Anda di halaman 1dari 64

BAB 2.

MENENTUKAN NILAI VARIABEL PADA PERSAMAAN FUNGSI


KUADRAT

1. Persamaan Kuadrat
Bentuk umum persamaan kuadrat dalam variabel x adalah

dengan .
2. Penyelesaian Persamaan Kuadrat
a. Memfaktorkan
.( x−x 1 ) (x−x 2 )
b. Melengkapkan Kuadrat Sempurna
−1
. x= b ± √¿¿
2
c. Rumus ABC
−b ± √ b2−4 ac
. x 1 ,2=
2a

3. Rumus Jumlah dan Hasil Kali Akar-Akar Persamaan Kuadrat

4. Persamaan Kuadrat Baru dengan Akar-Akar dan .

.
5. Fungsi Kuadrat
Adalah suatu fungsi yang berupa .
Beberapa hal yang perlu diketahui berkaitan dengan persamaan dan fungsi kuadrat adalah:
 Jika , kurva terbuka ke atas.
 Jika , kurva terbuka ke bawah.
 Jika , kurva memotong sumbu x di dua titik yang berbeda.
 Jika , kurva menyinggung sumbu x.
 Jika , kurva tidak memotong dan tidak menyinggung sumbu x.

5.1 Fungsi kuadrat jika grafiknya menyinggung sumbu X di titik dan melalui sebuah titik
tertentu, maka persamaan fungsi kuadratnya adalah

.
5.2 Fungsi kuadrat jika grafiknya memotong sumbu X di titik adalah

5.3 Fungsi kuadrat jika grafiknya melalui titik puncak/balik/ekstrim dan melalui sebuah
titik tertentu, maka persamaan fungsi kuadratnya adalah

.
CONTOH SOAL!!

1. Persamaan kuadrat mempunyai akar r dan s, jika

memiliki akar dan , maka nilai dari adalah…


Jawab:
. untuk r dan s
r + s = 9 dan r.s = 3
2 2
b r +s −2 rs 9 −2.3 25 b 25
. x 2−bx +c untuk r2 dan s2 maka = 2
= 2
= jadi =
c rs 3 3 c 3
A. Bentuk Umum dan Sifat Parabola
Kurva fungsi kuadrat y = f( x ) = ax2 + bx + c, a tidak sama dengan nol ( 0 ) berbentuk
parabola.

Jika nilai a > 0 maka parabola terbuka ke atas dan mempunyai nilai ekstrem
minimum
Jika nilai a < 0 maka parabola terbuka ke bawah dan mempunyai nilai ekstrem
maksimum
Koordinat titik puncak / titik ekstrem / titik stationer / titik balik parabola
adalah ( Xp , Yp ) dengan :

Xp = absis ( x ) titik puncak = sumbu simetri = absis ( x ) saat mencapai nilai


maksimum/minimum
Yp = ordinat ( y ) titik puncak = nilai ekstrem/nilai stationer/nilai maksimum/nilai
minimum
B. Sketsa Grafik Fungsi Kuadrat / Parabola
Langkah-langkah dalam membuat sketsa grafik fungsi kuadrat/parabola ( y = ax2 +
bx + c) :
1. menentukan titik potong grafik dengan sumbu x → y = 0
kemudian difaktorkan sehingga diperoleh akar-akarnya yaitu x1 dan x2 . jika
kesusahan dalam memfaktorkan coba di cek dulu nilai D nya….

jika D < 0 maka fungsi tersebut memang tidak mempunyai akar-akar persamaan
fungsi kuadrat sehingga sketsa grafik fungsi kuadrat tidak memotong sumbu x
jika D > 0 maka fungsi tersebut mempunyai akar-akar persamaan fungsi kuadrat
namun kita kesulitan dalam menentukannya… bisa jadi karena angkanya yang susah
difaktorkan atau faktornya dalam bentuk desimal. Akar-akarnya dapat kita cari
dengan rumus abc :

setelah kita mendapatkan nilai x1 dan x2 maka titik potong grafik fungsi kuadrat
dengan sumbu x :
( x1 , 0 ) dan ( x2 , 0 )
2. menentukan titik potong grafik dengan sumbu y → x = 0karena x = 0 maka y =
c dan titik potong dengan sumbu y = ( 0 , c )
3. menentukan sumbu simetri ( xp ) dan titik ekstrem ( yp )
dari penentuan sumbu simetri ( xp ) dan nilai eksterm ( yp ) diperoleh titik puncak
grafik fungsi kuadrat/parabola : ( Xp , Yp )
Posisi grafik fungsi kuadrat/parabola terhadap sumbu x
mengulang pembahasan mengenai titik potong sumbu x → y = 0 ada 3 kemungkinan :
D > 0 → grafik fungsi kuadrat memotong sumbu x di dua titik
D = 0 → grafik fungsi kuadrat menyinggung sumbu x di satu titik
D < 0 → grafik fungsi kuadrat tidak memotong sumbu x
dengan menggabungkan dengan nilai a nya dapat dibuat sketsa grafik fungsi
kuadrat/parabola :

C. Persamaan Fungsi Kuadrat / Parabola


1. Diketahui tiga titik sembarang

Rumus : y = ax2 + bx + c
nilai a, b dan c ditentukan dengan eliminasi.
2. Parabola memotong sumbu x di dua titik ( x1 , 0 )dan ( x2 , 0 ) dan melalui satu
titik sembarang.

Rumus : y = a ( x – x1 ).( x – x2 )
nilai a ditentukan dengan memasukkan titik sembarang tersebut ke x dan y.

3. Parabola menyinggung sumbu x di satu titik ( x1 , 0 ) dan melalui satu titik


sembarang.

Rumus : y = a ( x – x1 )2
nilai a ditentukan dengan memasukkan titik sembarang tersebut ke x dan y.

4. Parabola melalui titik puncak ( xp , yp ) dan melalui satu titik sembarang.

Rumus : y = a ( x – xp )2 + yp
nilai a ditentukan dengan memasukkan titik sembarang tersebut ke x dan y.
D. Hubungan Kurva Persamaan Kuadrat / Parabola dan Persamaan Garis
Lurus
BAB 2 Fungsi Komposisi dan Fungsi Invers
Fungsi atau pemetaan termasuk ke dalam relasi karena di dalam sebuah1 fungsi dari himpunan A
ke himpunan B terdapat relasi khusus yang memasangkan tiap - tiap anggota yang ada pada
himpunan A dengan tiap - tiap anggota pada himpunan B. Agar bisa menyelesaikan soal - soal
mengenai fungsi komposisi dan invers tentu kita harus memahami dengan baik konsep ataupun
prinsip dasar dari fungsi komposisi dan fungsi invers.

Pengertian Fungsi Komposisi dan Fungsi Invers

Fungsi Komposisi
Dari dua jenis fungsi f(x) dan g(x) kita bisa membentuk sebuah fungsi baru dengan menggunakan
sistem operasi komposisi. Operasi komposisi bisa dilambangkan dengan "o" (komposisi/bundaran),
fungsi baru yang bisa kita bentuk dari f(x) dan g(x) adalah :

(g o f) (x) artinya f dimasukkan ke g


(f o g) (x) artinya g dimasukkan ke f

Contoh Soal 1:
Diketahui f(x) = 3x - 4 dan g(x) = 2x, maka tentukanlah rumus (f o g)(x) dan (g o f)(x) ...

Penyelesaian :
(f o g)(x) = g dimasukkan ke f menggantikan x
= 3(2x) - 4
= 6x - 4

(g o f)(x) = f dimasukkan ke g menggantikan x


= 2(3x - 4)
= 6x - 8

Syarat Fungsi Komposisi


Contoh Soal 2:
Misal fungsi f dan g dinyatakan dalam pasangan terurut :
f = {(-1,4), (1,6), (3,3), (5,5)}
g = {(4,5), (5,1), (6,-1), (7,3)}
Tentukan :
a. f o g d. (f o g) (2)
b. g o f e. (g o f) (1)
c. (f o g) (4) f. (g o f) (4)

Penyelesaian :
Pasangan terurut dari fungsi f dan g bisa digambarkan dengan diagram panah berikut ini :
a. (f o g) = {(4,5), (5,6), (6,4), (7,3)}
b. (g o f) = {(-1,5), (1,-1), (3,3), (5,1)}
c. (f o g) (4) = 5
d. (f o g) (2) = tidak didefinisikan
e. (g o f) (1) = -1

Sifat - Sifat Fungsi Komposisi


Fungsi Komposisi memiliki beberapa sifat, diantaranya :

Tidak Komutatif
(g o f)(x) = (f o g)(x)

Asosiatif
(f o (g o h))(x) = ((f o g) o h)(x))

Fungsi Identitas I(x) = x


(f o I(x) = (I o F)(x) = f(x)

Cara Menentukan Fungsi Bila Fungsi Komposisi dan Fungsi Yang Lain
Diketahui

Misalkan jika fungsi f dan fungsi komposisi (f o g) atau (g o f) telah diketahui maka kita bisa
menentukan fungsi g demikian juga sebaliknya.

Contoh Soal 3 :
Misal fungsi komposisi (f o g)(x) = -4x + 4 dan f(x) = 2x + 2
Tentukan fungsi g(x)!

Penyelesaian :
(f o g) (x) = -4x + 4
f (g (x)) = -4x + 4
2 (g (x)) + 2 = -4x + 4
2 g (x) = -4x + 2
g (x) = -4x + 2
2
g (x) = -2x + 1
Jadi, fungsi g (x) = -2x + 1
Fungsi Invers
Apabila fungsi dari himpunan A ke B dinyatakan dengan f, maka invers dari fungsi f merupakan
sebuah relasi dari himpunan A ke B. Sehingga, fungsi invers dari f : A -> B adalah f-1 :B -> A. Bisa
disimpulkan bahwa daerah hasil dari f-1(x) merupakan daerah asal bagi f(x) begitupun sebaliknya.

Cara Menentukan Fungsi Invers Bila Fungsi f(x) Telah Diketahui :

Pertama
Ubah persamaan y = f (x) menjadi bentuk x sebagai fungsi dari y

Kedua
Hasil perubahan bentuk x sebagai fungsi y itu dinamakan sebagai f-1(y)

Ketiga
Ubah y menjadi x[f-1(y) menjadi f-1(x)]

Contoh Soal :
Bab III Lingkaran
Persamaan Lingkaran

Lingkaran dengan jari-jari r=1, berpusat di (a,b)=(1,2 , 0,5)

Lingkaran adalah tempat kedudukan titik-titik pada bidang yang berjarak sama terhadap suatu titik
tertentu. Titik tertentu itu disebut pusat lingkaran, sedangkan jarak titik terhadap pusat lingkaran
disebut jari-jari lingkaran.

Gambar dibawah ini menunjukkan lingkaran dengan pusat P dan jari-jari r.

A. Persamaan Lingkaran

1. Persamaan lingkaran yang berpusat O (0, 0) dan jari-jari r

Pada lingkaran disamping jari-jari atau r = OP, OQ = x dan PQ = y.

Jarak dari O (0, 0) ke P (x, y) adalah.


Berdasarkan rumus Pythagoras

Jadi persamaan lingkaran dengan pusat O (0, 0) dan jari-jari r adalah x2 + y2 = r2

Contoh :

Tentukan persamaan lingkaran yang berpusat O (0, 0) dan jari-jari 5

Jawab :

2. Persamaan lingkaran yang berpusat P (a, b) dan berjari-jari r

Persamaan lingkaran yang berpusat P(a, b) dan berjari-jari r dapat diperoleh dari
persamaan lingkaran yang berpusat di (0, 0) dan berjari-jari r dengan menggunakan teori pergeseran.
Jika pusat (0, 0) bergeser (a, b) maka titik (x, y) bergeser ke (x + a, y + b).

Kita peroleh persamaan.


Persamaan lingkaran menjadi (x’– a)2 + (y’ – b)2 = r2

Jadi persamaan lingkaran yang berpusat P(a, b) dan berjari-jari r adalah (x- a)2 + (y – b)2 = r2

Contoh 1 :

Tentukan persamaan lingkaran yang berpusat di (3, 2) dan berjari-jari 4

Jawab :

Pusat (3, 2) maka a = 3 dan b = 2

Persamaan lingkaran (x- a)2 + (y – b)2 = r2

(x- 3)2 + (y – 2)2 = 42

(x- 3)2 + (y – 2)2 = 16

Contoh 2 :

Tentukan persamaan lingkaran berpusat di titik P(2, 3) yang melalui Q(5, -1)

Jawab :

Pusat (2, 3) maka a = 2 dan b = 3

Persamaan lingkaran (x- a)2 + (y – b)2 = r2

(x- 2)2 + (y – 3)2 = 252

B. Bentuk umum persamaan lingkaran

Persamaan lingkaran yang berpusat P(a, b) dan berjari-jari r adalah

(x- a)2 + (y – b)2 = r2

x2 – 2ax + a2 + y2 – 2by + b2 = r2

x2+ y2 – 2ax – 2by + a2+ b2– r2 = 0 atau x2+ y2 + Ax + By + a2+ b2+ C= 0


Jadi bentuk umum persamaan lingkaran x2+ y2 + Ax + By + a2+ b2+ C= 0

Contoh :

Tentukan pusat dan jari-jari lingkaran x2+ y2 – 4x +2y – 20= 0

Jawab :

A = -4, B = 2, dan C = -20

B. Kedudukan Titik dan Garis Pada Lingkaran

Kedudukan Titik Pada Lingkaran

Letak K (m,n) terhadap X2+Y2 +Ax + By +C= 0 , ditentukan oleh nilai kuasa titik tersebut terhadap
lingkaran

nilai kuasa K = m2+n2 +Am + Bn +C,

 K ˂ 0 didalam lingkaran
 K = 0 di lingkran
 K ˃ 0 di luar lingkaran
Contoh 1:
Tentukan kedudukan titik-titik berikut terhadap lingkaran X2+y2 -8x -10y +16 =0 dan gambarlah

b L(7,9), c M(10,5), d N(1,7)


Jawaban:

a. L(7,9) K = (7)2+92 -8.(7) -10.9 +16 = 0, K = 0, pada lingkaran

b. M(10,5) K = (10)2+52 -8.(10) -10.5 +16 = 11, K > 0, diluar lingkaran

c. N(1,7) K = 12+72 -8.(1) -10.7 +16 = -12, K < 0, didalam lingkaran

KEDUDUKAN GARIS PADA LINGKARAN

Untuk mengetahui kedudukan/ posisi sebuah garis terhadap lingkaran, substitusikan garis terhadap
lingkaran sehingga didapatkan bentuk ax2+bx+c=0.

Lihat diskriminannya:

Jika

 D<0, berarti garis berada di luar lingkaran (tidak memotong lingkaran)


 D=0, berarti garis menyinggung lingkaran
 D>0, berarti garis memotong lingkaran di 2 titik berbeda.
Contoh 1:

 Tentukan posisi garis:


 terhadap lingkaran
Jawab:

Karena , maka garis berada di luar lingkaran.


C. Persamaan Garis Singgung Lingkaran

Jika persamaan lingkaran , maka persamaan garis


singgungnya:Persamaan garis singgung untuk suatu titik (x1,y1) yang
terletak pada lingkaran

 Jika persamaan lingkaran , maka persamaan


garis singgungnya:

 Jika persamaan lingkaran berbentuk , maka


persamaan garis singgungnya:

Persamaan lingkaran dapat juga diubah


menjadi dengan kuadrat sempurna, sehingga
rumus yang harus dihafalkan jadi lebih sedikit.

Rumus:

atau

Jika diketahui titik


Jika diketahui gradien

Contoh soal :

Soal No. 1
Diberikan persamaan lingkaran:

L ≡ x2 + y2 = 25.

Tentukan persamaan garis singgung lingkaran yang memiliki titik singgung di (−4, 3).
Pembahasan
Menentukan garis singgung pada suatu lingkaran yang pusatnya di (0, 0) dan diketahui titik
singgungnya.

Lingkaran L ≡ x2 + y2 = r2
Titik singgung (x1, y1)
Persamaan garis singgungnya adalah:

Dengan x1 = − 4 dan y1 = 3, persamaan garisnya:


−4x + 3y = 25
3y −4x − 25 = 0

Soal No. 2
Persamaan garis singgung pada lingkaran x2 + y2 = 13 yang melalui titik (3, −2) adalah....
A. 2x − 3y = −13
B. 2x − 3y = 13
C. 3x − 2y = − 14
D. 3x − 2y = 13
E. 3x + 2y = 13
(Garis singgung lingkaran - uan 2002)

Pembahasan
Titik yang diberikan adalah (3, −2), dan belum diketahui posisinya pada lingkaran, apakah di
dalam, di luar atau pada lingkaran. Cek terlebih dahulu,
(3, −2) → x2 + y2
= 32 + (−2)2 = 9 + 4
= 13

Hasilnya ternyata sama dengan 13 juga, jadi titik (3, −2) merupakan titik singgung. Seperti nomor
1:

Soal No. 3
Diberikan persamaan lingkaran L ≡ x2 + y2 = 25. Tentukan persamaan garis singgung pada lingkaran
tersebut yang memiliki gradien sebesar 3.

Pembahasan
Menentukan persamaan garis singgung pada lingkaran yang pusatnya di (0, 0) dengan diketahui
gradien garis singgungnya.
Soal No. 4
Salah satu persamaan garis singgung lingkaran x2 + y2 = 25 yang tegak lurus garis 2y − x + 3 = 0
adalah....
A. y = −1/2 x + 5/2√5
B. y = 1/2 x − 5/2√5
C. y = 2x − 5
D. y = −2x + 5√5
E. y = 2x + 5
(Garis singgung Lingkaran - un 2005)

Pembahasan
Garis 2y − x + 3 = 0 memiliki gradien sebesar 1/2. Garis lain yang tegak lurus dengan garis ini harus
memiliki gradien − 2. Ingat pelajaran SMP 8, jika dua garis saling tegak lurus maka berlaku
m1 ⋅ m2 = − 1

Sehingga persamaan garis singgung di lingkaran x2 + y2 = 25 yang memiliki gradien −2 adalah:

Jadi persamaan garis singgungnya bisa y = −2x + 5√5 bisa juga y = −2x − 5√5,

Soal No. 5
Diberikan persamaan lingkaran:

L ≡ (x − 2)2 + (y + 3)2 = 25

Tentukan persamaan garis singgung lingkaran dengan titik singgung pada (5, 1).

Pembahasan
Persamaan garis singgung pada lingkaran:
L ≡ (x − a)2 + (y − b)2 = r2
pada titik singgung (x1, y1)

dengan
a = 2 dan b = −3 dan r2 = 25
maka persamaan garisnya
BAB 6 LOGIKA MATEMATIKA

Logika matematika merupakan salah satu materi pelajaran matematika yang merupakan gabungan dari
ilmu logika dan ilmu matematika.

1. Pernyataan
Pernyataan yaitu kalimat yang mempunyi nilai benar atau salah, tetapi dengan pernyataan
keduanya (Benar-salah). Sebuah kalimat tidak dapat ditentukan sebagai pernyataan apabila kita tidak
bisa menentukan kebenaran atau kesalahan dan bersifat relatif. Dalam logika matematika terdapat dua
jenis pernyataan, yaitu pernyataan tertutup dan pernyataan terbuka.

Pernyataan tertutup adalah kalimat pernyataan yang sudah bisa dipastikan nilai benar/salah nya.
pernyataan terbuka adalah kalimat pernyataan yang belum dapat dipastikan nilai benar/salah nya.

Contoh :

 2 X 4 = 8 (Sudah pasti benar / Pernyataan tertutup)


 15 : 5 = 5 (Sudah pasti salah / Pernyataan tertutup)
 Gula putih rasanya manis (Harus dibuktikan dahulu / Pernyataan terbuka)
 Jarak antara Bogor dan Bekasi adalah dekat (Pernyataan relatif)

2. Negasi
Negasi atau Ingkaran merupakan pernyataan yang isinya mengingkari pernyataan atau berisi kalimat
sangakalan, negasi biasanya dibentuk dengan cara menambahkan kata “tidak benar bahwa” pada awal
kalimatnya atau memberikan simbol ” ~” pada awal pernyataannya.

Contoh:

 Pernyataan 1
o Bumi itu Bulat
 Pernyataan 2
o Tidak benar bahwa Bumi itu bulat.

3. Konjungsi
Konjungsi yaitu pernyataan majemuk yang dihubungkan dengan kata hubung “dan” atau disimbolkan
dengan “^”. Pernyataan konjungsi hanya memiliki nilai benar jika kedua pernyataan di dalamnya bernilai
benar. Jika salah satu pernyataan bernilai salah, maka pernyataan konjungsi juga bernilai salah.
4. Disjungsi
Disjungsi adalah pernyatan majemuk yang dihubungkan dengan kata “atau” yang disimbolkan
dengan “V” . Disjungsi merupakan kebalikan dari konjungsi. Pernyataan disjungsi hanya akan bernilai
salah jika kedua pernyataan yang terdapat didalamnya bernilai salah. Jika salah satu pernyataan bernilai
benar, maka pernyataan disjungsi juga bernilai benar.

Perhatikan tabel dibawah ini.

5. Implikasi
Implikasi yaitu pernyataan majemuk yang diawali dengan kata jika dan dihubungkan dengan kata
hubung“maka” yang disimbolkan dengan “=>”. Misal “p => q” dibaca “p maka q”.

Perhatikan tabel dibawah ini

6. Biimplikasi
Biimplikasi yaitu bentuk kompleks sari implikasi yang berarti “jika dan hanya jika” yang disimbolkan
dengan “<=>”. Misal p <=> q dibaca “p jika dan hanya jika q”.

Perhatikan tabel dibawah ini.


7. Ekuivalensi Pernyataan Majemuk
Ekuivalensi pernyataan majemuk yaitu persesuaian yang bisa diterapkan dalam konsep-taan majemuk
yang telah dijelaskan diatas, dengan metode ini kita dapat mengetahui negasi dari konjungsi, disjungsi,
implikasi dan juga biimplikasi. Konsep ekuivalensi dinyatakan dalam rumus-rumus tertentu, seperti rumus
berikut ini.

8. Konvers
Konvers merupakan kebalikan dari implikasi yaitu ditandai dengan pertukaran letak. Misalkan “p => q” ,
maka koners nya adalah “q => p”.

9. Invers
Invers adalah lawan dari implikasi. Dalam invers, pernyataan yang terdapat pada pernyataan majemuk
merupakan negasi dari pernyataan pada implikasi. Misal p => q, maka inversnya adalah ” ~p => ~q”

10. Kontraposisi
Sementara kontraposisi merupakan kebalikan daripada invers sama halnya dengan konvers, hanya
pernyataan majemuknya merupakan negasi atau ingkaran. Misalkan invers “~p => ~q” . Maka
kontraposisi nya adalah “~q => ~p”

11. Kuantor Pernyataan


Pernyataan kuantor yaitu bentuk pernyataan yang didalamnya terdapat konsep kuantitas. terdapat dua
jenis kuantor, yaitu kuantor universal dan kuantor eksistensial.

 Kuantor universal digunakan dalam pernyataan yang menggunakan konsep setiap atau semua

 Kuantor eksistensial digunakan dalam pernyataan yang mengandung konsep ada, sebagian,
beberapa, atau terdapat.
12. Ingkaran dari pernyataan berkuantor
Pernyataan berkuantor memiliki negasi atau ingkaran. Negasi dari berkuantor universal adalah kuantor
eksistensial begitu juga sebaliknya. Perhatikan contoh berikut.

 p : beberapa mahasiswa memiliki semangat belajar yang tinggi


 ∼p : semua mahasiswa tidak memiliki semangat belajar yang tinggi

13. Penarikan Kesimpulan


Kesimpulan dapat dilakukan dari beberapa pernyataan yang diketahui nilai kebenarnya yang disebut
premis. Kemudian dengan menggunakan prinsip-prinsip yang ada diperoleh pernyataan yang baru yang
disebut kesimpulan/konklusi yang diturunkan dari premis yang ada. Penarikan kesimpulan seperti itu
sering disebut dengan argumentasi. Suatu argumentasi dikatakan sah Jika premis-premisnya benar
maka konklusinya juga benar. Terdapat 3 metode dalam penarikan kesimpulan, yaitu : Modus ponens,
Modus Tolens, dan Silogisme.

Perhatikan Contoh Berikut.

 Modus ponens

Premis 1 : p→q
premis 2 : p (modusponens)
__________________
Kesimpulan : q

Arti Modus Ponens adalah “jika diketahui p → q dan p, maka bisa ditarik kesimpulan q“.

sebagai contoh :

premis 1 :Jika paman datang ke desa adik akan merasa senang


premis 2 :Paman tidak datang
__________________
Kesimpulan : Adik tidak merasa senang

 Modus Tollens

premis 1 : p →q
premis 2 : ~q ( modus tollens)
__________________
Kesimpulan: ~p

Modus Tollens berarti “jika diketahu p → q dan ~q, maka bisa ditarik kesimpulan ~p“.

sebagai contoh :

premis 1 : Jika hari hujan, maka aku memakai payung


premis 2 : Aku memakai payung
___________________
Kesimpulan : Hari hujan
 Silogisme

premis 1 : p→q
premis 2 : q → r ( silogisme)
_________________
Kesimpulan: p →r

Silogisme berarti “jika diketahu p → q dan q→r, maka bisa ditarik kesimpulan p→r“.

sebagai contoh :

Premis 1 : Jika harga BBM naik, maka harga bahan pokok naik.
Premis 2 : Jika harga bahan pokok naik maka semua orang tidak senang.
__________________________________________________
Kesimpulan: Jika harga BBM naik, maka semua orang tidak senang.
BAB 7 DIMENSI TIGA

Kedudukan Titik, Garis, dan Bidang Dalam Ruang

A. Titik

Sebuah hanya dapat ditentukan oleh letaknya, tetapi tidak memiliki ukuran (besaran)
sehingga dapat dikatakan titik tidak berdimensi. Sebuah titik dilukiskan dengan tanda
noktah dan diberi huruf kapital..

B. Garis

Garis hanya mempunyai ukuran panjang tetapi tidak mempunyai ukuran lebar. Garis
merupakan himpunan titik - titik yang hanya memiliki ukuran panjang, sehingga dikatakan
garis berdimensi satu..

C. Bidang

Bidang merupakan himpunan titik - titik yang memiliki ukuran panjang dan luas, sehingga
dapat dikatakan bidang berdimensi dua..

D. Aksioma Garis dan Bidang

Aksioma/postulat adalah pernyataan yang diandaikan benar dalam sebuah sistem dan
kebenaran itu diterima tanpa pembuktian..

1. Melalui sebuah titik sebarang yang tidak berimpit hanya dapat dibuat sebuah garis
lurus
2. Jika sebuah garis dan sebuah bidang memiliki dua titik persekutuan, maka garis itu
seluruhnya terletak pada bidang
3. Melalui tiga buah titik sebarang tidak segaris hanya dapat dibuat sebuah bidang

Berdasarkan aksioma - aksioma ini dapat diturunkan dalil - dalil untuk menentukan sebuah
bidang :

d. Sebuah bidang ditentukan oleh tiga titik sebarang yang tidak segaris
e. Sebuah bidang ditentukan oleh sebuah garis dan sebuah titik (titik terletak di luar
garis)
f. Sebuah bidang ditentukan oleh dua buah garis berpotongan
g. Sebuah bidang ditentukan oleh dua buah garis sejajar

Kedudukan Titik Terhadap Garis dan Titik Terhadap Bidang


A. Titik Terletak pada Garis

Sebuah titik dikatakan terletak pada garis, jika titik tersebut dapat dilalui oleh garis

B. Titik di Luar Garis

Sebuah titik dikatakan berada di luar garis, jika titik tersebut tidak dapat dilalui oleh garis

C. Titik Terletak pada Bidang

Sebuah titik dikatakan terletak pada bidang α, jika titik tersebut dapat dilalui oleh bidang
α

D. Titik di Luar Bidang

Sebuah titik dikatakan berada di luar bidang α, jika titik tersebut tidak dapat dilalui oleh
bidang α

Kedudukan Garis Terhadap Garis Lain

A. Dua Garis Berpotongan

Dua buah garis dikatakan berpotongan, jika kedua garis itu terletak pada sebuah bidang
dan memiliki sebuah titik persekutuan. Titik persekutuan ini disebut titik potong. Jika dua
buah garis berpotongan pada lebih dari satu titik potong, maka kedua garis ini dikatakan
berimpit

B. Dua Garis Sejajar

Dua buah garis dikatakan sejajar, jika kedua garis itu terletak pada sebuah bidang dan
tidak memiliki satupun titik persekutuan

C. Dua garis bersilangan


Dua buah garis dikatakan bersilangan (tidak berpotongan dan tidak sejajar) jika kedua
garis itu tidak terletak pada sebuah bidang.

D. Aksioma Dua Garis Sejajar

Melalui sebuah titik yang berada di luar sebuah garis tertentu hanya dapat dibuat sebuah
garis yang sejajar dengan garis tertentu.
Dalil tentang dua garis sejajar :

1. Jika garis a sejajar dengan garis b dan garis b sejajar dengan garis c, maka garis a
sejajar dengan garis c..
2. Jika garis a sejajar garis b dan memotong garis c, garis b sejajar garis a dan juga
memotong garis c, maka garis - garis a,b, dan c terletak pada sebuah bidang.
3. Jika garis a sejajar dengan garis b dan garis b menembus bidang, maka garis a juga
menembus bidang.

Kedudukan Garis Terhadap Bidang

A. Garis Terletak pada Bidang

Sebuah garis dikatakan terletak pada bidang, jika garis dan bidang itu sekurang -
kurangnya memiliki dua titik persekutuan.

B. Garis Sejajar Bidang

Sebuah garis dikatakan sejajar bidang, jika garis dan bidang itu tidak memiliki satupun
titik persekutuan.

C. Garis Memotong atau Menembus Bidang

Sebuah garis dikatakan memotong atau menembus bidang, jika garis tersebut dan bidang
hanya memiliki sebuah titik persekutuan. Titik persekutuan ini dinamakan titik potong atau
titik tembus..
Sebagai contoh, perhatikan gambar kubus ABCD.EFGH di bawah ini :

a. Rusuk - rusuk kubus yang terletak pada bidang α adalah rusuk - rusuk EF, EH, FG,
dan GH
b. Rusuk - rusuk kubus yang sejajar dengan bidang α adalah rusuk - rusuk AB, AD, BC,
dan CD
c. Rusuk - rusuk kubus yang memotong atau menembus bidang α adalah rusuk - rusuk
AE, BF, CG, dan DH

Dalil - Dalil Garis Sejajar Bidang

d. Jika garis g sejajar dengan garis h dan garis h terletak pada bidang α, maka garis g
sejajar dengan bidang α
e. Jika bidang α melalui garis g dan garis g sejajar terhadap bidang β, maka garis
potong antara bidang α dengan bidang β akan sejajar terhadap garis g
f. Jika garis g sejajar dengan garis h dan garis h sejajar terhadap bidang α, maka
garis g sejajar terhadap bidang α
g. Jika bidang α dan bidang β berpotongan dan masing - masing sejajar terhadap garis
g maka garis potong antara bidang α dan bidang &beta akan sejajar dengan garis
g..
Titik Tembus Garis dan Bidang yang Berpotongan

1. Buat bidang β melalui garis g


2. Tentukan garis potong abtara bidang α dan β, yaitu garis (α, β)
3. Titik potong gartis g dengan garis (α, β) adalah titik tembusnya adalah titik T

Kedudukan Bidang Terhadap Bidang Lain

A. Dua bidang Berimpit

Bidang α dan β dikatakan berimpit, jika setiap titik yang terletak pada bidang &alpha juga
terletakpada bidang β

B. Dua Bidang Sejajar

Bidang α dan β dikatakan sejajar, jika kedua bidang itu tidak memiliki satupun titik
persekutuan..

C. Dua Bidang Berpotongan

Bidang α dan β dikatakan berpotongan, jika kedua bidang itu tepat memiliki tepat sebuah
garis persekutuan..
D. Tiga Bidang Berpotongan

JIka tiga buah bidang berpotongan dan memiliki tiga buah garis persekutuan, maka
kemungkinan kedudukan dari ketiga garis persekutuan itu adalah berimpit, sejajar, atau
melalui sebuah titik..

Jarak dari Titik ke Titik, Titik ke Garis, dan Titik ke Bidang

1. Jarak antara Titik dan Titik

Jarak antara titik P dan Q adalah panjang ruas garis PQ

2. Jarak antara Titik dan Garis

Jarak antara titik P dan garis q ditentukan dengan cara menarik garis dari titik P tegak
lurus garis q, maka garis PP' adalah jarak antara titik P dan garis q, kemudian untuk
memudahkan penghitungan kita buat bentuk segitiga. Apabila segitiga yang terjadi
berbentuk segitiga sebarang maka penyelesaiannya bisa kita gunakan aturan cosinus,
aturan sinus, atau perbandingan sudut trigonometri yang berelasi..

3. Jarak antara Titik dan Bidang


Jarak antara titik P dengan bidang α adalah panjang ruas garis PP', dengan P' merupakan
proyeksi titk P pada bidang α.

Jarak dari Garis ke Garis, Garis ke Bidang, dan Bidang ke Bidang

1. Jarak dua garis bersilangan

Jarak garis BC dan AH adalah garis AB (lihat gambar di samping )

Pada gambar diatas mencari jarak


antara garis BE dan CF, kemudian dibuat bidang yang dilalui oleh kedua garis tadi, jarak
dua bidang yang sejajar itu merupakan jarak antara garis BE dengan CF ( garis PQ )

2. Jarak dua garis sejajar


Pada gambar di atas mencari jarak
antara 2 garis yang sejajar yaitu EH dengan BC, karena kedua garis itu sejajar maka dapat
dibuat sebuah bidang yang melalui kedua garis itu, jarak kedua garis itu adalah garis BE
atau CH

3. Jarak garis dan bidang yang sejajar

Gambar diatas, mencari jarak dari garis AE


ke bidang DBFH yang sejajar, dibuat bidang yang melalui garis AE dimana bidang tersebut
juga memotong tegak lurus bidang DBFH, dari garis persekutuan antara dua bidang ditarik
garis tegak lurus AE..

4. Jarak dua bidang yang sejajar

Jarak antara bidang α dan β yang sejajar dalah jarak sebarang titik A pada bidang α dan A'
pada bidang β, dimana A' adalah proyeksi titik A pada bidang β

A = sebarang titik pada bidang α


A' = proyeksi titik A pada bidang β
AA' = jarak antara bidang &alpha dan beta;
Menghitung Sudut Ruang

1. Sudut antara dua garis berpotongan


Dua garis dikatakan berpotongan,maka dua garis tersebut berada dalam bidang yang sama.
Maka menentukan sudut dua garis yang berpotongan sama seperti menentukan sudut
berpotongan pada bidang datar..

2. Sudut antara dua garis bersilangan

Dua garis dikatakan bersilangan, maka dua garis tersebut berada dalam bidang yang
berlainan. Maka menentukan sudut dua garis yang bersilangan dengan cara menggeser
salah satu garis atau keduanya sehingga keduanya terletak pada bidang yang sama. Sudut
yang terbentuk setelah pergeseran adalah sudut antara dua garis bersilangan yang
dimaksud..

Gambar di atas cara menentukan besar


sudut antara dua garis yang bersilangan DE dan HF..

3. Sudut antara garis dan bidang

Jika suatu garis tidak tegak lurus pada bidang, maka sudut antara garis dan bidang adalah
sudut lancip yang dibentuk oleh garis dan proyeksi garis tersebut pada bidang...

P'Q = proyeksi garis PQ pada bidang

4. Sudut antara dua bidang

Sudut antara dua bidang yang berpotongan adalah sudut yang dibentuk oleh dua garis yang
berpotongan, garis - garis itu tegak lurus terhadap garis potong antara kedua bidang
tersebut...
Gambar diatas menunjukkan sudut antara bidang TBA
dengan bidang ABC...
Latihan Soal dan Pembahasannya

1. Lukislah suatu bidang α yang melalui titk - titik A,B, dan C

Jawab :

2. Diketahui garis α menembus bidang α dan β di titik A dan B. Titik C pada bidang β dan
garis b pada bidang α. Lukislah sebuah garis x yang melalui titik C dan memotong garis a
dan b...
3. Diketahui kubus ABCD.EFGH dengan panjang rusuk a cm. Jika S merupakan proyeksi titik C
pada AFH maka jarak titik A ke titik S adalah..

Jawab :

4. Diketahui kubus ABCD.EFGH dengan luas permukaannya adalah 216 dm² . Jarak diagonal
ruang BH dan diagonal sisi AC adalah...

Jawab :
Jarak garis BH dengan garis AC sama dengan yz lihat gambar di bawah ini :

5. Diberikan kubus ABCD.EFGH dengan panjang diagonal ruangnya 12√3 cm. Jarak bidang CFH
dan bidang BDE adalah...

Jawab :

Lihat gambar di atas jarak kedua bidang sama dengan jarak titik x dan y (xy)..
6. Diketahui bidang empat T.ABC, TA = TB = 5, TC = 2, CA = CB = 4, AB = 6. Jika α adalah
sudut antara garis TC dan bidang TAB, maka cos α adalah....

Jawab :

7. Diketahui bidang empat T.ABC. Bidang - bidang TAB. TAC, dan ABC saling tegak lurus. Jika
TA = 3, AB = AC = √3, danα adalah sudut antara bidang ABC dan bidang TBC, maka sin α
sama dengan....
8. Dalam kubus ABCD.EFGH, jika θ adalah sudut antara bidang AHF dan CHF, maka cos θ sama
dengan...
Bab 8 Transformasi
TRANSFORMASI GEOMETRI

Transformasi merupakan suatu pemetaan titik pada suatu bidang ke himpunan titik pada bidang yang
sama. Jenis-jenis dari transformasi yang dapat dilakukan antara lain :

1. Translasi (Pergeseran)
2. Refleksi(Pencerminan)
3. Rotasi(Perputaran)
4. Dilatasi(Penskalaan)
Berikut ini ilustrasinya :

TRANSLASI / PERGESERAN
Berdasarkan gambar di atas, segitiga ABC yang mempunyai koordinat A(3, 9), B(3, 3), C(6, 3)
ditranslasikan:

Berdasarkan penjelasan diatas, maka untuk mencari nilai translasi dapat digunakan rumus sebagai
berikut :

dimana :

 a menyatakan pergeseran horizontal (kekanan+, kekiri-)


 b menyatakan pergeseran vertikal (keatas+,kebawah-)

Contoh Soal :

Soal No. 1
a) Tentukan bayangan dari titik A (2, 3) oleh translasi T = (7, 8)

b) Tentukan bayangan dari

titik A (5, 10) oleh translasi

c) Tentukan bayangan dari titik A (1, 2) oleh translasi T = (1, 2) dilanjutkan oleh translasi U = (3,4)

Pembahasan
Bayangan dari titik A oleh suatu transformasi namakan A’ Dua model yang biasa dipakai sebagai
berikut:
Hasilnya akan sama saja, hanya sedikit beda cara penulisan, sehingga:

a) Bayangan dari titik A (2, 3) oleh translasi T = (7, 8)

b) Bayangan dari titik A (5, 10) oleh translasi

c) Bayangan dari titik A (1, 2) oleh translasi T = (1, 2) dilanjutkan oleh translasi U = (3, 4)

Soal No. 2
Disediakan suatu persamaan garis lurus
Y = 3x + 5
Tentukan persamaan garis lurus yang dihasilkan oleh translasi T = (2, 1)

Pembahasan
Ada beberapa cara diantaranya:
Cara pertama:
Posisi titik (x, y) oleh translasi T = (2, 1) adalah:
x’ = x + 2 → x = x’ – 2
y’ = y + 1 → y = y’ – 1

Masukkan nilai x dan y yang baru ke persamaan asal


y = 3x + 5
(y’ – 1 ) = 3(x’ – 2) + 5
Tinggal selesaikan, ubah lambang y’ dan x’ ke y dan x lagi:
y – 1 = 3x – 6 + 5
y = 3x – 6 + 5 + 1
y = 3x
REFLEKSI / PENCERMINAN

Segitiga ABC dengan koordinat A(3, 9), B(3, 3), C(6, 3) dicerminkan:

 terhadap sumbu Y menjadi segitiga A2B2C2 dengan koordinat A2(-3, 9), B2(-3, 3), C2(-6, 3)
 terhadap sumbu X menjadi segitiga A3B3C3 dengan koordinat A3(3, -9), B3(3, -3), C3(6, -3)
 terhadap titik (0, 0) menjadi segitiga A4B4C4 dengan koordinat A4(-3, -9), B4(-3, -3), C4(-6, -3)

Segitiga ABC dengan koordinat A(3, 9), B(3, 3), C(6, 3) dicerminkan:

 terhadap garis x = -2 menjadi segitiga A5B5C5 dengan koordinat A5(-7, 9), B5(-7, 3), C5(-10, 3)
 terhadap sumbu y = 1 menjadi segitiga A6B6C6 dengan koordinat A6(3, -7), B6(3, -1), C6(6, -1)
Segitiga PQR dengan koordinat P(6, 4), Q(6, 1), R(10, 1) dicerminkan:

 terhadap garis y = x menjadi segitiga P2Q2R2 dengan koordinat P2(4, 6), Q2(1, 6), R2(1, 10)
 terhadap garis y = -x menjadi segitiga P3Q3R3 dengan koordinat P3(-4, -6), Q3(-1, -6), R3(-1,10)

Berdasarkan penjelasan diatas dapat dirumuskan :


Pencerminan terhadap garis x = a atau y = b

Pencerminan terhadap sumbu x atau sumbu y

Pencerminan terhadap titik (0, 0)


Pencerminan terhadap garis y = x atau y = –x

Pencerminan terhadap garis y = mx + c

Jika m = tan θ maka:

Contoh Soal :
2.) Titik A memiliki koordinat (3, 5). Tentukan koordinat hasil pencerminan titik A:
a) Terhadap garis x = 10
b) Terhadap garis y = 8

Pembahasan
Pencerminan sebuah titik terhadap garis x = h atau y = k
a) Terhadap garis x = 10
x=h
(a, b) ----------> (2h − a, b)

x=h
(3, 5) ----------> ( 2(10) − 3, 5) = (17, 5)

b) Terhadap garis y = 8
y=k
(a, b) ----------> (a, 2k − b)

y=k
(3, 5) ----------> ( 3, 2(8) − 5) = (3, 11)
3.) Titik A memiliki koordinat (3, 5). Tentukan koordinat hasil pencerminan titik A:
a) Terhadap garis y = x
b) Terhadap garis y = − x

Pembahasan
a) Terhadap garis y = x
y=x
(a, b) ----------> ( b, a)

y=x
(3, 5) ----------> (5, 3)

b) Terhadap garis y = − x
y=−x
(a, b) ----------> ( − b, − a)

y=−x
(3, 5) ----------> (− 5, − 3)

ROTASI / PERPUTARAN

Rotasi Matriks perubahan titik perubahan fungsi

0 -1
½ (x,y)(-y,x) F(x,y) = 0F(y,-x) = 0
1 -0 

-1 0
 (x,y) (-x,-y) F(x,y) = 0F(-x,-y) = 0
1 -1 

0 -1
3/2  (x,y) (y,-x) F(x,y) = 0 F(-y,x) = 0
-1 0 

 cos -sin (x,y)  (x cos - y sinq, x sin  + y cos )


sin cos  F(x,y) = 0 F(x cos  + y sin , -x sin  + y cos ) = 0

Untuk rotasi searah jarum jam, sudut diberi tanda negatif (–)

Untuk rotasi berlawanan arah jarum jam, sudut diberi tanda positif (+)

Segitiga ABC dengan koordinat A(3, 9), B(3, 3), C(6, 3) dirotasi:

 +90° atau –270° dengan pusat rotasi O(0, 0) menjadi segitiga A2B2C2 dengan koordinat A2(-9,
3), B2(-3, 3), C2(-3, 6)
 +270° atau –90° dengan pusat rotasi O(0, 0) menjadi segitiga A3B3C3 dengan koordinat A2(9, -
3), B2(3, -3), C2(3, -6)
 +180° atau –180° dengan pusat rotasi O(0, 0) menjadi segitiga A4B4C4 dengan koordinat A4(-3,
-9), B4(-3, -3), C4(-6, -3)
Berdasarkan penjelasan diatas, maka rotasi dapat dirumuskan sebagai berikut :

Rotasi sejauh θ dengan pusat (a, b)


Rumus praktis untuk rotasi dengan pusat rotasi O(0, 0):

Contoh Soal :

1.) Titik P (6√2, 10√2) diputar dengan arah berlawanan jarum jam sejauh 45°
menghasilkan titik P'. Tentukan koordinat dari titik P'.

Pembahasan
Rotasi sebuah titik dengan sudut sebesar α

Sehingga:

Catatan:
sudut α positif → berlawanan arah jarum jam
sudut α negatif → searah jarum jam
sudut α negatif → searah jarum jam

DILATASI / PENSKALAAN
Segitiga ABC dengan koordinat A(3, 9), B(3, 3), C(6, 3) didilatasi:

 dengan faktor skala k = 1/3 dan pusat dilatasi O(0, 0) menjadi segitiga A2B2C2 dengan koordinat
A2(1, 3), B2(1, 1), C2(2, 1)
 dengan faktor skala k = 2 dan pusat dilatasi O(0, 0) menjadi segitiga A3B3C3 dengan koordinat
A3(6, 18), B3(6, 6), C3(12, 6)
Untuk nilai k negatif, arah bayangan berlawanan dengan arah aslinya.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat dirumuskan :

Dilatasi dengan pusat (a, b) dan faktor skala k

Rumus praktis dilatasi dengan faktor skala k dan pusat dilatasi O(0, 0):
Contoh soal:

1. Tentukan bayangan persegi panjang ABCD dengan

A(2,2) , B(-2,2) , C(-2,-2) dan D(2,-2)

jika dilakukan transformasi Dilatasi pusat O dan skala 3 adalah....

jawab :

Jadi hasilnya A'(6,6) , B'(-6,6) , C'(-6,-6) dan D'(6,-6)

2. Bayangan garis x - y - 3 = 0 oleh D(O,4) adalah.....

Jawab :

Transformasinya adalah Dilatasi dengan pusat O(0,0) dan skala 4

dengan menghilangkan tanda aksen dan mengalikan dengan 4 maka

bayangan / peta / hasilnya adalah x - y - 12 = 0

Bagaimana jika mendilatasikan dengan pusat di suatu titik yang

bukan titik O(0,0) misal A(p,q) dan faktor skala k ....???

maka bentuk operasinya menjadi :

atau dapat ditulis :

k.(x-p) = x' - p dan k.(y-q) = y' – q


3. Bayangan titik W(2,6) oleh dilatasi dengan pusat (2,-1) dan faktor
skala -2 adalah ......

Jawab :

-2(2-2) = x' - 2 maka x' = 2

-2(6+1) = y' +1 maka y' = - 15

jadi bayangannya W'(2,-15)

4. Bayangan garis y = x - 3 karena dilatasi faktor skala 4

dengan pusat A(1,2) adalah .....

Jawab :

atau dapat ditulis menjadi

sehingga bayangannya adalah :

atau ditulis y = x + 15 atau x - y + 15 = 0

Transformasi dengan Matriks Transformasi Tertentu

KOMPOSISI TRANSFORMASI

merupakan gabungan dari beberapa transformasi. Misalnya kita mempunyai transformasi T1 akan
dilanjutkan ke T2 maka ditulis T2oT1.

BAB 9 PELUANG
A. KAIDAH PENCACAHAN

1. Aturan Pengisian Tempat

Andi diundang menghadiri acara ulang tahun temannya. Andi mempunyai tiga buah
baju dua buah celana.
Baju : Merah, Kuning, Ungu
Celana : Hitam, Biru
Ada berapa cara Andi dapat mamasang-masangkan baju dan celananya?
Penyelesaian:
Banyaknya pasangan celana dan baju yang dapat dipakai Andi ada 6 yaitu:
{(hitam, kuning), (hitam, merah), (hitam, ungu),(biru, kuning), (biru, merah), (biru, ungu)}

2. Faktorial
Definisi:

n! = 1 × 2 × 3 × …× (n – 2) × (n – 1) × n atau

n! = n × (n – 1) × (n – 2) × … × 3 × 2 × 1

1! = 1 dan 0! = 1

Untuk lebih memahami tentang faktorial, perhatikan contoh berikut.


1. 6! = 6 × 5 × 4 × 3 × 2 × 1 = 720

2. 3! × 2 ! = 3 × 2 × 1 × 2 × 1 = 6 × 2 = 12

7! 7×6×5×4×3×2×1
3. —— = ———————— = 7 × 6 × 5 = 210
4! 4×3×2×1

3. Permutasi
Dari 5 orang calon pengurus akan dipilih 3 orang untuk menempati posisi sebagai
ketua, sekretaris, dan bendahara. Ada berapa banyak cara memilih pengurus ?
Penyelesaian:
Untuk menjawab hal tersebut marilah kita gambarkan 3 tempat kosong yang akan diisi
dari 5 calon pengurus yang tersedia.
5 x 4 x 3
Kotak (a) dapat diisi dengan 5 calon karena calonnya ada 5
Kotak (b) dapat diisi dengan 4 calon karena 1 calon sudah diisikan di kotak (a).
Kotak (c) dapat diisi dengan 3 calon karena 2 calon sudah diisikan di kotak
sebelumnya.
Sehingga banyaknya susunan pengurus kelas adalah 5 × 4 × 3 = 60.
Susunan semacam ini disebut permutasi karena urutannya diperhatikan, sebab ketua,
sekretaris, bendahara tidak sama dengan sekretaris, ketua, bendahara.
a. Permutasi r unsur dari n unsur berbeda
Permutasi pada contoh ini disebut permutasi 3 dari 5 unsur dan
dinotasikan dengan P(5.3) atau 5P3, sehingga:

5P3 = 5 × 4 × 3
= 5 × (5 – 1) × (5 – 2)
= 5 × (5 – 1) × …..× (5 – 3 + 1),

Secara umum dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut.


Banyaknya permutasi dari n unsur diambil r unsur dinotasikan:
nPr = n (n – 1) (n – 2) (n – 3) … (n – r + 1)
Atau dapat juga ditulis:
(n – r) (n – r – 1) … 3.2.1
nPr =n (n – 1) (n – 2) (n – 3) … (n – r + 1) x ——————————
(n – r) (n – r – 1) … 3.2.1

n (n – 1) (n – 2) (n – 3) … (n – r + 1)(n – r) (n – r – 1) … 3.2.1
nPr =——————————————————————————
(n – r) (n – r – 1) … 3.2.1

n!
nPr =————
(n – r)!

Contoh:
Akan disusun berjajar bendera negara-negara: Inggris, Prancis, Jerman, Belanda,
Spanyol dan Yunani. Tentukan banyaknya cara memasang bendera tersebut jika
bendera Inggris dan Prancis harus selalu berdampingan !
Penyelesaian:
Banyaknya negara ada 6 tetapi Inggris dan Prancis harus berdampingan sehingga
Inggris dan Prancis dihitung 1. Jadi banyaknya negara ada 5,
untuk menyusun benderanya 5P5 = 5!
Inggris dan Prancis dapat bertukar posisi sebanyak 2!
Banyaknya cara = 5! x 2!
=5x4x3x2x1x2x1
= 240

b. Permutasi Jika Ada Unsur yang Sama


Untuk menghitung banyaknya permutasi jika ada unsur yang sama, marilah kita lihat
contoh berikut.
Berapakah banyaknya kata yang dapat disusun dari huruf-huruf pembentuk kata: A, D,
A, M ?
Penyelesaian:
Banyaknya kata = {(ADAM), (ADMA), (AMAD), (AMDA), (AAMD), (AADM), (DAAM),
(DAMA), (DMAA), (MAAD), (MADA), (MDAA)}
ternyata banyaknya kata hanya ada 12, hal ini berbeda kalau tidak ada huruf yang
sama banyaknya cara ada 4! = 24
Dari contoh dapat dijabarkan 12 = 4 × 3 atau permutasi 4 unsur dengan 2
4!
unsur sama ditulis: ——
2!
Secara umum banyaknya permutasi n unsur yang memuat k, l, dan m unsur yang sama
dapat ditentukan dengan rumus:
n!
P = ————
k! l! m!

Perhatikan simulasi berikut!


Contoh 6:
Berapakah banyaknya kata yang dapat dibentuk dari huruf-huruf pembentuk kata
MATEMATIKA?
Penyelesaian:
MATEMATIKA
Banyak huruf =10
banyak M = 2
banyak A =3
banyak T = 2

10! 10 x 9 x 8 x 7 x 6 x 5 x 4 x 3 x 2 x 1
P = ———— = —————————————————
2! 3! 2! 2x1x3x2x1x2x1

3628800
P = ———— = 151200
24
Banyaknya kata yang dapat dibentuk ada 151200 kata

c. Permutasi Siklis
Andi, Budi dan Candra hendak duduk mengelilingi sebuah meja. Berapakah banyak
cara mereka dapat duduk mengelilingi meja tersebut?
Kalau mereka duduk berjajar banyaknya cara ada 3! = 6 yaitu
{ABC, ACB, BAC, BCA, CAB, CBA}
Bagaimana kalau mereka mengelilingi sebuah meja ?
Kemungkinan 1 diperoleh bahwa ABC = CAB = BCA
Kemungkinan 2 diperoleh bahwa ACB = CBA = BAC
Sehingga banyak cara mereka duduk hanya ada 2 cara
ternyata banyaknya cara 3 orang duduk mengelilingi sebuah meja = (3 - 1)!
Secara umum banyaknya permutasi siklis dapat ditentukan dengan rumus:
P= (n - 1)!
Contoh 7:
Berapakah banyaknya cara 8 orang dapat duduk mengelilingi api unggun jika 2 orang
tertentu harus selalu berdampingan?
Penyelesaian:
Banyaknya orang ada 8 tetapi dua orang tertentu harus berdampingan (dihitung satu)
sehingga banyaknya orang ada 7,
Permutasi siklis 7 orang = (7 - 1)!
Dua orang yang berdampingan dapat bertukar posisi sebanyak 2!
Banyaknya cara = 6! x 2!
=6x5x4x3x2x1x2x1
= 1440

4. Kombinasi
Ada tiga sahabat yang baru bertemu setelah sekian lama, mereka adalah
Adi, Budi, dan Candra. Saat bertemu mereka saling berjabat tangan, tahukah kamu
berapa banyak jabat tangan yang terjadi?
Adi berjabat tangan dengan Budi ditulis {Adi, Budi}.
Budi berjabat tangan dengan Adi ditulis {Budi, Adi}.
Antara {Adi, Budi} dan {Budi, Adi} menyatakan himpunan yang sama, hal ini disebut
kombinasi. Di lain pihak {Adi, Budi}, {Budi, Adi} menunjukkan urutan yang berbeda yang
berarti merupakan permutasi yang berbeda.
Dari contoh dapat diambil kesimpulan:
Permutasi = Adi – Budi, Adi – Candra, Budi – Adi,
Budi – Candra, Candra – Adi, Candra – Budi
= 6 karena urutan diperhatikan
Kombinasi = Adi – Budi, Adi – Candra, Budi – Candra
= 3 karena urutan tidak diperhatikan
6 permutasi
Kombinasi = 3 =—— = ——————
2 2
Jadi kombinasi dari 3 unsur diambil 2 unsur ditulis:
3P2 3!
3C2 = —— = ————
2 2! (3 − 2)!

Secara umum dapat disimpulkan bahwa:


Banyaknya kombinasi dari n unsur yang berbeda diambil r unsur
n
ditulis dengan C atau C(n. r) atau nCr, sehingga:
r

P n!
nCr =———— = ————
r! (n - r)! r!

Perhatikan contoh soal berikut untuk lebih memahami tentang kombinasi.


Contoh 8:
1. Hitunglah nilai dari:
a. 8C4
b. 6C2 × 4C3
Penyelesaian:
8! 8! 8x7x6x 5x4x3x2x1
a. 8C4 =———— =——— =———————————— = 70
(8 - 4)! 4! 4! 4! 4 x 3 x 2 x 1 x 4 x 3 x 2 x 1

6! 4! 6x 5x4x3x2x1 4x3x2x1
b. 6C2 × 4C3 = ———— x ———— = ————————— x ————— = 70
(6 - 2)! 2! (4 - 3)! 3! 4x3x2x1x 2x1 1x3x2x1
Penyelesaian:
10!
10C3 = —————
(10 - 3)! 3!

10!
= —————
7! 3!

10 x 9 x 8 x 7!
= ——————
7! 3 x 2 x 1

720
= ———
6

= 120

Contoh 10:
Dalam pelatihan bulutangkis terdapat 8 orang pemain putra dan 6 orang pemain
putri. Berapakah pasangan ganda yang dapat diperoleh untuk:
a. ganda putra
b. ganda putri
c. ganda campuran
Penyelesaian:
a. Karena banyaknya pemain putra ada 8 dan dipilih 2, maka banyak cara ada:

8! 8 . 7 . 6 ! 56
8C2 = ———— = ———— = —— = 28
(8 - 2)! 2! 6! . 2. 1 2

b. Karena banyaknya pemain putri ada 6 dan dipilih 2, maka banyak cara ada:
6! 6 . 5 . 4 ! 30
6C2 = ———— = ———— = —— = 15
(6 - 2)! 2! 4! . 2. 1 2

c. Ganda campuran berarti 8 putra diambil satu dan 6 putri diambil 1, maka:

8! 6! 8! 6!
8C1 x 6C1 = ———— x ———— = —— x —— = 8 x 6 = 48
(8 - 1)! 1! (6 - 1)! 1! 7! 5!

Contoh 11:
Dari 7 siswa putra dan 3 siswa putri akan dibentuk tim yang beranggotakan 5 orang.
Jika disyaratkan anggota tim tersebut paling banyak 2 orang putri, berapakah
banyaknya cara mambentuk tim tersebut?
Penyelesaian:
Karena anggota tim ada 5 dan paling banyak 2 putri maka kemungkinannya adalah: 5
putra atau 4 putra 1 putri atau 3 putra 2 putri
Banyak cara memilih 5 putra =7C5
Banyak cara memilih 4 putra 1 putri =7C4 . 3C1
Banyak cara memilih 3 putra 2 putri =7C3 . 3C2

Banyak cara = 7C5 + 7C4 . 3C1 + 7C3 . 3C2

7! 7! 3! 7! 3!
= ———— + ———— x ———— + ———— x ————
(7 - 5)! 5! (7 - 4)! 4! (3 - 1)! 1! (7 - 3)! 3! (3 - 2)! 2!

7 . 6 . 5! 7 . 6 . 5 . 4! 3 . 2 . 1 7 . 6 . 5 . 4! 3 . 2 . 1
= ———— + ————— x ——— + ————— x ————
2 . 1 . 5! 3 . 2 . 1 . 4! 2.1 4! . 3 . 2 . 1 2.1

= 105 + 105 + 21 = 231

Jadi banyaknya cara membentuk tim ada 231 cara

B. RUANG SAMPEL DAN KEJADIAN


1. Ruang Sampel
Tahukah kamu, apa saja yang mungkin muncul ketika sebuah dadu dilempar sekali ?
Kemungkinan yang muncul adalah mata dadu 1, 2, 3, 4, 5 atau 6.
Jadi banyaknya himpunan semua kejadian yang mungkin pada pelemparan sebuah
dadu sekali ada 6.
Himpunan semua kejadian yang mungkin dari suatu percobaan disebut Ruang Sampel
atau Ruang Contoh biasa diberi lambang huruf S
Bagaimana kalau sebuah koin uang logam dilemparkan sekali, apa saja yang mungkin
muncul?
S = {Angka, gambar}
n(S) = 2

2. Kejadian
Kejadian merupakan himpunan bagian dari ruang sampel.
Contoh 14:
Dua buah dadu dilemparkan bersamaan sekali, tentukan kejadian munculnya
a. jumlah kedua dadu 10
b. selisih kedua dadu 3
c. jumlah kedua dadu 5 dan selisihnya 1
d. jumlah kedua dadu 4 atau selisihnya 5
Penyelesaian:
Untuk mengerjakan soal ini kita lihat jawaban contoh 13.
a. Jumlah kedua dadu 10 ={(4, 6), (5, 5), (6, 4)}
Jadi banyaknya kejadian ada 3
b. Selisih kedua dadu 3 ={(1, 4), (2, 5), (3, 6), (4, 1), (5, 2), (6, 3)}
Jadi banyaknya kejadian ada 6
c. Jumlah kedua dadu 5 dan selisihnya 1 ={(2, 3), (3, 2)}
Jadi banyaknya kejadian ada 2
d. Jumlah kedua dadu 4 atau selisihnya 5 ={(1, 3), (2, 2), (3, 1), (1, 6), (6, 1}
Jadi banyaknya kejadian ada 5

C. PELUANG SUATU KEJADIAN


1. Peluang Suatu Kejadian
Sebelum mempelajari peluang suatu kejadian, marilah kita ingat kembali mengenai
ruang sampel yang biasanya dilambangkan dengan S. Kejadian adalah himpunan
bagian dari ruang sampel, sedangkan titik sampel adalah setiap hasil yang mungkin
terjadi pada suatu percobaan. Jika A adalah suatu kejadian yang terjadi pada suatu
percobaan dengan ruang sampel S, di mana setiap titik sampelnya mempunyai
kemungkinan sama untuk muncul, maka peluang dari suatu kejadian A ditulis sebagai
berikut.

n(A)
P(A) = ———
n(S )

Keterangan:
P(A) = peluang kejadian A
n(A) = banyaknya anggota A
n(S) = banyaknya anggota ruang sampel S
Contoh :
Pada pelemparan 3 buah uang sekaligus, tentukan peluang muncul:
a. ketiganya sisi gambar;
b. satu gambar dan dua angka.

Penyelesaian:
a. S = {AAA, AAG, AGA, GAA, AGG, GAG, GGA, GGG}
Maka n(S) = 8
Misal kejadian ketiganya sisi gambar adalah A.
A = {GGG}, maka n(A) = 1
n(A) 1
P(A) = ——— =——
n(S ) 8
b. Misal kejadian satu gambar dan dua angka adalah B.
B = {AAG, AGA, GAA}, maka n(B) = 3
n(B) 3
P(B) = ——— =——
n(S ) 8

Contoh:
Andi mengikuti acara Jalan Santai dengan doorprize 5 buah sepeda motor. Jika jalan
santai tersebut diikuti oleh 1000 orang, berapakah peluang Andi mendapatkan
doorprize sepeda motor?

Penyelesaian:
S = semua peserta jalan santai
maka n(S) = 1000
Misal kejadian Andi mendapatkan motor adalah A.
A = {Motor1, Motor2, Motor3, Motor4, Motor5}
maka n(A) = 5
n(A) 5 1
P(A) = ——— = ——— = ——
n(S ) 1000 200
1
Jadi peluang Andi mendapatkan doorprize sepeda motor ——
200
2. Kisaran Nilai Peluang
Untuk mengetahui kisaran nilai peluang, perhatikan soal berikut:
Contoh 18:
Sebuah dadu dilemparkan sekali, tentukan peluang munculnya
a. Mata dadu 8 b. Mata dadu kurang dari 7
Penyelesaian:
a. S = {1, 2, 3, 4, 5, 6}, n(S) = 6
misal kejadian muncul mata dadu 8 adalah A
A = { }, n(A) = 0
n(A) 0
P(A) = ——— = — = 0
n(S ) 6
Kejadian muncul mata dadu 8 adalah kejadian mustahil, P(A) = 0
b. S = {1, 2, 3, 4, 5, 6}, n(S) = 6
misal kejadian muncul mata dadu kurang dari 7 adalah B
B = {1, 2, 3, 4, 5, 6}, n(B) = 6
n(B) 6
P(B) = ——— = — = 1
n(S ) 6
Kejadian muncul mata dadu kurang dari 7 adalah kejadian pasti, P(A) = 1

Jadi kisaran nilai peluang: 0 ≤ P(A) ≤ 1

3. Frekuensi Harapan Suatu Kejadian


Frekuensi harapan dari sejumlah kejadian merupakan banyaknya kejadian dikalikan
dengan peluang kejadian itu. Misalnya pada percobaan A dilakukan n kali, maka
frekuensi harapannya ditulis sebagai berikut.

Fh = n × P(A)

Contoh 19:
Pada percobaan pelemparan 3 mata uang logam sekaligus sebanyak 240 kali, tentukan
frekuensi harapan munculnya dua gambar dan satu angka.
Penyelesaian:
S = {AAA, AAG, AGA, GAA, AGG, GAG, GGA, GGG} ⇒ n(S) = 8
A = {AGG, GAG, GGA} ⇒ n(A) = 3
n(A) 3
Fh(A) = n × P(A) = 240 × —— = 240 × —— = 90 kali
n(S) 8

4. Peluang Komplemen Suatu Kejadian


Untuk mempelajari peluang komplemen, perhatikan contoh berikut.
Contoh:
Pada pelemparan sebuah dadu sekali, berapakah peluang munculnya:
a. nomor dadu ganjil,
b. nomor dadu tidak ganjil?
Penyelesaian:
a. S = {1, 2, 3, 4, 5, 6}, maka n(S) = 6.
A adalah kejadian keluar nomor dadu ganjil
A = {1, 3, 5}, maka n(A) = 3 sehingga
n(A) 3 1
P(A) = ——— = —— = —
n(S ) 6 2
b. B adalah kejadian keluar nomor dadu tidak ganjil
B = {2, 4, 6}, maka n(B) = 3 sehingga

n(B) 3 1
P(B) = ——— = —— = — , Peluang B adalah Peluang komplemen dari A
n(S ) 6 2

b. B adalah kejadian keluar nomor dadu tidak ganjil


B = {2, 4, 6}, maka n(B) = 3 sehingga

n(B) 3 1
P(B) = ——— =—— = — , Peluang B adalah Peluang komplemen dari A
n(S ) 6 2

Dari contoh tersebut kita dapat mengambil kesimpulan bahwa:

P(A) + P(AC) = 1 atau P(AC) = 1 – P(A)

Contoh:
Pada pelemparan 3 buah uang sekaligus, tentukan peluang munculnya paling
sedikit satu angka !
Penyelesaian:
Cara biasa
S = {AAA, AAG, AGA, GAA, AGG, GAG, GGA, GGG}, maka n(S) = 8
Misal kejadian paling sedikit satu angka adalah A.
A = {AAA, AAG, AGA, GAA, AGG, GAG, GGA}, maka n(A) = 7

n(A) 7
P(A) = ——— =——
n(S ) 8

Cara komplemen
S = {AAA, AAG, AGA, GAA, AGG, GAG, GGA, GGG}, maka n(S) = 8
Misal kejadian paling sedikit satu angka adalah A.
Ac = {GGG}, maka n(Ac) =1

n(Ac) 1
P(Ac) = ——— = ——
n(S ) 8

1 7
P(A) = 1 – P(Ac) = 1 – —— = ——
8 8
5. Peluang Kejadian Majemuk
a. Peluang Gabungan 2 kejadian
Misal A dan B adalah dua kejadian yang berbeda, maka peluang kejadian
A ∪ B ditentukan dengan aturan:

P(A ∪ B) = P(A) + P(B) – P(A∩B)

Contoh:
Sebuah dadu dilambungkan sekali, jika A adalah kejadian munculnya bilangan ganjil
dan B adalah kejadian munculnya bilangan prima. Tentukan peluang kejadian
munculnya bilangan ganjil atau prima!
Penyelesaian:

S = {1, 2, 3, 4, 5, 6}
A = bilangan ganjil : {1, 3, 5} → P(A) = 3/6
B = bilangan prima : {2, 3, 5} → P(B) =3/6
A∩B = {3, 5} → P{A∩B} = 2/6
P(A∪ B) = P(A) + P(B) – P(A∩B)
= 3/6 + 3/6 – 2/6 = 4/6 = 2/3
Jadi peluang kejadian munculnya bilangan ganjil atau prima adalah 2/3

Contoh:
Diambil sebuah kartu dari 1 set kartu bridge, tentukan peluang terambilnya kartu As
atau kartu Hati!
Penyelesaian:n(S) = 52 (karena banyaknya kartu dalam 1 set kartu bridge 52)
A = kartu As, n(A) = 4 (Banyaknya kartu As dalam1 set kartu bridge 4)
4
P(A) = ——
52
B = kartu Hati, n(B) = 13 (Banyaknya kartu Hati dalam1 set kartu bridge 13)
13
P(B) = ——
52
n(A∩B) = 1 (Banyaknya Kartu As dan Hati dalam1 set kartu bridge 1)
1
P(A∩B) = ——
52
4 13 1 16
P(A∪ B) = P(A) + P(B) – P(A∩B) = —— + —— – —— = ——
52 52 52 52

16
Jadi peluang kejadian terambilnya kartu As atau Hati adalah ——
52
b. Peluang Kejadian Saling Lepas (Saling Asing)
Kejadian A dan B saling asing jika kedua kejadian tersebut tidak mungkin terjadi
bersama-sama. Ini berarti A∩B = 0 atau P(A∩B) = 0
Sehingga: P (A∪ B) = P(A) + P(B) – P(A∩B) = P(A) + P(B) – 0
P (A∪ B) = P(A) + P(B)

Contoh:
Sebuah dadu dilambungkan sekali, jika A adalah kejadian munculnya bilangan ganjil
dan B adalah kejadian munculnya bilangan genap. Tentukan peluang kejadian
munculnya bilangan ganjil atau genap!
Penyelesaian:

S = {1, 2, 3, 4, 5, 6}
A = bilangan ganjil : {1, 3, 5} → P(A) = 3/6
B = bilangan genap : {2, 4, 6} → P(B) =3/6
A∩B = {} → P(A∩B) = 0 (A dan B kejadian saling lepas)
P(A∪ B) = P(A) + P(B)
= 3/6 + 3/6 = 1
Jadi peluang kejadian munculnya bilangan ganjil atau genap adalah 1
Contoh:
Sebuah kotak berisi 5 bola merah, 2 bola kuning dan 1 bola biru. Akan diambil sebuah
bola secara acak. Tentukan peluang terambilnya bola merah atau bola kuning!
Penyelesaian:
8! 8! 8 . 7!
n(S) = 8C1 = ———— = ———— = ——— = 8
1!(8- 1)! 1 . 7! 7!

Misal kejadian terambilnya kelereng merah adalah A, maka:

5! 5! n(A) 5
n(A) = 5C1 = ———— = —— = 5, P(A) = ——— = ——
1!(5 - 1)! 4! n(S) 8

Misal kejadian terambilnya kelereng kuning adalah B, maka:

2! 2! n(B) 2
n(B) = 2C1 = ———— = —— = 2, P(B) = ——— = ——
1!(2 - 1)! 1! n(S) 8

A∩B = {} (Kejadian saling lepas)


5 2 7
P(A∪ B) = P(A) + P(B) = —— + —— = ——
8 8 8 7
Jadi peluang terambilnya bola merah atau bola kuning ——
8
c. Peluang Kejadian Saling Bebas
Jika kejadian A tidak memengaruhi terjadinya kejadian B dan sebaliknya, atau terjadi
atau tidaknya kejadian A tidak tergantung pada terjadi atau tidaknya kejadian B maka
dua kejadian ini disebut kejadian saling bebas. Hal ini seperti digambarkan pada
pelemparan dua buah dadu sekaligus.
A adalah kejadian munculnya dadu pertama angka 3 dan
B adalah kejadian munculnya dadu kedua angka 5
maka kejadian A dan kejadian B merupakan dua kejadian yang saling bebas, dan
peluang kejadian ini dapat dirumuskan:

P(A∩B) = P(A) × P(B)

Coba kamu pelajari contoh berikut untuk lebih memahami tentang kejadian saling
bebas.
Contoh:
Dua buah dadu dilemparkan bersama-sama, tentukan peluang munculnya mata dadu 3
pada dadu pertama dan mata dadu 5 pada dadu kedua!
Penyelesaian:
Kejadian munculnya mata dadu 3 pada dadu pertama tidak terpengaruh kejadian
munculnya mata dadu 5 pada dadu kedua jadi ini adalah dua kejadian yang saling
bebas
S = {(1, 1), (1, 2), (1, 3), ….., (6, 6)} → n(S) = 36
Misal kejadian munculnya mata dadu 3 pada dadu pertama adalah A, maka:
6 1
A = {(3, 1), (3, 2), (3, 3), (3, 4), (3, 5), (3, 6)} → n(A) = 6 P(A) = —— = ——
36 6
Misal kejadian munculnya mata dadu 5 pada dadu kedua adalah B, maka:
6 1
B = {(1, 5), (2, 5), (3, 5), (4, 5), (5, 5), (6, 5)} → n(B) = 6 P(B) = —— = ——
36 6

1 1 1
P(A∩B) = P(A) × P(B) = —— × —— = ——
6 6 36

Jadi peluang munculnya mata dadu 3 pada dadu pertama dan mata dadu 5
1
pada dadu kedua = ——
36
Contoh:Kotak A berisi 5 bola merah dan 3 bola kuning sedangkan Kotak B berisi 5 bola
merah dan 2 bola kuning. Akan diambil sebuah bola secara acak dari masing-masing
kotak. Tentukan peluang terambilnya bola merah dari kotak A dan terambilnya bola
kuning dari kotak B!
Penyelesaian:Kotak A
8! 8! 8 . 7!
n(S) = 8C1 = ———— = ———— = ——— = 8
1!(8- 1)! 1 . 7! 7!

Misal kejadian terambilnya bola merah dari kotak A adalah A, maka:

5! 5! n(A) 5
n(A) = 5C1 = ———— = —— = 5, P(A) = ——— = ——
1!(5 - 1)! 4! n(S) 8

Kotak B
7! 7! 7 . 6!
n(S) = 7C1 = ———— = ———— = ——— = 7
1!(7- 1)! 1 . 6! 6!

Misal kejadian terambilnya bola kuning dari kotak B adalah B, maka:

2! 2! n(B) 2
n(B) = 2C1 = ———— = —— = 2, P(B) = ——— = ——
1!(2 - 1)! 1! n(S) 7

5 2 5
P(A∩B) = P(A) × P(B) = —— × —— = ——
8 7 28

6. Peluang Kejadian Bersyarat


Dua kejadian disebut kejadian bersyarat atau kejadian yang saling bergantung apabila
terjadi atau tidak terjadinya kejadian A akan mempengaruhi terjadi atau tidak terjadinya
kejadian B. Peluang terjadinya kejadian A dengan syarat kejadian B telah terjadi
adalah:
P(A∩B)
P(A/B) = ———— P(B) ≠ 0
P(B)

Atau Peluang terjadinya kejadian B dengan syarat kejadian A telah terjadi adalah:

P(A∩B)
P(B/A) = ———— P(A) ≠ 0
P(A)

Contoh:
Sebuah kotak berisi 5 bola merah dan 3 bola kuning. Akan diambil sebuah bola secara
acak berturut-turut sebanyak dua kali tanpa pengembalian . Tentukan peluang
terambilnya keduanya bola merah!
Penyelesaian:
Misal kejadian terambilnya bola merah pada pengambilan pertama adalah A, maka:
n(A) 5
P(A) = ——— = ——
n(S) 8

Misal kejadian terambilnya bola merah pada pengambilan kedua adalah B, maka:
n(B/A) 4
P(B/A) = ——— = ——
n(S) 7
5 4 5
P(A∩B) = P(A) × P(B/A) = —— × —— = ——
8 7 14

Anda mungkin juga menyukai