Anda di halaman 1dari 5

Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Terbimbing Berbantu PHet Simulation terhadap

Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA Kelas XI MIPA

N Alistiawan1,2
1
Program Studi Pendidikan Fisika Universitas PGRI Semarang, Jl. Lontar No. 1 Semarang
2
E-mail: niknanik16@gmail.com

Abstrak. Pendidikan saat ini sangat perlu melatih siswa agar memiliki keterampilan
berpikir kritis sehingga memiliki kemampuan bersikap dan berperilaku adaptif dalam
menghadapi tantangan dan tuntutan kehidupan sehari-hari. Hal ini diperlukan model
pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Inkuiri
terbimbing melatih siswa untuk memecahkan masalah, membuat keputusan, serta
mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Dalam model pembelajaran ini siswa
dituntut lebih aktif, sedangkan guru hanya sebagai fasilitator. Penelitian ini bertujuan
untuk mengkaji pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan PhET
simulation terhadap kemampuan berpikir kritis siswa SMAN 1 Banjarharjo pada
pokok bahasan pemantulanan cahaya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah quasi experimental design dengan menggunakan metode pretest posttest
control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI
MIPA SMAN 1 Banjarharjo, dengan sampel kelas XI MIPA 2 sebagai kelas kontrol
dan X MIPA 1 sebagai kelas eksperimen. Hasil penelitian yang diperoleh bahwa
terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara kemampuan berpikir kritis siswa
yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan
PhET simulations dengan kemampuan berpikir kritis siswa yang diajar dengan model
pembelajaran konvensional.
Kata kunci: Inkuiri Terbimbing, Berpikir Kritis, phET Simulation

Abstract. . Education at this time really needs to train students to have critical thinking skills
so they have the ability to behave and behave adaptively in facing the challenges and demands
of everyday life. This requires an effective learning model to improve critical thinking skills.
Guided inquiry trains students to solve problems, make decisions, and develop critical thinking
skills. In this learning model students are required to be more active, whereas teachers are
only as facilitators. This study aims to examine the effect of a guided inquiry learning model
assisted by PhET simulation on the critical thinking abilities of students of SMAN 1
Banjarharjo on the subject of light reflection. The method used in this study is a quasi
experimental design using the pretest posttest control group design method. The population in
this study were all students of class XI MIPA SMAN 1 Banjarharjo, with a sample of class XI
MIPA 2 as a control class and X MIPA 1 as an experimental class. The results obtained that
there is a significant difference in effect between the critical thinking abilities of students who
are taught by using guided inquiry learning models assisted by PhET simulations with the
critical thinking abilities of students taught by conventional learning models.
Keywords: Guided Inquiry, Critical Thinking, PhET Simulation

.
1. Pendahuluan

Berpikir kritis merupakan salah satu bagian dari berpikir tingkat tinggi berpikir kritis dalam
menyelesaikan masalah sangat diperlukan, permasalahan akan dianalisis terlebih dahulu sebelum
menentukan kesimpulan dan menentukan keputusan. Pada zaman sekarang kemampuan berpikir kritis
sangat penting dimiliki oleh siswa. Supaya dalam menyelesaikan masalah-masalah yang ada di
lingkungan sekitar dapat menganalisis atau mengevaluasinya terlebih dahulu sebelum menarik
kesimpulan. Berpikir kritis merupakan proses mental yang terarah yang digunakan dalam
memecahkan masalah, mengambil keputusan, membujuk, menganalisis asumsi, dan melakukan
penelitian ilmiah. Keterampilan berpikir kritis secara esensial merupakan keterampilan menyelsaikan
masalah (Husein, Herayanti & Gunawan, 2015).
Pendidikan saat ini sangat perlu melatih siswa agar memiliki keterampilan berpikir kritis
sehingga memiliki kemampuan bersikap dan berperilaku adaptif dalam menghadapi tantangan dan
tuntutan kehidupan sehari-hari secara efektif (Rahmawati, Hidayat & Rahayu, 2016). Sehingga
perlunya upaya yang dilakukan untuk meningkatkannya yaitu berupa perbaikan strategi pembelajaran
dengan metode diskusi, studi kasus, dan penggunaan pertanyaan merupakan strategi yang berpotensi
terhadap keterampilan berpikir kritis. Salah satu model pembelajaran yang dipandang dapat membantu
dan memfasilitasi terhadap keterampilan berpikir kritis siswa adalah pembelajaran inkuiri. Menurut
Arnyana (2005); Jufri (2007); Santoso (2007), dalam buku Jufri, (2003) menyatakan "Dewasa ini,
sudah cukup banyak hasil penelitian yang membuktikan tentang adanya hubungan yang signifikan
antara penerapan proses dan perangkat pembelajaran berbasis inkuiri dengan peningkatan
keterampilan berfikir kritis siswa".

Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi di era revolusi industri 4.0, dunia pendidikan
senantiasa bergerak maju secara dinamis, khususnya untuk menciptakan metode dan media dengan
materi pendidikan bertema fisika yang semakin menarik, interaktif dan komprehensif sesuai dengan
model pembelajaran inovatif dan kreatif. Salah satu aplikasi laboratorium virtual adalah simulasi
Physics Education Technology (PhET). PhET adalah situs yang menyediakan simulasi pembelajaran
fisika, biologi, kimia, dan matematika, yang diberikan secara gratis oleh Universitas Colorado untuk
kepentingan pembelajaran di kelas atau dapat digunakan untuk kepentingan belajar individu. Simulasi
dirancang secara interaktif, sehingga penggunanya dapat melakukan pembelajaran secara langsung
(Saregar, 2016).

Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah model
pembelajaran inkuiri terimbing berbantuan PhET simulation berpengaruh terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa SMA kelas XI MIPA?. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji adakah pengaruh
model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan PhET simulation terhadap kemampuan berpikir
kritis siswa SMA kelas XI MIPA.

2. Metode

Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian di
SMAN 1 Banjarharjo adalah quasi experimental design dengan menggunakan metode pretest posttest
control group design. (Sugiyono, 2013). Penelitian ini menggunakan 2 kelas, yaitu kelas eksperimen
(model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan PhET simulation) dan kelas kontrol (model
pembelajaran konvensional). Populasi dalam penelitian ini seluruh siswa kelas XI MIPA SMA Negeri
1 Banjarharjo tahun ajaran 2019/2020. Pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu menggunakan
instrumen penilaian, dimana instrumen tersebut di uji validitas ahli kemudian di uji cobakan kepada
siswa yang sebelumnya pernah menerima materi pemantulan cahaya instrument tersebut berupa
posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Jenis data yang diperoleh berupa skor nilai, sehingga
disebut data interval. Hasil penelitian dianalisis dengan teknik uji Independent Sampel T-test. Adapun
keterampilan berpikir kritis yang diukur pada penelitian ini terdiri dari empat aspek, yaitu :
1) Memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification), yang terdiri dari indikator:
memfokuskan pertanyaan,
2) Menyimpulkan (inference), yang terdiri dari indikator: membuat induksi dan
mempertimbangkan induksi
3) Membuat penjelasan lebih lanjut (advanced clarification), yang terdiri dari indikator
mengidentifikasi asumsi
4) Strategi dan taktik (strategies and tactics)

3. Hasil dan Pembahasan

Berpkir kritis sebagai hasil perlakuan antara penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing
berbantuan PhET simulations dan model pembelajaran konvensional. Penelitian ini dilakukan untuk
mengkaji pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan PhET simulation terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa SMA pada materi pemantulan cahaya. Hasil kemampuan berpikir
kritis siswa bisa dilihat dari hasil post-test yang dilakukan setelah dilakukan pembelajaran dikelas
eksperimen (model pembelajaran inkuiri terbimbing) dan kelas kontrol (model pembelajaran
konvensional). Secara ringkas hasil kemampuan berpikir kritis dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini:

Tabel 1 Nilai Persentase Keterampilan Berpikir Kritis Posttest Kelas Kontrol dan
Kelas Eksperimen
Posttest

No Kelas Memberikan Membuat


Strategi
penjelasan Menyimpulkan penjelasan
dan taktik
sederhana lebih lanjut

1 Eksperimen 30.5 42.5 34 75.5 65 47


2 Kontrol 31.5 42 33 66 61.5 45.5

Berdasarkan grafik persentase tiap sub indikator nilai posttest, kelas kontrol dan kelas
eksperimen bisa dilihat digambar 1 sebagai berikut:

Persentase tiap sub indikator


80 75.5
70 65 67
61
60
50 47
42.5 40.5 43
40 30.5 34 32.5
28.5
30
20
10
0
Eksperimen Kontrol

Memberikan penjelasan sederhana Menyimpulkan


Membuat penjelasan lebih lanjut Membuat penjelasan lebih lanjut
Strategi dan taktik Strategi dan taktik
Gambar 1. Perbandingan Indikator Keterampilan Berpikir Kritis Kelas
Kontrol dan Kelas Eksperimen

Di atas adalah gambar perbandingan indikator kemampuan berpikir kritis siswa terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa. Untuk indikator pertama kelas eksperimen sebanyak 30.5 %
daripada kelas kontrol yang 28.5 %, indikator kedua kelas eksperimen sebanyak 42.5 % daripada kelas
kontrol yang 40.5 %, indikator ketiga kelas eksperimen sebanyak 34 % dan 75.5 % daripada kelas
kontrol yang 32.5 % dan 67 %, indikator yang keempat kelas eksperimen sebanyak 65 % dan 47%
daripada kelas kontrol yang 61% dan 43%. Terdapat perbedaan antara keterampilan berpikir kritis di
kelas kontrol dengan kelas eksperimen berdasarkan empat indikator keterampilan berpikir kritis.
Indikator yang pertama adalah memberikan penjelasan-penjelasan sederhana, indikator yang kedua
menyimpulkan, indikator ketiga membuat penjelesan lebih lanjut, indikator keempat strategi dan
taktik. Untuk mengkaji berpengaruh atau tidaknya maka perlu dilakukan analisis dengan menggunakan
uji Independent sampel T-test. Sebelum melakukan uji Independent Sample T-test perlu dilakukan uji
normalitas terlebih dahulu, jika data yang terdistribusi normal maka dilanjutkan dengan uji
Independent SampleT-test
Dalam penelitian uji normalitas menggunakan uji Liliefors, pada taraf signifikan 0,05
atau 5%. Suatu sampel berdistribusi normal jika L 0< Ltabel. Hasil uji normalitas dapat dilihat
pada Tabel 2
Tabel 2 Uji Normalitas

Kelompok N L0 Ltabel Keterangan


Eksperimen 36 0,146 0,147 Berdistribusi normal
(XI MIPA 1)
Kontrol 36 0,111 0,147 Berdistribusi normal
(XI MIPA 2 D)

Dari data pada Tabel 2 terlihat bahwa L0< Ltabel pada taraf signifikansi 0,05 dengan N =
36. Sehingga dapat dinyatakan bahwa semua data berdisttribusi normal baik kelas eksperimen
maupun kontrol. Kemudian dilanjutkan uji statistik menggunakan Independent Sample T-test.
Berikut hasil analisis data menggunakan uji Independent Sample Ttest.
t hitung
Dalam perhitungan data didapatkan sebesar 1,739 Pada tabel distribusi t, untuk 𝞪 = 0,05
t tabel t hitung t tabel
dan nilai dk = (36+36-2)= 70, diperoleh 1,666. Karena > maka H0 ditolak dan Ha
diterima. Jadi terdapat pengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa yang signifikan antara
siswa yang mendapat pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing berbantu PhET Simulation
dengan siswa yang tidak dengan model inkuiri terbimbing berbantu PhETSimulation.

4. Simpulan
Dari hasil pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa model inkuiri terbimbing berbantuan
PhET simulations berpengaruh signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI SMAN 1
Banjarharjo pada materi pemantulan cahaya. Nilai kemampuan berpikir kritis kelas eksperimen yang
menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan PhET simulations lebih besar dari
pada kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional.
Daftar Pustaka

Husein, S., Herayanti, L., & Gunawan. (2015). Pengaruh Penggunaan Multimedia Interaktif Terhadap
Penguasaan Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Materi Suhu dan Kalor.
Jurnal Pendidikan Fisika Dan Teknologi, 1(3), 221. https://doi.org/10.29303/jpft.v1i3.262.
I. Rahmawati, A. Hidayat, and S. Rahayu, “Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMP Pada
Materi Gaya Dan Penerapannya,” Pros. Semnas Pend. IPA Pascasarjana UM, vol. 1.
Malang, pp. 1112–1119, 2016.
Jufri, W. H. A. (2013). Belajar dan Pembelajaran Sains. Bandung: Pustaka Caka Reka.
Saregar, A. (2016). Pembelajaran Pengantar Fisika Kuantum Dengan Memanfaatkan Media
Phet Simulation Dan Lkm Melalui Pendekatan Saintifik: Dampak Pada Minat Dan
Penguasaan Konsep Mahasiswa. Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika. Vol. 05 (1) (2016)
53-60.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan . Bandung: Remaja Rosdakarya Offset.

Anda mungkin juga menyukai