan dalam
keanekaragaman ini berpotensi terjadinya intoleransi pembangunan, dan sebagainya. Perkelahian antar
dan menimbulkan konflik. Isu agama yang paling pemeluk agama yang sama, baik secara sendiri-sendiri
sensitive sehingga mudah menimbulkan perdebatan maupun berkelompok, komunitas, atau organisasi
dan ujaran kebencian terhadap umat agama lain di masyarakat tertentu, juga merupakan fakta yang tak
media sosial. Komunikasi resolusi dibutuhkan untuk terbantahkan. Kemudian, perkelahian antar pemeluk
menangani banyaknya kasus intoleransi beragama di agama ini menimbulkan kekacauan sosial yang
media sosial[5],[6]. Adanya intoleransi politik pada membuat masyarakat resah dan gelisah. Arifinsyah
jamaah ahmadiyah bagi jamaan Nahdatul Wathan[7], mengatakan bahwa konflik antar pemeluk agama
fanatisme agama dan intoleransi pada pengguna media berbeda merupakan patologi sosial yang disebabkan oleh
social dapat mempengaruhi konflik antar individu dan hal-hal seperti kegagalan sosial, pembangunan, politik,
kelompok salah satu faktornya yakni motivasi partisipan ekonomi, dan lain-lain. Kemudian, agama dijadikan
dalam penyebaran konten bermuatan fanatisme agama sebagai alat legitimasi sehingga ketika agama dikatakan
dan intoleransi adalah agar sikap keagamaannya diikuti sebagai sumber konflik dalam masyarakat, orang
orang lain. Mereka juga mamandang bahwa pemikiran menganggap bahwa ajaran teologi yang berbeda
keagamaan yang berbeda adalah sesuatu yang salah dan disalahkan dan dikatakan sebagai sumber utama konflik
berusaha untuk membenarkan kesalahan tersebut[8]. dan perpecahan. Pada dasarnya, tidak ada agama yang
Konflik bernuansa SARA mengakibatkan tumpulnya menyuruh pemeluknya untuk berselisih dan berkelahi
pemerintahan, perekonomian, transportasi dan dengan pemeluk agama lain. Tidak ada keraguan bahwa
aktivitas masyarakat. Agama bukan merupakan sejumlah kecil kelompok agama terlibat. Kelompok-
pemicu utama, tapi lebih berperan sebagai kelompok ini bertindak sebagai provokator dan
faktor pengiring yang datang belakangan, menggunakan agama untuk menyebabkan disintegrasi
dimanfaatkan selaku penggalang solidaritas[9]. Unsur sosial[14]. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi
agama dapat mempengaruhi kontestan politik dalam motif terjadinya konflik intoleransi pada masyarakat
pelaksanaan pemelihan kepala desa dengan Nusa Tenggara Barat.
mengarahkan masa dengan unsur agama tertentu[10],
[11]. B. METODE PENELITIAN
Ralf Dahrendorf menyatakan bahwa masyarakat Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
memiliki dua sisi: konflik dan kesepakatan. Jadi, teori penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif
sosiologi harus dibagi menjadi dua bagian: teori konflik analitis dan studi kasus. Pendekatan deskripstif analitis
dan teori konsensus. Ahli teori konsensus harus melihat digunakan untuk mengungkapkan fakta, peristiwa yang
nilai integrasi dalam masyarakat, dan ahli teori konflik terjadi dilapangan[15], pendekatan studi kasus
harus melihat bagaimana masyarakat tetap bersama digunakan untuk mengungkapkan motif konflik dalam
dalam menghadapi tekanan ini dengan menyelesaikan masyarakat[16]. Informan yang digunakan tokoh agama,
konflik dan menggunakan kekerasan. Dahrendorf setuju tokoh adat, tokoh pemuda dan tokoh masyarakat.
bahwa masyarakat tidak dapat terbentuk tanpa Metode pengumpulan data menggunakan studi
konsensus dan konflik, yang saling diperlukan[12]. kepustakaan, pengamatan, wawancara, dan analisis
Fisher menggunakan istilah "transformasi konflik" dokumen. Analisis data menggunakan model analisis
untuk membicarakan situasi secara keseluruhan. 1) interaktif dengan tahapan reduksi data atau data
Tujuan pencegahan konflik adalah untuk menghentikan reduction. Tahap reduksi data adalah tahap mereduksi
terjadinya perkelahian. 2) Resolusi konflik adalah atau menyederhanakan data agar bisa sesuai dengan
40 CIVICUS : Pendidikan-Penelitian-Pengabdian Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan | Vol. 10, No. 1, Maret
2022, hal 38-46

kebutuhan dan tentunya mudah untuk didapatkan kampung ini


informasi. Tahap penyajian data atau data display, terletak di sebelah
Bentuk penyajian data kemudian beragam bisa disajikan timur Karang
dalam bentuk grafik, chart, pictogram, dan bentuk lain. Taliwang.
Pemicunya adalah
Tahap penarikan kesimpulan atau conclusion drawing. perkelahian antar
pemuda yang
C. HASIL DAN PEMBAHASAN sedang dalam
1. Sejarah Konflik Intoleransi keadaan mabuk.
Peristiwa Konflik Sosial Keagamaan di propinsi 4 2003- Konflik terjadi Warga
antara warga masyarakat
Nusa Tenggara Barat dari tahun ke tahun mengalami 2005
masyarakat Petemon dan
perubahan yang kompleks, menurut penjelasan Ashanul Petemon dan Karang
Khalikin dan Fathuri[17]. Peristiwa konflik social Karang Genteng Genteng
keagaman dapat digambarkan pada tabel 1 adalah Kelurahan Pagutan
sebagai berikut. Kecamatan
Tabel 1 Ampenan, yang
Peristiwa Konflik Sosial Keagamaan di Propinsi Nusa masih mempunyai
hubungan
Tenggara Barat keluarga/kerabat,
Gambaran suku/etnis, dan
No Tahun Para Pihak
Peristiwa agama yang sama
(Islam). Persoalan
1 1980 Terjadi mesiat Warga Karang dipicu oleh batas
(perang) yang Taliwang tanah pekuburan
melibatkan dengan Sindu (luas batas
komunitas Hindu dan Tohpati wilayah).
dari kampung 5 2006 Ecudus warga Warga Jemaat
Tohpati dan Sindu, jamaah Ahmadiyah Ahmadiyah
dengan Muslim yang mengalami dan
dari Karang kekerasan, berasal masyarakat
Taliwang, yang dari Lombok
antara lain Timur, Lombok
disebabkan Tengah, Lombok
persoalan Barat yang
pendirian tempat ditampung di
ibadat yang saling Asrama Transito
berdekatan. Majeluk,
Pembangunan Kecamatan
masjid yang Mataram. Hingga
berdekatan dengan kini belum ada
pura, sementara penyelesaian yang
pura telah lama tuntas
berdiri. 6 2008 Konflik antar warga Warga
2 2000 Warga Bali di Warga Tohpati lingkungan Sindu Lingkungan
Tohpati yang dan warga (Bali, Hindu) Sindu dan
sedang merayakan sekitarnya dengan warga Warga
Nyepi yang merasa lingkungan Nyaget Lingkungan
terganggu oleh (sasak/Islam). Nyaget
suara pembacaan Konflik ini
sholawat dalam menimbulkan 1
kegiatan selakaran. korban
Meski sempat jiwa/meninggal
menegang, konflik dunia dan 3 orang
dapat segera luka-luka
dikendalikan 7 2011 Perkelahian antar Warga
sehingga tidak pemuda yang Lingkungan
meluas menjadi berujung bentrok Karang Bagu
kerusuhan antar Warga dan Warga
terbuka. Lingkungan Karang Lingkungan
3 2001 Terjadi bentrok Warga Bagu dan Warga Karang
warga muslim Nyangget Lingkungan Karang Taliwang
Nyangget dengan dengan Taliwang, Kec.
Kampung Saksari Saksari Cakranegara.
yang Hindu. Kedua Kedua pihak yang
Wayan Resmini, Motif Terjadinya Konflik... 41

bertikai samasama 11 2013 Terjadi perselisihan Warga


bersuku Sasak dan antara warga Lingkungan
beragama Islam. Lingkungan Pejarakan dan
Tidak terdapat Penjarakan penganut
korban jiwa, hanya Kelurahan aliran Salafi/
luka-luka Pejarakan Karya, Wahabi
8 2012 Perselisihan antara Warga Kecamatan
pemuda yang Lingkungan Ampenan, dengan
dipengaruhi oleh Tohpati dan sekelompok orang
minuman keras, Warga penganut aliran
antara Warga Lingkungan Salafi/Wahabi,
Lingkungan Karang Mas- dimana warga
Tohpati (Bali, Mas masyarakat
Hindu) dengan lingkungan
Warga Lingkungan Penjarakan
Karang Mas-Mas menolak aktivitas
(Sasak/Islam) di pengikut jama’ah
wilayah Kelurahan ini.
Cakra Utara, 12 2014 Terjadi bentrokan Warga Karang
Kecamatan masyarakat karang Taliwang
Cakranegara. taliwang dengan bentrok
Perselisihan monjok gara-gara dengan warga
berubah menjadi masalah sampah Monjok
bentrok massa (tempat pebuangan
kedua lingkungan akhir sampah).
yang menimbulkan Karena pada
satu orang korban dasarnya bahwa
jiwa berasal dari karang taliwang
Kelurahan Karang merupakan salah
Mas-Mas satu daerah wisata
9 2013 Bentrok kedua Warga kuliner sehingga
(lanjutan) antara Lingkungan sampah yang
pemuda warga Tohpati dan dibuang oleh
Lingkungan Warga masyarakat monjok
Tohpati dengan Lingkungan berdekatan dengan
pemuda Warga Karang Mas- daerah lingkungan
Lingkungan Karang Mas (lanjutan) karang taliwang
Mas-Mas, sehingga dengan
Kelurahan Cakra adanya peristiwa
Utara, Kecamatan tersebut terjadilah
Cakranegara. Kali konflik kedua
ini korban jiwa lingkungan
meninggal dunia tersebut saling
dari pemuda serang menyerang
Lingkungan hingga
Tohpati. menimbulkan
10 2013 Perkelahian antar Warga korban jiwa, luka
pemuda dari Warga Lingkungan berat dan luka
Lingkungan Pandas Tohpati dan ringan
Salas Kelurahan Warga 13 2017 Peristiwa ini Bentrok antara
Mayura dengan Lingkungan bermula ketika di warga
pemuda dari Warga Pandan Salas Lingkungan Asak lingkungan
Lingkungan Kelurahan Pagutan Presak dengan
Tohpati Kelurahan Barat berlangsung lingkungan
Cakra Utara, yang prosesi warga Asak
membias sehingga penjemputan
melibatkan warga mempelai
kedua lingkungan perempuan ke Pura
yang beragama Pemaksan Pagutan
Hindu/Bali dan Lingkungan Karang
Islam/Sasak. Buaya Kelurahan
Terdapat korban Pagutan Timur
luka-luka dan Kecamatan
kerusakan ringan Mataram.
rumah ibadah. Penjemputan itu
melalui rute
42 CIVICUS : Pendidikan-Penelitian-Pengabdian Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan | Vol. 10, No. 1, Maret
2022, hal 38-46

Lingkungan Asak hal-hal itulah yang mendorong seseorang untuk


melewati Jalan melakukan tindakan yang tidak bermoral.
Banda Seraya, Menurut Bapak Ida Nyoman Astawa Brata bertugas
Simpang 4 ketua adat di lingkungan Tohpati, beliau menjelaskan
Pagutan, dan Jalan
motif perkelahian antar kampung yaitu:
R.M. Panji Anom.
Iring-iringan “kesalapahaman diantara kedua pelaku, secara
penjemputan kronologisnya ada seseorang muslim yang duduk
penganten ini di penggir jalan terus orang hindu olahraga pagi-
disemarakkan pagi hingga ada kontak mata antara sesame laki-
dengan musik laki akhirnya berkelahi benturan fisik lalu
Gamelan dimana
kembali ke rumah masing-masing mengambil
ruas Jalan Banda
Seraya konon telah golok senjata tajam. Terjadilah perkelahian
ada kesepakatan secara satu persatu akhirnya menimbulkan
orang-orang tua korban di pihak muslim, lalu akhirnya
terdahulu antara masyarakat kampung keberatan pada hal
Hindu dan Sasak tersebut selama dua ahari namuntidak
bahwa tidak menimbulkan korban jiwa. Kasus-kasus tersebut
diperkenankan ada
akhirnya dimediasi oleh pemda, muspika, tokoh
bunyi-bunyian atau
musik gamelan. agama masing-masing pihak. Akhirya kasus
tersebut akhirnya di mediasi oleh pemerintah
setempat, muspika, dan tokoh agama. Dalam
peristiwa tersebut akhrnya menyepakati surat
2. Motif Konflik Intoleransi di Nusa
perjanjian perdamaian” (hasil wawancara, 25
Tenggara Barat April 2017).
Penyebab konflik intoleransi dalam masyarakat
sasak secara umum dipengaruhi oleh keadaan Sesuatu hal yang mendorong anak remaja
masyarakatnya yang beragam seperti agama, etnis, melakukan konflik dipengaruhi masalah asmara, hingga
bahasa, suku, dan ras, kemudian jumlah penduduk menyebar ketingkat yang lebih luas hingga terjadilah
semakin meningkat, kurangnya pemberdayaan kepada konflik antar kampung, namun kasus tersebut mampu
generasi muda, kurangnya rasa toleransi diantara diselesaikan aparat pemerintah yaitu ketua adat, ketua
sesama masyarakat sasak. rumah tangga (RT), kepala lingkungan, tokoh
Menurut Johan Firman tokoh adat di lingkungan masyarakat, tokoh agama dan tokoh adat.
petemon menjelaskan bahwa: Selanjutnya menurut Johan Firman bertugas ketua
“konflik intoleransi terjdi karena masalah adat di lingkungan Petemon, beliau menjelaskan “motif
ekonomi, pengangguran, konflik terjadi pada konflik antara karang genteng dengan petemon yaitu
tahun 1993 yaitu konflik lingkungan karang bukan masalah agama tetapi masalah kepemilikan
genteng dengan lingkungan petemon, selain itu tempat penguburan kedua lingkungan tersebut yang
hal yang menimbulkan konflik antar kurang jelas kepemilikannya maupun fungsinya
perkampungan karena adanya kesalahpahaman sehingga menimbulkan salah dimanfaatkan oleh salah
antara kedua perkampungan lingkungan karang satu lingkungan, dan satu lingkungan mengkalim bahwa
genteng dengan lingkungan petemon, awalnya tempat itu milik lingkungan karang genteng, dan
tentang masalah tempat penguburan. Secara akhirnya menimbulkan konflik yang berbulan-bulan”
administrasi tempat peburuan sebenarnya milik (Hasil wawancara, 22 April 2017). Jadi motif yang
lingkungan karang genteng namun lingkungan meyebabkan masyarakat sasak berkelahi adalah
petemon tidak menerima hal itu, jadi itulah kurangya sosialisasi pemerintah pentingnya hidup
dampak dari kesalahpahaman diantara bertoleransi, kemudian kurang kuatnya peran aparat
masyarakat pagutan. Kemudian upaya yang kelurahan dalam menjaga kehidupan yang aman dan
dilakukan petua adat yaitu menyelesaikan konflik damai.
tersebut dengan menggunakan hukum adat Sementara menurut Hasi`in menjelaskan bahwa:
namun pada saat itu tidak mampu menyelesaikan “Di Kota Mataram daerah yang konflik yang
dengan hukum adat dan akhirnya kasus ini pernah saya tahu itu adalah (1) pada tahun 2001
diambil alih oleh Pengadilan Negeri Mataram” daerah yang berkonflik adalah karang taliwang
(Hasil wawancara, 4 Mei 2017). dengan tohpati dan sindu, (2) pada tahun 2013
daerah yang berkonflik adalah karang taliwang
Jadi penyebab terjadi konflik di masyarakat dengan tohpati, (3) pada tahun 2014 daerah yang
umumnya dipengaruhi oleh sikap dan pelaku, kurangnya berkonflik adalah karang taliwang dengan
lapangan pekerjaan, rendahnya ekonomi masyarakat
Wayan Resmini, Motif Terjadinya Konflik... 43

monjok gara-gara masalah sampah (tempat


pebuangan akhir sampah). Karena pada Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan
dasarnya bahwa karang taliwang merupakan bahwa di kota Mataram pernah terjadi konflik antar
salah satu daerah wisata kuliner sehingga etnis, agama di tahun 2014 yaitu etnis Sasak dan etnis
sampah yang dibuang oleh masyarakat monjok Bali, karena kedua lingkungan ini berbeda agama untuk
berdekatan dengan daerah lingkungan karang etnis Sasak bermayoritas Islam dan etnis Bali
taliwang sehingga dengan adanya peristiwa bermayoritas Hindu sehingga secara tidak langsung
tersebut terjadilah konflik kedua lingkungan konflik kedua lingkungan tersebut berkategori konflik
tersebut saling serang menyerang hingga antar agama, dan antar etnis. Kemudian konflik kedua
menimbulkan korban jiwa, luka berat dan luka etnis ini dapat di damaikan oleh pemerintahan kota
ringan”. (hasil wawancara, 20 April 2017). Mataram melalui lembaga adat, muspika, tokoh adat,
tokoh agama dan tokoh masyarakat serta melibatkan
Penjelasan di atas menunjukkan bahwa di kota aparat keamanan baik TNI maupun Polisi dalam
Mataram termasuk kategori konflik intoleransi berlatar membantu keamanan di dua lingkungan tersebut.
belakang agama yaitu agama Islam dengan agama Hindu, Motif terjadinya konflik antar suku dipengaruhi oleh
selain itu juga ada juga konflik sesama agama yaitu kenakanlan remaja yang sulit dikendalikan oleh
lingkungan karang taliwang bermayoritas Islam dengan keluarganyaan, berikut adalah penjelasan Haramain
lingkungan monjok juga bermayoritas Islam. menyatakan bahwa:
Ia juga menjelaskan tentang motif terjadinya konflik “Daerah yang konflik antar suku adalah konflik
di kota mataram yakni “yang pernah saya tahu, bahwa antara karang taliwang bersuku Sasak dengan
konflik antar sesama agama adalah konflik antara tohpati kelurahan cakra utara bersuku Bali
karang taliwang dengan tohpati, motif utama terjadinya disebabkan oleh minuman keras atau minuman
kedua lingkungan itu disebabkan oleh minuman keras yang memabukan yang dilakukan oleh anak
yang dilakukan oleh anak remaja kampung, perkelahian remaja kampung, efek dari mengkomsumsi
antar pelajar sehingga merembes ke perkelahian antara minuman beralkohol tersebut remaja kehilangan
lingkungan”. (Hasil wawancara, 20 April 2017). Motif pengendalian dirinya sehingga sangat muda
lain penyebab seseorang berkelahi atau pengendalian melakukan perbuatan yang tidak bermoral
diri kurang yaitu meminum minuman beralkohol (perkelahian) antar pelajar, masalah yang terjadi
sehingga merusak otaknya dan berdampak selalu pada saat itu yaitu mengganggu seorang
memiliki perilaku yang abmoral dan suka mengoda-goda, perempuan yang dilakukan oleh pemuda karang
serta kurangnya kesadaran masyarakat untuk hidup Taliwang terhadap perempuan asal Tohpati yang
selalau bersama. sedang berjoging atau jalan-jalan di waktu sore
Selanjutnya ia menjelaskan kronologis terjadinya hari. Kejadian tersebut dilakukan pada sore hari
konflik antar etnis, adalah sebagai berikut: tepatnya hari minggu tanggal 20 Mei tahun 2014
“Daerah yang konflik antar etnis adalah konflik lalu, dimana masalah utamanya seorang remaja
antara taliwang dengan tohpati kelurahan cakra laki-laki Karang Taliwang menggoda perempuan
utara disebabkan oleh minuman keras yang Tohpati dengan menggunakan bahasa kurang
dilakukan oleh anak remaja kampung, etis sehingga si perempuan itu tersinggung dan
perkelahian antar pelajar, masalahnya ketika pulang ke rumahnya langsung melapor
mengganngu seorang perempuan yang dilakukan kepada kerabat keluarga, dan akhirnya
oleh pemuda karang taliwang terhadap kerabatnya tersebut mendatangi kediaman laki-
perempuan asal tohpati yang sedang lari di sore laki tersebut dengan membawa senjata tajam
hari. Kejadian tersebut dilakukan pada sore hari misalnya tombak, pistol rakitan bambu runcing.
tahun 2014 dimana masalah utamanya laki-laki Perkelahian tersebut cukup lama hampir satu
karang taliwang menggoda perempuan tohpati bulanan belum selesai juga. Akhirnya aparat
dengan menggunakan bahwa yang kurang etis keamanan dan pemerintah setempat turun
sehingga si perempuan itu tersinggung dan ketika tangan mendamaikan kedua belah pihak melalui
pulang ke rumahnya langsung melapor kepada mediasi oleh pemerintah kota Mataram” (hasil
kerabatnya, dan akhirnya kerabatnya tersebut wawancara, 21 April 2017).
mendatang kediaman laki-laki tersebut dengan
membawa senjata tajam misalnya tombak, pistol Berdasarkan uraian di atas, bahwa motif terjadinya
rakitan bambu runcing. Perkelahian tersebut konflik antar suku dilatar belakangi oleh perbuatan atau
cukup lama hampir satu bulanan belum selesai. tingkah laku seseorang yang kemudian merembes
Akhirnya aparta keamanan dan pemerintah hingga menjadi perkelahian antar suku. Suku Sasak
setempat turun tangan mendamaikan kedua bertempat tinggal di lingkungan Karang Taliwang dan
belah pihak melalui mediasi oleh pemerintah kota suku Bali berkediaman di lingkungan Tohpati, karena
mataram” (hasil wawancara, 21 April 2017). kedua pelaku ini memiliki suku yang berbeda dan pada
44 CIVICUS : Pendidikan-Penelitian-Pengabdian Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan | Vol. 10, No. 1, Maret
2022, hal 38-46

prinsipnya mereka saling mempertahankan disitulah tibul kemarahan masyarakat Samawa


kesukuannya karena pada sejarahnya mereka sudah atau terganggunya keluarga mereka”
hidup berabad-abad di wilayah kota Mataram. (Hasanuddin, wawancara senin, 18 Juli 2017).
Kronologis kejadian perkelahian antara suku Sasak
dengan Bali yaitu pertama, adanya perilaku tidak Selanjutnya penjelasan Sekretaris Sultan Sumbawa/
bermoral seperti perilaku mengganggu seorang Sekretaris Majelis Adat Lembaga Adat Tana Samawa
perempuan yang kebetulan berasal dari suku Bali, kedua (LATS), menguraikan bahwa:
kurangnya pengawasan orang tua terhadap anaknya, “Konflik di Sumbawa kami pastikan bukan isu
ketiga kurangnya fasilitas keolahragaan, keempat kurang sara, karena yg bertugas di dapur org samawa,
aktifnya peran mangku adat dalam menyelesaikan kasus yang menjaga rumha orang samawa, jadi itu
perkelahian antara suku tersebut sehingga menyebabkan yang menandakan konflik di samawa bukan
perkelahian massa, keenam aparat keamanan bersama konflik sara. Hanya kebetulan saja kejadianya
pemerintah kota Mataram cepat mendamaikan dengan karena kenakalan remaja yang berasal dari etnis
cara mediasi kedua pihak yang bertikai dan akhirnya yang berbeda dari kedua pelaku ini berasal dari
kedua pihak sepakat berdamai, ketujuh pihak-pihak etnis samawa dan etnis bali itu meletus yang
yang menjadi saksi perdamaian kedua suku tersebut memang tinggal di samawa sejak lama, karena
yaitu ketua adat di lingkungan karang taliwang dan saya lihat ada oknum-oknum yang tidak
lingkungan tohpati, ketua RT kedua pihak, kepala bertanggung jawab yang mencoba
lingkungan karang taliwang dan tohpati, kelurahan memanfaatkan dan memprovokasi situasi saat itu
karang taliwang dan keluarahan cakra utara, kepala terjadi kerusuhan, penjarahan, termasuk teman
kecamatan Cakranegara dan kepala kecamatan yg dr Lombok, Bima, Madura, dan lain-lain. Cara
Sandubaya. Kemudian isi perjanjian tersebut adalah saya kalau terjadi gesekan sedikit saja, saya
tidak boleh melanggar perjanjian damai kedua pihak, langsung menghubungi kepala adat etnis tertentu
jika ada yang melanggar maka akan langsung diproses utk menangani kalau terjadi konflik.” (Syukri
hukum atau dipidanakan dengan ancaman hukuman Rahmat, wawancara pada tanggal 18 Juli 2017).
penjara. Faktor penyebab terjadinya konflik di kabupaten
Sementara motif konflik intoleransi di kabupaten Sumbawa di latar belakangi oleh hubungan asmara
Sumbawa dilatar belakangi oleh hubungan asmara yang antara seorang perempuan beretnik samawa dan
kebetulan yang perempuan beretnik Sumbawa dan laki- seorang laki-laki beretnik Bali. Muncul bentrokan kedua
laki beretnik Bali. Menurut penjelasan ketua lembaga etnik ini diindikasikan ada unsur politik yang mencoba
adat tana samawa (LATS) (Iskandar, diwawancara pada mengganggu stabilitas politik di tanah Sumbawa, selain
senin, 18 juli 2017 di ruang kerjanya mengutarakan itu konflik yang terjadi beberapa tahun lalu itu bukan isu
“kan masalah hubungan asmara kan dulunya, ya SARA tetapi ada kesalapahaman kedua kelompok etnik
remaja hanya kebetulan saja laki-laki dari bali tersebut, dan kurangnya koordinasi diantara forum
dan perempuan dari Sumbawa, ada konsep illa kerukunan umat beragama sehingga terjadi kecolongan
(malu) itu, kan agama itu tidak membenarkan dan akhirnya terjadi penjarahan, dan pembakaran
untuk menikah dengan beda agama, inilah yang rumah dan tempat-tempat umum. Jadi konflik di
membuat masyarakat samawa malu karena Sumbawa diindikasikan konflik individual sehingga
mengganggu prinsip Tau Samawa, ini berdampak pada konflik intoleransi antara umat
merupakan perbuatan tidak baik bagi orang beragama, dan beretnik bukan konflik SARA.
Sumbawa lalu reaksi rasa malu ini mengkristal
atau menggemparkan masyarakat samawa
karena ada orang lain yang mengganggu prinsip D. TEMUAN ATAU DISKUSI
hidup agama lain”. Motif terjadinya konflik Intoleransi di masyarakat di
Nusa tenggara Barat dipengaruhi oleh adalah sebagai
Demikian juga penjelesan Wakil Ketua Pajadu Adat berikut:
Lembaga Adat Tana Samawa (LATS) dan Sekretaris 1. Kurangnya lapangan pekerjaan
Dewan Kehormatan Adat, menyatakan Tidaknya pekerjaan dan keahlian para remaja
“tidak ada koflik antar agama, yang Islam sibuk membuat mereka terbatas untuk beraktivitas,
dengan Islamnya demikiannya Hindu sibuk selainnya itu peran pemerintah belaum maksimal
dengan acara keagamaan, pembagian harta dalam membina generasi muda.
diseseuaikan hukum yang berlaku sesuai hukum 2. Rendahnya ekonomi masyarakat
Islam atau agama lainnya diserahkan kepada Rendahnya ekonomi masyarakat hal itulah yang
agama masing-masing. Tetapi jangan ganggu mendorong seseorang untuk melakukan tindakan
harta masyarakat Sumbawa, kalau mereka yang tidak bermoral seperti perkelahian antar
menganggu keluarganya Tau Samawa maka kampung.
Wayan Resmini, Motif Terjadinya Konflik... 45

3. Masalah asmara UCAPAN TERIMA KASIH


Sesuatu hal yang mendorong anak remaja Penulis mengucapkan terima kasih kepada tim yang
melakukan konflik dipengaruhi masalah asmara, telah membantu menyelesaikan artikel ini, sehingga
hingga menyebar ketingkat yang lebih luas hingga artikel ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat
terjadilah konflik antar kampung, namun kasus waktu.
tersebut mampu diselesaikan aparat pemerintah
yaitu ketua adat, ketua rumah tangga (RT), kepala DAFTAR RUJUKAN
lingkungan, tokoh masyarakat, tokoh agama dan
[1] F. G. Wahid Yenni Zannuba, Vulovick Visna, Azhari
tokoh adat. Subhi M, Djafar M Alamsyah, Nisa Nurun, Kebebasan
4. Kurang sosialisasi untuk bertoleransi Beragama / Berkeyakinan Dan Intoleransi. Jakarta:
Motif yang meyebabkan masyarakat sasak berkelahi The WAHID Institute dan The Body Shop, 2014.
[2] Y. Tajudin, “Manajemen Dakwah Organisasi Islam:
adalah kurangya sosialisasi pemerintah pentingnya
Menjawab Konflik Keberagamaan dan Intoleransi
hidup bertoleransi, kemudian kurang kuatnya Kaum Radikal,” TADBIR J. Manaj. Dakwah, vol. 1, no.
peran aparat kelurahan dalam menjaga kehidupan 2, 2016.
yang aman dan damai. [3] N. Fuad, “Penanaman toleransi beragama pada anak
melalui pendidikan,” Soc. Dei J. Agama dan Masy.,
5. Konsumsi minuman memabukan
vol. 2, no. 1, p. 252, 2015.
Motif lain penyebab seseorang berkelahi atau [4] L. Herlina, “Disintegrasi sosial dalam konten media
pengendalian diri kurang yaitu meminum minuman sosial Facebook,” TEMALI J. Pembang. Sos., vol. 1, no.
beralkohol sehingga merusak otaknya dan 2, pp. 232–258, 2018.
[5] R. Praselanova, “Komunikasi Resolusi Intoleransi
berdampak selalu memiliki perilaku yang abmoral
Beragama Di Media Sosial,” Wasilatuna J. Komun. Dan
dan suka mengoda-goda, serta kurangnya Penyiaran Islam, vol. 3, no. 1, pp. 76–96, 2020.
kesadaran masyarakat untuk hidup selalu bersama. [6] K. H. Ahmad, A. Sakban, and M. Sudarto, “Bentuk
Jadi motif konflik intoleransi pada masyarakat Nusa Hidup Akur Beda Agama Antara Islam dan Budha di
Desa Mareje Kecamatan Lembar Kabupaten Lombok
Tenggara Barat diperngaruhi oleh kurangnya lapangan
Barat,” Civ. Pendidikan-Penelitian-Pengabdian
pekerjaan, rendahnya ekonomi masyarakat, masalah Pendidik. Pancasila dan Kewarganegaraan, vol. 7, no.
asmara, kurang sosialisasi untuk bertoleransi, dan 2, pp. 36–47, 2019.
konsumsi minuman yang memabukan khususnya para [7] M. Arqi, T. Chusniyah, and A. B. Priyambodo,
“Persepsi Ancaman sebagai Prediktor Intoleransi
remaja kampung. Hal tersebut sejalan penjelasan
Politik Terhadap Jamaah Ahmadiyah pada Jamaah
berikut bahwa Faizin konflik adalah sunnatullah di Nahdlatul Wathan Pancor Lombok Timur,” Univ.
muka bumi ini. Faktor-faktor yang memicu munculnya Negeri Malang, 2016.
konflik itu dapat dikelompokkan menjadi faktor yang [8] R. P. D. Lesmana and M. Syafiq, “Fanatisme Agama
Dan Intoleransi Pada Pengguna Media Sosial.”
universal atau global dan faktor-faktor yang bersifat
[9] B. A. Hutabarat and H. H. Panjaitan, “Tingkat
parsial[18], lainnya juga menjelaskan bahwa akar Toleransi Antaragama di Masyarakat Indonesia,” Soc.
masalah yang menyebabkan sebagai salah satu daerah Dei J. Agama dan Masy., vol. 3, no. 1, p. 8, 2016.
rawan konflik secara umum disebabkan karena [10] M. Baihaqi, “Pengaruh Kontestasi Politik Desa
terhadap Konflik Ahmadiyah di Gegerung-Lombok
persoalan politik, ekonomi,sosial budaya antar umat
Barat,” J. Sosiol. Agama, vol. 14, no. 2, pp. 235–254,
beragama, suku etnis, masyarakat dengan pelaku usaha 2020.
dan distribusi sumber daya alam yang tidak [11] W. Sakban, Abdul dan Resmini, “Hukum Adat Samawa
seimbang[19]. sebagai Prinsip Hidup Masyarakat Multikultural,” in
Seminar Nasional “Kewarganegaraan Transformatif
dalam Masyarakat Multikultural,” 2017, pp. 1–8.
[12] G. Ritzer, “Sociological Theory (Eight Edition),” New
E. SIMPULAN DAN SARAN York, Am. McGraw-Hill Co., 2011.
[13] R. Fisher, “Sources of conflict and methods of conflict
Hasil penelitian menujukkan bahwa motif konflik
resolution,” Int. Peace Confl. Resolut. Sch. Int. Serv.
intoleransi pada masyarakat Nusa Tenggara Barat Am. Univ., 2000.
diperngaruhi oleh kurangnya lapangan pekerjaan, [14] A. Arifinsyah, S. Andy, and A. Damanik, “The urgency
rendahnya ekonomi masyarakat, masalah asmara, of religious moderation in preventing radicalism in
Indonesia,” ESENSIA J. Ilmu-Ilmu Ushuluddin, vol. 21,
kurang sosialisasi untuk bertoleransi, dan konsumsi
no. 1, pp. 91–108, 2020.
minuman yang memabukan khususnya para remaja. [15] Sugiyono, “Memahami Penelitian Kualitatif,” Bandung
Selain itu peran pemerintah daerah belum maksimal Alf., 2005.
sehingga mampu menekan berkurangnya konflik [16] L. J. Moleong, “Metodologi Penelitian Kualitatif,”
Bandung PT Remaja Rosdakarya. Ed. Ke-13, vol. 111,
intoleransi. Menyarankan kepada pemerintah daerah
2001.
untuk mengeluarkan kebijakan terkait pemeliharaan [17] A. Khalikin and S. R. Fathuri, Toleransi beragama di
lembaga adat sebagai lembaga yang mempu membantu daerah rawan konflik. Kementerian Agama RI, Badan
pemerintah terutama melakukan pendampingan dan Litbang dan Diklat, Puslitbang Kehidupan Keagamaan,
2016.
pendampingan pentingnya hidup bersama dalam
[18] N. Faizin, “Faktor Konflik Dalam Masyarakat
perbedaan. Perspektif Al-Quran: Kajian Tematik-Sosiologis,”
JADID J. Quranic Stud. Islam. Commun., vol. 1, no. 1,
46 CIVICUS : Pendidikan-Penelitian-Pengabdian Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan | Vol. 10, No. 1, Maret
2022, hal 38-46

pp. 25–38, 2021.


[19] L. Silvana, “Pemetaan Daerah Rawan Konflik di
Provinsi Lampung,” J. Bina Praja J. Home Aff. Gov.,
vol. 5, no. 3, pp. 169–175, 2013.

Anda mungkin juga menyukai