Anda di halaman 1dari 9

NAMA : AGRE BETWIN

NIM : 223020504036

KELOMPOK : VI A

TUGAS PRAKTIKUM TEKNIK PELEDAKAN

1. Contoh gambar Buttom, Middle, Top

Sumber : https://ejournal.ft.unsri.ac.id/index.php/JP/article/download/1602/890/

Keterangan :

- Top merupakan posisi disaat meletakkan bahan peledak didalam lubang bor yang dimana
posisi bahan peledak tersebut berada diatas lubang bor
- Middle merupakan posisi disaat meletakkan bahan peledak didalam lubang bor yang
dimana posisi bahan peledak tersebut berada ditengah lubang bor
- Bottom merupakan posisi disaat meletakkan bahan peledak didalam lubang bor yang
dimana posisi bahan peledak tersebut berada diatas lubang bor
2. Gambar bagian dalam Detonator

Sumber:

https://mineritysriwijaya.blogspot.com/2016/06/sistem-inisiasi-peledakan-blast.html?m=1

Keterangan Detonator Listrik :

- Plastic covered lead wires → Bagian untuk melindungi kabel timah


- Neoprene plug
- Detonator tube → Tabung detonator yang berfungsi untuk menyimpan bahan
bakar/peledak
- Fusehead → Berisi kawat halus dan ramuan pembakar, isian utama, dan isian dasar
- Priming Charge → Priming charge menempatkan primer yang sesuai di dalam muatan
atau kolom bahan peledak
- Base Charge → Disebut juga isian sekunder adalah bahan peledak kuat dengan VoD
tinggi, fungsinya adalah menerima gelombang kejut dan meledak dengan kekuatan
besarnya tergantung pada berat isian tersebut

Keterangan Detonator Nonel

- Plastic covered lead wires → Bagian untuk melindungi kabel timah


- Neoprene plug
- Detonator tube → Tabung detonator yang berfungsi untuk menyimpan bahan
bakar/peledak
- Delay Element > Untuk mengatur waktu tunda detonator
- Fusehead → Berisi kawat halus dan ramuan pembakar, isian utama, dan isian dasar
- Priming Charge → Priming charge menempatkan primer yang sesuai di dalam muatan
atau kolom bahan peledak
- Base Charge → Disebut juga isian sekunder adalah bahan peledak kuat dengan VoD
tinggi, fungsinya adalah menerima gelombang kejut dan meledak dengan kekuatan
besarnya tergantung pada berat isian tersebut

3. Apa saja jenis-jenis booster dan sebutkan perbedaannya

Di dunia pertambangan, terdapat beberapa jenis booster peledakan yang digunakan untuk
meningkatkan kekuatan dan efisiensi peledakan. Berikut adalah beberapa jenis booster peledakan
yang umum digunakan beserta perbedaannya:

1. Booster Nitroglycerin (NG):


 Nitroglycerin adalah bahan peledak yang kuat dan sering digunakan sebagai bahan dasar
untuk booster.
 Booster Nitroglycerin biasanya digunakan untuk meningkatkan kekuatan peledakan
utama dengan mengalirkan energi tambahan ke dalam bahan peledak utama.
 Booster ini cocok digunakan dalam peledakan besar dan membutuhkan perhitungan yang
cermat untuk dosis yang tepat.
2. Booster Emulsified ANFO:
 Emulsified ANFO (Ammonium Nitrate Fuel Oil) adalah campuran ammonium nitrate
dengan minyak bahan bakar.
 Booster Emulsified ANFO digunakan untuk meningkatkan daya ledak ANFO yang
biasanya digunakan dalam peledakan tambang batubara dan batuan lunak lainnya.
 Booster ini memberikan kekuatan tambahan pada peledakan dan meningkatkan efisiensi
dalam fragmentasi batuan.
3. Booster PETN (Pentaerythritol Tetranitrate):
 PETN adalah bahan peledak yang sangat kuat dan stabil.
 Booster PETN sering digunakan untuk meningkatkan daya ledak bahan peledak utama
dalam peledakan tambang dan konstruksi.
 Keuntungan menggunakan PETN adalah daya ledaknya yang tinggi dan kemampuannya
untuk bekerja dalam kondisi ekstrim.
4. Booster TNT (Trinitrotoluene):
 TNT adalah bahan peledak yang stabil dan memiliki kekuatan ledak yang tinggi.
 Booster TNT digunakan untuk meningkatkan daya ledak bahan peledak utama seperti
dynamite dan peledak lainnya.
 Meskipun efektif, penggunaan TNT sebagai booster cenderung lebih mahal daripada
alternatif lainnya.

Perbedaan utama antara jenis-jenis booster ini terletak pada kekuatan ledaknya, stabilitas, biaya,
dan kecocokan untuk aplikasi tertentu dalam lingkungan tambang. Pemilihan booster yang tepat
sangat bergantung pada jenis batuan, ukuran peledakan yang diinginkan, dan kondisi lingkungan
kerja.

4. Berapa persen rasio pencampuran untuk Emulsion dan ANFO

Rasio pencampuran antara emulsi dan ANFO dalam peledakan pertambangan bisa bervariasi
tergantung pada kebutuhan spesifik dari proyek peledakan dan karakteristik batuan yang akan
diproses. Namun, umumnya rasio yang umum digunakan adalah sekitar 80% hingga 90% ANFO
dan 10% hingga 20% emulsi. Ini dapat bervariasi tergantung pada faktor seperti jenis batuan
yang akan dipecahkan, kekuatan peledakan yang diinginkan, dan kondisi lingkungan di situs
tambang. Pemilihan rasio yang tepat biasanya dilakukan berdasarkan evaluasi teknis oleh
insinyur peledakan atau spesialis tambang yang mempertimbangkan berbagai faktor termasuk
keamanan, efisiensi peledakan, dan biaya.
Khusus untuk Emulsion T4070G yang dipakai
merupakan pencampuran antara ANFO dengan emulsion. Perbandingannya meliputi. 30
% ANFO dan 70% emulsion.

5. Bahan peledak yang terdapat di detonator elektrik dan nonel

Detonator elektrik dan Nonel adalah dua metode umum untuk menginisiasi peledakan dalam
industri pertambangan dan konstruksi. Kedua jenis ini menggunakan bahan peledak yang
berbeda dalam mekanisme inisiasinya. Berikut adalah bahan peledak yang umum digunakan
dalam keduanya:

1. Detonator Elektrik:
 Bahan peledak yang umum digunakan dalam detonator elektrik adalah Primer, yang
biasanya terdiri dari campuran sensitif dan stabil seperti PETN (Pentaerythritol
Tetranitrate) atau RDX (Research Department eXplosive).
 Primer ini diletakkan di dalam detonator elektrik bersama dengan inisiator listrik. Ketika
arus listrik diterapkan pada detonator, inisiator listrik menyebabkan Primer meledak,
yang kemudian memicu peledakan bahan peledak utama.
2. Nonel:
 Nonel adalah jenis inisiasi peledakan yang menggunakan tabung plastik yang berisi
campuran sensitif seperti PETN atau RDX, serta kabel inisiator panas.
 Kabel inisiator panas pada Nonel diaktifkan oleh aliran arus listrik, yang menyebabkan
inisiator panas meleleh dan memicu peledakan bahan peledak dalam tabung plastik.
 Bahan peledak Nonel terletak di ujung tabung plastik dan meledak saat inisiator panas
dilelehkan.
6. G-HOOK dan Milisecond delay pada saat

"G-Hook" dan "milisecond pertambangan delay" merupakan dua istilah yang terkait dengan
pengaturan waktu dalam proses peledakan dalam industri pertambangan. Berikut adalah
penjelasan singkat tentang keduanya:

1. G-Hook:
 G-Hook adalah istilah yang mengacu pada pengaturan waktu antara detektor peledakan
dan inisiasi peledakan sebenarnya.
 G-Hook memastikan bahwa waktu yang diperlukan antara deteksi ledakan pertama dan
ledakan berikutnya cukup untuk memastikan keamanan dan efektivitas proses peledakan.
 Penyesuaian G-Hook ini penting untuk menghindari ledakan yang tidak diinginkan atau
tidak terkendali.
2. Milisecond Pertambangan Delay:
 Milisecond Pertambangan Delay adalah pengaturan waktu dalam milidetik (ms) antara
inisiasi ledakan di berbagai lokasi dalam proses peledakan tambang.
 Penggunaan delay ini memungkinkan pengaturan waktu yang tepat untuk peledakan
secara bertahap, memastikan bahwa peledakan terjadi dengan cara yang terkontrol dan
efisien.
 Milisecond Pertambangan Delay digunakan untuk mengatur urutan peledakan di berbagai
lubang peledakan dalam rangkaian, memastikan bahwa tekanan dari ledakan sebelumnya
tidak mengganggu atau merusak peledakan di lokasi berikutnya.

7. Berapa MS yang digunakan pada INHOOL, Surface Delay dan Warna

Pemilihan milisekon delay dalam peledakan sangat tergantung pada desain peledakan
yang diinginkan dan karakteristik geologi di lokasi tambang. Dalam banyak kasus,
peledakan menggunakan berbagai jenis delay untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Berikut adalah beberapa umumnya digunakan:

1. In-Hole Delay:

- Digunakan di dalam lubang bor.

- Rentang umum delay: 0 hingga beberapa ratus milisekon, tergantung pada jarak dan
hubungan dengan peledakan lainnya.

- Berguna untuk mengatur waktu peledakan di berbagai titik dalam satu lubang bor.

2. Surface Delay:
- Digunakan pada permukaan tanah atau batuan.

- Rentang umum delay: Biasanya lebih lama daripada in-hole delay, mulai dari beberapa
ratus hingga beberapa ribu milisekon.

- Berguna untuk mengatur urutan peledakan di berbagai lubang bor atau area peledakan
yang lebih besar.

3. Warna (Color Coding):

- Dalam beberapa sistem peledakan, warna digunakan sebagai representasi visual dari
delay yang berbeda.

- Misalnya, kapsul atau tali peledakan dengan warna tertentu dapat menunjukkan tingkat
delay tertentu.

- Pemberian warna membantu operator untuk memastikan bahwa urutan peledakan dan
delay telah diatur sesuai desain.

Penting untuk dicatat bahwa pengaturan milisekon delay harus memperhitungkan struktur
geologi, jenis batuan, dan tujuan peledakan yang diinginkan. Konsultasi dengan ahli
peledakan atau insinyur peledakan yang berpengalaman sangat penting untuk memilih
dan mengatur delay dengan bijak agar mencapai hasil yang diinginkan dan
meminimalkan dampak lingkungan serta risiko keselamatan.

8. Pada saat apa digunakan Shotgun atau BM

Sogun dan BM (Blasting Machines) adalah dua jenis peralatan yang digunakan dalam proses
inisiasi peledakan. Mereka memiliki fungsi yang berbeda dalam pengaturan peledakan. Berikut
adalah penjelasan tentang kapan masing-masing digunakan:

1. Sogun:
 Sogun, atau sering juga disebut sebagai detonator, adalah perangkat yang digunakan
untuk mengirimkan sinyal listrik ke detonator atau inisiator peledakan.
 Sogun digunakan pada tahap terakhir dalam rangkaian inisiasi peledakan, biasanya pada
titik dekat dengan bahan peledak utama.
 Fungsi utama Sogun adalah untuk menginisiasi detonasi pada detonator atau inisiator
peledakan, yang selanjutnya memicu peledakan bahan peledak utama.
2. Blasting Machine (BM):
 Blasting Machine, atau disebut juga detonator atau detonator box, adalah perangkat yang
digunakan untuk menghasilkan arus listrik yang cukup untuk memicu detonator atau
inisiator peledakan.
 BM digunakan untuk memberikan arus listrik yang kuat dan stabil ke detonator atau
inisiator peledakan, yang diperlukan untuk memicu peledakan bahan peledak utama.
 BM biasanya digunakan pada tahap awal dalam rangkaian inisiasi peledakan, sering kali
dari jarak yang jauh dari area peledakan yang sebenarnya.

Jadi, secara umum, Sogun digunakan pada tahap akhir inisiasi peledakan, dekat dengan bahan
peledak utama, sementara BM digunakan pada tahap awal inisiasi peledakan, seringkali dari
jarak yang jauh. Keduanya penting dalam proses pengaturan peledakan yang aman dan efektif
dalam industri pertambangan dan konstruksi.

9. Peraturan yang mengatur tentang peledakan (Jumlah pemakaian, expired, lokasi


bahan ledak, dll) lampirkan dengan peraturan yang lama dan yang baru

- KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 125 TAHUN 1999


TENTANG BAHAN PELEDAK
- KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL MINERAL DAN BATUBARA
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR
309.K/30/DJB/2018 TENTANG PETUNJUK TEKNIS KESELAMATAN BAHAN
PELEDAK DAN PELEDAKAN SERTA KESELAMATAN FASILITAS
PENIMBUNAN BAHAN BAKAR CAIR PADA KEGIATAN USAHA
PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA
- Peraturan Menteri ESDM Nomor 25 Tahun 2018 tentang Pelaksanaan Pengelolaan Bahan
Peledak dan Bahan Kimia Berbahaya Lainnya pada Kegiatan Usaha Pertambangan
Mineral dan Batubara:
Mengatur tata cara pengelolaan dan penggunaan bahan peledak pada kegiatan
pertambangan mineral dan batubara.
Memuat persyaratan penyimpanan, transportasi, dan penggunaan bahan peledak.
- Peraturan Menteri ESDM Nomor 16 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Pertambangan Mineral dan Batubara:
Menyertakan ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja, termasuk dalam hal peledakan
di sektor pertambangan.
- Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2010 tentang Reklamasi dan Pasca Tambang:
- Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2010 tentang Konservasi Energi:
Secara umum mencakup aspek penggunaan energi, tetapi juga dapat mempengaruhi
pengelolaan bahan peledak yang digunakan.

10. Sebutkan dan jelaskan isi dari G-HOOK (penjepit)

G-hook, atau juga dikenal sebagai penjepit, adalah salah satu perangkat yang digunakan dalam
kegiatan peledakan untuk mengatur urutan peledakan dalam lubang bor. G-hook umumnya
terdiri dari dua bagian, yaitu rahang tetap dan rahang gerak. Berikut adalah beberapa hal yang
umumnya terkait dengan G-hook dalam konteks peledakan:

Bagian bagian G-hook :

1. Rahang Tetap (Fixed Jaw):


- Merupakan bagian yang tidak bergerak dari G-hook.
- Digunakan untuk menahan detonator primer atau inisiatior peledak di dalam lubang bor.

2. Rahang Gerak (Moving Jaw):


- Merupakan bagian yang dapat bergerak pada G-hook.
- Digunakan untuk melepaskan atau membebaskan detonator primer dari G-hook saat
diaktifkan.

Penggunaan:

- G-hook digunakan untuk mengatur urutan peledakan dalam situasi di mana beberapa
lubang bor perlu diledakkan dengan urutan tertentu.
- Saat G-hook diaktifkan, rahang gerak akan membuka, membebaskan detonator primer
dari rahang tetap, dan memungkinkan inisiasi peledakan.

Keamanan:

- G-hook dirancang untuk memberikan keamanan dan kontrol dalam proses peledakan
untuk memastikan bahwa urutan peledakan berjalan sesuai dengan rencana dan desain.
Pengaturan Waktu (Timing):

- Digunakan untuk mengatur waktu antara inisiasi detonator primer dalam satu lubang bor
dengan lubang bor lainnya.
- Meningkatkan kontrol dalam pengembangan peledakan yang bertahap.

Penting untuk dicatat bahwa penggunaan G-hook harus mematuhi prosedur keamanan yang ketat
dan sesuai dengan regulasi peledakan yang berlaku di tempat tersebut. Ahli peledakan atau
teknisi peledakan yang berpengalaman biasanya bertanggung jawab atas penggunaan dan
penyesuaian G-hook dalam kegiatan peledakan.

Anda mungkin juga menyukai