Anda di halaman 1dari 3

Ancaman TikTok Shop Terhadap Pedagang Lokal

TikTok Shop sempat menjadi primadona tempat jual beli online di Indonesia
dengan konsep menggabungkan kemudahan media sosial dan tempat jual beli
layaknya perdagangan elektronik (e-commerce). Para pengguna tiktok dapat
langsung belanja tanpa perlu melalui aplikasi lain lagi. Namun dibalik kemudahan
dan tawaran menarik dari TikTok Shop itu membuat beberapa pedagang di Pasar
Tanah Abang kehilangan pendapatannya dan memaksa pemerintah untuk
membuat kebijakan hukum terkait TikTok Shop.

Kekhawatiran terhadap permasalahan tersebut sebenarnya bukan yang pertama kali


terjadi, Amerika Serikat dan India dengan tegas melarang dan melakukan penolakan
terhadap aplikasi TikTok karena menganggap TikTok melakukan pencurian data pribadi
dari penggunanya dan beberapa negara menduga bahwa TikTok akan berbagi data
dengan pemerintah Tiongkok.

Kecurigaan tersebut diketahui bermula dari Inggris dimana TikTok dengan Project S
mengumpulkan data produk yang menjadi trend dan laris di Inggris kemudian
memproduksinya kembali di cina. Selanjutnya menjual kembali melalui aplikasi TikTok
Shop yang bernama trendy beat.

Awal Mula TikTok Shop

TikTok merupakan aplikasi yang berasal dari negara Tiongkok. Aplikasi tersebut
diciptakan oleh Zhang Yiming yang dirilis pada September 2016 yang semula bernama
Douyin dibawah naungan perusahaan ByteDance.

Selanjutnya pada 2017, Douyin memperluas pasarnya dengan melakukan


pengambilalihan aplikasi Musical.ly yang merupakan media sosial sharing video singkat
yang terkenal di Amerika Serikat. Untuk memudahkan pelafalan dan agar dapat mudah
diingat kemudian diubah menjadi TikTok yang sekarang dikenal oleh masyarakat luas.

Adapun dikutip dari Antara, peluncuran perdana TikTok Shop terjadi pada tanggal 17
April 2021. TikTok Shop adalah sebuah layanan inovatif ecommerce yang dapat
menjangkau para penjual, pembeli, dan kreator untuk menyediakan pengalaman
berbelanja yang mulus dan menyenangkan.

TikTok shop merupakan fitur yang diciptakan bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan
menengah untuk menjual produknya secara langsung dan dapat berinteraksi dengan
pembelinya. Fitur ini berbeda dengan Instagram Shopping atau Facebook Shop yang
pernah hadir sebelumnya. Instagram Shopping atau Facebook Shop
mengarahkan penggunanya pada situs penjual untuk bertransaksi.

Sedangkan TikTok Shop mengusung konsep seluruh kegiatan transaksi jual beli
dilakukan di dalam aplikasi. Mulai dari pengenalan produk, pemilihan produk, proses
transaksi, komunikasi dengan penjual, pengiriman dan penilaian produk dilakukan
langsung pada aplikasi TikTok.

Regulasi di Indonesia

Kemunculan TikTok Shop membuat beberapa pihak gerah diantaranya adalah


pedagang Pasar Tanah Abang yang terus mendesak pemerintah untuk segera
memblokir TikTok Shop karena dianggap mengambil pasar lokal.

Pemerintah setelah mengkaji aturan hukum, memutuskan bahwa TikTok Shop ditutup
dengan beberapa pertimbangan. Pertama, TikTok merupakan media sosial dimana
dalam melakukan kegiatan usaha di Indonesia izin yang diperlukan adalah izin
Penyelenggara Sistem Elektronik dari Kementerian Komunikasi.

Berbeda dengan media sosial, untuk e-commerce izin yang diperlukan adalah izin
Perdagangan Melalui Sistem Elektronik yang diterbitkan oleh Kementerian
Perdagangan. Hal ini merujuk pada Pasal 1 ayat 17 Peraturan Menteri Perdagangan
Nomor 31 Tahun 2023, social commerce adalah penyelenggara media sosial yang
menyediakan fitur, menu dan/atau fasilitas tertentu yang memungkinkan pedagang
memasang penawaran barang dan/atau jasa.

Kemudian, Pasal 21 ayat 3 menyebutkan, penyelenggara perdagangan melalui sistem


elektronik dengan model bisnis social-commerce dilarang memfasilitasi transaksi
pembayaran pada sistem elektroniknya.

Sehingga Tiktok harus bisa memisahkan bahwa media sosial berbeda dengan e-
commerce yang harus memiliki izin tersendiri.

Kedua, terkait monopoli pasar dimana kekhawatiran terhadap Project S terjadi di


Indonesia, maka TikTok memiliki potensi untuk menyalahgunakan besarnya pengaruh
TikTok di social media untuk membunuh pengusaha lokal karena TikTok akan
menentukan algoritma produk mana yang akan mereka utamakan.

Selanjutnya dengan algoritma yang sudah ditentukan maka jelas jangkauan terhadap
konsumen lebih luas, engagement terhadap produk TikTok akan laku lebih tinggi serta
terdapat kecenderungan TikTok akan melakukan shadow banning terhadap produk
kompetitor.

Penyelesaian Tiktok Shop

Untuk segera menyelesaikan permasalahan yang dihadapi TikTok Shop, TikTok akan
melakukan investasi besar terhadap aplikasi e-commerce terbesar di Indonesia yaitu
Tokopedia.

Dalam keterbukaan informasinya, Tokopedia menyatakan TikTok akan memiliki 75,01%


dari total modal Tokopedia, sedangkan kepemilikan GoTo 24,99%. Adapun realisasi
investasi terkait akuisisi ini direncanakan selesai pada kuartal I 2024.
Dengan investasi tersebut maka perusahaan asal China ini akan menjadi pengendali
Tokopedia. Mereka juga akan mengombinasikan layanan e-commerce lokal tersebut
dengan TikTok Shop.

TikTok akhirnya menyelesaikan permasahan mereka dengan mengambilalih


kepemilikan dari Tokopedia. Dimana hal ini sebenarnya ada alternatif lain yaitu Tiktok
memulai membuat perusahaan e-commerce sendiri dari awal dan memperloleh
perizinan e-commerce.

Dalam menghadapi kemajuan teknologi sepatutnya pemerintah terus meningkatkan dan


selalu beradaptasi agar memberikan kepastian hukum dan keadilan bagi seluruh pelaku
usaha di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai