Anda di halaman 1dari 14

IDENTIFIKASI JENIS KIMA KERING YANG DIPERDAGANGKAN DI PASAR

BERINGIN KOTA TARAKAN MENGGUNAKAN KARAKTER MOLEKULER

Siti Aminah1), Syamsidar Gaffar2)


1) Mahasiswa Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan
2) Staf Pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Borneo Tarakan (UBT) Kampus Amal Lama Gedung E
E-mail: nurlailaxiipia2018@gmail.com

ABSTRAK
Kima merupakan bivalvia laut yang berperan penting sebagai biofilter alami dan saat ini banyak
diambil kemudian diperdagangkan sebagai hewan akuarium, makanan lauk (seafood), dan
sovenir. Informasi biologi dan molekuler merupakan salah satu tahapan dasar dalam upaya
konservasi kima. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi spesies dan karakter molekuler
kima kering yang diperdagangkan di Pasar Beringin Kota Tarakan. Tahapan penelitian dilakukan
dengan menganalisis karakter molekuler kima kering. Pada tahapan prosedur molekuler
dilakukan dengan metode DNA Barcoding melalui proses ekstraksi DNA, amplifikasi DNA,
elektroforesis dan sekuensing. Hasil sekuensing yang dicocokkan dengan data NCBI,
menunjukkan bahwa kima kering dari Pasar Beringin Kota Tarakan merupakan spesies kima sisik
(Tridacna squamosa) dengan tingkat kemiripan antara 98,85-100% dan masih satu clade dengan
T. squamosa dari perairan lain dengan jarak genetik kurang dari 3%.

Kata kunci: DNA Barcoding, Karakter molekuler, Kima, Kota Tarakan, Tridacna
squamosal

IDENTIFICATION OF TYPES OF DRY CHEMICALS TRADED IN THE BANKING


MARKET IN TARAKAN CITY USING MOLECULAR CHARACTERISTICS
ABSTRACT

Kima is a double-shelled mollusk that lives in tropical waters. Chemicals function as a natural
biofilter and are currently widely taken and traded as aquarium animals, seafood, souvenirs, and
so on. Biological and molecular information is one of the basic steps in chemical conservation
efforts. This study aims to identify the species and molecular characters of dried clams that are
traded in the Beringin Market, Tarakan City. The stages of the research were carried out by
analyzing the molecular characters of dry clams. At the molecular procedure stage, the DNA
Barcoding method is carried out through the process of DNA extraction, DNA amplification,
electrophoresis and sequencing. The sequencing results matched with NCBI data, showing that
dried clams from Pasar Beringin Tarakan City are a species of clam clam (Tridacna squamosa)
with a similarity level of 98.85-100% and are still in the same clade as T. squamosa from other
waters with less genetic distance of 3%.

Keywords: DNA Barcoding, Molecular character, Chemistry, Tarakan City, Tridacna squamosa
PENDAHULUAN
Kima merupakan kelompok moluska ukuran yang besar, sehingga biota ini sering
bercangkang ganda yang hidup di perairan disebut dengan kerang raksasa (giant clam)
tropis (Setiawan dkk, 2022). Kima memiliki kima cenderung hidup menetap (tidak
berpindah tempat) dan ditemukan pada telah dimasukan ke dalam daftar Convention
perairan kedalaman 1-20 meter, terutama on International Trade Endangered Spesies
pada ekosistem terumbu karang dengan of Wild Fauna and Flora (CITES) apendiks
kondisi yang cerah (Rabiyanti dkk, 2019). II (Setiawan dkk, 2022). Pemerintah
Perairan yang cerah dan jernih merupakan Indonesia turut mengeluarkan peraturan
faktor utama dari habitat kima, karena dalam upaya perlindungan secara hukum
sedikit saja yang menyebabkan kekeruhan, melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan
maka dapat mempengaruhi pertumbuhan No.12/Kpts- II/1987 dan Peraturan
kima sampai batas tertentu, jika melewati Pemerintah No.7/ Tahun 1999 yang
batas toleransi maka kima akan mati, hanya menyatakan bahwa kima termasuk biota
cangkangnya yang tertinggal dkk, 2019). yang dilindungi (Lestari dkk, 2020). Oleh
Kima merupakan biota laut yang sebab itu, upaya konservasi terhadap biota
berperan penting dalam membersihkan yang dilindungi perlu dilakukan agar
mikroorganisme yang berlebihan, sehingga populasinya tidak berkurang di alam.
air laut menjadi lebih sehat (Setiawan dkk, Informasi biologi mengenai identitas
2022). Setiap ekor kima mampu spesies dan informasi molekuler merupakan
membersihkan berton-ton air laut setiap hari. tahapan dasar dalam upaya konservasi kima
Kemudian, kima berfungsi sebagai biofilter (Triandiza dkk, 2020). Selama ini untuk
alami karena, mampu menyaring nutrien mengidentifikasi spesies kima biasanya
terlarut. Selain itu, kima juga menyerap dilakukan dengan pendekatan morfologi
berbagai zat berbahaya bagi laut seperti zat yaitu melihat karakteristik morfologinya
nitrogen dan fosfat (Soo dan Todd, 2014). (Martiansyah, 2021) . Namun, kita akan
Kima merupakan salah satu komoditas kesulitan jika ingin mengidentifikasi spesies
perdagangan internasional yang bernilai kima yang sudah kering karena bentuknya
ekonomis tinggi. Daging kima segar maupun sudah tidak utuh. Oleh karena itu, diperlukan
yang kering dapat digunakan sebagai bahan kombinasi pendekatan lain dengan
makanan sesuai selera sedangkan menggunakan identifikasi secara molekuler
cangkangnya dapat digunakan sebagai bahan yakni menggunakan DNA Barcoding
bangunan kerajinan tangan (Setiawan dkk, (Martiansyah, 2021). DNA Barcoding adalah
2022) dan kima yang masih hidup menjadi metode molekuler untuk mengidentifikasi
salah satu komoditas dalam perdagangan spesies yang mampu memberikan kecepatan
akuarium hias (Indah dkk, 2020). Selain dan keakuratan dalam mengidentifikasi jenis
memiliki manfaat untuk dikonsumsi, kerang spesies (Jeon dkk, 2012). DNA Barcoding
kima juga memiliki potensi ekonomi dan memiliki tujuan yaitu mengidentifikasi
merupakan biota dengan harga jual yang molekuler pada spesies yang sudah
tinggi (Saputra dkk, 2016). terdeskripsikan atau spesies yang belum
Tingginya nilai jual dan permintaan terdeskripsikan (Fahmi dkk, 2017).
pasar dari seluruh penjuru dunia Kelebihan DNA Barcode dapat digunakan
mengakibatkan terjadinya eksploitasi yang untuk mengidentifikasi semua bentuk
berlebihan. Eksploitasi yang berlebihan tingkatan kehidupan mulai dari telur, larva,
menyebabkan keberadaan kima semakin pupa sampai dewasa bahkan dapat
terancam. Spesies kima besar seperti mengidentifikasi berbagai spesies yang sulit
Tridacna gigas telah mengalami kepunahan dibedakan secara morfologi ataupun spesies
di sebagian besar wilayah perairan yang morfologinya sudah tidak utuh lagi
Indonesia, terutama di perairan Indonesia (Jannah dan Rahayu, 2019).
bagian barat (Setiawan dkk, 2022). Penelitian terhadap jenis kima sudah
Berdasarkan laporan tersebut, kerang kima banyak dilakukan di Indonesia, diantaranya
yaitu aspek keanekaragaman jenis Family Laboratorium Sentral Ilmu Hayati,
Tridacnidae di Perairan Pulau Karang Universitas Borneo Tarakan (LSIH UBT).
Congkak (Rizkevina, 2014), studi kepadatan Adapun tahapan sekuensing dilakukan
zooxanthella pada Tridacna squamosa dan dengan mengirim sampel hasil PCR ke Jasa
Hippopus hippopus di Perairan Desa Toli- Sekuensing 1st Base Singapore.
toli dan Desa Sawapudo Sulawesi Tenggara Pengambilan sampel dilakukan di
(Ira dkk, 2014), kandungan logam berat Pasar Beringin, Tarakan. Sampel kima yang
timbal (pb) kima sisik (Tridacna squamosa) digunakan berupa sampel kima kering yang
di perairan Bulukumba (Nur dan Karneli, dibeli langsung dari pedagang kima di Pasar
2015), analisis kesesuaian wisata bahari Tradisional Tarakan. Sampel untuk DNA
berbasis kima di Perairan Negeri Morella, Barcoding diambil dari spesimen pada
Maluku Tengah (Rabiyanti dkk, 2019), dan jaringan mantel (Triandiza dkk, 2020),
kepadatan pola distribusi kima di Perairan kemudian dipreservasi menggunakan cairan
laut Desa Sepempang (Indah dkk, 2020). alkohol 70% sebelum dilakukannya proses
Adapun penelitian mengenai molekuler kima DNA Barcoding (Fitrian dan Madduppa,
di Indonesia pernah dilakukan yang 2021).
berkaitan seperti, Keragaman Genetik Kima Isolasi dan ekstraksi DNA dilakukan
Kecil (Tridacna maxima) Di Pulau Kur, bertujuan untuk memisahkan DNA dari
Pulau Biak Dan Manado (Triandiza dkk, bahan lain selain DNA seperti karbohidrat,
2020), Penilaian Profil Genetik Genus protein, dan lemak. Ekstraksi mtDNA
Kerang Raksasa Tridacna Sebagai Dasar sampel menggunakan Genomic Mini kit
Pengelolaan Sumber Daya Perairan Taman (Zuhdi dan Madduppa, 2020). Ekstraksi
Nasional Wakatobi (Findra dkk, 2017). DNA berasal dari potongan kecil tubuh kima
Namun, informasi mengenai identifikasi kering. Pemecahan (Lisis) merupakan tahap
spesies kima kering menggunakan karakter awal untuk melakukan proses isolasi DNA,
molekuler belum pernah dilaporkan dari jaringan otot dihancurkan menggunakan
perairan Kalimantan Utara. Oleh karena itu, micropestle, lalu menambahkan larutan GT
penelitian ini perlu dilakukan sebagai bagian buffer 200 μl, proteinase K sebanyak 20 μl
dari upaya pengumpulan informasi dasar kemudian sampel dihomogenkan dengan
(baseline) yang dapat digunakan dalam menggunakan vortex kurang lebih 30 detik.
penyusunan strategi manajemen pengelolaan Setelahnya, sampel diinkubasi dengan
dan konservasi populasi kima dan menggunakan suhu 60°C selama 30 menit,
habitatnya. Tujuan dari penelitian ini untuk dan setiap 5 menit dihomogenkan, lalu
mengidentifikasi spesies dan karakter menambahkan 200 μl GT buffer dan
molekuler kima kering yang diperdagangkan diinkubasi selama 20 menit serta setiap 5
di Pasar Beringin Kota Tarakan. menit sekali dihomogenkan. Pengikatan
DNA (DNA Binding) merupakan tahapan
METODE PENELITIAN kedua setelah ekstraksi, ditahapan ini yang
Penelitian dilaksanakan dari bulan perlu dilakukan adalah menambahkan
Mei sampai dengan bulan Desember 2022. larutan etanol absolut sebanyak 200 μl
Penelitian dilakukan dua tahap yaitu setelah prosesi inkubasi, kemudian divortex.
pengambilan sampel di lapangan dan Setelah itu, tempatkan GS Column kedalam
menganalisis sampel kima kering di tabung collection tube 2 ml, lalu pindahkan
laboratorium. Pengambilan sampel campuran (termasuk endapan apapun) ke
dilakukan di Pasar Beringin, Kota Tarakan dalam GS Column untuk disentrifugasi
sementara tahapan ekstraksi DNA dan PCR selama 2 menit dengan kecepatan 14.000-
dilakukan di ruang Lab. Zoologi 16.000 rpm. Setelah itu, buang tabung
collection tube 2 ml lalu transfer kolom GS secara eksponensial gen COI target.
Column ke tabung collection tube 2 ml baru. Amplifikasi gen COI dari genom
Washing merupakan tahapan ketiga setelah mitokondria diamplifikasi menggunakan
mengikat DNA, didalam tahapan ini W1 dua primer yaitu LCO dan HCO. DNA
buffer dipakai sebanyak 400 μl, lalu sampel diamplifikasi menggunakan metode PCR
uji disentrifugasi lagi selama 30 detik dengan pereaksi 2x MyTaq HS Red Mix
dengan kecepatan 14.000-16.000 rpm. (Bioline). Total volume yang digunakan
Setelah itu, hasil sentrifugasi terdapat cairan untuk amplifikasi yaitu 20μl, yang terdiri
yang mengendap didasar tabung collection atas PCR Mix 10μl , F1= 1μl dan R1= 1μl,
tube akan dibuang lalu letakkan GS Column Templet DNA 2μl, kemudian Nucliese Free
kembali tabung collection tube 2 ml, dan Water nya menyesuaikan mengikuti total
tambahkan Wash buffer sebanyak 600 μl, volume dari masing-masing primer. Sekuen
kemudian dilakukan lagi sentrifugasi lagi mtDNA target diamplifikasi menggunakan
selama 30 detik dengan kecepatan 14.000- Mastercycler X50s. Proses amplifikasi DNA
16.000 rpm. Hasil sentrifugasi berupa cairan dilakukan dengan menggunakan metode
yang terdapat di bagian bawah dalam tabung PCR (Polimerase Chain Reaction). Secara
collection tube 2 ml dibuang, lalu letakkan umum pada proses PCR terdiri atas 3 tahap
kembali GS Column ke dalam collection yakni denaturasi, annealing, dan extension.
tube 2 ml baru. Kemudian, sampel uji akan Selain 3 tahapan ini, proses PCR juga
disentrifugasi lagi selama 3 menit dengan dilengkapi dengan proses predenaturasi
kecepatan 14.000-16.000 rpm untuk selama 2 menit, dan post extension waktu
mengeringkan matriks kolom. Elution selama 5 menit (Zuhdi dan Madduppa,
tahapan ini bertujuan untuk memisahkan 2020).
fragmen DNA target dari pengotornya. DNA Media agar yang digunakan berupa gel
elution dilakukan sebanyak 2 kali, yang agarose. Gel agarose peratama ditimbang
pertama GS Column akan dipindahkan sebanyak 0,6 mg agarose bubuk ke dalam
kedalam elution buffer atau TBE yang telah gelas beaker dan melarutkan dengan 50 ml
dipanaskan sebelumnya ke pusat matriks TBE 1x. Kemudian memanaskan dan
kolom 100 μl, lalu sampel uji didiamkan sekaligus mengaduk diatas hot plate sampai
kurang lebih 5 menit untuk memastikan larutan gel agarose mendidih dan berwarna
elution buffer atau TBE benar-benar bening. Kemudian ditambahkan Florosafe
terserap. Setelah itu, disentirufugasi lagi DNA Stain sebanyak 5 μl setelah mendidih
selama 30 detik untuk menghindari DNA dan menghomogenkannya. Kemudian
yang dimurnikan dengan kecepatan 14.000- dituangkan ke dalam cetakan agar dapat
16.000 rpm.Uji konsentrasi adalah tahapan dibentuk dibentuk sumur gel dengan
terakhir dalam ekstraksi yaitu, mengukur menggunakan sisir gel. Membiarkan gel
konsentrasi DNA dan melihat kemurnian agarose mengeras atau membeku, dan sisir
DNA dengan menggunakan diambil dengan hati-hati. Gel agarose
Nanophotometer C40. Konsentrasi sampel kemudian dipindahkan ke mesin
DNA diukur nilai absorbansinya pada elektroforesis, kemudian ditambahkan TBE
panjang gelombang (λ) 260 nm, sedangkan 1x hingga gel agarose terendam dengan
kemurnian DNA dari kontaminasi ditentukan posisi sumur berada dikutub negatif.
dengan perbandingan hasil absorbansi pada λ Kemudian masukkan larutan sampel ke
260/280 dan λ 260/230 (Syafaruddin dan dalam sumur, lalu dielektroforesis dengan
Tri, 2011). running buffer TBE 1x pada tegangan volt
Amplifikasi DNA adalah suatu 120 selama 30 menit. Kemudian setelah
metode enzimatis untuk melipat gandakan dielektoroforesis, gel agarose dimasukkan
ke dalam mesin Enduro gel untuk melihat seluruh pasangan basa nukleotida dan
DNA-nya (Kusumaningrum dkk, 2014). mengubah perbedaan antara kedua basa yang
Sekuensing DNA adalah teknik untuk dipasangkan menjadi suatu “jarak” (Dailami
mengurutkan nukleotida yang terdapat dalam dkk, 2019). Hasil perhitungan jarak genetik
DNA (Akbar dkk, 2018). Produk PCR disajikan dalam bentuk matriks data yang
disekuensing dengan metode Sanger dapat digunakan untuk analisis hubungan
(bidirectional sequencing) dengan kekerabatan antar spesies berdasarkan pohon
menggunakan jasa perusahaan genetika 1st filogenik.
Base Singapore (Gaffar dkk, 2021). Analisis filogenetik dilakukan dengan
Sekuen nukleotida hasil sekuensing metode jarak genetik Pairwise Distance
diedit pada aplikasi Mega XI untuk berdasarkan prinsip pendekatan substitusi
mengecek gap basa nukleotida. Hasilnya lalu nukleotida. Konstruksi pohon filogenetik
disimpan dan divalidasi pada website NCBI. menggunakan metode Neighbor-Joining.
Validasi basa nukleotida dilakukan Prinsip metode ini adalah menemukan
menggunakan program BLAST-n. BLAST-n pasangan dari unit taksonomi operasional
(Basic Local Alignment Search Tool– yang meminimalisir total cabang lengan
Nucleotide) adalah algoritma untuk pada setiap tingkat kluster unit taksonomi
membandingkan informasi urutan basa operasional yang dimulai dari pohon
nukleotida hasil sequencing dengan database filogenetik yang berbentuk bintang (Akbar
yang disimpan pada situs National Centre dkk, 2018). Metode ini dapat dilakukan pada
for Biotechnology Information (NCBI). aplikasi MEGA X dengan jumlah bootsrap
BLAST-N digunakan untuk yang digunakan sebanyak 1000 kali
mengidentifikasi spesies bedasarkan pengulangan (Ihsan dkk, 2020)
kecocokan urutan basa nukleotida hasil
sequencing. Data urutan basa nukleotida HASIL DAN PEMBAHASAN
hasil sequencing diunggah ke dalam situs Berdasarkan hasil penelitian sampel
NCBI, kemudian situs akan mencocokkan kima kering berupa sekuen nukleotida yang
data yang diunggah dengan database yang diperoleh memiliki panjang DNA yaitu
tersimpan. Selanjutnya, situs akan 598bp (base pairs), lalu diunggah ke dalam
menampilkan spesies yang tersimpan pada situs National Center For Biotechnology
database yang memiliki karakteristik basa (NCBI) untuk dibandingkan atau dicocokkan
nukelotida paling mendekati basa nukleotida dengan data yang terdapat dalam database
hasil sekuensing yang diunggah (Sari, 2021). yang tersimpan pada situs NCBI untuk
Metode yang digunakan untuk mengetahui kepastian spesies T. squamosa.
menentukan jarak genetik yatu metode Urutan basa kima sisik T. squamosa yang
Pairwise Distance. Metode ini menganalisis diperoleh dalam peneletian ini ditampilkan
pada Gambar 4.

Gambar 4. Urutan basa nukleotida kima sisik (T. squamosa)


Sekuen yang telah dicocokkan disimpulkan adalah spesies T. squamosa.
persentase kemiripannya pada GenBank Diketahui bahwa BLASTn juga mampu
NCBI yaitu ada 97 sekuen yang memiliki memberikan informasi serta memverifikasi
kemiripan dengan kisaran 98,85 - 100% biota atau organisme yang mempunyai
dengan Tridacna squamosa dan hanya 9 saja kesamaan urutan DNA dengan sampel DNA
yang diambil dari masing-masing sekuen yang kita teliti dan yang dibandingkan.
untuk mewakili setiap perairan dan kode Berdasarkan informasi hasil wawancara
akses. Kolondam dkk, (2012) mengatakan kima kering yang diperdagangkan berasal
bahwa sekuen DNA dikatakan mirip jika dari Pulau Derawan, Kalimantan Timur.
memiliki tingkat kemiripan diatas 98% maka Berikut hasil BLAST basa Nukleotida pada
dari itu, semakin tinggi nilai persentase GenBank NCBI sampel kima T. squamosa
diatas 98% maka dikatakan satu spesies. dapat lihat pada (Tabel 1)
Oleh karena itu, sampel dalam penelitian ini

Tabel 1. Hasil BLAST basa Nukleotida pada GenBank NCBI


No Jenis Kima Pers kemrp Kode Akses Lokasi
1 Tridacna squamosa 100% MH018157.1 Malaysia, Terengganu
2 Tridacna squamosa 99,83% MG700637.1 Malaysia,Pasir Pengalau,
3 Tridacna squamosa 99,64% MW599769.1 Malaysia, Perhentian Island
4 Tridacna squamosa 98,85% KY769523.1 Indonesia, Wakatobi Sul-tenggara
5 Tridacna squamosa 99,60% MF969178.1 China, Hainan
6 Tridacna squamosa 99,58% MT499028.1 Malaysia, Peninsular
7 Tridacna squamosa 99,79% JN392020.1 Singapura
8 Tridacna squamosa 99,78% EU346361.1 Indonesia
9 Tridacna squamosa 99,77% KF446582.1 Indonesia, Raja Ampat

Informasi biologi dari suatu spesies mengindentifikasi berbagai spesies yang


atau biota kima dibutuhkan dalam penentuan sulit dibedakan secara morfologi atau spesies
strategi pengelolaan berkelanjutan. Informasi yang morfologinya sudah tidak utuh, bahkan
tersebut yaitu identifikasi spesies merupakan spesies dalam bentuk kering pun dapat
tahap awal yang penting (Aisyah dkk, 2021). terindentifikasi (Jannah dan Rahayu, 2019).
Dengan menggunakan DNA barcoding Berikut gambar kima T. squamosa kering
diketahui bahwa metode molekuler ini dapat dapat di lihat pada gambar (5).

Gambar 5. Kima sisik (Tridacna squamosa) (A). Tampak depan dan (B).Tampak belakang
Informasi mengenai validasi genetik kima dengan didukung kajian aspek biologi,
kima digunakan untuk memastikan identitas dan aspek ekologi dalam menentukan
strategi pengelolaan serta pengembangan yang cenderung berlebihan (over
yang tepat dalam perikanan kima sisik exploitation). Ekspolitasi yang berlebihan
T.squamosa (Tindi dkk, 2017). Oleh karena menyebabkan keberadaan kima semakin
itu, penentuan strategi pengelolaan dan terancam punah.
pengembangan sangat dibutuhkan dalam Jarak genetik adalah salah satu
menjaga kelestarian sumberdaya kima pendekatan yang dilakukan untuk
diperairan (Yolanda, 2019). Penangkapan mengetahui hubungan kekerabatan suatu
dan perdagangan kima telah banyak organisme (Fahmi dkk, 2016). Jarak genetik
dilakukan sebagai bahan makanan secara ini dihitung dengan menggunakan metode
tradisional yang bernilai ekonomis tinggi Kimura 2 parameter yang dianalisis
(Rabiyanti dkk, 2019), bahkan kima yang menggunakan software MEGA–XI. Analisis
masih hidup juga menjadi salah satu jarak genetik ini adalah analisis yang
komoditas dalam perdagangan akuarium hias berdasarkan perhitungan matriks dari “jarak”
(Wynsberge dkk, 2016)). Peningkatan hasil antar pasangan basa antara sekuen yang
tangkapan dan perdagangan dapat mendekati jarak evolusioner (Hasibuan dkk,
mengancam kelestarian sumberdaya kima 2017). Berikut pada tabel (2) jarak genetik
diperairan. Rabiyanti dkk, (2019) gen COI antar sekuen T. squamosa (1-10)
mengatakan bahwa tingginya nilai jual dan dan T. derasa yang menggambarkan
ancaman permintaan pasar diseluruh penjuru hubungan kekerabatan antar spesies,
global mengakibatkan terjadinya ekspolitasi disajikan pada (Tabel 2).

Tabel 2. Jarak genetik gen COI antar sekuen T. squamosa (1-10) dan T. derasa (11)
berdasarkan model subtitusi kimura 2 parameter (K2P).
Sekuen
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1
2 0.000
3 0.002 0.002
4 0.005 0.005 0.002
5 0.007 0.007 0.005 0.007
6 0.005 0.005 0.002 0.000 0.007
7 0.005 0.005 0.002 0.000 0.007 0.000
8 0.002 0.002 0.000 0.002 0.005 0.002 0.002
9 0.002 0.002 0.000 0.002 0.005 0.002 0.002 0.000
10 0.002 0.002 0.002 0.005 0.007 0.005 0.005 0.002 0.002
11 0.185 0.185 0.188 0.185 0.195 0.185 0.185 0.188 0.188 0.188

Keterangan :

1. Tridacna_squamosa_Pasar_Beringin_ Kota Tarakan


2. MH018157.1_Tridacna_squamosa_voucher_GCPR13_Malaysia: Terengganu
3. MG700637.1_Tridacna_squamosa_voucher_GCPP06_Malaysia: Pasir Pengalau
4. MW599769.1_Tridacna_squamosa_voucher_GCLH02_ Malaysia: Perhentian Island
5. KY769523.1_Tridacna_squamosa_isolate_TsW_1_Indonesia: Wakatobi Sulawesi.Tenggara
6. MF969178.1_Tridacna_squamosa_voucher_DZD-2-016Te_China: Hainan
7. MT499028.1_Tridacna_squamosa_isolate_7_Malaysia: Peninsular
8. JN392020.1_Tridacna_squamosa_isolate_NML_53_Singapura
9. EU346361.1_Tridacna_squamosa_isolate_TSD_50_Indonesia
10. KF446582.1_Tridacna_squamosa_clone_2608.22_Indonesia: Raja Ampat
11. KJ202112.1_Tridacna_derasa_voucher_Td1_Filipina
Hasil sekuen T. squamosa yang berasal lebih dari 3% maka spesiesnya berbeda
dari Pasar Beringin Kota Tarakan kemudian dengan kekerabatan yang jauh.
dibandingkan dengan hasil data sekuen in Struktur genetik yang telah diperoleh
group lain pada GenBank NCBI yang untuk kima sisik (T. squamosa) dalam
memiliki kisaran 0.000-0.007. Dari sekuen penelitian ini dapat dilakukan penelitian
yang didapatkan di NCBI jarak genetik lebih lanjut, misalnya mengenai keragaman
terdekat yaitu 0.000 antara sekuen T. genetik populasi dalam rangka menunjang
squamosa yang ditemukan pada penelitian pengelolaan sumberdaya yang tepat terhadap
ini dengan sekuen T. squamosa lain dari data kima sisik (T. squamosa). Keragaman
yang dikumpulkan di NCBI yaitu dari genetik yang tinggi dalam suatu populasi
perairan Malaysia (Terengganu), Tabel 2. organisme mengindikasikan bahwa
Hal ini menunjukkan bahwa sekuen tersebut ketersediaan stok kima masih relatif tinggi
memiliki hubungan kekerabatan yang dekat dan pengambilan biotanya pun masih
karena merupakan spesies yang sama. tergolong selektif dalam kondisi masih hidup
Terkait dengan sekuen T. derasa dari dan dapat dijadikan sebagai bahan pangan
perairan Filipina sebagai out group (Setiawan dkk, 2022). Sebaliknya apabila
pembanding dengan sekuen T. squamosa keragaman genetik rendah pada suatu
sebagai in group dari perairan lainnya, dan organisme mengindikasikan bahwa
ketika dibandingkan dengan sekuen T. ketersediaan stok kima berkurang akibat
squamosa dari pasar Beringin Kota Tarakan, tingkat eksploitasi yang berlebihan tanpa
data yang telah dikumpulkan di NCBI jarak memperhatikan jenis dan ukuran kima.
genetiknya adalah 0.185 artinya dari 100 Filogenetik merupakan salah satu
sekuen rantai basa terdapat perbedaan 18 metode yang dapat digunakan untuk
sekuen basa yang berbeda dari sekuen T. mengetahui hubungan kekerabatan pada
derasa ke sekuen T. squamosa dari pasar suatu taksa atau sekuen (Abdullah dkk,
beringin Kota Tarakan, dan jarak genetik 2019). Dalam kelompok filogenetik,
antara in group lain dengan T. derasa yang organisme dengan ciri dan sifat yang mirip
terbesar adalah dari sekuen T. squamosa dianggap berkerabat sangat dekat, sehingga
yang berasal dari perairan Indonesia kesamaan tersebut dianggap sebagai
(Wakatobi, Sulawesi Tenggara) dengan nilai keturunan dari satu induk (nenek moyang)
0.195, artinya terdapat 19 perbedaan dari dan membentuk kelompok filogenetik
100 urutan rantai basa. Kima selatan (T. (Astarini dkk, 2021). Konstruksi pohon
derasa) sebagai sekuen pembanding maka filogenetik pada spesies T. squamosa dan T.
jarak genetik nya juga semakin jauh dari derasa ditampilkan pohon filogenetik dengan
jarak genetik in group (Achmad dkk, 2019). menggunakan metode Neighbor- Joining
Menurut Fahmi dkk, (2016) nilai jarak Tree dengan model perhitungan Kimura-2
genetik kurang dari 3% maka dikatakan satu parameter (bootstrap) 1000 kali
spesies karena hubungan kekerabatannya pengulangan (Mustikasari & Agustiani,
lebih dekat sementara, nilai jarak genetik 2021). Pohon filogenetik sekuen DNA COI
(T. squamosa), disajikan pada (Gambar 6).
Gambar 6. Pohon filogenetik sekuen DNA COI (T. Squamosa)
Berdasarkan hasil analisis pohon Tarakan dengan Malaysia (Terengganu)
filogenetik sekuen nukleotida T. squamosa yang berdekatan dengan nilai bootstrap 41.
dari pasar Beringin Kota Tarakan dengan Jadi sekuen penelitian ini dengan sekuen lain
sekuen T. squamosa yang ada pada BLAST di GenBank memiliki spesies yang sama dan
memiliki hubungan kekerabatan yang erat. dapat disimpulkan bahwa pohon filogenetik
Penambahan data sekuens T. squamosa dari sekuen dari penelitian ini adalah spesies T.
BLAST digunakan untuk menentukan squamosa.
keterkaitan sekuens T. squamosa yang Terkait dengan pohon filogenetik juga
diperoleh dari Pasar Beringin Kota Tarakan ditampilkan out group sebagai pembanding.
berdasarkan gen COI. Out group diambil dari spesies yang
Hasil analisis filogenetik pada kima T. memiliki hubungan kekerabatan yang jauh
squamosa terdiri dari 2 kelompok in group dari spesies yang diteliti dalam penelitian
dan out grup. In group yang membentuk ini, salah satu kelompok spesies yaitu T.
kelompok besar atau clade yang terdapat derasa yang diambil sebagai out group
dari 10 spesies T. squamosa dari perairan karena out group sangat penting untuk
yang berbeda seperti Malaysia, Indonesia, menentukan titik awal pembentukan pohon
China, Singapura dan 1 spesies sekuen pada filogenetik. Pangestika dkk, (2015)
penelitian ini dari pasar Beringin Kota menyatakan bahwa semakin panjang cabang
Tarakan (Gambar 6). Jenis-jenis tersebut pohon filogenetik maka semakin besar pula
disatukan oleh banyaknya urutan sekuen perubahan evolusi dan semakin jauh
yang memiliki kemiripan yang sama, dari hubungan kekerabatannya. Out group yang
sekuen penelitian ini dan sekuen lain dari digunakan menunjukkan perbedaan urutan
GenBank NCBI, kemudian dalam kelompok rantai DNA yang signifikan, tetapi korelasi
besar atau clade secara umum menunjukkan taksonomi dengan spesies yang diuji masih
bahwa terdapat dua percabangan, pada ada (Pramarta dkk, 2017).
percabangan 1 terdapat 8 spesies yang Pohon filogenetik pada Gambar 6 yang
memiliki hubungan yang dekat dan memiliki membentuk 2 clade besar dengan nilai
satu percabangan dengan nilai bootstrap 51 bootstrap. Bootstrap adalah proses
yaitu dari perairan Indonesia (Wakatobi pengulangan yang membentuk percabangan
Sulawesi Tenggara), Singapura, Malaysia dari suatu clade. Menurut Rejeki dan
(Pasir Pengalau), Indonesia, Indonesia (Raja Parwadani, (2021) semakin tinggi nilai
Ampat), Malaysia (Perhentian Island), China bootstrap yang dihasilkan, semakin baik
(Hainan), Malaysia (Peninsular) dan, rekonstruksi pohon filogenetik. Tamura dkk,
kemudian cabang kecil yang ke II sekuen (2013) dan Saleky dkk, (2020) menyatakan
penelitian ini dari Pasar Beringin Kota bahwa nilai bootstrap lebih dari 80
menunjukkan bahwa percabangan tersebut (CITES) Convention on International Trade
stabil, sebaliknya jika nilai bootstrap kurang Endangered Spesies of Wild Fauna and
dari 80 menunjukkan bahwa percabangan Flora (Setiawan dkk, 2022). Peraturan
tersebut dapat mengalami perubahan, yang Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
disebabkan adanya dominasi basa yang sama Nomor P.20/MENLHK/SETJEN/
antara sekuen. Rejeki dan Parwadani, (2021) KUM.1/6/2018 tentang jenis tumbuhan dan
menyatakan bahwa hubungan kekerabatan satwa yang dilindungi penuh di Indonesia
suatu spesies dapat diketahui melalui ada 2 jenis kima yang dilindungi yaitu kima
rekonstruksi pohon filogenetik, dan analisis pasir (Hippopus hippopus), dan kima cina
jarak genetik untuk melihat kekerabatan (H. porcellanus). Namun, demekian
diberbagai lokasi dapat menunjukkan bahwa meskipun kima sisik T. squamosa tidak
terjadinya percampuran individu antar masuk dalam biota yang dilindungi menurut
populasi yang berbeda sehingga aturan tersebut jika penangkapan dan
menghasilkan individu baru. Selain itu, perdagangan kima terus dilakukan tanpa
pohon filogenetik juga dapat menjelaskan adanya penerapan kontrol (pengawasan)
mengenai percampuran antar populasi secara yang ketat lama kelamaan biota ini atau
keseluruhan. Sehingga memiliki kedekatan kima sisik (T. squamosa) yang awalnya tidak
yang sangat erat dan masih dalam nenek masuk dalam kelompok yang dilindungi bisa
moyang sama (Pangestika dkk, 2015). jadi masuk ke dalam daftar biota yang
Kesamaan urutan basa nukleotida gen COI dilindungi di Indonesia karena, keberadaan
pada T. squamosa dapat dikatakan masih dan populasinya sudah semakin berkurang di
dalam populasi yang sama dan dapat alam dan bahkan jika semakin parah tingkat
dilakukan pengelolaan yang sama. eksplotasi dan perdagangan maka
Berdasarkan studi literatur, belum ada populasinya akan terancam punah.
penelitian mengenai identifikasi kima atau
kima kering yang berasal dari perairan KESIMPULAN
Tarakan, Kalimantan Utara. Sementara stok Berdasarkan hasil identifikasi molekuler
yang diperdagangkan berdasarkan informasi pada penelitian ini diketahui bahwa kima
kima yang diteliti dalam penelitian ini merupakan spesies Tridacna squamosa.
berasal dari Pulau Derawan, Kalimantan Hasil sekuen kima T. squamosa yang
Timur. Oleh karena itu, hasil penelitian ini dicocokkan dengan data NCBI memiliki
dapat digunakan sebagai informasi dasar kemiripan 98,85-100% dengan T. squamosa
dalam pengelolaan dan konservasi spesies, dari perairan lain. Jarak genetik T. squamosa
misalnya sebagai informasi genetik, agar pada penelitian ini dengan T. squamosa dari
populasi kima tetap terjaga. Oleh karena itu, perairan lain yaitu 0,000 yang menunjukkan
kajian ini penting sebagai data tindak lanjut bahwa sampel penelitian ini memiliki
dalam hal pengelolaan dan konservasi kekerabatan yang erat dengan T. squamosa
perikanan berkelanjutan. Penelitian dengan dari perairan Malaysia(Terengganu). Hal ini
menggunakan DNA barcoding ini sangat ditunjukkan dengan rekonstruksi filogenetik
mendukung dalam proses pengelolaan yang masih satu clade dengan T. squamosa
karena informasi, keakuratan spesies yang dari perairan lain dan masih dengan nenek
diperoleh ini memberikan kepastian terkait moyang yang sama.
dengan spesies yang akan dilindungi. Maka DAFTAR PUSTAKA
perlu dilakukan penelitian sebagai dasar Abdullah, A., Sativa, H. A., Nurhayati, T., &
perlindungan biota-biota yang dilindungi Nurilmala, M. (2019). Pemanfaatan
ataupun yang tidak dilindungi berhubung DNA Barcoding untuk Ketulusuran
kima ini sudah masuk dalam apendiks II
Label Surimi-Based Products. Jurnal Http://Repository.Ipb.Ac.Id/Handle/123
Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia, 456789/93452
22(3), 508–519. Baslan, T., Kendall, J., Ward, B., Cox, H.,
Achmad, M. J., Djamhur, M., Fabanyo, M. Leotta, A., Rodgers, L., Riggs, M.,
A., & Akbar, N. (2019). DNA Italia, S. D., Sun, G., Yong, M.,
barcoding application of garfish Miskimen, K., Gilmore, H.,
(Hemirhampus sp.) in North Maluku Saborowski, M., Dimitrova, N.,
Sea. Jurnal Iktiologi Indonesia, 19(3), Krasnitz, A., Harris, L., Wigler, M., &
463. Hicks, J. (2015). Optimizing sparse
https://doi.org/10.32491/jii.v19i3.506 sequencing of single cells for highly
Aisyah, S., Thania, O. S., & Syarif, A. F. multiplex copy number profiling. 714–
(2021). Identifikasi Molekuler Sirip 724.
Ikan Hiu Menggunakan Gen https://doi.org/10.1101/gr.188060.114.
Mitokondria Cytochrome C Oxydase Dailami, M., Santi, D., Murtihapsari, .,
Subunit I (Coi) Yang Didaratkan Di Abubakar, H., & Toha, A. H. A. (2019).
Pesisir Kabupaten Bangka Selatan. Genetic analisys of cytochrome oxidase
Jurnal Enggano Vol, July. sub unit 1 gene fragment from
Astarini, I. A., Ardiana, S. A., Putra, I. N. Cirrhilabrus cf. ryukyuensis (Labridae)
G., Pertiwi, P. D., Sembiring, A., from Cenderawasih Bay and Raja
Yusmalinda, A., & Al Malik, D. (2021). Ampat. Jurnal Iktiologi Indonesia,
Genetic Diversity and Phylogenetic of 18(3), 209.
Longtail Tuna (Thunnus tonggol) https://doi.org/10.32491/jii.v18i3.347
Landed in Pabean Fish Market, Defy, P. N., Boneka, F. B., & Mamangkey,
Surabaya. Musamus Fisheries and G. F. (2013). Identifikasi Dan Aspek
Marine Journal, 3(2), 107–115. Ekologi Kerang Tridacninae Di
https://doi.org/10.35724/mfmj.v3i2.337 Perairan Sekitar Pulau Venu,
5 Kabupaten Kaimana, Provinsi Papua
Akbar, N., Aris, M., Irfan, M., Tahir, I., & Barat. Jurnal Ilmiah Platax, 1(2), 45.
Baksir, A. (2018). Kajian Filogenetik https://doi.org/10.35800/jip.1.2.2013.12
Ikan Tuna (Thunnus Spp) Sebagai Data 44.
Pengelolaan Di Perairan Sekitar Diah Mustikasari, & Rina Dwi Agustiani.
Kepulauan Maluku, Indonesia. Jurnal (2021). DNA Barcoding Ikan Kepala
Kelautan: Indonesian Journal Of Timah Dan Betok Berdasarkan Gen
Marine Science And Technology, 11(2), COI sebagai Ikan Pioneer di Kolong
120. Pascatambang Timah, Pulau Bangka.
Https://Doi.Org/10.21107/Jk.V11i2.345 Samakia : Jurnal Ilmu Perikanan,
9 12(1), 86–95.
Artati, D. (2013). Sensitivitas gel red sebagai https://doi.org/10.35316/jsapi.v12i1.100
pewarna DNA pada gel elektroforesis. 5.
Buletin Teknik Litkayasa Akuakultur, Elvyra, R., & Solihin, D. D. (2018). Kajian
11(1), 11–14. Penanda Genetik Gen Sitokrom b DNA
Bagaskoro, B. (2018). Identifikasi Morfologi Mitokondria Ikan Lais dari Sungai
Dan Molekuler Pada Gurita (Genus Kampar Riau. Jurnal Natur Indonesia,
Octopus Cuvier, 1798) Yang Ditangkap 10(1), 6.
Di Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa https://doi.org/10.31258/jnat.10.1.6-12
Barat. Bogor Agricultural University Fahmi, M. R., Kusumah, R. V., Ardi, I.,
(IPB) Sinansari, S., & Kusrini, E. (2017). Dna
Barcoding Ikan Hias Introduksi. Jurnal Ihsan, Y. N., Fellatami, K., Permana, R.,
Riset Akuakultur, 12(1), 29. Mulyani, Y., & Pribadi, T. D. K.
https://doi.org/10.15578/jra.12.1.2017.2 (2020). Analisis Bakteri Pereduksi
9-40 Konsentrasi Logam Timbal
Fahmi, M. R., Prasetio, A. B., Kusumah, R. Pb(Ch3coo)2 Menggunakan Gen 16s
V., Hayuningtyas, E. P., & Ardi, I. Rrna. Jurnal Kelautan: Indonesian
(2016). Barcoding Dna Ikan Hias Lahan Journal of Marine Science and
Gambut. Jurnal Riset Akuakultur, Technology, 13(2), 151–162.
11(2), 137. https://doi.org/10.21107/jk.v13i2.7285
https://doi.org/10.15578/jra.11.2.2016.1 Indah, T. N., Apriansyah, S. I. N. (2020).
37-145 Kepadatan dan Pola Distribusi Kima
Findra, M. N., Setyobudiandi, I., Butet, N. ( Tridacnidae ) di Perairan laut Desa
A., & Solihin, D. D. (2017). Penelitian Sepempang Kecamatan Bunguran
Profil Genetik Kerang Raksasa Genus Timur Kabupaten Natuna.. Jurnal Laut
Tridacna Sebagai Dasar Pengelolaan Khatulistiwa, 3(1), 31–39.
Sumberdaya Perairan Taman Nasional Ira, Sarita, A. H., & Afu, A. (2014). Studi
Wakatobi. Jurnal Ilmu Kelautan Kepadatan Zooxanthella Pada Tridacna
Indonesia, 22(2), 67–74. squamosa dan Hippopus hippopus di
https://doi.org/10.14710/ik.ijms.22.2.67 Perairan Desa Toli-Toli dan Desa
-74 Sawapudo Sulawesi Tenggara.
Fitrian, T., & Madduppab, H., (2021). Aquasains, 3(1), 233–237.
Penentuan Jenis Ikan Layang http://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/JP
( Decapterus Macrosom A ) BP/article/view/459
Menggunakan Metode Analisis Jannah, M., & Rahayu, D. A. (2019). Dna
Morfologi Dan Dna Barcoding Dari Barcode Hewan Dan Tumbuhan
Pasar Ikan Muara Baru Jakarta Utara. Indonesia.
12(3), 127–135. http://ejournal- https://www.researchgate.net/publicatio
balitbang.kkp.go.id/index.php/bawal n/354172865
Gaffar, S., Sumarlin, S., Haryono, M. G., & Jeon, H.-B., Choi, S.-H., & Suk, H. Y.
Pidar, H. (2021). Penentuan Jenis dan (2012). Exploring the Utility of Partial
Status Konservasi Pari Layang-Layang Cytochrome c Oxidase Subunit 1 for
yang Didaratkan Di TPI Gunung DNA Barcoding of Gobies. Animal
Lingkas Kota Tarakan Dengan Systematics, Evolution and Diversity,
Pendekatan Molekuler. Biotropika: 28(4), 269–278.
Journal of Tropical Biology, 9(1), 80– https://doi.org/10.5635/ased.2012.28.4.
87. 269
https://doi.org/10.21776/ub.biotropika. Juniar, A. E., Ambarwati, R., & Rahayu, D.
2021.009.01.09 A. (2021). Genetic identification of
Hasibuan, F. E. B., Mantiri, F. R., & clithon oualaniense (Gastropoda:
Rumende, R. R. . (2017). Kajian Neritidae) from Madura, Indonesia.
Variasi Sekunes Intraspesies Dan AACL Bioflux, 14(2), 1046–1056
Filogenetik Monyet Hitam Sulawesi Kolondam, B. J., Lengkong, E., J. Polii, M.,
(Macaca Nigra) Dengan Menggunakan Pinaria, A., & Runtunuwu, S. (2012).
Gen Coi. Jurnal Ilmiah Sains, 17(1), Barcode DNA berdasarkan Gen rbcL
59. dan matK Anggrek Payus Limondok
Https://Doi.Org/10.35799/Jis.17.1.2017 (Phaius tancarvilleae) (DNA Barcode of
.15558 Payus Limondok Orchid (Phaius
tancarvilleae) Based on the rbcL and Nur, F., & Karneli. (2015). Kandungan
matK genes). Jurnal Bios Logos, 4(2). logam berat timbal (Pb) pada kerang
https://doi.org/10.35799/jbl.2.2.2012.10 kima sisik (Tridacna squmosa) di
41 sekitar Pelabuhan Feri Bira. Seminar
Kress, W.J., Garcıa-Robledo, C., Uriarte, Nasional Mikrobiologi Kesehatan Dan
M., & Erickson, D.L. (2015). DNA Lingkungan, 188–192.
barcodes for ecology, evolution and Peloa, A., Wullur, S., & Sinjal, C. A. (2015).
conservation. Trends in Ecology and Amplifikasi Gen Cytochrome Oxidase
Evolution, 30, 25–35. doi: Subunit I (COI) Dari Sampel Sirip Ikan
10.1016/j.tree.2014.10.008 Hiu Dengan Menggunakan Beberapa
Lestari, D. T., Arief, I. A., & Arjunita Pasangan Primer. Jurnal Pesisir Dan
Saputri, S. (2020). Peran LSM Laut Tropis, 3(1), 37.
‘Konservasi Kima Toli-Toli – Labengki’ https://doi.org/10.35800/jplt.3.1.2015.95
Untuk Kelestarian Kima Sebagai 77
Pelindung Ekosistem Laut. Resolusi: Pramarta, I. G. R., Temaja, I. G. R. M.,
Jurnal Sosial Politik, 3(2), 119–138. Nyana, I. D. N., & Suastika, G. (2017).
https://doi.org/10.32699/resolusi.v3i2.14 Identifikasi Spesies Potyvirus Penyebab
89 Mosaik Pada Tanaman cabai (Capsicum
Liu, J., & Zhang, H. (2018). DNA barcoding frutescens L.) Melalui Sikuen
for species identification in deep-sea Nukleotida Gen Coat Protein. J. Agric.
clams (Mollusca: Bivalvia: Sci. and Biotechnol, 6(1), 27–34.
Vesicomyidae), Mitochondrial DNA, Rabiyanti, I., Yulianda, F., & Imran, Z.
Part A. doi: (2019). Analisis Kesesuaian Wisata
10.1080/24701394.2018.1424843 Bahari Berbasis Kima Di Perairan
Martiansyah, I. (2021). Mini Review: Negeri Morella, Maluku Tengah.
Pendekatan Molekuler DNA Jurnal Pariwisata, 6(2), 136–140.
Barcoding: Studi Kasus Identifikasi dan https://doi.org/10.31311/par.v6i2.5669
Analisis Filogenetik Syzygium Rejeki, A., & Parwadani, L. (2021).
(Myrtaceae). November, 187–195. Identifikasi Molekular Dan Struktur
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.p Filogenetik Moluska ( Gastropoda Dan
hp/psb Bivalvia ) Di Perairan Biak , Papua.
Muhajirah, E., Kamal, M., Butet, N ., & 13(April), 11–21.
Wibowo, A. (2021). Keragaman Rizkevina, Q. (2014). Keanekaragaman
Genetik Populasi Giant Snakehead Jenis dan Distribusi Family Tridancnae
(Channa Micropeltes) Menggunakan (Kerang Kima) di Perairan Pulau
Penanda Random Amplified Karanf Congkak, Kepulauan Seribu.
Polymorphic DNA Di Perairan Taman repository.uinjkt.ac.id
Nasional Sebangau, Kalimantan Sadili, D., Sarmintohadi, Ramli, I.,
Tengah. Journal of Natural Resources Rasdiana, H., Miasto, Y., Prabowo,
and Environmental Management, Puspitasari, R., Monintja, M., Tery, N.,
11(11), 141-15. & Annisa, S. (2015). Pedoman
http://journal.ipb.ac.id/index.php/jpsl. Monitoring Populasi Kima (p. 98).
Nugroho, K., Terryana, R. T., Rijzaani, H., Saputra, A., Karlina, I., & Putra, R. D.
& Lestari, P. (2016). DNA Extraction (2016). Pola Sebaran Kima di Perairan
Method of Jatropha spp. without Liquid Laut Pulau Berhala Kecamatan Jemaja
Nitrogen. Jurnal Littri, 22(4), 159–166. Kabupaten Kepulauan Anambas
Provinsi Kepulauan Riau.
https://www.researchgate.net/publicatio Filogenetik Molekuler Beberapa Jenis
n/319066573 Bivalvia Asal Perairan Sulawesi Gen
Sari, M. (2021). Autentikasi Spesies Cumi- Coi. Jurnal Pesisir Dan Laut Tropis. 1,
Cumi Di Perairan Belawan Berdasarkan 32–38.
Biomarka Gen Coi. https://www.neliti.com/publications/12
https://repository.ipb.ac.id/handle/1234 4973
56789/113 Triandiza, T., Kusnadi, A., Sari, N.,
Saleky, D., P.O Leatemia, S., F. Pattiasina, Pesilette, N. R., Ainarwoman, A.,
T., Isma, I., D. Pangaribuan, R., A. Suparmo., & Sapulate, S., (2020).
Welliken, M., H.P. Melmambessy, E., Keragaman Genetik Kima Kecil
& Dailami, M. (2020). Analisis Pola (Tridacna maxima) Pulau Kur, Pulau
Pertumbuhan dan Pendekatan DNA Biak , Dan Manado Serta Implikasinya
Barcoding untuk Identifikasi Turbo Untuk Konservasi . 26(September),
stenogyrus P. Fischer, 1873 (Mollusca: 167–179. http://ejournal-
Gastropoda). Biotropika: Journal of balitbang.kkp.go.id/index.php/jppi
Tropical Biology, 8(2), 79–86. Triandiza, T., & Madduppa, H. (2018).
https://doi.org/10.21776/ub.biotropika.2 Aplikasi Analisa Morfologi dan DNA
020.008.02.03 Barcoding pada Penentuan Jenis
Setiawan, R., S, S., Mulyadi, B. P., & Kepiting Porcelain (Pisidia sp.). Jurnal
Hamdani, R. H. (2019). Preferensi Sumberdaya Akuatik Indopasifik, 2(2),
Habitat Spesies Kerang Laut (Moluska: 81–90.
Bivalvia) Di Ekosistem Intertidal https://ejournalfpikunipa.ac.id/index.ph
Tanjung Bilik Taman Nasional Baluran. p/JSAI/article/view/51
Natural Science: Journal of Science Wynsberge, V. S., Andrefouet, S., Gaertner-
and Technology, 8(3). Mazouni, N., Wabnitz, C. C. C.,
https://doi.org/10.22487/25411969.201 Gilbert, A., Remoissenet, G., Payri, C.,
9.v8.i3.14601 & Fauvelot, C. (2016). Drivers of
Setiawan, R., Wimbaningrum, R., Siddiq, A. density for the exploited giant clam
M., & Saputra, I. S. (2022). Tridacna maxima: a meta-analysis. Fish
Keanekaragaman Spesies Dan and Fisheries, 17(3), 567–584.
Karakteristik Habitat Kerang Kima https://doi.org/10.1111/faf.12127
(Cardidae: Tridacninae) Di Ekosistem Yolanda, Y. A. (2019). Aplikasi DNA
Intertidal Tanjung Bilik Taman Barcoding dan Metabarcoding Pada
Nasional Baluran. Jurnal Kelautan: Ikan Kerapu Lumpur ( Epinephelus
Indonesian Journal of Marine Science coioides ) Dan Jenis Makanannya Dari
and Technology, 14(3), 254–262. Perairan Raja Ampat.
https://doi.org/10.21107/jk.v14i3.9042 Zuhdi, M. F., & Madduppa, H. (2020).
Soo, P., & Todd, P. A. (2014). The Identifikasi Caesio cuning berdasarkan
behaviour of giant clams (Bivalvia: Karakterisasi Morfometrik dan DNA
Cardiidae: Tridacninae). Marine Barcoding yang didaratkan di Pasar
Biology, 161(12), 2699–2717. Ikan Muara Baru, Jakarta. Jurnal
https://doi.org/10.1007/s00227-014- Kelautan Tropis, 23(2), 199–206.
2545-0 https://doi.org/10.14710/jkt.v23i2.7036
Tindi, M., Mamangkey, N. G. F., Wullur, S.
(2017). Dna Barcode dan Analisis

Anda mungkin juga menyukai