Anda di halaman 1dari 4

Tugas Individu Dosen pengampu : Dr. Irna Fitriana, S.S.

,
M.Pd.

RESENSI FILM

“HAMKA & SITI RAHAM VOL.2”

Sebuah Film Karya “Fajar Bustomi”

Untuk memenuhi tugas UTS pada mata kuliah Apresiasi Prosa, Fiksi, dan Drama

DISUSUN OLEH :

NAMA : Nur Aqviani Robur

NIM : 2169010310

KELAS :A

SEMESTER : V (Lima)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BONE

TAHUN AKADEMIK 2023/2024


Identitas Film
1. Judul Film : “Hamka & Siti Raham Vol.2”
2. Judul Resensi : “Air mata terasa asin, sebab air mata adalah garam
kehidupan. Tanpa air mata hidup hambar adanya.”
3. Sutradara : Fajar Bustomi
4. Produser : Frederica, Chand Parwez Servia
5. Penulis Naskah : Alim Studio, Cassandra Massardi
6. Pemain :
a. Buya Hamka : Vino G. Bastian
b. Siti Raham : Laudya Chintya Bella
c. Soekarno : Anjasmara
d. Amir : Marthino Lio
e. Dadang : Alfie Alfandy
f. Zaki (dewasa) : Yoga Pratama
g. Rusydi (dewasa) : Roy Sungkono
h. Rusydi (15 tahun) : Bima Azriel
i. Fahri (dewasa) : Ajil Diktto
j. Azizah (dewasa) : Cita Maharani
k. Azizah ( 8 Tahun) : Quinsha Malaika
l. Aliyah (dewasa) : Syahina babheer
m. Aliyah ( 2 tahun) : Javinada Qeila
n. Fatiyah ( dewasa) : Devi Steffani
o. Irfan (dewasa) : Zikri
p. Hilmi (12 tahun) : Rival
q. Anak Amir : Adrienne Matthew
r. Farida : Rhesa Putri
s. IchzanuddinIlyas : Irfan guci
t. Mayjen Soerio : Arfan Afif
u. Astuti : Vania Valensia
7. Genre : Romansa, Sejarah dan Drama
8. Studio : Falcon Pictures dan Starvision
9. Durasi : 103 Menit
10. Sinopsis :

Film Hamka dan Siti Raham Vol. 2 merupakan kelanjutan dari film Trilogi Buya Hamka.
Film ini lebih memfokuskan pada istri Buya Hamka yaitu Siti Raham dalam mendampingi dan
mendukung Buya Hamka yang berjuang untuk menyatukan masyarakat, para ulama dan pihak
militer Indonesia di Sumatera Utara. Sebelum akhirnya meninggal pada tahun 1972.

Proses yang dijalani Buya Hamka dan Siti Raham tidaklah mudah, kesabaran dan kesetiaan
Siti Raham terus diuji saat Buya Hamka dituduh melawan pemerintah sehingga beliau ditahan
selama 2 tahun di Rumah Tahanan Tjimacan. Namun, Siti Raham tidak sama sekali
menunjukkan kesedihannya dan terus memberikan semangat hidup untuk suaminya Buya
Hamka.

Buya Hamka pada saat dipenjara dipaksa untuk mengakui perbuatan yang tidak sama sekali
ia lakukan sehingga membuatnya di siksa oleh para penjaga. Buya Hamka juga hampir
mengakhiri hidupnya tetapi untungnya kecintaannya kepada agama dan tentunya kepada Siti
Raham membuatnya sadar pada perbuatannya.
Di Rumah Tahanan Tjimacan Buya Hamka mengingat pesan istrinya untuk menyelesaikan
tugas yang selalu ia tunda, sehingga akhirnya beliau pun menghabiskan waktunya di penjara
untuk menyelesaikan kitabnya yang berjudul "Tafsir Al-Azhar" Yang merupakan kitab karya
terbesarnya.

Selain itu, film ini mengungkapkan persahabatan antara Buya Hamka dengan Soekarno
dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, ternyata Ayah Buya Hamka merupakan guru
Soekarno yang membuat mereka menjadi sahabat. Namun, kedua tokoh ini juga mengalami
pasang surut persahabatan dalam hal perbedaan pendapat pada pandangan politik.

Kisah cinta antara Buya Hamka dan Siti Raham menjadi panutan bagi masyarakat karena
kesetiaan dan kesabaran mereka dalam menghadapi ujian yang terus-menerus datang kepada
mereka yang pada intinya tetaplah CINTA yang menjadi penguat dalam diri mereka.

11. Kelebihan dari Film Hamka & Siti Raham Vol. 2 :

Film karya Fajar Bustomi ini mempunyai kelebihan dari segi


artistik, kostum, make up dan lokasi yang membuat film ini lebih
nyata sehingga penonton terbawa dalam alur film yang sangat
inspiratif. Para pemain yang sangat baik dalam menjiwai dan
memerankan setiap karakter dan tokoh pada film juga menjadi
kelebihan dalam film ini. Film yang kaya akan sejarah menjadikan
film ini luar biasa yang mengisahkan tentang Buya Hamka yang
religius.

12. Kekurangan dari Film Hamka & Siti Raham Vol. 2 :

Pada film ini mempunyai kekurangan dari segi pengambilan


gambar atau sinematografi yang terkesan biasa sehingga membuat
penonton merasa agak bosan. Kurangnya dialog antara anak-anak
Buya Hamka dalam film ini yang terkesan sekedar hanya sebagai
figuran.

Anda mungkin juga menyukai