BAB I
PENDAHULUAN
Dibahas juga tentang komponen utama, kegiatan pokok dan pilar Clinical
governance.
resiko secara umum maupun terkait kesehatan. Selain itu dalam manajemen
resiko dan pendekatan dalam identifikasi resiko . Dalam pembahasan modul juga
disinggung tentang perbedaan antara produk barang dan produk jasa sehingga
dilaksanakan
B. Manfaat Modul
1. Manfaat Bagi Widyaiswara
BAB II
INDIKATOR KEBERHASILAN
kesehatan. Dampak dari kegagalan penerapan TQM menimbulkan biaya besar yang
Clinical governance memberikan aturan yang jelas bagi para pengambil keputusan
dalam bidang klinis (terutama dokter dan perawat) untuk meningkatkan mutu
pelayanan klinis-nya (dengan intervensi yang minimal dari manajemen). Hal karena
Clinical governance menyediakan petunjuk pelaksanaan yang jauh lebih detail dan
Clinical Governance mulai diperkenalkan pertama kali oleh NHS yaitu Departemen
Kesehatan Inggris pada tahun 1997, dalam dokumen A First Class Service. Didalam
which NHS organization are accountable for continuously improving the quality of
mengelola jaminan mutu dan pengendalian mutu pelayanan klinis (Diana Sale,
2006). disebut juga sebagai pendekatan sistematis dan terintegrasi untuk menjamin
dan menilai tanggung jawab dan tanggung gugat klinis melalui peningkatan mutu
dan keselamatan yang membawa hasil outcome klinis yang optimal (Information
1. Accountability
ilmiah, etik dan moral serta bersandarkan kepada bukti-bukti ilmiah terkini atau
mendasarkan pada hasil terbaik dengan upaya yang terbaik dengan mengacu
budaya atau kebiasaan yang selalu dilakukan, maka pimpinan dan jajaran
1. Clinical audit
resiko. Oleh karena itu kegiatan audit klinik perlu dilakukan dalam
kinerja klinik upaya peningkatan mutu klinik karena dalam clinical governance
2. Outcome measurement
misalnya inidkator hasil angka infeksi noskomial atau readmisi. Oleh karena
hasil.
clinical governance setiap petugas yang terlibat dalam pelayanan klinik harus
penatalaksanaan klinik.
4. Evidence practice
Setiap upaya medik haruslah didukung oleh bukti – bukti ilmiah yang
memadai yang tidak saja diambil dari hasil-hasil uji klinik tetapi juga kajian-
based maka akan dapat tersedia pilihan-pilihan terapi dan tindakan yang
Untuk kinerja klinis yang kurang baik oleh pihak manajemen harus dilakukan
Penetapan penilaian kinerja klinisi ini sering menjadi persoalan oleh karena
adanya hak kemandirian dari seorang klinisi yang sangat kuat sehingga sulit
evaluation)
melakukan audit klinis dan penilaian kinerja klinis pada tiap-tiap unit pelayanan
klinis. Untuk dapat melakukan audit klinis dan penilaian kinerja klinis perlu
profesi. Inovasi klinis dimonitor dan dikontrol dan menjamin bahwa prosedur
baru diperkenalkan melalui proses audit dan penelitian. Input yang diperlukan
terhadap potensi terjadinya risiko klinis dan Manajemen terhadap insidens dan
KTD
D. Evaluasi Sesi
BAB III
MANAJEMEN RESIKO
INDIKATOR KEBERHASILAN
Setelah selesai mengikuti sesi ini peserta dapat memahami manajemen resiko
Kesehatan
1. Risiko :
Adalah suatu peluang terjadinya sesuatu yang akan berdampak pada tujuan
Adalah “peristiwa atau keadaan yang mungkin terjadi yang dapat berpengaruh
Risiko adalah “fungsi dari probabilitas (chance, likelihood) dari suatu kejadian
yang tidak diinginkan, dan tingkat keparahan atau besarnya dampak dari
kejadian tersebut.
Rumusan resiko :
2. Corporate risk:
Adalah suatu kejadian yang akan memberikan dampak negatif terhadap tujuan
organisasi
a. Financial risk:
Adalah risiko kerugian finansial yang secara negatif akan berdampak terhadap
klinis
Adalah resiko yang berkaitan dengan staf atau karyawan yangb berutgas
Adalah resiko yang berkaitan dengan staf umum atau staf admnistrasi
Adalah resiko yang berkaitan dengan property atau bangunan, sarana dan
5) Financial risks
lingkungan.
governance
mengurangi risiko cedera dan kerugian pada pasien, karyawan rumah sakit,
risiko tersebut.
Identifikasi risiko
Monitoring,
Komunikasi audit
dan dan
Konsultasi Analisis risiko Tinjauan
pd (review)
stakeholders Dukungan
Evaluasi risiko internal
tdk
ya
Tindakan/treatment
terhadap
risiko
Sumber : Kuntjoro , C
(2009)
organisasi dalam mengontrol frekuensi dan dampak dari risiko. Untuk itu
kumpulan dari :
Penilaian risiko Harus dilakukan oleh seluruh staf dan semua pihak yang terlibat
termasuk Pasien dan masyarakat dapat untuk terlibat bila memungkinkan. Area
yang dinilai:
1. Operasional
2. Finansial
4. Strategik
5. Hukum/Regulasi
6. Teknologi
diperoleh
Manajemen resiko merupakan kegiatan merubah budaya atau kebiasaan lama menjadi
kebiasaan baru yang manfaatnya baru terasa manakala telah dijalnakan lama.
Beberapa manfaat kegiatan manajemen resiko bagi sarana kesehatan antara lain :
terjadi
7. Memperbaiki citra
resiko namun telah menjadi manajemen resiko yang terintegrasi antar unit dan
analisis dan pengelolaan semua risiko yang potensial dan kejadian keselamatan
dirumah sakit pada setiap level. Jika risiko sudah dinilai dengan tepat, maka
proses ini akan membantu unit pelayanan kesehatan seperti rumah sakit atau
BKPM, pemilik dan para praktisi untuk menentukan prioritas dan perbaikan dalam
proyek tersebut.
litigasi klinis, keluhan, dan insiden kesehatan dan keselamatan kerja, “data
risiko dari semua jenis risiko di rumah sakit pada setiap level.
5. Memadukan semua risiko ke dalam program penilaian risiko dan risk register
kesehatan lainnya :
1. Informasi yang lebih baik sekitar risiko sehingga tingkat dan sifat risiko
2. Pembelajaran dari area risiko yang satu, dapat disebarkan di area risiko
yang lain.
E. Evaluasi sesi
BAB IV
KESELAMATAN PASIEN
INDIKATOR KEBERHASILAN
Saat ini isu penting dan global dalam Pelayanan Kesehatan adalah Keselamatan
Pasien (Patient Safety). Isu ini praktis mulai dibicarakan kembali pada tahun 2000-an,
sejak laporan dan Institute of Medicine (IOM) yang menerbitkan laporan: to err is
human, building a safer health system. Keselamatan pasien adalah suatu disiplin baru
pencegahan medical error yang sering menimbulkan Kejadian Tak Diharapkan (KTD)
Frekuensi dan besarnya KTD tak diketahui secara pasti sampai era 1990-an, ketika
berbagai Negara melaporkan dalam jumlah yang mengejutkan pasien cedera dan
meninggal dunia akibat medical error. Menyadari akan dampak error pelayanan
dalam pelayanan kepada pasien: “Safety is a fundamental principle of patient care and
Forward Programme WHO, 2004), sehubungan dengan data KTD di Rumah Sakit di
berbagai negara menunjukan angka 3 – 16% , merupakan data yang tidak kecil.
tentang Praktik Kedokteran, muncullah berbagai tuntutan hukum kepada Dokter dan
Rumah Sakit. Hal ini dapat ditangkal salah satunya apabila Rumah Sakit atau sarana
sarana kesehatan yang kuat dalam segi financial dan sering menjadi sasaran dari
pada tanggal 1 Juni 2005. Selanjutnya Gerakan Keselamatan Pasien Rumah Sakit ini
kemudian dicanangkan oleh Menteri Kesehatan RI pada Seminar Nasional PERSI pada
KKP-RS telah menyusun Panduan Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien bagi
sekarang ini juga dipergunakan sebagai acuan oleh sarana Kesehatan. Di samping itu
pula KARS (Komisi Akreditasi Rumah Sakit) Depkes telah menyusun Standar
Keselamatan Pasien Rumah Sakit yang akan menjadi salah satu Standar Akreditasi
Rumah Sakit.
Keselamatan Pasien di rumah saki t. Didalam Permenkes 1691 tahun 2011 dinyatakan
bahwa rumah sakit dan tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit wajib
Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Bagaimana dengan sarana kesehatan lain ? Oleh
karena belum adanya panduan khusus maka sarana kesehatan lain menggunakan
1. Keselamatan pasien
freedom from accidental injury. Accidental injury disebabkan karena error yang
meliputi kegagalan suatu perencanaan atau memakai rencana yang salah dalam
mencapai tujuan. Accidental injury juga akibat dari melaksanakan suatu tindakan
(omission).
Accidental injury dalam prakteknya akan berupa kejadian tidak diinginkan (KTD =
missed = adverse event) atau hampir terjadi kejadian tidak diinginkan (near
miss). Near miss ini dapat disebabkan karena: keberuntungan (misal: pasien
terima suatu obat kontra indikasi tetapi tidak timbul reaksi obat), pencegahan
(suatu obat dengan overdosis lethal akan diberikan, tetapi staf lain mengetahui
dengan over dosis lethal diberikan, diketahui secara dini lalu diberikan
antidotenya).
Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana suatu rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi
dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan
analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (Kemenkes RI,
2011).
kemampuan belajar dari insiden, tindak lanjut dan implementasi solusi untuk
1) Assessment risiko
kesehatan membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak
diambil.
B. Isu, Elemen, dan Akar Penyebab Kesalahan dari Patient Safety dan kategori
insiden
obat/kesalahan pengobatan)
darah/administrasi)
i) Falls (terjatuh)
pembuluh darah)
memadai)
[AHRQ (Agency for Healthcare Research and Quality) Publication No. 04-
1) KTD
4) Kesalahan medis
8) Manajemen resiko
9) Kejadian sentinel
rumah sakit yang diakreditasi oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit. Penyusunan
sasaran ini mengacu kepada Nine Life-Saving Patient Safety Solutions dari WHO
Patient Safety (2007) yang digunakan juga oleh Komite Keselamatan Pasien
International (JCI). Namun sasaran ini relevan dan dapat dipergunakan untuk
ditetapkan.
dalam pelayanan kesehatan dan menjelaskan bukti serta solusi dari konsensus
berbasis bukti dan keahlian atas permasalahan ini. Diakui bahwa desain sistem
yang baik secara intrinsik adalah untuk memberikan pelayanan kesehatan yang
aman dan bermutu tinggi, sedapat mungkin sasaran secara umum difokuskan
berikut:
Sampai saat ini sasaran keselamatan pasien masih difokuskan untuk rumah
sakit, mengingat resiko dan kompleksitas pelayanan yang diberikan oleh rumah
adanya kelainan sensori; atau akibat situasi lain. Maksud sasaran ini adalah
sebagai individu yang akan menerima pelayanan atau pengobatan; dan kedua,
tanggal lahir, gelang identitas pasien dengan bar-code, dan lain-lain. Nomor
kamar pasien atau lokasi tidak bisa digunakan untuk identifikasi. Kebijakan
pada lokasi yang berbeda di rumah sakit, seperti di pelayanan rawat jalan, unit
gawat darurat, atau kamar operasi, termasuk identifikasi pada pasien koma
dapat diidentifikasi.
Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan yang dipahami
perintah diberikan secara lisan atau melalui telpon. Komunikasi yang mudah
terjadi kesalahan yang lain adalah pelaporan kembali hasil pemeriksaan kritis,
pelayanan.
hasil pemeriksaan; dan mengkonfirmasi bahwa apa yang sudah dituliskan dan
back) bila tidak memungkinkan seperti di kamar operasi dan situasi gawat
Alert)
outcome) seperti obat-obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama
Obat Rupa dan Ucapan Mirip/NORUM, atau Look Alike Sound Alike/LASA).
meq/ml atau yang lebih pekat, kalium fosfat, natrium klorida lebih pekat dari
0.9%, dan magnesium sulfat =50% atau lebih pekat). Kesalahan ini bisa terjadi
bila perawat tidak mendapatkan orientasi dengan baik di unit pelayanan pasien,
ditugaskan, atau pada keadaan gawat darurat. Cara yang paling efektif untuk
seperti di IGD atau kamar operasi serta pemberian label secara benar pada
mengkhawatirkan dan tidak jarang terjadi di rumah sakit atau sarana kesehatan.
Kesalahan ini adalah akibat dari komunikasi yang tidak efektif atau tidak
penandaan lokasi (site marking), dan tidak ada prosedur untuk verifikasi lokasi
operasi. Di samping itu pula asesmen pasien yang tidak adekuat, penelaahan
ulang catatan medis tidak adekuat, budaya yang tidak mendukung komunikasi
resep yang tidak terbaca (illegible handwriting) dan pemakaian singkatan adalah
yang mengkhawatirkan ini. Digunakan juga praktek berbasis bukti, seperti yang
digambarkan di Surgical Safety Checklist dari WHO Patient Safety (2009), juga
di The Joint Commission’s Universal Protocol for Preventing Wrong Site, Wrong
Penandaan lokasi operasi perlu melibatkan pasien dan dilakukan dengan satu
tanda yang dapat dikenali. Tanda itu harus digunakan secara konsisten di
rumah sakit dan harus dibuat oleh operator/orang yang akan melakukan
tindakan, dilaksanakan saat pasien terjaga dan sadar jika memungkinkan, dan
harus terlihat sampai saat akan disayat. Penandaan lokasi operasi ditandai
dilakukan pada semua kasus termasuk sisi (laterality), multipel struktur (jari
dilakukan, tepat sebelum tindakan dimulai, dan melibatkan seluruh tim operasi.
Rumah sakit atau sarana kesehatan lain menetapkan bagaimana proses itu
kemih, infeksi pada aliran darah (blood stream infections) dan pneumonia (sering
Pokok eliminasi infeksi ini maupun infeksi-infeksi lain adalah cuci tangan (hand
hygiene) yang tepat.Rumah sakit dan sarana kesehatan lain melakukan proses
secara umum untuk implementasi petunjuk itu di rumah sakit maupun disarana
kesehatan lain.
risiko cedera bila sampai jatuh. Evaluasi bisa termasuk riwayat jatuh, obat dan
telaah terhadap konsumsi alkohol, gaya jalan dan keseimbangan, serta alat
bantu berjalan yang digunakan oleh pasien. Program tersebut harus diterapkan
Salah satu kunci utama keberhasilan dari program keselamatan pasien adalah
untuk dapat menurunkan angka kejadian atau insiden dari pelayanan yang
dan alur pelaporan perlu diatur dan menggunakan form khusus yang
dengan mengikuti alur baik untuk internal sarana kesehatan maupun alur untuk
terlibat dan peduli dengan bahaya atau potensi bahaya yang dapat terjadi terkait
1. Faktor Mikrosistem :
sistem . Sistem ini dapat dilihat sebagai suatu system terbuka dimana system
yang terkecil akan dipengaruhi, bahkan tergantung pada sistem yang lebih
sebaliknya.
2. Faktor makrosistem
dapat berupa cara penulisan resep, standarisasi bahan medic habis pakai,
Selain kebijakan maka factor lain yang perlu diperhatikan adalah adanya
pasien.
3. Faktor megasystem
Makrosistem menjadi bagian dari system yang lebih tinggi atau lebih besar
G. Evaluasi
BAB IV
PENUTUP
Keselamatan pasien merupakan isyu utama saat ini yang memerlukan dukungan penuh dari
para pengambila kebijakan disemua lini baik pusat maupun daerah.Sebagai sebuah program
keselamatan pasien tidak dapat berjalan sendiri karena proram ini memiliki kaitan dengan
makrosistem dan bagian program uatam diatasnya seperti Clinicalgovernance dan manejeman
resiko.
Pemahaman yang komprehensif mengenai clinical governance dan manajemen resiko menjadi
bekal utama dalam melaksanakan keselamatan pasien. Selain itu juga dukungan baik secara
finasial maupun sumber daya manusia dan lainnya menjadi sangat penting dalam
penerapannya.
Pengambilan kebijakan keselamatan pasien juga perlu memperhatikan faktor – faktor yang
DAFTAR PUSTAKA
Tjahjono, K,. (2008). Bahan ajar manajemen resiko. Balai Pelatihan Teknis profesi
Kesehatan. Gombong
Triguno (2004). Budaya kerja (falsafah, tantangan, Lingkungan yang Kondusif, Kualitas
dan pemeahan masalah). Golden Trayon Press . Jakarta
World Health Organization. Global Patient safety Challenge 2005-2006 : Clean care is
safer Care. World alliance for Patient safety