Anda di halaman 1dari 8

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 8, No.

1, (2019) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F17

Analisis dan Perbaikan Kinerja


Green Supply Chain Management Perusahaan
(Studi Kasus: Joint Operating Body Pertamina-
Petrochina East Java)
Jawad, A, M., Baihaqi, I., dan Ardiantono, D.S.
Departemen Manajemen Bisnis, Fakultas Bisnis dan Manajemen Teknologi,
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
e-mail: mamduhjawad2@gmail.com

Abstrak—Masyarakat disekitar wilayah JOB P-PEJ merasakan manajemen lingkungan yang diakui bersertifikasi
keresahan mengenai aktivitas disepanjang rantai pasok internasional ISO 14001 dengan mengintergrasikan pada
perusahaan yang berdampak buruk bagi lingkungan sekitar. aktivitas Supply chain management (SCM). SCM merupakan
Walaupun JOB P-PEJ menerima penghargaan PROPER Hijau hal yang sangat penting dalam operasional perusahaan karena
dan sudah mengimplementasikan sistem manajemen
mencakup semua elemen yang berpartisipasi serta
lingkungan ISO 14001 yang menandakan kegiatan perusahaan
telah melakukan operasinya dengan tetap menjaga lingkungan mengintegrasikan berbagai aktivitas baik produk maupun
hidup dan masyarakat sekitar wilayah operasi namun jasa mulai dari pengadaan bahan baku sampai penyalurannya
perusahaan masih belum memiliki sistem pengukuran kinerja kepada konsumen, bahkan hingga menjadi barang setelah
Green Supply Chain Management yang merupakan aktivitas masa manfaatnya (barang sisa) [1]. Untuk memenuhi tuntutan
operasional yang dominan bagi perusahaan sehingga lingkungan dan peraturan, supply chain management
perusahaan tidak mengetahui aktivitas mana dalam rantai tradisional telah berkembang sebagai green supply chain
pasoknya yang perlu dilakukan perbaikan untuk meningkatkan management (GSCM). Konsep green supply chain ini sangat
kinerja GSCM perusahaan. Hasil penelitian ini teridentifikasi tepat bagi perusahaan dalam mendukung penerapan sistem
25 indikator kinerja dari 5 proses yang sesuai digunakan dalam
manajemen lingkungan ISO 14001 karena cukup efektif
pengukuran kinerja GSCM JOB P-PEJ. Secara keseluruhan
kinerja GSCM perusahaan mendapatkan nilai 83 yang masuk dalam mengatur aktivitas bisnis yang memberikan dampak
dalam kategori “good”, namun terdapat lima indikator yang negatif bagi lingkungan yang sebagian besar terjadi pada
memiliki nilai kinerja kurang baik dan selanjutnya dilakukan serangkaian aktivitas supply chain.
perumusan perbaikan yang menghasilkan prioritas tindakan GSCM merupakan konsep manajemen rantai pasok
perbaikan melewati pelatihan manajemen aset yang tradisional yang terintegrasi dengan aspek lingkungan yang
mempertimbangkan aspek lingkugan sebagai bentuk meliputi rancangan produk, pemilihan supplier, pengadaan
peningkatan pengelolaan rantai pasok dan lingkungan material, aktivitas manufaktur, aktivitas pengemasan,
perusahaan secara menyeluruh dan berkelanjutan aktivitas pengiriman produk ke konsumen, serta manajemen
penggunan akhir produk (end-of-life product) [2]. Penerapan
Kata Kunci—Green SCOR, Pengukuran Kinerja, Perbaikan
GSCM sebagai bentuk spesifikasi yang dapat membantu
Kinerja, Green Supply Chain Management, Perusahaan Minyak
dan Gas. perusahaan untuk mengidentifikasi, memprioritaskan, dan
mengatur dampak lingkungan sebagai bagian dari praktik
I. PENDAHULUAN bisnis, dengan diimbangi pengembangan prosedur yang
berkonsentrasi pada analisis operasional, perbaikan secara
P ERKEMBANGAN industri di Indonesia saat ini sangat
pesat. Hal ini memberikan dampak negatif bagi
lingkungan yang ditandai oleh semakin memburuknya
terus menerus, pengukuran, serta tujuan yang ingin dicapai
perusahaan [3].
JOB P-PEJ memiliki komitmen untuk terus meningkatkan
kondisi lingkungan. Menurut data statistik Kementerian kinerja dalam pengelolaan lingkungan, serta melakukan
Lingkungan Hidup dan Kehutanan secara umum luas wilayah perbaikan secara berkelanjutan demi mencapai citra
lahan terkontaminasi oleh limbah industri sektor PEM penghargaan PROPER tertinggi yaitu Emas. Namun saat ini
(Pertambangan, Energi, dan Migas) meningkat cukup JOB P-PEJ masih belum mempunyai sistem pengukuran
signifikan dan merupakan sektor penyebab lahan kinerja sehingga tidak bisa mengetahui bagian kinerja mana
terkontaminasi terluas pada tahun 2016 . dari green supply chain management yang perlu dilakukan
Salah satu perusahaan minyak dan gas yang beroperasi di perbaikan untuk menciptakan peningkatan pengelolaan
Indonesia adalah Joint Operating Body Pertamina – lingkungan yang menyeluruh dan berkelanjutan pada
Petrochina East Java (JOB P-PEJ), perusahaan ini memiliki aktivitas rantai pasok perusahaan.
visi yang mengedepankan pada aspek lingkungan dengan Maka dari itu, penelitian bertujuan untuk merancang
salah satunya menerapkan sistem manajemen lingkungan sistem pengukuran kinerja, lalu melakukan pengukuran
ISO 14000 untuk mencapai visi perusahaan. Namun kinerja GSCM perusahaan, sehingga dapat memberikan
masyarakat sekitar wilayah operasi masih merasa resah informasi kepada perusahaan mengenai kondisi kinerja
terhadap aktivitas rantai pasok perusahaan yang memberikan terkini pengelolaan rantai pasok ramah lingkungan (Green
dampak buruk pada lingkungan sekitar dan berpengaruh Supply Chain Management) yang selanjutnya digunakan
secara langsung maupun tidak langsung terhadap kehidupan untuk dasar merumuskan perbaikan kinerja GSCM sebagai
masyarakat. Salah satu bentuk respon perusahaan terhadap bentuk peningkatan pengelolaan operasi dan lingkungan
fenomena ini, perusahaan dapat menerapkan sistem perusahaan secara menyeluruh dan berkelanjutan.
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 8, No. 1, (2019) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F18

II. TINJAUAN PUSTAKA pengukuran kinerja dan ukuran. Maka dari itu ada kebutuhan
A. Supply Chain Management bagi perusahaan untuk melakukan pengukuran kinerja
sebagai dasar perbaikan secara berkelanjutan dalam upaya
Supply chain adalah semua aktivitas perusahaan dalam untuk menciptakan peningkatan kinerja green supply chain
memenuhi kebutuhan konsumen yang di dalamnya terdapat perusahaan. Menurut Hervani et al tujuan dasar dalam
aliran dan transformasi barang mulai dari bahan baku sampai pengukuran kinerja green supply chain management adalah
ke konsumen akhir dan disertai dengan aliran informasi dan pelaporan eksternal, pengendalian internal, analisis internal
uang [4]. Struktur rantai pasokan perusahaan terdiri dari untuk memahami pengelolaan bisnis yang lebih baik dan
pemasok eksternal, internal fungsi perusahaan, distributor melakukan perbaikan berkelanjutan.
eksternal, serta pelanggan (komersial atau pengguna akhir
[5]. Menurut Chopra et al. Tujuan dari pengelolaan rantai C. Green SCOR
pasok yang hendak dicapai perusahaan adalah untuk Menurut Schrodl dan Simkin Supply Chain Operation
memaksimalkan nilai yang dihasilkan secara keseluruhan [6]. Reference (SCOR) merupakan frameworks tingkat tinggi
rantai pasok melibatkan tahapan-tahapan antara lain berawal untuk mendapatkan pandangan holistik mengenai proses
dari pemasok, manufaktur, distributor, retailer, dan bisnis rantai pasok. Model ini dirancang oleh supply chain
pelanggan. council sebagai model referensi untuk menggambarkan
Menurut Peters dan Hood Rantai pasokan industri minyak proses bisnis di supply chain. Menurut Pujawan, Model
bumi sama seperti rantai pasokan industri pada umumnya SCOR mencakup lima aktivitas utama operasi supply chain,
dengan sedikit perbedaan, rantai pasokan minyak dan gas yaitu Plan (Perencanaan), Source (Pengadaan), Make
melibatkan wujud kompleks yang berawal dari ladang (Pembuatan), Deliver (Pengantaran), dan Return
minyak ke stasiun bensin. Rantai pasokan minyak dan gas (Pengembalian).
terdiri dari hulu, perusahaan pusat dan kegiatan hilir.
Pembagian kategori ini serupa dengan struktur rantai pasokan D. Analytical Hierarchy Process (AHP)
industri lainnya yang terdiri dari pemasok, produsen dan Menurut Saaty AHP merupakan teori pengukuran melalui
pelanggan yang ditunjukkan oleh rantai pasokan barang perbandingan berpasangan dan bergantung pada penilaian
manufaktur. Rantai pasok industri minyak dan gas hulu terdiri ahli untuk menurunkan skala prioritas. AHP juga banyak
dari dua aktivitas utama yaitu eksplorasi dan produksi. digunakan pada keputusan untuk banyak kriteria,
Eksplorasi melibatkan operasi seismik dan geologi, perencanaan, alokasi sumber daya dan penentuan prioritas
magnetik, listrik dan gravitasi. Sedangkan produksi dari strategi- strategi yang dimiliki pemain dalam situasi
merupakan eksploitasi minyak mentah dari reservoir (sumur konflik.
minyak) dengan pengeboran. Operasi produksi meliputi; AHP merupakan analisis yang digunakan dalam
pengeboran sumur, produksi dan distribusi minyak. pengambilan keputusan dengan pendekatan sistem. Prinsip
Sedangkan Supply Chain Management (SCM) Menurut AHP menyusun variabel dalam suatu hierarki bagian-
Oliver dan Weber yaitu sebuah metode, alat, atau pendekatan bagiannya untuk menyederhanakan masalah kompleks yang
dalam mengelola rantai pasok. Fungsi dari manajemen rantai tidak terstruktur, strategik dan dinamik. Kemudian tingkat
pasok sendiri yaitu merencanakan, mengatur, kepentingan variabel diberi nilai numerik secara subjektif
mengkoordinasi dan mengontrol semua aktivitas rantai tentang pembobotan pentingnya secara relatif dibandingkan
pasok/supply chain. Menurut Pujawan menciptakan SCM dengan variabel lain.
yang terintegrasi pada industri terdapat enam klasifikasi
E. Modified House of Quality (HoQ)
kegiatan utama yang perlu dipahami yaitu Pengembangan
Produk (Product Development), Pembelian (Procurement), Menurut Geum et al [20] modified house of quality
Perencanaan dan Pengendalian (Planning and Controlling), merupakan perubahan struktur HoQ yang dimodifikasi dan
Produksi (Production), Distribusi (Distribution), dan diterapkan sesuai dengan isinya. Tujuan penerapan HoQ
Pengembalian (Return). adalah menjamin bahwa desain perbaikan sistem memenuhi
tuntutan stakeholder. Prinsip dari HoQ adalah menjalin
B. Green Supply Chain Management hubungan antara fungsi manufaktur dan tuntutan yang
Green supply chain management merupakan penambahan mengarah pada komunikasi stakeholder, engineers dan
komponen “green” atau ramah lingkungan pada manajemen manajer untuk membuat keputusan perusahaan yang lebih
rantai pasok yang menyangkut penekanan pada pengaruh dan baik. HoQ menampilkan suara stakeholder di sisi kiri dan
hubungan dari pengelolaan rantai pasok kepada lingkungan membangun solusi teknis untuk memenuhi kebutuhan para
alam seperti green purchasing, green production, green pemangku kebutuhan di atas, pada gambar 3 ditunjukkan
materials management, green distribution dan green reverse bobot berdasarkan yang ditetapkan untuk “Whats”
logistics. Menurut Beamon tujuan dari pengelolaan supply ditempatkan di sebelah kanan dalam matriks, jumlah dampak
chain yang ramah lingkungan adalah mempertimbangkan masing-masing ”Hows” untuk mencapai setiap “Whats”
dampak lingkungan akhir dan sekarang dari semua produk diberi prioritas yang tertulis di bagian bawah HoQ. Pemangku
dan proses dalam rangka melindungi lingkungan alam. kepentingan mungkin mencakup orang lain selain hanya
Prinsip dasar dalam penerapan konsep green supply chain pengguna.
management yaitu mengikuti aturan-aturan pada sistem
manajemen lingkungan yang tercantum pada ISO
III. METODOLOGI PENELITIAN
14001:2004 sehingga perusahaan harus mengembangkan
prosedur yang berkonsentrasi pada analisis operasi, A. Tahapan Penelitian
pengukuran, perbaikan berkelanjutan, dan tujuan target Penelitian ini termasuk jenis penelitian studi kasus.
program. Dalam hal ini, pengukuran kinerja menjadi topik penelitian studi kasus merupakan sebuah penyelidikan
yang penting menurut Bai et al evaluasi dan perbaikan kinerja empiris yang menginvestigasi fenomena kontemporer dalam
rantai pasokan memerlukan pengembangan sistem
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 8, No. 1, (2019) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F19

konteks kehidupan nyata, khususnya ketika batas antara Si = Nilai indikator aktual yang berhasil dicapai
fenomena dan konteks tidak begitu jelas. Penelitian Studi Smin = Nilai pencapaian performansi terburuk dari
kasus dapat diartikan bertujuan untuk mendapatkan indikator kinerja
gambaran tentang keadaan yang ada Penelitian ini Smax = Nilai pencapaian performansi terbaik dari
memberikan penjelasan objektif terhadap kinerja green indikator kinerja
supply chain management terkini perusahaan melewati 5. Perumusan Arah Perbaikan: Nilai hasil pencapaian
sistem pengukuran kinerja yang sudah di rancang pengukuran kinerja GSCM perusahaan akan menjadi
sebelumnya, lalu melakukan komparasi dan evaluasi sebagai dasar dilakukannya evaluasi dalam menentukan arah
bahan perbaikan kinerja green supply chain management perbaikan aktivitas green supply chain management
yang sesuai dengan kemampuan Joint Operating Body dengan menggunakan metode Modified House of Quality.
Pertamina-Petrochina East Java. Berikut Tahapan pada Pengambilan data pada tahap ini menggunakan teknik
penelitian ini. wawancara kepada Supervisor bagian yang memiliki nilai
1. Perancangan Sistem Pengukuran kinerja Green Supply indikator kinerja dibawah rata-rata sehingga dihasilkan
Chain Management model Green SCOR: Tahap ini untuk prioritas penanganan perbaikan kinerja GSCM yang bisa
menentukan SCOR level 1,2, dan 3 melewati studi literatur dilakukan perusahaan
dan lapangan dengan melakukan wawancara kepada 6. Analisis dan Implikasi: Dari hasil yang di dapatkan lalu
supervisor bagian SCM untuk mengidentifikasi kondisi akan melewati penentuan arah perbaikan kinerja dengan
eksisting proses bisnis rantai pasok perusahaan terkini yang menggunakan metode Modified House of Quality yang
berhubungan dengan aspek lingkungan. Tujuan dari studi mempertimbangkan kemampuan dari perusahan dalam
literatur dan lapangan ini merumuskan indikator kinerja meningkatkan indikator kinerja yang dianggap masih
dari kajian teori green supply chain management yang kurang. Setelah itu dapat ditarik sebuah rekomendasi
sesuai atau mendekati dari karakteristik proses bisnis rantai berupa strategi arah perbaikan kinerja yang sesuai dengan
pasok Joint Operating Body Pertamina-PetroChina East kemampuan PT. Joint Operating Body Pertamina-
Java. PetroChina East Java
2. Validasi Indikator Kinerja GSCM: Tahapan ini merupakan 7. Simpulan dan Saran: Berdasarkan serangkaian tahapan
proses inti yang dilakukan untuk penetapan sistem penelitian yang telah dilakukan, selanjutnya dapat ditarik
pengukuran kinerja GSCM yang sesuai untuk diterapkan kesimpulan dari hasil penelitian yaitu kondisi kinerja
pada perusahaan. Penentuan sistem pengukuran ini akan terkini green supply chain management dan prioritas
melewati tahapan validasi model pengukuran kinerja yang penanganan yang bisa dilakukan perusahaan dalam
dilakukan dengan memeriksa mengenai informasi indikator memperbaiki kinerja GSCM serta rumusan strategi
kinerja yang telah didapatkan dari review studi literatur. perbaikan yang sesuai dengan disertai saran-saran yang
Validasi indikator kinerja menggunakan pendapat dari berguna untuk peningkatan perusahaan serta untuk
expert melalui kuisioner offline yang akan dibagikan penelitian berikutnya.
kepada PSCM Supervisor, Material & Logistic Supervisor,
Environmental Supervisor, dan Production Supervisor
IV. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
karena dianggap memiliki pemahaman dan pengetahuan
tentang indikator-indikator pada model pengukuran kinerja A. Profil Perusahaan
green supply chain management, sehingga model Joint Operating Body Pertamina-Petrochina East Java di
pengukuran kinerja GSCM dapat sesuai dengan karakter Indonesia adalah Production Sharing Contractor yang
industri MIGAS dan sesuai kondisi eksisting. proses bisnis merupakan kerja sama antara PT. Pertamina dengan
rantai pasok perusahaan. PetroChina International. JOB P-PEJ mempunyai daerah
3. Pembobotan AHP Indikator Kinerja GSCM: Dalam operasi yang berada di beberapa kabupaten di Jawa Timur,
menentukan pembobotan tingkat kepentingan indikator antara lain : Tuban, Bojonegoro, Lamongan , Mojokerto, dan
kinerja pada sistem pengukuran kinerja Green SCOR yang Gresik, dimana mempunyai kantor lapangan (Mudi Field
telah tervalidasi akan menggunakan metode AHP. Metode Office) yang berada di Desa Rahayu, Kecamatan Soko,
AHP dapat membantu untuk menentukan prioritas indikator Kabupaten Tuban dengan kantor pusatnya di Jakarta.
untuk mengetahui elemen terpenting yang harus Visi perusahaan JOB P-PEJ yaitu “Diakui sebagai
diperhatikan dalam Pengukuran kinerja GSCM. perusahaan energi terkemuka dengan integrasi tinggi, ramah
Pembobotan AHP pada masing-masing indikator kinerja lingkungan dengan orientasi kepedulian social”, sedangkan
dilakukan dengan menggunakan kuisioner pembobotan misi perusahaan adalah “Mencari dan mengembangkan
yang dibagikan kepada expert judgement untuk sumber daya energy secara inovatif untuk meningkatkan
menentukan bobot masing-masing indikator kinerja yang manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholder)
ada pada sistem pengukuran kinerja Green Supply Chain dengan mengacu kepada standart etika dan aturan tentang
Management kepedulian lingkungan, dengan mengoptimalkan sumber
4. Pengukuran Kinerja GSCM: pengukuran kinerja dengan daya lokal yang ada, selanjutnya berkembang bersama
pengumpulan data dari kinerja green supply chain melalui proses kemitraan”. Perusahaan ini mempunyai jenis
management perusahaan pada tahun 2017 melewati studi kontrak yaitu PSC-JOB dengan pembagian saham Pertamina
dokumen pada setiap aktivitas indikator kinerja, Hulu Energi East Java 50 %, Pertamina Hulu Energi Tuban
Selanjutnya melakukan proses normalisasi pada setiap 25 % dan 25 % Petrochina dalam masa kontrak selama 30
indikator kinerja yang sudah dinilai. Proses normalisasi tahun.
dilakukan dengan rumus normalisasi Snorm De Boer, yaitu:
B. Proses Bisnis GSCM
(𝑆𝑖−𝑆𝑚𝑖𝑛)
Snorm (skor)= (𝑆𝑚𝑎𝑥−𝑆𝑚𝑖𝑛) × 100 (1) Pengumpulan data terkait proses bisnis khususnya GSCM
Keterangan : yang merupkan level 1 dari model SCOR, diperoleh dari hasil
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 8, No. 1, (2019) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F20

observasi lapangan dan hasil interview dengan pihak Joint Tabel 3.


SCOR Level 2 dan 3
Operating Body Pertamina-PetroChina East Java yang ahli
Tujuan Matriks Indikator Kinerja
dibidangnya masing-masing. Berikut tabel hasil observasi Komitmen Responsiveness Tersedianya pernyataan misi pada
dan interview terkait proses bisnis GSCM. manajemen aspek keberlanjutan
terhadap rantai
Tabel 1. pasok yang Flexibility Ketersediaan sistem penghargaan
Proses Bisnis Green Supply Chain Management terintegrasi lingkungan internal
Proses dengan aspek
lingkungan Responsiveness Adanya regulasi internal untuk
Bisnis Green Supply Chain Management
penggunaan energi terbarukan
(SCOR)
Plan Melakukan integrasi aspek lingkungan pada aktivitas Reliability Ketersediaan sistem audit
pendukung dan optimalisasi penggunaan energi pada lingkungan.
proses produksi.
Melakukan monitoring dan penanganan akibat dampak Ketersediaan skema evaluasi
lingkungan yang terjadi selama proses bisnis. lingkungan
Melakukan perencanaan dan pengendalian fasilitas
peralatan, material persediaan, dan Bahan baku, Asset Ketersediaan Standar Operasi
Berbahaya dan Beracun (B3) Prosedur(SOP) untuk
Source Proses pemilihan dan pengembangan pemasok sesuai pengumpulan fasilitas pada akhir
kriteria lingkungan masa penggunaan
Pengawasan dan pengendalian terhadap material
persediaan berbahaya. Reliability Ketersediaan optimalisasi proses
Make Melakukan aktivitas penanganan dan pemulihan pada untuk pengurangan limbah.
lingkungan terdampak akibat aktivitas eksplorasi.
Pelaksanaan produksi dengan manajemen penggunaan Ketersediaan skema pengelolaan
energi yang tidak terbarukan, serta Pengawasan limbah
kebocoran pipa dan pembakaran flare sesuai dengan
standar keamanan dampak lingkungan Pemilihan Responsiveness Persentase supplier yang
Deliver Pemilihan perusahaan jasa transportan yang sesuai standar supplier yang memiliki sertifikasi sistem
lingkungan melalui uji emisi. tepat terkait pengelolaan lingkungan atau ISO
Pengawasan terhadap pencemaran tanah akibat kebocoran aspek 14001
tanki penyimpanan dan tumpahan crude oil. lingkungan
Pengawasan terhadap pencemaran air akibat kebocoran Persentase supplier yang
pada jalur pipa dan oil spill atau tumpahan minyak ke memenuhi kriteria lingkungan
laut. yang telah disepakati
Return Penyimpanan fasillitas peralatan bekas ke gudang khusus
serta melakukan Proses optimalisasi (Re-use, Minimasi Reliability Persentase jumlah material
Remanufacturing, Recycle) pada fasilitas peralatan bekas. material berbahaya pada persediaan dari
berbahaya total jumlah material pada
Penanganan barang kembali kepada pemasok
persediaan
Proses pengumpulan terhadap limbah berbahaya yang
dihasilkan selama proses bisnis dengan penyimpanan pada Minimalisasi Responsiveness Tingkat Perbaikan kerusakan
gudang khusus. dampak habitat karena operasi perusahaan
kerusakan
C. Penentuan Responden lingungan
Penentuan Responden terdiri dari 5 responden ahli dari akibat aktivitas
eksplorasi atau
pihak perusahaan dengan memperhatikan kompetensi dalam Minimasi Reliability Tingkat kebocoran pada pipa
masa jabatan di JOB P-PEJ. Pada tabel 2 disajikan data penggunaan produksi
reponden kuesioner pada penelitian ini. sumber daya
(material, Tingkat limbah yang dihasilkan
Tabel 2. energi, bahan selama produksi.
Data Responden Ahli bakar, dsb) dan
penanganan Tingkat bahan berbahaya yang
No Nama Ahli Jabatan Lama Bekerja dihasilkan
1 Totok Material and Logistic 21 tahun emisi
Isdiyanto Supervisor Responsiveness Jumlah pelanggaran peraturan
2 Pangudi Procurement SCM 18 tahun lingkungan.
Supervisor
3 Djoko General Admin 16 tahun Tingkat gas H2S yang di bakar di
Priyono Services Supervisor atmosfer
4 Yusuf Production Supervisor 19 tahun
Yulianto Asset Total konsumsi energi
5 Mohamma Environmental 10 tahun
d Sahli Supervisor Total penggunaan air

D. Perancangan Sistem Pengukuran Kinerja GSCM model Transportasi Asset Persentase bahan bakar kendaraan
operasional untuk pengangkutan dan material
Green SCOR ramah handling yang berasal dari bahan
Setelah mengetahui proses bisnis dari aktivitas Green lingkungan bakar alternative
Supply Chain Management JOB P-PEJ yang merupakan level Peningkatan Reliability Tingkat tumpahan, kebocoran dan
1 dalam model SCOR, selanjutnya melakukan klasifikasi pengawasan dan pengendalian pencemaran
matriks kinerja pada level 2 yang terdiri dari 5 klasifikasi evaluasi
untuk menentukan indikator-indikator kinerja GSCM JOB P- lingkungan
Peningkatan Tingkat tumpahan minyak/
PEJ pada level 3. Pengolahan data terdiri dari 3 proses yaitu pengawasan dan pencemaran ke air
studi literatur, observasi lapangan, dan melakukan evaluasi
wawancara kepada ahli dibidangnya. lingkungan dan
pengiriman
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 8, No. 1, (2019) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F21

yang ramah F. Pembobotan AHP Indikator Kinerja menggunakan Expert


lingkungan
Choice
Maksimalisasi Asset Jumlah output non-produk Langkah awal yaitu memasukkan Identitas 5 responden
penggunaan dikembalikan ke proses dengan ahli dalam pembobotan indikator kinerja melewati menu
kembali, mendaur ulang (recycling),
pemulihan dan refurbish atau menggunakan “Go” pada tampilan awal Expert Choice, selanjutnya pilih
daur ulang kembali (reuse) “edit” lalu ““add N participant” untuk mengatur jumlah
sumber daya responden yang akan dimasukkan dalam perhitungan
(resource) Total persentase limbah yang
dapat didaur ulang kembali dari
pembobotan indikator, Setelah menetapkan banyaknya (N)
total limbah yang ada responden, selanjutnya muncul istilah Facilitator, Combined,
P2, P3 dan P4 pada “Table participant”. . Selanjutnya
Dokumentasi Reliability Tingkat pengembalian material centang kolom Combined yang berarti bahwa dalam
dan sistem persediaan ke pemasok
informasi yang pembobotan nantinya akan digabungkan atau nilai akhir
baik bobot kriteria merupakan hasil rerata dari kelima responden
ahli. lalu juga centang kolom Participanting pada responden
Sistem Persentase limbah berbahaya
Pengendalian yang disimpan dari total yang
Ahli 1-5 untuk mengaktifkan siapa saja responden ahli yang
pengumpulan dihasilkan. digunakan nilai pembobotannya (judgment). Setelah itu input
limbah data perbandingan berpasangan setiap proses dan indikator
berbahaya yang kinerja GSCM masing-masing responden ahli dari kuisioner
baik
yang sudah disebarkan untuk mendapatkan bobot proses dan
E. Validasi Indikator Kinerja GSCM indikator kinerja masing-masing ahli.
Setelah hasil pembobotan proses dan indikator kinerja
Berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner validasi
GSCM dari setiap responden ahli selesai, maka dilakukan
indikator yang telah diberikan secara langsung kepada para
perhitungan bobot kombinasi dengan memilih menu
ahli di JOB P-PEJ, maka didapatkan hasil dari 26 indikator
GSCM yang didapatkan melalui studi literatur, didapatkan “Assessment” lalu pilih “Combine Participants
sejumlah 25 indikator kinerja sesuai dengan proses bisnis Judgement/Data” lalu pilih “Entire Hierarchy”, dan yang
terakhir pilih “Judgement Only”. Pada Gambar 1
perusahaan. Pada tabel 3 disajikan hasil indikator kinerja
menunjukkan hasil dari pembobotan kombinasi proses dan
GSCM yang telah divalidasi sesuai dengan proses bisnis
indikator kinerja GSCM menggunakan Expert Choice dalam
perusahaan.
penelitian ini.
Tabel 4.
Hasil Validasi Indikator Kinerja GSCM pada JOB P-PEJ
No Indikator
Proses Perencanaan (Plan/P)
1 Tersedianya pernyataan misi pada aspek keberlanjutan
2 Ketersediaan sistem penghargaan lingkungan internal
3 Ketersediaan sistem audit lingkungan.
4 Ketersediaan skema evaluasi lingkungan
5 Ketersediaan Standar Operasi Prosedur(SOP) untuk pengumpulan
fasilitas pada akhir masa penggunaan
6 Ketersediaan optimalisasi proses untuk pengurangan limbah.
7 Ketersediaan skema pengelolaan limbah
Proses Pengadaan (Source/S)
8 Persentase supplier yang memiliki sertifikasi sistem pengelolaan
lingkungan atau ISO 14001
9 Persentase supplier yang memenuhi kriteria lingkungan yang telah
disepakati
10 Persentase jumlah material berbahaya pada persediaan dari total
jumlah material pada persediaan
Proses Pembuatan (Make/M)
11 Tingkat Perbaikan kerusakan habitat karena operasi perusahaan
12 Tingkat kebocoran pada pipa produksi
13 Tingkat limbah yang dihasilkan selama produksi.
14 Tingkat bahan berbahaya yang dihasilkan
15 Jumlah pelanggaran peraturan lingkungan
Gambar 1. Hasil Bobot Kombinasi Proses Dan Indikator Kinerja GSCM pada
16 Tingkat gas yang dibakar ke udara
Expert Choice.
17 Total konsumsi energi
18 Total penggunaan air
Proses Pengiriman (Deliver/D) Selanjutnya dilakukan uji konsistenasi dengan melihat
19 Tingkat pencemaran tanah akibat tumpahan/kebocoran minyak nilai indeks konsistensi dari setiap responden ahli dan
20 Tingkat pencemaran Air akibat tumpahan/kebocoran minyak kombinasi yang disajikan pada Tabel 5 Hasil pembobotan
21 Tingkat emisi kendaraan untuk pengangkutan dan material
handling tersebut akan dikatakan konsisten dan dapat diandalkan jika
Proses Pengembalian (Return/R) tingkat inconsistency kurang dari atau sama dengan 0.10.
22 Jumlah output non-produk dikembalikan ke proses dengan Dari hasil uji konsistensi dapat dilihat bahwa nilai
mendaur ulang (recycling), remanufacturing atau menggunakan konsistensi semua responden ahli dan hasil pembobotan
kembali (reuse)
23 Total persentase limbah yang dapat didaur ulang kembali dari total kombinasi kurang dari 0,10. Hal ini menunjukkan bahwa
limbah yang ada hasil pembobotan proses dan indikator kinerja GSCM JOB P-
24 Tingkat pengembalian material persediaan ke pemasok PEJ konsisten dapat diandalkan serta bisa digunakan untuk
25 Persentase limbah berbahaya yang dikelola dari total yang
tahap penelitian selanjutnya yaitu pengukuran nilai kinerja
dihasilkan.
pada setiap proses dan indikator GSCM.
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 8, No. 1, (2019) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F22

Tabel 5. smaller
Indeks Nilai Konsistensi Pembobotan M5 1 0 0 Accident the
Responden Indeks Konsistensi Indeks Konsistensi better
Individu Kombinasi smaller
MMSCF
Ahli 1 0,06 M6 5 2 2,87 the
D
Ahli 2 0,07 better
Ahli 3 0,07 0,04 smaller
185.180. 30.476.944, 114.72
Ahli 4 0,08 M7 KWH the
827,13 4 2.758,6
Ahli 5 0,06 better
smaller
271.63
M8 0 285.816 M3 the
G. Pengukuran Nilai Kinerja GSCM JOB P-PEJ 7
better
Pengukuran nilai kinerja GSCM diawali dengan D1 5,8 7,2 7,06 PH Netral
mengumpulkan data kinerja dari setiap indikator yang sudah smaller
D2 15 0 1,4 Mg/L the
tervalidasi dan memiliki bobot masing-masing. Pengumpulan better
data kinerja menggunakan teknik studi dokumen dengan smaller
mengumpulkan data historis kinerja yang sudah direkap D3 70 0 48 % Asap the
sebagai database perusahaan. Selain itu untuk menentukan better
larger
nilai minimal dan maksimal dari masing-masing indikator R1 0 2538 1780 EA the
kinerja sebagai acuan pengukuran nilai hasil kinerja GSCM better
saat ini, maka dilakukan wawancara mendalam kepada 1.768,0
larger
masing-masing supervisor bagian yang terkait sebagai R2 864 1.790,05 TON the
0
better
responden ahli. Pada Tabel 6 dapat dilihat nilai minimal dan smaller
maksimal sekaligus pencapaian kinerja saat ini dari masing- R3 5 0 0 Accident the
masing indikator kinerja GSCM JOB P-PEJ. better
larger
Tabel 6. R4 0 22,046 22,046 TON the
Data Kinerja GSCM Terkini di JOB P-PEJ better
Kode Skala Asal Nilai
Karakt
Indikator Batas Batas Kinerja
Satuan eristik Setelah didapatkan data-data nilai kinerja pada tabel 8
Kinerja minimal maksimal Aktual selanjutnya setiap indikator kinerja perlu disamakan skala
Kinerja
(2) (3) (4) (5)
larger
parameter nilainya melewati model normalisai Snorm De
P1 0 1 1 Dokumen the Boer, model ini digunakan agar skala ukuran yang berbeda-
better beda pada kinerja aktual dapat mencapai skala parameter nilai
larger yang sama dengan seluruh indikator kinerja GSCM, sehingga
P2 0 1 1 Dokumen the
better
dapat diketahui kondisi kinerja dari setiap indikator GSCM
larger melalui definisi nilai yang telah dilakukan normalisasi.
P3 0 1 1 Dokumen the Selanjutnya nilai dari hasil normalisasi pada setiap indikator
better kinerja dikalikan dengan bobot masing-masing indikator
larger
P4 0 1 1 Dokumen the
kinerja dan proses GSCM yang sebelumnya diperoleh dari
better hasil pembobotan AHP. Tabel 7 menunjukkan hasil nilai
larger akhir dari setiap indikator kinerja maupun proses GSCM di
P5 0 1 0 Dokumen the JOB P-PEJ.
better
larger
P6 0 1 0 Dokumen the Tabel 7.
Nilai Akhir kinerja GSCM JOB P-PEJ
better
Kode Nilai Bobot Skor Nilai Bobot Sko Nilai
larger Indikat Norma Indikator (7) Indikator proses Proses r kinerj
P7 0 1 1 Dokumen the or lisasi (6)x(7) (8) (9) Pro a
better Kinerj (6) ses GSC
a (1) (8)x M
larger (9) (10)
S1 0 64 20 Supplier the
P1 100 0,203 20,3
better
larger
S2 0 64 64 Supplier the P2 100 0,048 4,8
better
smaller P3 100 0,248 24,8
S3 135725 0 17203 EA the
better P4 100 0,168 16,8
larger 77,9 0,41 32,6
2
M1 0 717 630,00 M the 9 4
P5 0 0,116 0
better
smaller
M2 3 0 0 Accident the P6 0 0,105 0
better
smaller P7 100 0,112 11,2
1.768,0
M3 0 1909,48 TON the
4
better S1 31,2 0,229 7,16
smaller 5
M4 22,046 0 0,036 TON the S2 100 0,655 65,5
82,8 0,27 22,7
better
7 4 1
S3 87,3 0,117 10,22
2
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 8, No. 1, (2019) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F23

M1 87,8 0,117 10,28 ketersediaan optimalisas proses untuk pengurangan limbah


7
(P6), persentase supplier yang memiliki sertifikasi sistem
M2 100 0,182 18,2
pengelolaan lingkungan atau ISO 14001 (S1), tingkat emisi
M3 92,5 0,117 10,83 kendaraan untuk pengangkatan dan material handling (D3)
9 yang masuk dalam kategori “Poor”, dan indikator total
M4 99,8 0,148 14,78 konsumsi energi (M7) yang masuk dalam kategori
92,9 0,19 17,8
4
3 2 4
“Marginal”.
M5 100 0,275 27,5 I. Perbaikan Kinerja GSCM
M6 71 0,074 5,25
Indikator kinerja yang dianggap memiliki kinerja yang
kurang bagus selanjutnya dilakukan perumusan arah
M7 45,5 0,044 2,73 perbaikan menggunakan metode Modified House of Quality
4 untuk menentukan urutan prioritas perbaikan yang bisa
M8 95,0 0,043 4,09 dilakukan perusahaan terhadap indikator tersebut. Kelima
3
D1 90 0,336 30,24
indikator kinerja yang masuk dalam kategori dibawah
“average” dikonversikan ke dalam stakeholder requirements
D2 90,6 0,537 48,69 sebagai suara dari pemangku kepentingan terhadap kinerja
7 82,9 0,06 5,06
2 1 GSCM saat ini.
D3 31,4 0,127 3,99 83,0 Tabel 8.
3 4 Prioritas Tindakan Perbaikan Kinerja HoQ
R1 70,1 0,343 24,05
Kode Absolute Relative Persentase Rank
3
Importance Importance Realisasi
R2 97,6 0,362 35,34 TR1 3,5 0,182434193 18,24% 1
88,7 0,05 4,79
2 TR2 3,2 0,166797 16,67% 2
9 4
R3 100 0,091 9,1 TR3 3,2 0,166797 16,67% 2
R4 100 0,203 20,3 TR4 3,2 0,166797 16,67% 2
TR5 2,04 0,106333 10,63% 3
TR6 1,565 0,081574 8,15% 5
TR7 1,625 0,084702 8,47% 4
Disimpulkan bahwa kinerja GSCM secara keseluruhan di
TR8 0,3 0,015637 1,56% 7
JOB P-PEJ masuk dalam kategori “Good” atau “Baik” TR9 0,5 0,026062 2,61% 6
dengan rincian kinerja pada proses planning, sourcing, TR10 0,025 0,001303 0,13% 8
deliver, return dalam kategori “Good” dan proses make TR11 0,025 0,001303 0,13% 8
TR12 0,005 0,000261 0,03% 9
dengan kategori “Execellent”, namun dalam kinerja tiap
indikator terdapat 5 indikator kinerja yang memiliki nilai B. Implikasi Manajerial
kurang baik.
Perusahaan memiliki prioritas perbaikan kinerja GSCM
tertinggi melalui tindakan memberikan pelatihan manajemen
V. ANALISIS DAN PERBAIKAN aset kepada pekerja yang terkait dengan pengelolaan aset
A. Analisi Kinerja GSCM JOB P-PEJ dalam serangkaian aktivitas GSCM, tindakan perusahaan
memberikan pelatihan manajemen aset akan menjadi langkah
Dari hasil penelitian ini kinerja GSCM JOB P-PEJ secara memperbaiki kualitas sumber daya manusia untuk mengelola
keseluruhan memiliki nilai 83 yang masuk dalam kategori aset perusahaan dengan mempertimbangkan dampak
“good” hasil ini dikarenakan nilai kinerja dari seluruh proses lingkungan. Tindakan ini terpilih karena perbaikan terhadap
GSCM yaitu planning, sourcing, make, deliver dan return sumber daya manusia melalui pelatihan manajemen aset akan
mendapatkan nilai kinerja yang baik. Proses make juga berpengaruh terhadap perbaikan indikator kinerja
berkontribusi cukup besar dalam mengangkat nilai kinerja lainnya dalam GSCM perusahaan yang memiliki bobot cukup
GSCM JOB P-PEJ secara keseluruhan karena memiliki nilai penting.
kinerja paling tinggi dibandingkan proses lainnya yaitu 94
yang masuk dalam kategori “excellent” dan juga bobot proses
make yang cukup tinggi yaitu sebesar 0,061 yang merupakan VI. SIMPULAN DAN SARAN
terbesar ketiga dalam proses GSCM. Sedangkan kinerja pada A. Simpulan
proses planning cukup memberikan beban terhadap nilai
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terdapat
kinerja GSCM secara keseluruhan karena proses ini memiliki
beberapa simpulan yang menjawab rumusan masalah dalam
bobot yang paling tinggi dalam proses GSCM perusahaan
penelitian, antara lain:
yaitu sebesar 0,419, namun mendapatkan nilai kinerja proses
1. Sistem pengukuran kinerja GSCM yang sesuai dengan
paling rendah diantara proses lainnya dalam GSCM yaitu
proses bisnis JOB P-PEJ terdiri dari 25 indikator
sebesar 78. Hal ini disebabkan pada proses ini terdapat 2
kinerja. Setiap proses memiliki bobot kepentingan
indikator yang memiliki nilai 0 dan masuk dalam kategori
secara berurutan dari terbesar yaitu, proses perencanaan
kinerja “poor” yaitu indikator kinerja dengan kode (P5) dan
(planning/P), proses pengadaan (Source/S), proses
(P6). Dari keseluruhan proses GSCM di JOB P-PEJ terdapat
produksi (Make/M), proses distribusi (Deliver/D) dan
5 indikator kinerja yang memiliki nilai dalam kategori
proses yang terakhir pengembalian (Return/R).
dibawah “good” dan menjadi beban nilai kinerja GSCM
2. Dari pengukuran nilai kinerja GSCM berdasarkan tiap
perusahaan secara keseluruhan saat ini. Kelima indikator
indikator kinerja dan proses, menghasilkan kinerja
kinerja yang memiliki potensi peningkatan kinerja GSCM di
GSCM secara keseluruhan di JOB P-PEJ masuk dalam
masa mendatang karena nilai kinerja saat ini tidak cukup baik
kategori “Good”, sedangkan rincian kinerja pada proses
yaitu ketersediaan Standar Operasi Prosedur(SOP) untuk
planning, sourcing, deliver, return masuk dalam
pengumpulan fasilitas pada akhir masa penggunaan (P5),
kategori “Good” serta proses make dengan kategori
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 8, No. 1, (2019) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F24

kinerja “Execellent”. Namun dalam kinerja tiap GSCM yang lebih sesuai diimplementasikan pada industri
indikator terdapat 5 indikator yang memiliki nilai migas. Dan yang terakhir peneliti tidak dibatasi oleh
kinerja kurang baik yaitu indikator kinerja ketersediaan sertifikasi pemasok ISO 14001 pada indikator kinerja proses
Standar Operasi Prosedur(SOP) untuk pengumpulan sourcing, melainkan sertifikasi lain yang menandakan
fasilitas pada akhir masa penggunaan (P5), ketersediaan pemasok ramah lingkungan dan peneliti dapat juga
optimalisas proses untuk pengurangan limbah (P6), memberikan target pembanding (Benchmarking) melalui
persentase supplier yang memiliki sertifikasi sistem nilai kinerja best in class pada industri migas sehingga dapat
pengelolaan lingkungan atau ISO 14001 (S1), tingkat mengetahui posisi kinerja GSCM perusahaan dibandingkan
emisi kendaraan untuk pengangkatan dan material pesain
handling (D3) yang masuk dalam kategori “Poor” dan
total konsumsi energi (M7) yang masuk dalam kategori
DAFTAR PUSTAKA
“Marginal”.
3. Rumusan perbaikan menghasilkan 12 respon tindakan [1] C. Cooper, Douglas, M. Lambert, Martha, and J. D. Pagh, “Supply
Chain Management: More Than a New Name for Logistics,” Int.
dari perusahaan untuk melakukan perbaikan terhadap J. Logist. Manag., vol. 8, no. 1, pp. 1–14, 1997.
indikator kinerja yang memiliki nilai kurang baik. [2] B. Sundarakani, R. de Souza, M. Goh, D. Van Over, S.
Prioritas tertinggi respon tindakan perbaikan Manikandan, and S. L. Koh, “A sustainable green supply chain for
perusahaan secara berurutan yaitu Memberikan globally integrated networks,” in Enterprise Networks and
Logistics for Agile Manufacturing, 2010, pp. 191–206.
pelatihan pengelolaan aset ramah lingkungan (TR1). [3] M. Ghobakhloo, S. H. Tang, N. Zulkifli, and M. Ariffin, “An
Integrated Framework of Green Supply Chain Management
B. Saran Implementation,” J. Innov. Manag. Technol., vol. 4, no. 1, pp. 86–
Saran bagi penelitian selanjutnya adalah dapat 89, 2013.
menggunakan objek amatan lebih dari satu industri migas [4] S. C. M. L. Li, Concepts, techniques and practices enhancing
value through collaboration. Singapore: World Scientific
untuk melakukan identifikasi indikator kinerja GSCM yang Publishing Co. Pte. Ltd, 2007.
sesuai dengan karakter dalam industri migas karena [5] S. Chopra and P. Meindl, Supply Chain Management Strategy,
penelitian terkait rancangan sistem pengukuran kinerja Planning, And Operation, 5th ed. Prentice Hal, Inc, 2013.
GSCM pada industri migas masih sangat minim. Penelitian [6] I. F. Fortuna, Y. Suamtri, and R. Yuniarti, “Perancangan Sistem
Pengukuran Kinerja Aktivitas Green Supply Chain Management
selanjutnya juga dapat menambahkan jumlah pihak ahli dari (GSCM)(Studi Kasus: KUD ‘Batu,’” J. Rekayasa dan Manaj. Sist.
berbagai kompetensi yang berkaitan dengan konsep GSCM Ind., vol. 2, no. 3, pp. 551–562, 2014.
industri migas untuk menyaring dan menggabungkan seluruh
persepsi sehingga menghasilkan sistem pengukuran kinerja

Anda mungkin juga menyukai