Suasana hangat menyelimuti Terminal Bus Ciamis di pagi hari itu. Terdapat sepasang
suami istri yang sedang mengantarkan anaknya pergi merantau.
Ema: “Ndah jaga diri ya disana.. kuliah yang bener jangan main mulu!”
Supir bus: “Seluruh penumpang tujuan Ciamis-Jakarta harap segera naik, bus sudah
mau berangkat!”
Suara supir bus tersebut pertanda bahwa mereka harus menyudahi perbincangan
mereka.
Abah: “Sudah.. sudah.. sana cepet naik, nanti kalau ketinggalan repot ceritanya.”
Indah memeluk kedua orang tuanya singkat. Ia berjalan menuju bus sembari sesekali
menoleh ke belakang untuk melambaikan tangan.
Indah menolehkan kepalanya ke sana kemari menjamah seluruh bagian tempat yang
asing di pandangannya.
Saat hendak pergi, tiba-tiba tangan Indah di cekal oleh seseorang. Indah menengok,
terdapat supir bus yang sedang menggenggam dompetnya.
Supir bus: “Lain kali hati-hati neng, ini kota bukan desa.”
Tak langsung menjawab, pedagang asongan itu malah memandang Indah dari atas
sampai bawah dengan tatapan yang aneh.
Indah termenung sesaat memikirkan apakah benar yang dikatakan pedagang tersebut.
Indah: “16?”
Saat sedang asik tawar-menawar, tiba-tiba suara pedagang asongan lain menginterupsi
kegiatan negosiasi mereka.
Pedagang asongan yang tadi sedang melakukan proses negosiasi bersama Indah pun
terlihat panik melihat pelanggannya sedang direbut.
Indah: “Aduh punten ya a, kayaknya saya beli di aa ini aja deh. Habisnya aa gabisa kasih
murah sih, kalau aa bisa ngasih 5 ribu saya pasti belinya di aa.”
Tiba-tiba Ia merasa ada yang menepuk pundaknya. Indah pun menengok dan
menemuka wanita berkupluk hitam sedang berdiri di belakangnya.
Indah: “Aduh maaf tapi saya juga baru pertama kali kesini, jadi belum tau apa-apa.”
Pencopet 1: “Serius mba? masa gini aja mba gatau sih?”
Indah mulai merasa tidak nyaman ketika mendengar nada memaksa dari wanita
tersebut.
Wanita tersebut langsung melengos pergi tanpa berbicara sepatah kata pun.
Berbarengan dengan wanita tersebut pergi, seseorang yang sendari tadi duduk
disamping Indah pun turut pergi.
Indah tak ambil pusing, ia mengocek saku celananya untuk mengambil hp berniat
memberi kabar kepada orang tuanya di kampung. Namun.. ia tak menemukan apa-apa.
Indah berusaha tidak panik. Ia membuka tas ranselnya dan mulai mencari lagi. Namun
bukannya menemukan apa yang ia cari, Indah malah menyadari bahwa dompetnya juga
hilang.
Di sisi lain...
Tanya pencopet yang tadi mengalihkan perhatian Indah sembari menatap rekannya
yang sedang mengobrak-abrik isi dompet Indah.
Pencopet 2: “1,5 lumayan lah, emang ga pernah salah nyopet anak rantau. Walau
gayanya kampungan tapi isi dompetnya ga main-main.”
Mereka pun membuang dompet tersebut disembarang tempat dan pergi dengan
santainya seakan tak melakukan apapun.
Indah: “Permisi kak, maaf saya boleh minjem hpnya sebentar ngga ya? saya mau
menghubungi orang tua saya.”
Orang asing 1: “Saya bilang engga ya engga! Emangnya kamu pikir saya bego? Saya
sudah khatam ya sama modus-modus pencopetan kayak gini.”
Indah: “T–”
Orang asing 1: “Pergi atau saya panggil security?”
Indah: “Permisi kak, maaf saya boleh pinjam hpnya sebentar ngga ya? Saya mau
menghubungi orang tua saya, saya baru saja kecopetan kak.”
Beberapa menit berlalu, tak kunjung ada jawaban dari seberang sana. Indah yang tak
enak pun mengembalikan hp tersebut kepada pemiliknya.
Tangannya keluar sembari menggenggam selembar uang berwarna ungu. Tanpa pikir
panjang Indah langsung menghampiri pangkalan ojek yang ada di terminal, hal itu
sontak membuat para ojek ricuh.
Ojek 2 : “Sama abang aja neng, sampe Amerika juga abang jabanin.”
Ojek 1: “Mentok-mentok 20 ribu lah, ayo langsung saya anter sampai tujuan dengan
selamat.”
Indah: “Tolong lah a.. duit saya tinggal 10 ribu doang a.”
Ojek 2 : “Aduh ga dapet neng kalau segitu mah, saya dapet capeknya doang.”
Indah: “Aa ga kasian sama saya? saya baru pertama kali kesini, sendirian, langsung
kecopetan. Aa tega ngebiarin saya jalan kaki kesana?”
Kedua tukang ojek tersebut menatap satu sama lain seakan sedang berdiskusi lewat
mata.
Indah: “Astagfirullah a kalau ada juga pasti saya kasih, tapi ini uang disaku saya bener-
bener sisa segini. Tolong lah a.. 10 ribu ya?”