Anda di halaman 1dari 5

BAHAN MEDIS HABIS PAKAI SKRINING HIPOTIROID KONGENITAL (SHK)

UNTUK NEONATAL

A. Latar belakang
Dasar hukum untuk melaksanakan kegiatan ini adalah sebagai berikut :
1. UUD 1945 Pasal 28B Ayat 2 menyatakan bahwa “setiap anak berhak atas
kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”. Selanjutnya Pasal 28H Ayat
1 menegaskan bahwa “setiap orang berhak untuk memperoleh pelayanan
kesehatan”
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan
3. Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 tentang Perubahan Atas UU No 23
Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak
4. Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020, tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2020-2024.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 25 Tahun 2014 tentang Upaya
Kesehatan Anak
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 78 Tahun 2014 tentang Skrining
Hipotiroid Kongenital
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 5 Tahun 2022 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Kesehatan
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2023 tentang Standar Tarif
Pelayanan Kesehatan dalam Penyelenggaraan Program Jaminan
Kesehatan
9. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/1511/2023
tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pelayanan Kebidanan dan Neonatal
dalam Rangka Implementasi Permenkes Nomor 3 Tahun 2023 tentang
Standar Tarif Pelayanan Kesehatan dalam Penyelenggaraan Program
Jaminan Kesehatan

B. Gambaran Umum

Dalam rangka mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, maka
pembangunan kesehatan harus dilakukan secara bersama-sama dengan
pendidikan dan ekonomi sehingga akan dapat tercipta pilar yang saling menopang
dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia yang cerdas dan memiliki daya
saing baik di tingkat lokal maupun di tingkat global.

Untuk mendapatkan SDM yang berkualitas, perlu persiapan dan perencanaan


sejak dini, karena tidak terlahir dengan sendirinya. Salah satu upaya yang dapat
dilakukan untuk mempersiapkannya adalah dengan melakukan deteksi yang sedini
mungkin pada bayi sejak dilahirkan melalui skrining bayi baru lahir. Skrining bayi
baru lahir (Neonatal Screening) adalah uji yang dilakukan pada saat bayi berumur
beberapa hari yang dapat mendeteksi adanya gangguan atau kelainan sedini
mungkin pada bayi sehingga apabila ditemukan gangguan/kelainan dapat segera
diantisipasi sedini mungkin sebelum timbulnya gejala klinis diatas, karena makin
lama gejala makin berat.

Di Indonesia, diantara penyakit-penyakit yang bisa dideteksi dengan skrining bayi


baru lahir, Hipotiroid Kongenital (HK) merupakan kelainan yang cukup banyak
ditemui. Karena diagnosis klinik sulit ditegakkan, maka kunci keberhasilan
pengobatan anak dengan HK adalah deteksi dini pemeriksaan darah tumit dan bila
terkonfirmasi positif HK pengobatan sebelum anak berumur 1 bulan. Hasil kajian
Health Technology Assesment Kemenkes direkomendasikan bahwa SHK perlu
dilakukan pada semua bayi baru lahir.

Sampai dengan tahun 2023 hampir semua provinsi telah mengimplementasikan


SHK. Terdapat 11 laboratorium rujukan SHK yang tersebar di seluruh Indonesia
yaitu RSUP Cipto Mangunkusumo, RSUP Hasan Sadikin, RSUP dr. Sardjito,
RSUD dr. Soetomo, RSUP H. Adam Malik, RSUP M. Djamil, RSUP M. Hoesin,
RSUP dr. Kariadi. RSUP Prof Ngoerah, RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo, dan
RSUP Prof Kandou. Walaupun sudah banyak provinsi yang telah melaksanakan
SHK, namun belum semua fasyankes yang melayani persalinan dan bayi baru lahir
mengirimkan sampel SHK. Berdasarkan laporan SHK laboratorium rujukan dan
laboratorium non rujukan, cakupan SHK tahun 2023 sampai dengan Juli 2023
sebesar 6,7% dari total bayi baru lahir di Indonesia. Masih jauh dari cita-cita bahwa
semua bayi baru lahir harus dilakukan skrining.

C. Pengelolaan BMHP SHK

BMHP SHK sebagaimana jenis BMHP lainnya, dikelola secara satu pintu di
instalasi farmasi Dinas Kesehatan, Rumah Sakit, dan Puskesmas.

Pengelolaan BMHP SHK di Puskesmas, menjadi tanggung jawab unit Farmasi,


meliputi seluruh aspek pengelolaan BMHP termasuk permintaan, penyimpanan,
pengeluaran. Penggunaan BMHP SHK di Puskesmas oleh penggunaan internal
Puskemas dan dapat diserahkan kepada Bidan Praktek Mandiri (BPM) di wilayah
Puskesmas. Penyerahan ke BPM berdasarkan permintaan tertulis sesuai
kebutuhan. Prosedurnya disamakan dengan permintaan vaksin rutin BPM.

PJ farmasi Puskemas berkoordinasi dengan programer dalam hal pengelolaan


BMHP SHK, khususnya dalan hal jumlah dan jadwal permintaan ke Dinas.
Permintaan mengikuti prosedur umum yaitu melalui dokumen LPLPO dan jadwal
permintaan yang telah berjalan baik rutin maupun non rutin. Penyimpanan dan
dokumentasi BMHP SHK mengikuti tata cara penyimpanan BMHP pada umumnya.

Pengelolaan BMHP SHK di Rumah Sakit, menjadi tanggung jawab Instalasi


Farmasi, meliputi seluruh aspek pengelolaan BMHP termasuk permintaan,
penyimpanan, pengeluaran. Permintaan BMHP SHK mengikuti prosedur
permintaan obat/BMHP program, yaitu menggunakan surat permintaan rumah sakit
meliputi jenis dan jumlah bmhp yg diminta, serta data pendukung yang diperlukan
antara lain: jumlah data persalinan yang periode sebelumnya dan stok persediaan
di IFRS. Permintaan BMHP SHK dilakukan oleh tenaga farmasi sesuai
kewenangannya. Permintaan akan disetujui oleh programer SHK Dinas
Kesehatan, lalu diteruskan ke Instalasi Farmasi Dinkes untuk penyerahan BMHP
sesuai prosedur.
SPESIFIKASI BMHP SHK

Set BMHP SHK terdiri dari :


1. 1 lembar kertas saring,
2. 1 buah lancet pediatrik, dan
3. 1 lembar alkohol swab

Spesifikasi BMHP:
1. Kertas Saring
- Jenis kertas filter: kapas dan atau serat selulosa.
- pH: 5,5 - 8,5.
- Ash%: < 0,1%.
- Berat minimal 170 g/m2.
- Terdapat lima lubang dengan diameter Dried Blood Spot: 14 – 17 mm.
- Kartu kertas saring terbuat dari karton tebal yang berukuran minimal 10 x 18 cm dan
dilengkapi dengan plastik zip lock dengan ukuran sesuai.
- Kartu kertas saring berisi tulisan informasi antara lain identitas bayi, identitas orangtua,
nama fasyankes, nama kabupaten/kota, nama dan nomor telpon dokter penanggung
jawab, keterangan spesimen, sumber pembiayaan, instruksi singkat pengambilan darah
dan gambar berwarna, seperti pada gambar berikut:

2. Lancet Pediatrik
- Lancet steril sekali pakai untuk mengambil darah kapiler.
- Ujung lancet berbentuk pisau (blade tip lancet) dari bahan stainless steel.
- Width gauge 1,5 mm / 17G / 18G
- Kedalaman tusukan (depth) 1,8 mm - 2 mm.
- Kemasan lancet dari plastik.
- Masa kadaluarsa : minimal 3 tahun sejak lancet diterima.
- Lancet secara otomatis masuk ke dalam perangkat (auto retract).
- Satu buah lancet dilengkapi dengan satu buah alcohol swab 70%.

3. Alkohol Swab

Anda mungkin juga menyukai