KAJIAN PUSTAKA
1.1 Perdamaian
1.1.1 Pengertian Perdamaian
perkara, supaya tidak usah diperiksa atau diputus oleh hakim dalam putusan
dimuka hakim atau Pengadilan dibuat dalam bentuk akta perdamaian dan berlaku
seabagai suatu putusan hakim yang telah memperoleh kekuatan hukum yang
tetap.55
buku III mengatur tentang suatu persetujuan yang bersifat menghentikan suatu
sedangkan dalam kamus hukum yang ditulis oleh Subekti, Perdamaian adalah yakni
belah pihak. Perdamaian yang dicapai dimuka hakim atau Pengadilan dibuat dalam
55
R.Subekti, Kamus Hukum, cet.16,(PT.Pradnya Paramiata,2005,Jakarta), hlm.89
56
Burgelijk Wetbook (KUHPerdata): KUH Perdata diundangkan dan diberlakukan di
Indonesia dengan Staatsblad 30 April 1847 No.23,sejak deklarasi kemerdekaan Republik Indonesia
tetap berlaku berdasarkan aturan peralihan Pasal II UUD 1945,Berita Republik Indonesia, II, 7 hlm
45 -48, penjelasan hlm 51-56.
34
35
bentuk akta perdamaian dan berlaku seabagai suatu putusan hakim yang telah
formal, karena diadakan menurut suatu formalitas tertentu, bila tidak maka
perdamaian tidak mengikat dan tidak sah 4, untuk memenuhi formalitas itu penting
bagi penulis untuk menjelaskan pengertian tentang akta sebagai bukti tulisan yang
perjanjian yang memupus hak dan kewajiban semua pihak yang terlibat didalam
dimaksudkan. 5
3
R.Subekti, Kamus Hukum, Op.Cit., hlm.89
4
R. Subekti, Aneka Perjanjian, Cetakan ke XI, (Bandung : PT Citra Aditya Bakti, 2014),
hlm 177
5
Wawan Muhwan Hariri, Hukum Perikatan Dilengkapi Hukum Perikatan Dalam Islam,
(Bandung : CV Pustaka Setia, 2011), hlm 92
6
John M.Echols dan Hassan Shadily, Kamus Indonesia Inggeris, (Jakarta : PT.Gramedia,
1994), hlm. 129.
36
tidak boleh hanya dari sebelah pihak atau dari hakim, sehingga
Perdata.
Oleh karena itu dalam suatu persetujuan tidak boleh ada cacat pada
(bekwamheid).
onderwerp).
oorzaah).
7
Soedharyo Soimin, Op.cit hlm 457
37
barang
memenuhi syarat. Putusan seperti ini tidak sah dan tidak mengikat
kepada dua belah pihak. Perdamaian sah dan mengikat jika yang
bersangkutan.
Persetujuan perdamaian tidak sah jika dalam bentuk lisan dan harus
alat bukti bagi para pihak untuk diajukan ke hadapan hakim. Jika
perkara (sengketa).8
8
Salim HS, Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak,Cetakan ke IX,
(Jakarta : Sinar Grafika, 2013), hlm 92
38
Berdasar pada Pasal 3 ayat (1) Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun
melalui mediasi, wajib bagi Setiap Hakim, Mediator, Para Pihak dan/atau kuasa
Para Pihak dan Mediator. Menurut Perma Nomor 1 Tahun 2016 10 hasil kesepakatan
Dasar hukum yang melekat pada akta perdamaian itu telah di jelasakan di
9
Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 175
10
Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 175
39
Selain itu akta perdamaian juga memiliki dasar hukum dalam pasal 1858
KUHPerdata 11, pasal 130 HIR/154 RBg Untuk saat ini, pemberlakuan mediasi
dalam sistem peradilan di Indonesia didasarkan pada Perma Nomor 1 Tahun 2016
tentang prosedur mediasi yang menetapkan mediasi sebagai bagian dari hukum
acara dalam perkara perdata, sehingga suatu putusan akan menjadi batal demi
hukum manakala tidak melalui proses mediasi (Perma Pasal2). Meskipun tidak
atas hal-hal yang termaktub dalam perdamaian itu. Sedangkan orang yang tidak
11
pasal 1858 ayat 1 KUH perdata: segala perdamaian mempunyai di antara pihak suatu
kekuatan seperti suatu putusan hakim dalam tingkat penghabisan.”
12
Salim HS, Op.cit, hlm 93.
40
Pada dasarnya subtansi perdamaian dapat dilakukan secara bebas oleh para
pihak, namun undang-undang telah mengatur berbagai jenis perdamaian yang tidak
boleh dilakukan oleh para pihak. Perdamaian yang tidak dibolehkan ditentukan
dalam pasal 1859 sampai dengan pasal 1862 KUHPerdata. Perdamaian yang tidak
1.2 Notaris
1.2.1 Pengertian Notaris
berbagai surat perjanjian, surat wasiat, akta dan sebagainya 14. Pengertian Notaris
dapat dilihat pula dalam Pasal 1 angka 1 Undang- UUJN yaitu sebagai berikut:
13
Ibid.
14
Anonim, (tanpa tahun), diakses dari: http://kbbi.web.id/notaris, pada hari Jumat, tanggal
17 Februari 2017, pukul 20.47 WIB.
41
mempunyai kekuatan bukti otentik maka harus dibuat oleh Pejabat Umum yang
berwenang. Jadi tidak setiap orang dapat atau boleh membuat akta. Pembuatan akta
yang dibuat oleh atau dihadapan Notaris, bukan saja karena diharuskan oleh
tidak berlaku.
Keberadaan notaris, secara etis yuridis, pada awalnya diatur dalam rambu-
15
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 3 Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5491
42
yang secara sistematis merangkum suatu pola ketentuan alat bukti berupa tulisan
sebagai berikut:
b. bahwa salah satu alat bukti ialah tulisan dalam bentuk autentik dan di bawah
akta autentik. 16
Ketentuan tersebut menunjukkan alat bukti tertulis yang dibuat autentik oleh
atau di hadapan notaris berada dalam wilayah hukum perdata (pribadi/privat). Ini
berbeda dengan istilah ”barang bukti” dalam hukum pidana atau ”dokumen surat”
dalam hukum administrasi negara ataupun hukum tata usaha negara yang biasa
hukum publik. Alat bukti tertulis autentik yang dibuat notaris berbeda maksud
tujuan dan dasar hukumnya dengan surat keputusan yang dibuat oleh badan atau
16
Pasal 1 Reglement op Het Notaris Ambt in Indonesia / Peraturan Jabatan Notaris Di
Indonesia, Staatsblad 1860 Nomor 3 Tahun 1860
43
pemberian wewenang yang baru kepada suatu jabatan berdasarkan suatu peraturan
hukum (misalnya surat perjanjian, wasiat, akta, dsb). 19 Dalam pasal 1 ayat (1)
UUJN, Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik
Dari pasal di atas, jelas bahwa pejabat umum yang pada umumnya
berwenang membuat akta otentik adalah notaris. Jika ditunjuk pejabat umum lain
sebagai pejabat umum yang berwenang, maka hal itu adalah suatu pengecualian.
yaitu: 20
17
Habib Adjie, Sekilas Dunia Notaris dan PPAT di Indonesia, (Jakarta : Mandar Maju,
2009), hlm 77
18
Ibid
19
Umi Chulsum dan Windy Novia. Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Surabaya : Kashiko,
2006), hlm 484
20
G.H.S Lumban Tobing, Peraturan Jabatan Notaris, (Jakarta : Erlangga. 1983) hlm 33
44
wewenang yang akan ditentukan dikemudian hari berdasarkan aturan hukum lain
yang akan datang (ius constituendum), wewenang notaris yang akan ditentukan
wewenang tersebut.
Selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada Pasal 15 ayat (1) dan ayat
(2), Notaris mempunyai kewenangan lain yang diatur dalam peraturan perundang-
undangan. Akta-akta yang boleh dibuat oleh Notaris misalnya pendirian Perseroan
Terbatas (PT), perubahan dan Risalah Umum Pemegang Saham, pendirian yayasan,
45
pendirian badan usaha-badan usaha lainnya, kuasa untuk menjual, perjanjian sewa
memiliki kewajiban yang harus dipatuhi. Kewajiban notaris tercantum dalam pasal
‘tidak berpihak’, hal tersebut juga diatur dalam pasal 4 ayat 2 UUJN yang berbunyi
“Saya bersumpah/berjanji:
bahwa saya akan patuh dan setia kepada Negara Republik
Indonesia, Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, Undang-Undang tentang Jabatan Notaris
serta peraturan perundang-undangan lainnya.
bahwa saya akan menjalankan jabatan saya dengan amanah, jujur,
saksama, mandiri, dan tidak berpihak. bahwa saya akan menjaga
sikap, tingkah laku saya, dan akan menjalankan kewajiban saya
sesuai dengan kode etik profesi, kehormatan, martabat, dan
tanggung jawab saya sebagai Notaris. bahwa saya akan
merahasiakan isi akta dan keterangan yang diperoleh dalam
pelaksanaan jabatan saya. bahwa saya untuk dapat diangkap dalam
jabatan ini, baik secara angsung maupun tidak langsung, dengan
nama atau dalih apapun, tidak pernah dan tidak akan memberikan
atau menjanjikan sesuatu kepada siapa pun.”
1.3 Sengketa Tanah
1.3.1 Pengertian Sengketa Tanah
sengketa adalah sesuatu yang menyebabkan perbedaan pendapat antara dua pihak
atau lebih yang berselisih perkara dalam pengadilan. 21 Konflik atau sengketa terjadi
lingkungan yang dilakukan secara sadar yang didasari pengetahuan yang dimiliki
pertanahan terjadi antara dua pihak atau lebih yang merasa dirinya dirugikan oleh
21Sudarsono, Kamus Hukum, Cetakan ke-3, (Jakarta: Rineka Cipta. Jakarta, 2002), hlm.
433.
22
Henry Campbell Black menjelaskan arti “Dispute”, sebagai: “A conflict of controversy;
a conflict of claims or rights; an assentation of a right, claim, or demand on one side, met by contrary
claims or allegations on the other. The subject of litigation; the matter for which a suit is brought
and upon which issue is joined, and in relation to which jurors are called and witnesses examined”.
Henry Campbell Black, Black’s Law Dictionary, West Publishing Co., St. Paul, 1989, p. 424.
48
pihak lain dalam hal untuk penggunaan dan penguasaan hak atas tanah yang
konflik yang terjadi antara dua orang atau lebih yang mempunyai kepentingan atas
status hak objek tanah antara satu dengan beberapa objek tanah yang dapat
mengakibatkan hukum.25 Dari definisi yang tersebut diatas maka dapat diambil
kesimpulan bahwa sengketa tanah yaitu konflik yang terjadi antara beberapa pihak
yang mempunyai kepentingan yang sama atas bidang-bidang tanah tertentu yang
karena berbagai kebutuhan tanah yang sangat tinggi di zaman sekarang sementara
jumlah bidang tanah terbatas. Hal tersebut menuntut perbaikan dalam bidang
kepastian hukumnya. Untuk itu berbagai usaha yang dilakukan pemerintah yaitu
23
Sarjita, Teknik dan Strategi Penyelesaian Sengketa Pertanahan, (Yogyakarta : Tugu
Jogja Pustaka, 2005), hlm 8
24
Berita Negara Republik Indonesia Nomor 569 Tahun 2016
25
Irawan Soerodjo, Kapasitas Hukum Atas Tanah di Indonesia, (Surabaya :Arkola,2003),
hlm 12
49
Secara umum, sengketa tanah timbul akibat adanya beberapa faktor. Faktor-
faktor ini yang sangat dominan dalam setiap sengketa pertanahan dimanapun,
26
Abdulkadir Muhamad, Hukum dan Penelitian Hukum, (Bandung :PT.Citra Aditya
Bakti, 2004), hlm. 52.
27
Maria S.W Sumardjono, Mediasi Sengketa Tanah Potensi Penerapan Alternatif
Penyelesaian sengketa (ADR) Di Bidang Pertanahan,(Jakarta : Kompas Gramedia, 2008), Hlm
38
50
yang sering disebut dengan istilah “litigasi”, yaitu suatu penyelesaian sengketa
semua pihak yang bersengketa saling berhadapan satu sama lain untuk
solution 28. Prosedur dalam jalur litigasi ini sifatnya lebih formal dan teknis,
28
Amriani, Nurnaningsih, Mediasi Alternatif Penyelesaian Sengketa Perdata Di
Pengadilan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012), hlm 35
51
non-litigasi dimana para pihak yang bersengketa dapat membantu aatau dilibatkan
bersifat netral. 29
Hal serupa juga dikatakan oleh Rachmadi Usman, bahwa selain melalui
a. Arbitrase
29
Joni Emerzon, Alternatif Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan,(Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, ), hlm. 38
30
Rachmadi Usman, Mediasi di Pengadilan Dalam Teori & Praktik, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2012), hlm. 8
31
Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 30 tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 138, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3872)
52
b. Negosiasi
Menurut Ficher dan Ury, negosiasi merupakan komunikasi dua arah yang
memiliki berbagai kepentingan yang sama maupun yang berbeda. 32 Hal ini
selaras dengan apa yang diungkapkan oleh Susanti Adi Nugroho bahwa
pihak lain melalui proses interaksi, komunikasi yang dinamis dengan tujuan
c. Mediasi
Mediasi pada dasarnya adalah negosiasi yang melibatkan pihak ketiga yang
sehingga dapat lebih efektif dalam proses tawar menawar.34 Mediasi juga
32
Amriani, Nurnaningsih. Op.Cit, hlm 23.
33
Susanti Adi Nugroho, Mediasi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa, (Jakarta:
Telaga Ilmu Indonesia, 2009) hlm 21
34
Amriani, Nurnaningsih. Op.Cit, hlm 28.
53
d. Konsiliasi
menawarkannya kepada para pihak. Jika para pihak dapat menyetujui, solusi
bersifat final dan mengikat para pihak. Apabila pihak yang bersengketa
e. Penilaian ahli
sedang terjadi.37
Pencari fakta adalah sebuah cara penyelesaian sengketa oleh para pihak
dengan meminta bantuan sebuah tim yang biasanya terdiri atas para ahli
mengakhiri sengketa. 38
35
Susanti Adi Nugroho, Op.Cit, hlm 21
36
Amriani, Nurnaningsih. Op.Cit, hlm 34.
37
Takdir Rahmadi, Mediasi: Penyelesaian Sengketa Melalui Pendekatan Mufakat,
(Jakarta : Rajawali Pers , 2011), hlm 19
38
Ibid, hlm 17
54
dalam sengketa hak atas tanah adalah prosedur Mediasi. Mediasi pada dasarnya
adalah negosiasi yang melibatkan pihak ketiga yang memiliki keahlian mengenai
prosedur mediasi yang efektif, dapat membantu dalam situasi konflik untuk
tawar menawar. 39
pihak dengan kesepakatan bersama melalui mediator yang bersikap netral, dan tidak
membuat keputusan atau kesimpulan bagi para pihak tetapi menunjang fasilitator
untuk terlaksananya dialog antar pihak dengan suasana keterbukaan, kejujuran, dan
melalui perundingan di antara para pihak yang bersengketa dengan bantuan pihak
ketiga yang netral dan independen, yang disebut Mediator, yang dipilih sendiri oleh
para pihak. Mediator tidak dalam posisi dan kewenangan memutus sengketa, hanya
posisi dan kepentingan pihak lain dan bersama-sama mencari solusi yang bisa
diterima.
adalah pihak netral yang membantu para pihak dalam proses perundingan guna
39
Amriani, Nurnaningsih,Op.cit, hlm 28
40
Adi Nugroho, Susanti, Mediasi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa, (Jakarta:
Telaga Ilmu Indonesia, 2009). hlm 21
55
memutus dan memaksakan sebuah penyelesaian. Tetapi, banyak para ahli juga
mengatakan bahwa mediasi adalah suatu proses penyelesaian sengketa antara dua
pihak atau lebih melalui perundingan atau cara mufakat dengan bantuan pihak
netral yang tidak memiliki kewenangan memutus. 41 Pihak mediator tersebut disebut
2) Para pihak meminta bantuan pihak lain yang bersifat tidak memihak yaitu
mediator;
para pihak.
41
Takdir Rahmadi, Op.Cit, hlm 12