Skripsi - Melvy Septiani-1811112060
Skripsi - Melvy Septiani-1811112060
SKRIPSI
OLEH:
MELVY SEPTIANI
1811112060
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Penerapan
Sistem Kontrol dan Monitoring Lahan Pertanian Pada Tanaman Terung
(Solanum melongena L.) Berbasis Internet of Things (IoT) dengan Metode
Penyiraman Irigasi Sprinkler”, skripsi ini ditulis untuk memenuhi syarat dalam
mencapai gelar S1 pada Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem, Fakultas
Teknologi Pertanian, Universitas Andalas.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada kedua orang tua beserta seluruh
keluarga yang selalu memberikan doa dan dukungan bagi penulis. Selanjutnya
penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Eng. Muhammad Makky,
S.TP, M.Si selaku pembimbing I dan Bapak Khandra Fahmy, S.TP. MP, Ph.D
selaku pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk
membimbing, bertukar pikiran, serta berbagi ilmu dengan penulis sehingga skripsi
ini dapat diselesaikan. Terima kasih juga disampaikan kepada semua yang terlibat
telah membantu dan menyemangati dalam penyelesaian skripsi hingga sekarang.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam
penyelesaian penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan
hati, penulis mengharapkan adanya saran dan kritikan dari pembaca untuk
perbaikan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis
dan pembaca untuk kedepannya.
M.S
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Karakteristik Sifat Fisik Tanah ...................................................................... 14
2. Perbedaan ESP32 dengan Mikrokontroler Lainnya ...................................... 16
3. Perubahan Nilai Analog kedalam Persen ...................................................... 28
4. Cara Kalibrasi Sensor .................................................................................... 30
vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Tanaman Terung ............................................................................................ 5
2. Saturasi ........................................................................................................... 10
3. Kapasitas Lapang ........................................................................................... 11
4. Titik Layu Permanen ...................................................................................... 11
5. Ambang Batas Kadar Air Tanah .................................................................... 12
6. Perubahan Nilai Evapotranspirasi Terhadap Kandungan Air Tanah ............. 13
7. Segitiga Tekstur ............................................................................................. 14
8. Diagram Sistem Kontrol ................................................................................ 15
9. ESP32 ............................................................................................................. 15
10. Sensor DHT22 ............................................................................................... 17
11. Capasitive Soil Moisture Sensor .................................................................... 17
12. Sensor pH Tanah ............................................................................................ 18
13. Relay .............................................................................................................. 18
14. Katub Selenoida ............................................................................................. 19
15. Konsep Internet of Things (IoT) .................................................................... 20
16. Aplikasi Blynk ................................................................................................ 20
17. Diagram Alir Penelitian ................................................................................. 22
18. Rancangan Lahan Penanaman Terung dengan Sistem Irigasi Sprinkler ....... 24
19. Diagram Alir Sistem Kontrol ......................................................................... 25
20. Skema Sensor DHT22.................................................................................... 25
21. Skema Capasitive Soil Moisture Sensor ........................................................ 25
22. Skema Relay .................................................................................................. 27
23. Skema Sensor pH ........................................................................................... 27
24. Skema Rangkain ............................................................................................ 28
25. Skema Kerja Sistem Sensor ........................................................................... 28
26. Batas Kerja dan Henti Sistem Irigasi ............................................................. 30
27. Rain Gauge .................................................................................................... 34
28. Tampilan pada Aplikasi Blynk ....................................................................... 37
29. Rancangan Sistem Kontrol ............................................................................ 37
30. Fungsi Float pada Program Arduino IDE ...................................................... 38
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Pemrograman di ArduinoIDE ........................................................................... 68
2. Data Hasil Kalibrasi Sensor Capacitive Soil Moisture ..................................... 70
3. Distribusi Kadar Air Tanah ............................................................................... 73
4. Perhitungan Curah Hujan .................................................................................. 74
5. Data Monitoring Kelembaban dan Suhu ........................................................... 75
6. Spesifikasi Komponen Sistem Monitoring dan Kontrol Lahan Pertanian ........ 77
7. Data Kadar Air Tanah Kondisi Kapasitas Lapang ............................................ 79
8. Data Kalibrasi Sensor DHT22 ......................................................................... 80
9. Data Kalibrasi Sensor pH Tanah ...................................................................... 81
10. Pengamatan Kadar Air Tanah ......................................................................... 82
11. Ketepatan Pembacaan Sensor Capacitive Soil Moisture ............................... 83
12. Ketepatan Pembacaan Sensor DHT22 ........................................................... 85
13. Ketepatan Pembacaan Sensor pH Tanah ..................................................... 86
14. Perhitungan Waktu Buka Katup Selenoida ..................................................... 87
15. Pengamatan Tinggi Batang dan Jumlah Daun ................................................ 88
16. Dokumentasi Penelitian .................................................................................. 92
ix
ABSTRAK
Irigasi adalah usaha pemberian air dan pengaturan air ke lahan pertanian
yang berguna untuk memenuhi kebutuhan air tanaman agar dapat tumbuh
secara optimal. Irigasi yang digunakan adalah irigasi sprinkler. Efisiensi
dalam penggunaan irigasi pada tanaman akan meningkat bersamaan dengan
pH tanah yang tepat. Tujuan utama dari penelitian ini yaitu untuk
merancang sistem kontrol dan monitoring lahan pertanian dengan irigasi
sprinkler pada tanaman terung (Solanum melongena, L.). Sistem kontrol
yang digunakan yaitu ESP32, Sensor DHT22, sensor Capacitive Soil Moisture
dan sensor pH tanah. Pada penelitian ini menggunakan 2 bedengan untuk
tanaman sistem dan satu bedengan untuk tanaman kontrol. Pada tanaman
sistem dilengkapi dengan 2 buah irigasi sprinkler untuk melakukan
penyiraman dan pemberian dolomit secara otomatis. Relay akan bekerja jika
nilai kelembaban tanah ≤22% maka pompa akan hidup dan katup selenoida
pada air terbuka dan mengalirkan air ketanaman dan akan berhenti jika
kadar air tanah sudah mencapai ≥27%, dan jika nilai pH tanah <6 maka
pompa akan hidup katup selenoida pada dolomit cair terbuka untuk
mengalirkan dolomit ketanaman. Hasil yang diperoleh selama 20 hari
penelitian didapatkan nilai rata-rata analisis regresi sensor capacitive soil
moisture yaitu 0,9740 dan sensor DHT22 sebesar 0,9826 dan 0,9732.
Pengamatan pertumbuhan tanaman terung didapatkan rata-rata tinggi
batang pada tanaman sistem yaitu 25,85cm dan tanaman kontrol 22cm,
sedangkan rata-rata jumlah daun pada tanaman sistem 29,21 helai dan
tanaman kontrol 26,78 helai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem
yang dibuat lebih baik dari pada sistem konvensional.
organik cair dengan interval waktu yang berbeda. Penelitian yang dilakukan
bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan vegetatif dan produksi tanaman
terung pada berbagai pemberian pupuk organik cair dengan interval yang berbeda.
Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya belum dilakukan dengan
metode penyiraman irigasi sprinkler. Berdasarkan hal tersebut peneliti
mengembangkan sistem monitoring dan kontrol lahan pertanian dengan irigasi
sprinkler berbasis Internet of Things (IoT) pada tanaman terung, dengan
menggunakan IoT dapat memudahkan petani tanaman terung dalam melakukan
monitoring suhu, pH tanah dan kelembaban udara serta dapat melakukan
penyiraman tanaman terung secara otomatis dan kontrol pH otomatis, sehingga
dapat meningkatkan produktivitas tanaman terung (Solanum Melongena, L.).
Sistem monitoring dan kontrol yang akan dibuat yaitu monitoring suhu,
kelembaban udara, kelembapan tanah dan pH tanah serta pemberian air secara
otomatis dan kontrol pH otomatis. Penelitian ini dilengkapi dengan capasitive soil
moisture sensor, sensor pH, relay dan sensor DHT22. Sistem rangkaian dirancang
dengan menggunakan board ESP32 sebagai sistem penggerak dan modul wifi
yang terhubung ke internet. Hasil yang terbaca dari sensor akan ditampilkan pada
platform IoT yaitu blynk. Penelitian ini dapat memantau perkembangan tanaman
terung. Penulis melakukan penelitian yang berjudul “Penerapan Sistem Kontrol
dan Monitoring Lahan Pertanian pada Tanaman Terung (Solanum
melongena L.) Berbasis Internet of Things (IoT) dengan Metode Penyiraman
Irigasi Sprinkler”.
4
1.2 Tujuan
Berdasarkan latar belakang yang telah dibahas di atas, tujuan dari penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Merancang sistem monitoring suhu, pH tanah dan kelembaban udara pada
lahan penanaman terung dengan sistem irigasi sprinkler berbasis Internet of
Things (IoT).
2. Merancang sistem kontrol pemberian air dan kontrol pH otomatis pada lahan
penanaman terung dengan sistem irigasi sprinkler berbasis Internet of Things
(IoT).
3. Melakukan uji teknis sistem monitoring dan kontrol pada lahan penanaman
terung dengan sistem irigasi sprinkler berbasis Internet of Things (IoT).
4. Melakukan analisis kondisi tanaman terung dengan sistem irigasi sprinkler
berbasis IoT dan manual.
1.3 Manfaat
Manfaat yang didapatkan dari penelitian ini adalah memudahkan petani
tanaman terung dalam melakukan monitoring suhu, dan kelembaban udara serta
dapat melakukan penyiraman tanaman secara merata serta memantau kondisi
kadar air tanah dan pH tanah serta mengontrol sistem penyiraman tanaman terung
secara online, sehingga dapat meningkatkan produktivitas tanaman terung
(Solanum Melongena, L.).
II. TINJAUAN PUSTAKA
sehingga dapat melakukan penghematan air, contoh dari sistem irigasi bertekanan
ini yaitu irigasi curah (sprinkler) dan irigasi tetes (drip irrigation).
Irigasi curah sprinkler menggunakan tekanan untuk membentuk tetesan air
ke udara dan menjatuhkannya di area pertanian layaknya hujan. Pengirigasian
dilakukan dengan mengalirkan air yang bertekanan pada nozzle dengan pompa air.
Sistem ini dapat digunakan untuk mencegah pembekuan, mengurangi erosi, angin,
memberikan pupuk dan lain-lain. Pengklasifikasian ukuran nozzle dilakukan
untuk memperhitungkan penyebaran air, tekanan pada pompa, jarak sprinkler dan
laju infiltrasi pada tanah (Kalsim, 2002).
Metode pemberian air ke tanaman yang mengurangi kelebihan air dengan
cara membiarkan air menetes perlahan menuju ke akar tanaman atau disebut juga
irigasi tetes yang dapat melalui permukaan tanah atau pun lansung ke area
perakaran tanaman, metode ini mealirkan air melalui katup, pipa, dan juga emitter.
Tujuan dari irigasi tetes adalah untuk memenuhi kebutuhan air tanaman tanpa
harus membasahi keseluruhan lahan.
2.3.2 Sistem Irigasi Tidak Bertekanan
Sistem Irigasi tidak Bertekanan adalah sistem irigasi berdasarkan gaya
gravitasi sehingga pengirigasian dapat dilakaukan dari area yang lebih tinggi ke
area yang lebih rendah pada irigasi. Pengirigasian dilakukan dengan pemberian air
pada permukaan tanah dari saluran yang memiliki ketinggian yaitu 10 – 15 cm.
Air yang mengalir dari permukaan tanah akan diserap oleh tanah sehingga tanah
dapat meresap air ke dalam untuk membasahi area perakaran agar pemberian air
pada tanaman dapat dilakukan secara optimal untuk memenuhi kebutuhan air pada
tanaman agar dapat menghasilkan tanaman yang baik sehingga dapat
menguntungkan para petani (Kalsim, 2002).
2.3.3 Irigasi Bawah Permukaan
Irigasi bawah permukaan dapat dilakukan dengan meresapkan air ke dalam
tanah di bawah zona perakaran melalui sistem saluran terbuka ataupun dengan
menggunakan pipa porus. Salah satu yang menjadi contoh irigasi bawah
permukaan adalah kondisi drainase terkontrol. Drainase terkontrol dapat dianggap
sebagai irigasi bawah permukaan jika penggunaan air untuk memenuhi kebutuhan
8
air tanaman. Sungai dan danau adalah salah satu bentuk irigasi bawah permukaan
yang terbentuk alami (Doloksaribu, 2017).
2.3.4 Irigasi Permukaan
Irigasi permukaan merupakan sistem irigasi yang menyadap air langsung di
sungai melalui bangunan bendung maupun melalui bangunan pengambilan bebas
(free intake) kemudian air irigasi dialirkan secara gravitasi melalui saluran irigasi
sampai ke lahan pertanian yang dikenal dengan nama saluran primer, saluran
sekunder dan saluran tersier. Irigasi permukaan ini sangat cocok untuk daerah
pertanian yang tidak rata agar mendapatkan kebutuhan air yang cukup. Irigasi
permukaan harus dilakukan secara terkontrol dan mempertimbangkan
keseragaman (Doloksaribu, 2017).
2.3.5 Penjadwalan Irigasi
Penjadwalan irigasi ditentukan oleh jumlah air tanah yang tersedia dan
kebutuhan tanaman. Kapasitas produksi akan menurun jika di lakukan pemberian
air irigasi yang berlebih sehingga terjadi penurunan aerasi tanah dan kandungan
alami tanah serta terjadi peningkatan penggunaan air dan energi. Penjadwalan
irigasi menjadi cara efektif untuk dilakukan jika ketersediaan air terbatas. Dalam
penjadwalan irigasi untuk mengetahui jumlah air yang dibutuhkan dapat
ditentukan melalui pengukuran kadar air tanah dan untuk mengetahui jumlah air
yang dibutuhkan ditentukan melalui indikator tanaman atau tanah (Schwab et al.,
1981).
2.4 Pupuk
Pupuk merupakan inti dari kesuburan tanah karena terdapat banyak unsur
untuk menggantikan unsur lain yang habis terhisap oleh tanaman. Pemberian
pupuk adalah proses pemberian nutrisi yang diterima oleh tanah dan tanaman
untuk menggantikan unsur hara yang telah berkurang. Pemberian pupuk ini
bertujuan untuk memenuhi unsur hara tanah dan nutrisi tanaman. Material pupuk
yang ditambahkan ke tanaman bertujuan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi untuk
tanaman agar tanaman dapat tumbuh dengan baik (Dwicaksono, 2013).
Pemupukan dapat meningkatkan kesuburan tanah dan mengembalikan zat-zat hara
secara buatan sehingga terjadi peningkatan produksi pada tanaman. Selain itu
pemupukan dilakukan untuk menyeimbangkan unsur-unsur hara yang hilang.
9
Penambahan unsur hara juga bertujuan untuk menyeimbangkan unsur hara yang
ada di dalam tanah yang terjadi karena erosi dan sebagainya. Pemilihan pupuk
juga harus mempertimbangkan kebutuhan unsur hara dan nutrisi yang dibutuhkan
tanah dan tanaman. Pada penelitian ini, pupuk yang digunakan adalah pupuk
kapur tani atau pupuk dolomit cair (Handisuwito, 2012).
Gambar 2. Saturasi
Sumber : Saleh et al. (2017)
2.6.2 Kapasitas Lapang (Field Capacity)
Kapasitas lapang merupakan persentase kelembaban yang ditahan oleh
tanah setelah terjadinya drainase dan kecepatan gerakan air ke bawah menjadi
sangat lambat. Akar-akar akan terus menyerap air yang tertahan oleh tanah yang
menyebabkan tanah akan semakin kering. Tanaman akan menjadi layu pada saat
akar tidak mampu lagi menyerap air (Hardjowigeno, 2007). Kapasitas lapang
terjadi saat kandungan air pada pori-pori besar partikel tanah didrainasekan akibat
adanya gaya gravitasi. Kapasitas lapang sebagian besar tanah pertanian akan
dicapai satu sampai tiga hari setelah irigasi atau hujan. Pada saat dilakukan irigasi,
kondisi air tanah yang berada di atas kapasitas lapang tidak diharapkan karena air
yang ditambahkan melebihi kapasitas lapang akan mengalami perkolasi ke
11
permukaan tanah yang lebih dalam sehingga akar tidak dapat mencapainya. Untuk
daerah yang memiliki salinitas tinggi, kadar air tanah yang melebihi kapasitas
lapang dapat digunakan untuk melakukan pencucian garam di sekitar zona
perakaran (Saleh et al., 2017). Kapasitas lapang dapat dilihat pada Gambar 3.
2.7.1 ESP32
ESP32 merupakan penerus dari mikrokontroler ESP8266 yang pertama kali
dikenalkan oleh Exspressif System. Mikrokontroler ESP32 memiliki sistem biaya
rendah dan berdaya rendah yang dilengkapi dengan modul wifi yang menyatu
dengan chip mikrokontroler sehingga mendukung untuk membuat sistem aplikasi
Internet of Things (IoT). ESP32 memiliki Bluetooth dengan mode ganda serta
fitur hemat daya sehingga menjadi lebih fleksibel (Muliadi et al., 2020). ESP32
dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9. ESP32
Sumber : Rifky, 2021
16
listrik bahan tersebut dapat disebabkan oleh adanya perubahan suhu di sekitar
sensor (Puspasari et al., 2020). Sensor DHT22 dapat dilihat pada Gambar 10.
2.7.5 Relay
Relay adalah saklar (switch) elektronik yang beroperasi dengan arus listrik.
Relay secara otomatis digunakan sebagai konektor dan pemutus sirkuit listrik.
Relay pada dasarnya adalah tuas saklar dengan kawat yang dililitkan di sekitar
batang besi (solenoid) didekatnya. Relay terdiri dari kumparan elektromagnetik
dan inti magnet besi lunak. Ketika solenoid diberi energi, maka akan
menghasilkan gaya magnet sehingga tuas tertarik dan kontak saklar akan tertutup.
Ketika arus terputus, gaya magnet menghilang dan kontak saklar dibuka kembali,
menyebabkan tuas kembali ke posisi semula (Saleh et al., 2017). Relay dapat
dilihat pada Gambar 13.
Mulai
Tidak
Sesuai
Ya
Tidak
Sesuai
Ya
Analisis data terhadap kinerja alat dan membandingkan hasil dengan cara
manual
Penerapan sistem monitoring dan kontrol lahan pertanian dengan irigasi
sprinkler berbasis Internet of Things dapat digunakan
Selesai
3.4.1 Perancangan
Rancangan dalam penelitian ini terdiri dari perancangan lahan penanaman
terung dengan sistem irigasi sprinkler dan rancangan sistem kontrol.
3.4.1.1 Rancangan Layout Lahan Penanaman Terung dengan Sistem
Irigasi Sprinker
Sistem irigasi sprinkler dirancang bertujuan agar fungsi setiap komponen
dapat terlaksana sesuai dengan tugasnya. Penelitian ini menggunakan tanaman
terung yang ditanam di atas bedengan pada lahan percobaan dengan ukuran 300
cm x 60 cm, tinggi 30 cm. Masing-masing bedengan akan ditanami tanaman
terung sebanyak 14 batang dengan jarak antar lubang 40 cm dan jarak antar
barisan yaitu 40 cm. Pola tanam dilakukan dengan 2 metode dengan kontrol
otomatis dan dengan cara manual. Pembuatan irigasi sprinkler pada lahan
percobaan akan dibuat sebanyak 2 buah, dengan jarak antar pipa yaitu sejauh 100
cm. Sebaran air dari sprinkler yaitu sejauh 100 cm dengan tinggi pipa sepanjang
100 cm. Gambaran umum rancangan lahan penanaman terung dengan sistem
irigasi sprinkler beserta skema peletakan sensor pada lahan percobaan dapat
dilihat pada Gambar 18.
24
Sebaran Sprinkler
Katub Tanaman Terung
Selenoid
40 cm
100 cm Kepala
water flow
Sprinkler
50 cm
Sensor pH Tinggi Pipa Sprinkler = 100 cm
dolomit
Sensor DHT22
Sistem Manual
Mulai
ESP 32 hidup
Tidak
Tidak
KA ≤
22% pH <
5,5
Ya
Ya
Relay hidup
Relay hidup
Katub solenoida
terbuka
Katub solenoid
terbuka
Tidak Tidak
KA = pH > 6,8
27%
Ya
Ya
Selesai
1. Sensor
Mendesain keterkaitan antara beberapa komponen yang dibutuhkan
merupakan langkah awal yang dilakukan untuk memperjelas kerangka kerja.
Sensor yang digunakan pada sistem monitoring dan kontrol lahan pertanian ini
yaitu sensor DHT22 yang berguna untuk mengetahui suhu dan kelembaban udara.
Skema sensor DHT 22 dapat dilihat pada Gambar 20. Capasitive soil moisture
sensor digunakan untuk mengetahui kelembaban tanah. Skema sensor capasitive
soil moisture dapat dilihat pada Gambar 21.
2. Relay
Relay berfungsi untuk menerima terusan dari sensor dan kemudian
menjalankan output perintah. pada sistem ini solenoid valve akan menerima arus
dari relay apabila sensor telah membaca nilai yang telah ditentukan sehingga
relay akan memberikan sinyal pada solenoid valve untuk membuka dan menutup
katupnya. Skema relay dapat dilihat pada Gambar 22.
27
3. Sensor pH tanah
Sensor pH digunakan sebagai pengukur dan mengkontrol pH tanah pada
penelitian. Nilai yang diukur oleh sensor pH tanah akan memberikan output
analog dengan rentang nilai 0 – 14 tergantung dari keadaan kondisi keasaman
tanah.
4. Skema rangkaian
Skema rangkaian digunakan untuk menunjukan bagaimana sistem kerja dari
rangkaian. Nilai yang terbaca dijadikan sebagai acuan informasi untuk
menghidupkan relay. Mikrokontroler akan memberikan sinyal menuju relay
ketika berada pada batas bawah yang telah ditentukan agar hidup selama set point
yang telah ditentukan dan akan mati ketika sudah mencapai tujuan. Rancangan
skema rangkaian dapat dilihat pada Gambar 24.
28
ESP 32
Internet
Relay
Aplikasi Blynk
Selenoid valve
Irigasi sprinkler
User
MAD Start
8. Sampel tanah kemudian dioven dan didapatkan kadar air tanah kapasitas
lapang.
sensor diharapkan mendekati nilai kadar air tanah yang sudah ditentukan
berdasarkan nilai persen perbandingan volume tanah dengan volume air.
Ketepatan pembacaan sensor dilakukan setiap 5 hari sekali setiap jam 10.00
WIB dalam 20 hari pengamatan. Persamaan yang digunakan untuk mencari
analisis regresi dalam buku Suyono (2015) dapat dilihat melalui Persamaan 3.
n(∑XY)-(∑X)(∑Y)
b= ………………………………………………………….…(5)
n(∑X2 )-(∑X)²
Katup selenoida dan pompa akan bekerja ketika level kadar air tanah
berada pada ambang batas bawah dan pada pemberian pupuk sesuai dengan
jadwal yang telah ditentukan. Jumlah air dan pupuk dolomit cair yang
terintegrasikan ke tumbuhan dapat ditentukan berdasarkan waktu hidup pompa
dan buka katup selenoida. Waktu buka katup selenoida dapat dihitung melalui
Persamaan 11 (Siswanto et al., 2017).
t = V/Q…………………………………………………………………………(11)
Keterangan :
= 27,376 %
Pengirigasian pada tanaman perlu mempertimbangkan nilai MAD, agar
tanah mendapatkan toleransi sehingga tidak berada pada kondisi titik layu
permanen. Penelitian irigasi merekomendasikan pengirigasian pada tanaman
baris seperti biji-bijian ketika MAD mendekati nilai 50% dan untuk tanaman
sayuran nilai yang ditetapkan sebesar 30% ataupun kurang (Edward, 2009).
Nilai MAD pada tanaman biji-bijian dengan mempertimbangkan
nilainya, maka didapatkan batas bawah kerja sistem irigasi sebesar 22,188%
atau 22%. Perhitungan batas bawah kerja sistem irigasi dapat dilihat di bawah
ini.
MAD = RAW / AW
Drz (Fc−Qc)/100
MAD = Drz (Fc−Pwp)/100
(Fc−Qc)
MAD = (Fc−Pwp)
mencapai kadar air kapasitas lapang maka pompa akan mati dan katup
selenoida tertutup.
4.2.3 Kalibrasi Sensor
Kalibrasi sensor bertujuan untuk mengetahui keakuratan dari sensor
dalam melakukan pembacaan data untuk meminalisir terjadinya kesalahan
dalam pembacaan sensor. Penentuan nilai dari kalibrasi ini dilakukan dengan
cara membandingkan pembacaan sensor dengan hasil pengukuran sebenarnya
selanjutnya dilakukan analisis regresi untuk memperoleh nilai kalibrasi.
4.2.3.1 Kalibrasi Sensor Capacitive Soil Moisture
Kalibrasi sensor dilakukan dengan cara membandingkan hasil
pembacaan dari sensor dengan hasil pengukuran yang didapatkan dari uji
gravimetri. Sampel yang digunakan untuk uji gravimetri ini sebanyak 10
sampel. Pembacaan nilai kadar air nantinya dapat mendekati nilai kadar air
sesungguhnya, karena faktor ketepatan pembacaan sensor dapat
mempengaruhi proses pengirigasian air ketanaman. Grafik kalibrasi sensor
dapat dilihat pada Gambar 31.
39 39
y = ax y = ax
38 38
R² = 0.9877
KA UJI GRAVIMETRI (%)
37 R² = 0.9948 37
36 36
35 35
34 34
33 33
32 32
31 31
30 30
29 29
28 28
27 27
27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39
KA SENSOR 1 (%) KA SENSOR 2 (%)
(a) (b)
40
39 y =ax 39 y =ax
38 R² = 0.9666 38 R² = 0.9793
(c) (d)
Gambar 31. Grafik Kalibrasi Sensor Kelembapan Tanah dengan Uji
Gravimetri (a) Kadar Air Sensor 1, (b) Kadar Air Sensor 2, (c) Kadar Air
Sensor 3, (d) Kadar Air Sensor 4
7 Sensor 1
y=ax
6,8 R²= 0,9693
6,6
6,4 Sensor 2
y=ax
6,2 R²= 0,9977
6
5,8
Nilai PH
5,6
5,4
5,2
5
4,8 PH METER
4,6 Sensor pH 1
4,4
4,2 Sensor pH 2
4
0 1 2 3 4 5 6
Sampel
dilakukan dengan cara mengambil data pembacaan sensor dengan alat ukur
thermohygrometer secara bersamaan. Grafik hasil kalibrasi sensor DHT22
dapat dilihat pada Gambar 35.
32 86
y = ax 84 y = ax
R² = 0.9879
Thermohygrometer (⁰C)
Thermohygrometer (%)
R² = 0.9903
31 82
80
30 78
76
29 74
72
28 70
28 29 30 31 32 70 75 80 85
Sensor DHT22 (⁰C) Sensor DHT22(%)
(a) (b)
Gambar 35. Grafik Kalibrasi Sensor DHT22 dengan Thermohygrometer (a)
Perbandingan Pembacaan Temperatur, (b) Perbandingan Pembacaan
Kelembaban
Gambar 35 menunjukkan hasil pengolahan data pembacaan antara
sensor dengan thermohygrometer didapatkan nilai R² temperatur dan
kelembaban berturut-turut adalah 0,9879 dan 0,9903 nilai pembacaan sensor
DHT22 dapat dikatakan akurat karena mendekati angka 1. Scrip code
kalibrasi sensor DHT22 yang dimasukan ke dalam program Arduino IDE
dapat dilihat pada Gambar 36.
(a) (b)
37 37
36 36
Uji Gravimetri (%)
y = ax
R² = 0.9486
35 y = ax 35
R² = 0.9966
34 34
33 33
32 32
32 33 34 35 36 37 32 33 34 35 36 37
KA Pembacaan Sensor (%) KA Pembacaan Sensor (%)
(c) (d)
Gambar 38. Ketepatan Pembacaan Nilai Sensor Capacitive Soil Moisture
dengan Uji Gravimetri (a) Hari ke-5, (b) Hari ke-10, (c) Hari ke-15, (d) Hari
ke-20
46
Thermohygrometer (⁰C)
29 R² = 0,9901 34 R² = 0,9797
33
28 32
27 31
30
26 29
25 28
24 27
26
23 25
23 24 25 26 27 28 29 30 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
Sensor DHT22 (⁰C) Sensor DHT22 (⁰C)
(a) (b)
35 y = 0,7412x + 7,285 33 y = 0,9417x + 1,8606
Thermohygrometer(⁰C)
Thermohygrometer (⁰C)
34 R² = 0,9876
33 32 R² = 0,9732
32 31
31
30 30
29
28 29
27
26 28
25 27
25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 27 28 29 30 31 32 33
Sensor DHT22 (⁰C) Sensor DHT22 (⁰C)
(c) (d)
Gambar 39. Grafik Ketepatan Pembacaan Suhu oleh Sensor DHT22 (a) Hari
ke-5 (b) Hari ke-10 (c) Hari ke-15 (d) Hari ke-20
47
Thermohygrometer (%)
94 R² = 0,9734 84
91 81
88 78
85 75
82 72
79 69
76 66
73 63
70 60
70 73 76 79 82 85 88 91 94 97 100 60 63 66 69 72 75 78 81 84 87 90
Sensor DHT22 (%) Sensor DHT22 (%)
(a) (b)
90 90
85 85
Thermohygrometer (%)
Thermohygrometer (%)
80 80
75 75
y = 0,951x + 8,5638
70 70 y = 1,111x - 0,0837
R² = 0,9685
65 65 R² = 0,9721
60 60
55 55
50 50
50 55 60 65 70 75 80 85 90 50 55 60 65 70 75 80 85 90
Sensor DHT22 (%) Sensor DHT22 (%)
(c) (d)
Gambar 40. Grafik Ketepatan Pembacaan Kelembaban Udara pada
Sensor DHT22 dan Thermohygrometer (a) Hari ke-5, (b) Hari ke-10, (c) Hari
ke-15 (d) Hari ke-20
48
6,66 pH Meter
6,64
6,62 Sensor pH 1
6,6
6,58 Sensor pH 2
6,56
6,54
6,52
6,5
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Hari
37
36
35
34
33
32
KA (08.00) (%)
31
30
29
28
27
26
25
24
23
22
21
20
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Hari Ke-
(a)
35
34
33
32
31
KA (12.00) (%)
30
29
28
27
26
25
24
23
22
21
20
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Hari Ke-
(b)
35
34
33
32
31
KA (15.00) (%)
30
29
28
27
26
25
24
23
22
21
20
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Hari Ke-
(c)
Gambar 42. Grafik Monitoring Kadar Air Tanah (a) Pukul 08.00, (b)
Pukul 12.00 dan (c) Pukul 15.00
51
V = RAW x A
RAW = MAD x AW
AW = Drz ( FC – Pwp) / 100
= 0,07 m ( 27,367 % - 17 %) / 100
= 0,72632 / 100
= 0,007263 m
RAW = MAD x AW
= 0,5 X 0,007263
= 0,00363 m
A =PxL
= 3m x0,6m
= 1,8 m²
53
A total = 1,8 m² x 2
= 3,6 m²
V = RAW x A
= 0,00363m x 3,6m²
= 0,013068 m³
= 13,068 Liter
4.3.4.Laju Aliran
Perhitungan laju aliran dapat dihitung menggunakan persamaan 12.
Perhitungan waktu volume air yang dikeluarkan oleh pompa diamati dengan
menggunakan stopwatch. Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan bahwa
pompa mampu mengeluarkan air 1 liter dalam waktu 11 detik. Berdasarkan
hal tersebut, maka besarnya laju aliran air irigasi dalam penelitian ini adalah
sebesar 0,09 liter/detik atau 0,00009 m³ / detik. Perhitungan laju aliran dapat
dilihat di bawah ini.
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
Laju aliran = 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢
1 𝐿𝑖𝑡𝑒𝑟
= 11 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
60
50
Curah Hujan (mm)
40
30
20
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Hari Ke-
Total volume proses irigasi secara manual dalam sekali penyiraman selama
20 hari yaitu 304,2 liter.
Penyiraman otomatis dengan menggunakan irigasi dibutuhkan sebanyak
6,5 liter air dalam satu kali pengirigasian untuk satu bedengan. Total volume
untuk sekali irigasi dalam sistem otomatis selama 20 hari penelitian yaitu 130
liter.
4.3.7 Suhu dan Kelembaban Udara
Pengamatan suhu dan kelembaban udara dilakukan setiap hari selama
penelitian yaitu pada pukul 08.00, 12.00 dan 15.00 WIB. Pengambilan data
suhu dan kelembaban udara dapat dilihat pada aplikasi blynk. Data
pengamatan suhu dan kelembaban dapat dilihat pada lampiran 15.
Pengamatan selama 20 hari penelitian didapatkan rata-rata suhu pada
pukul 08.00, 12.00 dan 15.00 secara berturut-turut yaitu 27,8; 30,7 dan
30,1⁰C. Selama pengamatan didapatkan suhu tertinggi pada pukul 08.00 yaitu
31,3 ⁰C pada hari ke-5 dan terendah yaitu 24,8 ⁰C pada hari ke-15. Pukul
12.00 didapatkan suhu tertinggi yaitu 33,8 ⁰C pada hari ke-16 dan terendah
yaitu 27,6 ⁰C pada hari ke-17. Pada pukul 15.00 didapatkan suhu tertinggi
yaitu 33,2 ⁰C pada hari ke-14 dan terendah 27,6 ⁰C pada hari ke-4 dan ke-19.
Grafik monitoring suhu dapat dilihat pada Gambar 45.
32
31
30
Suhu (08.00) (⁰C)
29
28
27
26
25
24
23
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Hari Ke-
(a)
56
35
34
33
(b)
35
34
33
Suhu (15.00) (⁰C)
32
31
30
29
28
27
26
25
24
23
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Hari Ke-
(c)
Gambar 45. Grafik Monitoring Suhu (a) Pukul 08.00, (b) 12.00 dan
(c) 15.00 WIB.
Pengamatan kelembaban udara selama 20 hari penelitian didapatkan
nilai rata-rata pada pukul 08.00, 12.00 dan 15.00 WIB secara berturut-turut
yaitu 79,16 %, 69,68 % dan 73,71 %. Hasil pengamatan pada pukul 08.00
didapatkan nilai kelembaban udara tertinggi yaitu 90,8 % pada hari ke-1 dan
terendah 68,6 % pada hari ke-7. Pukul 12.00 didapatkan kelembaban udara
tertinggi yaitu 88,7 % pada hari ke-6 dan terendah 52,6 % pada hari ke-11.
Pukul 15.00 didapatkan kelembaban udara tertinggi 90,3 % pada hari ke-4
dan terendah 59,2 % pada hari ke-18. Grafik monitoring kelembaban udara
dapat dilihat pada Gambar 46.
57
100
90
80
RH (08.00) (%)
70
60
50
40
30
20
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Hari Ke-
(a)
100
90
80
70
RH (12.00) (%)
60
50
40
30
20
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Hari Ke-
(b)
100
90
80
RH (15.00) (%)
70
60
50
40
30
20
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Hari Ke-
(c)
Gambar 46.Grafik Monitoring Kelembaban Udara (a) Pukul 08.00, (b)
Pukul 12.00 dan (c) Pukul 15.00 WIB
Suhu ideal untuk pertumbuhan tanaman terung yaitu 22-30 ⁰C dan
kelembaban relative yang dibutuhkan yaitu sekitar 70-80 %. Jika suhu serta
58
25
20
15
10
5
0 5 10 15 20
Hari ke-
Gambar 47. Grafik Rata-rata Tinggi Tanaman Terung Sistem Irigasi Sprinkler
dan Tanaman Kontrol
Rata-rata pengamatan tinggi pada tanaman terung yang diperoleh
menunjukkan bahwa rata-rata tanaman tertinggi pada tanaman yang
menggunakan sistem irigasi sprinkler yaitu 24,85 cm, sedangkan tanaman
yang ditanam pada tanaman kontrol mendapatkan rata-rata tertinggi yaitu
22,21 cm. Grafik rata-rata jumlah daun tanaman terung dapat dilihat pada
Gambar 48.
59
35
30
Gambar 48. Grafik Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Terung Sistem Irigasi
Sprinkler dan Tanaman Kontrol
Rata-rata pengamatan tanaman jumlah daun tanaman terung yang
diperoleh menunjukan bahwa rata-rata jumlah daun yang tertinggi pada
tanaman yang ditanam dalam sistem irigasi sprinkler yaitu 29 helai.
Sedangkan tanaman yang ditanam pada tanaman kontrol didapatkan rata-rata
jumlah daun tertinggi 26 helai.
Berdasarkan data yang didapatkan menunjukkan pertumbuhan tanaman
kontrol lebih lambat dibandingkan tanaman sistem. Hal tersebut terjadi
karena penyiraman pada tanaman sistem lebih teratur karena menggunakan
sensor yang dapat membaca kadar air tanah sehingga tanaman mendapatkan
air secara otomatis sesuai dengan kebutuhannya. Sedangkan pada tanaman
kontrol penyiramannya dilakukan secara manual ketika hujan tidak turun.
60
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diantaranya:
1. Sistem monitoring suhu dan kelembaban udara pada lahan penanaman
terung dengan menggunakan irigasi sprinkler berbasis IoT dapat bekerja
dengan baik. Penjadwalan pemberian air bekerja sesuai dengan set point
yang telah ditentukan dan sensor pH tanah dapat berjalan dengan baik
dengan pH tanah pada penelitian netral dengan rata-rata pembacaan
sensor 6,71.
2. Hasil kalibrasi sensor capacitive soil moisture mendapatkan nilai R²
berturut-turut yaitu 0,9948, 0,9877, 0,9666 dan 0,9793. Sensor DHT22
mendapatkan nilai R suhu dan kelembaban udara sebesar 0,9879 dan
0,9903. Sensor pH tanah memiliki nilai R berturut-turut sebesar 0,9693
dan 0,9977.
3. Sistem monitoring dan kontrol lahan pertanian bekerja dengan baik
selama 20 hari penelitian. Rata-rata hasil ketepatan pembacaan sensor
capacitive soil moisture yaitu 0,9740 dan sensor DHT22 sebesar 0,9826
dan 0,9732. Pengamatan dan pembacaan sensor dapat dilakukan dari jarak
jauh dengan menggunakan aplikasi blynk.
4. Pertumbuhan tanaman terung dengan menggunakan irigasi sprinkler
berbasis IoT lebih cepat dibandingkan dengan tanaman kontrol.
5.2 Saran
Saran yang penulis berikan guna pengembangan dari penelitian yang
telah dilakukan, diantaranya:
1. Penggunaan jenis tanah yang mempunyai nilai pH tanah kecil dari < 5
atau > 6, agar diketahui perubahan nilai pH yang terjadi pada tanah.
2. Sistem IoT yang diterapkan agar dapat berjalan dengan lancar,
dilengkapi dengan koneksi jaringan internet yang kuat dan selalu dalam
keadaan stabil.
61
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik (2021). Produksi dan Luas Area Budidaya Tanaman
Tomat Di Indonesia.
Febriansah R.; Luthfia, I.; Kartika, D. P. dan Muthi’, I., 2008, Tomat
(Solanum Lycopersicum L) Sebagai Agen Kemopreventif Potensial,
Universitas Gadjah Mada, 2(1): 1-8.
Gunawan, R., Andhika, T., . S., & Hibatulloh, F. 2019. Monitoring System
for Soil Moisture, Temperature, pH and Automatic Watering of Tomato
Plants Based on Internet of Things. Telekontran : Jurnal Ilmiah
Telekomunikasi, Kendali Dan Elektronika Terapan, 7(1): 66–78.
Iqbar, M. Y., Paranita, K., & Riyanti, K. 2020. Rancang Bangun Lampu
Portable Otomatis Menggunakan Rtc Berbasis Arduino. Ilmiah Teknik
Informatika, 14(1): 61–72.
Keller J, Bliesner RD. 1990. Sprinkle and Trickle Irrigation. New York: An
AVI Book.
Kholilah, U., Janitra, S. P,. Gumay R., dan Ferdian, A.A. 2021. Rancang
Bangun Sistem Irigasi Sprinkler Berbasis IOT (Internet of Things) Pada
Tanaman Hortikultura. Jurnal Teknik dan Biosistem Universitas
Jendral Soedirman, 2(2): 28-36.
Kurnia Undang, dkk. (2006). Sifat Fisik Tanah dan Metode Analisisnya.
Bogor: Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian.
Lingga & Marsono. 2007. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Edisi Revisi. Jakarta:
Penebar Swadaya.
63
Marinus, F., Yulianti, B., & Haryanti, M. 2020. Rancang Bangun Sistem
Penyiraman Tanaman Berdasarkan Waktu Menggunakan Rtc Berbasis
Arduino Uno Pada Tanaman Tomat. Jurnal Universitas Suryadarma,
9(1):78–89.
Muliadi, Imran, A., dan Rasul, M., 2020. Pengembangan Tempat Sampah
Pintar Menggunakan ESP32. Jurnal Media Elektronik, 17(2): 2721-
9100.
Parthasarathy, S., Arun, T., Hariharan, S., & Lakshmanan, D. 2019. Smart
Irrigation System. International Journal of Innovative Technology and
Exploring Engineering, 8(8): 580–585.
Puspasari, F., Fahrurrozi, I., Satya, T. P., Setyawan, G.-, Al Fauzan, M. R., &
Admoko, E. M. D. 2019. Sensor Ultrasonik HCSR04 Berbasis Arduino
Due untuk Sistem Monitoring Ketinggian. Jurnal Fisika Dan
Aplikasinya, 15(2): 36-39.
Puspasari, F., Satya, T. P., Oktiawati, U. Y., Fahrurrozi, I., & Prisyanti, H.
2020. Analisis Akurasi Sistem sensor DHT22 berbasis Arduino terhadap
Thermohygrometer Standar. Jurnal Fisika Dan Aplikasinya, 16(1): 40.
Ruwaida, Nasution, I. S., & Satriyo, P. 2021. Penerapan Sistem Irigasi Curah
(Sprinkler) Pada Tanaman Bawang Merah (Allium Cepa L. ) Berbasis
Mikrokontroler ATmega328. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian
Unsyiah, 6(2): 57–68.
Saleh,T., Sumon, D., Jacob, S. 2017. Understanding Soil Water Content and
Thresholds for Irrigation Management. USA: Oklahoma State
University.
.
64
Setiawan, H., Sahertian, J., & Dara, M. A. Du. 2021. Rancang Bangun Sistem
Monotoring Penyiram Tanaman Padi BerbasiS IoT ( Internet Of Things
). Inovasi Teknologi, 2(2): 166–173.
Siswanto; Hasib; Parwanti; dan Ali. 2017. Pengaturan Debit Air Berdasarkan
Volume Air dalam Tangka Berbasis Imperalis Competitive Algorithm
(ICA). Jombang: Universitas Darul Ulum.
Sorongan, E., Hidayati, Q., & Priyono, K. 2018. ThingSpeak sebagai Sistem
Monitoring Tangki SPBU Berbasis Internet of Things. JTERA (Jurnal
Teknologi Rekayasa), 3(2): 219.
Suharjono, A., Rahayu, L. N., & Afwah, R. 2015. Aplikasi Sensor Flow
Water untuk Mengukur Penggunaan Air Pelanggan Secara Digital Serta
Pengiriman Data Secara Otomatis Pada PDAM Kota Semarang. Teknik
Elektro, Politeknik Negeri Semarang, 13(1): 7–12.
Utomo, G. D., Triyanto, D., & Ristian, U. 2021. Sistem Monitoring dan
Kontrol Pembibitan Kelapa Sawit Berbasis Internet of Things. Jurnal
Rekayasa Sipil. Universitas Tanjung Pura, 9(2): 176-185.
Vijay, Saini, A. K., Banerjee, S., & Nigam, H. 2020. An IoT Instrumented
Smart Agricultural Monitoring and Irrigation System. International
Conference on Artificial Intelligence and Signal Processing, AISP 2020,
January.
65
Wahyudi, S., Noerhayati, E., & Rachmawati, A. 2020. Sistem Kinerja Alat
Irigasi Curah (Sprinkler) Berbasis Mikrokontroler IoT (Internet Of
Things). Jurnal Rekayasa Sipil, 8(6):1–10.
LAMPIRAN
#include "DHT.h"
#define DHTPIN 19
#define DHTTYPE DHT22 // DHT 22
DHT dht(DHTPIN, DHTTYPE);
#define ADC_PIN_1 32
#define ADC_PIN_2 33
#define REF_VOLTAGE 3.3
float outputValue1
float outputValue2
int adcValue1 = analogRead(ADC_PIN_1);
outputValue1 = (-0.0693*adcValue1)+7.3855;
int adcValue2 = analogRead(ADC_PIN_2);
outputValue2 = (-0.0693*adcValue2)+7.3855;
Serial.println("Sensor 1:");
Serial.print("ADC Value: ");
Serial.println(adcValue1);
Serial.print("pH Value: ");
Serial.println(outputValue1, 2);
Serial.println("Sensor 2:");
Serial.print("ADC Value: ");
Serial.println(adcValue2);
Serial.print("pH Value: ");
Serial.println(outputValue2, 2);
67
void loop() {
Blynk.run();)
Blynk.virtualWrite(V0, _moisture1);
Blynk.virtualWrite(V1, _moisture2);
Blynk.virtualWrite(V2, _moisture3);
Blynk.virtualWrite(V3, _moisture4);
Blynk.virtualWrite(V4, outputValue1);
Blynk.virtualWrite(V5, outputValue2);
Serial.println("Sensor 1:");
Serial.print("ADC Value: ");
Serial.println(adcValue1);
Serial.print("pH Value: ");
Serial.println(outputValue1, 2);
Serial.println("Sensor 2:");
Serial.print("ADC Value: ");
68
Serial.println(adcValue2);
Serial.print("pH Value: ");
Serial.println(outputValue2, 2);
sensor_analog1 = analogRead(sensor_pin1);
sensor_analog2 = analogRead(sensor_pin2);
sensor_analog3 = analogRead(sensor_pin3);
sensor_analog4 = analogRead(sensor_pin4);
Serial.print("Moisture1 = ");
Serial.print(_moisture1);
Serial.println("%");
Serial.print("Moisture2 = ");
Serial.print(_moisture2);
Serial.println("%");
Serial.print("Moisture3 = ");
Serial.print(_moisture3);
Serial.println("%");
Serial.print("Moisture4 = ");
Serial.print(_moisture4
Serial.println("%");
Serial.print("Kelembaban: ");
Serial.println(humidity_1);
Serial.print(" %\t");
Serial.print("Suhu : ");
Serial.println(celcius_1);
Serial.print(" 'Celcius ");
Serial.println(fahrenheit_1);
Serial.print(" 'F\t");
69
B. Suhu
= 145,111 detik
86
B. Jumlah Daun
1. Jumlah Daun dalam Sistem
Tanaman Jumlah Daun (Helai)
Hari ke-1 Hari ke-5 Hari ke-10 Hari ke-15 Hari ke- 20
1 4 9 16 21 27
2 4 7 14 19 26
3 6 11 15 21 30
4 5 11 16 23 33
5 7 13 18 22 30
6 5 11 16 19 27
7 6 11 16 21 28
8 8 15 22 26 33
9 4 7 14 20 27
10 7 13 17 23 30
11 4 7 13 19 28
12 5 8 12 19 27
13 7 12 17 22 31
14 8 14 20 26 33
15 4 9 14 19 29
16 6 11 15 20 27
17 6 12 19 24 31
18 8 11 15 20 28
19 8 14 20 26 33
20 7 11 16 22 30
21 8 12 17 24 31
22 6 10 14 21 27
23 4 11 17 21 28
24 6 11 16 21 28
25 7 13 20 27 34
26 6 10 14 20 27
27 8 12 18 21 28
28 6 10 16 20 27
Rata-rata 6,07 10,92 16,32 21,67 29,21
89