Artikel Ilmiah Siti Aminah
Artikel Ilmiah Siti Aminah
ABSTRAK
Kima merupakan bivalvia laut yang berperan penting sebagai biofilter alami dan saat ini banyak
diambil kemudian diperdagangkan sebagai hewan akuarium, makanan lauk (seafood), dan
sovenir. Informasi biologi dan molekuler merupakan salah satu tahapan dasar dalam upaya
konservasi kima. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi spesies dan karakter molekuler
kima kering yang diperdagangkan di Pasar Beringin Kota Tarakan. Tahapan penelitian dilakukan
dengan menganalisis karakter molekuler kima kering. Pada tahapan prosedur molekuler
dilakukan dengan metode DNA Barcoding melalui proses ekstraksi DNA, amplifikasi DNA,
elektroforesis dan sekuensing. Hasil sekuensing yang dicocokkan dengan data NCBI,
menunjukkan bahwa kima kering dari Pasar Beringin Kota Tarakan merupakan spesies kima sisik
(Tridacna squamosa) dengan tingkat kemiripan antara 98,85-100% dan masih satu clade dengan
T. squamosa dari perairan lain dengan jarak genetik kurang dari 3%.
Kata kunci: DNA Barcoding, Karakter molekuler, Kima, Kota Tarakan, Tridacna
squamosal
Kima is a double-shelled mollusk that lives in tropical waters. Chemicals function as a natural
biofilter and are currently widely taken and traded as aquarium animals, seafood, souvenirs, and
so on. Biological and molecular information is one of the basic steps in chemical conservation
efforts. This study aims to identify the species and molecular characters of dried clams that are
traded in the Beringin Market, Tarakan City. The stages of the research were carried out by
analyzing the molecular characters of dry clams. At the molecular procedure stage, the DNA
Barcoding method is carried out through the process of DNA extraction, DNA amplification,
electrophoresis and sequencing. The sequencing results matched with NCBI data, showing that
dried clams from Pasar Beringin Tarakan City are a species of clam clam (Tridacna squamosa)
with a similarity level of 98.85-100% and are still in the same clade as T. squamosa from other
waters with less genetic distance of 3%.
Keywords: DNA Barcoding, Molecular character, Chemistry, Tarakan City, Tridacna squamosa
PENDAHULUAN
Kima merupakan kelompok moluska ukuran yang besar, sehingga biota ini sering
bercangkang ganda yang hidup di perairan disebut dengan kerang raksasa (giant clam)
tropis (Setiawan dkk, 2022). Kima memiliki kima cenderung hidup menetap (tidak
berpindah tempat) dan ditemukan pada telah dimasukan ke dalam daftar Convention
perairan kedalaman 1-20 meter, terutama on International Trade Endangered Spesies
pada ekosistem terumbu karang dengan of Wild Fauna and Flora (CITES) apendiks
kondisi yang cerah (Rabiyanti dkk, 2019). II (Setiawan dkk, 2022). Pemerintah
Perairan yang cerah dan jernih merupakan Indonesia turut mengeluarkan peraturan
faktor utama dari habitat kima, karena dalam upaya perlindungan secara hukum
sedikit saja yang menyebabkan kekeruhan, melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan
maka dapat mempengaruhi pertumbuhan No.12/Kpts- II/1987 dan Peraturan
kima sampai batas tertentu, jika melewati Pemerintah No.7/ Tahun 1999 yang
batas toleransi maka kima akan mati, hanya menyatakan bahwa kima termasuk biota
cangkangnya yang tertinggal dkk, 2019). yang dilindungi (Lestari dkk, 2020). Oleh
Kima merupakan biota laut yang sebab itu, upaya konservasi terhadap biota
berperan penting dalam membersihkan yang dilindungi perlu dilakukan agar
mikroorganisme yang berlebihan, sehingga populasinya tidak berkurang di alam.
air laut menjadi lebih sehat (Setiawan dkk, Informasi biologi mengenai identitas
2022). Setiap ekor kima mampu spesies dan informasi molekuler merupakan
membersihkan berton-ton air laut setiap hari. tahapan dasar dalam upaya konservasi kima
Kemudian, kima berfungsi sebagai biofilter (Triandiza dkk, 2020). Selama ini untuk
alami karena, mampu menyaring nutrien mengidentifikasi spesies kima biasanya
terlarut. Selain itu, kima juga menyerap dilakukan dengan pendekatan morfologi
berbagai zat berbahaya bagi laut seperti zat yaitu melihat karakteristik morfologinya
nitrogen dan fosfat (Soo dan Todd, 2014). (Martiansyah, 2021) . Namun, kita akan
Kima merupakan salah satu komoditas kesulitan jika ingin mengidentifikasi spesies
perdagangan internasional yang bernilai kima yang sudah kering karena bentuknya
ekonomis tinggi. Daging kima segar maupun sudah tidak utuh. Oleh karena itu, diperlukan
yang kering dapat digunakan sebagai bahan kombinasi pendekatan lain dengan
makanan sesuai selera sedangkan menggunakan identifikasi secara molekuler
cangkangnya dapat digunakan sebagai bahan yakni menggunakan DNA Barcoding
bangunan kerajinan tangan (Setiawan dkk, (Martiansyah, 2021). DNA Barcoding adalah
2022) dan kima yang masih hidup menjadi metode molekuler untuk mengidentifikasi
salah satu komoditas dalam perdagangan spesies yang mampu memberikan kecepatan
akuarium hias (Indah dkk, 2020). Selain dan keakuratan dalam mengidentifikasi jenis
memiliki manfaat untuk dikonsumsi, kerang spesies (Jeon dkk, 2012). DNA Barcoding
kima juga memiliki potensi ekonomi dan memiliki tujuan yaitu mengidentifikasi
merupakan biota dengan harga jual yang molekuler pada spesies yang sudah
tinggi (Saputra dkk, 2016). terdeskripsikan atau spesies yang belum
Tingginya nilai jual dan permintaan terdeskripsikan (Fahmi dkk, 2017).
pasar dari seluruh penjuru dunia Kelebihan DNA Barcode dapat digunakan
mengakibatkan terjadinya eksploitasi yang untuk mengidentifikasi semua bentuk
berlebihan. Eksploitasi yang berlebihan tingkatan kehidupan mulai dari telur, larva,
menyebabkan keberadaan kima semakin pupa sampai dewasa bahkan dapat
terancam. Spesies kima besar seperti mengidentifikasi berbagai spesies yang sulit
Tridacna gigas telah mengalami kepunahan dibedakan secara morfologi ataupun spesies
di sebagian besar wilayah perairan yang morfologinya sudah tidak utuh lagi
Indonesia, terutama di perairan Indonesia (Jannah dan Rahayu, 2019).
bagian barat (Setiawan dkk, 2022). Penelitian terhadap jenis kima sudah
Berdasarkan laporan tersebut, kerang kima banyak dilakukan di Indonesia, diantaranya
yaitu aspek keanekaragaman jenis Family Laboratorium Sentral Ilmu Hayati,
Tridacnidae di Perairan Pulau Karang Universitas Borneo Tarakan (LSIH UBT).
Congkak (Rizkevina, 2014), studi kepadatan Adapun tahapan sekuensing dilakukan
zooxanthella pada Tridacna squamosa dan dengan mengirim sampel hasil PCR ke Jasa
Hippopus hippopus di Perairan Desa Toli- Sekuensing 1st Base Singapore.
toli dan Desa Sawapudo Sulawesi Tenggara Pengambilan sampel dilakukan di
(Ira dkk, 2014), kandungan logam berat Pasar Beringin, Tarakan. Sampel kima yang
timbal (pb) kima sisik (Tridacna squamosa) digunakan berupa sampel kima kering yang
di perairan Bulukumba (Nur dan Karneli, dibeli langsung dari pedagang kima di Pasar
2015), analisis kesesuaian wisata bahari Tradisional Tarakan. Sampel untuk DNA
berbasis kima di Perairan Negeri Morella, Barcoding diambil dari spesimen pada
Maluku Tengah (Rabiyanti dkk, 2019), dan jaringan mantel (Triandiza dkk, 2020),
kepadatan pola distribusi kima di Perairan kemudian dipreservasi menggunakan cairan
laut Desa Sepempang (Indah dkk, 2020). alkohol 70% sebelum dilakukannya proses
Adapun penelitian mengenai molekuler kima DNA Barcoding (Fitrian dan Madduppa,
di Indonesia pernah dilakukan yang 2021).
berkaitan seperti, Keragaman Genetik Kima Isolasi dan ekstraksi DNA dilakukan
Kecil (Tridacna maxima) Di Pulau Kur, bertujuan untuk memisahkan DNA dari
Pulau Biak Dan Manado (Triandiza dkk, bahan lain selain DNA seperti karbohidrat,
2020), Penilaian Profil Genetik Genus protein, dan lemak. Ekstraksi mtDNA
Kerang Raksasa Tridacna Sebagai Dasar sampel menggunakan Genomic Mini kit
Pengelolaan Sumber Daya Perairan Taman (Zuhdi dan Madduppa, 2020). Ekstraksi
Nasional Wakatobi (Findra dkk, 2017). DNA berasal dari potongan kecil tubuh kima
Namun, informasi mengenai identifikasi kering. Pemecahan (Lisis) merupakan tahap
spesies kima kering menggunakan karakter awal untuk melakukan proses isolasi DNA,
molekuler belum pernah dilaporkan dari jaringan otot dihancurkan menggunakan
perairan Kalimantan Utara. Oleh karena itu, micropestle, lalu menambahkan larutan GT
penelitian ini perlu dilakukan sebagai bagian buffer 200 μl, proteinase K sebanyak 20 μl
dari upaya pengumpulan informasi dasar kemudian sampel dihomogenkan dengan
(baseline) yang dapat digunakan dalam menggunakan vortex kurang lebih 30 detik.
penyusunan strategi manajemen pengelolaan Setelahnya, sampel diinkubasi dengan
dan konservasi populasi kima dan menggunakan suhu 60°C selama 30 menit,
habitatnya. Tujuan dari penelitian ini untuk dan setiap 5 menit dihomogenkan, lalu
mengidentifikasi spesies dan karakter menambahkan 200 μl GT buffer dan
molekuler kima kering yang diperdagangkan diinkubasi selama 20 menit serta setiap 5
di Pasar Beringin Kota Tarakan. menit sekali dihomogenkan. Pengikatan
DNA (DNA Binding) merupakan tahapan
METODE PENELITIAN kedua setelah ekstraksi, ditahapan ini yang
Penelitian dilaksanakan dari bulan perlu dilakukan adalah menambahkan
Mei sampai dengan bulan Desember 2022. larutan etanol absolut sebanyak 200 μl
Penelitian dilakukan dua tahap yaitu setelah prosesi inkubasi, kemudian divortex.
pengambilan sampel di lapangan dan Setelah itu, tempatkan GS Column kedalam
menganalisis sampel kima kering di tabung collection tube 2 ml, lalu pindahkan
laboratorium. Pengambilan sampel campuran (termasuk endapan apapun) ke
dilakukan di Pasar Beringin, Kota Tarakan dalam GS Column untuk disentrifugasi
sementara tahapan ekstraksi DNA dan PCR selama 2 menit dengan kecepatan 14.000-
dilakukan di ruang Lab. Zoologi 16.000 rpm. Setelah itu, buang tabung
collection tube 2 ml lalu transfer kolom GS secara eksponensial gen COI target.
Column ke tabung collection tube 2 ml baru. Amplifikasi gen COI dari genom
Washing merupakan tahapan ketiga setelah mitokondria diamplifikasi menggunakan
mengikat DNA, didalam tahapan ini W1 dua primer yaitu LCO dan HCO. DNA
buffer dipakai sebanyak 400 μl, lalu sampel diamplifikasi menggunakan metode PCR
uji disentrifugasi lagi selama 30 detik dengan pereaksi 2x MyTaq HS Red Mix
dengan kecepatan 14.000-16.000 rpm. (Bioline). Total volume yang digunakan
Setelah itu, hasil sentrifugasi terdapat cairan untuk amplifikasi yaitu 20μl, yang terdiri
yang mengendap didasar tabung collection atas PCR Mix 10μl , F1= 1μl dan R1= 1μl,
tube akan dibuang lalu letakkan GS Column Templet DNA 2μl, kemudian Nucliese Free
kembali tabung collection tube 2 ml, dan Water nya menyesuaikan mengikuti total
tambahkan Wash buffer sebanyak 600 μl, volume dari masing-masing primer. Sekuen
kemudian dilakukan lagi sentrifugasi lagi mtDNA target diamplifikasi menggunakan
selama 30 detik dengan kecepatan 14.000- Mastercycler X50s. Proses amplifikasi DNA
16.000 rpm. Hasil sentrifugasi berupa cairan dilakukan dengan menggunakan metode
yang terdapat di bagian bawah dalam tabung PCR (Polimerase Chain Reaction). Secara
collection tube 2 ml dibuang, lalu letakkan umum pada proses PCR terdiri atas 3 tahap
kembali GS Column ke dalam collection yakni denaturasi, annealing, dan extension.
tube 2 ml baru. Kemudian, sampel uji akan Selain 3 tahapan ini, proses PCR juga
disentrifugasi lagi selama 3 menit dengan dilengkapi dengan proses predenaturasi
kecepatan 14.000-16.000 rpm untuk selama 2 menit, dan post extension waktu
mengeringkan matriks kolom. Elution selama 5 menit (Zuhdi dan Madduppa,
tahapan ini bertujuan untuk memisahkan 2020).
fragmen DNA target dari pengotornya. DNA Media agar yang digunakan berupa gel
elution dilakukan sebanyak 2 kali, yang agarose. Gel agarose peratama ditimbang
pertama GS Column akan dipindahkan sebanyak 0,6 mg agarose bubuk ke dalam
kedalam elution buffer atau TBE yang telah gelas beaker dan melarutkan dengan 50 ml
dipanaskan sebelumnya ke pusat matriks TBE 1x. Kemudian memanaskan dan
kolom 100 μl, lalu sampel uji didiamkan sekaligus mengaduk diatas hot plate sampai
kurang lebih 5 menit untuk memastikan larutan gel agarose mendidih dan berwarna
elution buffer atau TBE benar-benar bening. Kemudian ditambahkan Florosafe
terserap. Setelah itu, disentirufugasi lagi DNA Stain sebanyak 5 μl setelah mendidih
selama 30 detik untuk menghindari DNA dan menghomogenkannya. Kemudian
yang dimurnikan dengan kecepatan 14.000- dituangkan ke dalam cetakan agar dapat
16.000 rpm.Uji konsentrasi adalah tahapan dibentuk dibentuk sumur gel dengan
terakhir dalam ekstraksi yaitu, mengukur menggunakan sisir gel. Membiarkan gel
konsentrasi DNA dan melihat kemurnian agarose mengeras atau membeku, dan sisir
DNA dengan menggunakan diambil dengan hati-hati. Gel agarose
Nanophotometer C40. Konsentrasi sampel kemudian dipindahkan ke mesin
DNA diukur nilai absorbansinya pada elektroforesis, kemudian ditambahkan TBE
panjang gelombang (λ) 260 nm, sedangkan 1x hingga gel agarose terendam dengan
kemurnian DNA dari kontaminasi ditentukan posisi sumur berada dikutub negatif.
dengan perbandingan hasil absorbansi pada λ Kemudian masukkan larutan sampel ke
260/280 dan λ 260/230 (Syafaruddin dan dalam sumur, lalu dielektroforesis dengan
Tri, 2011). running buffer TBE 1x pada tegangan volt
Amplifikasi DNA adalah suatu 120 selama 30 menit. Kemudian setelah
metode enzimatis untuk melipat gandakan dielektoroforesis, gel agarose dimasukkan
ke dalam mesin Enduro gel untuk melihat seluruh pasangan basa nukleotida dan
DNA-nya (Kusumaningrum dkk, 2014). mengubah perbedaan antara kedua basa yang
Sekuensing DNA adalah teknik untuk dipasangkan menjadi suatu “jarak” (Dailami
mengurutkan nukleotida yang terdapat dalam dkk, 2019). Hasil perhitungan jarak genetik
DNA (Akbar dkk, 2018). Produk PCR disajikan dalam bentuk matriks data yang
disekuensing dengan metode Sanger dapat digunakan untuk analisis hubungan
(bidirectional sequencing) dengan kekerabatan antar spesies berdasarkan pohon
menggunakan jasa perusahaan genetika 1st filogenik.
Base Singapore (Gaffar dkk, 2021). Analisis filogenetik dilakukan dengan
Sekuen nukleotida hasil sekuensing metode jarak genetik Pairwise Distance
diedit pada aplikasi Mega XI untuk berdasarkan prinsip pendekatan substitusi
mengecek gap basa nukleotida. Hasilnya lalu nukleotida. Konstruksi pohon filogenetik
disimpan dan divalidasi pada website NCBI. menggunakan metode Neighbor-Joining.
Validasi basa nukleotida dilakukan Prinsip metode ini adalah menemukan
menggunakan program BLAST-n. BLAST-n pasangan dari unit taksonomi operasional
(Basic Local Alignment Search Tool– yang meminimalisir total cabang lengan
Nucleotide) adalah algoritma untuk pada setiap tingkat kluster unit taksonomi
membandingkan informasi urutan basa operasional yang dimulai dari pohon
nukleotida hasil sequencing dengan database filogenetik yang berbentuk bintang (Akbar
yang disimpan pada situs National Centre dkk, 2018). Metode ini dapat dilakukan pada
for Biotechnology Information (NCBI). aplikasi MEGA X dengan jumlah bootsrap
BLAST-N digunakan untuk yang digunakan sebanyak 1000 kali
mengidentifikasi spesies bedasarkan pengulangan (Ihsan dkk, 2020)
kecocokan urutan basa nukleotida hasil
sequencing. Data urutan basa nukleotida HASIL DAN PEMBAHASAN
hasil sequencing diunggah ke dalam situs Berdasarkan hasil penelitian sampel
NCBI, kemudian situs akan mencocokkan kima kering berupa sekuen nukleotida yang
data yang diunggah dengan database yang diperoleh memiliki panjang DNA yaitu
tersimpan. Selanjutnya, situs akan 598bp (base pairs), lalu diunggah ke dalam
menampilkan spesies yang tersimpan pada situs National Center For Biotechnology
database yang memiliki karakteristik basa (NCBI) untuk dibandingkan atau dicocokkan
nukelotida paling mendekati basa nukleotida dengan data yang terdapat dalam database
hasil sekuensing yang diunggah (Sari, 2021). yang tersimpan pada situs NCBI untuk
Metode yang digunakan untuk mengetahui kepastian spesies T. squamosa.
menentukan jarak genetik yatu metode Urutan basa kima sisik T. squamosa yang
Pairwise Distance. Metode ini menganalisis diperoleh dalam peneletian ini ditampilkan
pada Gambar 4.
Gambar 5. Kima sisik (Tridacna squamosa) (A). Tampak depan dan (B).Tampak belakang
Informasi mengenai validasi genetik kima dengan didukung kajian aspek biologi,
kima digunakan untuk memastikan identitas dan aspek ekologi dalam menentukan
strategi pengelolaan serta pengembangan yang cenderung berlebihan (over
yang tepat dalam perikanan kima sisik exploitation). Ekspolitasi yang berlebihan
T.squamosa (Tindi dkk, 2017). Oleh karena menyebabkan keberadaan kima semakin
itu, penentuan strategi pengelolaan dan terancam punah.
pengembangan sangat dibutuhkan dalam Jarak genetik adalah salah satu
menjaga kelestarian sumberdaya kima pendekatan yang dilakukan untuk
diperairan (Yolanda, 2019). Penangkapan mengetahui hubungan kekerabatan suatu
dan perdagangan kima telah banyak organisme (Fahmi dkk, 2016). Jarak genetik
dilakukan sebagai bahan makanan secara ini dihitung dengan menggunakan metode
tradisional yang bernilai ekonomis tinggi Kimura 2 parameter yang dianalisis
(Rabiyanti dkk, 2019), bahkan kima yang menggunakan software MEGA–XI. Analisis
masih hidup juga menjadi salah satu jarak genetik ini adalah analisis yang
komoditas dalam perdagangan akuarium hias berdasarkan perhitungan matriks dari “jarak”
(Wynsberge dkk, 2016)). Peningkatan hasil antar pasangan basa antara sekuen yang
tangkapan dan perdagangan dapat mendekati jarak evolusioner (Hasibuan dkk,
mengancam kelestarian sumberdaya kima 2017). Berikut pada tabel (2) jarak genetik
diperairan. Rabiyanti dkk, (2019) gen COI antar sekuen T. squamosa (1-10)
mengatakan bahwa tingginya nilai jual dan dan T. derasa yang menggambarkan
ancaman permintaan pasar diseluruh penjuru hubungan kekerabatan antar spesies,
global mengakibatkan terjadinya ekspolitasi disajikan pada (Tabel 2).
Tabel 2. Jarak genetik gen COI antar sekuen T. squamosa (1-10) dan T. derasa (11)
berdasarkan model subtitusi kimura 2 parameter (K2P).
Sekuen
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1
2 0.000
3 0.002 0.002
4 0.005 0.005 0.002
5 0.007 0.007 0.005 0.007
6 0.005 0.005 0.002 0.000 0.007
7 0.005 0.005 0.002 0.000 0.007 0.000
8 0.002 0.002 0.000 0.002 0.005 0.002 0.002
9 0.002 0.002 0.000 0.002 0.005 0.002 0.002 0.000
10 0.002 0.002 0.002 0.005 0.007 0.005 0.005 0.002 0.002
11 0.185 0.185 0.188 0.185 0.195 0.185 0.185 0.188 0.188 0.188
Keterangan :