Anda di halaman 1dari 53

NEUROLOGI

PERSIAPAN OSCE CSL IV FK UNHAS ANGKATAN 2019


DIFUSI REVIEW
2021
Outline
1. Pemeriksaan GCS
2. Pemeriksaan MMSE
3. Pemeriksaan Nervus Cranialis
4. Pemeriksaan Motorik dan Refleks
5. Pemeriksaan Sensorik dan Keseimbangan
6. Pemeriksaan Neurologi Lainnya (Kaku Kuduk, LBP, Sindroma
Jebakan)
Pemeriksaan GCS
Glasgow Comma Scale
Eye (4) Verbal (5) Motor (6)

Membuka spontan tanpa Orientasi baik (Menyebutkan


4 stimulus
5 nama, tempat dan tanggal) 6 Menuruti perintah

Membuka setelah rangsangan


3 suara atau perintah (verbal) 4 Orientasi tidak baik 5 Mampu melokalisir nyeri

Membuka setelah rangsangan Gerakan lengan menjauhi arah


2 nyeri 3 Kata-kata jelas 4 sumber nyeri

1 Tidak membuka mata sama


sekali, tanpa faktor 2 Mengerang 3 Fleksi tidak normal (dekortikasi)
penghalang
1 Tidak ada respon suara, tanpa
2 Ekstensi tidak normal
faktor pengganggu (deserebrasi)

1 Tidak ada respon


DIFUSI Tips OSCE Pemeriksaan GCS
Inspeksi Umum

Buka Mata : Dekortikasi : Deserebrasi :


Tidak Buka Mata
E4 M3 M2

Pak/Bu, Siapa Nama Ta? Dimana ki sekarang?


Coba angkat tangan ta

Menjawab :
Tidak Menjawab
E3

Kalimat Disorientasi : Kata – kata : Mengerang : Angkat


Rangsang Nyeri
Lengkap : V5 V4 V3 V2 tangan : M6

Buka Mata: Tidak Respon Lokalisir Nyeri Menjauh


E2 : E1, V1, M1 : M5 Nyeri : M4
Contoh Interpretasi GCS
• GCS 15 : E4M6V5
• Afasia Motorik : E4M6Vx
• Klasifikasi Traumatic Brain Injury berdasarkan GCS
• TBI Berat : GCS <= 8
• TBI sedang : GCS 9 – 12
• TBI ringan : GCS >= 13
MINI MENTAL STATE
EXAMINATION
Pemeriksaan MMSE

Atensi dan
Orientasi Registrasi
Kalkulasi

Kemampuan
Recall Rekonstruksi
Bahasa
Penilaian MMSE
Penilaian Orientasi (Skor maksimal 10)
1. Klien dipersilahkan duduk.
2. Klien diminta menyebutkan waktu : tanggal, hari, bulan, tahun, musim saat ini. (Setiap
pertanyaan yang dijawab dengan tepat akan mendapat nilai 1 sehingga nilai maksimal adalah
5)
3. Klien diminta menyebutkan tempat : rumah sakit/kampus, kota, propinsi, negara, lantai/kamar
saat ini. (Setiap pertanyaan yang dijawab dengan tepat akan mendapat nilai 1 sehingga nilai
maksimal adalah 5)
Penilaian Registrasi (Skor Maksimal 3)
1. Pemeriksa menyebutkan 3 buah nama benda (apel, meja, koin), tiap benda 1 detik.
2. Meminta klien diperiksa untuk mengulangi ketiga nama benda tadi. Nilai 1 untuk tiap nama
benda yang benar sehingga nilai maksimal adalah 3.
Penilaian MMSE
Penilaian Atensi dan Kalkulasi (Skor Maksimal 5)

1. Memberikan perhitungan sederhana (atensi dan kalkulasi) misalnya 100-7 lalu hasilnya kurangi 7
lagi lalu hasilnya dikurangi 7 lagi secara berurutan sampai diperoleh 5 hasil perhitungan
selanjutnya. (Hasil perhitungan yang benar akan mendapat nilai 1 sehingga nilai maksimal adalah
5)
2. Atau meminta klien/pasien mengeja huruf pada kata WAHYU yang dimulai dari belakang. Nilai
diberi pada huruf yang benar sebelum kesalahan; misalnya uyahw = 2 nilai. (Setiap ejaan huruf
yang benar akan mendapat nilai1 sehingga nilai maksimal adalah 5)
Penilaian Recall (Skor Maksimal 3)

1. Meminta klien/pasien menyebutkan lagi tiga nama benda yang disebutkan diatas. (Setiap benda
yang dapat diingat dengan benar akan mendapat nilai 1 sehingga nilai maksimal nya adalah 3).
Penilaian MMSE
Penilaian Kemampuan Bahasa (Skor Maksimal 8)
1. Menyebutkan nama benda yang ditunjukkan (pensil, buku) : nilai maksimal 2
2. Mengulang kata-kata: ”namun”, ”tanpa”, ”bila” : Nilai maksimalnya 3
3. Kemudian menyuruh Klien melakukan perintah: ”Ambil kertas ini dengan tangan anda, lipatlah
menjadi dua dan letakkan di lantai : Bila dilakukan dengan tepat diberi nilai 1
4. Menyuruh Klien membaca dan melakukan perintah ”Pejamkanlah mata anda” : Bila dilakukan
dengan tepat diberi nilai 1
5. Pasien disuruh menulis dengan spontan : Bila dilakukan dengan tepat diberi nilai 1
Penilaian Konstruksi (Skor Maksimal 1)
1. Klien diminta meniru gambar ini. Bila klien/pasien dapat menggambarkan bangunan seperti
gambar maka diberi nilai 1.
Interpretasi MMSE
• Skor 24 – 30
• No Cognitive Impairment (Normal)
• Skor 17 – 23
• Mild Cognitive Impairment / Probable Gangguan Kognitif
• Skor 0 – 16
• Severe Cognitive Impairment / Definite Gangguan Kognitif
PEMERIKSAAN NERVUS
CRANIALIS
Pemeriksaan Indra Penciuman
(Nervus Cranialis I : Nervus Olfactorius)
• Syarat Pemeriksaan : Tidak ada penyakit intranasal.
• Pasien duduk/baring, sambil tutup mata
• Menaruh salah satu bahan/zat di depan salah satu lubang hidung (lubang
hidung lain ditutup).
• Zat pengetes yang digunakan sebaiknya zat yang dikenal sehari-
hari, misalnya kopi, teh, tembakau, jeruk.
Interpretasi :
A. Normosmia: kemampuan menghidu normal, tidak terganggu.
B. Hiposmia: kemampuan menghidu menurun, berkurang.
C. Hiperosmia: meningkatnya kemampuan menghidu, dapat dijumpai pada penderita hiperemesis gravidarum atau pada
migren.
D. Parosmia: tidak dapat mengenali bau-bauan, salah hidu.
E. Kakosmia: persepsi adanya bau busuk, padahal tidak ada.
F. Halusinasi penciuman: biasanya berbentuk bau yang tidak sedap, dapat dijumpaipada serangan epilepsi yang berasal dari
girus unsinat pada lobus temporal, dan sering disertai gerak mengecap-ngecap (epilepsi jenis parsial kompleks).
Inspeksi Celah Palpebra (Nervus Cranialis III)
• Hanya diinspeksi!
• Kelumpuhan nervus III dapat menyebabkan terjadinya ptosis, yaitu kelopak mata
terjatuh, mata tertutup, dan tidak dapat dibuka. Hal ini disebabkan oleh kelumpuhan
m. Levator palpebrae.
• Pada kelumpuhan ringan pemeriksa dapat membandingkan celah mata
• Pada sisi yang lumpuh celah mata lebih kecil dan kadang-kadang kita lihat dahi dikerutkan (m.
Frontalis) untuk mengkompensasi menurunnya kelopak mata.
• Pemeriksa juga dapat menilai kekuatan m.levator palpebrae dengan
meminta klien menutup mata, kemudian disuruh untuk membukanya.
• Waktu klien membuka mata, pemeriksa menahan gerakan ini dengan jalan
memegang (menekan enteng) pada kelopak mata.
• Pada pemeriksaan ini, untuk meniadakan tenaga kompensasi dari m. Frontalis perlu
diberi tekanan pada alis mata dengan tangan satu lagi.
Reaksi Pupil terhadap cahaya (Nervus Cranialis
II dan III)
• Klien disuruh untuk melihat jauh (menfiksasi pada benda yang jauh letaknya.
• Selanjutnya pemeriksa memberi cahaya senter dan dilihat apakah ada reaksi
pupil.
• Interpretasi :
• Pada keadaan normal pupil mengecil, disebut refleks cahaya langsung (RCL) positif.
• Selanjutnya pemeriksa memperhatikan pula pupil mata yang satu lagi. Apakah pupilnya ikut
mengecil oleh penyinaran mata lainnya (kontralateral). Jika pupilnya ikut mengecil berarti
reaksi cahaya tidak langsung (RCTL) positif.
• Pada lesi N. II kanan, refleks cahaya pupil langsung pada mata kanan negatif, dan tidak
langsung pada mata kiri negatif.
• Bila visus mata 0 (buta), maka refleks cahaya pada mata tersebut negatif. Bila mata lainnya
baik, maka penyinaran mata yang baik akan menyebabkan mengecilnya pupil pada mata yang
buta tersebut (reaksi cahaya tak langsun positif).
• Jadi bila reaksi cahaya langsung negatif, sedangkan reaksi cahaya tak langsung positif, maka
kerusakannya pada nervus II. Sebaliknya pada kelumpuhan nervus III, reaksi cahaya langsung
dan tidak langsung ialah negatiF
Lesi Reflex Pupil

Cara mudah
Normal
Apabila pupil direk dan indirek yang
rusak berlawanan maka itu lesi pada
NII sesuai direk.
Lesi NII Dextra
Apabila pupil direk dan indirek yang
rusak searah maka lesinya pada NIII

Lesi NIII Dextra


Reaksi Pupil terhadap Benda Dekat (Nervus
Cranialis III)
• Klien disuruh untuk melihat jauh.
• Kemudian disuruh untuk melihat dekat misalnya jari kita (benda) yang
ditempatkan dekat matanya
• Interpretasi :
• Refleks akomodasi dianggap positif bila terlihat pupil mengecil.
• Pada kelumpuhan nervus III refleks ini negatif.
Penilaian Gerakan Bola Mata, Diplopia,
(Nervus Cranialis III, IV, dan VI)
• Diajarkan pada Skill Mata
Penilaian Nistagmus
• Pada saat melakukan pemeriksaan gerakan bola mata, klien diminta melirik terus
ke satu arah (misalnya ke kanan, ke kiri, ke atas dan bawah) selama jangka waktu
5 atau 6 detik.
• Jika ada nistagmus hal ini akan terlihat dalam jangka waktu tersebut.Tetapi mata
jangan terlalu jauh dilirikkan, sebab hal demikian dapat menimnbilkan nistagmus
pada orang yang normal (end position nystagmus, nistagmus posisi ujung).
• Bila pemeriksa mendapatkan adanya nistagmus, maka harus diperiksa:
• Jenis gerakannya
• Bidang gerakannya
• Frekuensinya
• Amplitudonya
• Arah gerakannya
• Derajatnya
• Lamanya
Pemeriksaan Refleks Kornea
• Menerangkan tujuan pemeriksaan kepada klien.
• Klien diminta untuk melirik ke atas atau ke samping menjauh dari
pemeriksa supaya mata tidak berkedip pada saat korneanya hendak
disentuhkan dengan kapas.
• Perhatikan kedua bola mata
• Kemudian dilakukan penggoresan pada daerah kornea
• Interpretasi
• Refleks kornea langsung adalah refleks kornea dimana perangsangan dan
respon yang didapat terjadi pada sisi yang sama, sedangkan pada refleks
kornea konsensual diperoleh kedipan mata pada kedua sisi atas perangsangan
sesisi.
Funduskopi
• Diajarkan pada skill Mata
Penilaian Kesimetrisan Wajah (Nervus
Cranialis VII)
• Memperhatikan muka penderita : simetris atau tidak. Perhatikan kerutan dahi, pejaman
mata, sulcus nasolabialis, dan sudut mulut.
• Meminta penderita mengangkat alis dan mengerutkan dahi. Perhatikan simetris atau
tidak. Kerutan dahi menghilang pada sisi yang lumpuh.
• Meminta penderita memejamkan mata dan kemudian pemeriksa mencoba membuka
mata penderita. Pada sisi yang lumpuh, penderita tidak dapat/sulit memejamkan mata
(lagopthalmus) dan lebih mudah dibuka oleh pemeriksa.
• Meminta penderita menyeringai atau menunjukkan gigi, mencucurkan bibir atau bersiul,
dan mengembungkan pipi. Perhatikan sulcus nasolabialis akan mendatar, sudut mulut
menjadi lebih rendah, dan tidak dapat mengembungkan pipi pada sisi lumpuh.
• Interpretasi : Bedakan kelumpuhan nervus VII tipe UMN dan tipe LMN. Tipe UMN, bila
kelumpuhan hanya terdapat pada daerah mulut (m. orbicularis oris). Tipe LMN, bila
kelumpuhan terjadi baik pada daerah mulut maupun pada mata (m. orbicularis oculi) dan
dahi (m. frontalis).
Lesi Pada NVII

Kerutan Dahi (-) Kerutan Dahi (+)


Penilaian Kekuatan otot Temporal dan
Masseter (Nervus Cranialis V Motorik)
• Meminta Klien merapatkan giginya sekuat mungkin.
• Pemeriksa meraba m. masseter dan m. temporalis.
• Memperhatikan besar, tonus, serta kontur (bentuk) otot tersebut.
• Kemudian meminta pasien membuka mulut.
• Memperhatikan apakah ada deviasi rahang bawah
• Interpretasi :
• Bila ada paresis, maka rahang bawah akan berdeviasi ke arah yang lumpuh. Kadang-
kadang sulit menetukan adanya deviasi, maka diperlukan alternatif lain : Digunakan
garis antara kedua gigi insisivus (gigi seri) sebagai patokan. Perhatikan kedudukan gigi
insisivus atas dan bawah waktu mulut tertutup, dan perhatikan kedudukannya waktu
mulut dibuka, apakah ada deviasi. Hal ini perlu dilakukan bila terdapat pula paresis
nervus VII.
Penilaian Kekuatan otot Temporal dan
Masseter (Nervus Cranialis V Motorik)
• Pemeriksaan Alternatif I : Kekuatan otot saat menutup mulut dapat dinilai dengan
jalan menyuruh klien menggigit suatu benda, misalnya tong spatel. Pemeriksa
menilai dengan menarik tong spatel tersebut. Kemudian klien diminta
menggerakkan rahang bawahnya ke samping (untuk menilai m. pterigoideus
lateralis) kiri dan kanan. Interpretasi : Bila terdapat paresis di sebelah kanan,
rahang bawah tidak dapat digerakkan ke samping kiri.
• Pemeriksaan Alternatif II : Klien diminta untuk mempertahankan rahang
bawahnya ke samping. Pemeriksa memberi tekanan untuk mengembalikan
rahang-bawah ke posisi tengah.
• Untuk menentukan adanya lesi supranuklear refleks rahang (jaw reflex) :
Pemeriksaan menempatkan satu jari melintang dagu pasien. Klien diminta
membukakan mulutnya sedikit. Pemeriksa mengetok jari tersebut dengan palu
refleks.
• Interpretasi : Pada orang normal didapatkan hanya sedikit saja gerakan, malah kadang-
kadang tidak ada. Bila gerakannya hebat (yaitu kontraksi m. masetter, m. temporalis, m.
pterigoideus medialis yang menyebabkan mulut menutup) dikatakan refleks meninggi. Pada
lesi supranuklear refleks ini meninggi.
Penilaian Sensasi Wajah (Nervus Cranialis V
Sensorik)
• Sensibilitas yang harus diperiksa ialah sensibilitas kulit dan mukosa dalam
kawasan nervus trigeminus.
• Modalitas sensorik yang diperiksa meliputi rasa nyeri, panas, dingin dan
raba.
• Dilakukan perbandingan di antara setiap cabang N. V yaitu pada cabang
oftalmikus, maksillaris dan mandibula. Dan membandingkannya dengan
cabang N.V kontralateral.
• Interpretasi :
• Hipestesia, parestesia dan anestesia harus diselidiki batas-batasnya dengan jelas.
Pada adanya neuralgia, klien dapat menyatakan bahwa sentuhan atau penekanan
daerah wajah tertentu dapat disusul dengan bangkitnya nyeri. Tempat itulah yang
disebut sebagai ’trigger point’.
Penilaian Indera Pengecapan (Nervus Cranialis
VII dan IX Sensorik)
• Pemeriksa menulis rasa larutan yang disediakan.
• Meminta penderita menjulurkan lidah.
• Mengeringkan lidah dengan tissue.
• Meminta penderita tutup mata dan meneteskan larutan yang telah
disediakan. Larutan yang diberikan yaitu gula, kina, asam sitrat atau garam.
• Meminta penderita buka mata, tetap menjulurkan lidah, dan menunjuk
rasa larutan yang telah tertulis di kertas.
• Interpretasi :
• Kerusakan nervus VII, sebelum percabangan khorda timpani dapat menyebabkan
ageusi (hilangnya pengecapan) pada 2/3 lidah bagian depan. Kerusakan pada atau di
atas nervus petrosus major dapat menyebabkan kurangnya produksi air mata, dan
lesi khorda timpani dapat menyebabkan kurangnya produksi ludah.
Penilaian Indera Pendengaran (Nervus
Cranialis VIII)
• Diajarkan di skill THT
Penilaian Kemampuan Menelan
• Meminta Klien untuk duduk atau baring dengan posisi kepala minimal
ditinggikan sekitar 45 derajat.
• Meminta Klien memakan makanan padat, lunak dan menelan air.
• Memperhatikan apakah ada salah telan (keselak, disfagia)
• Interpretasi :
• Kelumpuhan N IX dan X dapat menyebabkan disfagia. Sering dijumpai pada
hemiparesis dupleks, yang disebut juga sebagai kelumpuhan pseudo-bulber.
Persarafan N. IX dan x adalah bilateral, karenanya kelumpuhan supranuklear
baru terjadi bila ada lesi bilateral.
Inspeksi Palatum (Nervus Cranialis IX dan X)
• Perhatikan falatum molle dan faring.
• Bagaimana sikap palatum molle, arkus faring dan uvula dalam
keadaan istirahat
• Dan bagaimana pula bila bergerak, misalnya waktu bernafas atau
bersuara (suruh penderita menyebut: aaaaa)
• Interpretasi :
• Bila terdapat paresis otot-otot faring dan falatum molle, maka palatum molle,
uvula, dan arkus faring sisi yang lumpuh letaknya lebih rendah daripada yang
sehat dan bila bergerak, uvula dan arkus seolah-olah tertarik ke bagian yang
sehat. Bila terdapat parese di kedua belah pihak, maka tidak didapatkan
gerakan dan posisi uvula dan arkus faring lebih rendah.
Refleks Gag (Nervus Cranialis IX dan X)
• Menerangkan tujuan pemeriksaan pada klien
• Meminta Klien membuka mulut.
• Menyentuh dinding belakang farings dengan spatel
• Memperhatikan uvula yang akan terangkat ketika dilakukan stimulus
• Melakukan stimulus pada kedua sisi dan dibandingkan keduanya.
• Interpretasi :
• Uvula akan bergerak ke salah satu sisi: jika terdapat kelumpuhan UMN atau LMN
pada sisi yang lain.
• Uvula tidak bergerak ketika diminta pada klien untuk menyebut AHH atau GAG:
kedua otot palatum paresis.
• Uvula bergerak ketika menyebut AHH, tetapi tidak pada saat menyebut GAG, dengan
penurunan senasi pada farings: kelumpuhan N. IX (jarang)
Otot Sternocleidomastoideus
• Perhatikan keadaan otot sternokleidomastoideus dalam keadaan istirahat dan bergerak.
Dalam keadaan istrirahat, pemeriksa dapat melihat kontur otot ini. Bila terdapat paresis
perifer akan dijumpai adanya atrofi. Pada lesi nuklear (misalnya pada ALS) bisa
didapatkan adanya fasikulasi (kedutan).
• Melakukan palpasi dan otot tersebut. Pada miositis dapat ditemukan adanya nyeri tekan.
• Nilai kekuatan otot dengan : (di klinik cara (a) yang sering digunakan)
• Klien diminta untuk menggerakkan bagian badan (persendian) yang digerakkan oleh otot yang
ingin diperiksa, pemeriksa menahan gerakan ini.
• Mengerakkan bagian badan klien dan suruh untuk menahannya. Dengan demikian dapat
diperoleh kesan mengenai kekuatan otot.
• Untuk megukur tenaga otot sternokleidomastoideus dapat dilakukan dengan: Meminta
klien menoleh misalnya ke kanan, kemudian pemeriksa menahan dengan tangan yang
ditempatkan pada dagu. Dengan demikian dapat dinilai kekuatan otot
sternokleidomastoideus kiri.
• Bandingkan kekuatan otot kiri dengan kanan.
Otot Trapezius
• Memperhatikan keadaan otot ini dalam keadaan istirahat dan bergerak. Apakah ada
atrofi atau fasikulasi? Bagaimana kontur otot?
• Bagaimana posisi bahu, apakah lebih rendah? Pada kelumpuhan otot trapezius bahu sisi
yang sakit lebih rendah daripada sisi yang sehat. Skapula juga beranjak ke lateral dan
tampak agak menonjol.
• Palpasi otot trapezius untuk melihat konsistensinya, adanya nyeri tekan (miositis) serta
adanya hipotoni.
• Periksa tenaga otot, dengan jalan: Menempatkan tangan pemeriksa di atas bahu klien.
Kemudian klien diminta mengangkat bahunya, dan pemeriksa menahan. Dengan
demikian dapat dinilai kekuatan otot tersebut.Membandingkan Tenaga otot yang kiri dan
kanan
• Menilai kontur otot dan perkembangan otot. Klien diminta untuk mengeskstensikan
kepalanya, dan gerakan ini ditahan oleh pemeriksa. Jika terdapat kelemahan otot
trapezius satu sisi, kepala tidak dapat ditarik ke sisi tersebut, bahu tidak dapat diangkat
dan lengan tidak dapat dielevasi ke atas dari posisi horizontal. Pada kelumpuhan kedua
otot ini kepala cenderung jatuh ke depan, dan penderita tidak dapat mengangkat
dagunya
Pemeriksaan Lidah pada Saat Istirahat dan
Dijulurkan (Nervus Cranialis XII)
• Meminta Klien membuka mulut dan perhatikan lidah dalam keadaan
istirahat : besar lidah, kesamaan bagian kiri dan kanan, atrofi,
berkerut, dan fasikulasi.
• Klien disuruh menjulurkan lidah untuk memeriksa adanya paresis:
• Perhatikan apakah ada tremor dan fasikulasi.
• Perhatikan apakah ada deviasi lidah ke satu sisi. Sebagai patokan dapat dipakai garis
diantara kedua seri (incisivus). Bila ada paresis satu sisi, lidah berdeviasi ke sisi
paresis.
• Meminta klien menyentuhkan lidah ke pipi kiri dan kanan. Saat bersamaan, tangan
pemeriksa ditempatkan di pipi sisi luar untuk merasakan kekuatan sentuhan lidah
penderita.
• Meminta klien mengucapkan huruf R atau kata-kata yang mengandung
huruf R, misalnya ular lari lurus. Pemeriksaan ini untuk menilai apakah ada
disartria (cadel atau pelo).
PERTANYAAN SEJUTA UMAT MAHASISWA
• Kak, apakah saya harus menghafal semua pemeriksaan nervus
cranialis?
• YAA!!! HARUS!! WAJIB!!!
• Kak, apakah pernah keluar soal disuruh pemeriksaan semua nervus
cranialis?
• TIDAK!
• SOAL OSCE SANGAT SPESIFIK!
• MISALNYA : LAKUKAN PEMERIKSAAN INSPEKSI CELAH PALPEBRA
• JADI : ANDA HARUS TAU JUDUL PEMERIKSAAN DARI NERVUS CRANIALIS!
Contoh Soal
PEMERIKSAAN MOTORIK DAN
REFLEKS
Lesi UMN vs LMN
BATAS
Pada nervus cranialis : batas pada nucleusnya, sebelum (UMN),
sesudah (UMN)
Pada saraf perifer : Kornu anterior medulla spinalis
Gejala UMN LMN
Tonus Paralisis tipe spastik Paralisis tipe flaccid
Reflex Fisiologis Meningkat Menurun
Refleks Patologis (+) (-)
Atrofi otot Disuse atrofi Atrofi (+)

Refleks Fisiologis Pusat Grade


Refleks Biceps C5, C6 1 : negative
Refleks Triceps C6-C8 2 : hipoaktif
3 : Normal
Refleks Patella L2-L4 4 : meningkat tanpa klonus
Refleks Achilles S1-S2 5 : meningkat dengan klonus
Pyramidal Tract Lession

Plegi : Kekuatan otot 0


Paresis : Kekuatan otot 1-4

Monoplegia : lumpuh salah satu extremitas


Hemiplegia : Lumpuh setengah extremitas
Paraplegia : Lumpuh kedua kaki
Quadriplegia : Lumpuh keempat extremitas
PEMERIKSAAN MOTORIK
Pemeriksaan Keterangan
1. Ukuran Eutrofi, hipertrofi, hipotrofi
2. Kekuatan 0–1-2–3–4-5

3. Tonus Normal / Menurun / Meningkat


4. Refleks fisiologis Refleks Biceps
Refleks Triceps
Refleks Patella
Refleks Achilles
Refleks Dinding Perut
6. Refleks Patologis Hoffman, Tromner, Babinski

7. Refleks Primitif Snout, Rooting, Grasp, Glabella, Palmomental


Interpretasi Pemeriksaan Kekuatan Otot
Nilai Kekuatan Clue Keterangan
Otot

0 Tonus (-) Paralisis, tidak ada kontraksi otot sama sekali

1 Tonus (+) Terlihat atau teraba getaran kontraksi otot tetapi


tidak ada gerak sama sekali
2 Geser Dapat menggerakan anggota erak tanpa gravitasi

3 Lawan Gravitasi (+) Dapat menggerakan anggota gerak untuk


melawan gravitasi
4 Tahanan Ringan (+) Dapat menggerakan sendi aktif dan
melawan tahanan
5 Tahanan Kuat (+), terampil Kekuatan normal
REFLEKS PATOLOGIS

1. Hoffman-Tromner
Outcome positif: Dorsofleksi ibu jari kaki
& abduksi keempat jari kaki
2. Babinsky
3. Chaddock
4. Schaeffer
5. Oppenheim
6. Gonda
7. Bing
8. Gordon
Outcome positif: Plantarfleksi
9. Rossolimo
10. Mandel-Becthrew
PEMERIKSAAN SENSORIK
PEMERIKSAAN SENSORIK

EKSTEROSEPTIF/ PROTOPATIK
• Raba halus (sensasi taktil) : Kapas
• Nyeri superficial : Jarum
• Sensasi dalam (nyeri tekan) : Ujung Jari
• Sensasi tekan : diremas/cubit
• Suhu : dingin dan panas

PROPRIOSEPTIF
• Gerak dan posisi
• Getar/Vibrasi : garpu tala
Pemeriksaan Koordinasi
• Tes Equilibrium
• Tes Romberg : Klien diminta berdiri dengan kedua kaki saling merapat, pertama kali
dengan mata terbuka, kemudian dengan mata tertutup.
• Tandem Walking : Klien diminta berjalan pada satu garis lurus di atas lantai,
tempatkan tumit yang satu didepan jari-jari kaki berlawanan, baik dengan mata
terbuka maupun mata tertutup.
• Tes Non Equilibrium
• Finger to Nose Test : Mintalah klien menyentuh ujung hidungnya dengan jari
telunjuknya dengan gerakan perlahan kemudian dengan gerakan yang cepat.
• Disdiadokinesia : Klien diminta menggerakkan kedua tangannya bergantian, pronasi
dan supinasi dengan posisi siku diam. Kemudian melakukan gerakan tersebut secepat
mungkin, baik dengan mata terbuka maupun dengan mata terututup
Pemeriksaan Neurologis Lainnya
Rangsang Meninx
Kaku Kuduk
(+) : tahanan atau dagu tidak mencapai dada.

Kernig’s sign
(+) -> spasme dan resistensi harmstring saat
dilakukan ektensi pada sendi lutut saat panggul
dan sendi lutut berada pada posisi fleksi 90
derajat

Brudzinski’s sign
• Brudzinski’s neck sign (I)
• Bruszinski’s contralateral leg sign (II)
• Brudinski’s cheek sign (III)
• Brudzinski’s symphisis sign (IV)
Pemeriksaan Sindroma Jebakan
Nervus Tes Keterangan
Medianus Tinel Penekanan di lig carpi transversum
Phalen Mempertemukan kedua dorsum manus
Sensibilitas Jari I, II, III dan ½ jari IV bagian volar manus
Ulnaris Tinel Posterior epicondylus medialis humeri atau tepi lateral os psiformis (guyon
canal)
Sensibilitas Setengah jari IV dan V dengan menggunakan jarum.
Radialis Tinel Bagian proximal dan sedikit ke posterior dari processus styloideus os radii.
Sensibilitas Lengan bawah bagian posterior dan kulit bagian lateral dari dorsum manus
Ischiadicus Laseque Ekstrensi Hip 70O
Pemeriksaan LBP
• Test Patrick
• Tempatkan tumit atau malleolus eksterna tungkai klien yang sakit pada lutut
tungkai lainnya.
• Lakukan penekanan pada lutut yang difelsikan.
• Interpretasi : Akan timbul nyeri pada sendi panggul ipsilateral pada saat
dilakukan penekanan pada lutut yang difleksikan tersebut.
• Test Kontrapatrick
• Lipat tungkai klien yang sakit dan endorotasikan serta aduksikan.
• Lakukan penekanan sejenak pada lutut tungkai tersebut.
• Interpretasi : Akan timbul rasa nyeri pada garis sendi sakroiliaka bila di situ
terdapat suatu keadaan patologis (arthritis), baik berupa nyeri yang menjalar
sepanjang tungkai maupun yang terbatas pada daerah gluteal atau sacral saja.
Pemeriksaan Chovstek
• Identifikasi titik dimana akan dilakukan ketokan.
• Titik I di bawah processus zygomaticus os temporal, di depan telinga.
• Titik II pada pertengahan antara arkus zygomaticus dan sudut mulut.
• Dilakukan ketokan pada titik tersebut
• Interpretasi :
• Respon yang didapat berupa kedutan/tarikan minimal pada subut bibir atas
atau sudut mulut, maksimal jika terdapat kontraksi pada daerah frontal wajah,
otot sekitar mata dan pipi.
Penyakit Neurologi yang Sering Keluar di OSCE
1. Bells Palsy
2. Stroke Iskemik/Hemoragik
3. HNP
4. Demensia Alzheimer (Pemeriksaan MMSE)
5. Vertigo Perifer (BPPV)
6. Meningitis TB dan Spondilitis TB Diagnosis di Neurologi harus
mencakup 3 Komponen :
7. Carpal Tunnel Syndrome
1. Diagnosis Klinis
2. Diagnosis Topis
3. Diagnosis Etiologi
Good luck!
Sampai ketemu di OFFLINE CLASS!

Anda mungkin juga menyukai