Anda di halaman 1dari 4

GSC (Glasgow Coma Scale)

Salah satu metode yang paling umum digunakan untuk mengetahui tingkat
kesadaran sesorang yaitu Glasgow Coma Scale (GCS). GCS pertama kali
didefinisikan oleh Sir Graham Tisdale dan Bryan Jennet tahun 1974. (Senapathi,
Wiryana, Aribawa, & Ryalino, 2017). Skor GCS dapat digunakan untuk menilai
status neurologis dan derajat keparahan disfungsi otak termasuk cedera kepala.
(Mongan, Soriana, & Sloan, 2015)

Glasgow Coma Scale adalah skala yang digunakan untuk mengukur tingkat
kesadaran pasien, apakah pasien tersebut dalam keadaan koma atau tidak, dengan
menilai respon rangsangan yang kita berikan. Teknik ini penilaian dari skala ini
terdiri dari tiga penilaian terhadap respon yang ditunjukkan oleh pasien setelah
diberi stimulus tertentu, yakni E=Respon membuka mata, V=Respon verbal dan
M=Respon Motorik. (Setiati, Awli, Sudoyo, Stiyohadi, & Syam, 2006).

Berikut ini merupakan metode penilaian GCS (Bhaskar, 2017) :

 Check : Memeriksa faktor-faktor yang mungkin dapat mengganggu


penilaian, misalnya sedasi, relaksan otot, gangguan metabolik, demam,
gangguan hemodinamik, pembengkakan mata, cedera jalan napas, cedera
anggota badan dan minuman keras.
 Observe : Melihat gerakan spontan pasien, misalnya membuka mata dan
menggerakan anggota badan.
 Stimulate : Jika telah dipastikan tidak ada respon spontan maka lakukanlah
stimulasi dan lihat respon pasien.
 Rate : Setelah stimulasi berbagai parameter. Skor dicatat dan
ditotalkan sesuai klasifikasi skor GCS.
Tabel Penilaian Tingkat Kesadaran dengan Glasgow Coma Scale (GCS).

Tes Aspek yang dinilai Nilai


Spontan 4
Dengan Perintah 3
Buka Mata (E)
Dengan Nyeri 2
Tidak Membuka Mata 1
Orientasi Baik 5
Bicara Kacau 4
Respon Verbal (V) Kata-kata Yang Tidak Sesuai 3
Suara Yang Tidak Jelas 2
Tidak Ada 1
Mengikuti Perintah 6
Melokalisasi Nyeri 5
Fleksi Untuk Menghindari Nyeri 4
Respon Motorik (M)
Fleksi Abnormal (Dekortikasi) 3
Ekstensi (Deserebrasi) 2
Tidak Ada 1
Sumber : (American Collage of Surgeons, 2012)

GCS

Ringan Sedang Berat

GCS 14-15 GCS 9-13 GCS 3-8


Berikut tingkat kesadaran berdasarkan skala ini dari skor yang didapat dari
penilaian GCS Pasien :

 Nilai GCS Compos Mentis : (15-14)


 Nilai GCS Apatis : (13-12)
 Nilai GCS Delirium : (11-10)
 Nilai GCS Somnolen : (9-7)
 Nilai GCS Sopor : (6-5)
 Nilai GCS Semi Coma : (4)
 Nilai GCS Coma : (3)

Untuk melihat tingkat kesadaran seseorang maka dibagi menjadi beberapa


tingkatan,yaitu : (Uliyah & Hidayat, 2008)

1. Compos Mentis, yaitu tingkat kesadaran yang normal, orang tersebut sadar
sepenuhnya terhadap dirinya sendiri maupun terhadap lingkungannya,
serta dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.
2. Apatis, yaitu tingkat kesadaran seseorang yang bersikap acuh tak acuh
terhadap sekitarnya.
3. Delirium, yaitu disorientasi sangat iritatif, kacau, dan salah persepsi
terhadap rangsang sensorik.
4. Somnolen, yaitu tingkat kesadaran menurun, dimana orang tersebut respon
psikomotornya lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila
dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi akan jatuh tertidur lagi, mampu
memberi jawaban verbal.
5. Sopor, yaitu tingkat kesadaran yang tidak memberikan respon ringan
maupun sedang, namun masih memberikan respon sedikit terhadap
rangsangan yang kuat. Hal ini ditandai dengan adanya refleks pupil
terhadap cahaya yang masih positif.
6. Coma, yaitu tingkat kesadaran dimana seseorang tidak dapat dibangunkan
dengan stimuli / rangsangan apapun. Refleks pupil terhadap cahaya tidak
ada.
DAFTAR PUSTAKA

American Collage of Surgeons. (2012). Head Injury. Dalam Advanced Trauma Life
Support Student Course Manual (Ninth Edition). Chicago.

Bhaskar, S. (2017). Glasgow Coma Scale: Technique and Intepretation. Dalam Clinics in
Surgery (hal. 2-5).

Mongan, P., Soriana, I., & Sloan, T. (2015). Traumatic Brain Injury. Dalam A Practical
Approach to Neuroanesthesia (hal. 277). USA: Wolters Kluwer.

Senapathi, T., Wiryana, M., Aribawa, I., & Ryalino, C. (2017). Bispectral index value
correlates with Glasgow Coma Scale in traumatic brain injury patients. Dove
Press Open Access Emergency Medicine.

Setiati, S., Awli, I., Sudoyo, A., Stiyohadi, B., & Syam, A. (2006). Buku ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jilid I. Edisi IV. Jakarta: InternaPublishing.

Uliyah, M., & Hidayat, A. A. (2008). Praktikum Keterampilan Dasar Praktik Klinik. Dalam
Aplikasi Dasar-dasar Praktik Kebidanan (hal. 16). Jakarta: Penerbit Salemba
Medika.

Anda mungkin juga menyukai