Anda di halaman 1dari 7

2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan, Volume 9 Nomor 1, Februari 2019

p-ISSN 2089-4686 e-ISSN 2548-5970

DOI: http://dx.doi.org/10.33846/2trik9102

Kajian Potensi Metabolit Sekunder Tanaman Ashitaba (Angelica keiskei) Sebagai Antibakteri
Fima Irnadianis Ivada
Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Sunan Ampel Surabaya;
irnadianisivadafima@gmail.com
Hanik Faizah
Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Sunan Ampel Surabaya; hanikfaizah@uinsby.ac.id

ABSTRACT
Ashitaba (Angelica keiskei) is a plant native to Japan which has the Japanese name "Ashitaba"
meaning Tomorrow leaf, the Korean name "Shinsuncho" which means elixir of life. In Indonesia, people
know ashitaba as japanese celery which can grow abundantly, especially in the Trawas area, Mojokerto
Regency. Ashitaba is a plant from the Umbilliferae which is known as a traditional medicine and is known to
contain secondary metabolites originating from the yellow sap produced from the leaves, stems, and roots.
Secondary metabolites that are known to be abundant in ashitaba are a group of flavonoid compounds,
namely chalcone, which is believed to have antibacterial potential. Current technological developmens have
encouraged the use of the ashitaba plant to extract active compounds as antibacterials which are added in
various dosage form to facilitate application. This literature study discusses the potential content of
secondary metabolites found in the ashitaba plant (Angelica keiskei) including the components of the active
compound in the dosage form and their role as an antibacterial.
Keywords: antibacterial, chalcone, Angelica keiskei

ABSTRAK

Ashitaba (Angelica keiskei) merupakan tanaman asli Jepang yang memiliki nama Jepang "Ashitaba"
berarti Tomorrow leaf, nama Korea "Shinsuncho" yang berarti ramuan kehidupan. Di Indonesia, masyarakat
mengenal ashitaba dengan sebutan seledri jepang yang dapat tumbuh subur khususnya di daerah Trawas,
Kabupaten Mojokerto. Ashitaba termasuk tanaman dari suku Umbelliferae yang dikenal sebagai obat
tradisional dan diketahui memiliki kandungan metabolit sekunder yang berasal dari getah kuning yang
dihasilkan dari bagian daun, batang, dan akarnya. Metabolit sekunder yang diketahui melimpah pada ashitaba
adalah kelompok senyawa flavonoid yaitu kalkon yang dipercaya memiliki potensi sebagai antibakteri.
Perkembangan teknologi saat ini telah mendorong pemanfaatan tanaman ashitaba menjadi ekstrak senyawa
aktif sebagai antibakteri yang ditambahkan dalam berbagai bentuk sediaan guna mempermudah
pengaplikasian. Studi literatur ini membahas potensi kandungan metabolit sekunder yang terdapat pada
tanaman ashitaba (Angelica keiskei) baik meliputi komponen senyawa aktif, bentuk sediaan, dan peranannya
sebagai antibakteri.
Kata kunci : antibakteri, kalkon, Angelica keiskei

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ashitaba (Angelica keiskei) merupakan tanaman suku umbelliferae yang mirip dengan seledri namun
memiliki perawakan yang lebih besar, sehingga di Indonesia dikenal dengan nama seledri Jepang atau seledri
Raja. Ashitaba (Angelica keiskei) merupakan tanaman asli Jepang yang memiliki nama Jepang "Ashitaba"
berarti Tomorrow leaf atau daun besok, dinamakan daun besok karena ashitaba memiliki kemampuan
perumpamaan 'besok' daunnya bertunas kembali setelah dipetik 'hari ini', serta memiliki nama Korea
"Shinsuncho" yang berarti ramuan kehidupan. Ashitaba merupakan tanaman jenis obat-obatan yang masih
belum banyak dikenal di Indonesia, sedangkan di Jepang tanaman ashitaba dikonsumsi sebagai tanaman
sayuran.Ashitaba memiliki batang yang kokoh, percabangan di atas, dengan panjang 80-120 cm. Warna daun

8 http://2trik.jurnalelektronik.com/index.php/2trik
2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan, Volume 9 Nomor 1, Februari 2019
p-ISSN 2089-4686 e-ISSN 2548-5970

hujau dengan bentuk menyirip, 20-60 cm. Daun ashitaba mengeluarkan getah berwarna kuning dari bagian
batang ketika pemanenan (Kill et al., 2017).
Zat aktif yang terkandung pada ashitaba yaitu senyawa golongan flavonoid, fenolik, tannin, dan saponin
(Suhartati dan Virgianti, 2015). Tanaman ashitaba mempunyai potensi sebagai obat karena getahnya yang
berwarna kuning mengandung kalkon yang termasuk dalam kelompok senyawa flavonoid. Flavonoid
bermanfaat sebagai antioksidan, antibakteri, dan antivirus. (Harborne dan Williams, 2000). Kalkon merupakan
cairan berwarna kuning cerah dan pekat dalam Ashitaba yang memiliki fungsi antibakteri dan antivirus (Baba,
2013). Menurut Ohkura (2018) kalkon khususnya xanthoangelol dan 4-hydroxyderricin, dan >90% seluruh
kalkon teridentifikasi pada tanaman ashitaba. Xanthoangelol diketahui memiliki aktivitas antibakteri terhadap
bakteri gram positif (Kill et al., 2017). Efek antibakteri xanthoangelol dijelaskan untuk pertama kalinya pada
tahun 1991 (Inamori, 1991) dan telah dikonfirmasi pada penelitian Muharini (2017) terkait efek antibakteri
xanthoangelol pada buah Amorpha fruticosa.

Perkembangan teknologi yang semakin maju telah mendorong pemanfaatan tanaman dengan kemudahan
pengaplikasian yang direalisasikan menjadi berbagai macam bentuk sediaan. Pemanfaatan senyawa aktif
tanaman ashitaba telah dilakukan dengan penambahan ekstrak dalam formulasi berbagai bentuk sediaan seperti
obat kumur hingga obat krim oles/ salep. Berbagai bentuk sediaan yang memanfaatkan senyawa aktif tanaman
ashitaba khususnya sebagai antibakteri telah diujikan pada beberapa penelitian. Aktivitas antibakteri dari
senyawa metabolit sekunder ashitaba juga telah banyak diteliti. Oleh karena itu, diperlukan review mengenai
aktivitas antibakteri metabolit sekunder tanaman ashitaba serta berbagai bentuk sediaan yang telah diujikan
sebagai salah satu sumber informasi dalam penelitian.

Tujuan

Aktivitas antibakteri dari senyawa metabolit sekunder ashitaba juga telah banyak diteliti. Oleh karena itu,
tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan review mengenai aktivitas antibakteri metabolit sekunder
tanaman ashitaba serta berbagai bentuk sediaan yang telah diujikan sebagai salah satu sumber informasi dalam
penelitian.

METODE

Teknik penelusuran literatur dan referensi jurnal ini dilakukan dengan melakukan pencarian data pada
Google Scholar (https://scholar.google.com/) dengan menggunakan kata kunci xanthoangelol (XA), 4-
hydroxyderricin (4HD) , dan Angelica keiskei, peneliti menemukan beberapa jurnal sesuai dengan kata kunci
tersebut. Jurnal yang ditemukan sesuai kata kunci tersebut dilakukan eliminasi yaitu berdasarkan judul, abstrak,
dan jurnal penelitian. Sehingga didapatkan sebanyak 10 jurnal internasional yang digunakan sebagai patokan
dalam penulisan.

HASIL

Tabel 1. Perbedaan senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan dari jenis pelarut

Jenis Metabolit Sekunder Bakteri Uji Hasil Penelitian Referensi


Pelarut Flav Fenol Tani Saponi Alkalo
onoi ik n n id
d
Ekstrak Ada Ada Ada Ada - Staphylococc Ekstrak etanol Putri,
etanol us mutan ashitaba dengan 2022
ashitaba ATCC 25175 konsentrasi 50%
memiliki rata-rata
diameter hambat
sebesar 18 mm

9 http://2trik.jurnalelektronik.com/index.php/2trik
2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan, Volume 9 Nomor 1, Februari 2019
p-ISSN 2089-4686 e-ISSN 2548-5970

Ekstrak - Ada Ada - Ada Staphylococc Konsentrasi 100% Wardania


aquades us dengan diameter et al.,
ashitaba epidermidis hambat 19,66 mm 2020
Ekstrak - Ada - - - Staphylococc Aktivitas Caesar et
etil asetat us aureus penghambatan al., 2018
ashitaba dengan nilai KBM
kurang dari sama
dengan 4 miuM
Ekstrak Ada Ada Ada Ada - Staphylococc Aktivitas Suhartati
etanol us aureus antibakteri pada dan
ashitaba zona hambat Virgianti,
maksimum dengan 2015
konsentrasi 1
g/mL memiliki
rata-rata diameter
hambat 18,73 mm
Ekstrak - Ada Ada - Ada Pseudomona Pada konsentrasi Suhartati
air s aeruginosa 100% memiliki dan
ashitaba rata-rata diameter Nurasiah,
hambat sebesar 2016
18,78 mm

Tabel 2. Bentuk sediaan Angelica keiskei dan potensinya sebagai antibakteri

No. Bentuk Sediaan Bakteri Uji Hasil Penelitian Referensi

1. Obat Kumur Streptococcus mutans Sediaan obat kumur ekstrak Juliantoni dan
ashitaba memiliki nilai KBM Wirasisya, 2019
sebesar 0,500 mg/mL

2. Salep Staphylococcus aureus Sediaan salep kombinasi Hardyanti et al.,


getah ashitaba dan bawang 2018
merah bima memiliki
persentase penyembuhan
luka sayatan mencapai 78%

PEMBAHASAN

Berikut merupakan hasil penelusuran dari beberapa jurnal referensi terkait dengan pemanfaatan tanaman
ashitaba sebagai ekstrak dari beberapa jenis pelarut serta hasil pengujian aktivitas antibakteri dan pemanfaatan
ashitaba dalam beberapa bentuk sediaan.
1. Kandungan Metabolit Sekunder Tanaman Ashitaba

Tanaman ashitaba (Angelica keiskei) memiliki potensi salah satunya sebagai tanaman herba karena
diketahui memiliki kandungan senyawa metabolit sekunder. Kandungan metabolit sekunder dari suatu tanaman
dapat diketahui dengan melakukan pengujian fitokimia. Beberapa kandungan metabolit sekunder yang
diidentifikasi dari ekstrak etanol daun diantaranya flavonoid, fenolik, tannin, dan saponin (Suhartati dan
Virgianti, 2015). Sementara itu, identifikasi kandungan metabolit sekunder yang dihasilkan dari ekstrak etanol
10 http://2trik.jurnalelektronik.com/index.php/2trik
2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan, Volume 9 Nomor 1, Februari 2019
p-ISSN 2089-4686 e-ISSN 2548-5970

batang ashitaba adalah diketahui adanya kandungan alkaloid, triterpenoid, dan steroid (Sari, 2020). Pada
penelitian yang dilakukan oleh Wirasisya (2018) didapatkan hasil pada pengujian menggunakan metode KLT
diketahui bahwa ekstrak n-heksan dan etil asetat ashitaba mengandung senyawa fenolik. Sementara itu pada
penelitian Suhartati dan Nurasiah (2016) diketahui bahwa ekstrak air daun ashitaba memiliki kandungan
metabolit sekunder seperti alkaloid, tannin, dan fenolik. Adanya perbedaan kandungan senyawa metabolit
sekunder yang dihasilkan dipengaruhi oleh penggunaan jenis pelarut yang berbeda. Hal ini sesuai dengan
Buhlan (2016) bahwa jenis pelarut dapat berpengaruh pada komposisi senyawa metabolit sekunder pada suatu
tanaman.

Gambar 1.Tanaman Ashitaba


(Ohkura, 2018)

Gambar 2. Struktur Kalkon (kiri) dan Xanthoangelol (kanan)


(Meier, 2019)

B. Aktivitas antibakteri Ekstrak Tanaman Ashitaba


Tanaman ashitaba (Angelica keiskei) diketahui memiliki kandungan metabolit sekunder yang berpotensi
memiliki aktivitas sebagai antibakteri (Putri, 2020). Adanya kandungan metabolit sekunder tersebut sebagai
bioaktif yang berkontribusi dalam penghambatan bakteri (Kalumbi, 2018). Berdasarkan penelitian yang
dilakukan Suhartati dan Virgianti (2015), ekstrak etanol daun ashitaba memiliki aktivitas antibakteri dengan
rata-rata diameter zona hambat sebesar 18,73 ± 0,59. Sementara itu pada penelitian yang dilakukan oleh
Suhartati dan Nurasiah (2016), ekstrak air daun ashitaba memiliki kemampuan penghambatan dengan rata-rata
diameter zona hambat sebesar 18,78 ± 0,92. Dari kedua penelitian tersebut dapat diketahui bahwa tanaman
ashitaba memiliki potensi penghambatan bakteri yang termasuk dalam kategori kuat menurut metode Davis and
Stout tahun 1971 yaitu berada pada diameter diantara 10-20 mm. Daya hambat yang kuat merupakan indikasi
bahwa metabolit sekunder yang dihasilkan dari ashitaba memiliki potensi yang kuat sebagai antibakteri.
Perbedaan senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan dari jenis pelarut yang berbeda dan potensinya sebagai
antibakteri dapat diamati pada Tabel 1.
1. Mekanisme Antibakteri Senyawa Flavonoid
Flavonoid merupakan salah satu senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan oleh tanaman dan
memiliki fungsi sebagai antibakteri. Flavonoid memiliki potensi dalam menghambat pertumbuhan bakteri
dengan cara mempengaruhi kinerja suatu mikroorganisme. Flavonoid memiliki mekanisme sebagai antibakteri
yaitu dengan cara 1) menghambat fungsi membran sitoplasma, 2) menghambat metabolisme energi, 3)
menghambat sintesis asam nukleat (Majidah, 2014). tahapan kerja flavonoid dalam menghambat pertumbuhan
bakteri yaitu dengan cara menyusun senyawa kompleks dengan suatu protein ekstraseluler serta terlarut yang
menyebabkan membran sel bakteri menjadi rusak dan senyawa akan keluar dari dalam sel. Flavonoid juga
memiliki efek membunuh bakteri (bakterisidal)

yaitu dengan cara menyebabkan

11 http://2trik.jurnalelektronik.com/index.php/2trik
2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan, Volume 9 Nomor 1, Februari 2019
p-ISSN 2089-4686 e-ISSN 2548-5970

kerusakan pada dinding sel bakteri dan membran sitoplasmanya (Armedita, 2018).

2. Senyawa Kalkon
Kalkon atau 1,3-diaril-2-propen-1-on termasuk dalam kelompok flavonoid. Tanaman yang
mengandung kalkon telah dimanfaatkan dalam praktek pengobatan tradisional sejak jaman kuno. Selain dari
tanaman, kalkon dapat diperoleh secara sintetis dengan mereaksikan benzaldehida dengan metilen keton aktif
melalui kondensasi Claisen--Schmidt (Matos, 2015). Kelompok kalkon telah menarik banyak perhatian karena
diketahui memiliki aktivitas biologis yang unik dan telah dipercaya sejak ribuan tahun melalui penggunaan
tanaman untuk pengobatan bahkan beberapa senyawa berbahan dasar kalkon telah disetujui untuk penggunaan
klinis seperti metokolkon dan sofalcone (Zhuang, 2017). Beberapa hasil studi telah menyebutkan kalkon murni
yang diisolasi dari tanaman telah disetujui untuk uji klinis termasuk sebagai bahan dalam sediaan (Rozmer,
2016). Kalkon merupakan senyawa utama yang paling banyak ditemui pada tanaman ashitaba (Lestari et al.,
2022). Berdasarkan penelitian Feng (2014) evaluasi antibakteri turunan kalkon diketahui terdapat dua bagian
penting untuk aktivitas antibakteri. Pertama, satu gugus hidroksi pada posisi 2' atau 6' berperan dalam aktivitas,
sementara itu gugus hidroksi kedua pada posisi 4' berperan dalam meningkatkan aktivitas antibakteri terhadap
bakteri gram-positif. Kedua, subtituen lipofilik berperan dalam melakukan penetrasi membran. Salah satu
turunan kalkon adalah xanthoangelol (XA) yang dalam publikasi ini adalah tanaman ashitaba (Angelica keiskei).
Tata nama xanthoangelol berasal dari xantho - kuning, angelica - malaikat (angel), ol- gugus hidroksi (Meier,
2019).

Gambar 3. Xanthoangelol terhadap membran sel bakteri


(Meier, 2019)

Efek antibakteri dari xanthoangelol dijelaskan pertama kali pada tahun 1991 (Inamori, 1991).
Xanthoangelol menunjukkan aktivitas antibakteri secara spesifik terhadap bakteri gram-positif namun tidak
memberikan efek terhadap bakteri gram-negatif (Sugamoto et al., 2011). Berdasarkan penelitian Sugamoto
(2011), bahwa kalkon hanya memberikan efek antibakteri terhadap bakteri gram positif namun tidak berefek
pada bakteri gram negatif berdasarkan nilai MIC disajikan dalam Gambar 4.

Gambar 4. Aktivitas antibakteri kalkon


(Sugamoto, 2011)

12 http://2trik.jurnalelektronik.com/index.php/2trik
2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan, Volume 9 Nomor 1, Februari 2019
p-ISSN 2089-4686 e-ISSN 2548-5970

Xanthoangelol memiliki efek bakterisidal dibandingkan efek bakteriostatik (Meier, 2019). Berdasarkan
penelitian yang dilakukan Meier (2019) bahwa xanthoangelol menunjukkan aktivitas antibiotik terhadap bakteri
gram-positif dan mempengaruhi integritas selnya. Proses yang cepat tersebut menyebabkan runtuhnya polarisasi
membran dalam hitungan menit yang kemungkinan menjadi penyebab utama hilangnya viabilitas sel.
Disintegrasi membran tersebut akhirnya menyebabkan sel pada bakteri gram positif mengalami lisis (pecah)
secara sempurna.
C. Pemanfaatan Ashitaba Sebagai Sediaan Obat
Keberadaan senyawa metabolit sekunder pada tanaman ashitaba (Angelica keiskei) khususnya adanya
kemampuan sebagai antibakteri telah mendorong pengembangan penelitian hingga pemanfaatan ashitaba dalam
bentuk sediaan. Pemanfaatan ekstrak ashitaba yang diformulasikan dalam bentuk sediaan memiliki kelebihan
dalam kemudahan saat pengaplikasian. Berdasarkan Tabel 2, dapat diketahui bahwa pada penelitian Juliantoni
dan Wirasisya (2019), pengujian aktivitas antibakteri sediaan obat kumur daun ashitaba dilakukan dengan
menentukan KBM dan diperoleh hasil nilai sebesar 0,500 mg/mL. Pada penelitian Hardyanti (2018) sediaan
salep kombinasi getah ashitaba dan bawang merah bima yang diberikan pada mencit yang sebelumnya telah
diberikan luka sayatan, diketahui formulasi dengan konsentrasi 10% memberikan persentase penyembuhan luka
sebesar 78% setelah 7 hari pengamatan. Berdasarkan hasil referensi dari penelitian yang telah dilakukan dapat
diketahui bahwa sediaan ekstrak ashitaba mempunyai aktivitas antibakteri karena dari ketiga bentuk sediaan
memperlihatkan adanya aktivitas penghambatan pertumbuhan bakteri uji.

KESIMPULAN

Berdasarkan studi literatur yang telah dilakukan, senyawa metabolit sekunder kelompok flavonoid yaitu
turunan kalkon khususnya xanthoangelol (XA) memiliki potensi sebagai antibakteri karena secara struktural
mampu bertindak sebagai antibakteri terhadap bakteri gram positif namun tidak memiliki efek penghambatan
terhadap bakteri gram negatif. Kandungan senyawa aktif kalkon dihasilkan dari getah kuning dari bagian daun,
batang, dan akar tanaman ashitaba.

DAFTAR PUSTAKA

1. Baba, H., Azubike, O., & Usifoh, C. O. (2013). Synthesis and antimicrobial evaluation of some chalcones.
Journal Issues ISSN, 2350, 1588
2. Caesar, L. K., Kellogg, J. J., Kvalheim, O. M., Cech, R. A., & Cech, N. B. (2018). Integration of
biochemometrics and molecular networking to identify antimicrobials in Angelica keiskei. Planta medica,
84(09/10), 721-728. ISO 690
3. Feng, L., Maddox, M. M., Alam, M. Z., Tsutsumi, L. S., Narula, G., Bruhn, D. F., ... & Sun, D. (2014).
Synthesis, structure–activity relationship studies, and antibacterial evaluation of 4-chromanones and
chalcones, as well as olympicin A and derivatives. Journal of medicinal chemistry, 57(20), 8398-8420.
4. Harborne, J. B., & Williams, C. A. (2000). Advances in flavonoid research since 1992. Phytochemistry,
55(6), 481-504.
5. Hardyanti, E. L., Pertiwi, A. D., & Auliya, N. H. (2018). FORMULASI SEDIAAN SALEP KOMBINASI
EKSTRAK GETAH ASHITABA (Angelica keiskei koudzumi) DAN BAWANG MERAH BIMA (Allium
sp.) SEBAGAI KANDIDAT OBAT ULKUS DIABETIKUM. Pharmaceutical and Traditional Medicine,
2(2), 60-67.
6. Inamori, Y., Baba, K., Tsujibo, H., Taniguchi, M., Nakata, K., & Kozawa, M. (1991). Chemical
Components of Angelica keiskei Koidzumi, Part VI. Antibacterial Activity of Two Chalcones,
Xanthoangelol and 4-Hydroxyderricin, Isolated from the Root of Angelica keiskei Koidumi. Chemical and
Pharmaceutical Bulletin, 39(6), 1604-1605.
13 http://2trik.jurnalelektronik.com/index.php/2trik
2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan, Volume 9 Nomor 1, Februari 2019
p-ISSN 2089-4686 e-ISSN 2548-5970

7. Juliantoni, Y., & Wirasisya, D. G. (2019). Optimasi formula obat kumur ekstrak herba ashitaba (Angelica
keiskei) sebagai antibakteri karies gigi. Kartika: Jurnal Ilmiah Farmasi, 6(1), 40-44.
8. Kil, Y. S., Pham, S. T., Seo, E. K., & Jafari, M. (2017). Angelica keiskei, an emerging medicinal herb with
various bioactive constituents and biological activities. Archives of pharmacal research, 40, 655-675.
9. LESTARI, I. N., Zakiyah, N., & Diantini, A. (2022). AKTIVITAS FARMAKOLOGI SENYAWA
KALKON DALAM TANAMAN ASHITABA (Angelica keiskei Koidzumi). Farmaka, 20(3). ISO 690
10. Magvirah, T., Marwati, M., & Ardhani, F. (2020). Uji Daya Hambat Bakteri Staphylococcus aureus
Menggunakan Ekstrak Daun Tahongai (Kleinhovia hospital L.). Jurnal Peternakan Lingkungan Tropis,
2(2), 41-50.
11. Mahmudah, F. L., & Atun, S. (2017). Uji aktivitas antibakteri dari ekstrak etanol temukunci ( Boesenbergia
pandurata) terhadap bakteri Streptococcus mutans. Jurnal Penelitian Saintek, 22(1), 59-66.
12. Matos, M. J., Vazquez-Rodriguez, S., Uriarte, E., & Santana, L. (2015). Potential pharmacological uses of
chalcones: a patent review (from June 2011–2014). Expert opinion on therapeutic patents, 25(3), 351-366.
13. Meier, D., Hernández, M. V., van Geelen, L., Muharini, R., Proksch, P., Bandow, J. E., & Kalscheuer, R.
(2019). The plant-derived chalcone Xanthoangelol targets the membrane of Gram-positive bacteria.
Bioorganic & Medicinal Chemistry, 27(23), 115151.
14. Muharini, R., A. Diaz, W. Ebrahim, A. Mandi, T. Kurtan, N. Rehberg, R. Kalscheuer, R. Hartmann, RS
Orfali, W. Lin, Z. Liu, P. Proksch, Metabolit Fenolik Antibakteri dan Sitotoksik dari Buah Amorpha
fruticosa, J Nat Prod, 80 (2017) 169-180.
15. Ohkura, N., Atsumi, G., Ohnishi, K., Baba, K., & Taniguchi, M. (2018). Possible antithrombotic effects of
Angelica keiskei (Ashitaba). Die Pharmazie-An International Journal of Pharmaceutical Sciences, 73(6),
315-317.
16. Putri, L. A. M. (2022). Test Antibacterial Activity from Ashitaba Stem Ethanol Extract (Angelica keiskei
(Miq.) Koidz) Against Streptococcus mutans ATCC 25175. Strada Journal of Pharmacy, 4(1), 13-17.
17. Sugamoto, K., Matsusita, Y. I., Matsui, K., Kurogi, C., & Matsui, T. (2011). Synthesis and antibacterial
activity of chalcones bearing prenyl or geranyl groups from Angelica keiskei. Tetrahedron, 67(29), 5346-
5359.
18. Suhartati, R., & Nurasiah, I. (2016). Aktivitas Antibakteri Ekstrak Air Daun Ashitaba (Angelica keiskei)
terhadap Bakteri Pseudomonas aeruginosa secara In Vitro. Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada: Jurnal
Ilmu-ilmu Keperawatan, Analis Kesehatan dan Farmasi, 16(1), 113-117. ISO 690
19. Suhartati, R., & Virgianti, D. P. (2015). Daya hambat ekstrak etanol 70% daun ashitaba (Angelica keiskei)
terhadap bakteri Staphylococcus aureus yang diisolasi dari luka diabetes. Jurnal Kesehatan Bakti Tunas
Husada: Jurnal Ilmu-ilmu Keperawatan, Analis Kesehatan dan Farmasi, 14(1), 162-171.
20. Wardania, A. K., Malfadinata, S., & Fitriana, Y. (2020). Uji Aktivitas Antibakteri Penyebab Jerawat
Staphylococcus epidermidis Menggunakan Ekstrak Daun Ashitaba (Angelica keiskei). Lumbung Farmasi:
Jurnal Ilmu Kefarmasian, 1(1), 14-19. ISO 690
21. Zhuang, C., Zhang, W., Sheng, C., Zhang, W., Xing, C., & Miao, Z. (2017). Chalcone: a privileged
structure in medicinal chemistry. Chemical reviews, 117(12), 7762-7810.

14 http://2trik.jurnalelektronik.com/index.php/2trik

Anda mungkin juga menyukai