Anda di halaman 1dari 3

TUGAS EPIDEMIOLOGI KLINIK DAN EVIDENCE-BASED

MEDICINE

Oleh :

dr. Echa Putri Nesia

Dosen :
Prof. Dr. dr. Herlina Dimiati, Sp.A (K)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS RADIOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA

DARUSSALAM BANDA ACEH

2024
1. Clinical Guideline

Clinical Guidelines adalah sebagai aturan yang dibuat secara sistematis untuk membantu para
praktisi dalam penanganan pasien, untuk pelayanan kesehatan yang tepat dalam situasi yang
spesifik. Pedoman ini dapat berisi tentang cara pemilihan prosedur diagnostik maupun
skrining, cara memberikan pelayanan medis maupun bedah, seberapa lama pasien harus
dirawat, dan rincian lainnya.

Keuntungan utama dari suatu pedoman klinis adalah meningkatnya kualitas pelayanan yang
diterima oleh pasien. Walaupun demikian, belum diperoleh bukti bahwa peningkatan tersebut
terjadi dalam praktik sehari-hari dokter. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena pengertian
kualitas pelayanan yang berbeda antara dokter, pasien, pihak yang membayar (asuransi), dan
mungkin juga karena bukti efektivitas pedoman klinis itu belum lengkap.

Dalam petunjuknya, The New Zealand Guidelines Group (NZGG) memberikan beberapa tipe
pedoman sebagai berikut:

 Best Practice Guideline/ Clinical Guideline/ Practice Guideline: “ Uraian yang


disusun secara sistematis untuk membantu praktisi kesehatan dalam pelayanan
kesehatan atau kelainan lain yang sesuai dalam situasi tertentu, dengan
memperhatikan bukti untuk efektifitas dan juga merupakan dasar untuk perencanaan”.
 Protocol: pedoman khusus yang harus diikuti secara rinci dan biasanya digunakan
dalam situasi risiko tinggi, misalnya dalam resusitasi kedaruratan dan lainnya.
 Consensus Based Guideline: Biasanya pedoman ini dibuat sebagai kesepakatan dalam
kelompok ahli.
 Evidence Based Guideline: Disusun setelah melakukan suatu pengumpulan dan
penelaahan secara kritis terhadap informasi hasil penelitian. Biasanya disertakan juga
catatan tentang strategi untuk menetapkan kekuatan bukti yang diperoleh, disamping
adanya upaya memilah antara opini dan bukti. Juga selain mempersoalkan perbedaan
hasil suatu eksperimen, basanya diungkapkan perbedaan dalam kejadian yang
menguntungkan dan merugikan.

2. Clinical Governance

Clinical governance merupakan bagian dari suatu pendekatan baru yang bertujuan untuk
menjamin terlaksananya pelayanan kesehatan yang bermutu. Dalam perkembangannya,
clinical governance ini merupakan suatu kerangka kerja untuk menjamin agar seluruh
organisasi yang berada dibawah NHS memiliki mekanisme atau proses yang memadai untuk
melakukan pemantauan dan peningkatan mutu klinik. Tujuan akhirnya adalah untuk menjaga
agar pelayanan kesehatan dapat terselenggara dengan baik berdasarkan standar pelayanan
yang tinggi serta dilakukan pada lingkungan kerja yang memiliki tingkat profesionalisme
tinggi. Secara implisit clinical governance juga dimaksudkan untuk terciptanya peningkatan
derajat kesehatan melalui upaya klinik yang maksimal dengan biaya yang paling cost
effective.

Dalam praktiknya, clinical governance diterapkan dalam upaya mengatasi besarnya


perbedaan mutu pelayanan klinik antar penyedia pelayanan kesehatan serta mencegah
terjadinya efek samping akibat kinerja petugas pelayanan kesehatan yang buruk. Secara
implisit clinical governance juga diharapkan dapat mengubah distribusi normal kinerja
pelayanan kesehatan ke arah kinerja terbaik.

Secara umum, komponen-komponen clinical governance mencakup beberapa hal berikut.

1. Clinical Audit; meskipun secara umum istilah audit klinik menjadi salah satu
terminologi yang selama ini sering dianggap kontra produktif, perannya dalam
clinical governance sangat signifikan, oleh karena dengan audit klinik maka kinerja
klinik dapat dinilai dan upaya peningkatan mutu kinerja dapat dilakukan.
2. Outcome measurement; pengukuruan outcome menjadi salah satu bagian penting
dalam clinical governance.
3. Clinical risk management; setiap upaya medik yang dilakukan harus dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah, moral dan etik.
4. Evidance based practice; pada saat ini menjadi salah satu pegangan utama paradigma
baru bidang kedokteran dan kesehatan.
5. Managing poor performance; ini merupakan bagian tersulit dari clinical governance,
oleh karena kita harus secara jujur menunjukkan bahwa kinerja seseorang atau
sekelompok klinisi amat buruk, dan perlu untuk dikoreksi.

Anda mungkin juga menyukai