PSIKOLOGI
PSIKOLOGI
“Makalah ini di susun dalam rangka memenuhi Tugas kelompok pada Mata Kuliah Filsafat
Umum
Dosen Pengampu : Dr. H. Panca Setyo Prihatin, S.IP., M.Si”
FAKULTAS PSIKOLOGI
PROGRAM STUDI ILMU PSIKOLOGI ( S1 )
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
TA 2023/2024
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 11
Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah S.W.T, atas segala kemampuan rahmat dan
karunua-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas Makalah yang berjudul “SEJARAH
FILSAFAT PADA ABAD PERTENGAHAN” ini dengan lancar pada mata kuliah Filsafat
Umum. Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT, serta tak lupa sholawat dan salam
kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW atas petunjuk dan risalah-Nya dan atas doa dan
dorongan dari berbagai pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan tugas makalah
ini.
Kami dapat menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini,
oleh karena itu kami sangat menghargai akan saran dan kritikan untuk membangun makalah ini
lebih baik lagi. Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga melalui makalah ini dapat
memberikan manfaat dan wawasan bagi kita semua.
Munculnya berbagai aliran pemikiran yang mengkaji tema tersebut menunjukkan bahwa
pemikir pada abad pertengahan ternyata bisa berargumentasi secara bebas dan mandiri sesuai
dengan keyakinannya. Meskipun, pada kenyataannya tidak jarang para pemikir tersebut harus
berurusan hingga bentrok dengan para penjabat Gereja yang mengganggap hasil pemikiran para
filosof yang mengkaji tema tersebut merupakan suatu bentuk pelanggaran agama karena hasil
pemikiran tersebut tidak sesuai dengan wahyu Tuhan yang terdapat dalam kitab suci agama yang
mereka yakini. Oleh karena itu, kiranya dapat kita katakan bahwa filsafat abad pertengahan
adalah suatu filsafat agama dengan agama Nasrani sebagai basisnya.
Agama Nasrani menjadi problem dalam filsafat. Hal ini dikarenakan, agama Nasrani
mengajarkan bahwa wahyu Tuhanlah yang merupakan kebenaran sejati. Hal ini sangatalah
berbeda dengan pandangan Yunani kuno yang mengatakan bahwa kebenaran sejati dapat dicapai
oleh kemampuan akal. Mereka berpendapat begitu karena pada masa Yunani kuno, para filosof
belum mengetahui atau mengenal akan adanya wahyu dari Tuhan
Mengenai sikap terhadap pemikiran Yunani, para tokoh Gereja mengambil 2 sikap yaitu :
1) Menolak sama sekali pemikiran Yunani, karena pemikiran Yunani merupakan
pemikiran orang kafir karena pemikirannya tidak mengakui akan adanya wahyu.
2) Menerima filsafat Yunani yang mengatakn bahwa manusia itu ciptaan Tuhan
maka kebijaksanaan manusia berarti pula kebuijaksanaan yang datangnya dari
tuhan. Mungkin akal tidak dapat mencapai kebenaran yang sejati. Oleh karena itu,
akal dapat dibantu oleh wahyu.
Secara garis besar, perkembangan filsafat pada abad pertengahan terbagi atas 2 periode yaitu
perkembangan filsafat pada periode patristic ( yaitu periode perkembangan filsafat yang
dipengaruhi oleh bapak atau pengurus Gereja ) dan periode skolastik ( yaitu periode
perkembangan filsafat yang dipengaruhi oleh para pelajar dari lingkungan sekolah-kerajaan,
sekolah-katerdal yang didirikan oleh Raja Karel Agung dan kemudian di pengaruhi oleh para
pelajar dari lingkungan universitas dan ordo-ordo biarawan).
- Adanya dominasi agama Kristen dalam filsafat, yang menekankan pada teologi.
- Pemikir filsafat kebanyakan berasal dari komunitas rohaniwan dalam Gereja Katolik, seperti
uskup, imam, dan pimpinan biara.
- Filsafat abad pertengahan disebut juga filsafat divinitas (teologi), yang dicirikan dengan adanya
hubungan erat antara agama Kristen dan filsafat.
- Filsafat abad pertengahan sangat dipengaruhi oleh teologi Kristianitas.
Masalah yang dibahas sepanjang periode ini adalah hubungan iman dengan akal budi,
eksistensi dan kemudahan dari Allah, tujuan dari teologi dan metafisika. Beberapa tokoh terkenal
dalam periode ini adalah Thomas Aquinas, yang tidak pernah menganggap dirinya seorang filsuf,
dan mengkritik para filsuf kerap "tidak bisa menangkap kebenaran kebijaksanaan yang memadai
sebagaimana yang dapat diungkapkan oleh kebenaran Kristianitas".
Sejarah filsafat pada Abad Pertengahan adalah periode yang ditandai oleh pengembangan
dan transformasi pemikiran filsafat di dunia Eropa dan sekitarnya, terutama antara abad ke-5
hingga abad ke-15 Masehi. Berikut adalah gambaran umum tentang sejarah filsafat pada Abad
Pertengahan:
1. Awal Abad Pertengahan (Awal hingga Abad ke-8): Pada awal Abad Pertengahan, filsafat
sangat dipengaruhi oleh agama Kristen. Karya-karya Santo Agustinus dari Hippo sangat
berpengaruh, dan filsafat lebih berfokus pada masalah-masalah teologis dan etika.
2. Pengaruh Boethius (Abad ke-6): Boethius, seorang filosof dan teolog Kristen, memainkan
peran penting dalam memperkenalkan pemikiran Aristoteles dan Neoplatonisme ke dunia Latin
melalui terjemahan karyanya.
3. Zaman Karolus yang Agung (Abad ke-8): Di bawah pemerintahan Karolus yang Agung,
pendidikan dan studi filsafat diberikan perhatian besar. Aliran filsafat yang disebut "skolastik"
mulai berkembang.
4. Pemikiran Anselm dari Canterbury (Abad ke-11): Anselm adalah salah satu tokoh terkemuka
dalam periode ini, terkenal dengan argumen ontologisnya untuk eksistensi Allah.
5. Pengaruh Filsafat Islam (Abad ke-12): Karya-karya pemikir Muslim seperti Al-Farabi,
Avicenna (Ibnu Sina), dan Averroes (Ibnu Rusyd) diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan
mempengaruhi pemikiran filosofis di Eropa.
6. Karya-karya Thomas Aquinas (Abad ke-13): Thomas Aquinas adalah salah satu sarjana
skolastik paling terkenal. Ia mencoba untuk menyatukan pemikiran Aristoteles dengan ajaran
agama Kristen dan mengembangkan teologi yang kuat dalam karyanya "Summa Theologica."
7. Kontroversi tentang Nominalisme (Abad ke-14): Kontroversi antara realisme dan nominalisme
menjadi salah satu perdebatan terbesar pada periode ini. William dari Ockham, seorang
nominalis terkemuka, berperan penting dalam perdebatan ini.
8. Akhir Abad Pertengahan (Abad ke-14 hingga 15): Periode ini ditandai oleh berkembangnya
universitas-universitas di seluruh Eropa, yang menjadi pusat kajian ilmiah dan filsafat. Pemikiran
manusia dan hubungan antara agama dan nalar menjadi fokus perdebatan intelektual.
Sejarah filsafat pada Abad Pertengahan mencerminkan berbagai pengaruh, perdebatan, dan
perkembangan pemikiran intelektual dalam konteks agama Kristen, warisan Aristoteles dan
Neoplatonisme, serta interaksi dengan pemikiran Islam. Itu juga membentuk dasar bagi
perkembangan pemikiran modern di kemudian hari.
Tentang ilmu Plotinus menganggap sains lebih rendah dari metafisika, metafisika lebih
rendah dari pada keimanan. Surga lebih berarti dari pada bumi, sebab syurga itu tempat
peristirahatan jiwa yang mulia. Bintang- bintang adalah tempat tinggal dewa-dewa. Ia juga
mengakui adanya hantu-hantu yang bertempat diantara bumi dan bintang-bintang. Semua ini
memperlihatkan rendahnya mutu sains Plotinus. Plotinus dapat dikatakan sebagai musuh
naturalisme. Ia membedakan dengan tegas tubuh dan jiwa, jiwa bagi Plotinus tidak dapat
diterjemahkan ke dalam ukuran-ukuran badaniah, fakta alam harus dipahami sesuai dengan
spiritualnya. Tujuan filsafat Plotinus ialah terciptanya kebersatuan dengan Tuhan. Caranya ialah
pertama-tama dengan mengenal alam melalui alat indra, dengan ini kita mengenal keagungan
Tuhan, kemudian kita menuju jiwa dunia, setelah itu menuju jiwa ilahi. Jadi perenuangan itu
dimulai dari perenungan tentang alam menuju jiwa ilahi, objeknya dari yang jamak kemudian
kepada Yang Satu. Dalam perenungan terakhir itu terjadi keintiman, tidak terpisah lagi antara
yang merenung dengan yang direnungkan.
c) Augustinus ( 354-430 )
Augustinus lahir di Tagasta, Numidia (sekarang Algeria) pada tanggal 13 November 354.
Ayahnya Patricius adalah seorang penjabat kekaisaran Romawi, yang tetap kafir hingga pada
kematiannya 370. Ibunya Monica (Monnica), adalah penganut agama Nasrani yang amat taat.
Tatkala berumur 11 tahun ia dikirim kesekolah Madaurus. Dilingkungan sekolah inilah yang
mempengaruhi kehidupan moral dan agama Augustinus. Pada tahun 369-370 Augustinus
menghabiskan waktunya dirumah sebagai pengangguran, tetapi suatu bacaan tentang Cicero
pada buku milik Hortensius, telah membimbingnya ke ilmu filsafat. Pada tahun 388, ia
mengabdikan seluruh dirinya kepada Tuhan dan melayani para pengikut-pengikutnya, kemudian
ia menjual seluruh warisan dan uang hasil penjualannya tersebut dikasihkan kepada fakir miskin.
Pada tahun 395- 396, ia diangkat menjadi seorang Uskup di Hippo. Tahun terakhir hidupnya
adalah tahun-tahun perperangan bagi imperium Romawi. Pada tanggal 28 Agustus tahun 430 M
ia meninggal dunia dalam kesucian dan kemiskinan yang memang sudah lama dijalaninya.
Augustinus mempunyai tempat tersendiri dalam sejarah filsafat. Mungkin penamaan abad
Augustinus ( The Age of Augustinus ) seperti yang telah ditulis oleh Mayer dalam bukunya
disebabkan oleh Augustinus telah meletakkan dasar-dasar bagi pemikiran abad pertengahan yang
mengadaptasikan platonisme dengan ide-ide Nasrani. Ia tanpa ragu-ragu mengakui Plato sebagai
filsuf yang terbesar. Augustinus memberikan formulasi yang sistematis tentang filsafat Nasrani,
suatu filsafat yang dominan terhadap dua agama Nasrani yaitu Khatolik dan Protestan.
Perubahan keyakinan pada dirinya menghasilkan perubahan yang menyeluruh dalam pandangan
intelektualnya. Alih-alih akal dan pemikirian kritis ditanggapinya sebagai suatu keimanan,
sedangkan alih-alih manusia dan kemampuannya di tanggapinya sebagai kedaulatan Tuhan.
Filsafat Augustinus merupakan sumber atau reformasi filsafat yang dianut oleh agama
Protestan khususnya kepada Luther, Zwingli dan Calvin. Kutukannya kepada seks, pujiannya
kepada kehidupan pertapa, pandagannya tentang dosa asal, semuanya ini merupakan faktor yang
memberikan kondisi untuk wujud pandangan-pandangan abad pertengahan. Filsafatnya tentang
sejarah berpengaruh terhadap gerakan- gerakan agama dan pada pemikiran sekular. Dalam
pertarungan berbagai ideologi politik sekarang, ada kesamaan dalam keabsolutan, dalam
dogmatisme dan juga fanatisme. Paham teosentris Augustinus menghasilkan suatu revousi dalam
pemikian orang barat. Anggapannya yang meremehkan kepentingan duniawi, kebenciannya
terhadap teori-teori kealaman, imannya kepada Tuhan tetap merupakan bagian peradaban
modern. Sejak zaman Augustinuslah orang barat lebih memilih sifat introspektif.
Ajaran Augustinus dapat dikatakan berpusat pada dua pool yakni Tuhan dan manusia.
Akan tetapi, dapat dikatakan pula bahwa seluruh ajaran Augustinus berpusat pada Tuhan.
Kesimpualn ini diambil karena ia mengatakan bahwa ia hanya ingin mengenal Tuhan dan Roh,
tidak lebih dari itu. Ia yakin bahwa pemikiran dapat mengenal kebenaran, karena itu ia menolak
skeptisisme. Ia mengatakan bahwa setiap pengertian tentang kemungkinan pasti mengandung
kesungguhan. Ia sependapat dengan Plotinus yang mengatakan bahwa Tuhan itu adalah diatas
segala jenis. Sifat Tuhan yang paling penting ialah kekal, bijaksana, maha kuasa, tidak terbatas,
maha tahu, maha sempurna dan tidak dapat diubah. Tuhan itu kuno tetapi baru, Tuhan adalah
suatu kebenaran abadi.
Augustinus menulis banyak karangan. Yang termasyur ialah Confession (pengakuan-
pengakuan), dimana ia mengisahkan riwayat hidupnya berupa berdoa kepada Tuhan. Karya yang
lainnya yaitu De Civitate Dei (perihal negara Allah) ia mengemukakan pendapatnya sebagai
teolog dan filsuf Kristen tentang perkembangan sejarah umat manusia. Akan tetapi, Karya
Augustinus yang paling berpengaruh adalah The City of God. Karya itu muncul oleh adanya
perampasan Roma oleh pasukan Alarik. Kejadian ini memiliki konsekuensi yang besar. Banyak
orang Roma menganggap bahwa perampasan itu terjadi karena ketidak patuhan orang-orang
Roma kepada dewa-dewa lama dan penerimaan mereka terhadap agama Nasrani. Mereka juga
ragu apakah tindakan yang salah dengan memilih agama Nasrani. Hal ini dikarenakan,
banyaknya yang memilih agama Nasrani kemudian melakukan praktek kafir, sebagian yang lain
menjadi ragu karena merasa Tuhan yang mereka sembah tidak mempunyai kekuatan atas alam
semesta ini. Untuk menjawab masalah itu Augustinus menulis The City of God. Buku yang berisi
tidak hanya penolakan atas keraguan yang tersebar saat itu, tetapi juga mengtengahkan suatu
sejarah filsafat yang sistematis yang menarik perhatian orang-orang pada Abad Kedua puluh
sekarang
Dibawah ini, kami menyinggung beberapa pokok pemikiran Augustinus yang memiliki
peranan dalam ilmus filsafat yaitu:
Ajaran tentang iluminasi.
Augustinus berkeyakinan bahwa keptisisme tidak tahan uji. Jika saya menyangsikan
segala sesuatu, tidak dapat disangsikan bahwa saya sangsikan. Memang ada kebenaran-
kebenaran yang teguh. Rasio insani dapat mencapai kebenaran-kebenaran yang tak terubahkan.
Menurut Augustinus, hal itu hanya mungkin karena kita mengambil bagian dalam Rasio Ilahi.
Dalam Rasio Ilahi terdapat “kebenaran-kebenaran yang abadi”: kebenaran-kebanaran yang
mutlak dan tak terubahkan. Rasio Ilahi itu menerangi rasio insani. Allah adalah guru batiniah
yang bertempat tinggal dalam batin kita dan menerangi roh manusiawi dengan kebenaran- Nya.
Itulah, pendirian Augustinus yang biasanya disebut ajaran iluminas atau penerangan.
Dunia Jasmani.
Dunia jasmani mengalami perkembangan terus-menerus, tetapi seluruh perkembangan
itu tergantung pada Allah. Mula-mula Allah menciptakan suatu materi yang tidak mempunyai
bentuk tertentu, tetapi didalamnya terdapat “rationes seminales” (benih-benih). Maksudnya ialah
prinsip-prinsip aktif darimana berkembang semua makhluk jasmani. Dengan teori ini Augustinus
berpikir dapat memecahkan beberapa kesulitan tentang penciptaan yang timbul jika membaca
Alkitab.
Manusia.
Dalam pemikirannya tentang manusia, Agustus dipengaruhi oleh pendapat
Plato/Platonisme. Ia menerima dualisme ekstrem Plato tentang manusia (jiwa yang terkurung
dalam tubuh), tetapi tidak dapat disangkal bahwa ia masih menganut semacam dualisme,
misalnya bila ia melukiskan jiwa sebagai substansi yang menggunakan tubuh. Tetapi, tubuh (dan
materi) tidak merupakan sumber kejahatan. Satu-satunya kejahatan ialah dosa yang berasal dari
kehendak bebas, lagi hukuman untuk dosa. Augustinus tidak pernah mengatasi tentang keragu-
raguan tentang masalah asal-usul jiwa manusia. Satu kali berkecenderungan kepada fikiran
bahwa jiwa langsung diciptakan oleh Tuhan pada saat kosepsi. Lain kali ia mengatakan bahwa
jiwa anak berasal dari jiwa orang tuanya, sebagaimana telah dikatakan oleh Tertullianus. Dengan
pendapat terakhir ini menjadi lebih gampang untuk mengartikan adanya dosa awal, yaitu
bersama dengan jiwa dosa diturunkan juga.
Boethius (480-524 )
Nama lengkapnya adalah Anicius Manlius Severinus Boethius, dia adalah seorang filsuf
Romawi. Ia lahir di kota Roma sekitar tahun 480. Boethius pernah menjabat sebagai seorang
penjabat tinggi dibawah pemerintahan Kaisar Theodorik dan ia dituduh sebagai pengkhianat lalu
dibuang ke tempat pengasingan. Akhirnya, Boethius dihukum mati pada tahun 525 pada usianya
yang ke 44 tahun. Dia mendapat hukuman mati dengan tuduhan dia dianggap mengadakan
komplotan.
Jasa Boethius adalah menterjemahkan logika aristoteles kedalam bahasa latin dan menulis
beberapa traktat logika aristoteles.Ia adalah seorang guru logika pada abad pertengahan dan
mengarang beberapa traktat teologi yang dipelajari sepanjang abad pertengahan. Pemikiran
Boethius memiliki pengaruh penting terhadap filsafat pada akhir era Filsafat Klasik dan juga
awal masa Abad Pertengahan. Selain itu, terjemahan dan komentar Boethius terhadap karya-
karya Aristotels juga amat memengaruhi seluruh sejarah filsafat setelahnya. Karya Boethius yang
paling terkenal berjudul De consolatione philosophiae (Tentang Penghiburan dari Filsafat) yang
ditulis sewaktu ia dalam pembuangan. Isi karya tersebut adalah refleksi terhadap hakikat
kebahagiaan manusia, serta mengenai masalah kejahatan. Selain itu, karya itu juga
mendiskusikan tema-tema seperti takdir, kesempatan, kehendak bebas manusia, dan sebagainya.
Anselmus (1033-1109)
Anselmus lahir di keluarga bangsawan di Aosta, Burgundi, yang dikenal sekarang dengan
nama daerah Italia Utara. Nama aslinya adalah Anselmo d’Aosta. Ayahnya, bernama Gundulf de
Candia, sedangkan ibunya bernama Ermenbega of Geneva. Seluruh kehidupan Anselmus
dipenuhi oleh kepatuhannya terhadap Gereja.
Anselmus menjadi Uskup Agung (archbishop) di Canterbury dari tahun 1903 hingga
meninggal. Dalam dirinya mengalir arus mistisime, dan iman merupakan masalah utamanya
baginya. Ada 3 karya yang dibuat oleh Anselmus yaitu monologium yang berisi berbicara pada
diri sendiri sebagai wujud berbicara pada Tuhan (solilokui), Proslogium yang berisi tentang dalil-
dalil adanya Tuhan (discourse), dan Cur Deus Homo yang berisi ajarannya tentang tobat dan
petunjuk-petunjuk mengenai penyelamatan melalui kristus.
Anselmus terkenal dengan pernyataannya yang mengatakan bahwa credon ut intelligam
(saya peracaya supaya saya yakin). Maksudnya ialah bahwa melalui kepercayaan Nasrani orang
dapat mencapai pengertian lebih mendalam tentang Allah, manusia dan dunia. Berhubungan erat
dengan pendirian ini, dalam karyanya yang berjudul Proslogion ia memberikan bukti untuk
adanya Allah yang menjadi masyhur dalam sejarah filsafat. Adapun bukti yang diberikan
Anselmus yaitu:
Kita semua setuju bahwa dengan nama “Allah” dimaksudkan hal yang tidak dapat
dipikirkan lebih besar lagi (id quo nihil maius cogitari potest). Dengan perkataan lain,
dengan nama “Allah” kita memaksudkan hal yang lebih besar dari segala hal lain yang
dapat dipikirkan.
Nah, tidak mungkin bahwa hal yang tidak dapat dipikirkan lebih besar lagi, hanya berada
dalam pemikiran saja. Karena, hal yang berada dalam pemikiran saja bukanlah hal yang
terbesar yang dapat dipikirkan, sebab lebih besar lagi ialah berada dalam kenyataan.
Harus disimpulkan bahwa Allah bukan saja berada dalam pemikiran, tetapi juga dalam
kenyataan. Jadi, Allah sugguh-sungguh ada.
1) Penciptaan, Aquinas memiliki pendirian yang menyatakan bahwa segala sesuatu yang
diciptakan mengambil bagian dalam adanya Allah. Ia menyatakan pula bahwa Allah sama
sekali bebas dalam dunia. Allah menjadikan ciptaan-ciptaan dari ketiadaan (ex nihilo).
Dengan hal itu, Aquinas menekankan 2 hal yang penting tentang penciptaan ini yaitu:
Dunia tidak diadakan dari semacam bahan dasar. Ciptaan-ciptaan menurut adanya
tergantung pada Allah, bukan menurut pada salah satu aspek saja.
Penciptaan tidak terbatas pada satu saat saja. Tidak boleh dibayangkan bahwa
dunia pada satu saat tertentu diciptakan Tuhan dan kemudian sudah tidak lagi
bergantung pada-Nya. Pada tiap-tiap saat ciptaan tergantung dari Allah. Jadi,
harus dikatakan bahwa penciptaan tetap berlangsung terus.
2) Pengenalan mengenai Allah, Aquinas mengakui kemampuan rasio insani untuk mengenal
adanya Allah. Akan tetapi, Aquinas menolak pendapat Anselmus akan pembuktian
adanya Allah yang telah dipaparkan sebelumnya. Dalam bukunya Summa Teologiae,
Aquinas memberi lima bukti untuk adanya Allah yang disebutnya jalan lima (quinque
viae). Bukti yang paling terkenal yaitu pembuktian pertamanya yang berusaha
memperbaiki suatu bukti yang sudah terdapat dalam karangan Aristoteles. Bukti yang
pertama ini bertitik tolak dari adanya gerak atau perubahan dalam dunia jasmani. Dalam
gerak atau perubahan mesti mempunyai sebabnya. Tetapi, dengan mencari sebabnya kita
tidak dapat terus sampai tak terhingga. Dari sebab itu kita mesti menerima suatu
penyebab pertama yang tidak disebabkan atau suatu penggerak yang tidak digerakkan.
Penyebab pertama atau penggerak itu adalah Allah itu sendiri.
3) Manusia, Aquinas membahas tentang manusia dengan cara menyempurnakan ajarn
Aristotele. Ia sangat menekankan kesatuan manusia. Manusia adalah satu substansi saja.
Oleh karena itu, jiwa manusia bukan merupakan suatu subtansi lengkap seperti yang
dikatakan oleh Plato. Jiwa adalah bentuk yang menjiwai materi, yaitu badan. Tetapi jiwa
melakukan aktivitas yang melebihi badani belaka, yaitu berfikir dan berkehendak. Karena
aktivitasnya bersifat rohani maka jiwa harus bersifat rohani juga. Maka dari itu setelah
manusia mati jiwa hidup terus. Dengan demikian Aquinas mempertahankan kebakaan
jiwa. Tetapi ia mengakui pula bahwa jiwa sesudah kematian hidup terus sebagaibentuk,
tetap terarah kepada badan.
( C ) Perkembangan Pada Zaman Akhir Skolastik dan Tokoh Filsafatnya
Pada zaman ini filsafat mengalami penurunan yang signifikan, hal ini ditandai dengan
adanya rasa jenuh terhadap segala macam pemikiran filsafat yang menjadi kiblatnya, sehingga
memperlihatkan stagnasi atau kemandengan Penurunan perkembangan filsafat ini di sebabkan
karena adanya beberapa faktor pendorongnya yaitu:
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas kita dapat menarik kesimpulan yaitu sebagai berikut:
1. Filsafat pada abad pertengahan merupakan filsafat yang terbentuk dengan memiliki hubungan
yang sangat erat dengan agama Nasrani. Hal ini dikarenakan pengaruh agama Nasrani pada abad
pertengahan sangatlah kuat dan sangat membelenggu kehidupan manusia. Akan tetapi, bukan
berarti filsafat saat itu sebagai filsafat yanghanya berisi dogma atau ajaran resmi Gereja. Akan
tetapi, lebih tepatnya jika kita mengatakan bahwa filsafat pada saat itu merupakan filsafat teologi
yang berisi tentang Tuhan yang agama Nasrani sebagai basisnya.
2. Filsafat pada abad pertengahan terbagi atas dua periode yaitu periode patristik dan periode
skolastik.
3. Patristik berasal bahasa Latin patres yang berarti “Bapak”. “Bapak” yang dimaksud ini yaitu
“Bapak” yang berada dalam lingkungan Gereja yang mengacu pada para pujangga Nasrani, yang
mencari jalan menuju teologi Nasrani, melalui peletakan dasar intelektual untuk agama Nasrani.
4. Skolatik berasal dari bahasa lLatin yaitu Scolasticus yang berarti murid, yang merupakan
suatu pergerakan filsafat dan keagamaan yang berupaya mengadakan sintesa antara akal budi
manusia dengan keimanan. Secara garis besar periode skolastik terbagi atas 3 zaman yaitu:
zaman skolastik awal yaitu awal mulainya periode skolastik dengan ditandainya pendirian
sekolah-kerajaan dan sekolah-katerdal oleh Raja Karel yang Agung, zaman kejayaan skolastik
yang ditandai dengan penemuannya filsafat-filsafat terdahulu, dan zaman akhir skolastik yang
ditandai dengan adanya kejenuhan terhadap pemikiran filsafat.
5. Tokoh-tokoh dari periode patristik yaitu:
Plotinus (204-270), Origenes (185-254) dan Klemes dari Alexandria (150-251), dan Augustinus
(354-430).
6. Tokoh-tokoh pada periode skolastik yaitu:
a. pada zaman awal skolastik:
Boethius (480-524), Anselmus (1033-1109), dan Peter Abaelardus(1079-1142).
b. Pada zaman kejayaan skolastik:
Yohanes Duns Scotus (1266-1308), Albertus Magnus (1205-1280), dan Thomas Aquinas (1225-
1274)
c. Pada zaman akhir skolastik:
Nicolous Cusanus (1401-1464).
7. Sumbangan filsafat pada peiode patristik yatu dengan adanya penerjemahan karya filsafat dari
bahasa Yunani ke bahasa Latin pada periode ini, mengakibatkan ilmu pengetahuan semakin
berkembang pesat, terutama pada sekolah-sekolah yang didirikan oleh Raja Charles I.
8. Sumbangan filsafat pada periode skolastik yaitu:
a. Pada zaman awal skolastik:
Pada awal skolastik yang paling merasakan sumbangan filsafat yaitu pada bangsa Eropa. Hal ini
dikarenakan, berdirinya universitas-universitas dan persyerikatan-persyerikatan biarawan di
Eropa yang ikut serta dalam menyelenggarakan ilmu, berhubung pada masa itu peninggalan ilmu
dari pemikir terdahulu dalam bentuk karangan filsafat, sehingga filsafat memberi manfaat yang
sangat besar dalam perkembangan ilmu di Eropa dan karena itu juga filsafapun menerima
perhatian yang sangat besar dari pemikir-pemikir atau tokoh-tokoh filsafat yang hidup pada
zaman ini.
b. Pada zaman kejayaan skolastik yaitu:
Pada zaman ini karya-karya Aristoteles semakin terkenal. Hal ini dipemudah karena karya-karya
Aristoteles tersebut ditulis oleh orang-orang Arab dan Yahudi ke dalam bahasa yang mudah
dipahami. Selain itu, dibangunnya universitas-universitas dan ordo-ordo kebiarawan yang
mempelajari filsafat-filsafat juga memberi pengaruh dalam kejayaan masa skolastik ini.
DAFTAR PUSTAKA
ka
l