1
NIA KURNIATI SYAM, 2 ARIFIN SYATIBI, 3 MOH. JIBRAL IMPERIAL DAY
1,2
Fak. Dakwah Unisba, Jl Rangga gading no 8 Bandung, 3 Fak. Psikologi Unisba, Jl. Tamansari No.1
Bandung email: 1 nia_syamday@yahoo.com; 2 jibralimperialday@gmail.com
Abstract. This article is one of the research having the plurality of cultural ethnic and
religion background. The religion identity is an important dimension for all societies.
The goal of the article is to analyze the role of interpersonal communication in a family
with different religion, analyze the meaning of symbols in an interaction within the
family with different religion, analyze the supporting and restricting communication
factors in a family with different religion. Several perspectives were used as theoretical
framewaork, i.e Phenomenology, and Cross Cultural Communication. This reseach
employed in-depth interview and observation as data collecting technique.The role of
interpersonal communication in a family with different religion cannot be separated
from initiation, experiment, intensification, integrity, bond and the role of
communication effectiveness such as supportiveness, empathy, objectiveness and
equality. The meaning of communication symbols in a family with different religion is
due to language, rituals, national days, food, and dress. The supporting factors are
respect each other, protect, tolerance, cooperation, and mutual cooperation. Whereas
the restricting factors of interpersonal communication in a family with different
religion, are avoiding the dialogue about faith, freedom, and religion education for
children.
Keyword: cross-religion communication, communication symbol
Abstrak. Artikel ini merupakan salah satu bagian dari hasil penelitian yang
dilatarbelakangi oleh pluralitas etnis budaya dan agama. Identitas agama merupakan
dimensi yang penting bagi sebuah masyarakat. Tujuan artikel ini adalah untuk
menganalisis peran komunikasi antarpersona dalam keluarga yang berbeda agama,
menganalisis makna simbol-simbol dalam berinteraksi pada keluarga berbeda agama,
menganalisis faktor-faktor pendukung dan penghambat komunikasi dalam keluarga
berbeda agama. Untuk memahami fenomena tersebut maka digunakan berbagai teori
sebagai kerangka pemikiran yaitu fenomenologi dan pendekatan komunikasi
antarbudaya. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam dan
observasi. Peran komunikasi antarpersona yaitu dalam keluarga berbeda agama tidak
terlepas dari inisiasi, eksperimen, intensifikasi, integrasi, ikatan dan peran efektivitas
komunikasi yang baik seperti saling mendukung, empati, objektif dan kesamaan.
Makna simbol dalam komunikasi keluarga beda agama yaitu tentang bahasa, ritual,
hari-hari besar, makanan, pakaian. Faktor pendukung yaitu saling menghormati,
mengayomi, dan toleransi, bekerjasama gotong royong. Faktor penghambat
komunikasi antarpersona dalam keluarga beda agama, yaitu menghindari pembicaraan
mengenai keyakinan, kebebasan pendidikan agama anak.
Kata kunci: komunikasi lintas agama, simbol komunikasi
Fenomena di atas menarik penulis rendah dan jarak sosial lebih ditingkatkan
untuk meneliti lebih dalam bagaimana lagi, maka akan semakin meningkatkan
peran komunikasi antarpersona dalam efektivitas komunikasi antaretnik. Artinya,
keluarga berbeda agama tersebut. komunikasi antaretnik tidak hanya
dipengaruhi oleh pendidikan dan
Berdasarkan fenomena di atas, maka
pendapatan, tetapi sama- sama
peneliti memfokuskan masalah penelitian
dipengaruhi oleh jarak sosial seperti
s e b a g a i beri kut: Peran k om un i kasi
cenderung memilih suami/istri, mantu,
antarpersona pada keluarga berbeda
bertetangga, memilih kawan dari etniknya
agama; faktor-faktor yang pendukung dan
sendiri. Interaksi etnik Tionghoa Muslim dan
penghambat kerukunan dalam keluarga
etnik Sunda dapat efektif jika unsur-unsur
berbeda agama, langkah-langkah
pendidikan dan pendapatan diperhatikan
meminimalisasi hambatan tersebut.
dan dapat ditingkatkan dalam komunikasi
Adapun penulisan artikel ini untuk antaretnik. Ali Masykur, 2005, IAIN Sultan
menganalisis peran komunikasi Maulana Hasanuddin, Banten, tentang “Pola
antarpersona pada keluarga berbeda Komunikasi Antar Umat Beragama (Studi
agama; faktor-faktor pendukung dan dialog Umat Islam dan Kristen di Kota
penghambat kerukunan dalam keluarga Cilegon Banten)” menyimpulkan, untuk
berbeda agama; langkah-langkah mencapai kehidupan beragama yang
meminimalisasi hambatan tersebut. dinamis itu tidak bisa tidak, para penganut
Berbagai kajian tentang komunikasi agama harus menapaki jalan menuju yang
keluarga berbeda agama masih jarang, satu dengan menghormati perbedaan-
selain rentan, karena melibatkan ranah perbedaan agama, pluralitas agama lewat
pribadi secara privasi. Beberapa keterbukaan terhadap agama yang lain
penelitian tentang komunikasi untuk saling mengenal dan saling
antarpersona yang telah dilakukan yaitu: memahami timbal balik, seperti melalui
proses dialog antaragama. Dialog
Nia Kurniati, 2001, Tesis Unpad,
antaragama merupakan titik pertemuan
meneliti “Pengaruh Karakteristik
para penganut berbagai agama. Kerena itu,
Sosiodemografi dan Jarak Sosial
tidak terelakkan jika fakta pluralitas agama
terhadap Efektivitas Komunikasi
akan berujung pada dialog antaragama
Antaretnik” menyimpulkan, apabila
(Article: Unnual
karakteristik sosiodemografi semakin
Conference, 2010). sederhana yang untuk pemahamannya
tidaklah cukup hanya berbekal pengamatan
Dalam memahami fenomena artikel
sepintas. Realitas mengenai dunia fenomena
ini, maka digunakan berbagai teori sebagai
dan noumena seperti yang disebutkan
kerangka pemikiran, yaitu fenomenologi
Immanuel Kant.Dunia fenomena menurut
dan komunikasi antarbudaya dari Martin &
Mulyana (2001: 19), adalah dunia yang
Nakayama sebagai kerangka pemikiran.
dialami oleh manusia dengan seluruh
pancaindranya. Karenanya, jika kita merujuk
Fenomenologi: Sebuah Perspektif
pada Sudikin (2003 :3),
Penelitian ini menggunakan me- masalah dunia sosial keseharian dan senan-
tode fenomenologi, yang pertama kali tiasa merupakan suatu yang intersubjektif dan
diperkenalkan oleh Edmund Husserl (1859- pengalaman penuh makna. Dunia fenomena
adalah dunia di mana informasinya diperoleh
1938) metode penelitian ini digunakan dari pancaindra kita di mana manusia berper-
untuk mengungkapkan bagaimana an aktif dalam membangun dan menafsirkan
komunikasi suami istri pada keluarga beda sensasi-sensasi inderanya menjadi makna.
agama, melalui pernikahan antarbudayanya Sebagai sebuah pengalaman sadar
adalah metode penelitian yang maka dalam perkawinan beda agama tersebut
berparadigma subjektif interpretif, yaitu terjadi sebuah bentuk kesadaran yang
penelitian kualitatif dengan pendekatan menghasilkan pemaknaan intersubjektif.
fenomenologi. Dalam penelitian ini, peneliti Dengan melibatkan pengujian yang teliti
berusaha untuk “mereduksi” kesadaran dan mendalam pada kesadaran pengalaman
informan dalam memahami bagaimana manusia, hal ini sesuai dengan konsep
fenomena komunikasi antar suami istri utama dalam fenomenologi, yakni makna,
beda agama dalam mengonstruksi nilai-nilai dan merupakan isi penting yang muncul dari
komunikasi keluarga beda agama tersebut. pengalaman kesadaran manusia. Pemahaman
Pemikiran fenomenologi berfokus pada tersebut sejalan dengan apa yang menjadi
pengalaman personal individu. telaah fenomenologi yang diuraikan Littlejohn
Realitas adalah bukan suatu yang (2005: 38). Ia mengatakan bahwa people
actively interpret their experience and
‘Terakreditasi’ SK Kemendikbud, No.040/P/2014, berlaku 18-02-2014 s.d 18-02- 3
2019
NIA KURNIATI SYAM, DKK. Simbol-Simbol dalam Komunikasi Keluarga Beda
Agama
Komunikasi Antarbudaya
Penelitian ini menggunakan teori
Komunikasi Antarbudaya (Martin &
Nakayama, 2004:162), yang menjelaskan
bagaimana komunikasi antarpribadi-
berbeda budaya dalam sebuah keluarga
yang berbeda agama. Sedangkan peran
komunikasi antarpribadi dalam keluarga
yang berbeda agama tidak terlepas dari (1)
inisiasi; (2) eksperimen; (3)
intensifikasi; (4) integrasi, dan (5) ikatan.
Tahapan-tahapan hubungan lebih akrab ini
menjadi ranah penelitian yang diambil dari
Knap (1978).
Pendekatan ini amat sesuai dengan
unsur-unsur penelitian. Sedangkan aplikasi
teori lainnya yaitu tentang peran efektifnya
sebuah komunikasi dalam keluarga diambil
dari pendapat De Vito yang mengemukakan
beberapa faktor penentu efektivitas
komunikasi antarpribadi, yakni: keterbukaan;
empati; perasaan positif; dukungan; dan
keseimbangan (Liliweri, 2001:171).
Beberapa ahli berusaha merumuskan
kompetensi komunikasi antarbudaya, Kim
menawarkan sebuah definisi detail
mengenai kompetensi komunikasi
antarbudaya
yaitu keseluruhan kapabilitas internal dari Beda Agama: xv (UU Nomor 1 Tahun 1974
seseorang untuk menghadapi ciri-ciri tentang Perkawinan Beda Agama, Pasal 2
dari tantangan yang sering terjadi saat ayat (1), disebutkan, “Perkawinan adalah
komunikasi antarbudaya terjadi, yaitu, sah, apabila dilakukan menurut hukum
perbedaan budaya, dan ketidaksamaan, masing- masing agamanya dan
sikap intergrup. Jadi, dari pengertian ini kepercayaannya itu”). Peneliti menemukan
bisa dipahami untuk menjadi komunikator penjelasan semua informan keluarga
yang kompeten, kita harus memiliki berbeda agama, ketika mereka akan
kemampuan untuk menganalisis situasi dan melangsungkan perkawinan, mereka
memilih mode dari perilaku yang tepat berpindah ke salah satu agama, baik
(Samovar, dkk, 2007: 314). Islam-Kristen atau sebaliknya, setelah
melangsungkan pernikahan beberapa
Peran Komunikasi Antarpribadi minggu, atau ada yang beberapa bulan saja
dalam Keluarga Berbeda Agama mereka kembali lagi kepada agama semula.
Keunikan yang terjadi pada hubungan Dari perkawinan ini terbentuklah
perkawinan adalah meskipun banyak keluarga, keluarga merupakan salah satu
perbedaan antara laki-laki dan perempuan institusi sosial budaya yang mempunyai
seperti perbedaan emosional, lingkungan, tugas untuk meneruskan budaya dari satu
genetis dan kepribadian, selalu ada generasi ke generasi berikutnya (Samovar
perkawinan yang berhasil. Perkawinan at al, 2010:64).
tersebut dinikmati oleh laki-laki dan
perempuan sebagai suami- istri yang Pada abad ke 17, Charles Colton
berbahagia. Mayoritas pasangan yang memperkenalkan pentingnya keluarga, dalam
menikah memiliki tujuan utama hidup tulisannya “Keluarga merupakan unit paling
bersama, berbagi dukungan fisik dan dasar dari pemerintahan, sebagai
komunikasi tentang berbagai kesenangan komunitas pertama di mana setiap orang
dan masalah (Osborne, 1988). berhubungan dan otoritas pertama di
mana seseorang belajar untuk hidup,
Dalam Al-Qura’nul Karim, Surat Ar- keluarga membentuk nilai paling dasar suatu
Rum, 21: masyarakat” (Samovar, 2010: 64).
“Dan diantara tanda-tanda (kebesaran)-Nya
ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan Penelitian ini dilakukan pada keluarga
un- tukmu dari jenismu sendiri, agar kamu inti. Keluarga inti disebut “keluarga dua
cend- erung dan merasa tentram kepadanya, generasi,” merupakan pola yang paling
dan Dia menjadikan diantaramu rasa kasih
sayang. Sungguh, pada yang demikian itu umum di negara yang berkembang seperti
benar-benar terdapat tanda-tanda di Indonesia. Nilai budaya yang ada dalam
(kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.” keluarga inti ini adalah pola asuh anak,
(QS Ar-Rum [30]:21)
dimana dalam pola asuh tersebut interaksi
Keunikan hubungan manusia tidak orang tua dengan anak secara intens.
terlepas dari peran dan fungsi komunikasi Penelitian ini tidak meneliti tentang sebuah
antarpribadi yaitu membangun kontak keluarga besar walau secara sepintas
dengan orang lain, untuk kemudian terungkap, di mana keluarga besar terdiri
memberikan kesamaan dalam makna atas keluarga inti terkait berkumpul ke
pesan, maka komunikasi antarpribadi bisa dalam sebuah unit domestik yang lebih
dikembangkan lebih luas akibat orang besar. Lebih dari orangtua dan anak-anak:
menukarkan pengalamanya. Demikian kadang juga termasuk anak- anak,
pula dalam kontek sebuah perkawinan tidak sepupu, bibi, paman, kakek-nenek, dan
terlepas di dalamnya komunikasi yang inten. bahkan buyut (Samovar, 2010:67).
Dalam komunikasi antarpribadi, dapat
Keluarga inti ini menjadi subjek
terlihat secara langsung aksi maupun reaksi
penelitian di mana suami istri yang berbeda
verbal maupun nonverbal seseorang
agama. Komunikasi antarpribadi dalam hal
demikian pula dalam keluarga (suami-istri,
“keterbukaan” mereka selalu menghindari
maupun anak).
pembicaraan mengenai keyakinan (agama)
Pasangan suami-istri berbeda agama masing-masing pihak. Namun, toleransi,
ini menyadari bahwa pemerintah melarang support dan kebersamaan, objektif dalam
pernikahan berbeda agama, namun mereka hal-hal sosial, kebersamaan selalu dijunjung
“mengelabuinya” dengan pindah agama dari tinggi. Seperti saling memahami, saling
salah satunya, baik Islam ke Kristen, atau menghormati, saling mendorong untuk taat
Kristen ke Islam, sehingga dapat diakui dalam menjalankan agamanya masing-
sebagaimana Undang-Undang Perkawinan masing saling pengertian satu dengan
dalam Pengantar Komnasham, Pernikahan lainnya dalam hal perbedaan terutama
dalam keyakinan,
sedangkan hal-hal sosial kemasyarakatan termasuk bahasa yang
mereka saling menghormati atas perbedaan
keyakinan. Keluarga saling mendorong
antara suami istri dalam hal menjalani hak
dan kewajiban sebagai umat beragama.
D a la m hal p e n d i d i k a n aga ma,
keluarga berbeda agama tidak tegas dalam
memberikan arahan untuk mempelajari
salah satu agamanya. Pasangan suami-istri
yang berbeda agama saling mendorong
pasangannya jika salah satu dari mereka
merayakan hari besar, melakukan kebiasaan
ritual, baik harian, mingguan, dan hari-
hari besar agama lainnya. Dengan saling
mengingatkan, saling menasihatkan,
supaya teguh dengan keyakinan masing-
masing. Saling mengantarkan ke tempat
ibadah mereka, dengan mengindahkan
aturan-aturan yang disepakati mereka
dan masyarakat secara umum. Mereka
mempunyai kemampuan untuk mengolah
kecemasan, kemampuan untuk berempati,
kemampuan untuk mengadaptasi perilaku,
kemampuan untuk membuat penjelasan
dan prediksi yang akurat (Gudykunst & Kim,
2003: 276-292).
Dalam keseharian, keluarga berbeda
agama dalam bahasa yang digunakan
seperti mengucapkan “salam” ketika
bertemu dan sering mengucapan salam
seperti Muslim seperti ucapan
“assalamu’alaikum” bila salah seorang
dari mereka bertemu. Bahkan
,ucapan “astaghfirulloh”, bila melakukan
kesalahan yang tidak disengaja dan ucapan
“alhamdulillah” sering mereka ucapkan
ketika mereka mendapatkan kebahagiaan.
Mereka mengetahui artinya dari masing-
masing kata tersebut namun makna yang
terkandung lebih jauh dari masing-masing
kata tersebut tidak dipahami.
Menurut Burke dalam Intercultural
Communication in Context, kelompok
budaya memengaruhi proses dimana
persepsi dari realitas diciptakan dan
dibangun: “Semua komunitas di semua
tempat dan setiap waktu memanifestasikan
pandangan mereka sendiri terhadap
realitas yang mereka lakukan.
Bagaimanapun, kita mungkin saja bisa
mengatakan bahwa komunikasi membantu
menciptakan realitas budaya dari suatu
komunitas (Martin & Thomas, 2007:92),
selama proses interaksi, terdapat
pertukaran motif antara para aktor yang
terlibat, demikian juga pada keluarga
berbeda agama dalam berkomunikasi
membantu menciptakan realitas budaya dari
suatu komunitas keluarga berbeda agama,
digunakan keseharian. Dan hal ini pun pergi…”Hal ini menandakan bahwa mereka
melahirkan komunikasi antarbudaya satu unit bukan individu yang
karena dalam proses komunikasi mereka terpisahkan. Dan mereka terikat ketika
berinteraksi dalam keluarga dengan keduanya masuk pada suatu ritual masing-
pasangan yang berbeda kebiasaan baik masing yang secara formal mengakui
ritual dan simbol- simbol keagamaaan hubungan jangka panjang, yaitu
yang berbeda dimana komunikasi perkawinan. Hal ini sejalan dengan teori
antarbudaya adalah komunikasi yang hubungan yang diungkapkan oleh Knap
terjadi di antara orang-orang yang (1990), yaitu tahapan-tahapan hubungan
memiliki kebudayaan berbeda (bisa ras, akan lebih akrab dengan yang lainnya
etnik, atau sosioekonomi, atau gabungan melalui insiasi, eksperimen, intensifikasi,
dari semua perbedaan ini). (Tubb & Moss, integrasi, dan ikatan.
2001:237).
Pendidikan agama bagi anak-anak
Peran komunikasi antarpribadi pada dalam keluarga beda agama, tidak
keluarga berbeda agama sangat baik, dilakukan dengan mengarahkan dan
melihat dari inisiasi kedua belah pihak menekankan mempelajari salah satu
ketika bertemu dan ketika berpisah saling agama, namun mengarahkan kepada
bersapa, dapat mengungkapkan perasaan keduanya sebagai sebuah pondasi hidup,
persamaan dan perbedaan kepentingan seperti yang dilakukan salah satu informan
seperti dalam kehidupan sehari-hari walaupun ia menganut agama Kristen tetapi
mengungkapkan informasi mengenai kedua anaknya diberikan pendidikan
pasangannya, dalam era komunikasi saling nonformal dengan mengikuti pendidikan
ber-SMS jika berjauhan dan biasa saling di madrasah (agama Islam) sore hari dan
terbuka untuk membuka handphone juga di berikan pendidikan di sekolah Rabu,
masing-masing, walaupun ada salah satu yang dibimbing oleh rohaniawan di
keluarga yang tidak mempunyai alat gereja setempat. Mengenai pendidikan
komunikasi jarak jauh seperti handphone. agama, mereka menyerahkan kepada anak-
Kemudian, keluarga berbeda agama ini anak mereka masing-masing jika kelak
menciptakan rasa bersama terlihat dari sudah dewasa dapat menentukan pilihan
cara mereka berbicara selalu bertutur mereka sendiri dengan penuh tanggung
dengan kalimat “kami sama-sama jawab.
Pendidikan agama dalam keluarga mereka perlu ketahui untuk dapat bertahan
berbeda agama “tidak me ma ksak a n hidup dan tinggal dalam masyarakat yang
kehendak” (supaya agama-keyakinan orang harmonis. Dalam pengertian ini,
tua harus sama dengan anak) dan “semua kebudayaan menjadikan keluarga sebagai
agama baik” (disilahkan memilih menurut institusi sosial untuk mengajarkan orang-
kehendak masing-masing keyakinannya) orang “dalam cara berpikir dan bertindak
kata kunci inilah yang membuat mereka yang terpola dan dapat diprediksi
tidak ada komunikasi yang bergejolak menyangkut kepercayaan, nilai, tingkah
menurut mereka. laku, norma yang mengatur aspek vital dari
Hal tersebut senada seperti yang kehidupan suatu kelompok dan memiliki
diamati oleh Rodrigguez dan Olswang, fungsi sosial.” (Samovar, 2010:70).
“Masyarakat berbeda, diantara maupun di Menyimak penuturan dan penjelasan dari
dalam budaya, konsepsi mereka tentang informan keluarga berbeda agama, yaitu
karakter yang diharapkan dari anak-anak, menegnai pendidikan diserahkan kepada
oleh karena itu, kepercayaan dan nilai individu, sedangkan orang tua hanya
yang dianut oleh orang tua layak berbeda, memberikan ketegasan bahwa jika sudah
karena orangtua mengembangkan karakter mempercayai suatu keyakinan maka harus
anak-anak mereka sesuai dengan apa yang dilaksanakan dengan penuh tanggung
digambarkan dalam budayanya” (Samovar, jawab, artinya lakukan dengan sepenuh
2010: 74). hati.
Peranan keluarga tidak terlepas dari Adapun simbol-simbol yang terdapat
bentuk dan tipenya, memiliki peranan pada keluarga berbeda agama seperti;
yang sama. Peranan ini bertujuan untuk symbol ritual keagamaan; kalung salib,
mengajarkan budaya pada anggota pakaian adat kampret hitam, gambar
keluarga yang baru sejak lahir, tentang apa masjid, gambar gereja, pohon natal,
yang pernak-pernik natal, peralatan salat baik
yang dipakai
Islam Kristen-Katolik
- Ritual: salat lima waktu, salat hari Jumat, - Ritual: pergi ke gereja setiap malam minggu,
puasa bulan Ramadhan, Hari Raya Iedul Fitri - Kadangkala ikut shaum Ramadhan kadang
dan Hari raya Iedul Adha, pengajian di masjid, tidak, namun selalu mempersiapkan sahur dan
bedug untuk menandakan waktu salat buka puasa bagi keluarga yang shaum
Ramadhan.
- Hari besar: tidak ikut perayaan natalan ke - berdoa di gereja (bernyanyi di gereja)
gereja, hanya menghormati dengan empati memakai gamelan
merayakannya. - Ikut merayakan lebaran dengan suami atau
istri pergi bersalaman kepada handai tolan dan
tetangga. Menghadiri jika ada Hari besar Islam
- Pakaian: baju Muslim, baju koko, kopiah haji, - Pakaian: kalung salib, pakaian kampret hitam
untuk jum’atan laki-laki, mukena alat salat (dipakai oleh laki-laki jika ada perkawinan
wanita, sajadah, tasbih, pakaian kampret dalam keluarga), kerudung jika ada yang
hitam bagi laki-laki (jika ada perkawinan dalam undang kepengajian (dipakai oleh perempuan),
keluarga), pakaian Muslim dan kerudung jika atau jika ada yang meninggal
pergi ke pengajian.
- Simbol: gambar masjid, gambar lafaz Allah, - Simbol: gambar salib, pohon cemara (pohon
dan lafaz Muhammad Saw. di gantung di dindingnatal), pernak-pernik untuk perayaan natal,
ruang tamu untuk menandakan saya orang lilin, patung Yesus dan salib, patung Bunda
Islam yang patuh dan taat. Maria, simbol ini adalah lambang kesucian
bahwa Yesus bersama kita, dibingkai, lalu
diletakkan di ruang keluarga, supaya keluarga
lebih mudah mengenalinya dan mencintainya
- Makanan: makanan khas Lebaran “ketupat - Makanan: makanan khas natalan, roti, kue-
Lebaran” dll. disediakan untuk menjamu orang kue dll. diadakan setiap jamuan Hari Natal
yang berlebaran.
- Tanda kedukaan: Bendera dari kertas warna - Tanda kedukaan: Bendera dari kertas warna
kuning untuk pertanda bahwa ada yang kuning untuk pertanda bahwa ada yang
meninggal dunia meninggal dunia
- Memakai pakaian kedukaaan (kerudung) - Memakai pakaian kerudung kedukaan/selendang