Anda di halaman 1dari 29

“ SEJARAH FILSAFAT PADA ABAD PERTENGAHAN ”

“Makalah ini di susun dalam rangka memenuhi Tugas kelompok pada Mata Kuliah Filsafat
Umum
Dosen Pengampu : Dr. H. Panca Setyo Prihatin, S.IP., M.Si”

FAKULTAS PSIKOLOGI
PROGRAM STUDI ILMU PSIKOLOGI ( S1 )
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
TA 2023/2024
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 11

Akbar Darmawan Harahap 238110253


Anisa Fatiah 238110243
Ayu Dewi Nurlela 238110021
Dea Ananda 238110276
Dhea Rizkhy Amanda 238110299
Faros Aufa Ridwan 238110267
Febry Anggraini 238110182
Khairani Putri Salsabila 238110147
M. Adhim Zhafran 238110250
Nabilah Azzahra 238110095
Nasya Atikah Humairah 238110226
Pridia Dewitri 238110238
Putri Soleha Alifia 238110006
Riska Rahmadani 238110209
Wahyu Fadilla Perkasa 238110235
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah S.W.T, atas segala kemampuan rahmat dan
karunua-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas Makalah yang berjudul “SEJARAH
FILSAFAT PADA ABAD PERTENGAHAN” ini dengan lancar pada mata kuliah Filsafat
Umum. Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT, serta tak lupa sholawat dan salam
kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW atas petunjuk dan risalah-Nya dan atas doa dan
dorongan dari berbagai pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan tugas makalah
ini.
Kami dapat menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini,
oleh karena itu kami sangat menghargai akan saran dan kritikan untuk membangun makalah ini
lebih baik lagi. Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga melalui makalah ini dapat
memberikan manfaat dan wawasan bagi kita semua.

Pekanbaru, 06 November 2023


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................


DAFTAR ISI ......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................
1.1 Latar Belakang....................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan .................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................
2.1 Sejarah Filsafat Pada Abad Pertengahan.............................................................
2.2 Karakteristik Filsafat Pada Abad Pertengahan ...................................................
2.3 Ciri-Ciri Filsafat Pada Abad Pertengahan ..........................................................
2.4 Perkembangan Filsafat Pada Periode Patristik dan Tokoh Filsafatnya ...............
A. Perkembangan Filsafat Periode Patristik ........................................................
B. Tokoh Filsafat Periode Patristik ......................................................................
2.5 Perkembangan Filsafat Pada Periode Skolastik dan Tokoh Filsafatnya .............
A. Perkembangan Pada Zaman Awal Skolastik dan Tokoh Filsafatnya ..............
B. Perkembangan Pada Zaman Kejayaan Skolastik dan Tokoh Filsafatnya .......
C. Perkembangan Pada Zaman Akhir Skolastik dan Tokoh Filsafatnya .............
2.6 Sumbangan Filsafat Pada Abad Pertengahan Terhadap Ilmu Pengetahuan ........
A. Sumbangan Filsafat Terhadap Ilmu Pengetahuan Pada Zaman Patristik ........
B. Sumbangan Filsafat Terhadap Ilmu Pengetahuan Pada Zaman Skolastik ......
BAB III PENUTUP ...........................................................................................................
3.1 Kesimpulan .........................................................................................................
3.2 Kritik dan Saran ..................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Filsafat pada abad pertengahan terjadi pada kurun waktu yang khas (yaitu kira-kira pada
abad ke-5 hingga awal abad ke-17). Para sejarawan umumnya menentukan tahun 476, yakni
masa berakhirnya Kerajaan Romawi Barat yang berpusat di kota Roma dan munculnya Kerajaan
Romawi Timur yang kelak berpusat di konstantinopel (sekarang Instanbu l), sebagai data awal
aman abad pertengahan dan tahun 1942 (penemuan benua Amerika oleh Columbus) sebagai data
berakhirnya abad ini.
Adapun istilah Abad pertengahan sendiri (yang baru muncul pada abad ke 17)
sesungguhnya hanya berfungsi sebagai nama yang membantu kita untuk memahami zaman ini
sebagai zaman peralihan atau zaman yang berada di tengah antara dua zaman penting yaitu
zaman Yunani kuno dan zaman modern.
“Abad Gelap” merupakan nama lain dari abad pertengahan. Dikatakan demikian karena,
pada masa itu tindakan dari pihak Gereja sangat membelenggu kehidupan manusia terutama para
filosof pada saat itu. Para filosof dibatasi pemikirannya oleh pihak Gereja, agar semua hasil
pemikiran para filosof haruslah sesuai dengan doktrin-doktrin Gereja yang berdasarkan
keyakinan Nasrani. Disinilah yang menjadi persoalannya, karena agama Nasrani itu mengajarkan
bahwa wahyu Tuhanlah yang merupakan kebenaran sejati. Hal ini berbeda dengan pandangan
filosof yang kebanyakan berasal dari Yunani yang mengatakan bahwa kebenaran sejati dapat di
capai oleh kemampuan akal.
Apabila terdapat pemikiran yang bertentangan dengan ajaran Gereja orang yang
mengemukakannya akan mendapatkan hukuman berat. Pihak Gereja melarang diadakannya
penyelidikan berdasarkan rasio terhadap agama. Karena itu, kajian terhadap agama/teologi yang
tidak berdasarkan merupakan larangan keras. Yang berhak melaksanakan penyelidikan terhadap
agama hanyalah pihak Gereja. Walaupun demikian, ada juga yang melanggar larangan tersebut
dan mereka dianggap murtad dan kemudian diadakan pengejaran terhadap orang tersebut.
Pengejaran terhadap orang-orang murtad ini sampai puncaknya pada saat Paus Innocentius III,
dan Negara yang paling berhasil dalam pengejaran orang-orang yang dianggap murtad ini berada
di Spanyol.
Selain agama Nasrani, agama Islam juga mempengaruhi perkembangan filsafat pada abad
pertengahan ini. Pada abad pertengahan, perkembangan filsafat dibagi atas 2 periode yaitu
periode patristic dan periode skolastik yang akan kami bahas dimakalah ini beserta pengaruh
agama Islam dalam perkembangan filsafat pada abad pertengahan ini.
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah perkembangan filsafat pada abad pertengahan?


2. Bagaimana karakteristik filsafat pada abad pertengahan?
3. Bagaimanakah perkembangan filsafat pada periode skolastik dan tokoh filosof yang
berpengaruh pada periode skolastik?
4. Bagaimanakah sumbangan filsafat patristic dan filsafat skolastik terhadap ilmu
pengetahuan?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Agar kita mengetahui karakterisik filsafat pada abad pertengahan.


2. Agar kita mengetahui perkembangan filsafat pada abad pertengahan terkhusus pada
periode patristic serta tokoh filosof yang berpengaruh pada periode patristic.
3. Agar kita mengetahui perkembangan filsafat pada abad pertengahan terkhusus pada
periode skolastik serta tokoh filosof yang berpengaruh pada abad periode skoslatik.
4. Agar kita mengetahui sumbangan filsafat yang berkembang pada periode patristic dan
periode skolastik terhadap ilmu pengetahuan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Filsafat pada abad Pertengahan


Filsafat abad pertengahan adalah filsafat pada era yang dikenal sebagai abad pertengahan,
periode sejarah yang membentang dari jatuhnya Kekaisaran Romawi Barat pada abad ke-5
masehi hingga periode Renaissance pada abad ke-16. Filsafat abad pertengahan, dipahami
sebagai sebuah proyek penyelidikan filosofis yang independen, yang dimulai di Baghdad, di
tengah-tengah abad ke-8, dan di Prancis, dalam masa pemerintahan Charlemagne, pada kuartal
terakhir abad ke-8. Periode ini juga didefinisikan sebagai proses menemukan kembali budaya
kuno yang pernah berkembang pada masa Yunani dan Roma pada periode klasik, dan juga
kebutuhan untuk mengatasi masalah teologis dan untuk mengintegrasikan ajaran suci dengan
pembelajaran sekuler.
Filsafat abad pertengahan lazim disebut filsafat skolastik. Kata tersebut berasal dari kata
schuler yang memiliki arti “ajaran” atau “sekolahan”. Pasalnya, sekolah yang diselenggarakan
oleh Karel Agung mengajarkan apa yang diistilahkannya sebagai artes liberales, meliputi mata
pelajaran gramatika, geometria, arithmatika, astronomia, musika, dan dialektika. Dialektika
sekarang ini disebut dengan logika dan kata skolastik menjadi istilah bagi filsafat abad 9-15 yang
mempunyai corak khusus yaitu filsafat yang dipengaruhi agama.
Secara historis, khazanah pemikiran filsafat Yunani pernah mencapai kejayaan dan hasil
yang gemilang dengan melahirkan peradaban Yunani. Menurut perkembangan sejarah pemikiran
manusia, peradaban Yunani merupakan titik tolak peradaban manusia di dunia. Peradaban Yunani
terus menyebar ke berbagai bangsa, di antaranya ialah bangsa Romawi. Romawi merupakan
kerajaan terbesar di daratan Eropa pada waktu itu. Setelah filsafat Yunani sampai ke daratan
Eropa, di sana mendapatkan lahan baru dalam pertumbuhannya. Karena bersamaan dengan nama
Kristen, sehingga membentuk suatu formulasi baru. Maka muncullah filsafat Eropa yang
sesungguhnya penjelmaan filsafat Yunani setelah berintegrasi dengan agama Kristen.
Telah dibahas di bab sebelumnya, bahwa pada masa pertumbuhan dan pekembangan
filsafat Eropa sekitar kira-kira abad 5 belum memunculkan ahli pikir (filsuf). Tetappi, setelah
abad ke-6 Masehi, barulah mucul para filsuf yang mengadakan penyelidikan fislafat. Jadi
filsafat Eropa yang mengawali kelahiran filsafat Barat abad pertengahan. Muncul anggapan
bahwa filsafat Yunani dan agama Kristen saling berkaitan, padahal agama Kristen dapat
diakatakan relatif masih baru keberadaannya.
Sejarah Filsafat masa Pertengahan/Medieval
1. Filsafat Byzantine (450-1450)
Cendekiawan kerajaan roma timur -Byzantine_ tidak membutuhkan usaha alih bahasa
untuk mengakses warisan pemikiran dari Yunani kuno karena mereka sendiri menggunakan
bahasa yunani. Photius I (810-893) menulis Bibliotheca atau Myriobiblon, yaitu kumpulan
intisari dan ringkasan-ringkasan dari 280 volume buku yang ditulis oleh pemikir pagan dan
kristiani yang telah dibaca oleh Photius I.
Karena akses terhadap teks-teks yunani ini, filsuf Byzantine juga dituduh bersalah
mempraktikkan kegiatan agama Helenistik oleh pihak gereja. Michael Psellus (1018–96), John
Italos (1025–85) and Eustratius of Nicaea (c. 1050–c. 1120) adalah 3 komentator paham
Aristotelian terkenal, dan hanya Michael Psellus yang berhasil menghindari hukuman dari pihak
gereja.
2. Filsafat Latin (800-1100)
Di Eropa latin, pemikiran Filosofis terjadi di biara dan sekolah katedral, dicetuskan oleh
Theodulf of Orleans, Alcuin, dan pelajar-pelajar dari istana kerajaan Charlemagne pada abad ke-
8. Pada rentang abad ini, filsafat latin mendapat penekanan pada analisa linguistik dan logika.
3. Falsafah
Terjemahan-terjemahan teks filsafat yunani kuno mempengaruhi pemikiran filsafat di
timur. Al-Kindi (801-866) adalah seorang polimat yang tertarik pada materi-materi Platonik. Al-
Farabi ( 870-951) menuliskan penjelasan untuk pemikiran Aristoteles, salah satunya ekposisi
diskursif dari On Interpretation yang penuh pemikiran original dalam semantik dan
determinisme. Ibnu Sina (980-1037) seperti para Peripatik Baghdad, mengikuti paham
Aristotelian. Tetapi metode Ibnu Sina dalam memahami teks peninggalan aristoteles berbeda
dengan para Peripatik Baghdad.
4. Kalam
Al Ghazali (1058-1111) Mempelajari Kalam, ilmu filsafat Ibnu sina (Aviscennian
philosophy) dan sufi.
5. Sekolah Paris abad 12
Paris menjadi pusat filosofi pada Eropa Latin di abad 12 karena pihak gereja mendirikan
banyak sekolah yang berkompetisi satu sama lain, sehingga para ahli berkumpul disana dan para
murid berangkat ke paris dari berbagai penjuru Eropa.
6. Spanyol Islam (1050-1200)
a. Solomon Ibn Gabirol (Avicebron) (1021-?)
Avicebron adalah salah satu guru neo-plato yang pertama di eropa. Ia berpendapat bahwa
dunia dibentuk melalui kehendak Tuhan dan benda (matter) ada pada setiap tingkat ciptaan,
bahkan pada makhluk intelektual.

b. Ibnu Thufail (1110-1185)


Penulis Hayy ibn Yaqzan, sebuah novel filsafat dimana karakter utamanya mempelajari
sendiri sistem filosofi yang cocok dengan paham ibnu sina dan ajaran islam melalui rasional dan
observasi.
c. Ibnu Rusyd (Averroes) (1126-1198)
Ibnu Rusyd adalah seorang penganut paham Aristoteles yang memahami falsafah dengan
metode yang sama dengan Peripatik Baghdad, yaitu dengan menganalisa tulisan aristoteles kata-
per kata.
7. University Philosophy (1200)
Sekolah-sekolah yang berdiri di paris berubah menjadi sebuah Universitas pada awal abad
13.
8. Filsafat Latin diluar Universitas (1200-1500)
Pembelajaran Filsafat juga dilakukan di dunia Latin diluar universitas. Salah satu contoh
paling terkenal adalah Divina Commedia (Divine Comedy) Karya Dante Alighieri. Walau tidak
mengenyam pendidikan dari Universitas, Dante memiliki hubungan intelektual dengan pemikir
abad 13 lainnya, seperti Thomas Aquinas dan Albertus Magnus.
9. Filsafat Arab Post-Klasik
Pada filsafat timur post-klasik, teks yang dipakai sebagai titik tolak berganti dari teks-teks
Arisoteles menjadi teks-teks karya Ibnu sina.

2.2 Karakteristik Filsafat Pada Abad Pertengahan


Filsafat pada abad pertengahan memiliki karakteristik yaitu filsafat yang terbentuk
memiliki hubungan yang sangat erat oleh agama Nasrani. Dilihat secara menyeluruh, filsafat
pada abad pertengahan memang merupakan filsafat Kristiani. Para pemikir pada abad ini hamper
semuanya klerus, yakni golongan rohaniwan atau biarawan dalam Gereja Katolik ( misalnya
Uskup, Imam, Pimpinan Biara, Rahib ), minat dan perhatian mereka tercurah seluruhnya pada
ajaran agama Nasrani.
Akan tetapi, jika kita memandang filsafat abad pertengahan semata-mata sebagai filsafat
yang hanya berisi dogma atau anjuran resmi Gereja, itu merupakan kesalahan besar. Sebab, tidak
semua pemikir abad pertengahan memiliki jawaban yang akurat terhadap hubungan antara
pengetahuan yang berdasarkan kemampuan rasio manusia dan iman yang berdasarkan wahyu
Tuhan yang sebagaimana terdapat dari kitab suci agama Nasrani yang selalu menjadi tema
permasalahan dikalangan filosof pada abad pertengahan.

Munculnya berbagai aliran pemikiran yang mengkaji tema tersebut menunjukkan bahwa
pemikir pada abad pertengahan ternyata bisa berargumentasi secara bebas dan mandiri sesuai
dengan keyakinannya. Meskipun, pada kenyataannya tidak jarang para pemikir tersebut harus
berurusan hingga bentrok dengan para penjabat Gereja yang mengganggap hasil pemikiran para
filosof yang mengkaji tema tersebut merupakan suatu bentuk pelanggaran agama karena hasil
pemikiran tersebut tidak sesuai dengan wahyu Tuhan yang terdapat dalam kitab suci agama yang
mereka yakini. Oleh karena itu, kiranya dapat kita katakan bahwa filsafat abad pertengahan
adalah suatu filsafat agama dengan agama Nasrani sebagai basisnya.
Agama Nasrani menjadi problem dalam filsafat. Hal ini dikarenakan, agama Nasrani
mengajarkan bahwa wahyu Tuhanlah yang merupakan kebenaran sejati. Hal ini sangatalah
berbeda dengan pandangan Yunani kuno yang mengatakan bahwa kebenaran sejati dapat dicapai
oleh kemampuan akal. Mereka berpendapat begitu karena pada masa Yunani kuno, para filosof
belum mengetahui atau mengenal akan adanya wahyu dari Tuhan
Mengenai sikap terhadap pemikiran Yunani, para tokoh Gereja mengambil 2 sikap yaitu :
1) Menolak sama sekali pemikiran Yunani, karena pemikiran Yunani merupakan
pemikiran orang kafir karena pemikirannya tidak mengakui akan adanya wahyu.
2) Menerima filsafat Yunani yang mengatakn bahwa manusia itu ciptaan Tuhan
maka kebijaksanaan manusia berarti pula kebuijaksanaan yang datangnya dari
tuhan. Mungkin akal tidak dapat mencapai kebenaran yang sejati. Oleh karena itu,
akal dapat dibantu oleh wahyu.
Secara garis besar, perkembangan filsafat pada abad pertengahan terbagi atas 2 periode yaitu
perkembangan filsafat pada periode patristic ( yaitu periode perkembangan filsafat yang
dipengaruhi oleh bapak atau pengurus Gereja ) dan periode skolastik ( yaitu periode
perkembangan filsafat yang dipengaruhi oleh para pelajar dari lingkungan sekolah-kerajaan,
sekolah-katerdal yang didirikan oleh Raja Karel Agung dan kemudian di pengaruhi oleh para
pelajar dari lingkungan universitas dan ordo-ordo biarawan).

2.3 Ciri-Ciri Filsafat Pada Abad Pertengahan


Filsafat abad pertengahan adalah filsafat pada era yang dikenal sebagai abad pertengahan,
periode sejarah yang berlangsung dari awal abad ke-5 hingga awal Renaissance pada abad ke-13.
Pemikiran filsafat pada masa ini sangat dipengaruhi oleh agama Kristen, di mana filsafat
dilandasi pada agama dan untuk alat pembenaran agama. Beberapa ciri-ciri dari filsafat abad
pertengahan adalah:

- Adanya dominasi agama Kristen dalam filsafat, yang menekankan pada teologi.
- Pemikir filsafat kebanyakan berasal dari komunitas rohaniwan dalam Gereja Katolik, seperti
uskup, imam, dan pimpinan biara.
- Filsafat abad pertengahan disebut juga filsafat divinitas (teologi), yang dicirikan dengan adanya
hubungan erat antara agama Kristen dan filsafat.
- Filsafat abad pertengahan sangat dipengaruhi oleh teologi Kristianitas.

Masalah yang dibahas sepanjang periode ini adalah hubungan iman dengan akal budi,
eksistensi dan kemudahan dari Allah, tujuan dari teologi dan metafisika. Beberapa tokoh terkenal
dalam periode ini adalah Thomas Aquinas, yang tidak pernah menganggap dirinya seorang filsuf,
dan mengkritik para filsuf kerap "tidak bisa menangkap kebenaran kebijaksanaan yang memadai
sebagaimana yang dapat diungkapkan oleh kebenaran Kristianitas".
Sejarah filsafat pada Abad Pertengahan adalah periode yang ditandai oleh pengembangan
dan transformasi pemikiran filsafat di dunia Eropa dan sekitarnya, terutama antara abad ke-5
hingga abad ke-15 Masehi. Berikut adalah gambaran umum tentang sejarah filsafat pada Abad
Pertengahan:
1. Awal Abad Pertengahan (Awal hingga Abad ke-8): Pada awal Abad Pertengahan, filsafat
sangat dipengaruhi oleh agama Kristen. Karya-karya Santo Agustinus dari Hippo sangat
berpengaruh, dan filsafat lebih berfokus pada masalah-masalah teologis dan etika.
2. Pengaruh Boethius (Abad ke-6): Boethius, seorang filosof dan teolog Kristen, memainkan
peran penting dalam memperkenalkan pemikiran Aristoteles dan Neoplatonisme ke dunia Latin
melalui terjemahan karyanya.
3. Zaman Karolus yang Agung (Abad ke-8): Di bawah pemerintahan Karolus yang Agung,
pendidikan dan studi filsafat diberikan perhatian besar. Aliran filsafat yang disebut "skolastik"
mulai berkembang.
4. Pemikiran Anselm dari Canterbury (Abad ke-11): Anselm adalah salah satu tokoh terkemuka
dalam periode ini, terkenal dengan argumen ontologisnya untuk eksistensi Allah.
5. Pengaruh Filsafat Islam (Abad ke-12): Karya-karya pemikir Muslim seperti Al-Farabi,
Avicenna (Ibnu Sina), dan Averroes (Ibnu Rusyd) diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan
mempengaruhi pemikiran filosofis di Eropa.
6. Karya-karya Thomas Aquinas (Abad ke-13): Thomas Aquinas adalah salah satu sarjana
skolastik paling terkenal. Ia mencoba untuk menyatukan pemikiran Aristoteles dengan ajaran
agama Kristen dan mengembangkan teologi yang kuat dalam karyanya "Summa Theologica."

7. Kontroversi tentang Nominalisme (Abad ke-14): Kontroversi antara realisme dan nominalisme
menjadi salah satu perdebatan terbesar pada periode ini. William dari Ockham, seorang
nominalis terkemuka, berperan penting dalam perdebatan ini.
8. Akhir Abad Pertengahan (Abad ke-14 hingga 15): Periode ini ditandai oleh berkembangnya
universitas-universitas di seluruh Eropa, yang menjadi pusat kajian ilmiah dan filsafat. Pemikiran
manusia dan hubungan antara agama dan nalar menjadi fokus perdebatan intelektual.
Sejarah filsafat pada Abad Pertengahan mencerminkan berbagai pengaruh, perdebatan, dan
perkembangan pemikiran intelektual dalam konteks agama Kristen, warisan Aristoteles dan
Neoplatonisme, serta interaksi dengan pemikiran Islam. Itu juga membentuk dasar bagi
perkembangan pemikiran modern di kemudian hari.

2.4 Perkembangan Filsafat Pada Periode Patristik dan Tokoh Filsafatnya


A. Perkembangan Filsafat Periode Patristik
Patristik berasal dari bahasa latin yaitu patres (bentuk jamak dari pater) yang berarti
Bapak-bapak. “Bapak” yang dimaksud disini yaitu “Bapak” yang berada dalam lingkungan
Gereja. “Bapak” yang mengacu pada pujangga Nasrani, mencari jalan menuju teologi Nasrani
melalui peletakan dasar intelektual untuk agama Kristen. Didunia Barat agama Khatolik mulai
tersebar dengan ajarannya tentang Tuhan, manusia, dunia, dan etikanya. Untuk mempertahankan
dan menyebarkannya maka mereka menggunakan filsafat Yunani dan memperkembangkannya
lebih lanjut, terkhusus mengenai soal-soal yang berhubungan dengan manusia, kepribadian,
kesusilaan, dan sifat-sifat Tuhan.
Periode ini ditandai dengan berperannya “Bapak” Gereja (patristik) yang dimulai
dengan tampilnya Apologet dan para pengarang Gereja. Para Apologet memiliki tugas utama
yaitu menjawab berbagai persoalan dan keberatan mengenai ajaran-ajaran iman Gereja terhadap
berbagai ajaran atau paham-paham filosofis yang mengancam ajaran keimanan yang benar.
Sedangkan, para pengarang Gereja adalah orang-orang yang menulis buku dan karanan-karangan
tentang berbagai ajaran Gereja secara meyeluruh dan mendalam dibandigkan dengan tulisan-
tulisan pada abad sbelumnya.
Kemudian, tampil juga para pujangga Gereja yang membaktikan jasa mereka bagi
Gereja dan ajaran Nasrani. Athanasius, Gregorius dan Naziasa, Basilius, Gregorius dari Nyssa,
dan Sirilus dari Alexandria adalah para pujangga Gereja yang mengikuti tradisi Yunani dan
menggunakan bahasa Yunani, sedangkan Ambrosius dan Augustinus termasuk pujangga Gereja
yang menggunakan tradisi Latin dan menggunakan bahasa Latin dalam penulisan syair
pujangganya.

B. Tokoh Filsafat Periode Patristik


a) Plotinus (204-270)
Plotinus adalah filosof pertama yang mengajukan teori penciptaan alam semesta. Ia
mengajukan teori emanasi yang terkenal. Teori ini diikuti oleh banyak filosof Islam. Teori itu
merupakan jawaban terhadap pertanyaan Thales kira-kira delapan abad sebelumnya, apa bahan
alam semesta ini. Plotinus menjawab, bahannya Tuhan. Filsafat Plotinus kebanyakan bernapas
mistik, bahkan tujuan filsafat menurut pendapatnya adalah mencapai pemahaman mistik.
Permulaan abad pertengahan barangkali dapat dikatakan dimulai sejak Plotinus. Karena
pengaruh agama Kristen kelihatannya sangat besar filsafatnya berwatak spiritual. Secara umum
ajaran plotinus di sebut Plotinisme atau neoplatonisme. Jadi, ajaran plotinus tentulah berkaitan
erat dengan ajaran PLATO. Pengaruhya jelas sangat besar, pengaruh itu ada pada teologi kristen,
juga pada renaissance. Kosmologi Plotinus cukup tinggi, terutama dalam kedalaman
spekulasinya dan daya imajinasinya.
Dalam berbagai hal Plotinus memang bersandar pada doktrin-doktrin Plato. Sama dengan
Plato, ia menganut realitas idea. Pada Plato idea itu umum, artinya setiap jenis objek hanya ada
satu idenya. Pada Plotinus idea itu partikular, sama dengan dunia partikular. Perbedaan mereka
yang pokok ialah pada titik tekan ajaran mereka masing-masing. Sistem metafisika Plotinus di
tandai dengan konsep transendens. Menurut pendapatnya dalam pikiran terdapat tiga realitas :
The One, The Mind, The Soul.
The One ( Yang Esa ) adalah Tuhan dalam pandangan philo, yaitu suatu realitas yang tidak
mungkin dapat di pahami melalui metode sains dan logika. Ia berada di luar eksistensi, diluar
segala nilai. Yang Esa itu adalah puncak semua yang ada. Ia itu cahaya di atas cahaya. Kita tidak
mungkin mengetahui esensinya, kita hanya mengetahui bahwa ia itu pokok atau prinsip yang
berada di belakang akal dan jiwa. Ia adalah pencipta semua yang ada. Mereka merasa memiliki
pengetahuan keilahian juga tidak akan dapat merumuskan apa Ia itu sebenarnya.
The Mind ( Nous ) adalah gambaran tentang Yang Esa dan di dalamnya mengandung ide-
ide Plato. Ide-ide itu merupakan bentuk asli objek-objek. Kandungan Nouns adalah benar-benar
kesatuan. Untuk menghayatinya kita harus melaui perenungan.
The Soul (psykhe) merupakan arsitek dari semua fenomena yang ada di alam, soul itu
mengandung satu jiwa dunia dan banyak dunia kecil. Jiwa dunia dapat dilihat dalam dua aspek,
ia adalah energi di belakang dunia, dan pada waktu yang sama ia adalah bentuk-bentuk alam
semesta. Jiwa manusia juga mempunyai dua aspek, yang pertama intelek yang tunduk pada
reinkarnasi, dan yang kedua adalah irasional.

Tentang ilmu Plotinus menganggap sains lebih rendah dari metafisika, metafisika lebih
rendah dari pada keimanan. Surga lebih berarti dari pada bumi, sebab syurga itu tempat
peristirahatan jiwa yang mulia. Bintang- bintang adalah tempat tinggal dewa-dewa. Ia juga
mengakui adanya hantu-hantu yang bertempat diantara bumi dan bintang-bintang. Semua ini
memperlihatkan rendahnya mutu sains Plotinus. Plotinus dapat dikatakan sebagai musuh
naturalisme. Ia membedakan dengan tegas tubuh dan jiwa, jiwa bagi Plotinus tidak dapat
diterjemahkan ke dalam ukuran-ukuran badaniah, fakta alam harus dipahami sesuai dengan
spiritualnya. Tujuan filsafat Plotinus ialah terciptanya kebersatuan dengan Tuhan. Caranya ialah
pertama-tama dengan mengenal alam melalui alat indra, dengan ini kita mengenal keagungan
Tuhan, kemudian kita menuju jiwa dunia, setelah itu menuju jiwa ilahi. Jadi perenuangan itu
dimulai dari perenungan tentang alam menuju jiwa ilahi, objeknya dari yang jamak kemudian
kepada Yang Satu. Dalam perenungan terakhir itu terjadi keintiman, tidak terpisah lagi antara
yang merenung dengan yang direnungkan.

b) Origenes (185-254) dan Klemes dari Alexandria (150-251)


Origenes dan Klemes merupakan seorang sarjana yang luar biasa besarnya di Mazhab
Alexndria. Dalam menafsirkan Alkitab, Mazhab Alexandria menjunjung tinggi keterangan
alegoris (berdasarkan kiasan- kiasan) yang dalam kalangan Yahudi sudah lebih terdahulu
dipraktekkan oleh Philo dari Alexandria. Dalam teologinya, pemikiran Mazhab Alexandria
terlebih Oregenes tidak selalu sesuai dengan ajaran Gereja yang resmi. Mungkin karena
pengaruh Plato, Origenes beranggapan bahwa setelah beberapa kali mengalami perpindahan
jiwa, semua makhluk (termasuk setan) akan diselamatkan. Tetapi pada umumnya dapat
dikatakan bahwa mereka sangat berjasa dalam membuka jalan untuk filsafat teologi Nasrani

c) Augustinus ( 354-430 )
Augustinus lahir di Tagasta, Numidia (sekarang Algeria) pada tanggal 13 November 354.
Ayahnya Patricius adalah seorang penjabat kekaisaran Romawi, yang tetap kafir hingga pada
kematiannya 370. Ibunya Monica (Monnica), adalah penganut agama Nasrani yang amat taat.
Tatkala berumur 11 tahun ia dikirim kesekolah Madaurus. Dilingkungan sekolah inilah yang
mempengaruhi kehidupan moral dan agama Augustinus. Pada tahun 369-370 Augustinus
menghabiskan waktunya dirumah sebagai pengangguran, tetapi suatu bacaan tentang Cicero
pada buku milik Hortensius, telah membimbingnya ke ilmu filsafat. Pada tahun 388, ia
mengabdikan seluruh dirinya kepada Tuhan dan melayani para pengikut-pengikutnya, kemudian
ia menjual seluruh warisan dan uang hasil penjualannya tersebut dikasihkan kepada fakir miskin.
Pada tahun 395- 396, ia diangkat menjadi seorang Uskup di Hippo. Tahun terakhir hidupnya
adalah tahun-tahun perperangan bagi imperium Romawi. Pada tanggal 28 Agustus tahun 430 M
ia meninggal dunia dalam kesucian dan kemiskinan yang memang sudah lama dijalaninya.

Augustinus mempunyai tempat tersendiri dalam sejarah filsafat. Mungkin penamaan abad
Augustinus ( The Age of Augustinus ) seperti yang telah ditulis oleh Mayer dalam bukunya
disebabkan oleh Augustinus telah meletakkan dasar-dasar bagi pemikiran abad pertengahan yang
mengadaptasikan platonisme dengan ide-ide Nasrani. Ia tanpa ragu-ragu mengakui Plato sebagai
filsuf yang terbesar. Augustinus memberikan formulasi yang sistematis tentang filsafat Nasrani,
suatu filsafat yang dominan terhadap dua agama Nasrani yaitu Khatolik dan Protestan.
Perubahan keyakinan pada dirinya menghasilkan perubahan yang menyeluruh dalam pandangan
intelektualnya. Alih-alih akal dan pemikirian kritis ditanggapinya sebagai suatu keimanan,
sedangkan alih-alih manusia dan kemampuannya di tanggapinya sebagai kedaulatan Tuhan.
Filsafat Augustinus merupakan sumber atau reformasi filsafat yang dianut oleh agama
Protestan khususnya kepada Luther, Zwingli dan Calvin. Kutukannya kepada seks, pujiannya
kepada kehidupan pertapa, pandagannya tentang dosa asal, semuanya ini merupakan faktor yang
memberikan kondisi untuk wujud pandangan-pandangan abad pertengahan. Filsafatnya tentang
sejarah berpengaruh terhadap gerakan- gerakan agama dan pada pemikiran sekular. Dalam
pertarungan berbagai ideologi politik sekarang, ada kesamaan dalam keabsolutan, dalam
dogmatisme dan juga fanatisme. Paham teosentris Augustinus menghasilkan suatu revousi dalam
pemikian orang barat. Anggapannya yang meremehkan kepentingan duniawi, kebenciannya
terhadap teori-teori kealaman, imannya kepada Tuhan tetap merupakan bagian peradaban
modern. Sejak zaman Augustinuslah orang barat lebih memilih sifat introspektif.
Ajaran Augustinus dapat dikatakan berpusat pada dua pool yakni Tuhan dan manusia.
Akan tetapi, dapat dikatakan pula bahwa seluruh ajaran Augustinus berpusat pada Tuhan.
Kesimpualn ini diambil karena ia mengatakan bahwa ia hanya ingin mengenal Tuhan dan Roh,
tidak lebih dari itu. Ia yakin bahwa pemikiran dapat mengenal kebenaran, karena itu ia menolak
skeptisisme. Ia mengatakan bahwa setiap pengertian tentang kemungkinan pasti mengandung
kesungguhan. Ia sependapat dengan Plotinus yang mengatakan bahwa Tuhan itu adalah diatas
segala jenis. Sifat Tuhan yang paling penting ialah kekal, bijaksana, maha kuasa, tidak terbatas,
maha tahu, maha sempurna dan tidak dapat diubah. Tuhan itu kuno tetapi baru, Tuhan adalah
suatu kebenaran abadi.
Augustinus menulis banyak karangan. Yang termasyur ialah Confession (pengakuan-
pengakuan), dimana ia mengisahkan riwayat hidupnya berupa berdoa kepada Tuhan. Karya yang
lainnya yaitu De Civitate Dei (perihal negara Allah) ia mengemukakan pendapatnya sebagai
teolog dan filsuf Kristen tentang perkembangan sejarah umat manusia. Akan tetapi, Karya
Augustinus yang paling berpengaruh adalah The City of God. Karya itu muncul oleh adanya
perampasan Roma oleh pasukan Alarik. Kejadian ini memiliki konsekuensi yang besar. Banyak
orang Roma menganggap bahwa perampasan itu terjadi karena ketidak patuhan orang-orang
Roma kepada dewa-dewa lama dan penerimaan mereka terhadap agama Nasrani. Mereka juga
ragu apakah tindakan yang salah dengan memilih agama Nasrani. Hal ini dikarenakan,
banyaknya yang memilih agama Nasrani kemudian melakukan praktek kafir, sebagian yang lain
menjadi ragu karena merasa Tuhan yang mereka sembah tidak mempunyai kekuatan atas alam
semesta ini. Untuk menjawab masalah itu Augustinus menulis The City of God. Buku yang berisi
tidak hanya penolakan atas keraguan yang tersebar saat itu, tetapi juga mengtengahkan suatu
sejarah filsafat yang sistematis yang menarik perhatian orang-orang pada Abad Kedua puluh
sekarang
Dibawah ini, kami menyinggung beberapa pokok pemikiran Augustinus yang memiliki
peranan dalam ilmus filsafat yaitu:
 Ajaran tentang iluminasi.
Augustinus berkeyakinan bahwa keptisisme tidak tahan uji. Jika saya menyangsikan
segala sesuatu, tidak dapat disangsikan bahwa saya sangsikan. Memang ada kebenaran-
kebenaran yang teguh. Rasio insani dapat mencapai kebenaran-kebenaran yang tak terubahkan.
Menurut Augustinus, hal itu hanya mungkin karena kita mengambil bagian dalam Rasio Ilahi.
Dalam Rasio Ilahi terdapat “kebenaran-kebenaran yang abadi”: kebenaran-kebanaran yang
mutlak dan tak terubahkan. Rasio Ilahi itu menerangi rasio insani. Allah adalah guru batiniah
yang bertempat tinggal dalam batin kita dan menerangi roh manusiawi dengan kebenaran- Nya.
Itulah, pendirian Augustinus yang biasanya disebut ajaran iluminas atau penerangan.
 Dunia Jasmani.
Dunia jasmani mengalami perkembangan terus-menerus, tetapi seluruh perkembangan
itu tergantung pada Allah. Mula-mula Allah menciptakan suatu materi yang tidak mempunyai
bentuk tertentu, tetapi didalamnya terdapat “rationes seminales” (benih-benih). Maksudnya ialah
prinsip-prinsip aktif darimana berkembang semua makhluk jasmani. Dengan teori ini Augustinus
berpikir dapat memecahkan beberapa kesulitan tentang penciptaan yang timbul jika membaca
Alkitab.
 Manusia.
Dalam pemikirannya tentang manusia, Agustus dipengaruhi oleh pendapat
Plato/Platonisme. Ia menerima dualisme ekstrem Plato tentang manusia (jiwa yang terkurung
dalam tubuh), tetapi tidak dapat disangkal bahwa ia masih menganut semacam dualisme,
misalnya bila ia melukiskan jiwa sebagai substansi yang menggunakan tubuh. Tetapi, tubuh (dan
materi) tidak merupakan sumber kejahatan. Satu-satunya kejahatan ialah dosa yang berasal dari
kehendak bebas, lagi hukuman untuk dosa. Augustinus tidak pernah mengatasi tentang keragu-
raguan tentang masalah asal-usul jiwa manusia. Satu kali berkecenderungan kepada fikiran
bahwa jiwa langsung diciptakan oleh Tuhan pada saat kosepsi. Lain kali ia mengatakan bahwa
jiwa anak berasal dari jiwa orang tuanya, sebagaimana telah dikatakan oleh Tertullianus. Dengan
pendapat terakhir ini menjadi lebih gampang untuk mengartikan adanya dosa awal, yaitu
bersama dengan jiwa dosa diturunkan juga.

2.5 Perkembangan Filsafat Pada Periode Skolastik dan Tokoh Filsafatnya


Istilah skolastik berasal dari bahasa Latin yaitu “scolasticus” yang berarti murid, suatu
gerakan filsafat dan keagamaan yang berupaya mengadakan sintesa antara akal budi manusia
dengan keimanan. Atau menerapkan metafisika Yunani kedalam keyakina Nasrani. Metode yang
digunakan ialah disputatio, yaitu membandingkan argumentasi diantara yang pro dan
kontra.Dengan demikian, kata “skolastik” menunjuk kepada suatu periode di Abad Pertengahan
ketika banyak sekolah didirikan dan banyak pengajar ulung bermunculan. Namun, dalam arti
yang lebih khusus, kata “skolastik” menunjuk kepada suatu metode tertentu, yakni “metode
skolastik”.Dengan metode ini, berbagai masalah dan pertanyaan diuji secara tajam dan rasional,
ditentukan pro-contra-nya untuk kemudian ditemukan pemecahannya. Tuntutan kemasuk akalan
dan pengkajian yang teliti dan kritis atas pengetahuan yang diwariskan merupakan ciri filsafat
Skolastik.
Terdapat beberapa pengertian dari corak khas skolastik, sebagai berikut:
a. Filsafat skolastik adalah filsafat yang mempunyai corak semata-mata agama.
b. Filsafat skolastik adalah filsafat yang mengabdi pada teologi atau filsafat yang rasional
memecahkan persoalan-persoalan mengenai berpikir, sifat yang ada, kejasmanian, dan perbedaan
sikap yang baik dan buruk.
c. Filsafat skolastik adalah suatu sistem filsafat yang termasuk jajaran pengetahuan alam kodrat,
akan dimasukan kedalam bentuk sintesis yang lebih tinggi antara kepercayaan dan akal.
d. Filsafat skolastik adalah filsafat Nasrani karena bannyak dipengaruhi oleh ajaran gereja.
Secara garis besar pekembangan filsafat pada periode skolastik terbagi
atas 3 zaman yaitu:
 ( A ) Perkembangan Pada Zaman Awal Skolastik dan Tokoh Filsafatnya
Zaman ini merupakan zaman permulaan lahirnya zaman skolastik yang diakibatkan karena
beberapa faktor yaitu faktor religius dan faktor ilmu pengetahuan. Sejak abad ke-5 sampai abad
ke-8 M, pemikiran filsafat Patristik mulai merosot, terlebih lagi pada abad ke-6 dan ke-7 yang
dikatakan sebagai abad kacau. Hal ini disebabkan pada saat itu terjadi penyerangan yang
dilakukan oleh bangsa-bangsa barbar yang mengakibatkan runtuhnya kekaisaran Romawi,
beserta peradabannya yang telah dibangun selama berabad-abad.
Sejak pemerintahan Karel Agung (742-814), keadaan mulai pulih. Kegiatan intelektual
mulai bersemi kembali. Ilmu pengetahuan, Kesenian, dan filsafatpun mendapat angin baru. Peran
utama pada mulanya di mainkan oleh biara-biara tua di Galia selatan, tempat pengungsian ketika
terjadi perpindahan bangsa-bangsa. Masa skolastik mencapai puncak kejayaan pada abad XIII.
Di masa ini filsafat masih dikaitkan dengan teologi. Tetapi sudah menemukan tingkat
kemandirian tertentu. Hal ini disebabkan karena Raja Karel Yang Agung mendirikan sekolah-
kerajaan dan sekolah-katerdal yang membahas serta menyebarluaskan karya-karya filsafat
Yunani ke daerh-daerah yang lain terkhusus pada lingkungan universitas dan ordo-ordo Yunani.
 Tokoh Filsafat pada zaman Skolastik Awal

 Boethius (480-524 )
Nama lengkapnya adalah Anicius Manlius Severinus Boethius, dia adalah seorang filsuf
Romawi. Ia lahir di kota Roma sekitar tahun 480. Boethius pernah menjabat sebagai seorang
penjabat tinggi dibawah pemerintahan Kaisar Theodorik dan ia dituduh sebagai pengkhianat lalu
dibuang ke tempat pengasingan. Akhirnya, Boethius dihukum mati pada tahun 525 pada usianya
yang ke 44 tahun. Dia mendapat hukuman mati dengan tuduhan dia dianggap mengadakan
komplotan.
Jasa Boethius adalah menterjemahkan logika aristoteles kedalam bahasa latin dan menulis
beberapa traktat logika aristoteles.Ia adalah seorang guru logika pada abad pertengahan dan
mengarang beberapa traktat teologi yang dipelajari sepanjang abad pertengahan. Pemikiran
Boethius memiliki pengaruh penting terhadap filsafat pada akhir era Filsafat Klasik dan juga
awal masa Abad Pertengahan. Selain itu, terjemahan dan komentar Boethius terhadap karya-
karya Aristotels juga amat memengaruhi seluruh sejarah filsafat setelahnya. Karya Boethius yang
paling terkenal berjudul De consolatione philosophiae (Tentang Penghiburan dari Filsafat) yang
ditulis sewaktu ia dalam pembuangan. Isi karya tersebut adalah refleksi terhadap hakikat
kebahagiaan manusia, serta mengenai masalah kejahatan. Selain itu, karya itu juga
mendiskusikan tema-tema seperti takdir, kesempatan, kehendak bebas manusia, dan sebagainya.
 Anselmus (1033-1109)
Anselmus lahir di keluarga bangsawan di Aosta, Burgundi, yang dikenal sekarang dengan
nama daerah Italia Utara. Nama aslinya adalah Anselmo d’Aosta. Ayahnya, bernama Gundulf de
Candia, sedangkan ibunya bernama Ermenbega of Geneva. Seluruh kehidupan Anselmus
dipenuhi oleh kepatuhannya terhadap Gereja.
Anselmus menjadi Uskup Agung (archbishop) di Canterbury dari tahun 1903 hingga
meninggal. Dalam dirinya mengalir arus mistisime, dan iman merupakan masalah utamanya
baginya. Ada 3 karya yang dibuat oleh Anselmus yaitu monologium yang berisi berbicara pada
diri sendiri sebagai wujud berbicara pada Tuhan (solilokui), Proslogium yang berisi tentang dalil-
dalil adanya Tuhan (discourse), dan Cur Deus Homo yang berisi ajarannya tentang tobat dan
petunjuk-petunjuk mengenai penyelamatan melalui kristus.
Anselmus terkenal dengan pernyataannya yang mengatakan bahwa credon ut intelligam
(saya peracaya supaya saya yakin). Maksudnya ialah bahwa melalui kepercayaan Nasrani orang
dapat mencapai pengertian lebih mendalam tentang Allah, manusia dan dunia. Berhubungan erat
dengan pendirian ini, dalam karyanya yang berjudul Proslogion ia memberikan bukti untuk
adanya Allah yang menjadi masyhur dalam sejarah filsafat. Adapun bukti yang diberikan
Anselmus yaitu:

 Kita semua setuju bahwa dengan nama “Allah” dimaksudkan hal yang tidak dapat
dipikirkan lebih besar lagi (id quo nihil maius cogitari potest). Dengan perkataan lain,
dengan nama “Allah” kita memaksudkan hal yang lebih besar dari segala hal lain yang
dapat dipikirkan.
 Nah, tidak mungkin bahwa hal yang tidak dapat dipikirkan lebih besar lagi, hanya berada
dalam pemikiran saja. Karena, hal yang berada dalam pemikiran saja bukanlah hal yang
terbesar yang dapat dipikirkan, sebab lebih besar lagi ialah berada dalam kenyataan.
 Harus disimpulkan bahwa Allah bukan saja berada dalam pemikiran, tetapi juga dalam
kenyataan. Jadi, Allah sugguh-sungguh ada.

 Peter Abaelardus (1079-1142)


Peter Abelardus lahir di Pallet (Palais), tidak jauh dari Nantes, Perancis, pada tahun 1079.
Dia adalah anak tertua dari rumah Breton mulia. Nama aslinya adalah Pierre de Palais. Nama
Abaelardus (juga ditulis Abailardus, Abaielardus, Abelard,dan dalam berbagai cara lain)
dikatakan korupsi dari Habelardus, kemudian diganti oleh dirinya sendiri untuk nama panggilan
Bajolardus yang ditunjukkan untuknya saat menjadi siswa. Peter Abelardus adalah seorang filsuf
dan teolog yang terkenal pada Abad Pertengahan. Ia dipandang sebagai pendiri skolastisisme
bersama dengan Anselmus dari Canterbury. Dan Peter Ablardus meninggal pada tanggal 21 April
1142.Salah satu pemikiran Abelardus yang terkenal di bidang etika adalah tentang kemurnian
sikap batin. Disamping itu dia juga berfikir bahwa peranan akal dapat menundukan iman, iman
harus mau didahului oleh akal. Berfikir itu berada di luar iman. (di luar kepercayan). Oleh sebab
itu berfikir merupakan sesuatu yang berdiri sendiri. Peter Ablardus menberikan status yang tinggi
kepada penalaran dari pada iman

 ( B ) Perkembangan Pada Zaman Kejayaan Skolastik dan Tokoh Filsafatnya


Perkembangan filsafat pada zaman ini meningkat sangat draktis. Hal ini didorong oleh
beberapa faktor yaitu:
1) Adanya pengaruh Aristoteles, Ibn Rusyd, Ibn Sina, sejak abad ke-12 sampai abad ke-13
telah tumbuh menjadi ilmu pengetahuan yang luas.
2) Tahun 1200 didirikan Universitas Almamater di Prancis. Ini merupakan gabungan dari
beberapa sekolah. Almamater inilah yang menjadi awal berdirinya universitas di Paris,
Oxford, Mont Pellier, Cambridge, dan lain-lain.
3) Berdirinya ordo-ordo. Ordo inilah yang muncul karena banyaknya perhatian orang
terhadap ilmu pengetahuan sehingga menimbulkan dorongan yang kuat untuk
memberikan suasana yang semarak pada abad ke-13. Hal ini akan berpengaruh terhadap
kehidupan kerohanian dimana kebanyakan tokoh-tokohnya memegang peran di bidang
filsafat dan teologi, seperti Albertus De Grote, Thomas Aquinas, Binaventura, J.D Scotus,
William Ocham.
4) Sejumlah karya filsafat yang sampai pada saat itu belum dikenal dalamdunia barat,
ditemukan dan mulai digunakan dalam pengajaran filsafat.

 Tokoh Filsafat Pada Zaman Kejayaan Skolastik

 Yohanes Duns Scotus (1266-1308)


Yohanes Duns Scotus adalah seorang Skot dari ordo Fransiskan. Ia belajar di Cambridge,
Oxford dan Paris yang kemudian menjabat menjadi guru besar di Paris. Tulisan-tulisannya sukar
dimengerti, karena gaya bahasanya yang singkat. Ia adalah seorang ahli piker yang tajam, yang
menyusun pembuktian-pembuktiannya dengan ketajaman yang mencolok dan mengupas
argumentasi lawannya sampai habis. Ia bermaksud mempertahankan tradisi ordo Fransiskan
yang berjiwa Augustinis-Neoplatonis. Duns Scotus berpendapat, bahwa ada hubungan yang
selaras antara iman dan pengetahuan. Menurut Duns Scotus nisbah antara teologia dan filsafat
bahwa keduanya adalah dua ilmu yang berdampingan, yang masing- masing memiliki pangkal
keberangkatan serta metodenya sendiri-sendiri.
Hal ini disebabkan karena filsafat adalah ilmu yang teoritis, sedang teologia adalah ilmu
yang praktis. Menurut Duns Scotus, kehendak adalah lebih penting daripada akal. Sebab
kehendaklah yang menentukan, sedang akal hanya dapat mengemukakan bermacam-macam
kemungkinan kepada kehendak, agar bisa ditentukan yang mana yang harus dilakukan. Menurut
Duns Scotus tentang Allah bahwa pada Allah akal dan kehendak adalah satu, sedemikian rupa
sehingga keduanya tidak dapat dipisah-pisahkan.

 Albertus Magnus. (1205-1280)


Albertus Magnus atau Alebrtus Agung, lahir di Lauingen (Jerman). Ia lahir dengan nama
Albertus Von Bollstadt yang juga dikenal sebgai doktor universitas dan doktor magnus,
kemudian bernama Albertus Magnus (Albert the Great). Ia mempunyai kepandaian luar biasa. Di
universitas Padua ia belajar artes liberales, belajar teologi di Bulogna, dan masuk ordo
Dominican tahun 1223 M. Dari tahun 1240-1248 ia mengajar dalam universitas Paris dan selama
3 tahun terakhir (1245-1248) Thomas Aquinas merupakan salah satu murid yang diajarnya. Pada
tahun 1248 ia ke Koln (Jerman) untuk mendirikan suatu “studium generale” bagi ordo
Dominikan. Thomas mengikuti gurunya ke Koln dan belajar disana sampai studinya selesai pada
tahu 1252. Pada tahun 1254 Albertus menjadi pimpinan ordo Dominikan di wilayah Jerman dan
akhirnya ia diangkat menjadi Uskup.
Yang terpenting dalam sejarah ilmu filsafat yaitu karangan Albertus yang berisi komentar
Albertus terhadap karya-karya Aristoteles. Ia memberi suatu komentar tidak secara harafiah
seperti yang dilakukan oleh Ibn Rushd dan muridnya yaitu Thomas Aquinas. Komentar Albertus
bermuatkan komentar yang berupa parafrase, artinya ia menyingkirkan fikiran-fikiran
Aristoteles, menambahkan unsur-unsur neoplatonisme atau filsafat Arab-Yahudi dan merasa
perlu untuk menghidangkan juga pendapatnya sendiri.
Selain karangan Albertus diatas, ia juga membicarakan ilmu pengetahuan alam. Ia sangat
mementingkan metode eksperimental dalam ilmu pengetahuan alam. Ia sendiri mengadakan
penelitian dalam bidang mineralogi, botani, zoologi, ilmu bumi, astronomi, dan lain-lain.

 Thomas Aquinas (1225-1274)


Thomas Aquinas merupakan theolog skolastik yang terbesar. Ia adalah murid Albertus
Magnus. Albertus mengajarkan kepadanya filsafat Aristoteles sehingga ia sangat mahir dalam
filsafat itu.Pandangan-pandangan filsafat Aristoteles diselaraskannya dengan pandangan-
pandangan Alkitab. Ialah yang sangat berhasil menyelaraskan keduanya sehingga Filsafat
Aristoteles tidak menjadi unsur yang berbahaya bagi iman Kristen.
Aquinus mengajarkan bahwa Allah sebagai “ada yang tak terbatas” (ipsum esse
subsistens). Allah adalah “dzat yang tertinggi”, yang mempunyai keadaan yang paling tinggi.
Allah adalah penggerak yang tidak bergerak. Tampak sekali pengaruh filsafat Aristoteles dalam
pandangannya. Dunia ini dan hidup manusia terbagi atas dua tingkat, yaitu tingkat adikodrati dan
kodrati, tingkat atas dan bawah. Tingkat bawah (kodrati) hanya dapat dipahami dengan
mempergunakan akal.Hidup kodrati ini kurang sempurna dan ia bisa menjadi sempurna kalau
disempurnakan oleh hidup rahmat (adikodrati). “Tabiat kodrati bukan ditiadakan, melainkan
disempurnakan oleh rahmat,” demikian kata Thomas Aquinas.
Ketika Aquinas meninggal dunia pada usia 49 tahun ( tanggal 7 maret 1274), ia
meninggalkan banyak karya tulisan. Suatu edisi modern yang mengumpulkan semua karyanya,
terdapat 34 jilid yang telah ditulis oleh Aquinas. Aquinas memulai karier teologisnya dengan
mengomentari buku “Sententiae”, karangan Petrus Lombardus. Karya Aquinas yang sangat
terkenal yaitu Summa contra Gentiles (ikhtisar melawan orang-orang kiafir) dan Summa
Theologiae (ikhtisar teologi) yang berisi suatu uraian sistematis tentang teologi.
Dari sudut pandang filsafat, Aquinas mengikuti jejak gurunya yaitu mengomentari karya-
karya Aristoteles. Akan tetapi, cara yang digunakan oleh Aquinas yaitu menggunakan suatu
komentar harafiah, mengikuti cara yang dilakukan oleh Ibn Rushd, hal ini berbeda dengan cara
yang digunakan oleh gurunya yang menggunakan suatu komentar parafrase.
Thomas Aquinas merupakan tokoh filsafat yang menggunakan seluruh tradisi filosofis dan
teologi. Hal ini dibuktikan dengan sumber yang digunakan oleh Aquinas sendiri dalam penulisan
karyanya yang mana Aquinas tidak hanya menggunakan 1 sumber yaitu dari karya Aristoteles
melainkan menggunakan banyak sumber yakni karangan- karangan neoplatonistis, Augustinus,
Boethius, karangan-karangan Arab (terutama karangan Ibn Sina dan Ibn Rushd) dan kaya-karya
Yunani (Miaimonides) yang digarapnya sendiri dan menganggap sumber-sumber tersebut
sebagai sumber inspirasinya untuk menjadikan suatu sintesa tang benar-benar patut di kagumi.
Adapun pokok filosofyang dianggap penting dari Aquinas yaitu :

1) Penciptaan, Aquinas memiliki pendirian yang menyatakan bahwa segala sesuatu yang
diciptakan mengambil bagian dalam adanya Allah. Ia menyatakan pula bahwa Allah sama
sekali bebas dalam dunia. Allah menjadikan ciptaan-ciptaan dari ketiadaan (ex nihilo).
Dengan hal itu, Aquinas menekankan 2 hal yang penting tentang penciptaan ini yaitu:
 Dunia tidak diadakan dari semacam bahan dasar. Ciptaan-ciptaan menurut adanya
tergantung pada Allah, bukan menurut pada salah satu aspek saja.
 Penciptaan tidak terbatas pada satu saat saja. Tidak boleh dibayangkan bahwa
dunia pada satu saat tertentu diciptakan Tuhan dan kemudian sudah tidak lagi
bergantung pada-Nya. Pada tiap-tiap saat ciptaan tergantung dari Allah. Jadi,
harus dikatakan bahwa penciptaan tetap berlangsung terus.
2) Pengenalan mengenai Allah, Aquinas mengakui kemampuan rasio insani untuk mengenal
adanya Allah. Akan tetapi, Aquinas menolak pendapat Anselmus akan pembuktian
adanya Allah yang telah dipaparkan sebelumnya. Dalam bukunya Summa Teologiae,
Aquinas memberi lima bukti untuk adanya Allah yang disebutnya jalan lima (quinque
viae). Bukti yang paling terkenal yaitu pembuktian pertamanya yang berusaha
memperbaiki suatu bukti yang sudah terdapat dalam karangan Aristoteles. Bukti yang
pertama ini bertitik tolak dari adanya gerak atau perubahan dalam dunia jasmani. Dalam
gerak atau perubahan mesti mempunyai sebabnya. Tetapi, dengan mencari sebabnya kita
tidak dapat terus sampai tak terhingga. Dari sebab itu kita mesti menerima suatu
penyebab pertama yang tidak disebabkan atau suatu penggerak yang tidak digerakkan.
Penyebab pertama atau penggerak itu adalah Allah itu sendiri.
3) Manusia, Aquinas membahas tentang manusia dengan cara menyempurnakan ajarn
Aristotele. Ia sangat menekankan kesatuan manusia. Manusia adalah satu substansi saja.
Oleh karena itu, jiwa manusia bukan merupakan suatu subtansi lengkap seperti yang
dikatakan oleh Plato. Jiwa adalah bentuk yang menjiwai materi, yaitu badan. Tetapi jiwa
melakukan aktivitas yang melebihi badani belaka, yaitu berfikir dan berkehendak. Karena
aktivitasnya bersifat rohani maka jiwa harus bersifat rohani juga. Maka dari itu setelah
manusia mati jiwa hidup terus. Dengan demikian Aquinas mempertahankan kebakaan
jiwa. Tetapi ia mengakui pula bahwa jiwa sesudah kematian hidup terus sebagaibentuk,
tetap terarah kepada badan.
 ( C ) Perkembangan Pada Zaman Akhir Skolastik dan Tokoh Filsafatnya
Pada zaman ini filsafat mengalami penurunan yang signifikan, hal ini ditandai dengan
adanya rasa jenuh terhadap segala macam pemikiran filsafat yang menjadi kiblatnya, sehingga
memperlihatkan stagnasi atau kemandengan Penurunan perkembangan filsafat ini di sebabkan
karena adanya beberapa faktor pendorongnya yaitu:

 Timbulnya kejenuhan terhadap segala macam pemikiran filsafat. Awal berakhirnya


perkembangan filsafat pada periode skolastik ini dimulai pada abad ke-14, dimana timbul
banyak kejenuhan terhadap segala macam pemikiran filsafat yang kontruktif. Hal tersebut
terjadi karena para ahli pemikiran menampakkan gejala pembekuan yang
memperlihatkan stagnasi (kebosanan) pemikiran filsafat Skolatik Nasrani.
 Munculnya beberapa kelompok diantaranya adalah aliran Thomisme, Scotisme, Via
Antiqua (jalan kuno) dan Via moderna (jalan modern). Aliran Via Antiqua merupakan
kelompok yang lebih kecil dan lebih lemah dimana mereka adalah pengikut dari
Augustinus dan Albertus Agung yang tidak memiliki pemikiran baru artinya asli.
Berbanding terbalik deangan aliran via moderna yang menolak pemikiran metafisis yang
kontruktif. Selain itu aliran via moderna lebih memperhatikan kepada hal-hal yang ilmiah
dan positif, bukan kepada persoalan-persoalan filsafati. Oleh karena itu dibidang teologia
yang diperhatikan adalah persoalan gerejani dan politik yang konkrit. William Dari
Ockham adalah tokoh yang memulai aliran via moderna.
 Pada tahap akhir masa skolastik terdapat filosof yang berbeda pandangan dengan Thomas
Aquinas, yaitu William Occam (1285-1349). Tulisan- tulisannya menyerang kekuasaan
gereja dan teologi Kristen. Karenanya, ia tidak begitu disukai dan kemudian dipenjarakan
oleh Paus. Namun, ia berhasil meloloskan diri dan meminta suaka politik kepada Kaisar
Louis IV, sehingga ia terlibat konflik berkepanjangan dengan gereja dan negara. William
Occam merasa membela agama dengan menceraikan ilmu dari teologi.Tuhan harus
diterima atas dasar keimanan, bukan dengan pembuktian, karena kepercayaan teologis
tidak dapat didemonstrasikan.

 Tokoh Filsafat pada zaman Skolastik Akhir


Tokoh yang terkenal pada masa ini adalah Nicolous Cusanus (1401-1464) berasal dari
Cues, sebuah dusun yang berdekatan dengan kota Trier di Jerman Dari filsafatnya ia
beranggapan bahwa Allah adalah obyek sentral bagi intuisi manusia. Karena menurutnya dengan
intuisi manusia dapat mencapai yang terhingga, obyek tertinggi filsafat, dimana tidak ada hal-hal
yang berlawanan. Dalam diri Allah semua hal yang berlawanan mencapai kesatuan. Semua
makhluk berhingga berasal dari Allah pencipta, dan segalanyaakan kembali pula pada pencipta-
Nya
Nicolous Cusanus membedakan 3 macam pengenalan. Panca indera menghasilkan
pengenalan yang kurang sempurna sifatnya. Rasio membentuk konsep-konsep atas dasar
pengenalan inderawi dan aktivitasnya sama seklai dikuasai oleh prinsip-prinsip non kontradiksi
(tidak mungkin bahwa sesuatu ada dan serentak tidak ada). Tetapi pengenalan rasional tidak
lebih dari suatu dugaan saja. Dengan rasio kita hanya secara kasar mencapai realitas. Disini
pengetahuan yang paling tinggi yaitu kita mengakui bahwa kita tidak mengetahui apa-apa.
Tetapi, disamping pengenalan rasio dan panca indera, terdapat pengenalan secara intuisi. Dengan
intuisi, manusia dapat mencapai yang tak terhingga, obyek filsafat, dimana tidak ada hal-hal
yangberlawanan dan akibatnya prinsip non-kontradiksi tidak berlaku pada pengenalan ini.
Semua makhluk berhigga berasal dari Allah pencipta. Dan segalanya yang ada akan
kembali pula kepada penciptanya. Disinilah filsafat dari Nicolous Cusanus menjadi teologi,
karena selaku penganut agama Nasrani ia menganggap bahwa Yesus Kristus sebagai titik pusat
alam semesta. Kembalinya segala sesuatu kepada Allah berlangsung melalui Kristus.

2.6 Sumbangan Filsafat Pada Abad Pertengahan Terhadap Ilmu Pengetahuan

A. Sumbangan Filsafat Terhadap Ilmu Pengetahuan Pada Zaman Patristik


Pada abad pertengahan ini khususnya pada periode patristik, perkembangan ilmu mencapai
kemajuan yang pesat. Hal ini didorong karena dengan penerjemah karya filsafat Yunani klasik ke
bahasa Latin, juga penejeremahan kembali karya para filsuf Yunani oleh bangsa Arab ke bahasa
Latin. Karangan para filsuf Islam menjadi sumber terpenting dalam penerjemahan buku, baik
buku keilmuan maupun filsafat.
Pada masa ini perkembangan ilmu pengetahuan terfokus pada sekolah-sekolah terutama
pada sekolah-sekolah yang didirikan oleh Raja Charlemagne (Charles I). Sekolah yang didirikan
Raja Charles ini, diajar oleh guru yang berasal dari Italia, Inggris, dan Irlandia yang direktur
sendiri oleh Raja Charles, serta menggunakan sistem pendidikan yang dibagi atas 3 tingkat yaitu:
 Tingkat pertama yakni pengajaran dasar (diwajibkan bagi calon penjabat agama dan
terbuka juga bagi umum).
 Tingkat kedua yakni pengajaran 7 ilmu bebas (liberal art) yang di bagi menjadi bagian
yaitu: trivium (gramatika, retorika, dan dialektika) dan quadrivium ( aritmatika, geometri,
astronomi, dan musik)
 Tingkatan ketiga yakni pengajaran buku-buku suci.
Masa abad pertengahan adalah masa pembentukan kebudayaan Barat dengan ciri khas
ajaran Masehi (filsafat skolastik) yang diwarnai oleh perkembangan peradaban Nasrani.
Peradaban Nasrani menjadi dasar bagi kebudayaan masa modern. Peninggalan kebudayaan abad
pertengahan dapat dilihat dari karya seni musik, bangunan bercorak gothik sebagai bentuk
pemujaan terhadap Gereja.
Setelah berakhirnya zaman sejarah filsafat barat kuno dengan ditutupnya akademia Plato
pada tahun 529 oleh Kaisar Justinianus, karangan-karangan peninggalan “Bapak” Gereja
sangatlah penting buat ilmu pengetahuan di masa setelah periode ini. Oleh karena itu,
peninggalan “Bapak” Gereja ini disimpan dengan baik dan diwariskan kepada biara-biara yang
ada pada zaman itu hingga beratus-ratus tahun lamanya. Bahkan, Karangan-karangan “Bapak”
Gereja ini praktis menjadi pusat intelektual betkat kemahiran para biarawan dalam membaca,
menulis dan menyalin karangan-karangan tersebut ke dalam bahasa Yunani-Latin serta
tersedianya fasilitas perpustakaan.

B. Sumbangan Filsafat Terhadap Ilmu Pengetahuan Pada Zaman Skolastik

 Sumbangan Zaman Skolastik awal.


Sumbangan pada zaman skolastik awal yaitu adanya perkembangan di Eropa mengalami
kemajuaan yang luar biasa terutama pada ilmu pengetahuan. Hal ini dikarenakan, berdirinya
universitas-universitas dan perserikatan-perserikatan biarawan yang ikut serta menyelenggarakan
ilmu,berhubung pada masa itu ilmu yang ditinggalkan dari para pemikir dalam bentuk suatu
karangan filsafat, jadi filsafatpun menerima perhatian yangsangat besar dari pemikiran para
tokoh yang hidup pada zaman ini.Diantaranya, universitas di Eropa dan Oxford. Universitas-
universitas ini merupakan sumber dan pusat ilmu serta kebudayaan termasuk ilmu sains.
 Sumbangan Zaman Kejayaan Skolastik.
Abad ke-13 menjadi abad kejayaan bagi zaman Skolastik. Ada beberapa faktor yang
memberi sumbangan yang berguna bagi kejayaan skolastik. Beberapa faktornya yaitu:
 Pertama, mulai dari abad ke-12 ada hubungan-hubungan baru dengan dunia pemikiran
Yunani dan dunia pemikiran arab, yaitu dengan peradaban Yunani dari Italia selatan,
Sisilia dan dengan kerajaan bizantiu di satu pihak, dan dengan peradaban arab yang
berada di Spanyol dilain pihak. Dari karangan-karangan “Bapak” Gereja, orang-orang
Arab dan Yahudi Eropa barat makin mengenal karya-karya Aristoteles, yang kemudian
orang Arab dan Yahudi tersebut menulisnya kedalam bukunya dengan bahasa yang
mudah dipahami saat itu.
 Kedua, munculnya universitas-universitas. Di Eropa Barat muncul sekolah-sekolah
karena perkembangan semakin maju ada sekolah-sekolah yang membentuk persekutuan
antara dosen dan mahasiswa dari satu jurusan sehingga keduanya mewujudkan suatu
kesatuan yang menyeluruh. Kesatuan ini disebut universitas Magistrorum et Scolarum
(keseluruhan yang meliputi guru-guru dan mahasiswa). Diuniversitas ini para mahasiswa
diajar oleh para maha guru yang intelktual dari semua negara Eropa Barat. Karya-karya
filsafat yang diterbitkan pada abad pertengahan, hampir semua mempunyai hubungan
dengan pengajaran yang terdapat di universitas ini.
 Ketiga, yang membantu kejayaan skolastik yaitu munculnya ordo-ordo baru, seperti ordo
Fransiskan dan ordo Dominikan yaitu ordo yang hadir dalam mempraktekkan strategi
pastoral yang sesuai dengan perubahan sosial pada masa itu.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas kita dapat menarik kesimpulan yaitu sebagai berikut:
1. Filsafat pada abad pertengahan merupakan filsafat yang terbentuk dengan memiliki hubungan
yang sangat erat dengan agama Nasrani. Hal ini dikarenakan pengaruh agama Nasrani pada abad
pertengahan sangatlah kuat dan sangat membelenggu kehidupan manusia. Akan tetapi, bukan
berarti filsafat saat itu sebagai filsafat yanghanya berisi dogma atau ajaran resmi Gereja. Akan
tetapi, lebih tepatnya jika kita mengatakan bahwa filsafat pada saat itu merupakan filsafat teologi
yang berisi tentang Tuhan yang agama Nasrani sebagai basisnya.
2. Filsafat pada abad pertengahan terbagi atas dua periode yaitu periode patristik dan periode
skolastik.
3. Patristik berasal bahasa Latin patres yang berarti “Bapak”. “Bapak” yang dimaksud ini yaitu
“Bapak” yang berada dalam lingkungan Gereja yang mengacu pada para pujangga Nasrani, yang
mencari jalan menuju teologi Nasrani, melalui peletakan dasar intelektual untuk agama Nasrani.
4. Skolatik berasal dari bahasa lLatin yaitu Scolasticus yang berarti murid, yang merupakan
suatu pergerakan filsafat dan keagamaan yang berupaya mengadakan sintesa antara akal budi
manusia dengan keimanan. Secara garis besar periode skolastik terbagi atas 3 zaman yaitu:
zaman skolastik awal yaitu awal mulainya periode skolastik dengan ditandainya pendirian
sekolah-kerajaan dan sekolah-katerdal oleh Raja Karel yang Agung, zaman kejayaan skolastik
yang ditandai dengan penemuannya filsafat-filsafat terdahulu, dan zaman akhir skolastik yang
ditandai dengan adanya kejenuhan terhadap pemikiran filsafat.
5. Tokoh-tokoh dari periode patristik yaitu:
Plotinus (204-270), Origenes (185-254) dan Klemes dari Alexandria (150-251), dan Augustinus
(354-430).
6. Tokoh-tokoh pada periode skolastik yaitu:
a. pada zaman awal skolastik:
Boethius (480-524), Anselmus (1033-1109), dan Peter Abaelardus(1079-1142).
b. Pada zaman kejayaan skolastik:
Yohanes Duns Scotus (1266-1308), Albertus Magnus (1205-1280), dan Thomas Aquinas (1225-
1274)
c. Pada zaman akhir skolastik:
Nicolous Cusanus (1401-1464).
7. Sumbangan filsafat pada peiode patristik yatu dengan adanya penerjemahan karya filsafat dari
bahasa Yunani ke bahasa Latin pada periode ini, mengakibatkan ilmu pengetahuan semakin
berkembang pesat, terutama pada sekolah-sekolah yang didirikan oleh Raja Charles I.
8. Sumbangan filsafat pada periode skolastik yaitu:
a. Pada zaman awal skolastik:
Pada awal skolastik yang paling merasakan sumbangan filsafat yaitu pada bangsa Eropa. Hal ini
dikarenakan, berdirinya universitas-universitas dan persyerikatan-persyerikatan biarawan di
Eropa yang ikut serta dalam menyelenggarakan ilmu, berhubung pada masa itu peninggalan ilmu
dari pemikir terdahulu dalam bentuk karangan filsafat, sehingga filsafat memberi manfaat yang
sangat besar dalam perkembangan ilmu di Eropa dan karena itu juga filsafapun menerima
perhatian yang sangat besar dari pemikir-pemikir atau tokoh-tokoh filsafat yang hidup pada
zaman ini.
b. Pada zaman kejayaan skolastik yaitu:
Pada zaman ini karya-karya Aristoteles semakin terkenal. Hal ini dipemudah karena karya-karya
Aristoteles tersebut ditulis oleh orang-orang Arab dan Yahudi ke dalam bahasa yang mudah
dipahami. Selain itu, dibangunnya universitas-universitas dan ordo-ordo kebiarawan yang
mempelajari filsafat-filsafat juga memberi pengaruh dalam kejayaan masa skolastik ini.

3.2 Kritik dan Saran


Demikian makalah ini penulis buat, semoga dapat bermanfaat dan menambah wawasan
para pembaca. Penulis mohon maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam penulisan kata dan
kalimat yang kurang jelas, kurang dimengerti dan lugas, tentunya banyak kekurangan dan
kelemahan karena terbatasnya materi dan referensi yang kami peroleh. Penulis juga sangat
mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
diterima dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

ka
l

Anda mungkin juga menyukai